2.pajak daerah
-
Upload
nesha-yaumil -
Category
Documents
-
view
48 -
download
2
Transcript of 2.pajak daerah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Begitupun dengan daerah, seiring dengan
diberlakukannya otonomi daerah, maka daerah juga memiliki tanggung jawab sendiri untuk
mengelola perpajakannya. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai
dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-
jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan
uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat
dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah
yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa
peranan penerimaan pajak bagi suatu daerah menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya
roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.Oleh karena itu, pajak juga penting di dalam
pengelolaan keuangan daerah.
Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi perubahan yang cukup fundamental dalam
mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Perubahan tersebut terutama terkait
dengan dilaksanakannya “secara efektif” otonomi Daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi dengan UU Nomor
32 Tahun 2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004. Kedua
Undang Undang di bidang Otonomi Daerah tersebut telah menetapkan pemberian kewenangan
otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendapatan Asli Daerah
2.1.1. Pengertian
Pendapatan Asli Daerah, yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004).
Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan yang
asli berasal dari potensi daerah. Pemerintah daerah dapat menggali sumber Pendapatan
Asli Daerah tersebut secara optimal.
2.1.2. Sumber Pendapatan Daerah
a. Hasil Pajak Daerah;
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
b. Hasil Retribusi Daerah;
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Pasal
1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Bagi daerah yang memiliki BUMD seperti Perusahan Daerah Air Minum (PDAM),
Bank Pembangunan Daerah (BPD), badan kredit kecamatan, pasar, tempat
hiburan/rekreasi, villa, pesanggrahan, dan lain-lain keuntungannya merupakan
penghasilan bagi daerah yang bersangkutan (Hanif Nurcholis, 2007 : 184). Menurut
Ahmad Yani (2004 : 40) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara
lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.
2
d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang sah meliputi :
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
2.2. Pajak Daerah
Salah satu sumber penerimaan pendapatan asli daerah adalah pajak daerah.
Sumber penerimaan ini terus dipertahankan sampai dengan era otonomi daerah dewasa
ini. Penetapan pajak daerah sebagai sumber penerimaan daerah ditetapkan dengan dasar
hukum yang kuat, yaitu dengan undang-undang, khususnya undang-undang tentang
pemerintahan daerah maupun tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
2.2.1. Pengertian
Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) :
“Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”.
Menurut Mardiasmo, (2002:5) :
“Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”
2.2.2. Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor.28 Tahun 2009 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah, jenis pajak daerah Kabupaten dan Kota adalah sebagai
berikut :
3
1. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus
disediakan untuk orang agar dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan
atau fasilitas layanan dengan pungutan bayaran, termasuk bangunan lainnya yang
menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk
pertokoan dan perkantoran.
2. Pajak Restoran
Pajak restoran pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap
makanan dan atau minum yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
usaha jasa boga atau katering.
3. Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah, semua
jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan atau keramaian dengan
nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan
dipungut bayaran tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga.
4. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,
alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan
komersial, yang digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan
suatu barang, jasa atau orang untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang,
jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari
suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.
5. Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan
bahwa di wilayah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh
pemerintah daerah.
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Pajak pengambilan bahan golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan
galian golongan C sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4
7. Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan oleh pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermototr dan garasi kendaraan bermotor yang memungut
bayaran.
8. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet merupakan pajak atas kegiatan pengambilan dan atau
pengusahaan sarang burung walet. Sebagai pajak daerah bare, yang dapat dipungut
oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dan keberadaan dan perkembangan
sarang burung walet di wilayahnya. Bagi daerah yang memiliki potensi sarang burung
walet yang besar akan dapat meningkatkan PAD.
9. Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah merupakan pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah.
Air Tanah adalah air yang terdapat dalarn lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Selama ini BPHTB
merupakan pajak pusat, namun seluruh hasilnya diserahkan kepada daerah. Untuk
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, BPHTB dialihkan menjadi
pajak daerah. Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan PAD.
2.2.3. Landasan Hukum Pajak Daerah
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 Ayat (2) : “Segala Pajak Untuk Keperluan
Negara Berdasarkan Undang-Undang”.
5
Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah : “Undang-
Undang No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah sebagaimana
telah di ubah terakhir dengan Undang-Undang No.34 Tahun 2000.
2.2.4. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
Pedoman tata cara pemungutan pajak daerah diatur Keputusan Menteri Dalam
Negeri No.170 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999
Tentang Sistem Dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah.
2.2.5. Sistem Dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah
Pendaftaran Dan Pendataan
1. Kegiatan pendaftaran dan pendataan untuk wajib pajak baru dengan cara penetapan
kepala daerah (Official Assessment) terdiri dari :
a. Pendaftaran
b. Pendataan
c. Formulir / kartu dan daftar
2. Kegiatan Pendaftaran Dengan Cara Dibayar Sendiri (Self Assesment) terdiri dari ;
a. Menyiapkan formulir pendaftaran
b. Menyerahkan formulir pendaftaran kepada wajib pakak setelah dicatat dalam
daftar formulir pendaftaran.
c. Menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendaftaran yang telah di isi
oleh wajib pajak dan atau yang diberi kuasa.
d. Formulir / kartu dan daftar.
3. Kegiatan pendataan dengan cara dibayar sendiri (Self Assesment) untuk wajib
pajak yang sudah memiliki NPWPD terdiri dari :
a. Menyerahkan formulir pendataan
b. Menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendataan (SPTPD) yang telah
di isi oleh wajib pajak atau yang diberi kuasa.
c. Mencatat data pajak daerah dalam kartu data ke dalam daftar SPTPD (Surat
Pemberitahuan PajakDaerah) wajib pajak self assessment.
d. Formulir dan daftar SPTPD.
6
Penetapan
1. Kegiatan penetapan dengan cara di bayar sendiri (self assesment) terdiri dari :
a. Setelah wajib pajak membayar pajak terutang berdasarkan SPTPD di catat
dalam kartu data.
b. Membuat nota perhitungan pajak atas dasar kartu data dan hasil pemeriksaan
atau keterangan lain, Dengan cara menghitung jumlah pajak terutang dan
jumlah kredit pajak yang diperhitungkan dalam kartu data.
c. Jika pajak terutang kurang atau tidak dibayar maka di terbitkan surat ketetapan
pajak daerah kurang bayar (SKPDKB).
d. Jika tidak terdapat selisih antara kurang dan kredit, Maka diterbitkan surat
ketetapan pajak daerah nihil (SKPDN).
e. Jika terdapat tambahan objek pajak yang sama selesai akibat di temukannya
data baru, Maka diterbitkan surat ketetapan pajak daerah kurang bayar
tambahan (SKPDKBT).
f. Jika terdapat kelebihan pembayaran pajak terutang, Maka di terbitkan surat
ketetapan pajak daerah lebih bayar (SKPDLB)
g. Setelah pembuatan nota perhitungan pajak selesai, Selanjutnya menyerahkan
kembali kartu data kepada unit kerja pendataan.
h. Menerbitkan daftar SKPDKB,SKPDKBT,SKPDLB,dan SKPDN atas dasar
surat etetapan pajak daerah tersebut.
i. Surat ketetapan ditandatangani oleh kepalah unit kerja penetapan.
j. Menyerahkan copy daftar surat ketetapan di atas kepala unit kerja
penagihan,unit kerja perencanaan dan pengendalian operasional.
k. Menyerahkan kepada wajib pajak berupa SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN
kemudian wajib pajak menandatangani masing-masing tanda terima dan
mengembalikannya.
l. Jumlah pajak terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% dari pokok pajak.
m. Apabila SKPDKB,SKPDKBT,SKPDN yang direrbitkan tidak atau kurang
bayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak
SKPDKB,SKPDKBT,SKPDN diterima, Dapat memberikan sanksi
7
administrasi berupa bunga 2% tiap bulan dengan menerbitkan STPD (surat
tagihan pajak daerah).
2. Formulir dan daftar / buku
a. Formulir kartu data
b. Daftar surat ketetapan
Kegiatan Penyetoran
1. Kegiatan penyetoran melalui bendaharawan khusus penerima (BKP) terdiri dari :
a. BKP menerima setoran disertai surat ketetapan pajak daerah dengan media
SSPD (Surat Setoran Pajak daerah).
b. Setelah SSPD tersebut di cap, Aslinya disertai SKPD dikembalikan ke wajib
pajak yang bersangkutan.
c. Berdasarkan SSPD yang telah di cap, Dicatat dan dijumlahkan dalam buku
pembantu penerimaan sejenis melalui BKP dan selanjutnya dibukukan dalam
buku kas umum.
d. BKP menyetor uang ke kas daerah secara harian yang disertai bukti setoran
Bank.
e. BKP secara periodikal (bulanan) menyiapkan laporan realisasi penerimaan dan
penyetoran uang yang di tandatangani oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah.
f. Mendistribusikan
2. Kegiatan Penyetoran Melalui Kas Daerah terdiri dari :
a. Kas daerah menerima uang dari wajib pajak disertai dengan media surat
ketetapan dan media penyetoran SSPD dan bukti setoran Bank.
b. Selanjutnya setelah SSPD ditandatangani dan di cap oleh pejabat kas daerah,
Maka lembar pertama dari SSPD dan bukti setoran Bank diserahkan kembali
ke wajib pajak.
c. 2 (Dua) lembar tembusan SSPD diberikan oleh kas daerah ke BKP Dipenda
yang dilampiri bukti setoran Bank.
d. BKP setelah menerima media penyetoran yang di cap oleh kas daerah dicatat
dan dijumlahkan dalam buku pembantu penerimaan sejenis melalui kas daerah
dan selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum.
8
e. BKP secara periodikal (bulanan) membuat laporan realisasi penerimaan dan
penyetoran uang yang ditandatangani oleh Kadipenda.
f. Mendistribusikan
2.2.6. Angsuran Dan Penundaan Pembayaran
Angsuran pembayaran
1. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :
a. Menerima surat per mohonan angsuran dari wajib pajak
b. Mengadakan penelitian untuk di jadikan bahan dalam persetujuan perjanjian
angsuran oleh kadipenda.
c. Membuat surat perjanjian angsuran / penolakan angsuran ditandatangani oleh
kadipenda dan apabila permohonan di setujui selanjutnya dibuatkan daftar
perjanjian angsuran.
d. Menyerahkan surat perjanjian angsuran / penolakan angsuran kepada wajib
pajak dan daftar surat perjanjian angsuran kepada unit lain-lain yang terkait.
2. Formulir Dan Buku / Daftar
a. Formulir SSPD
b. Buku / Daftar
c. Buku registrasi permohonan angsuran
d. Daftar surat perjanjian angsuran
Kegiatan Penundaan pembayaran
1. Kegiatan yang dilaksanakan
a. Dipenda melalui unit kerja penetapan menerima surat permohonan penundaan
pembayaran oleh Kadipenda.
b. Mengadakan penelitian untuk dijadikan bahan dalam pemberian persetujuan
penundaan pembayaran oleh Kadipenda.
c. Membuat surat persetujaun penundaan pembayaran / penolakan penundaan
pembayaran yang ditandatangani oleh Kadipenda apabila permohonan di setujui
dibuatkan sistem persetujuan penundaan.
d. Menyerahkan surat persetujuan penundaan pembayaran kepada wajib pajak dan
daftar persetujuan penundaan kepada unit-unit yang terkait.
9
2. Formulir Dan Buku / Daftar
a.Formulir surat permohonan penundaan pembayaran
b. Buku / Daftar
Buku registrasi
Daftar persetujuan penundaan pembayaran
2.2.7. Pelaporan
Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Membuat daftar penetapan, Penerimaan dan tunggakan
b. Membuat daftar tunggakan per wajib pajak
c. Membuat laporan realisasi penerimaan pajak daerah
d. Mengajukan laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah pada Kadipenda
e. Mengajukan laporan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah kapada kepala, Unit
kerja pengelolaan pendapatan daerah lainnya dan perencanaan, Pengendalian
operasional.
f. Membuat daftar realisasi setoran masa pada akhir periode.
g. Mengajukan daftar realisasi setoran masa (Self Assessment)
h. Menyerahkan daftar realisasi setoran masa (Self Assessment)
2.2.8. Penagihan
1. Penagihan dengan surat teguran
2. Penagihan dengan surat paksa
3. Penagihan dengan surat perintah melaksanakan penyitaan
4. Pengumuman lelang dan pelaksanaan lelang
5. Pencabutan penyitaan dan pengumuman lelang
6. Kegiatan penagihan dengan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus (SPPS
dan S)
10
2.2.9. Kegiatan Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan ketetapan dan Penghapusan atau
Pengurangan sanksi administrasi.
Tahapan Kegiatan
a. Menerima surat permohonan pembetulan pembatalan, Pengurangan ketetapan dan
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dari wajib pajak.
b. Meneliti kelengkapan permohonan pembetulan, Pembatalan, Pengurangan
ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi wajib pajak
setelah dilakukan penelitian dan bila perlu dilakukan pemeriksaan, Dibuat laporan
hasil penelitian.
Formulir Dan Buku Yang Diperlukan
a. Menerima surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak,
Melakukan pemeriksaan dan membuat laporan pemeriksaan ditandatangani oleh
petugas dari wajib pajak.
b. Mencatat ke kartu data selanjutnya diserahkan kapada unit kerja penghitungan
untuk dilakukan penghitungan penetapan kelebihan pembayaran pajak.
c. Memperhitungkan dengan hutang / tunggakan pajak yang lain
d. Setelah perhitungan dengan hutang pajak yang lain ternyata kelebihan
pembayaran pajak kurang / sama dengan hutang pajak lainnya tersebut maka
wajib pajak menerima bukti pemindahbukuan sebagai bukti pembayaran /
kompensasi dengan pajak terutang dimaksud, Karenanya SKPDLB tidak
diterbitkan.
e. Apabila hutang pajak di perhitungkan di kompensasi dengan kelebihan
pembayaran pajak ternyata lebih, Maka wajib pajak akan menerima bukti
pemindahbukuan dan sebagai bukti pembayaran / kompensasi dari SKPDLB
harus di terbitkan.
f. Setelah menerima SKPDLB dari unit kerja penetapan dan di proses untuk
penerbitan
11
2.2.10. Fungsi Pajak Daerah
Sebagaimana kita ketahui, pajak sangat penting perannya didalam pembangunan.
Banyak hal yang bisa di biayai pajak seperti pembangunan jalan dan jembatan,
pembangunan sekolah, rumah sakit, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas),
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan sebagainya.
Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang akan digunakan untuk modal
pembangunan. Oleh karena itu, Pajak daerah memiliki peran penting dalam pembagunan
suatu daerah. Funsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan
Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga
anggaran rutin seperti gaji pegawai negeri sipil (pns), dan sebagainya.
Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuan ekonomi.
Misalnya, jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan
pajak untuk sector-sektor tertentu. Dengan ini diharapkan aka nada penyerapan lapangan
kerja.
Selain itu pajak daerah juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan incidental
seperti pendidikan untuk anak jalanan penanganan bencana, dan sebagainya. Pada
akhirnya, pajak daerah diharapkan bisa meningkatkan pemerataan di setiap daerah karena
penyaluran pajak yang baik bisa meningkatakan kualitas pembangunan.
12
BAB III
KESIMPULAN
Ketika otonomi mulai digulirkan harapan yang muncul adalah daerah menjadi
semakin mandiri di dalam pelaksanaan pemerintahan maupun pembangunan daerahnya
masing-masing melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Sesuai asas money
follows function , penyerahan kewenangan daerah juga dibarengi dengan penyerahan
sumber-sumber pembiayaan yang sebelumnya masih dipegang oleh Pemerintah Pusat di
era Orde Baru. Dengan demikian Daerah menjadi mampu untuk melaksanakan segala
urusannya sendiri sebab sumber-sumber pembiayaan juga sudah diserahkan. Jika
mekanisme tersebut sudah terwujud maka cita-cita kemandirian Daerah dapat
direalisasikan. Sumber-sumber pembiayaan yang diserahkan kepada Daerah itu nantinya
akandimanifestasikan lewat struktur Pendapatan Asli Daerah yang kuat. Pendapatan Asli
Daerah inilah sumber pembiayaan yang memang benar-benar digali dari Daerah itu
sendiri sehingga dapat mencerminkan kondisi riil Daerah. Jika nantinya struktur
Pendapatan Asli Daerah sudah kuat, boleh dikatakan Daerah tersebut memiliki
kemampuan pembiayaan yang juga kuat. Untuk itu tentu dibutuhkan suatu struktur
industri yang mantap beserta obyek pajak dan retribusi yang taat.
13
DAFTAR PUSTAKAHaryanto, Joko Tri. 2006. Kemandirian Daerah Sebuah Perpektif Dengan Metode Path Analysis.
Rositawati, Rona. 2009. Sistem Pemungutan Pajak Daerah Dalam Era Otonomi Daerah
http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm
http://kumpulantugasdanmakalah.blogspot.com/
http://indraachmadi.blogspot.com/2012/04/pajak-daerah.html
14