264902930-f6-Dispepsia.docx

10
Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) F.6 Upaya Pengobatan Dasar Dispepsia Oleh : dr. Finna Ernica Pendamping : dr. Agus Widjaja Pusat Kesehatan Masyarakat Tambakrejo Jombang

Transcript of 264902930-f6-Dispepsia.docx

Page 1: 264902930-f6-Dispepsia.docx

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F.6 Upaya Pengobatan Dasar

Dispepsia

Oleh :

dr. Finna Ernica

Pendamping :

dr. Agus Widjaja

Pusat Kesehatan Masyarakat Tambakrejo

Jombang

Page 2: 264902930-f6-Dispepsia.docx

A. LATAR BELAKANG

Kasus dispepsia sering dijumpai dokter dalam menjalankan profesinya sehari-

hari. Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi dan tidak mengenal usia.

Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak

nyaman atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya karena terganggunya

fungsi pencernaan yang disertai keluhan lain seperti perasaan panas di dada (heart

burn), regurgitasi, kembung (flatulensi), disertai suara usus yang keras (borborigmi),

perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa

keluhan lainnya.

Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia

fungsional. Dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui dengan jelas

sedangkan dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik

tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu

pengeluaran asam lambung berlebih, pertahanan dinding lambung yang lemah, infeksi

Helicobacter pylori, gangguan gerakan saluran pencernaan dan gangguan kecemasan.

Dispepsia merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, namun dispepsia

fungsional dilaporkan berhubungan dengan gangguan kecemasan dan depresi, dapat

diikuti nyeri kepala, dan anggota tubuh lainnya. Hal ini menyebabkan seseorang

dirawat atau mendapat pelayanan kesehatan, gangguan tidur, serta meningkatnya

secara signifikan jumlah ketidakhadiran.

Salah satu faktor yang berperan dalam dispepsia fungsional adalah pola

makan. Selain jenis –jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan, pola

makan yang buruk, tergesa – gesa dan jadwal yang tidak teratur dan tindakan remaja

putri seperti memanipulasi jadwal makan sehingga terjadi waktu jeda yang panjang

antara jadwal makan dapat menyebabkan dispepsia. Pada usia remaja sering terjadi

gangguan seperti anoreksia nervosa.

Oleh sebab itu, dispepsia yang sering dianggap sepele pada masyarakat umum

sebetulnya memerlukan pemantauan klinis apabila kejadiannya terjadi berulang

khususnya pada usia remaja sebelum keluhan pasien tersebut semakin memberat dan

jatuh kedalam anoreksia nervosa.

B. PERMASALAHAN

I. Identitas Pasien

Page 3: 264902930-f6-Dispepsia.docx

Nama : Nn. D

Umur : 17 tahun

Alamat : Astapada I

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal Periksa : 13 November 2014

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 13 November 2014

1. Keluhan Utama

Perut Sesak dan sebah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan perut sebah yang dirasakan sejak 1 hari

yang lalu. Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu pasien sering mengeluh

nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri hilang sesudah makan. Mual

muntah +, rasa penuh +, cepat kenyang kalau makan +, sering sendawa +.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat hipertensi : disangkal

b. Riwayat DM : disangkal

c. Riwayat sakit jantung : disangkal

d. Riwayat mondok : disangkal

e. Riwayat alergi : disangkal

4. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok : disangkal

b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat hipertensi : disangkal

b. Riwayat DM : disangkal

c. Riwayat asma/alergi : disangkal

d. Riwayat sakit jantung : disangkal

6. Riwayat Gizi

Pasien sehari –hari makan dengan nasi sayur satu-dua kali sehari@ 1

piring dengan lauk tahu tempe, kadang telur. Pasien mengaku terkadang

malas makan dan tidak memiliki jadwal makan yang teratur. Terkadang

jika tidak sempat makan, pasien hanya minum teh manis.

Page 4: 264902930-f6-Dispepsia.docx

7. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang pelajar. Pasien tinggal bersama orang tua.

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 November2014

Kondisi pasien : Cukup

Suhu : 36.8˚C (aksiller)

Nadi : 80 x/ menit (teratur, kuat angkat)

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Pernapasan : 18 x / menit

Status Generalis

Kepala – Leher :Konjungtiva anemis (-), ikterus (-),

cianosis (-), dyspneu (-)

Thorax :Jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen :Bising usus (+), nyeri tekan pada

epigastrium, organomegali (-),

meteorismus (+)

Inguinal, Genital, Anus :Tidak dievaluasi

Ekstremitas :Akral hangat, kering, merah

Dari permasalahan diatas, pasien didiagnosis menderita dispepsia.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Medikamentosa

Antasida DOEN 3 X 1 Sesudah makan

Ranitidin 150 mg 0-0-II

2. Non medikamentosa

Edukasi yang diberikan kepada pasien:

a. Makan sedikit tapi frekuensi sering

b. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat

pengosongan isi lambung (coklat, keju, dan lain-lain).

Page 5: 264902930-f6-Dispepsia.docx

c. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol,

kubis, kentang, melon, semangka, dan lain-lain).

d. Hindari makanan yang terlalu pedas.

e. Hindari minuman dengan kadar caffeine, soda dan alkohol.

f. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, misalnya yang

mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen..

g. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

h. Hindari makan sebelum waktu tidur.

i. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu,

seperti makan terlalu banyak, terutama makanan berat dan

berminyak, makan terlalu cepat, atau makan sesaat sebelum

olahraga.

D. PROSES INTERVENSI

Intervensi dilaksanakan pada saat pasien berobat (13November 2014) dengan

memberikan terapi oral yaitu, antasida 3x1 sesudah makan dan ranitidin 150 mg 0-0-

II selama 3 hari. Selain terapi medikamentosa diberikan juga edukasi terhadap pasien

agar makan secara teratur dan menghindari makanan, minuman, dan obat – obatan

yang dapat mengiritasi lambung. Apabila dalam tiga hari tidak didapatkan perubahan

pasien diminta datang kembali untuk berobat.

E. MONITORING DAN EVALUASI

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang

dialami sudah berkurang atau belum. Diperiksa apakah masih ada nyeri tekan

epigastrium. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga diminta untuk

melakukan pemeriksaan endoskopi di rumah sakit untuk mengetahui keadaan

lambung dan usus bila ternyata keluhan semakin berulang dan memberat.

Page 6: 264902930-f6-Dispepsia.docx

Komentar/Umpan Balik :

Jombang, 06 Desember 2014

Dokter Internsip Dokter Pendamping

dr. Finna Ernica dr. Agus Widjaja