260110140110_asri Budi Yulianti_pewarnaan Gram
description
Transcript of 260110140110_asri Budi Yulianti_pewarnaan Gram
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI
PEWARNAAN GRAM
NAMA : ASRI BUDI YULIANTI
NPM : 260110140110
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : RABU , 23 SEPTEMBER 2015
ASISTEN : BETHARY K
HIMMMATUL ULYA
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
PEWARNAAN GRAM
I. Tujuan
1. Mengamati dua kelompok bakteri yaitu bakteri Gram positif dan Gram
negatif dengan menggunakan prosedur pewarnaan Gram.
2. Memahami setiap langkah dan reaksi – reaksi kimia yang terjadi dalam
prosedur tersebut.
II. Prinsip
1. Teknik Pewarnaan Diferensial
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba
atau bagian-bagian sel mikroba (Pelczar dan Chan, 2007).
2. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar gram-positif dan
gram-negatif berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel bakteri (Karman,
2008).
3. Zat Warna
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah
satu di antaranya berwarna (Volk dan Wheeler, 1993).
III. Teori Dasar
Bakteri adalah organisme golongan prokariotik. Berbeda dengan
organisme eukariotik seperti manusia, organisme ini tidak memiliki membran
inti sehingga informasi genetik berupa DNA yang dimiliki, tidak terlokalisasi
dalam tempat khusus (nukleus). DNA pada bakteri berbentuk sirkuler, panjang,
dan biasa disebut nukleoid. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal
berbentuk kecil dan sirkuler yang tergabung menjadi plasmid (Al Hanif, 2009).
Pewarnaan gram ini didasarkan pada nama Hans Christian Gram, seorang
dokter Denmark yang mengembangkan suatu teknik untuk membedakan antara
dua jenis dinding sel bakteri yang berbeda. Bakteri diwarnai dengan suatu zat
warna violet dan yodium, dibilas dengan alcohol, dan kemudian diwarnai sekali
lagi dengan zat warna merah. Struktur dinding sel akan menentukan respons
pewarnaan (Campbell et al, 2003).
Pewarnaan gram ini untuk menunjukkan ukuran, morfologi (Kokus atau
batang), dan sifat pewarnaan bakteri (Gram positif atau negative) memberi
petunjuk spesies bakteri namun jarang bisa dilakukan identifikasi definitif
(Davey, 2005).
Pewarnaan dilakukan dengan membuat bekasan isolat di gelas obyek,
kemudian diwarnai dengan larutan Kristal violet dan yodium secara bergantian
selama beberapa menit dan dicuci dengan aqauades, selanjutnya dicuci dengan
alkohol dan ditetesi dengan larutan cat penutup safranin. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan mikroskop, bakteri Gram positif akan nampak berwarna
ungu, sedangkan Gram negatif berwarna merah (Purwohadisantoso, 2009).
Pewarnaan Gram ini merupakan teknik pewarnaan diferensial digunakan
untuk mengkarakteristikkan bakteri Gram positif dan sebagai Gram negatif .
Bakteri dikenakan ke Crystal Violet , Yodium Solusi , Alkohol (decolorizing
agent) dan Safranin. Bakteri gram positif mempertahankan kristal violet dan
karenanya muncul warna violet yang mendalam , sementara bakteri gram
negatif kehilangan kristal violet oleh karena itu pada gram negatif muncul
warna merah (Mhulu et al, 2010).
Pewarna yang digunakan antara lain : kristal violet sebagai gram A,
iodine sebagai gram B, alkohol sebagai gram C, serta safranin sebagai gram D.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus
dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan
asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada
manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis (Pelczar dan Chan,
2007).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
1) Bak pewarna
2) Botol semprot
3) Kaca objek
4) Kapas
5) Kertas saring
6) Mikroskop cahaya
7) Ose
8) Pembakar spirtus
4.2 Bahan
1) Air fuksin
2) Air suling
3) Alkohol 95% dan alkohol 70%
4) Lugol
5) Minyak celup
6) Suspensi campuran bakteri E.coli dan S. aureus
7) Suspensi campuran bakteri E.coli dan B. subfilis
8) Zat warna karbol gentian violet
Gambar Alat
Bak Pewarnaan
Botol Semprot
Kaca Objek
Kapas
Kertas Saring
Mikroskop
Cahaya
Ose
Pembakar
Spiritus
V. Prosedur
Untuk praktikum pewarnaan gram ini pertama-tama, kaca objek disediakan
terlebih dahulu kemudian dioleskan suspensi bakteri ke kaca objek
menggunakan ose, setelah dioleskan suspense bakteri selanjutnya kaca objek
yang telah diolesi suspensi difiksasi. Setelah difiksasi, selanjutnya kaca objek
tersebut diletakkan di atas bak pewarna. Bakteri digenangi dengan karbol
gentian violet selama sati menit, zat warna yang berlebih dari pewarn karbol
gentian violet dibuang dan dibilas dengan air suling. Kemudian, bakteri
digenangi kembali dengan lugol selama dua menit, lugol yang berlebih dibuang
dan dibilas dengan air suling. Setelah itu, olesan bakteri tersebut ditetesi alcohol
95% sebagai zat pemucat selama 30 detik, lalu dibilas menggunakan air suling.
Kemudian olesan bakteri tersebut digenangi air fuksin selama 30 detik, air
fuksin yang berlebih dibuang dan dibilas menggunakan air suling dan
dikeringkan menggunakan kertas saring. Sebelum olesan bakteri tersebut
diamati di bawah mikroskop maka olesan bakteri tersebut ditetesi minyak
emersi pada preparat. Olesan bakteri tersebut diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran yang berbeda-beda.
VI. Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
1 Disediakan kaca objek yang bersih
dan dibuat olesan dari masing-
masing campuran bakteri.
Didapatkan isolate bakteri di kaca
objek.
2 Dilakukan fiksasi pada kaca objek
yang telah diolesi suspensi bakteri.
Didapatkan bakteri yang menempel
pada kaca objek dan lebih steril.
3 Kaca objek diletakkan di atas rak
kawat di atas bak pewarna.
Genangi bakteri dengan karbol
gentian violet selama 1 menit.
Diperoleh bakteri dalam kaca objek
berwarna ungu.
4 Buang zat warnayang berlebih, lalu
bilas dengan air suling.
Zat warna menjadi luntur.
5 Genangi olesan dengan lugol
selama 2 menit.
Olesan bakteri berubah warna
menjadi kekuningan.
6 Lugol yang berlebih dibuang dan
dibilas dengan air suling.
Lugol menjadi luntur.
7 Olesan dicuci dengan pemucat
alcohol 95% selama 30 detik
Zat warna menjadi memucat dan
luntur.
8 Dibilas menggunakan air suling. Zat warna semakin luntur.
9 Olesan digenangi dengan air fuksin
lalu didiamkan selam 30 detik.
Olesan pada kaca objek berubah
warna menjadi merah keunguan.
10 Sisa air fuksin dibuang dan dibilas
dengan air suling.
Air fuksin pada olesan luntur
11 Olesan dikeringkan menggunakan
kertas saring.
Olesan menjadi kering dan terbebas
dari daerah yang basah.
12 Olesan ditetesi minyak emersi Indeks bias cahaya semakin kecil
13 Olesan bakteri pada kaca objek
dapat diamati menggunakan
mikroskop.
Diperoleh hasil identifikasi bakteri
gram negatif dan gram positif.
Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan Spesies
1.
Perbesaran : 40x
Jenis Bakteri : Gram
negatif
Identifikasi :
- warna merah
- bentuk batang
Pewarnaan :
- CGV
- Lugol
- Alkohol
- Air fuksin
Escherichia coli
2.
Perbesaran : 40x
Jenis Bakteri : Gram
positif
Identifikasi :
- warna biru
- bentuk kokus
Pewarnaan :
- CGV
- Lugol
- Alkohol
- Air fuksin
Staphylococcus
aureus
VII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap bakteri dengan
menggunakan teknik pewarnaan gram. Pewarnaan gram ini merupakan salah
satu teknik pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri.
Pewarnaan gram ini termasuk ke dalam pewarnaan diferensial dimana tujuan
dari pewarnaan diferensial ini adalah untuk membedakan dua jenis bakteri yaitu
bakteri gram positif dan gram negatif. Pewarnaan gram ini merupakan
pewarnaan untuk identifikasi awal, pada pewarnaan gram ini mikroorganisme
akan memberikan ciri kekhasan dari morfologi mikroskopiknya terhadap zat
pewarna.
Pada praktikum ini sampel yang diamati merupakan suspensi campuran
bakteri, sehingga pada praktikum ini harus bisa mengidentifikasi bakteri yang
ada dalam suspensi tersebut.
Pada praktikum pewarnaan gram ini, pertama-tama dilakukan
pembersihan kaca objek dengan alkohol hal ini bertujuan agar kaca objek bersih
dan bebas dari lemak serta debu. Selanjutnya, isolate bakteri diambil dari
tabung reaksi yang berisikan suspense bakteri menggunakan ose. Pengambilan
isolate bakteri ini tidak diambil terlalu banyak, karena jika terlalu banyak akan
sulit diratakan dan apabila isolat bakteri tidak dapat diratakan tipis-tipis maka
bakteri akan tertimbun hal ini akan mengakibatkan pemeriksaan bentuknya satu
per satu menjadi tidak jelas.
Setelah kaca objek dibersihkan selanjutnya adalah fiksasi kaca objek
dengan cara melewatkan kaca objek yang telah diolesi isolate bakteri di atas
api. Proses fiksasi kaca objek ini bertujuan untuk menjaga bakteri agar benar-
benar menempel dan tidak terhapus ketika dilakukan pencucian.
Setelah dilakukan fiksasi selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan
carbol gentian violet sebanyak satu atau dua tetes, kemudian didiamkan selama
satu menit. Setelah satu menit, kemudian kaca objek dibilas menggunakan
aquades. Pencucian menggunakan aquades ini bertujuan untuk mengurangi
kelebihan zat warna CGV yang ada dalam kaca objek.
Selanjutnya kaca objek ditetesi dengan lugol, tujuan ditambahkannya
lugol ini adalah untuk meningkatkan afinitas pengikatan warna sehingga bakteri
dapat mengikat warna lebih kuat. Setelah penambahan lugol dan dilakukan
pembilasan pada kaca objek, selanjutnya adalah penambahan alkohol.
Penambahan alkohol ini bertujuan untuk pemucatan warna, dimana pemucatan
warna ini bertujuan untuk melarutkan lemak dan dapat membawa zat warna
yang tidak terserap pada bakteri gram negatif sehingga memperbesar pori-pori
sel dan meningkatkan daya larut dari zat pewarna tersebut. Tapi hal ini berbeda
dengan bakteri gram positif, pada bakteri gram positif akan tetap
membertahankan warna violet atau warna birunya karean bakteri gram positif
ini mengandung peptidoglikan.
Setelah diberikan beberapa perlakuan, selanjutnya kaca objek ditetesi air
fuksin tujuannya adalah sebagai larutan pembanding sehingga memudahkan
analisa pada masing-masing pewarnaan gram. Pada gram positif, air fuksin ini
tidak memberikan perubahan karena Kristal violet pada CGV tetap terikat
dengan dinding sel, sedangkan pada bakteri gram negatif menyebabkan warna
bakteri berubah menjadi warna merah karena pewarna sebelumnya telah luntur
karena membrane sel mengalami lisis. Hal inilah yang menyebabkan bakteri
menyerap warna merah dari air fuksin.
Sebelum dilakukan pengamatan di bawah mikroskop alangkah lebih baik
jika preparat ditetesi dengan minyak emersi untuk mengurangi indeks cahaya.
Setelah dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop diperoleh hasil
bahwa isolat bakteri yang diamati adalah bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Penentuan jenis bakteri ini berdasarkan identifikasi
yang dilakukan dimana pada sampel pertama diperoleh hasil pengamatan
berwarna merah dengan bentuk basil (batang) sehingga dapat diidentifikasi
bahwa sampel pertama ini merupakan bakteri gram negatif dimana bakteri gram
negatif yang terkandung di dalam suspense bakteri tersebut adalah Escherichia
coli. Pada sampel kedua diperoleh hasil pengamatan berwarna biru dengan
bentuk kokus sehingga dapat diidentifikasi bahwa sampel kedua ini merupakan
bakteri gram positif dilihat dari pewarnaannya dan untuk spesiesnya ditinjau
dari suspense bakteri yang dibuat maka bakteri yang berwarna biru dan
berbentuk kokus ini adalah Staphylococcus aureus.
Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang dalam sel
tunggal atau berpasangan, merupakan anggota family Enterobacteriacea dan
flora normal intestinal yang mempunyai kontribusi pada fungsi normal intestine
dan nutrisi tetapi bakteri ini akan menjadi pathogen bila mencapai jaringan di
luar jaringan intestinal. Spesies E.coli bersifat motil dengan flagel peritrik yang
dimilikinya, tetapi beberapa ada yang nonmotil. Selain itu, E. coli adalah
penyebab utama infeksi saluran kemih (urinary tract infection/UTI) dan juga
dapat menyebabkan meningitis akut, pneumonia, infeksi intra-abdominal,
infeksi enterik, dan lain-lain (Noviana, 2004).
Sedangkan, Staphylococcus aureus bersifat non-motil, nonspora, anaerob
fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus tumbuh
pada suhu 6,5-46º C dan pada pH 4,2-9. Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam
dengan diameter mencapai 4 mm. Koloni pada perbenihan padat berbentuk
bundar, halus, menonjol dan berkilau. Staphylococcus aureus membentuk
koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua. Staphylococcus aureus
membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan koloni tampak berwarna
kuning keemasan dan kuning jeruk. Pigmen kuning tersebut membedakannya
dari Staphylococcus epidermidis yang menghasilkan pigmen putih (Dewi,
2013).
VIII. Simpulan
1. Dengan menggunakan metode pewarnaan gram dapat diketahui dari
suspensi bakteri yang diamati terdapat dua jenis bakteri yaitu bakteri gram
positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif (Escherichia coli).
2. Berdasarkan percobaan pewarnaan gram ini dapat diketahui reaksi-reaksi
yang terbentuk ketika masing-masing zat ditambahkan ke dalam preparat.
Daftar Pustaka
Al Hanif, M. Shidiq. 2009. Pola Resistensi Bakteri dari Kultur Darah terhadap
Golongan Penisilin. Jakarta. : Universitas Indonesia.
Campbell et al. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Dewi, Amalia Krishna. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus
aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa
(PE) Penderita Mastitis di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta.
Jurnal Sain Veteriner ISSN : 0126 – 0421 Vol. 31 No. 2 Hal. 140.
Karman, Oman . 2008. Biologi untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Bandung:
Grafindo Media Pratama.
Mhulu et al. 2010. Journal of Microbial & Biochemical Technology : Isolation and
Identification of Bacterial Strains and Study of their Resistance to Heavy
Metals and Antibiotics. Vol. 2. Issue 3. India : National Institute of
Technology.
Noviana, Hera.2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia Coli yang Diisolasi
Dari Berbagai Spesimen Klinis. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol. 23 No. 4
Hal. 123.
Pelczar, M. J., dan Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. New York : Mc
Graw Hill Book.
Purwohadisantoso, Kristian., dkk. 2009. Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Sayur
Kubis yang memiliki Kemampuan Penghambatan Bakteri Patogen
(Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Escherichia coli, dan
Salmonella thypimurium). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10. No. 1 Hal.
21.
Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.