2

26
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja 2.1.1 Definisi Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia, kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.Sedangkan Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. 1 2.1.2. Epidemiologi Masalah Kesehatan Reproduksi pada remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia saat ini diantaranya kehamilan yang tidak dikehendaki yang seringkali menjurus

description

kjadaadakd

Transcript of 2

Page 1: 2

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

2.1.1 Definisi

Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia, kesehatan reproduksi remaja adalah

suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki

oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas

dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.Sedangkan Kesehatan

reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan

sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.1

2.1.2. Epidemiologi

Masalah Kesehatan Reproduksi pada remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat

berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan

sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh

terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada

akhirnya. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia saat ini

diantaranya kehamilan yang tidak dikehendaki yang seringkali menjurus kepada aborsi

yang tidak aman dan dan komplikasinya, serta kehamilan dan persalinan usia muda yang

menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi , masalah epenyakit menular

seksual termasuk HIV/AIDS, serta adanya tindak kekerasan seksual seperti pemerkosaan

pelecehan seksual dan transaksi seks komersial. 2

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ditemukan porsi kehamilan

di usia yang sangat muda (<15 tahun) yaitu sekitar 2,8 % lebih tinggi dibanding

pedesaan yaitu sekitar 2,55%. Perilaku seksual pranikah pada remaja laki-laki dan

perempuan di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 cenderung meningkat

pada umur 10-24 tahun, meskipun angkanya masih dibawah 5%. Kehamilan remaja

Page 2: 2

kurang dari 20 tahun memberi resiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi

dibanding kehamian pada ibu berusia 20-35 tahun.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012

didapatkan 52% remaja perempuan, dan 51,3% remaja laki-laki memiliki pengetahuan

yang baik tentang kesehatan reproduksi. Di Provinsi DKI Jakarta sendiri didapatkan

61,1% remaja perempuan dan 73% remaja laki-laki memiliki pengetahuan yang baik

tentnag kesehatan reproduksi. Pada survei ini juga didapatkan sebanyak 16,9% remaja

perempuan dan 45,5% remaja laki-laki memiliki sikap yang masih kurang terhadap

kesehatan reproduksi, dan sebanyak 2,5% remaja perempuan dan 19,1 % remaja laki-

laki memiliki perilaku yang masih kurang terhadap kesehatan reproduksi. 2

2.1.3. Ciri-ciri perkembangan remaja

Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Masa rewaja awal (10-12 tahun)

Ciri khas antara lain:

a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

Ciri khas antara lain:

a. Mencari identitas diri

b. Timbulnya keinginan untuk kencan

c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

e. Berkhayal terhadap aktifitas seks

3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

Ciri khas antara lain:

a. Pengungkapan kebebasan diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c. Mempunyai citra jasmani dirinya

d. Dapat mewujudkan rasa cinta

Page 3: 2

e. Mampu berpikir abstrak

Ciri-ciri perkembangan remaja perlu dipahami, agar penanganan masalah yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksinya dapat dilakukan dengan lebih baik.3

2.1.4 Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ

reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu

melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda

sebagai berikut.1,3

Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks :

Terjadinya haid pada remaja puteri (menarche)

Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki

Tanda-tanda seks sekunder,yaitu:

Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah

zakar bertambah besar,terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan

berotot,tumbuhnya kumis,cambang,dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.

Pada remaja puteri pinggul melebar, pertumbuhan Rahim dan vagina, payudara

membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis).

2.1.5 Upaya Menjaga Kesehatan Reproduksi

Upaya menjaga kesehatan reproduksi wanita antara lain dengan menjaga kesahatan

vagina.Vagina perlu di jaga kesehatannya karena apabila terjadi infeksi akan sulit terjadi

kehamilan.bila infeksi vagina tidak segera diatasi,akan meluas ke organ reproduksi yang

lain,seperti endometrium.Beberapa cara yang dapat di lakukan untuk menjaga kesehatan

vagina adalah sebagai berikut:

1. selalu mebersihkan mulut vagina bagian luar setelah buang air.

2. .Bila menggunakan obat-obatan antiseptik,cukup 2 minggu sekali,yaitu di pertengahan

siklus menstruasi.

Page 4: 2

3. Usai di bersihkan,vagina di lap dengan tissue kering atau handuk khusus agar tidak

lembab.

4. Tidak menggunakan celana dari nylon melainkan celana dari bahan katun agar menyerap

keringat.

5. Menghetikan menahan kebiasaan buang air kecil.

6. Segera memeriksakan diri ke dokter apabila ada keluhan.

Sistem reproduksi pria juga perlu di jaga untuk mencegah infertilitas (ketidaksuburan).Beberapa

cara yang dapat di lakukan untuk menjaga kesehatan pada sistem reproduksi pria adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan dapat di tangani

lebih awal.

2. Melindungi testis selama beraktifitas,misalnya dengan tidak menggunakan pakaian terlalu

ketat.

3. Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas.

4. Menjalankan pola hidup sehat.

5. Menghindari minuman beralkohol dan merokok.

2.1.6 Perubahan kejiwaan pada masa remaja

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang

meliputi:

Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:

o Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)

o Agresif dan mudah berekasi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,

sehingga misalnya menjadi lebih mudah berkelahi.

Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:

o Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik

Page 5: 2

o Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-

coba.

Perilaku ingin mencoba hal yang baru apabila disertai dengan adanya rangsangan seksual

dapat membawa remaja masuk dalam hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya.

Perilaku ingin mencoba-coba ini juga dapat mengakibatkan remaja mengalami

ketergantungan NAPZA (narkotika, psikotropik, dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok

dan alcohol). 3

Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal atau kegiatan yang

berhubungan dengan bidang seks merupakan hal yang sangat rawan karena dapat

membawa akibat yang buruk dan merugikan masa depan remaja, khusunya remaja puteri.

2.1.7 Pengaruh buruk akibat terjadinya hubungan seks pranikah bagi remaja

Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan

rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal

ini menimbulkan akibat yang dapat dirasakan buka saja oleh pasangan, khusunya remaja

puteri tetapi juga orang tua, keluarga bahkan masyarakat sekitar. Akibat hubungan seks

pranikah :

Bagi remaja

o Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan

o Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti: gonorea

(GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma kuminata,

HIV/AIDS.

o Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak dinginkan, pengguran

kandungan, yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan,

dan kematian karena pendarahan atau keracunan kehamilan.

o Trauma kejiwaan (depresi,rendah diri. Rasa berdosa, hilang harapan masa

depan).

o Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan

kesempatan bekerja

Page 6: 2

o Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat

Bagi keluarga

o Menimbulkan aib keluarga

o Menambah beban ekonomi keluarga

o Pengaruh kejiawaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di

lingkungan.

Bagi masyarakat

o Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun

o Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi

o Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan

masyarakat menurun

2.1.8 Kaitan antara Kesehatan Remaja dan Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan reamaja secara keseluruhan,

karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem

reproduksi.1,3

Berberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk terhadap

kesehatan reproduksi remaja:

Masalah gizi

o Anemia

o Pertumbuhan yang terhambat pada remaja puteri, sehingga mengakibatkan

panggul sempit dan risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah di kemudian

hari

Masalah pendidikan

o Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap

informasi yang dibutuhkannya, serta mungkin kurang mampu mengambil

keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya

Page 7: 2

o Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi

kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk

terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya

Masalah lingkungan dan pekerjaan

o Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja

yang berkerja akan menganggu kesehatan remaja.

o Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan merusak

kesehatan fisik, mental,dan emosional remaja

o Masalah seks dan seksualitas

o Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas,

misalnya mitos yang tidak benar

o Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan

seksualitas

o Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengara kepada penularan

HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas. Masalah ini

semakin bertambahn sekarang ini.

o Penyalahgunaan seksual

o Kehamilan remaja

o Kehamilan pranikah/ di luar ikatan pernikahan

Masalah kesehatan reproduksi remaja

o Ketidak matangan secara fisik dan mental

o Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar

o Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja

o Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman

2.1.8 Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja

Page 8: 2

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan

pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, di sampaing

mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi

untuk menjalani masa remaja secara sehati, para remaja diharapkan mampu memelihara

kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi

yang sehat.Pembekalan pengetahuan yang diperlukan remaja meliputi:

1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja, pembekalan pengetahuan

tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan,dan kematangan seksual akan

memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang

membingukannya. Informasi tentang haid dan mimpi basah ,serta tentang alat reproduksi

remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh saat remaja.1,3

2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab, manusia secara biologis mempunyai

kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya,dan menyalurkannya

menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang

membangun. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga,

dengan tujuan melanjutkan keturunan. 1,3

3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta kewaspadaan terhadap

masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi tersebut agar

selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya.

Di samping itu remaja memerlukan pemberkalan tentang kiat-kiat untuk

mempertahankan diri secar fisik maupun psikhis dan mental dalam menghadapi berbagai

godaan, sepeti ajakan berhubungan seksual dan penggunaan NAPZA. 1,3

4. Persiapan pranikah, informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap

secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan. 1,3

5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya,remaja perlu mendapat informasi

tentang hal ini,sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan

berkeluarga di masa depan. 1,3

Page 9: 2

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, didapatkan bahwa

perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan.4

Untuk pengukuran pengetahuan terhadap seseorang yaitu dengan menggunakan pertanyaan

baik lisan maupun tulisan. Adapun pertanyaan (test) yang dapat digunakan untuk

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pertanyaan

subjektif, misalnya pertanyaan essay dan pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan

ganda (multiple choice), benar salah dan pertanyaan menjodohkan. Dari kedua jenis

pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai

untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah

disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau subyek dalam pengetahuan yang kita

ketahui atau kita ukur disesuaikan dengan tingkatannya. 4

2.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

obyek, di mana hal ini tidak bisa dilihat dan hanya bisa ditafsirkan. Sikap merupakan

kecenderungan dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola tertentu, terhadap suatu

obyek akibat pendirian dan perasaan terhadap obyek tersebut, yang menjadi predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap tidak sama dengan perilaku dan individu kerap kali

menunjukkan perilaku yang berbeda dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah

dengan diperolehnya informasi tentang obyek tertentu, yaitu dengan berdasarkan

pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu. Sebagai makhluk sosial,

manusia tidak lepas dari pengaruh interaksi dengan orang lain (eksternal), selain makhluk

individual (internal).4,5

Page 10: 2

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan

predisposisi tindakan atau perilaku. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Menurut Notoatmodjo pengaruh pengetahuan terhadap perilaku dapat bersifat langsung

maupun melalui perantara sikap. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk

praktek. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktek)

diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Seperti halnya dengan

pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan dimana saling berunut, yaitu:

a. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yangdiberikan (objek).

b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadapsuatu masalah.

d. Bertanggungjawab (Responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap yang sudah positif terhadap suatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata,

hal ini disebabkan oleh:

1. Sikap, untuk terwujud didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat

itu.

2. Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.5

Page 11: 2

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian dikenakan pendapat responden.5

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan seseorang dengan sikap seseorang

mengenai keseahtan reproduksi, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Kusmatuti

dalam penelitian Hubungan antara pengetahuan dengan Sikap seksual Pranikah Remaja

terhadap 184 responden di Surakarta didapatkan nilai hitung chi square (55,662) lebih

besar dari nilai nilai table (5,991) sehinnga nilai p hitung< p tabel sehingga dapat diambil

kesimpulan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja dengan sikap

remaja terhadap kesehatan reproduksi.6

2.4. Perilaku

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang

antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku adalah faktor terbesar kedua

yang mempengaruhi derajat kesehatan.4

Secara sederhana, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon/reaksi seseorang terhadap

rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat:

a. Pasif (tanpa tindakan).

Bentuk pasif terjadi di dalam diri seseorang dan tidak dapat dilihat oleh orang

lain, misalnya berpikir. Bentuk perilaku ini masih terselubung (covert behavior).

b. Aktif (dengan tindakan).

Respon dapat dilihat langsung oleh orang lain dan sudah tampak dalam bentuk

tindakan nyata (overt behavior). 4,5

Terbentuknya perilaku baru khususnya pada orang dewasa dapat dijelaskan sebagai

berikut.

a. Diawali dari cognitive domain, yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap

stimulasi berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu.

b. Active domain, yaitu timbul respons batin dalam bentuk sikap dari individu

terhadap objek yang diketahuinya.

Page 12: 2

c. Berakhir pada psychomotor domain, yaitu objek yang telah diketahui dan disadari

sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respons berupa tindakan. 4,5

Terdapat hubungan antara serta sikap dengan perilaku dan pengetahuan dengan perilaku

hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Asna dalam penelitian Hubungan antara

Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Pra nikah

Pada siswa di SMA Negeri 14 Kota Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, yang dilakukan

pada 243 murid didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku

kesehatan reproduksi didapatkan nilai p dari hasil hitung chi square adalah 0,032 (p<0,05)

sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku

responden terhadap kesehatan reproduksi. Pada penilitan lain yang dilakukan oleh Dwi

Astuti dalam penelitian Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

Remaja dengan Perilaku Seksual kelas X1 di SMAN 1 Gebog Kudus pada 35 responden

juga didapatkan adanya hubungan antara tingkat pengtahuan dengan perilaku dimana

didapatkan nilai hitung lebih besarl (7,693) dari nilai tabel (5,991) sehingga p table<p

hitung. 7,8

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

2.5.1 Keegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan merupakan merupakan suatu cara kominukasi untuk memberikan

informasi terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam

kehidupan sehari-hari. Informasi ini bisa didapatkan dari berbagai hal misalnya media

massa, adanya penyuluhan, lingkungan sekitar yang tentunya mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Semakin mudah dan banyak seseorang dapat mengakses informasi

tentu nya akan memiliki pengetahuan yang lebih baik. Menurut penelitian Massolo di

wilayah SMAN 1 Masohi pada tahun 2011 tentang adanya pengaruh penyuluhan

kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pra nikah

didapatkan hasil Nilai skor pengetahuan siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol saat

pretest adalah 27,60 dan kontrol 33,40. Dan setelah post test nilai skor pada kelompok

eksperimen. Diketahui terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah penyuluhan pada

skor sikap karena nilai p < 0.05. Menurut penelitian yang di lakukan Mohammad Zainal

Fatah dalam Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok

terhadap Perubahan Perilaku Reproduksi siswa SMU Negeri pada tahun 2005 memberikan

Page 13: 2

hasil nilai chi square P=0,002 (P<0,005) sehinga dapat disimpulkan ada hubungan yang

signifikan antara kegiatan penyuluhan dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja,

yang mana di temukan adanya perbaikan perilaku pada anak yang mendapat penyuluhan

mengenai kesehatan reproduksi.9,10

2.5.2 Jenis Kelamin

Perubahan yang terjadi selama masa remaja tentu berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan ini tentu saja mempengaruhi tingkat pengetahuan,sikap,dan perilaku terhadap

kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan penilitan yang dilakukan Widyastuti terhadap

67 responden berusia 17 tahun dalam penelitian Personal dan Social yang Mempengaruhi

Sikap Remaja terhadap Hubungan Seks Pranikah didapatkan adanya hubungan yang

bernakna antara jenis kelamin dengan sikap terhadap seks pranikah dimana nilai P 0,002

(p<0,005). Hasil penelitian lain yang dilakukan Hidayangsih, Tjandarani, Mubasyiroh dan

Supanni dalam Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko remaja di kota

Makassar tahun 2009 memberikan hasil jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna

dengan perilaku berisiko kesehatan remaja, di-mana laki-laki temyata lebih berisiko dalam

berperilaku kesehatan daripada perempuan (p=0,000; OR = 5,363; 95% CI = 2,890 -

9,954). Proporsi perilaku seksual berisiko berat (risiko melakukan hubungan seksual bebas

yang bisa mengakibatkan kehamilan) lebih tinggi pada lakilaki karena secara sosial laki-

laki cenderung lebih bebas dibanding perempuan dan orang tua cenderung lebih protektif

pada anak perempuan. Pengekspresian dorongan seks pada laki-laki (hubungan seks)

terkesan lebih ditolerir dibandingkan jika hal tersebut dialami oleh kaum perempuan.11,12

2.5.2 Pendapatan keluarga

Tingkat status ekonomi remaja juga berpengaruh pada tingkat pengetahuan, sikap,dan

perilaku terhadap kesehatan reproduksi. Kenakalan remaja juga berkaitan erat dengan

kesehatan reproduksi remaja seperti melakukan hubungan seks pra nikah,dan pengunaan

obat-obatan terlarang, Berdasarkan penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Cristedi

dalam sosial ekonomi keluarga dan hubungannya dengan kenakalan remaja di desa

lantasan baru kecamatan patumbak kabupaten deli serdang. Terlihat adanya gambaran

kenakalan remaja dari sosial ekonomi keluarga rendah yang lebih mendominasi.

kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja ternyata dipengaruhi oleh latar belakang

Page 14: 2

sosial ekonomi, remaja yang berasal dari sosial ekonomi rendah sering melakukan

kenakalan remaja seperti berkelahi, membolos sekolah, mencuri, merokok, tawuran.

Sedangkan remaja dari sosial ekonomi tinggi sering melakukan kenakalan remaja seperti

berjudi, menonton film porno, melakukan seks bebas dan mengkonsumsi obat-obatan

terlarang.13

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Siti Maimunah dalam tahun 2015 penelitian

pengaruh faktor keluarga dalam perilaku seksual remaja terhadap 153 responden melalui

uji t-test didapatkan t hitung lebih besar 1,976 dibandingkan nilai batas kemakanaan 1,655

sehingga dapat disimpulkan status ekonomi orang tua mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku anak terhadap kesehatan reproduksi.11

2.5.3 Pendidikan Orangtua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi

persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam

setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak,

selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi

keluarga dan kepercayaan anak.

Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson menunjukkan bahwa pendidikan diartikan sebagai

pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap

atau permanen di dalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang tua yang sudah

mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan

peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan

dan perkembangan yang normal. 5

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Esti Mufidatul Chusna didapatkan nilai

significant p 0,294 (p>0.005) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh

positif dan signifikan antara pendidikan orangtua dengan tingkat pengetahuan anak.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Siti Maimunah tahun 2015 dalam penelitian

pengaruh faktor keluarga dalam perilaku seksual remaja yang dilakukan terhadap 153

responden didapatkan t hitung lebih kecil 1,182 dibandingkan nilai batas kemakanaan

Page 15: 2

1,655 sehingga dapat disimpulkan pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku anak terhadap kesehatan reproduksi.11,14

2.5.5 Kebiasaan

Berberapa masalah kesehatan dapat terjadi akibat kebiasaan atau perilaku yang tidak sehat

pada remaja. Salah satu masalah yang dapat terjadi adalah masalah kesehatan reproduksi

remaja. Terutama masalah kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan hubungan seks

pranikah dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Kebiasaan yang kurang sehat seperti

merokok dan meminum minuman alkohol terbukti mempunyai hubungan dengan masalah-

masalah kesehatan reproduksi remaja.

Berdasarkan penelitian survey yang dilakukan oleh Lestary,Sugiharti dalam perilaku

berisiko remaja di indonesia menurut survey kesehatan reproduksi remaja indonesia (skrri)

tahun 2007, Hasil analisis menunjukkan remaja yang merokok berpeluang 124 kali lebih

besar Untuk penyalah gunaan narkoba (p=0,000; OR=123,777; 95% CI =51,321-298,526).

Remaja yang merokok berpeluang 16 kali lebih besar untuk minum alkohol dibandingkan

dengan remaja yang tidak pernah merokok (p=0,000; OR=15,939; 95% CI=14,327-

17,733)Remaja yang minum alkohol berpeluang 38 kali lebih besar untuk penyalahgunaan

narkoba (p=0,000; OR=37,649; 95% CI=28,501-49,734). Remaja yang pernah melakukan

hubungan seksual pranikah berpeluang 12 kali lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba

(p=0,000; OR=11,522; 95% CI=9,542-13,912). Hasil analisis dalam penelitian yang sama

juga menunjukkan bahwa remaja yang minum alkohol berpeluang 15,7 kali lebih besar

untuk hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah minum

alkohol (p=0,000; OR=15,739; 95% CI=13,111-18,894). 15

2.5.6 Tingkat religiusitas

Agama membentuk seperangkat moral dan keyakinan tertentu pada diri seseorang. Melalui

agama seseorang belajar mengenai perilaku bermoral yang menuntun mereka menjadi

anggota masyarakat yang baik. Seseorang yang menghayati agamanya dengan baik

cenderung akan berperilaku sesuai dengan norma. Tingkat religiusitas yang tinggi akan

menjauhkan perilaku seseorang untuk sesuai dengan moral yang diajarkan agamanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Azinar M dalam penelitian perilaku seksual

Page 16: 2

pranikah beresiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat religusitas seseorang dengan perilaku seks pranikah (P=0,0001).16

2.5.7 Status perkawinan orang tua

Hubungan yang harmonis pada orang tua akan berdampak pada sikap dan perilaku anak.

Hubungan yang harmonis akan memberikan contoh yang baik kepada anak untuk bertindak

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, hal ini juga sekaligus dapat mencegah

anak untuk berbuat kenakalan. Berdasarkan peneilitan yang dilakukan Nursal DGA dalam

penelitian factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual murud SMU negeri

kota Padang tahun 2007 didapatkan hubungan yang signifikan antara status perkawinan

orang tua dengan perilaku seksual beresiko berat. Responden dengan struktur keluarga

tidak lengkap mempunyai peluang 3,75 kali untuk berperilaku seksual berisiko berat

dibanding struktur keluarga lengkap (95%CI=1,71-6,38).17

2.5.8 Pasangan kencan

Berhubungan dengan lawan jenis merupakan hal yang sering dilakukan oleh remaja.

Meningkatnya rasa ingin tahu dan ketetarikan akan lawan jenis mulai timbul pada masa

remaja, membuat remaja ingin berkencan dengan lawan jenis atau berpacaran. Pacaran

bukan merupakan hal yang asing bagi remaja saat ini bahkan sudah merupakan tuntutan

jaman dan jika tidak punya pacar akan dicap kuno dan tidak gaul. Perlu ditekankan pada

remaja bahwa pacaran bukan ajang uji coba seksual tapi merupakan proses mengenal dan

memahami lawan jenis yang nantinya akan menjadi pasangan hidupnya. Jumlah pacar

yang pernah dimiliki seorang remaja juga akan berpengaruh akan perilaku kesehatan

reproduksinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nursal DGA dalam penelitian

factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual murId SMU negeri di kota Padang

tahun 2007 didapatkan hubungan antara jumlah pacar yang pernah dimiliki dengan

perilaku seksual yang beresiko. Responden yang pernah memiliki pacar diatas tiga akan

berpeluang 6,54 kali berperilaku seksual beresiko (OR:6,54;95%CI=3,58-11,94).

Dalam penelitian yang sama juga dibahas mengenai lama pertemuan dengan teman kencan

dimana lama pertemuan yang beresiko (< 5 jam/minggu atau > 21 jam/ minggu) memiliki

hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual yang beresiko (OR: 2,88; 95%CI=1,57-

Page 17: 2

5,31). Hal ini diakrenakan Waktu pertemuan yang terlalu sedikit ataupun terlalu lama

sangat memungkinkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jika terlalu singkat maka

waktu akan dimanfaatkan seefektif mungkin untuk saling melepas rindu, sedangkan jika

terlalu lama akan memberi kesempatan untuk berusaha mencoba-coba hal baru agar

pacarannya tidak membosankan.17

2.6 Kerangka Teori

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Anak SMP Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja

Akses Informasi

Status Ekonomi

Pendidikan Orangtua Jenis Kelamin

Kebiasaan

Page 18: 2

Pengetahuan

Sikap

Perilaku Anak SMP

Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Akses Informasi

Pendidikan Orangtua

Jenis Kelamin

Status Ekonomi

2.7 Kerangka Konsep