2382c8f8d6aa5c78

75
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS SKRIPSI OLEH: KHAIRUN NISA NPM 09120024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI SEMARANG 2013

Transcript of 2382c8f8d6aa5c78

  • PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHERDENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJAR

    SISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS

    SKRIPSI

    OLEH:KHAIRUN NISANPM 09120024

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    IKIP PGRI SEMARANG2013

  • PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHERDENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJAR

    SISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanIKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana

    OLEH:KHAIRUN NISANPM 09120024

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    IKIP PGRI SEMARANG2013

  • SKRIPSI

    PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHERDENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJAR

    SISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS

    Disusun dan diajukan olehKHAIRUN NISANPM 09120024

    Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkandi hadapan Dewan Penguji

    Semarang, .

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Iin Purnamasari, S.Pd, M.Pd Kristanto, S.Pd, M.PdNPP. 108001278 NPP. 047201160

  • SKRIPSIPENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER

    DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJARSISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS

    Yang disusun dan diajukan olehKHAIRUN NISSA

    NPM 09120024

    Telah dipertahankan di depan Dewan PengujiPada tanggal 31 JULI 2013

    Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Dewan PengujiKetua,

    Dra. M. Th. S.R. Retnaningdyastuti, M.PdNIP. 19530603 198103 2 001

    Sekretaris,

    Drs. Djariyo, M.PdNIP. 19510617 198103 1 002

    Penguji I

    Iin Purnamasari, S.Pd, M.PdNPP. 108001278Penguji II

    Kristanto, S.Pd, M.PdNPP. 047201160Penguji III

    Ervina Eka Subekti, S.Si, M.PdNPP. 098601235

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto :

    1. Seberapa besar kesuksesan anda bisa diukur dari seberapa kuat keinginananda.

    2. Kualitas bukanlah suatu kebetulan, kualitas selalu berasal dari usaha yangcerdas.

    3. Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan kerasadalah kemenangan yang hakiki.

    4. Dunia ini tiada jaminan melainkan satu peluang untuk lulus.5. Kecemerlangan adalah hasil daripada sikap yang ingin senantiasa

    melakukan yang terbaik.

    Persembahan :Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai Sarjana.Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti banyak dibantu,dibimbing, dan didukung oleh berbagai pihak. Tibalah saat yang palingdinantikan sekaligus mengharukan bagi peneliti, yaitu menyampaikanucapan terimakasih yang setulus, seindah, dan sebanyak mungkin kepadasemua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, antara lainkepada:1. Allah SWT, Syukur Alhamdulillahirabbil Alamin segala puja dan puji

    syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat serta limpahanRahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    2. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. Suwoto dan Ibunda SriSoelastini S.Pd yang telah ikhlas mendoakan, mengorbankan tenaga

    fikiran, dan memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, dannasehat pada penulis demi kebahagiaan dan kesuksesan dalammenyelesaikan skripsi ini.

    3. To someone special in my heart Kurniawan Eko Prabowo demikebahagiaan dan kesuksesan kita, ucapan terimakasih yang sebanyak-

  • banyaknya atas dukungan, semangat, dan nasehatnya, sehingga sayadapat menyelesaikan skripsi ini dan dapat lulus bersama.

    4. Teman-teman kost Kz_28 A, Terimakasih banyak atas dukungan dansemangatnya yang selalu menemaniku menulis coretan indah ini.

    5. Teman teman seperjuangan di IKIP PGRI khususnya class A for uall, I miss u forever.

    6. Almamaterku.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi yang berjudul pengaruh model kooperatif tipe number heads togetherdengan media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa matematika kelas V SD 1Jati Wetan Kudus.

    Penyusunan skripsi ini juga dimaksudkan untuk melengkapi syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari IKIP PGRI Semarang. Dalammenyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit bantuan,bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu,dalam kesempatan ini dengan tulus hati penulis sampaikan terima kasih kepadakepada:1. Dr. Muhdi, S.H, M.Hum, selaku rektor IKIP PGRI Semarang yang telah

    mengizinkan penulis menempuh pendidikan di IKIP PGRI Semarang2. Dra. M. Th. S.R. Retnaningdyastuti, M.Pd, selaku dekan FIP IKIP PGRI

    Semarang yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian

    3. Drs. Djariyo, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar yang telah menyetujui dalam penyusunan skripsi.

    4. Ibu Iin Purnamasari, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing I yang telahmemberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini dan BapakKristanto, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikanbimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yangtelah memberi bekal ilmu kepada selama belajar IKIP PGRI Semarang.

    6. Kepala Sekolah SD 1 Jati Wetan Kudus yang telah mengizinkan penulismelakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pendidik,khususnya pendidik di dunia pendidikan sekolah dasar.

    Semarang, 27 Juli 2013Penulis,

  • ABSTRAK

    Khairun Nissa NPM 09120024 Pengaruh Model Kooperatif TipeNumber Heads Together dengan Media Kertas Lipat terhadap Hasil Belajar SiswaMatematika Kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus. Program Studi Pendidikan GuruSekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. IKIP PGRI Semarang 2013.

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematikapada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Data tersebutdilihat dari nilai rata-rata ulangan harian belum mencapai KKM yaitu 70. Adanyaanggapan dari siswa bahwa pembelajaran matematika sulit dan cenderung menjadimomok. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode konvensionaldengan ceramah, mencatat, menghafal dan pemberian tugas. Karena hal tersebut,hasil belajar yang dicapai siswa menjadi kurang maksimal.

    Permasalahan yang diteliti dalam peneltian ini adalah apakah adapengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) berbantu media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 JatiWetan?

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif/eksperimen . Penelitian inidilaksanakan di SD 1 Jati Wetan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD 1 Jati Wetan denganmengambil sampel jenuh yakni seluruh siswa kelas V yang berjumlah 25 siswa.Dengan menggunakan rancangan/desain penelitian pre-experimental design jenisone-group pre-test-post-test design. Pada jenis eksperimen ini subyek dikenakandua kali perlakuan, yang pertama sebelum kegiatan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa diberikansoal pre-test dan yang kedua setelah kegiatan dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa diberikansoal post-test.

    Berdasarkan hasil analisis uji t diperoleh t hitung > t tabel = 12,029 > 2,060.Apabila thitung > dari ttabel maka H0 ditolak sedangkan Ha diterima. Adapunhipotesis penelitian menyebutkan bahwa ada pengaruh penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media kertas lipat terhadap hasilbelajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus. Pembelajaran dengan menggunakanmodel kooperatif tipe NHT berbantu media kertas lipat juga menunjukkanperbedaan yang signifikan antara pre-test dengan post-test. Hal ini ditunjukkandengan nilai rata-rata pre-test 69 dengan prosentase ketuntasan 32% sedangkannilai rata-rata post-test 80 dengan prosentase ketuntasan 84%.

    Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media kertas lipat terhadap hasilbelajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan tahun pelajaran 2012/2013.

  • DAFTAR ISI

    SAMPUL LUAR.............................................................................................. iSAMPUL DALAM.......................................................................................... iiPERSETUJUAN .............................................................................................. iiiPENGESAHAN ............................................................................................... ivMOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vKATA PENGANTAR ..................................................................................... viiABSTRAK ....................................................................................................... viiiDAFTAR ISI.................................................................................................... ixDAFTAR TABEL............................................................................................ xDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6D. Perumusan Masalah..................................................................................... 6E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7BAB II KAJIAN TEORETISA. Variabel Dependent (Terikat)...................................................................... 9

    1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ........................................................... 92. Hakikat Pembelajaran Matematika ......................................................... 123. Tinjauan Matematika Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan

    Pecahan ................................................................................................... 14B. Variabel Independent (Bebas) ..................................................................... 19

    1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together(NHT)...................................................................................................... 19

    2. Media kertas lipat .................................................................................... 24C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 27D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 29

  • BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 31B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 31C. Definisi Operasional .................................................................................... 32D. Metode dan Desain/Rancangan Penelitian.................................................. 35E. Populasi, Sampel, dan Sampling ................................................................. 36F. Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 37G. Intrumen Penelitian ..................................................................................... 39H. Teknik Analisis data.................................................................................... 45BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Data ............................................................................................. 48B. Uji Persyaratan Analisis Data...................................................................... 51C. Uji Hipotesis ............................................................................................... 53D. Pembahasan ................................................................................................ 56BAB V PENUTUPA. Simpulan...................................................................................................... 59B. Saran ........................................................................................................... 59DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 63

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 : Distribusi Frekuensi Nilai Pre-Test ............................................... 49

    Tabel 1.2 : Distribusi Frekuensi Nilai Post-Test.............................................. 50

    Tabel 1.3 : Hasil Uji Hipotesis......................................................................... 54

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 : Kertas Lipat atau (origami)24

    Gambar 2 : Kertas Lipat yang Diarsir...25

    Gambar 3 : Kertas Lipat yang Ditempel...26

    Gambar 4 : Pengurangan Pecahan....27

    Gambar 5 : Kerangka Berpikir..28

    Gambar 6 : One Group Pre-Test and Post Test Design35

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Silabus ...................................................................................... 64Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 .................... 68Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2..................... 74Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3..................... 80Lampiran 5 : Analisis Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat

    Kesukaran Excel....................................................................... 87

    Lampiran 6 : Analisis Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda dan TingkatKesukaran Manual.................................................................... 88

    Lampiran 7 : Kisi-kisi Tes Uji Coba ............................................................... 93Lampiran 8 : Soal Tes Uji Coba...................................................................... 95Lampiran 9 : Kunci Jawaban Tes Uji coba ..................................................... 99Lampiran 10: Kisi-kisi Pre-Test....................................................................... 100

    Lampiran 11: Soal Pre-Test ............................................................................. 102Lampiran 12: Kunci Jawaban Pre-Test............................................................ 105Lampiran 13: Kisi-kisi Post-Test ..................................................................... 106Lampiran 14: Soal Post-Test ............................................................................ 108

    Lampiran 15: Kunci Jawaban Post-Tet ............................................................ 111Lampiran 16: Daftar Nama Siswa Uji Coba .................................................... 112Lampiran 17: Daftar Nama Siswa Penelitian................................................... 113Lampiran 18: Rekapitulasi Hasil Pre-Test ....................................................... 114

    Lampiran 19: Rekapitulasi Hasil Post-Test ..................................................... 115Lampiran 20: Analisis Uji t.............................................................................. 116Lampiran 21: Soal evaluasi 1, kunci jawaban dan teknik penilaian ................ 119Lampiran 22: Soal evaluasi 2, kunci jawaban dan teknik penilaian. ............... 121Lampiran 23: Daftar Nilai Evaluasi 1 .............................................................. 122

    Lampiran 24 :Daftar Nilai Evaluasi 2 .............................................................. 123Lampiran 25 :Dokumentasi.............................................................................. 124

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa Pendidikan

    adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

    proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, pengertian pendidikan diatas merupakan

    suatu kegiatan inti dalam pembelajaran yang dilakukan dalam satuan

    pendidikan, guru dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan potensi siswa

    serta dapat membentuk kepribadian siswa sehingga dapat bermanfaat bagi

    bangsa dan negara. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan

    sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar

    yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Mata pelajaran dasar pada

    sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,

    Matematika, PKn, Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang

    berhubungan dengan lingkungan sekitar dengan kehidupan sehari-hari.

    Menurut Standar Isi (BSNP, 2006:59) matematika merupakan ilmu

    universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

    peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir siswa. Mata

  • pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar

    untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

    sistematik, kritis, dan kreatif, serta kemampuan memperoleh, mengelola, dan

    memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

    berubah, tidak pasti dan kompetitif.

    Pada kurikulum pelajaran matematika dikelompokkan sebagai salah

    satu mata pelajaran utama yang harus diberikan mulai dari jenjang sekolah

    dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

    sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dalam

    membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan

    paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran

    matematika cenderung berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa, maka

    pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan siswa merasa

    jenuh.

    Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang

    selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik

    khususnya antara hakikat siswa dengan hakikat matematika. Untuk itu

    diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau

    pertentangan. Siswa SD cara berpikirnya masih belum formal, apalagi siswa-

    siswa pada kelas rendah masih berada pada tahapan pra konkret. Dalam dunia

    matematika perlu adanya pengembangan model-model matematika sebagai

    interpretasi dari sistem matematika ini kemudian ternyata dapat digunakan

    untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain yang

  • menonjol adalah dapat membentuk pola pikir siswa yang mempelajari

    menjadi pola pikir yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan

    (Karso, 2004: 1.4).

    Matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif,

    konsisten, hirarki, dan logis (Muhsetyo, 2009:1.2). Ciri keabstrakan

    matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan

    matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa

    yang kurang tertarik terhadap matematika (masih lebih untuk daripada

    membenci atau alergi terhadap matematika). Ini berarti perlu ada jembatan

    yang dapat menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan

    matematika dapat lebih mudah dipahami.

    Pada setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai

    dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

    Untuk mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing

    untuk menguasai konsep matematika. Pada umumnya siswa sulit dalam

    menguasai konsep matematika. Hal ini sering membuat hasil belajar siswa

    menjadi rendah, sehingga siswa kurang berminat dalam mempelajari

    matematika.

    Peneliti melakukan observasi dan wawancara di SD 1 Jati Wetan,

    berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas 5 yang

    bernama Niasari Febriani A.Ma, mengenai aktifitas belajar mengajar yang

    terjadi di SD 1 Jati Wetan bahwa peneliti menemukan data siswa pada mata

    pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk

  • pecahan nilainya rendah. Data tersebut dilihat dari nilai ulangan harian kelas

    5 dari 25 siswa ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM, nilai KKM

    yang sudah ditentukan untuk mata pelajaran matematika adalah 70. Penyebab

    rendahnya hasil belajar dikarenakan siswa telah beranggapan bahwa mata

    pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan menjadikan

    momok bagi siswa. Hal itu membuat siswa cenderung putus asa dalam

    mempelajari matematika. Selain itu, dalam poses pembelajaran guru masih

    menggunakan metode konvensional yaitu dengan metode ceramah, mencatat

    menghafal dan pemberian tugas hal ini mengakibatkan kurang tercapainya

    tujuan dalam pembelajaran.

    Peneliti memilih untuk menggunakan model pembelajaran yang

    inovatif, kreatif dan menyenangkan untuk meningkatkan tercapainya tujuan

    pembelajaran. Pembelajaran menggunakan model yang menyenangkan yaitu

    model kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dikembangkan oleh

    Kagen (dalam Daryanto, 2012:245). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    NHT merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya

    kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Model tersebut lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,

    mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya

    dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Number Heads

    Together (NHT) ini tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada

    unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan

    pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur

  • model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru

    mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat

    menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan

    memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, dan hidup serasi dengan

    sesama (Suprijono, 2012: 58).

    Pada proses kegiatan belajar mengajar guru jarang menggunakan

    media atau alat peraga, sehingga pada proses pembelajarannya siswa sulit

    dalam memahami materi. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak,

    siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat

    memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat

    dipahami dan dimengerti oleh siswa (Heruman, 2010). Media yang sesuai

    dengan materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan adalah

    media kertas lipat atau biasa disebut dengan origami. Dalam penggunaan

    media kertas lipat siswa dapat melipat kertas tersebut sesuai yang di inginkan.

    Media kertas lipat ini adalah media konkret dan mudah dimengerti oleh

    siswa, siswa tidak perlu membayangkan karena siswa dapat langsung

    mempraktekkannya. Media kertas lipat ini hanya sebagai alat bantu utuk

    mempermudah pemahaman pada siswa.

    Hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti,

    maka peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh

    model kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dengan media kertas

    lipat terhadap hasil belajar Siswa matematika kelas V SD 1 Jati Wetan

    Kudus, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkat hasil belajar

  • siswa khususnya pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan

    pengurangan berbentuk pecahan.

    B. Identifikasi Masalah

    Menurut latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah

    yang ditemukan dalam proses pembelajaran matematika dilihat dari

    munculnya hal-hal sebagai berikut :

    1. Kurang menguasai konsep matematika.

    2. Kurangnya minat belajar matematika.

    3. Siswa menganggap pelajaran matematika sulit.

    4. Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran.

    5. Rendahnya hasil belajar matematika pada materi penjumlahan dan

    pengurangan berbentuk pecahan.

    C. Batasan Masalah

    Menurut identifikasi masalah yang telah diketahui oleh peneliti, maka

    peneliti membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu

    Pengaruh Model Kooperatif Tipe Number Heads Together dengan Media

    Kertas Lipat terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester 2

    SD 1 Jati Wetan Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013.

    D. Rumusan Masalah

    Menurut batasan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka

    rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah: apakah ada pengaruh

    penggunaan model pembelajaran Number Heads Together (NHT) berbantu

  • media kertas lipat terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD 1 Jati

    Wetan?

    E. Tujuan Penelitian

    Menurut rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin

    dicapai adalah: Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model

    pembelajaran Number Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat

    terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD 1 Jati Wetan?

    F. Manfaat Penelitian

    Penulisan penelitian ini secara khusus ditujukan agar dapat memberi

    manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut:

    1. Manfaat teoretis:

    a Bagi akademik/lembaga pendidikan, menjadi bahan informasi dalam

    mengembangkan pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan

    berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar.

    b Bagi guru, dapat menciptakan variasi dan inovasi baru dalam

    menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam

    pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat keinginan belajar

    siswa yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan karakteristik

    siswa.

    c Bagi peneliti, sebagai pengalaman baru untuk acuan sehingga penulis

    dapat belajar lagi menciptakan model-model pembelajaran terbaru di

    masa yang akan datang.

    2. Manfaat praktis:

  • a Bagi guru, dapat menciptakan kegiatan pembelajaran di sekolah yang

    lebih kreatif dan inovatif.

    b Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya

    pada materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan.

    c Bagi Sekolah

    1) Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

    mengajar guru.

    2) Memotivasi guru untuk menciptakan model pembelajaran

    yang bervariatif.

    3) Penelitian ini diharapkan dapat membangun mutu pendidikan

    bagi sekolah guna meningkatkan prestasi sekolah baik dari

    segi kemampuan guru maupun siswa.

  • BAB II

    KAJIAN TEORETIS

    A. Variabel Dependent (Terikat)

    1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Belajar adalah proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu

    perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

    2010: 2). Menurut Gagne belajar adalah suatu proses yang kompleks dan

    hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi

    yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar

    (Hardini, 2012: 4). Skinner memberikan definisi belajar learning is a process

    of progressive behavior adaptation. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan

    bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat

    progresif (Walgito, 2004:166).

    Beberapa pengertian belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa

    belajar pada dasarnya berbicara tentang perubahan tingkah laku siswa

    sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan

    atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada

    siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin

    dicapai. Guru menyiapkan materi dan pembelajaran yang menarik, inovatif

    dan menyenangkan. Perhatian perubahan perilaku terhadap siswa dalam

    proses pembelajaran juga harus diperhatikan oleh guru.

  • Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengalami suatu perubahan.

    Hal ini dikarenakan pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

    mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh

    kemudahan dalam belajar, selain itu pembelajaran sebagai cara guru

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan

    memahami sesuatu yang sedang dipelajari (Darsono, 2000:24). Sehingga

    guru dapat memberikan pembelajaran yang efektif guna memberikan

    pemahaman kepada siswa agar dapat belajar dan menerapkan pengetahuan

    yang dimiliki di lingkungannya. Arti dari pembelajaran yang efektif ini

    adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang

    dicapai siswa, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu

    memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan

    mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya

    dalam kehidupan sehari hari.

    b. Ciri - Ciri dan Prinsip Belajar

    Belajar merupakan kegiatan siswa untuk merangsang kemampuan yang

    dimiliki pada setiap siswa untuk meningkatkan pengetahuan, kecakapan,

    sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikirnya. Berikut ini

    adalah ciri ciri belajar pada siswa, yaitu :

    1)Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.

    2)Belajar merupakan pengalaman sendiri.

    3)Merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.

    4)Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri siswa yang belajar.

  • Adapun prinsip prinsip dari belajar dalam pembelajaran adalah

    kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri,

    pemberian penguatan dan umpan balik. Dari ciri ciri dan prinsip belajar

    dapat disimpulkan bahwa belajar bukan untuk memindah pengetahuan dari

    guru kepada siswa, melainkan menyusun kembali pengetahuan yang telah

    didapat kemudian dikembangkan dan diterapkan di kehidupan sehari-hari

    agar siswa menjadi lebih terarah untuk mencapai suatu hasil yang akan

    dicapai serta dapat bermanfaat untuk siswa secara berkesinambungan.

    c. Hasil Belajar

    Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

    membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil adalah hasil (product)

    menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

    proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil

    produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan

    mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods)

    (Purwanto, 2009: 44), sedangkan belajar merupakan proses dalam diri siswa

    yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam

    perilakunya. Selain itu belajar adalah proses usaha yang dilakukan siswa

    untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

    keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Perubahan perilaku itu merupakan

    perolehan yang menjadi hasil belajar (Purwanto, 2009: 44-45). Menurut

    Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan siswa berubah

  • dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai

    ukuran untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai bahan yang sudah

    diajarkan (Purwanto, 2009: 44). Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2012: 6)

    hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    Pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami

    kegiatan belajar. Jadi, hasil belajar adalah perolehan dari proses kegiatan

    belajar mengajar yang telah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa

    dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

    2. Hakikat Pembelajaran Matematika

    Pada kurikulum pelajaran matematika dikelompokkan sebagai salah satu mata

    pelajaran utama yang harus diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar untuk

    membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis

    dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dalam membelajarkan

    matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma

    pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika

    cenderung berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa, maka pembelajaran

    cenderung monoton sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh. Dalam

    standar isi pendidikan dijelaskan bahwa:

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasariperkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalamberbagai disiplin dan memajukan daya pikir siswa. Mata pelajaranmatematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasaruntuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,sistematik, kritis, dan kreatif, serta kemampuan memperoleh,

  • mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup padakeadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (BSNP,2006: 59).

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika disusun

    sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan

    menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengomunikasikan

    ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media

    lain. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu adanya

    keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,

    menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya (Hardini, 2012: 160).

    Pembelajaran matematika di SD juga merupakan salah satu kajian yang

    selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik

    khususnya antara hakikat siswa dengan hakikat matematika. Untuk itu

    diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan tersebut.

    Siswa SD mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Hal ini

    dikarenakan tahap berpikirnya masih berada pada tahap pra konkret (Karso,

    2004:1.4). Menurut Bruner dalam Heruman (2010:4) mengungkapkan bahwa

    dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai

    pengetahuan yang diperlukannya. Hal ini sesuai dengan pembelajaran

    spiral, sebagai konsekuensi dari dalil Bruner. Dalam matematika, setiap

    konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat

    bagi konsep yang lain, dengan adanya hal tersebut guru memberi kesempatan

    pada siswa untuk lebih banyak melakukan keterkaitan tersebut.

  • Pada pembelajaran matematika guru hendaknya memilih berbagai

    variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga

    tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau

    tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan

    pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat

    perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta

    mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. Pada materi penjumlahan

    dan pengurangan berbentuk pecahan ada beberapa konsep yang perlu dibahas

    yaitu: Penjumlahan pecahan berpenyebut sama, pengurangan pecahan yang

    berpenyebut sama, Penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama, dan

    pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Dengan demikian

    seharusnya guru dapat menanamkan konsep pembelajaran matematika dengan

    baik disertai media pembelajaran yang sesuai untuk materi ini media yang

    sesuai adalah kertas lipat atau biasa dikenal dengan origami.

    3. Tinjauan Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan

    Pecahan

    a. Materi Matematika

    Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran siswa yang berhubungan

    dengan ide, proses, dan penalaran menurut Ruseffendi (dalam Suherman,

    2001: 19). Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman siswa

    dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas siswa

    kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analistis

  • dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah

    pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Pembelajaran

    matematika pada umumnya terdapat beberapa materi yang tercantum pada

    kompetensi dasar antara lain, seperti : mengubah pecahan ke bentuk persen

    dan desimal serta sebaliknya, menjumlahkan dan mengurangkan berbagai

    bentuk pecahan, mengalikan dan membagikan berbagai bentuk pecahan dan

    menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

    Peneliti memilih salah satu kompetensi dasar yaitu menjumlahkan dan

    mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Dalam hal ini, peneliti hanya

    mengambil materi penjumlahan dan pengurangan bentuk pecahan biasa.

    Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan suatu

    permasalahan dalam materi tersebut. Salah satunya siswa kurang memahami

    materi yang disampaikan oleh guru.

    Permasalahan matematika muncul karena siswa mengalami kesulitan

    dalam memecahkan suatu persoalan karena belum mengetahui bagaimana

    cara pemecahannya. Pada penelitian ini, masalah yang di hadapi yaitu

    pecahan, khususnya materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.

    Definisi dari pecahan yaitu sebuah benda yang dapat di potong menjadi

    beberapa bagian dan mempunyai besar yang sama. Dalam kehidupan sehari-

    hari Misalnya, dalam pembagian buah apel, apel dapat dibagi menjadi 2

    potongan yang sama besar dan masing-masing siswa mendapatkan bagian

    yang sama.

  • Pecahan merupakan salah satu cara untuk menuliskan bilangan tentang

    pembagian sederhana yang menunjukkan bagian dari bilangan yang utuh.

    Pecahan ini dapat dinyatakan dengan . Hal tersebut dapat menggambarkan

    satu atau beberapa bagian dari benda yang dianggap keseluruhan.

    b. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan

    Pada dasarnya penjumlahan dan pengurangan saling terkait.

    Penjumlahan merupakan keseluruhan dalam istilah bagian-bagian, sedangkan

    pengurangan merupakan bagian yang hilang (De Walle, 2008:151). Pada

    operasi hitung, proses penggabungan dalam konsep himpunan dapat diartikan

    sebagai penjumlahan, sedangkan proses pemisahan dapat diartikan sebagai

    pengurangan (Muhsetyo, 2009:3.12). Menurut definisi de-facto dari

    penjumlahan dan pengurangan, penjumlahan adalah peletakan bersama. Jika

    beberapa bagian dari suatu himpunan sudah diketahui, penjumlahan

    digunakan untuk menyebut jumlah keseluruhan dari bagian-bagian tersebut.

    Definisi dari penjumlahan yang sederhana bisa digunakan dengan baik

    untuk situasi yang memerlukan aksi (penggabungan dan pemisahan) maupun

    yang tidak memerlukan aksi. Penjumlahan dapat di notasikan dengan tanda

    + , sedangkan pengurangan pada model bagian-bagian total, jika totalnya

    dan salah satu bagiannya sudah diketahui, maka pengurangan akan

    menghasilkan bagian yang satunya. Definisi ini sesuai dengan istilah

    pengambilan (De Walle, 2008: 154). Pengurangan dapat di notasikan dengan

    tanda .

  • Dasar dari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan adalah

    memahami penjumlahan dan pengurangan sederhana. Hal tersebut

    dikarenakan dalam materi yang akan diteliti ada kaitannya dengan

    penjumlahan dan pengurangan dasar. Peneliti memilih materi penjumlahan

    dan pengurangan pecahan biasa. Apabila dalam pecahan biasa yang

    berpenyebut sama cara mengerjakannya hanya dengan menambahkan atau

    mengurangkan pembilangnya saja.

    c. Penerapan Pembelajaran Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari

    Perhatikan contoh berikut ini !

    1. Andi mempunyai bagian dari buah melon, kemudian ayah membelikan

    lagi bagian. Berapa bagian buah melon Andi sekarang?

    Jawaban :

    Pada penjumlahan yang berpenyebut tidak sama, pengerjaannya harus

    dengan cara menyamakan penyebutnya terlebih dahulu, setelah itu

    pembilangnya dijumlahkan. Cara menyamakan penyebutnya dengan

    mencari KPK dari kedua penyebut tersebut. Pada soal di atas penyebutnya

    2 dan 3, maka KPK dari 2 dan 3 yaitu 6, jadi penyebutnya 6.

    2. Ani mempunyai bagian roti, kemudian dibelikan ibunya lagi . Berapa

    bagian roti Ani sekarang?

    Jawaban :

  • Penjumlahan yang berpenyebut sama, penyebutnya tidak dijumlahkan,

    melainkan digabungan menjadi satu.

    3. Rani mempunyai roti, tiba-tiba Budi meminta roti Rani. Berapa roti

    yang dimiliki Rani sekarang?

    Jawaban:

    Pada dasarnya konsep pengurangan hampir sama dengan penjumlahan,

    pengurangan yang berpenyebut sama, kedua penyebutnya tidak dikurangi

    melainkan penulisannya digabung dan pembilangannya dikurangi,

    sedangkan pengurangan yang berpenyebut tidak sama harus menyamakan

    penyebutnya dengan cara mencari KPK dari penyebut-penyebut.

    d. Tujuan Pembelajaran Matematika

    Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

    sebagai berikut, (Hardini, 2012: 160) :

    1) Memahami konsep matematika,

    2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

    3) Memecahkan masalah,

    4) Mengomunikasikan gagasan untuk memperjelas masalah,

    5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

    Menurut tujuan pembelajaran di atas dapat disimpulkan, dengan adanya

    pemahaman konsep matematika, memecahkan masalah, mengomunikasikan

    gagasan simbol untuk memperjelas masalah yang dapat digunakan dalam

  • kehidupan sehari-hari tujuan pembelajaran yang sudah dirancang akan

    tercapai dengan optimal.

    B. Variabel Independent (Bebas)

    1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

    Together (NHT)

    a. Model Pembelajaran Kooperatif

    Definisi model pembelajaran berasal dari dua istilah yaitu model dan

    pembelajaran, Model dapat diartikan sebagai tiruan atau pola atau

    gaya. Sedangkan pembelajaran adalah pola atau gaya mengajar

    (Kusdaryani, 2009: 172). Jadi definisi model pembelajaran adalah pedoman

    berupa pola program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk

    mencapai suatu tujuan pembelajaran. Selain itu model pembelajaran

    kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu

    untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Hamdani, 2011:30).

    Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pedoman berupa program

    atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu

    pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran,

    diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing), atau menghafal

    (rote learning)) ke arah berpikir (thingking) dan pemahaman (understanding),

    dari model ceramah ke pendekatan individual ke kooperatif, serta dari subject

    ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.

  • Menurut Arends (dalam Trianto, 2011: 51) model pembelajaran

    mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di

    dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

    pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Selain itu,

    model pembelajaran yang dimaksud adalah kerangka konseptual yang

    melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

    belajar untuk mencapai tujuan belajar (Trianto, 2011: 53).

    Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

    yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Model ini juga

    mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk

    menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan

    pembelajaran, semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur

    tugas, struktur tujuan dan penghargaan. Tujuan model pembelajaran

    kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat

    menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan

    keterampilan sosial (Daryanto, 2012: 241-242).

    Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan

    khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya. Hal

    ini dapat melatih siswa dalam menerima perbedaan cara bekerja dan berpikir

    dengan siswa yang lain dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk

    mencapai suatu hasil yang maksimal.

  • b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

    Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa

    dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

    dirumuskan (Hamdani, 2011:30). Sedangkan pembelajaran Numbered Heads

    Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

    untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatife terhadap

    struktur kelas tradisional (Trianto, 2007:62).

    Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

    dikembangkan oleh Kagen (dalam Daryanto, 2012: 245) pada umumnya NHT

    digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman

    pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi

    pembelajaran. Model NHT sangat cocok digunakan dalam pembelajaran

    matematika khususnya di kelas V. Adanya model NHT tersebut peneliti

    memilih untuk menggunakan model tersebut dalam penelitian ini.

    Pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together

    (NHT) diawali dengan Numbering (Suprijono, 2012: 92).

    Langkah-langkah pembelajaran tersebut sebagai berikut :

    1) Guru membagi kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil.

    2) Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang

    dipelajari. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terdiri dari 25 siswa dan

    terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari,

    maka tiap kelompok terdiri dari 5 siswa.

    3) Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-5.

  • 4) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap

    kelompok.

    5) Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban.

    Tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya Head Together berdiskusi

    memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.

    6) Guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap

    kelompok untuk memberikan jawaban. Dilakukan secara bergantian.

    Ada beberapa kelebihan dan kelemahan pada model pembelajaran

    kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar antara lain, (Hamdani,

    2011:90) :

    a) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

    1. Setiap siswa menjadi siap semua,

    2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,

    3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

    b) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

    1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru,

    2. Tidak semua anggota kelompok di panggil oleh guru.

    c. Media Pembelajaran Kertas Lipat

    1. Media Pembelajaran

    Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

    tengah,perantara atau pengantar (Arsyad, 2011: 3). Media adalah alat

    bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau

    disediakan guru untuk mempresentasikan dan menjelaskan bahan pelajaran,

  • serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran

    matematika (Muhsetyo, 2009: 2.3). Media dalam proses belajar mengajar

    diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

    menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

    Gagne dan Briggs mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat

    yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi pengajaran, yang terdiri

    dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide,

    foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media pembelajaran dalam

    proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru

    (Hamdani, 2011:244). Media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat

    bantu guru untuk mengajar dan alat bantu yang digunakan baru sebatas alat

    bantu visual.

    Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat

    ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan

    hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi

    efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa

    harus berinteraksi dengan visual itu sendiri untuk meyakinkan terjadinya

    proses informasi. Adapun ciri-ciri media pembelajaran sebagai berikut :

    a) Fiksatif, menggambarkan kemampuan media dalam merekam,

    menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa.

    b) Manipulasi, media mampu memanipulasi atau mengubah obyek.

  • c) Distributif, menggunakan suatu objek atau kejadian ditransformasikan

    melalui ruang, dan secara bersamaan, kejadian tersebut disajikan kepada

    sejumlah besar siswa (Hamdani, 2011:254).

    2. Media Kertas Lipat

    Peneliti membuat media berupa kertas lipat atau origami untuk dapat

    menanamkan konsep pembelajaran. Bahan kertas ini mudah diperoleh,

    dengan warna beragam, dengan bermacam-macam jenis kertas yang dapat

    dibeli dari toko (Muhsetyo, 2009: 2.20). Bahan kertas yang digunakan

    peneliti adalah kertas lipat atau biasa disebut dengan origami.

    Media kertas lipat atau origami ini bisa digunakan dalam pembelajaran

    matematika dengan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Manfaat

    menggunakan media kertas lipat adalah untuk mempermudah siswa dalam

    menyelesaikan suatu soal. Siswa tidak hanya dengan membayangkan, tetapi

    siswa dapat mempraktikkan sendiri apabila siswa mengalami kesulitan.

    Berikut adalah contoh gambar kertas lipat atau origami :

    1

    Gambar 1 Kertas Lipat atau (origami)

    Penerapan dalam menanamkan konsep pembelajarannya, misalnya

    dalam penjumlahan pecahan berpenyebut sama :

    Perhatikan Contoh Berikut ini!

  • a) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama

    Penanaman Konsep

    Media yang diperlukan: Kertas Lipat

    Kegiatan pembelajaran:

    1. Siswa diingatkan lagi tentang nilai pecahan dan pecahan senilai.

    2. Siswa menyediakan media ( 2 helai kertas lipat), lembar kertas yang

    pertama dilipat menjadi empat bagian yang sama, dan salah satu

    bagian diarsir/diwarna untuk menunjukkan pecahan . Kemudian,

    kertas kedua dilipat menjadi 4 bagian yang sama, dan salah satu

    bagian juga diarsir untuk menunjukkan pecahan .

    3. Siswa memperhatikan dua kertas hasil lipatan yang telah diarsir.

    Kertas pertama Kertas Kedua

    Gambar 2 Kertas lipat yang diarsir

    4. Perhatikan gambar berikut, kita akan menunjukkan hasil penjumlahan

    Dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya

  • 42

    411

    41

    41

    Gambar 3 Kertas lipat yang ditempel

    Ada hal yang harus diperhatikan dalam penulisan proses penjumlahan

    ini, terutama dalam penulisan penyebut, karena penyebut tidak dijumlahkan.

    Adapaun penulisan dua penyebut menjadi satu penyebut harus dilakukan,

    agar terbentuknya dalam pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut harus

    sama dan tidak dijumlahkan.

    b) Pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama

    Penanaman Konsep

    Media yang diperlukan: Kertas Lipat

    Kegiatan Pembelajaran:

    1. Siswa diingatkan kembali tentang pecahan senilai, pengurangan

    pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak

    sama.

    2. Siswa membagi selembar kertas menjadi dua bagian yang sama dengan

    cara melipat. Dan satu bagian diarsir untuk menunjukkan pecahan .

    3. Akan diperagakan pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama,

    yaitu . Dalam peragaan, kata pengurangan dapat diganti

    dengan diambil.

  • Sisa diambil bagian

    Gambar 4 Pengurangan pecahan

    4. Berdasarkan gambar di atas tampak , siswa menganalisis baik

    secara sendiri atau berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu

    dengan media peraga, untuk dapat menentukan pecahan senilai dari

    . Dengan kata lain, siswa dapat mengubah pengurangan pecahan

    berpenyebut tidak sama menjadi pengurangan pecahan berpenyebut

    sama. Apabila sudah terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa dalam

    pengurangan pecahan berpenyebut ini dua penyebut diganti dengan satu

    penyebut, maka dapat ditulis hasilnya sebagai berikut :

    Adanya media kertas lipat dalam materi penjumlahan dan pengurangan

    ini hanya sebagai alat bantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan,

    sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

    C. Kerangka Berpikir

    Pada pembelajaran Matematika di SD 1 Jati Wetan kelas V semester 2

    mengenai penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan, siswa masih

    sulit dalam menyelesaikan soal mengenai penjumlahan dan pengurangan

    pecahan, apabila penyebutnya tidak sama siswa juga masih sulit dalam

  • menyamakan penyebutnya. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar

    mengajar guru masih cenderung berceramah dan memberikan sedikit contoh

    tanpa menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif serta

    penggunaan media yang menarik.

    Dengan demikian untuk mengatasi suatu pemasalahan di atas peneliti

    menggunakan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) serta

    didukung media kertas lipat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Alur

    pengajaran kerangka berpikir dari pengajaran ini yaitu :

    Gambar 5 Kerangka Berpikir

    KondisiAkhir

    KondisiAwal

    Guru masih menggunakancara mengajar yangkonvensional

    Hasil belajar siswa kelasV matematika materipenjumlahan danpengurangan masihrendah.

    TreatmentGuru menggunakanmodel pembelajarankooperatif tipe NumberHeads Together (NHT)dengan media kertaslipat

    1. Pelaksanaan pree-testsoal matematikadengan materipenjumlahan danpengurangan pecahan

    2. Guru mengajarmenggunakanperlakuan modelnumber heads together

    3. Pelaksaan post-test soalMatematika denganmateri penjumlahandan penguranganpecahan

    Setelah diberi treatment(perlakuan) penggunaanmodel Number HeadsTogether (NHT) denganmedia kertas lipat hasilbelajar matematikapenjumlahan danpengurangan hasilnyaberubah menjadi tinggi.

    KondisiAkhir

    KondisiAwal

    Guru masih menggunakancara mengajar yangkonvensional

    Hasil belajar siswa kelasV matematika materipenjumlahan danpengurangan masihrendah.

    TreatmentGuru menggunakanmodel pembelajarankooperatif tipe NumberHeads Together (NHT)dengan media kertaslipat

    4. Pelaksanaan pree-testsoal matematikadengan materipenjumlahan danpengurangan pecahan

    5. Guru mengajarmenggunakanperlakuan modelnumber heads together

    6. Pelaksaan post-test soalMatematika denganmateri penjumlahandan penguranganpecahan

    Setelah diberi treatment(perlakuan) penggunaanmodel Number HeadsTogether (NHT) denganmedia kertas lipat hasilbelajar matematikapenjumlahan danpengurangan hasilnyaberubah menjadi tinggi.

  • Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Thotot Hendro

    Susanto dalam skripsinya yang berjudul peningkatan hasil belajar operasi

    hitung pecahan melalui model pembelajaran NHT berbasis realistik pada

    siswa kelas III SDN Pungangan 01 Kabupaten Batang tahun ajaran

    2009/2010. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas

    siswa dan guru dalam operasi hitung pecahan. Hal ini ditunjukkan dengan

    meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 66 menjadi 87.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Darmi Lela (2010) dalam skripsinya

    yang berjudul peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SDN

    Ngadirejo 03 Reban Batang melalui model pembelajaran numbered heads

    together berbasis realistik tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan

    dengan adanya nilai rata-rata siswa pada siklus I 60, siklus II 65 dan siklus III

    72. Jadi, pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT berbasis

    realistik dapat meningkatkan prestasi siswa.

    D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

    terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

    terkumpul (Arikunto, 2010: 110). Dikatakan sementara, karena jawaban yang

    diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

    fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Penelitian

  • yang merumuskan hipotesis adalah penelitian kuantitatif, pada kualitatif tidak

    merumuskan hipotesis namun ditemukan hipotesis untuk di uji oleh peneliti.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut landasan teori

    dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :

    H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

    Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap

    hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.

    Ha : Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

    Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap

    hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Pelaksanaan penelitan ini dilakukan di SD 1 Jati Wetan Kecamatan

    Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2012/2013. Waktu penelitian dilakukan

    pada semester genap. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian

    adalah siswa kelas V SD 1 Jati Wetan yang berjumlah 25 siswa.

    B. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

    berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

    diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

    (Sugiyono, 2010: 60). Variabel Penelitian ini meliputi variabel bebas dan

    variabel terikat :

    1. Variabel bebas (independent variable) dilambangkan dengan huruf X

    yang merupakan variabel yang mempengaruhi yaitu Model Pembelajaran

    Kooperatif tipe Number Heads Together.

    2. Variabel terikat (dependent variable) dilambangkan dengan huruf Y

    yaitu variabel yang dipengaruhi yaitu hasil belajar siswa.

    Bentuk korelasi antara variabel X dan Y sebagai berikut :

    X = Model Pembelajaran Kooperatif tipe Number Heads Together.

    Y = Hasil Belajar Siswa

    X Y

  • Berdasarkan korelasi di atas, ada dua variabel yaitu variabel

    independent (X) dan dependent (Y). Dijelaskan bahwa variabel X dapat

    mempengaruhi variabel Y. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Number

    Heads Together dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terbukti bahwa

    adanya pengaruh dari variabel X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

    Number Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa (variabel Y).

    Hal itu didukung dengan adanya media kertas lipat.

    C. Definisi Operasional

    Penjelasan istilah-istilah yang terdapat dalam judul. Adapun istilah-

    istilah dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Pengaruh

    Pengaruh menurut Badudu dan Zain adalah (1) daya yang

    menyebabkan sesuatu yang terjadi (2) sesuatu yang dapat membentuk atau

    mengubah sesuatu yang lain dan (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau

    kekuatan siswa. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh

    merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang

    lain.

    Peneliti menyimpulkan bahwa definisi pengaruh adalah suatu keadaan

    ada hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang

    mempengaruhi dengan apa yang di pengaruhi. Pengaruh dalam penelitian ini

    adalah berhasilnya model pembelajaran Number Heads Together (NHT)

    terhadap hasil belajar Matematika kelas V.

  • 2. Model Pembelajaran

    Model dapat diartikan sebagai tiruan atau pola atau gaya.

    Dengan demikian, model dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah pola

    atau gaya mengajar (Kusdaryani, 2009:172). Jadi definisi model

    pembelajaran adalah pedoman berupa pola program atau petunjuk strategi

    mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

    Menurut Arends (dalam Trianto, 2011: 51) model pembelajaran mengacu

    pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

    tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

    lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Selain itu model

    pembelajaran yang dimaksud adalah kerangka konseptual yang melukiskan

    prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

    mencapai tujuan belajar (Trianto, 2011: 53).

    Beberapa pengertian model pembelajaran di atas, peneliti

    menyimpulkan agar di dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat sesuai

    dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka peneliti memilih

    menggunakan model pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk

    mata pelajaran Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan

    berbentuk pecahan. Hal itu dikarenakan model pembelajaran NHT cocok

    untuk digunakan dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran yang

    mengutamakan kerjasama, serta melibatkan siswa dalam penguatan

    pemahaman terhadap materi.

  • 3. Model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)

    Suprijono (2012: 92) Pembelajaran dengan menggunakan model

    Number Heads Together diawali dengan Numbering. Pembelajaran kooperatif

    tipe Number Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Kagen (dalam

    Daryanto, 2012: 245) pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan

    siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman

    siswa terhadap materi pembelajaran.

    4. Media Pembelajaran

    Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

    berarti tengah,perantara atau pengantar (Arsyad, 2011: 3). Media dalam

    proses belajar mengajar diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

    elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi

    visual atau verbal. Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang

    digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap

    efektivitas pembelajaran. Peneliti memilih untuk menggunakan media kertas

    lipat dalam pembelajaran Matematika pada materi penjumlahan dan

    pengurangan berbentuk pecahan.

    5. Hasil Belajar Matematika

    Hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya

    suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara

    fungsional (Purwanto, 2009: 44). Selain itu belajar adalah suatu proses usaha

    yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

    baru secara keselurahan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

  • dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Jadi, Hasil belajar adalah

    kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima

    pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 22). Dalam penelitian ini, peneliti

    menekankan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V

    semester 2 dengan materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan

    dengan adanya pembelajaran model NHT hasil belajar siswa akan meningkat.

    D. Metode dan Desain/Rancangan Penelitian

    Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode dan

    desain/rancangan penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

    model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dengan

    media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa Matematika di SD 1 Jati Wetan

    tahun pelajaran 2012/2013, peneliti menggunakan Pre Experimental Design

    (nondesigns) dengan jenis One-Group Pretest-Posttest Design yaitu terdapat

    pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat

    diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan

    sebelum diberi perlakuan. Desain/ rancangan penelitian ini dapat di

    gambarkan seperti berikut :

    Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

    Gambar 6 One-Group Pretest-Posttest Design

    1. Siswa diberikan tes awal T1, untuk mengukur nilai rata-rata sebelum siswa

    mendapatkan pembelajaran dengan model NHT.

    T1 X T2

  • 2. Siswa diberikan perlakuan (treatment) X, yaitu dengan menggunakan

    model NHT.

    3. Siswa diberikan tes akhir T2, untuk mengukur nilai rata-rata setelah siswa

    mendapatkan perlakuan X.

    T1 = Nilai pretest (sebelum diberi model pembelajaran number heads

    together).

    T2 = Nilai posttest (sesudah diberi model pembelajaran number heads

    together).

    X = Perlakuan menggunakan model number heads together.

    Hasil perlakuan (treatment) yang baik bila nilai post-test berbeda

    sangat signifikan. Perbedaan antara T1 dan T2 diasumsikan merupakan efek

    dari treatment. Pengaruh perlakuan adalah T2 T1.

    E. Populasi, Sampel, dan Sampling

    1. Populasi Penelitian

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 173).

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD 1 Jati Wetan

    yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari laki-laki 16 dan perempuan 9.

    2. Sampel Penelitian

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Sampel dalam penelitian ini adalah

    siswa kelas V SD 1 Jati Wetan yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari laki-

    laki 16 dan perempuan 9.

  • 3. Sampling Penelitian

    Teknik Sampling penelitian merupakan teknik pengambilan sampel

    (sugiyono, 2010: 118). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah non probability sampling jenis Sampling Jenuh karena teknik

    penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

    (Sugiyono, 2010: 124).

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan:

    1. Observasi

    Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

    spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan

    kuesioner. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi bahwa observasi merupakan

    suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

    biologis dan psikologis (Sugiyono, 2010: 203). Dalam penelitian ini peneliti

    menggunakan jenis observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah

    observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan

    diamati, kapan dan dimana tempatnya.

    Pada saat observasi di SD 1 Jati Wetan, peneliti menemukan suatu

    permasalahan yaitu rendahnya nilai matematika pada kelas 5 materi

    penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Peneliti melakukan wawancara

    dengan guru kelasnya yang memaparkan bahwa rata-rata nilai matematika di

    bawah KKM, yang pada dasarnya KKM matematika pada SD tersebut adalah

  • 70. Selain itu, pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru masih

    menggunakan metode konvensional sehingga membuat siswa menjadi bosan.

    Pada saat mengajar guru masih jarang menggunakan media pembelajaran,

    padahal media pembelajaran itu sangat penting bagi siswa untuk

    mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep pembelajaran.

    2. Dokumentasi

    Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang

    tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

    benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

    peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010:

    201). Dokumentasi bertujuan untuk mengungkapkan fakta atau kenyataan

    pada saat pelaksanaan tindakan biasanya berupa gambar atau foto.

    Dokumentasi yang peneliti temukan di SD 1 Jati Wetan adalah adanya arsip

    nilai ulangan harian siswa, presensi siswa, administrasi guru dan proses

    kegiatan belajar mengajar yang berlangsung pada SD tersebut.

    3. Tes

    Menurut Arikunto (2010: 193) tes sebagai teknik pengumpulan data

    adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

    ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

    individu atau kelompok. Tes yang peneliti gunakan adalah soal pilihan ganda.

    Soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi

    penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan biasa serta menguji

    validitas dan reliabilitas dari soal tersebut.

  • G. Instrumen Penelitian

    Analisis uji instrumen meliputi analisis validitas, reliabilitas, tingkat

    kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal.

    1. Validitas Tes

    Validitas empiris dari tes ini dicari validitasnya butir soal dengan

    menggunakan korelasi antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Untuk

    menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment,

    sebagai berikut:

    Keterangan :

    : Koefisien korelasi antara x dan yN : Jumlah subjek atau siswa yang ditelitiX : Skor tiap butir soalY : Skor total

    : Jumlah kuadrat skor butir soal: Jumlah kuadrat skor total (Arikunto, 2006: 73)

    Setelah didapat harga , kemudian dikonsultasikan dengan harga

    ktitik yang ada pada tabel dengan taraf nyata 5%. Apabila lebih besar

    dari harga tabel, maka butir soal tersebut valid. Namun, apabila lebih

    kecil dari harga tabel, maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid

    (Arikunto, 2010: 213).

  • Berikut ini contoh uji validitas :

    Butir soal nomor 1 :

    X = 15 Y = 369

    XY = 301 = 15

    = 7589 N = 20

    =

    =

    =

    =

    =

    Apabila rhitung > rtabel dinyatakan validApabila rhitung < rtabel dinyatakan tidak valid

    Dari hasil perhitungan butir soal nomor 1, rhitung = 0,448 sedangkan

    rtabel dari tabel product moment adalah 0,444. Jadi dapat ditulis 0,448 > 0,444

    karena rhitung lebih besar dari rtabel maka butir soal nomor 1 dinyatakan valid.

  • 2. Reliabilitas Butir Soal

    Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

    dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut

    dapat memberikan hasil yang tepat. Maka pengertian reliabilitas tes,

    berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes, atau seandainya hasil yang

    diperoleh berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

    Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes pilihan ganda

    atau objektif. Untuk menentukan reliabilitas soal objektif dapat dicari dengan

    menggunakan rumus KR. 20 Adapun rumus yang digunakan untuk

    mengukur reliabilitas tes adalah:

    Keterangan :

    r11 = reliabilitas keseluruhann = banyak item soalS2 = standar deviasi/variansp = proporsi subyek yang menjawab benarq = proporsi subyek yang menjawab salahpq = jumlah hasil perkalian p dan qN = banyaknya subyek pengikut tes (Arikunto, 2006: 101).

    Berikut ini adalah langkah perhitungan reliabilitas :

    Menghitung standar deviasi/varians

    Y2 = 7589Y = 369

  • N = 20

    =

    =

    =

    =

    = 39,0475Menghitung reliabilitas keseluruhann = 30

    S2 = 39,0475

    pq = 6,0025

    =

    =

    = (1,034482759)(0,84627697)=0,875

    Karena r11 > rtabel maka dinyatakan reliabel0,875 > 0,444 maka dinyatakan reliabel

    3. Taraf Kesukaran Butir Soal

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu

    mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan

  • usaha menyelesaikannya, soal yang terlalu sukar atau menyebabkan siswa

    menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena

    di luar jangkauan. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan

    sukar atau mudahnya suatu soal. Menurut Arikunto (Arikunto, 2006: 208),

    untuk menghitung tingkat kesukaran soal pilihan ganda, yang digunakan

    adalah rumus:

    JSBP

    Keterangan :

    P : indeks kesukaran

    B : banyaknya siswa yang menjawab benar

    JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

    Menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran butir soal dapat

    digunakan kriteria sebagai berikut:

    a. Jika soal dengan P adalah 1,00 sampai 0,30 maka soal sukar.

    b. Jika soal dengan P adalah 0,30 sampai 0,70 maka soal sedang.

    c. Jika soal dengan P adalah 0,70 sampai 1,00 maka soal mudah.

    Contoh dari perhitungan taraf kesukaran butir soal :

    Butir soal nomor 1 :

    = 0,75 karena skor P adalah 0,75 maka soal mudah.

  • Butir soal nomor 10 :

    =

    = 0,6 karena skor P adalah 0,6 maka soal sedang.4. Daya Pembeda Butir Soal

    Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk

    membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

    yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya

    daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. (Arikunto, 2006:

    213-214)

    Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

    Keterangan:

    D = Indeks diskriminasiJ = Jumlah siswa tesJA = Banyaknya siswa kelompok atasJB = Banyaknya siswa kelompok bawahBA= Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

    benarBB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu

    dengan benarPA = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benarPB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar (ingat, P

    sebagi indeks kesukaran).

    Berdasarkan rumus di atas, aplikasi dari menghitung daya pembeda

    butir soal sebagai berikut :

    BAB

    B

    A

    A PPJB

    JB

    D

  • Butir soal nomor 16 :

    =

    = 0,4 maka daya pembeda soal nomor 16dikatakan baikButir soal nomor 30 :

    =

    = 0,7 maka daya pembeda soal nomor 30 dikatakan baik sekali

    H. Teknik Analisis Data

    1. Teknik anlisis data

    Pada penelitian ini teknik analis data merupakan peran yang sangat penting,

    karena dalam analis data memuat nilai siswa yang bermasalah. Hal ini

    disebabkan karena rendahnya hasil belajar matematika pada siswa kelas V.

    Untuk itu dilakukan teknik untuk menganalis data sehingga peneliti dapat

    mengetahui hasil belajar siswa yang meningkat dengan langkah langkah

    berikut ini :

    a. Menghitung nilai d :

    d = y x

    keterangan:

    d = deviasi/perbedaan pre-test dengan post-test

    y = nilai post-test

    x = nilai pre-test

  • b. Menghitung mean deviasi pre-test dengan post-test (Md)

    Keterangan:

    Md = mean deviasi pre-test dengan post-test

    = jumlah deviasi pre-test dengan post-test

    = jumlah siswa

    c. Menghitung jumlah kuadrat deviasi

    Keterangan:

    = jumlah kuadrat deviasi

    = jumlah deviasi kuadrat

    = jumlah deviasi dikuadratkan

    N = jumlah siswa

    d. menghitung nilai t (t-test) dengan rumus :

    Keterangan :

    Md = Mean dari perbedaan pre-test dengan post-test

    = jumlah kuadrat deviasi

    N = subjek pada sampel

  • Setelah didapat harga t hitung, kemudian dikonsultasikan dengan harga

    ktitik t tabel dengan taraf nyata 5%. Apabila t tabel > t hitung, maka Ha diterima.

    Namun, apabila t tabel < t hitung, maka H0 ditolak.

    2. Hipotesis Statistik

    Hipotesis statistik yang diuji adalah hiptesis nol (Ho). Hiptesis yang

    menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel dan data populasi. Hal ini

    dikarenakan peneliti berharap bahwa tidak ada perbedaan antara

    pembelajaran dengan menggunakan treatment dengan yang tidak

    menggunakan treatment. Sedangkan hiptesis kerjanya (Ha) telah diuji

    terlebih dahulu untuk mengetahui bahwa hiptesis tersebut signifikan atau

    tidak.

    Hipotesis Statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

    Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap

    hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.

    Ha : Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

    Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap

    hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data

    Penelitian ini menguraikan mengenai pengaruh model kooperatif tipe

    number heads together dengan media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa

    matematika kelas V. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

    pengaruh penggunaan model number heads together dengan media kertas

    lipat dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika di

    kelas V. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 siswa

    dengan metode eksperimen, desain pre-experimental design dengan metode

    one group pre-test and post-test design. Pada penelitian ini instrumen yang

    digunakan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal.

    Pada deskripsi data yang diperoleh sebelum treatment adalah pre-test,

    sedangkan data yang diperoleh setelah treatment adalah post-test. Dari hasil

    pre-test diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Hasil jawaban

    setiap butir soal pilihan ganda untuk yang menjawab benar memperoleh skor

    1, sedangkan yang menjawab salah memperoleh skor 0. Berdasarkan KKM

    mata pelajaran matematika kelas V SD 1 Jati Wetan yaitu 70. Hal ini dapat

    dinyatakan dengan dua kategori yaitu < 70 tidak tuntas dan 70 dinyatakan

    tuntas. Data nilai pre-test siswa disajikan pada tabel 1.1 berikut ini:

  • Tabel 1.1Distribusi frekuensi nilai pre-test

    NO INTERVALNILAIFREKUENSI

    SISWA

    1 50-56 3

    2 57-63 7

    3 64-70 6

    4 71-76 3

    5 77-83 1

    6 84-90 5

    Jumlah Nilai 1725

    Rata-Rata 69

    Nilai Terendah 50

    Nilai Tertinggi 90

    Berdasarkan tabel 1.1, nilai rata-rata pre-test adalah 69 dengan

    prosentase ketuntasan 32%. Yakni sebanyak 17 siswa yang nilai di bawah

    KKM dan dinyatakan tidak tuntas, sedangkan 8 siswa yang memperoleh nilai

    di atas KKM dan dinyatakan tuntas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai pre-

  • test kelas V SD 1 Jati Wetan pada mata pelajaran Matematika masih dibawah

    KKM. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18.

    Hasil dari pretest yang diperoleh masih belum mencapai KKM,

    selanjutnya dilakukan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model

    NHT, kemudian siswa diberikan soal post-test. Nilai post-test yang diperoleh

    masing-masing siswa disajikan pada tabel 1.2 sebagai berikut :

    Tabel 1.2Distribusi frekuensi nilai post-test

    NO INTERVALNILAIFREKUENSI

    SISWA

    1 60-66 4

    2 67-73 0

    3 74-80 13

    4 81-86 2

    5 87-93 1

    6 94-100 5

    Jumlah Nilai 2000

    Rata-Rata 80

    Nilai Terendah 60

    Nilai Tertinggi 100

  • Berdasarkan tabel 1.2, nilai rata-rata post-test adalah 80 dengan

    prosentase ketuntasan 84%. Yakni sebanyak 4 siswa yang nilai di bawah

    KKM dan dinyatakan tidak tuntas, sedangkan 21 siswa yang memperoleh

    nilai di atas KKM dan dinyatakan tuntas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai

    post-test kelas V SD 1 Jati Wetan pada mata pelajaran Matematika telah

    mencapai KKM. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.

    B. Uji Persyaratan Analisis Data

    Pada uji persyaratan analisis data peneliti melakukan tes uji coba

    siswa. Tes uji coba tersebut dilakukan sebelum melakukan penelitian, soal uji

    coba yang digunakan adalah pilihan ganda. Jumlah butir soal ada 30 soal

    pilihan ganda, dengan jumlah siswa uji coba sebanyak 20 siswa kelas V.

    Setiap butir soal tersebut dihitung untuk mencari validitas, realibilitas, tingkat

    kesukaran dan daya pembeda soal.

    Uji coba soal dilakukan di SD 3 Jati Kulon. ini dilakukan untuk

    menguji tingkat validitas instrument. Apabila data yang telah di ujikan sesuai

    dengan ketentuan maka instrument sudah baik dan valid. Setelah di uji

    validitasnya dengan 30 soal, dapat diperoleh hasil 10 soal dinyatakan tidak

    valid sedangkan 20 soal telah dinyatakan valid.

    Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran

    dan daya pembeda soal dapat dilihat sebagai berikut :

    1. Uji Validitas

  • Soal uji coba instrumen sebanyak 30 butir soal. Soal dapat dinyatakan valid

    apabila rxy > rtabel, dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa maka rtabel 0,444.

    Terdapat 20 soal yang valid dan 10 soal tidak valid. Adapun hasil data yang

    memenuhi rtabel sebagai berikut :

    a. Jumlah item soal yang memenuhi rxy > rtabel : 1, 3, 5, 6, 8, 10, 13,

    14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 28, 29, 30

    b. Jumlah item soal yang tidak memenuhi rxy < rtabel : 2, 4, 7, 9, 11, 12, 15,

    22, 25, 27

    2. Uji Reliabilitas

    Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan

    rumus KR-20 diperoleh harga r11= 0,875 kemudian dikonsultasikan dengan

    harga r table dengan N = 20 dan taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,444

    berarti r11 > r tabel sehingga soal yang diujicobakan reliabel. Perhitungan dapat

    dilihat pada lampiran.

    3. Taraf kesukaran

    Berdasarkan semua soal yang telah diuji cobakan, setelah dilakukan

    perhitungan taraf kesukaran pada masing-masing item butir soal diperoleh

    hasil sebagai berikut:

    a. Jumlah item butir soal yang memenuhi taraf kesukaran dalam kelompok

    mudah yaitu: 14 butir soal pada nomor 1, 2, 3, 4, 8, 9, 13, 16, 18, 19, 20,

    23, 27, dan 28

  • b. Jumlah item butir soal yang memenuhi taraf kesukaran dalam kelompok

    sedang yaitu: 15 butir soal pada nomor 5, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 17, 21, 22,

    24, 25, 26, dan 29.

    c. Jumlah item butir soal yang memenuhi taraf kesukaran dalam kelompok

    sukar yaitu: 10 butir soal pada nomor 15. Perhitungan selengkapnya bisa

    dilihat pada lampiran.

    4. Daya pembeda

    Hasil perolehan perhitungan daya pembeda pada masing-masing item butir

    soal diperoleh hasil sebagai berikut:

    a. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan baik yaitu

    12 soal pada nomor 5, 6, 8, 10, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, dan 29

    b. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan cukup

    yaitu: 7 butir soal nomor 1, 3, 7, 9, 13, 19, dan 23

    c. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan baik sekali

    yaitu : 4 butir soal nomor : 14, 17, 21, dan 30

    d. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan jelek

    yaitu: 7 butir soal nomor 2, 4, 11, 12, 15, 25, dan 27.

    C. Uji Hipotesis

    Uji hipotesis ini digunakan untuk menghasilkan suatu keputusan,

    keputusan untuk menolak hipotesis atau keputusan tidak menolak hipotesis.

    Jadi, suatu keputusan yang telah dibuat mengandung kepastian, yaitu benar

    ataupun salah. Untuk itu dilakukan uji hipotesis dengan data sebagai berikut :

  • Tabel 1.3

    Hasil Uji Hipotesis

    No KODE Pre-test (X) Post-test (Y) d d2

    1. A1 85 95 +5 252. A2 80 85 +5 253. A3 65 75 +10 1004. A4 75 90 +15 2255. A5 90 100 +10 1006. A6 90 100 +10 1007. A7 60 75 +15 2258. A8 90 95 +5 259. A9 65 75 +10 10010. A10 65 75 +15 22511. A11 55 65 +10 10012. A12 60 75 +15 22513. A13 55 65 +10 10014. A14 60 75 +15 22515. A15 90 95 +5 2516. A16 60 75 +15 22517. A17 60 65 +5 2518. A18 60 75 +15 22519. A19 65 80 +15 22520. A20 60 75 +15 22521. A21 50 60 +10 10022. A22 65 80 +15 22523. A23 75 75 0 024. A24 75 85 +10 10025. A25 70 80 +10 100

    Jumlah 1725 2000 265 3275Rata-rata 69 80

  • == 10,6

    = 3275

    = 3275 -

    = 3275 2809

    = 466

  • H0: = (Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas

    lipat terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan

    Kudus).

    Ha: (Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat

    terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus).

    Hasil perhitungan t hitung adalah 12,029 sedangkan t tabel 2,060, jadi t

    hitung > t tabel = 12,029 > 2,060. Berdasarkan hasil uji t diperoleh t hitung > t

    tabel, seperti yang disebutkan pada hipotesis bahwa Ada pengaruh penggunaan

    model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

    berbantu media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati

    Wetan Kudus.

    D. Pembahasan

    Penelitian eksperimen ini dilakukan di SD 1 Jati Wetan Kudus Tahun

    Pelajaran 2012/2013. Hal ini dilakukan dikarenakan peneliti melihat hasil

    ulangan harian mata pelajaran Matematika yang rendah. Untuk itu peneliti

    mengadakan penelitian di SD tersebut untuk meningkakan hasil belajar

    khususnya pada mata pelajaran matematika. Peneliti menyusun 30 soal

    pilihan ganda untuk uji instrumen yang dilakukan di SD 3 Jati Kulon yang

    digunakan menguji taraf kesukaran butir soal, daya pembeda, validitas dan

  • reliabilitas pada soal. Setelah di uji cobakan dan dianalisis hanya 20 soal yang

    valid dan dipakai untuk penelitian dengan menggunakan pretest dan posttest.

    Proses meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan

    menerapkan model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan.

    Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number

    heads together dikarenakan model NHT adalah rangkaian kegiatan belajar

    siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

    dirumuskan, NHT juga merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

    dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

    terhadap struktur kelas tradisional.

    Model pembelajaran NHT didukung dengan penggunaan media kertas

    lipat yang membuat siswa semakin mudah dalam memecahkan suatu

    masalah. Jadi penggunaan model NHT berbantu media kertas lipat membuat

    siswa lebih antusias dalam belajarnya. Siswa kelas V pun lebih siap dalam

    mengikuti proses pembelajaran, karena model NHT ini memacu siswa untuk

    berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah, sehingga Matematika tidak

    lagi menjadi mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan bagi siswa.

    Pada penelitian ini rancangan dan desain penelitian yang digunakan

    adalah Pre Experimental Design (nondesigns) dengan jenis One-Group

    Pretest-Posttest Design yaitu terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Jadi

    pada jenis eksperimen ini subyek di kenakan dua kali pengukuran, yang

    pertama sebelum kegiatan dengan menggunakan model NHT siswa diberikan

    soal pretest, dan yang kedua setelah kegiatan dengan menggunakan model

  • NHT siswa diberikan soal posttest. Dari hasil perhitungan analisis data

    diperoleh bahwa hasil nilai posttest lebih baik dari nilai pretest, hal ini

    menunjukkan dengan adanya model pembelajaran NHT berbantu media

    kertas lipat hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran Matematika meningkat.

    Berdasarkan uji t di peroleh t hitung > t tabel = 12,029 > 2,060. Hasil dari

    pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan

    model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)