2382c8f8d6aa5c78
-
Upload
thiruselvi-rengasamy -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
Transcript of 2382c8f8d6aa5c78
-
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHERDENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS
SKRIPSI
OLEH:KHAIRUN NISANPM 09120024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG2013
-
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHERDENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanIKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
OLEH:KHAIRUN NISANPM 09120024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG2013
-
SKRIPSI
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHERDENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS
Disusun dan diajukan olehKHAIRUN NISANPM 09120024
Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkandi hadapan Dewan Penguji
Semarang, .
Pembimbing I, Pembimbing II,
Iin Purnamasari, S.Pd, M.Pd Kristanto, S.Pd, M.PdNPP. 108001278 NPP. 047201160
-
SKRIPSIPENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER
DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT TERHADAP HASIL BELAJARSISWA MATEMATIKA KELAS V SD 1 JATI WETAN KUDUS
Yang disusun dan diajukan olehKHAIRUN NISSA
NPM 09120024
Telah dipertahankan di depan Dewan PengujiPada tanggal 31 JULI 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan PengujiKetua,
Dra. M. Th. S.R. Retnaningdyastuti, M.PdNIP. 19530603 198103 2 001
Sekretaris,
Drs. Djariyo, M.PdNIP. 19510617 198103 1 002
Penguji I
Iin Purnamasari, S.Pd, M.PdNPP. 108001278Penguji II
Kristanto, S.Pd, M.PdNPP. 047201160Penguji III
Ervina Eka Subekti, S.Si, M.PdNPP. 098601235
-
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Seberapa besar kesuksesan anda bisa diukur dari seberapa kuat keinginananda.
2. Kualitas bukanlah suatu kebetulan, kualitas selalu berasal dari usaha yangcerdas.
3. Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan kerasadalah kemenangan yang hakiki.
4. Dunia ini tiada jaminan melainkan satu peluang untuk lulus.5. Kecemerlangan adalah hasil daripada sikap yang ingin senantiasa
melakukan yang terbaik.
Persembahan :Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai Sarjana.Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti banyak dibantu,dibimbing, dan didukung oleh berbagai pihak. Tibalah saat yang palingdinantikan sekaligus mengharukan bagi peneliti, yaitu menyampaikanucapan terimakasih yang setulus, seindah, dan sebanyak mungkin kepadasemua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, antara lainkepada:1. Allah SWT, Syukur Alhamdulillahirabbil Alamin segala puja dan puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat serta limpahanRahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. Suwoto dan Ibunda SriSoelastini S.Pd yang telah ikhlas mendoakan, mengorbankan tenaga
fikiran, dan memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, dannasehat pada penulis demi kebahagiaan dan kesuksesan dalammenyelesaikan skripsi ini.
3. To someone special in my heart Kurniawan Eko Prabowo demikebahagiaan dan kesuksesan kita, ucapan terimakasih yang sebanyak-
-
banyaknya atas dukungan, semangat, dan nasehatnya, sehingga sayadapat menyelesaikan skripsi ini dan dapat lulus bersama.
4. Teman-teman kost Kz_28 A, Terimakasih banyak atas dukungan dansemangatnya yang selalu menemaniku menulis coretan indah ini.
5. Teman teman seperjuangan di IKIP PGRI khususnya class A for uall, I miss u forever.
6. Almamaterku.
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi yang berjudul pengaruh model kooperatif tipe number heads togetherdengan media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa matematika kelas V SD 1Jati Wetan Kudus.
Penyusunan skripsi ini juga dimaksudkan untuk melengkapi syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari IKIP PGRI Semarang. Dalammenyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit bantuan,bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu,dalam kesempatan ini dengan tulus hati penulis sampaikan terima kasih kepadakepada:1. Dr. Muhdi, S.H, M.Hum, selaku rektor IKIP PGRI Semarang yang telah
mengizinkan penulis menempuh pendidikan di IKIP PGRI Semarang2. Dra. M. Th. S.R. Retnaningdyastuti, M.Pd, selaku dekan FIP IKIP PGRI
Semarang yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian
3. Drs. Djariyo, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar yang telah menyetujui dalam penyusunan skripsi.
4. Ibu Iin Purnamasari, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing I yang telahmemberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini dan BapakKristanto, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikanbimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yangtelah memberi bekal ilmu kepada selama belajar IKIP PGRI Semarang.
6. Kepala Sekolah SD 1 Jati Wetan Kudus yang telah mengizinkan penulismelakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pendidik,khususnya pendidik di dunia pendidikan sekolah dasar.
Semarang, 27 Juli 2013Penulis,
-
ABSTRAK
Khairun Nissa NPM 09120024 Pengaruh Model Kooperatif TipeNumber Heads Together dengan Media Kertas Lipat terhadap Hasil Belajar SiswaMatematika Kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus. Program Studi Pendidikan GuruSekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. IKIP PGRI Semarang 2013.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematikapada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Data tersebutdilihat dari nilai rata-rata ulangan harian belum mencapai KKM yaitu 70. Adanyaanggapan dari siswa bahwa pembelajaran matematika sulit dan cenderung menjadimomok. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode konvensionaldengan ceramah, mencatat, menghafal dan pemberian tugas. Karena hal tersebut,hasil belajar yang dicapai siswa menjadi kurang maksimal.
Permasalahan yang diteliti dalam peneltian ini adalah apakah adapengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) berbantu media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 JatiWetan?
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif/eksperimen . Penelitian inidilaksanakan di SD 1 Jati Wetan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD 1 Jati Wetan denganmengambil sampel jenuh yakni seluruh siswa kelas V yang berjumlah 25 siswa.Dengan menggunakan rancangan/desain penelitian pre-experimental design jenisone-group pre-test-post-test design. Pada jenis eksperimen ini subyek dikenakandua kali perlakuan, yang pertama sebelum kegiatan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa diberikansoal pre-test dan yang kedua setelah kegiatan dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa diberikansoal post-test.
Berdasarkan hasil analisis uji t diperoleh t hitung > t tabel = 12,029 > 2,060.Apabila thitung > dari ttabel maka H0 ditolak sedangkan Ha diterima. Adapunhipotesis penelitian menyebutkan bahwa ada pengaruh penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media kertas lipat terhadap hasilbelajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus. Pembelajaran dengan menggunakanmodel kooperatif tipe NHT berbantu media kertas lipat juga menunjukkanperbedaan yang signifikan antara pre-test dengan post-test. Hal ini ditunjukkandengan nilai rata-rata pre-test 69 dengan prosentase ketuntasan 32% sedangkannilai rata-rata post-test 80 dengan prosentase ketuntasan 84%.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media kertas lipat terhadap hasilbelajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan tahun pelajaran 2012/2013.
-
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR.............................................................................................. iSAMPUL DALAM.......................................................................................... iiPERSETUJUAN .............................................................................................. iiiPENGESAHAN ............................................................................................... ivMOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vKATA PENGANTAR ..................................................................................... viiABSTRAK ....................................................................................................... viiiDAFTAR ISI.................................................................................................... ixDAFTAR TABEL............................................................................................ xDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6D. Perumusan Masalah..................................................................................... 6E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7BAB II KAJIAN TEORETISA. Variabel Dependent (Terikat)...................................................................... 9
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ........................................................... 92. Hakikat Pembelajaran Matematika ......................................................... 123. Tinjauan Matematika Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan
Pecahan ................................................................................................... 14B. Variabel Independent (Bebas) ..................................................................... 19
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together(NHT)...................................................................................................... 19
2. Media kertas lipat .................................................................................... 24C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 27D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 29
-
BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 31B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 31C. Definisi Operasional .................................................................................... 32D. Metode dan Desain/Rancangan Penelitian.................................................. 35E. Populasi, Sampel, dan Sampling ................................................................. 36F. Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 37G. Intrumen Penelitian ..................................................................................... 39H. Teknik Analisis data.................................................................................... 45BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Data ............................................................................................. 48B. Uji Persyaratan Analisis Data...................................................................... 51C. Uji Hipotesis ............................................................................................... 53D. Pembahasan ................................................................................................ 56BAB V PENUTUPA. Simpulan...................................................................................................... 59B. Saran ........................................................................................................... 59DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 63
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Distribusi Frekuensi Nilai Pre-Test ............................................... 49
Tabel 1.2 : Distribusi Frekuensi Nilai Post-Test.............................................. 50
Tabel 1.3 : Hasil Uji Hipotesis......................................................................... 54
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kertas Lipat atau (origami)24
Gambar 2 : Kertas Lipat yang Diarsir...25
Gambar 3 : Kertas Lipat yang Ditempel...26
Gambar 4 : Pengurangan Pecahan....27
Gambar 5 : Kerangka Berpikir..28
Gambar 6 : One Group Pre-Test and Post Test Design35
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus ...................................................................................... 64Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 .................... 68Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2..................... 74Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3..................... 80Lampiran 5 : Analisis Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat
Kesukaran Excel....................................................................... 87
Lampiran 6 : Analisis Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda dan TingkatKesukaran Manual.................................................................... 88
Lampiran 7 : Kisi-kisi Tes Uji Coba ............................................................... 93Lampiran 8 : Soal Tes Uji Coba...................................................................... 95Lampiran 9 : Kunci Jawaban Tes Uji coba ..................................................... 99Lampiran 10: Kisi-kisi Pre-Test....................................................................... 100
Lampiran 11: Soal Pre-Test ............................................................................. 102Lampiran 12: Kunci Jawaban Pre-Test............................................................ 105Lampiran 13: Kisi-kisi Post-Test ..................................................................... 106Lampiran 14: Soal Post-Test ............................................................................ 108
Lampiran 15: Kunci Jawaban Post-Tet ............................................................ 111Lampiran 16: Daftar Nama Siswa Uji Coba .................................................... 112Lampiran 17: Daftar Nama Siswa Penelitian................................................... 113Lampiran 18: Rekapitulasi Hasil Pre-Test ....................................................... 114
Lampiran 19: Rekapitulasi Hasil Post-Test ..................................................... 115Lampiran 20: Analisis Uji t.............................................................................. 116Lampiran 21: Soal evaluasi 1, kunci jawaban dan teknik penilaian ................ 119Lampiran 22: Soal evaluasi 2, kunci jawaban dan teknik penilaian. ............... 121Lampiran 23: Daftar Nilai Evaluasi 1 .............................................................. 122
Lampiran 24 :Daftar Nilai Evaluasi 2 .............................................................. 123Lampiran 25 :Dokumentasi.............................................................................. 124
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, pengertian pendidikan diatas merupakan
suatu kegiatan inti dalam pembelajaran yang dilakukan dalam satuan
pendidikan, guru dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan potensi siswa
serta dapat membentuk kepribadian siswa sehingga dapat bermanfaat bagi
bangsa dan negara. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Mata pelajaran dasar pada
sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Matematika, PKn, Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut Standar Isi (BSNP, 2006:59) matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir siswa. Mata
-
pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar
untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematik, kritis, dan kreatif, serta kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Pada kurikulum pelajaran matematika dikelompokkan sebagai salah
satu mata pelajaran utama yang harus diberikan mulai dari jenjang sekolah
dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dalam
membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan
paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran
matematika cenderung berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa, maka
pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan siswa merasa
jenuh.
Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang
selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik
khususnya antara hakikat siswa dengan hakikat matematika. Untuk itu
diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau
pertentangan. Siswa SD cara berpikirnya masih belum formal, apalagi siswa-
siswa pada kelas rendah masih berada pada tahapan pra konkret. Dalam dunia
matematika perlu adanya pengembangan model-model matematika sebagai
interpretasi dari sistem matematika ini kemudian ternyata dapat digunakan
untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain yang
-
menonjol adalah dapat membentuk pola pikir siswa yang mempelajari
menjadi pola pikir yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan
(Karso, 2004: 1.4).
Matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif,
konsisten, hirarki, dan logis (Muhsetyo, 2009:1.2). Ciri keabstrakan
matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan
matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa
yang kurang tertarik terhadap matematika (masih lebih untuk daripada
membenci atau alergi terhadap matematika). Ini berarti perlu ada jembatan
yang dapat menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan
matematika dapat lebih mudah dipahami.
Pada setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).
Untuk mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep matematika. Pada umumnya siswa sulit dalam
menguasai konsep matematika. Hal ini sering membuat hasil belajar siswa
menjadi rendah, sehingga siswa kurang berminat dalam mempelajari
matematika.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara di SD 1 Jati Wetan,
berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas 5 yang
bernama Niasari Febriani A.Ma, mengenai aktifitas belajar mengajar yang
terjadi di SD 1 Jati Wetan bahwa peneliti menemukan data siswa pada mata
pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk
-
pecahan nilainya rendah. Data tersebut dilihat dari nilai ulangan harian kelas
5 dari 25 siswa ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM, nilai KKM
yang sudah ditentukan untuk mata pelajaran matematika adalah 70. Penyebab
rendahnya hasil belajar dikarenakan siswa telah beranggapan bahwa mata
pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan menjadikan
momok bagi siswa. Hal itu membuat siswa cenderung putus asa dalam
mempelajari matematika. Selain itu, dalam poses pembelajaran guru masih
menggunakan metode konvensional yaitu dengan metode ceramah, mencatat
menghafal dan pemberian tugas hal ini mengakibatkan kurang tercapainya
tujuan dalam pembelajaran.
Peneliti memilih untuk menggunakan model pembelajaran yang
inovatif, kreatif dan menyenangkan untuk meningkatkan tercapainya tujuan
pembelajaran. Pembelajaran menggunakan model yang menyenangkan yaitu
model kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dikembangkan oleh
Kagen (dalam Daryanto, 2012:245). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model tersebut lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together (NHT) ini tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur
-
model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat
menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan
memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, dan hidup serasi dengan
sesama (Suprijono, 2012: 58).
Pada proses kegiatan belajar mengajar guru jarang menggunakan
media atau alat peraga, sehingga pada proses pembelajarannya siswa sulit
dalam memahami materi. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak,
siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat
memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa (Heruman, 2010). Media yang sesuai
dengan materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan adalah
media kertas lipat atau biasa disebut dengan origami. Dalam penggunaan
media kertas lipat siswa dapat melipat kertas tersebut sesuai yang di inginkan.
Media kertas lipat ini adalah media konkret dan mudah dimengerti oleh
siswa, siswa tidak perlu membayangkan karena siswa dapat langsung
mempraktekkannya. Media kertas lipat ini hanya sebagai alat bantu utuk
mempermudah pemahaman pada siswa.
Hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti,
maka peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh
model kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dengan media kertas
lipat terhadap hasil belajar Siswa matematika kelas V SD 1 Jati Wetan
Kudus, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkat hasil belajar
-
siswa khususnya pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan
pengurangan berbentuk pecahan.
B. Identifikasi Masalah
Menurut latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah
yang ditemukan dalam proses pembelajaran matematika dilihat dari
munculnya hal-hal sebagai berikut :
1. Kurang menguasai konsep matematika.
2. Kurangnya minat belajar matematika.
3. Siswa menganggap pelajaran matematika sulit.
4. Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran.
5. Rendahnya hasil belajar matematika pada materi penjumlahan dan
pengurangan berbentuk pecahan.
C. Batasan Masalah
Menurut identifikasi masalah yang telah diketahui oleh peneliti, maka
peneliti membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu
Pengaruh Model Kooperatif Tipe Number Heads Together dengan Media
Kertas Lipat terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester 2
SD 1 Jati Wetan Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah
Menurut batasan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka
rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah: apakah ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran Number Heads Together (NHT) berbantu
-
media kertas lipat terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD 1 Jati
Wetan?
E. Tujuan Penelitian
Menurut rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah: Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model
pembelajaran Number Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD 1 Jati Wetan?
F. Manfaat Penelitian
Penulisan penelitian ini secara khusus ditujukan agar dapat memberi
manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis:
a Bagi akademik/lembaga pendidikan, menjadi bahan informasi dalam
mengembangkan pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar.
b Bagi guru, dapat menciptakan variasi dan inovasi baru dalam
menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat keinginan belajar
siswa yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan karakteristik
siswa.
c Bagi peneliti, sebagai pengalaman baru untuk acuan sehingga penulis
dapat belajar lagi menciptakan model-model pembelajaran terbaru di
masa yang akan datang.
2. Manfaat praktis:
-
a Bagi guru, dapat menciptakan kegiatan pembelajaran di sekolah yang
lebih kreatif dan inovatif.
b Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya
pada materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan.
c Bagi Sekolah
1) Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
mengajar guru.
2) Memotivasi guru untuk menciptakan model pembelajaran
yang bervariatif.
3) Penelitian ini diharapkan dapat membangun mutu pendidikan
bagi sekolah guna meningkatkan prestasi sekolah baik dari
segi kemampuan guru maupun siswa.
-
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Variabel Dependent (Terikat)
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2010: 2). Menurut Gagne belajar adalah suatu proses yang kompleks dan
hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi
yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar
(Hardini, 2012: 4). Skinner memberikan definisi belajar learning is a process
of progressive behavior adaptation. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat
progresif (Walgito, 2004:166).
Beberapa pengertian belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa
belajar pada dasarnya berbicara tentang perubahan tingkah laku siswa
sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan
atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada
siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Guru menyiapkan materi dan pembelajaran yang menarik, inovatif
dan menyenangkan. Perhatian perubahan perilaku terhadap siswa dalam
proses pembelajaran juga harus diperhatikan oleh guru.
-
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengalami suatu perubahan.
Hal ini dikarenakan pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh
kemudahan dalam belajar, selain itu pembelajaran sebagai cara guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan
memahami sesuatu yang sedang dipelajari (Darsono, 2000:24). Sehingga
guru dapat memberikan pembelajaran yang efektif guna memberikan
pemahaman kepada siswa agar dapat belajar dan menerapkan pengetahuan
yang dimiliki di lingkungannya. Arti dari pembelajaran yang efektif ini
adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang
dicapai siswa, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari hari.
b. Ciri - Ciri dan Prinsip Belajar
Belajar merupakan kegiatan siswa untuk merangsang kemampuan yang
dimiliki pada setiap siswa untuk meningkatkan pengetahuan, kecakapan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikirnya. Berikut ini
adalah ciri ciri belajar pada siswa, yaitu :
1)Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
2)Belajar merupakan pengalaman sendiri.
3)Merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
4)Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri siswa yang belajar.
-
Adapun prinsip prinsip dari belajar dalam pembelajaran adalah
kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri,
pemberian penguatan dan umpan balik. Dari ciri ciri dan prinsip belajar
dapat disimpulkan bahwa belajar bukan untuk memindah pengetahuan dari
guru kepada siswa, melainkan menyusun kembali pengetahuan yang telah
didapat kemudian dikembangkan dan diterapkan di kehidupan sehari-hari
agar siswa menjadi lebih terarah untuk mencapai suatu hasil yang akan
dicapai serta dapat bermanfaat untuk siswa secara berkesinambungan.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil adalah hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan
mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods)
(Purwanto, 2009: 44), sedangkan belajar merupakan proses dalam diri siswa
yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Selain itu belajar adalah proses usaha yang dilakukan siswa
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Perubahan perilaku itu merupakan
perolehan yang menjadi hasil belajar (Purwanto, 2009: 44-45). Menurut
Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan siswa berubah
-
dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai
ukuran untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai bahan yang sudah
diajarkan (Purwanto, 2009: 44). Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2012: 6)
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami
kegiatan belajar. Jadi, hasil belajar adalah perolehan dari proses kegiatan
belajar mengajar yang telah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa
dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
2. Hakikat Pembelajaran Matematika
Pada kurikulum pelajaran matematika dikelompokkan sebagai salah satu mata
pelajaran utama yang harus diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dalam membelajarkan
matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma
pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika
cenderung berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa, maka pembelajaran
cenderung monoton sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh. Dalam
standar isi pendidikan dijelaskan bahwa:
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasariperkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalamberbagai disiplin dan memajukan daya pikir siswa. Mata pelajaranmatematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasaruntuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,sistematik, kritis, dan kreatif, serta kemampuan memperoleh,
-
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup padakeadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (BSNP,2006: 59).
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika disusun
sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengomunikasikan
ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media
lain. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu adanya
keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya (Hardini, 2012: 160).
Pembelajaran matematika di SD juga merupakan salah satu kajian yang
selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik
khususnya antara hakikat siswa dengan hakikat matematika. Untuk itu
diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan tersebut.
Siswa SD mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Hal ini
dikarenakan tahap berpikirnya masih berada pada tahap pra konkret (Karso,
2004:1.4). Menurut Bruner dalam Heruman (2010:4) mengungkapkan bahwa
dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang diperlukannya. Hal ini sesuai dengan pembelajaran
spiral, sebagai konsekuensi dari dalil Bruner. Dalam matematika, setiap
konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat
bagi konsep yang lain, dengan adanya hal tersebut guru memberi kesempatan
pada siswa untuk lebih banyak melakukan keterkaitan tersebut.
-
Pada pembelajaran matematika guru hendaknya memilih berbagai
variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga
tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau
tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan
pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat
perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta
mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. Pada materi penjumlahan
dan pengurangan berbentuk pecahan ada beberapa konsep yang perlu dibahas
yaitu: Penjumlahan pecahan berpenyebut sama, pengurangan pecahan yang
berpenyebut sama, Penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama, dan
pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Dengan demikian
seharusnya guru dapat menanamkan konsep pembelajaran matematika dengan
baik disertai media pembelajaran yang sesuai untuk materi ini media yang
sesuai adalah kertas lipat atau biasa dikenal dengan origami.
3. Tinjauan Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan
a. Materi Matematika
Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran siswa yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran menurut Ruseffendi (dalam Suherman,
2001: 19). Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman siswa
dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas siswa
kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analistis
-
dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah
pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Pembelajaran
matematika pada umumnya terdapat beberapa materi yang tercantum pada
kompetensi dasar antara lain, seperti : mengubah pecahan ke bentuk persen
dan desimal serta sebaliknya, menjumlahkan dan mengurangkan berbagai
bentuk pecahan, mengalikan dan membagikan berbagai bentuk pecahan dan
menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
Peneliti memilih salah satu kompetensi dasar yaitu menjumlahkan dan
mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Dalam hal ini, peneliti hanya
mengambil materi penjumlahan dan pengurangan bentuk pecahan biasa.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan suatu
permasalahan dalam materi tersebut. Salah satunya siswa kurang memahami
materi yang disampaikan oleh guru.
Permasalahan matematika muncul karena siswa mengalami kesulitan
dalam memecahkan suatu persoalan karena belum mengetahui bagaimana
cara pemecahannya. Pada penelitian ini, masalah yang di hadapi yaitu
pecahan, khususnya materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.
Definisi dari pecahan yaitu sebuah benda yang dapat di potong menjadi
beberapa bagian dan mempunyai besar yang sama. Dalam kehidupan sehari-
hari Misalnya, dalam pembagian buah apel, apel dapat dibagi menjadi 2
potongan yang sama besar dan masing-masing siswa mendapatkan bagian
yang sama.
-
Pecahan merupakan salah satu cara untuk menuliskan bilangan tentang
pembagian sederhana yang menunjukkan bagian dari bilangan yang utuh.
Pecahan ini dapat dinyatakan dengan . Hal tersebut dapat menggambarkan
satu atau beberapa bagian dari benda yang dianggap keseluruhan.
b. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Pada dasarnya penjumlahan dan pengurangan saling terkait.
Penjumlahan merupakan keseluruhan dalam istilah bagian-bagian, sedangkan
pengurangan merupakan bagian yang hilang (De Walle, 2008:151). Pada
operasi hitung, proses penggabungan dalam konsep himpunan dapat diartikan
sebagai penjumlahan, sedangkan proses pemisahan dapat diartikan sebagai
pengurangan (Muhsetyo, 2009:3.12). Menurut definisi de-facto dari
penjumlahan dan pengurangan, penjumlahan adalah peletakan bersama. Jika
beberapa bagian dari suatu himpunan sudah diketahui, penjumlahan
digunakan untuk menyebut jumlah keseluruhan dari bagian-bagian tersebut.
Definisi dari penjumlahan yang sederhana bisa digunakan dengan baik
untuk situasi yang memerlukan aksi (penggabungan dan pemisahan) maupun
yang tidak memerlukan aksi. Penjumlahan dapat di notasikan dengan tanda
+ , sedangkan pengurangan pada model bagian-bagian total, jika totalnya
dan salah satu bagiannya sudah diketahui, maka pengurangan akan
menghasilkan bagian yang satunya. Definisi ini sesuai dengan istilah
pengambilan (De Walle, 2008: 154). Pengurangan dapat di notasikan dengan
tanda .
-
Dasar dari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan adalah
memahami penjumlahan dan pengurangan sederhana. Hal tersebut
dikarenakan dalam materi yang akan diteliti ada kaitannya dengan
penjumlahan dan pengurangan dasar. Peneliti memilih materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan biasa. Apabila dalam pecahan biasa yang
berpenyebut sama cara mengerjakannya hanya dengan menambahkan atau
mengurangkan pembilangnya saja.
c. Penerapan Pembelajaran Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari
Perhatikan contoh berikut ini !
1. Andi mempunyai bagian dari buah melon, kemudian ayah membelikan
lagi bagian. Berapa bagian buah melon Andi sekarang?
Jawaban :
Pada penjumlahan yang berpenyebut tidak sama, pengerjaannya harus
dengan cara menyamakan penyebutnya terlebih dahulu, setelah itu
pembilangnya dijumlahkan. Cara menyamakan penyebutnya dengan
mencari KPK dari kedua penyebut tersebut. Pada soal di atas penyebutnya
2 dan 3, maka KPK dari 2 dan 3 yaitu 6, jadi penyebutnya 6.
2. Ani mempunyai bagian roti, kemudian dibelikan ibunya lagi . Berapa
bagian roti Ani sekarang?
Jawaban :
-
Penjumlahan yang berpenyebut sama, penyebutnya tidak dijumlahkan,
melainkan digabungan menjadi satu.
3. Rani mempunyai roti, tiba-tiba Budi meminta roti Rani. Berapa roti
yang dimiliki Rani sekarang?
Jawaban:
Pada dasarnya konsep pengurangan hampir sama dengan penjumlahan,
pengurangan yang berpenyebut sama, kedua penyebutnya tidak dikurangi
melainkan penulisannya digabung dan pembilangannya dikurangi,
sedangkan pengurangan yang berpenyebut tidak sama harus menyamakan
penyebutnya dengan cara mencari KPK dari penyebut-penyebut.
d. Tujuan Pembelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut, (Hardini, 2012: 160) :
1) Memahami konsep matematika,
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
3) Memecahkan masalah,
4) Mengomunikasikan gagasan untuk memperjelas masalah,
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Menurut tujuan pembelajaran di atas dapat disimpulkan, dengan adanya
pemahaman konsep matematika, memecahkan masalah, mengomunikasikan
gagasan simbol untuk memperjelas masalah yang dapat digunakan dalam
-
kehidupan sehari-hari tujuan pembelajaran yang sudah dirancang akan
tercapai dengan optimal.
B. Variabel Independent (Bebas)
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT)
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Definisi model pembelajaran berasal dari dua istilah yaitu model dan
pembelajaran, Model dapat diartikan sebagai tiruan atau pola atau
gaya. Sedangkan pembelajaran adalah pola atau gaya mengajar
(Kusdaryani, 2009: 172). Jadi definisi model pembelajaran adalah pedoman
berupa pola program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Selain itu model pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Hamdani, 2011:30).
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pedoman berupa program
atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu
pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran,
diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing), atau menghafal
(rote learning)) ke arah berpikir (thingking) dan pemahaman (understanding),
dari model ceramah ke pendekatan individual ke kooperatif, serta dari subject
ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.
-
Menurut Arends (dalam Trianto, 2011: 51) model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Selain itu,
model pembelajaran yang dimaksud adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar (Trianto, 2011: 53).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Model ini juga
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran, semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur
tugas, struktur tujuan dan penghargaan. Tujuan model pembelajaran
kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial (Daryanto, 2012: 241-242).
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya. Hal
ini dapat melatih siswa dalam menerima perbedaan cara bekerja dan berpikir
dengan siswa yang lain dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk
mencapai suatu hasil yang maksimal.
-
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa
dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan (Hamdani, 2011:30). Sedangkan pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatife terhadap
struktur kelas tradisional (Trianto, 2007:62).
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
dikembangkan oleh Kagen (dalam Daryanto, 2012: 245) pada umumnya NHT
digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman
pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Model NHT sangat cocok digunakan dalam pembelajaran
matematika khususnya di kelas V. Adanya model NHT tersebut peneliti
memilih untuk menggunakan model tersebut dalam penelitian ini.
Pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together
(NHT) diawali dengan Numbering (Suprijono, 2012: 92).
Langkah-langkah pembelajaran tersebut sebagai berikut :
1) Guru membagi kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil.
2) Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang
dipelajari. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terdiri dari 25 siswa dan
terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari,
maka tiap kelompok terdiri dari 5 siswa.
3) Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-5.
-
4) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap
kelompok.
5) Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban.
Tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya Head Together berdiskusi
memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
6) Guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap
kelompok untuk memberikan jawaban. Dilakukan secara bergantian.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar antara lain, (Hamdani,
2011:90) :
a) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
1. Setiap siswa menjadi siap semua,
2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru,
2. Tidak semua anggota kelompok di panggil oleh guru.
c. Media Pembelajaran Kertas Lipat
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah,perantara atau pengantar (Arsyad, 2011: 3). Media adalah alat
bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau
disediakan guru untuk mempresentasikan dan menjelaskan bahan pelajaran,
-
serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran
matematika (Muhsetyo, 2009: 2.3). Media dalam proses belajar mengajar
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Gagne dan Briggs mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat
yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi pengajaran, yang terdiri
dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide,
foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru
(Hamdani, 2011:244). Media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat
bantu guru untuk mengajar dan alat bantu yang digunakan baru sebatas alat
bantu visual.
Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat
ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan
hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi
efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa
harus berinteraksi dengan visual itu sendiri untuk meyakinkan terjadinya
proses informasi. Adapun ciri-ciri media pembelajaran sebagai berikut :
a) Fiksatif, menggambarkan kemampuan media dalam merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa.
b) Manipulasi, media mampu memanipulasi atau mengubah obyek.
-
c) Distributif, menggunakan suatu objek atau kejadian ditransformasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan, kejadian tersebut disajikan kepada
sejumlah besar siswa (Hamdani, 2011:254).
2. Media Kertas Lipat
Peneliti membuat media berupa kertas lipat atau origami untuk dapat
menanamkan konsep pembelajaran. Bahan kertas ini mudah diperoleh,
dengan warna beragam, dengan bermacam-macam jenis kertas yang dapat
dibeli dari toko (Muhsetyo, 2009: 2.20). Bahan kertas yang digunakan
peneliti adalah kertas lipat atau biasa disebut dengan origami.
Media kertas lipat atau origami ini bisa digunakan dalam pembelajaran
matematika dengan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Manfaat
menggunakan media kertas lipat adalah untuk mempermudah siswa dalam
menyelesaikan suatu soal. Siswa tidak hanya dengan membayangkan, tetapi
siswa dapat mempraktikkan sendiri apabila siswa mengalami kesulitan.
Berikut adalah contoh gambar kertas lipat atau origami :
1
Gambar 1 Kertas Lipat atau (origami)
Penerapan dalam menanamkan konsep pembelajarannya, misalnya
dalam penjumlahan pecahan berpenyebut sama :
Perhatikan Contoh Berikut ini!
-
a) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama
Penanaman Konsep
Media yang diperlukan: Kertas Lipat
Kegiatan pembelajaran:
1. Siswa diingatkan lagi tentang nilai pecahan dan pecahan senilai.
2. Siswa menyediakan media ( 2 helai kertas lipat), lembar kertas yang
pertama dilipat menjadi empat bagian yang sama, dan salah satu
bagian diarsir/diwarna untuk menunjukkan pecahan . Kemudian,
kertas kedua dilipat menjadi 4 bagian yang sama, dan salah satu
bagian juga diarsir untuk menunjukkan pecahan .
3. Siswa memperhatikan dua kertas hasil lipatan yang telah diarsir.
Kertas pertama Kertas Kedua
Gambar 2 Kertas lipat yang diarsir
4. Perhatikan gambar berikut, kita akan menunjukkan hasil penjumlahan
Dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya
-
42
411
41
41
Gambar 3 Kertas lipat yang ditempel
Ada hal yang harus diperhatikan dalam penulisan proses penjumlahan
ini, terutama dalam penulisan penyebut, karena penyebut tidak dijumlahkan.
Adapaun penulisan dua penyebut menjadi satu penyebut harus dilakukan,
agar terbentuknya dalam pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut harus
sama dan tidak dijumlahkan.
b) Pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama
Penanaman Konsep
Media yang diperlukan: Kertas Lipat
Kegiatan Pembelajaran:
1. Siswa diingatkan kembali tentang pecahan senilai, pengurangan
pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak
sama.
2. Siswa membagi selembar kertas menjadi dua bagian yang sama dengan
cara melipat. Dan satu bagian diarsir untuk menunjukkan pecahan .
3. Akan diperagakan pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama,
yaitu . Dalam peragaan, kata pengurangan dapat diganti
dengan diambil.
-
Sisa diambil bagian
Gambar 4 Pengurangan pecahan
4. Berdasarkan gambar di atas tampak , siswa menganalisis baik
secara sendiri atau berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu
dengan media peraga, untuk dapat menentukan pecahan senilai dari
. Dengan kata lain, siswa dapat mengubah pengurangan pecahan
berpenyebut tidak sama menjadi pengurangan pecahan berpenyebut
sama. Apabila sudah terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa dalam
pengurangan pecahan berpenyebut ini dua penyebut diganti dengan satu
penyebut, maka dapat ditulis hasilnya sebagai berikut :
Adanya media kertas lipat dalam materi penjumlahan dan pengurangan
ini hanya sebagai alat bantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
C. Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran Matematika di SD 1 Jati Wetan kelas V semester 2
mengenai penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan, siswa masih
sulit dalam menyelesaikan soal mengenai penjumlahan dan pengurangan
pecahan, apabila penyebutnya tidak sama siswa juga masih sulit dalam
-
menyamakan penyebutnya. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar
mengajar guru masih cenderung berceramah dan memberikan sedikit contoh
tanpa menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif serta
penggunaan media yang menarik.
Dengan demikian untuk mengatasi suatu pemasalahan di atas peneliti
menggunakan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) serta
didukung media kertas lipat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Alur
pengajaran kerangka berpikir dari pengajaran ini yaitu :
Gambar 5 Kerangka Berpikir
KondisiAkhir
KondisiAwal
Guru masih menggunakancara mengajar yangkonvensional
Hasil belajar siswa kelasV matematika materipenjumlahan danpengurangan masihrendah.
TreatmentGuru menggunakanmodel pembelajarankooperatif tipe NumberHeads Together (NHT)dengan media kertaslipat
1. Pelaksanaan pree-testsoal matematikadengan materipenjumlahan danpengurangan pecahan
2. Guru mengajarmenggunakanperlakuan modelnumber heads together
3. Pelaksaan post-test soalMatematika denganmateri penjumlahandan penguranganpecahan
Setelah diberi treatment(perlakuan) penggunaanmodel Number HeadsTogether (NHT) denganmedia kertas lipat hasilbelajar matematikapenjumlahan danpengurangan hasilnyaberubah menjadi tinggi.
KondisiAkhir
KondisiAwal
Guru masih menggunakancara mengajar yangkonvensional
Hasil belajar siswa kelasV matematika materipenjumlahan danpengurangan masihrendah.
TreatmentGuru menggunakanmodel pembelajarankooperatif tipe NumberHeads Together (NHT)dengan media kertaslipat
4. Pelaksanaan pree-testsoal matematikadengan materipenjumlahan danpengurangan pecahan
5. Guru mengajarmenggunakanperlakuan modelnumber heads together
6. Pelaksaan post-test soalMatematika denganmateri penjumlahandan penguranganpecahan
Setelah diberi treatment(perlakuan) penggunaanmodel Number HeadsTogether (NHT) denganmedia kertas lipat hasilbelajar matematikapenjumlahan danpengurangan hasilnyaberubah menjadi tinggi.
-
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Thotot Hendro
Susanto dalam skripsinya yang berjudul peningkatan hasil belajar operasi
hitung pecahan melalui model pembelajaran NHT berbasis realistik pada
siswa kelas III SDN Pungangan 01 Kabupaten Batang tahun ajaran
2009/2010. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
siswa dan guru dalam operasi hitung pecahan. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 66 menjadi 87.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Darmi Lela (2010) dalam skripsinya
yang berjudul peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SDN
Ngadirejo 03 Reban Batang melalui model pembelajaran numbered heads
together berbasis realistik tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya nilai rata-rata siswa pada siklus I 60, siklus II 65 dan siklus III
72. Jadi, pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT berbasis
realistik dapat meningkatkan prestasi siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 2010: 110). Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Penelitian
-
yang merumuskan hipotesis adalah penelitian kuantitatif, pada kualitatif tidak
merumuskan hipotesis namun ditemukan hipotesis untuk di uji oleh peneliti.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut landasan teori
dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.
Ha : Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitan ini dilakukan di SD 1 Jati Wetan Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2012/2013. Waktu penelitian dilakukan
pada semester genap. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian
adalah siswa kelas V SD 1 Jati Wetan yang berjumlah 25 siswa.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2010: 60). Variabel Penelitian ini meliputi variabel bebas dan
variabel terikat :
1. Variabel bebas (independent variable) dilambangkan dengan huruf X
yang merupakan variabel yang mempengaruhi yaitu Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Number Heads Together.
2. Variabel terikat (dependent variable) dilambangkan dengan huruf Y
yaitu variabel yang dipengaruhi yaitu hasil belajar siswa.
Bentuk korelasi antara variabel X dan Y sebagai berikut :
X = Model Pembelajaran Kooperatif tipe Number Heads Together.
Y = Hasil Belajar Siswa
X Y
-
Berdasarkan korelasi di atas, ada dua variabel yaitu variabel
independent (X) dan dependent (Y). Dijelaskan bahwa variabel X dapat
mempengaruhi variabel Y. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Number
Heads Together dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terbukti bahwa
adanya pengaruh dari variabel X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
Number Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa (variabel Y).
Hal itu didukung dengan adanya media kertas lipat.
C. Definisi Operasional
Penjelasan istilah-istilah yang terdapat dalam judul. Adapun istilah-
istilah dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pengaruh menurut Badudu dan Zain adalah (1) daya yang
menyebabkan sesuatu yang terjadi (2) sesuatu yang dapat membentuk atau
mengubah sesuatu yang lain dan (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau
kekuatan siswa. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh
merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang
lain.
Peneliti menyimpulkan bahwa definisi pengaruh adalah suatu keadaan
ada hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang
mempengaruhi dengan apa yang di pengaruhi. Pengaruh dalam penelitian ini
adalah berhasilnya model pembelajaran Number Heads Together (NHT)
terhadap hasil belajar Matematika kelas V.
-
2. Model Pembelajaran
Model dapat diartikan sebagai tiruan atau pola atau gaya.
Dengan demikian, model dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah pola
atau gaya mengajar (Kusdaryani, 2009:172). Jadi definisi model
pembelajaran adalah pedoman berupa pola program atau petunjuk strategi
mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2011: 51) model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Selain itu model
pembelajaran yang dimaksud adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Trianto, 2011: 53).
Beberapa pengertian model pembelajaran di atas, peneliti
menyimpulkan agar di dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka peneliti memilih
menggunakan model pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk
mata pelajaran Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan
berbentuk pecahan. Hal itu dikarenakan model pembelajaran NHT cocok
untuk digunakan dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama, serta melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman terhadap materi.
-
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)
Suprijono (2012: 92) Pembelajaran dengan menggunakan model
Number Heads Together diawali dengan Numbering. Pembelajaran kooperatif
tipe Number Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Kagen (dalam
Daryanto, 2012: 245) pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan
siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran.
4. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti tengah,perantara atau pengantar (Arsyad, 2011: 3). Media dalam
proses belajar mengajar diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal. Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap
efektivitas pembelajaran. Peneliti memilih untuk menggunakan media kertas
lipat dalam pembelajaran Matematika pada materi penjumlahan dan
pengurangan berbentuk pecahan.
5. Hasil Belajar Matematika
Hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya
suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional (Purwanto, 2009: 44). Selain itu belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keselurahan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
-
dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Jadi, Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 22). Dalam penelitian ini, peneliti
menekankan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V
semester 2 dengan materi penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan
dengan adanya pembelajaran model NHT hasil belajar siswa akan meningkat.
D. Metode dan Desain/Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode dan
desain/rancangan penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dengan
media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa Matematika di SD 1 Jati Wetan
tahun pelajaran 2012/2013, peneliti menggunakan Pre Experimental Design
(nondesigns) dengan jenis One-Group Pretest-Posttest Design yaitu terdapat
pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan. Desain/ rancangan penelitian ini dapat di
gambarkan seperti berikut :
Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Gambar 6 One-Group Pretest-Posttest Design
1. Siswa diberikan tes awal T1, untuk mengukur nilai rata-rata sebelum siswa
mendapatkan pembelajaran dengan model NHT.
T1 X T2
-
2. Siswa diberikan perlakuan (treatment) X, yaitu dengan menggunakan
model NHT.
3. Siswa diberikan tes akhir T2, untuk mengukur nilai rata-rata setelah siswa
mendapatkan perlakuan X.
T1 = Nilai pretest (sebelum diberi model pembelajaran number heads
together).
T2 = Nilai posttest (sesudah diberi model pembelajaran number heads
together).
X = Perlakuan menggunakan model number heads together.
Hasil perlakuan (treatment) yang baik bila nilai post-test berbeda
sangat signifikan. Perbedaan antara T1 dan T2 diasumsikan merupakan efek
dari treatment. Pengaruh perlakuan adalah T2 T1.
E. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 173).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD 1 Jati Wetan
yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari laki-laki 16 dan perempuan 9.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SD 1 Jati Wetan yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari laki-
laki 16 dan perempuan 9.
-
3. Sampling Penelitian
Teknik Sampling penelitian merupakan teknik pengambilan sampel
(sugiyono, 2010: 118). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probability sampling jenis Sampling Jenuh karena teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2010: 124).
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan:
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis (Sugiyono, 2010: 203). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan jenis observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah
observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan
diamati, kapan dan dimana tempatnya.
Pada saat observasi di SD 1 Jati Wetan, peneliti menemukan suatu
permasalahan yaitu rendahnya nilai matematika pada kelas 5 materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Peneliti melakukan wawancara
dengan guru kelasnya yang memaparkan bahwa rata-rata nilai matematika di
bawah KKM, yang pada dasarnya KKM matematika pada SD tersebut adalah
-
70. Selain itu, pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru masih
menggunakan metode konvensional sehingga membuat siswa menjadi bosan.
Pada saat mengajar guru masih jarang menggunakan media pembelajaran,
padahal media pembelajaran itu sangat penting bagi siswa untuk
mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep pembelajaran.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010:
201). Dokumentasi bertujuan untuk mengungkapkan fakta atau kenyataan
pada saat pelaksanaan tindakan biasanya berupa gambar atau foto.
Dokumentasi yang peneliti temukan di SD 1 Jati Wetan adalah adanya arsip
nilai ulangan harian siswa, presensi siswa, administrasi guru dan proses
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung pada SD tersebut.
3. Tes
Menurut Arikunto (2010: 193) tes sebagai teknik pengumpulan data
adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok. Tes yang peneliti gunakan adalah soal pilihan ganda.
Soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi
penjumlahan dan pengurangan berbentuk pecahan biasa serta menguji
validitas dan reliabilitas dari soal tersebut.
-
G. Instrumen Penelitian
Analisis uji instrumen meliputi analisis validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal.
1. Validitas Tes
Validitas empiris dari tes ini dicari validitasnya butir soal dengan
menggunakan korelasi antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Untuk
menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment,
sebagai berikut:
Keterangan :
: Koefisien korelasi antara x dan yN : Jumlah subjek atau siswa yang ditelitiX : Skor tiap butir soalY : Skor total
: Jumlah kuadrat skor butir soal: Jumlah kuadrat skor total (Arikunto, 2006: 73)
Setelah didapat harga , kemudian dikonsultasikan dengan harga
ktitik yang ada pada tabel dengan taraf nyata 5%. Apabila lebih besar
dari harga tabel, maka butir soal tersebut valid. Namun, apabila lebih
kecil dari harga tabel, maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid
(Arikunto, 2010: 213).
-
Berikut ini contoh uji validitas :
Butir soal nomor 1 :
X = 15 Y = 369
XY = 301 = 15
= 7589 N = 20
=
=
=
=
=
Apabila rhitung > rtabel dinyatakan validApabila rhitung < rtabel dinyatakan tidak valid
Dari hasil perhitungan butir soal nomor 1, rhitung = 0,448 sedangkan
rtabel dari tabel product moment adalah 0,444. Jadi dapat ditulis 0,448 > 0,444
karena rhitung lebih besar dari rtabel maka butir soal nomor 1 dinyatakan valid.
-
2. Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tepat. Maka pengertian reliabilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes, atau seandainya hasil yang
diperoleh berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes pilihan ganda
atau objektif. Untuk menentukan reliabilitas soal objektif dapat dicari dengan
menggunakan rumus KR. 20 Adapun rumus yang digunakan untuk
mengukur reliabilitas tes adalah:
Keterangan :
r11 = reliabilitas keseluruhann = banyak item soalS2 = standar deviasi/variansp = proporsi subyek yang menjawab benarq = proporsi subyek yang menjawab salahpq = jumlah hasil perkalian p dan qN = banyaknya subyek pengikut tes (Arikunto, 2006: 101).
Berikut ini adalah langkah perhitungan reliabilitas :
Menghitung standar deviasi/varians
Y2 = 7589Y = 369
-
N = 20
=
=
=
=
= 39,0475Menghitung reliabilitas keseluruhann = 30
S2 = 39,0475
pq = 6,0025
=
=
= (1,034482759)(0,84627697)=0,875
Karena r11 > rtabel maka dinyatakan reliabel0,875 > 0,444 maka dinyatakan reliabel
3. Taraf Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan
-
usaha menyelesaikannya, soal yang terlalu sukar atau menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
di luar jangkauan. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan
sukar atau mudahnya suatu soal. Menurut Arikunto (Arikunto, 2006: 208),
untuk menghitung tingkat kesukaran soal pilihan ganda, yang digunakan
adalah rumus:
JSBP
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran butir soal dapat
digunakan kriteria sebagai berikut:
a. Jika soal dengan P adalah 1,00 sampai 0,30 maka soal sukar.
b. Jika soal dengan P adalah 0,30 sampai 0,70 maka soal sedang.
c. Jika soal dengan P adalah 0,70 sampai 1,00 maka soal mudah.
Contoh dari perhitungan taraf kesukaran butir soal :
Butir soal nomor 1 :
= 0,75 karena skor P adalah 0,75 maka soal mudah.
-
Butir soal nomor 10 :
=
= 0,6 karena skor P adalah 0,6 maka soal sedang.4. Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya
daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. (Arikunto, 2006:
213-214)
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
Keterangan:
D = Indeks diskriminasiJ = Jumlah siswa tesJA = Banyaknya siswa kelompok atasJB = Banyaknya siswa kelompok bawahBA= Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benarBB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benarPA = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benarPB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar (ingat, P
sebagi indeks kesukaran).
Berdasarkan rumus di atas, aplikasi dari menghitung daya pembeda
butir soal sebagai berikut :
BAB
B
A
A PPJB
JB
D
-
Butir soal nomor 16 :
=
= 0,4 maka daya pembeda soal nomor 16dikatakan baikButir soal nomor 30 :
=
= 0,7 maka daya pembeda soal nomor 30 dikatakan baik sekali
H. Teknik Analisis Data
1. Teknik anlisis data
Pada penelitian ini teknik analis data merupakan peran yang sangat penting,
karena dalam analis data memuat nilai siswa yang bermasalah. Hal ini
disebabkan karena rendahnya hasil belajar matematika pada siswa kelas V.
Untuk itu dilakukan teknik untuk menganalis data sehingga peneliti dapat
mengetahui hasil belajar siswa yang meningkat dengan langkah langkah
berikut ini :
a. Menghitung nilai d :
d = y x
keterangan:
d = deviasi/perbedaan pre-test dengan post-test
y = nilai post-test
x = nilai pre-test
-
b. Menghitung mean deviasi pre-test dengan post-test (Md)
Keterangan:
Md = mean deviasi pre-test dengan post-test
= jumlah deviasi pre-test dengan post-test
= jumlah siswa
c. Menghitung jumlah kuadrat deviasi
Keterangan:
= jumlah kuadrat deviasi
= jumlah deviasi kuadrat
= jumlah deviasi dikuadratkan
N = jumlah siswa
d. menghitung nilai t (t-test) dengan rumus :
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pre-test dengan post-test
= jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sampel
-
Setelah didapat harga t hitung, kemudian dikonsultasikan dengan harga
ktitik t tabel dengan taraf nyata 5%. Apabila t tabel > t hitung, maka Ha diterima.
Namun, apabila t tabel < t hitung, maka H0 ditolak.
2. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang diuji adalah hiptesis nol (Ho). Hiptesis yang
menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel dan data populasi. Hal ini
dikarenakan peneliti berharap bahwa tidak ada perbedaan antara
pembelajaran dengan menggunakan treatment dengan yang tidak
menggunakan treatment. Sedangkan hiptesis kerjanya (Ha) telah diuji
terlebih dahulu untuk mengetahui bahwa hiptesis tersebut signifikan atau
tidak.
Hipotesis Statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.
Ha : Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini menguraikan mengenai pengaruh model kooperatif tipe
number heads together dengan media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa
matematika kelas V. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penggunaan model number heads together dengan media kertas
lipat dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika di
kelas V. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 siswa
dengan metode eksperimen, desain pre-experimental design dengan metode
one group pre-test and post-test design. Pada penelitian ini instrumen yang
digunakan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal.
Pada deskripsi data yang diperoleh sebelum treatment adalah pre-test,
sedangkan data yang diperoleh setelah treatment adalah post-test. Dari hasil
pre-test diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Hasil jawaban
setiap butir soal pilihan ganda untuk yang menjawab benar memperoleh skor
1, sedangkan yang menjawab salah memperoleh skor 0. Berdasarkan KKM
mata pelajaran matematika kelas V SD 1 Jati Wetan yaitu 70. Hal ini dapat
dinyatakan dengan dua kategori yaitu < 70 tidak tuntas dan 70 dinyatakan
tuntas. Data nilai pre-test siswa disajikan pada tabel 1.1 berikut ini:
-
Tabel 1.1Distribusi frekuensi nilai pre-test
NO INTERVALNILAIFREKUENSI
SISWA
1 50-56 3
2 57-63 7
3 64-70 6
4 71-76 3
5 77-83 1
6 84-90 5
Jumlah Nilai 1725
Rata-Rata 69
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 90
Berdasarkan tabel 1.1, nilai rata-rata pre-test adalah 69 dengan
prosentase ketuntasan 32%. Yakni sebanyak 17 siswa yang nilai di bawah
KKM dan dinyatakan tidak tuntas, sedangkan 8 siswa yang memperoleh nilai
di atas KKM dan dinyatakan tuntas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai pre-
-
test kelas V SD 1 Jati Wetan pada mata pelajaran Matematika masih dibawah
KKM. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18.
Hasil dari pretest yang diperoleh masih belum mencapai KKM,
selanjutnya dilakukan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model
NHT, kemudian siswa diberikan soal post-test. Nilai post-test yang diperoleh
masing-masing siswa disajikan pada tabel 1.2 sebagai berikut :
Tabel 1.2Distribusi frekuensi nilai post-test
NO INTERVALNILAIFREKUENSI
SISWA
1 60-66 4
2 67-73 0
3 74-80 13
4 81-86 2
5 87-93 1
6 94-100 5
Jumlah Nilai 2000
Rata-Rata 80
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 100
-
Berdasarkan tabel 1.2, nilai rata-rata post-test adalah 80 dengan
prosentase ketuntasan 84%. Yakni sebanyak 4 siswa yang nilai di bawah
KKM dan dinyatakan tidak tuntas, sedangkan 21 siswa yang memperoleh
nilai di atas KKM dan dinyatakan tuntas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai
post-test kelas V SD 1 Jati Wetan pada mata pelajaran Matematika telah
mencapai KKM. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.
B. Uji Persyaratan Analisis Data
Pada uji persyaratan analisis data peneliti melakukan tes uji coba
siswa. Tes uji coba tersebut dilakukan sebelum melakukan penelitian, soal uji
coba yang digunakan adalah pilihan ganda. Jumlah butir soal ada 30 soal
pilihan ganda, dengan jumlah siswa uji coba sebanyak 20 siswa kelas V.
Setiap butir soal tersebut dihitung untuk mencari validitas, realibilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda soal.
Uji coba soal dilakukan di SD 3 Jati Kulon. ini dilakukan untuk
menguji tingkat validitas instrument. Apabila data yang telah di ujikan sesuai
dengan ketentuan maka instrument sudah baik dan valid. Setelah di uji
validitasnya dengan 30 soal, dapat diperoleh hasil 10 soal dinyatakan tidak
valid sedangkan 20 soal telah dinyatakan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran
dan daya pembeda soal dapat dilihat sebagai berikut :
1. Uji Validitas
-
Soal uji coba instrumen sebanyak 30 butir soal. Soal dapat dinyatakan valid
apabila rxy > rtabel, dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa maka rtabel 0,444.
Terdapat 20 soal yang valid dan 10 soal tidak valid. Adapun hasil data yang
memenuhi rtabel sebagai berikut :
a. Jumlah item soal yang memenuhi rxy > rtabel : 1, 3, 5, 6, 8, 10, 13,
14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 28, 29, 30
b. Jumlah item soal yang tidak memenuhi rxy < rtabel : 2, 4, 7, 9, 11, 12, 15,
22, 25, 27
2. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan
rumus KR-20 diperoleh harga r11= 0,875 kemudian dikonsultasikan dengan
harga r table dengan N = 20 dan taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,444
berarti r11 > r tabel sehingga soal yang diujicobakan reliabel. Perhitungan dapat
dilihat pada lampiran.
3. Taraf kesukaran
Berdasarkan semua soal yang telah diuji cobakan, setelah dilakukan
perhitungan taraf kesukaran pada masing-masing item butir soal diperoleh
hasil sebagai berikut:
a. Jumlah item butir soal yang memenuhi taraf kesukaran dalam kelompok
mudah yaitu: 14 butir soal pada nomor 1, 2, 3, 4, 8, 9, 13, 16, 18, 19, 20,
23, 27, dan 28
-
b. Jumlah item butir soal yang memenuhi taraf kesukaran dalam kelompok
sedang yaitu: 15 butir soal pada nomor 5, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 17, 21, 22,
24, 25, 26, dan 29.
c. Jumlah item butir soal yang memenuhi taraf kesukaran dalam kelompok
sukar yaitu: 10 butir soal pada nomor 15. Perhitungan selengkapnya bisa
dilihat pada lampiran.
4. Daya pembeda
Hasil perolehan perhitungan daya pembeda pada masing-masing item butir
soal diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan baik yaitu
12 soal pada nomor 5, 6, 8, 10, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, dan 29
b. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan cukup
yaitu: 7 butir soal nomor 1, 3, 7, 9, 13, 19, dan 23
c. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan baik sekali
yaitu : 4 butir soal nomor : 14, 17, 21, dan 30
d. Jumlah item yang memenuhi daya pembeda yang dikategorikan jelek
yaitu: 7 butir soal nomor 2, 4, 11, 12, 15, 25, dan 27.
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk menghasilkan suatu keputusan,
keputusan untuk menolak hipotesis atau keputusan tidak menolak hipotesis.
Jadi, suatu keputusan yang telah dibuat mengandung kepastian, yaitu benar
ataupun salah. Untuk itu dilakukan uji hipotesis dengan data sebagai berikut :
-
Tabel 1.3
Hasil Uji Hipotesis
No KODE Pre-test (X) Post-test (Y) d d2
1. A1 85 95 +5 252. A2 80 85 +5 253. A3 65 75 +10 1004. A4 75 90 +15 2255. A5 90 100 +10 1006. A6 90 100 +10 1007. A7 60 75 +15 2258. A8 90 95 +5 259. A9 65 75 +10 10010. A10 65 75 +15 22511. A11 55 65 +10 10012. A12 60 75 +15 22513. A13 55 65 +10 10014. A14 60 75 +15 22515. A15 90 95 +5 2516. A16 60 75 +15 22517. A17 60 65 +5 2518. A18 60 75 +15 22519. A19 65 80 +15 22520. A20 60 75 +15 22521. A21 50 60 +10 10022. A22 65 80 +15 22523. A23 75 75 0 024. A24 75 85 +10 10025. A25 70 80 +10 100
Jumlah 1725 2000 265 3275Rata-rata 69 80
-
== 10,6
= 3275
= 3275 -
= 3275 2809
= 466
-
H0: = (Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas
lipat terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan
Kudus).
Ha: (Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Together (NHT) berbantu media kertas lipat
terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati Wetan Kudus).
Hasil perhitungan t hitung adalah 12,029 sedangkan t tabel 2,060, jadi t
hitung > t tabel = 12,029 > 2,060. Berdasarkan hasil uji t diperoleh t hitung > t
tabel, seperti yang disebutkan pada hipotesis bahwa Ada pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
berbantu media kertas lipat terhadap hasil belajar siswa kelas V SD 1 Jati
Wetan Kudus.
D. Pembahasan
Penelitian eksperimen ini dilakukan di SD 1 Jati Wetan Kudus Tahun
Pelajaran 2012/2013. Hal ini dilakukan dikarenakan peneliti melihat hasil
ulangan harian mata pelajaran Matematika yang rendah. Untuk itu peneliti
mengadakan penelitian di SD tersebut untuk meningkakan hasil belajar
khususnya pada mata pelajaran matematika. Peneliti menyusun 30 soal
pilihan ganda untuk uji instrumen yang dilakukan di SD 3 Jati Kulon yang
digunakan menguji taraf kesukaran butir soal, daya pembeda, validitas dan
-
reliabilitas pada soal. Setelah di uji cobakan dan dianalisis hanya 20 soal yang
valid dan dipakai untuk penelitian dengan menggunakan pretest dan posttest.
Proses meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan.
Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number
heads together dikarenakan model NHT adalah rangkaian kegiatan belajar
siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan, NHT juga merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional.
Model pembelajaran NHT didukung dengan penggunaan media kertas
lipat yang membuat siswa semakin mudah dalam memecahkan suatu
masalah. Jadi penggunaan model NHT berbantu media kertas lipat membuat
siswa lebih antusias dalam belajarnya. Siswa kelas V pun lebih siap dalam
mengikuti proses pembelajaran, karena model NHT ini memacu siswa untuk
berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah, sehingga Matematika tidak
lagi menjadi mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan bagi siswa.
Pada penelitian ini rancangan dan desain penelitian yang digunakan
adalah Pre Experimental Design (nondesigns) dengan jenis One-Group
Pretest-Posttest Design yaitu terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Jadi
pada jenis eksperimen ini subyek di kenakan dua kali pengukuran, yang
pertama sebelum kegiatan dengan menggunakan model NHT siswa diberikan
soal pretest, dan yang kedua setelah kegiatan dengan menggunakan model
-
NHT siswa diberikan soal posttest. Dari hasil perhitungan analisis data
diperoleh bahwa hasil nilai posttest lebih baik dari nilai pretest, hal ini
menunjukkan dengan adanya model pembelajaran NHT berbantu media
kertas lipat hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran Matematika meningkat.
Berdasarkan uji t di peroleh t hitung > t tabel = 12,029 > 2,060. Hasil dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)