230210090015_2_3723_2

10
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Agar Agar merupakan campuran polisakarida yang diekstraksi dari dinding sel ganggang merah (Rhodophyta), khususnya genus Gracilaria dan Gelidium. Agar merupakan sebuah polisakarida kompleks terbarukan yang terdiri dari agarosa dan agaropektin yang digunakan dalam penyusunan media pertumbuhan mikroba, permen dan agar jelly. Agarosa memiliki potensi pemanfaatan sebagai pangan, farmasi dan industri kosmetik seperti penyedia biomassa potensial, sumber oligosakarida, anti bakteri, anti kanker dan antioksidan, serta dapat mempengaruhi sel-sel melanoma sehingga dapat melembabkan dan memutihkan kulit (Kobayashi 1997). Agarosa memiliki berat molekul di atas 100.000 Daltons dengan kadar sulfat rendah di bawah 0,15%. Agaropektin memiliki berat molekul lebih ringan sebesar kurang dari 20.000 Daltons tetapi dengan kadar sulfat tinggi sekitar 5% sampai 8% (Kim Sang Moo 2010). Kandungan sulfat pada agarosa rendah sehingga sering dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bakteri. Kandungan sulfat mempengaruhi gel strength sehingga agar yang mengandung agarosa akan mudah memadat. Agarosa terdiri dari rantai D-galaktosa yang berikatan secara 1,3 dengan 3,6-anhidro-L-galaktosa dan rantai 3,6-anhidro-L-galaktosa yang berikatan secara 1,4 dengan D-galaktosa. Gambar 1. Struktur Agarosa (Sumber : Moo 2010)

description

alginat

Transcript of 230210090015_2_3723_2

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Agar

    Agar merupakan campuran polisakarida yang diekstraksi dari dinding sel

    ganggang merah (Rhodophyta), khususnya genus Gracilaria dan Gelidium. Agar

    merupakan sebuah polisakarida kompleks terbarukan yang terdiri dari agarosa

    dan agaropektin yang digunakan dalam penyusunan media pertumbuhan

    mikroba, permen dan agar jelly. Agarosa memiliki potensi pemanfaatan sebagai

    pangan, farmasi dan industri kosmetik seperti penyedia biomassa potensial,

    sumber oligosakarida, anti bakteri, anti kanker dan antioksidan, serta dapat

    mempengaruhi sel-sel melanoma sehingga dapat melembabkan dan memutihkan

    kulit (Kobayashi 1997).

    Agarosa memiliki berat molekul di atas 100.000 Daltons dengan kadar

    sulfat rendah di bawah 0,15%. Agaropektin memiliki berat molekul lebih ringan

    sebesar kurang dari 20.000 Daltons tetapi dengan kadar sulfat tinggi sekitar 5%

    sampai 8% (Kim Sang Moo 2010). Kandungan sulfat pada agarosa rendah

    sehingga sering dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bakteri. Kandungan

    sulfat mempengaruhi gel strength sehingga agar yang mengandung agarosa akan

    mudah memadat. Agarosa terdiri dari rantai D-galaktosa yang berikatan secara

    1,3 dengan 3,6-anhidro-L-galaktosa dan rantai 3,6-anhidro-L-galaktosa yang

    berikatan secara 1,4 dengan D-galaktosa.

    Gambar 1. Struktur Agarosa

    (Sumber : Moo 2010)

  • 8

    Pemanfaatan agarosa dalam bidang bioteknologi (Renn 1990 dalam

    Rasyid 1999):

    1 Elektroforesis

    Gel agarosa digunakan sebagai media elektroforesis untuk pemisah protein,

    asam nukleat dan derivat keduanya.

    2 Immunologi

    Penggunaan agarosa dalam immunologi adalah untuk mendeteksi dan

    mempelajari berbagai jenis antigen, terutama indikator penyakit dan

    penentuan spesifikasi antibodi.

    3 Kromatografi

    Agarosa efektif untuk pemisahan senyawa karena bersifat uniform. Cocok

    digunakan untuk pemisahan senyawa dengan berat molekul lebih dari

    250.000

    2.2 Enzim Agarase

    Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam

    amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim

    memegang peranan penting dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein,

    enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi,

    antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel (Girindra 1986).

    Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam

    aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya

    sangat khas. Enzim dalam jumlah yang sangat kecil dapat mengatur reaksi

    tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan hasil

    reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena panas, asam dan basa kuat,

    pelarut organik atau apa saja yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim

    dinyatakan mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja pada

    substrat tertentu (Girindra 1986).

    Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama

    lainnya menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan

  • 9

    menjadi satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu

    apoenzim dan koenzim (Girindra 1986).

    Agarase adalah enzim yang berperan dalam proses hidrolisis agar.

    Agarase digunakan untuk menyiapkan protoplas dari ganggang laut (Araki 1998)

    dan untuk mengisolasi asam deoksiribonukleat (DNA) dari gel agarosa (Sugano

    1993).

    Berdasarkan mekanismenya dalam menghidrolisis agarosa, enzim

    agarase diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu -agarase yang memotong

    ikatan -1,3 dari agarosa dan -agarase yang memotong ikatan -1,4 dari

    agarosa (Sugano 1993). Bakteri pada kelompok I dapat melembutkan agar

    (media) dan membentuk cekungan di sekitar koloni dan kelompok II

    menyebabkan pencairan luas agar (media) (Kobayashi 1997).

    Gambar 2. Posisi Pemotongan Agarosa oleh Enzim -agarase dan -

    agarase

    (Sumber : Eckborg 2005)

    -agarase yang menghidrolisis ikatan -1,3 dari agarosa akan

    menghasilkan rangkaian oligosakarida yang disebut agarobiose. Sedangkan -

    agarase yang menghidrolisis ikatan -1,4 dari agarosa akan menghasilkan

    rangkaian oligosakarida yang disebut neoagarobiose (Moo 2010).

  • 10

    Gambar 3. Struktur Agarobiose (A), Struktur Neoagarobiose (B)

    (Sumber : Moo 2010)

    Berdasarkan sekuen gen glikosida hidrolase, ada tiga famili -

    agarase yaitu GH-16, GH-50 dan GH-86. Famili GH-16 ditemukan sangat

    melimpah dengan -agarase yang berasal dari Streptomyces coelicolor A3,

    Aeromonas sp., Pseudomonas sp. ND137, Pseudoalteromonas CY24,

    Pseudoalteromonas atlantica ATCC 19262 dan dari Zobellia galactanivorans.

    Family GH-50 mengandung dua -agarase dari Vibrio sp. JT0107,

    sedangkan family GH-86 mengandung -agarase dari P. alantica (Allouch

    2003).

    Tahapan reaksi degradasi agarosa oleh -agarase terkarakterisasi

    dengan baik pada Pseudoalteromonas atlantica ATCC 19262. Pada bakteri ini

    terdapat dua jenis -agarase yang bekerja secara sekuensial. Enzim

    ekstraseluler endo-- agarase I memiliki aktivitas mendepolimerisasi agarosa

    menjadi neoagarotetrosa sebagai produk akhir. Neoagarotetrosa kemudian akan

    dihidrolisis lebih lanjut oleh 2 enzim periplasmik, -agarase II (lebih dikenal

    dengan sebutan neoagarotetrosa hidrolase) dan neoagarobiose hidrolase, yang

    menghasilkan produk akhir berupa 3,6-anhidro-L-galaktosa dan D-galaktosa

    (Vera 1998).

    Berbeda halnya dengan -agarase yang dihasilkan oleh banyak kelompok

    bakteri, enzim -agarase diketahui hanya dihasilkan oleh Alteromonas agaroliticus

    GJIB. Sistem agarolitik pada bakteri ini terdiri atas 2 enzim yaitu suatu -

    agarase yang memecah ikatan -(1,3) dari agarosa menjadi oligosakarida dalam

    bentuk agarobiosa dan enzim -galaktosidase spesifik untuk kehadiran 3,6-

    anhidro-L-galaktosa sebagai produk akhir (Vera 1998).

  • 11

    Sejauh ini, beberapa agarase telah diisolasi dari mikroorganisme yang

    berbeda, termasuk Alteromonas sp. (Kirimura 1999 dan Wang 2006),

    Pseudoalteromonas sp. (Vera 1998), Vibrio (Araki 1998), Cytophaga

    (Duckworth 1969) dan Thalassomonas (Ohta 2005). Semua mikroorganisme

    tersebut merupakan bakteri gram negatif. Di samping itu, agarase juga telah

    diisolasi dari beberapa bakteri non-marine, seperti dari tanah (Sampietro 1971),

    sungai (Agbo 1979) dan limbah (Hofsten 1975).

    Kemampuan mendegradasi agarosa oleh agarase membuat agarase sangat

    bermanfaat dalam industri makanan, industri kosmetik, dan medis. Produk

    degradasi dari agar, neoagarooligosakarida menghambat pertumbuhan bakteri

    dan memperlambat laju degradasi pati. Selain itu, neoagarobiose (NA2),

    merupakan suatu senyawa langka karena memiliki kemampuan sebagai

    pelembab dan memberikan efek pemutih pada sel melanoma (Kobayashi 1997).

    Fraksi polisakarida dari ganggang laut oleh agarase juga memiliki aktivitas

    merangsang makrofag (Kirimura 1999 dan Ohta 2005).

    2.3 Teknik 16S rRNA

    RNA ribosom (rRNA) merupakan komponen inti pembentuk protein

    pada suatu makhluk hidup. Molekul rRNA bersifat ubikuitus dengan fungsi yang

    identik pada seluruh organisme. Ribosom merupakan kompleks ribonukleoprotein

    yang terdiri atas dua subunit yaitu subunit kecil (small subunit) dan subunit besar

    (large subunit). Terdapat tiga jenis RNA dalam ribosom prokariotik berdasarkan

    nilai koefisien sedimentasi, yaitu 5S, 16S, dan 23S rRNA. Gen 16S

    rRNA merupakan bagian dari subunit kecil ribosom dan berperan penting

    dalam pengenalan ujung 5mRNA serta memposisikan pada letak yang tepat

    dalam ribosom (Clarridge 2004).

    RNA ribosom pada semua sel memiliki daerah yang urutan basanya

    sangat lestari dan beberapa daerah yang urutan basanya variatif. Perbandingan

    urutan basa yang lestari berguna untuk mengkonstruksi pohon filogenetik

    karena mengalami perubahan dengan relatif lambat dan mencerminkan

    kronologi evolusi bumi. Sebaliknya, urutan basa yang bersifat variatif

  • 12

    dapat digunakan untuk melacak keragaman dan menempatkan galur-galur

    dalam satu spesies (Pangastuti 2006).

    Molekul 5S rRNA memiliki urutan basa terlalu pendek sehingga tidak

    ideal dari segi analisis statistika. Sementara molekul 23S rRNA memiliki struktur

    sekunder dan tersier yang cukup panjang sehingga menyulitkan analisis. Sekuens

    gen 16S rRNA ini dapat digunakan untuk identifikasi bakteri yang mengalami

    penyimpangan strain fenotip. 5S memiliki 120 urutan basa, 16S memiliki 1500

    urutan basa, dan 23S memiliki 2900 urutan basa (Pangastuti 2006).

    Jadi metode 16s rRNA adalah teknologi analisis secara molekuler dengan

    menganalisis sekuen gen 16S rRNA. Gen ini adalah gen yang mengkode RNA

    ribosomal sub unit kecil ribosom (16S untuk prokariot) dan memiliki urutan yang

    khas dan berbeda pada setiap bakteri sehingga bisa dijadikan penanda molekuler

    untuk proses identifikasi (Claridge 2004). Dua bakteri dapat dikelompokkan

    dalam satu genus bila memiliki kemiripan maksimum (maximum identity) 93

    97%. Sementara dua bakteri dianggap sebagai satu spesies bila memiliki

    kemiripan maksimum 97% (Hagstrom 2002).

    Analisis gen penyandi 16S rRNA praktis untuk definisi spesies, karena

    molekul ini bersifat ubikuitus, sehingga dapat dirancang suatu primer yang

    universal untuk seluruh kelompok. Penentuan spesies baru pun dapat dilakukan

    tanpa mengisolasi mikroorganisme yang bersangkutan.

    Secara umum, beberapa keuntungan menggunakan metode 16S rRNA

    adalah :

    Molekul yang dikode oleh gen 16S rRNA ini ditemukan pada semua prokariot

    Memiliki jumlah nukleotida yang cukup banyak untuk dibandingkan satu

    dengan lainnya

    Memiliki basa-basa yang lestari

    Memiliki daerah variable yang cukup untuk melihat hubungan kekerabatan

    antar mikroorganisme

  • 13

    2.4 Identifikasi 16S rRNA dengan Metode Polymerase Chain Reaction

    (PCR)

    Identifikasi molekuler digunakan untuk mempelajari kesamaan

    deoxyribonucleic acid (DNA) atau homologi genetik diantara organisme.

    Kesamaan DNA dapat dipelajari dengan sekuensing terhadap basa DNA

    atau RNA dan hibridisasi DNA (Malik 2006). Penggunaan untai gen

    ribosomal RNA untuk klasifikasi mikroorganisme saat ini merupakan salah

    satu analisis yang cukup akurat untuk menentukan kekerabatan diantara

    mikroorganisme (Suryadi 2002). Situs DNA molekul 16S rRNA dikenal

    mempunyai informasi genetik yang cukup lengkap untuk melihat

    kekerabatan bakteri (Leblond 1996).

    Identifikasi 16S rRNA dapat dilakukan dengan metode Polymerase

    Chain Reaction (PCR). PCR merupakan suatu metode untuk membuat salinan

    segmen spesifik dari suatu DNA. Metode ini jauh lebih cepat daripada

    pengklon gen dengan DNA plasmid atau DNA faga dan seluruhnya

    dilakukan in vitro (Campbell 2002).

    Gen pengkode 16S rRNA terdapat bagian penyimpan yang berguna

    untuk mendesain primer universal PCR yang mampu memperbanyak beberapa

    fragmen. Fragmen ini termasuk bagian hipervariable yang tidak mudah

    termutasi dan mengandung tanda urutan spesifik spesies yang berguna untuk

    mengidentifikasi bakteri hingga ke level spesies (Israhmadini 2008).

    Proses PCR merupakan proses siklus yang berulang meliputi denaturasi,

    annealing dan ekstensi utas DNA oleh enzim DNA polymerase. Setiap siklus

    dikondisikan pada temperatur berbeda yang telah diprogram oleh mesin yang

    disebut thermal cycler. Dasar siklus PCR ada 30-35 siklus, siklus ini meliputi:

    denaturasi (95C), untaian ganda DNA target dipisahkan

    annealing (55-60C), primer dibiarkan berikatan dengan ujung-ujung

    urutan DNA target yang spesifik, dan

    ekstensi (72C) merupakan proses pemanjangan pita DNA setelah berikatan

    dengan primer.

  • 14

    Taq polimerase menambahkan nukleotida pada ujung 3 primer dengan

    menggunakan untai DNA yang lebih panjang sebagai cetakannya. Sedangkan

    untuk waktu tergantung pada panjang pendeknya ukuran DNA yang diinginkan

    sebagai produk amplifikasi. Campuran reaksi PCR terdiri atas komponen-

    komponen yaitu template DNA, buffer, dNTP (dATP, dCTP, dGTP, dTTP),

    primer dan unit taq polimerase (Malik 2006).

    2.5 Gracilaria sp.

    Gracilaria sp. merupakan penghasil agar (agarofit) yang merupakan

    senyawa hidrokoloid dari rumput laut yang mempunyai kekuatan gel yang besar.

    Selama ini Gracilaria sp. merupakan bahan baku utama industri makanan untuk

    pembuatan agar-agar serta bahan kosmetik. Rumput laut ini digolongkan ke dalam

    rumput laut merah (Rhodophyta).

    Kingdom : Protista

    Divisi : Rhodophyta

    Kelas : Rhodophyceae

    Ordo : Gigartinales

    Famili : Gracilariaceae

    Genus : Glacilaria

    Spesies : Glacilaria sp.

    Gambar 4. Gracilaria sp.

    (Sumber : dokumentasi pribadi)

  • 15

    Sebanyak 90% Gracilaria sp. hidup di laut dan 10% hidup di air tawar.

    Ciri umum dari Gracilaria sp. adalah :

    1. Berwarna merah karena mengandung pigmen fikoeritrin

    2. Mempunyai bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan yang

    membentuk garpu

    3. Permukaannya halus.

    4. Diameter thallus berkisar antara 0,5 2 mm

    5. Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih

    6. Glacilaria tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus

    cukup

    7. Hidup pada salinitas ideal berkisar 20-28 per mil

    Gracilaria merupakan jenis rumput laut yang mempunyai toleransi cukup

    luas terhadap faktor-faktor lingkungannya, dapat hidup di perairan yang tenang

    dengan substrat berlumpur dan pH berkisar antara 6-9 (Anggadiredja 2006).

    Reproduksinya dapat terjadi secara generatif yaitu dengan pembentukan spora

    yang selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan dan betina (Anggadiredja

    2006).

    2.6 Sargassum sp.

    Salah satu jenis dari alga coklat adalah Sargassum sp. Alga ini mampu

    tumbuh pada substrat batu karang di daerah berombak (Anggadiredja 2006).

    Klasifikasi Sargassum sp. sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Phaeophyta

    Kelas : Phaeophyceae

    Bangsa : Fucales

    Suku : Sargassaceae

    Genus : Sargassum

    Spesies : Sargassum sp.

  • 16

    Gambar 5. Sargassum sp.

    (Sumber : dokumentasi pribadi)

    Ciri-ciri umum dari jenis ini adalah bentuk thallus umumnya silindris

    atau gepeng, cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat, bentuk daun melebar,

    lonjong, atau seperti pedang, mempunyai gelembung udara (bladder)

    yang umumnya soliter, panjang umumnya mencapai 7 meter (di Indonesia

    terdapat 3 spesies yang panjangnya 3 meter), warna thalllus umumnya coklat.

    Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang

    menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran

    dan algin serta adanya flagel (Tjondronegoro 1989).

    Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang

    terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batu. Pada umumnya

    Sargassum tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef) seperti di Kepulauan

    Seribu, terutama di daerah rataan pasir (sand flat). Daerah ini akan kering pada

    saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir, secara sporadis terdapat pula

    pada karang hidup atau mati, rumput laut coklat tumbuh diatasnya (Atmadja dan

    Soelistijo 1988). Sargassum sp. mengandung iodium dan senyawa aktif seperti

    senyawa fenol.