213-389-1-SM

8
ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013 44 DESAIN PEMBELAJARAN ELEKTROKIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERIS SEBAGAI KEARIFAN LOKAL INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA Oleh : Suci Rizki NA 1 , Ahmad Mudzakir 2 , Hernani 3 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI – email : [email protected] 1 Jurusan Pendidikan kimia FPMIPA UPI Bandung. – email : [email protected] 2 Jurusan Pendidikan kimia FPMIPA UPI – email : [email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh desain pembelajaran meliputi Desain Didaktis (DD) dan Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP). DD dan ADP dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), multimedia pembelajaran, dan alat ukur penilaian untuk meningkatkan literasi sains siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Karakteristik desain pembelajaran yang dikembangkan nampak pada konten pembelajaran yang mengkaitkan pembelajaran elektrokimia dengan konteks keris sebagai kearifan lokal Indonesia. Desain pembelajaran sesuai dengan aspek kompetensi yang dikembangkan oleh PISA (2009) dan sikap serta nilai budaya dan karakter bangsa yang dikembangkan oleh Puskur (2010). Tanggapan guru kimia terhadap desain yang dikembangkan diperoleh dari angket rating scale. Tanggapan terhadap RPP Topik 1 (Sel Volta) dan perangkatnya berdasarkan komponen penilaian adalah sangat baik dengan perolehan persentase 77,38%, sedangkan terhadap RPP Topik 2 (Elektrolisis dan Hukum Faraday) dan perangkatnya adalah juga sangat baik dengan perolehan persentase 72,62%. Desain pembelajaran yang telah dikembangkan dapat dikategorikan sangat baik dan layak untuk diimplementasikan. Kata kunci : Literasi sains, kearifan lokal, keris, elektrokimia. DESIGN OF ELECTROCHEMISTRY TEACHING MODEL USING INDONESIAN CREESE AS LOCAL WISDOM TO INCREASE HIGH SCHOOL STUDENT SCIENCE LITERACY Abstract The objective od this research is to develop teaching model covering Didactic Design (DD) and Anticipation Didactic Paedagogic (ADP) which was adopted into Lesson Plan (LP), Student Work Sheets (LKS), teaching multimedia and evaluation instruments to increase student science literacy. Research methode used is descriptive. Teaching design of electrochemistry was developed by linking into Indonesian local wisdom such as creese. The competition aspect model was designed base on PISA (2009), while attitude, character and nation culture was adopted from Puskur (2010). Teacher respond into the model was obtained from rating scale questioners. Teacher respond into first Lesson Plan model unit of Volta Cell topic was very good by 77.38%, also into second lesson plan of Electrolysis and Faraday’s Law was very good 72.62%. The category of this develepoved teaching model was very good and suitable to class implementations. Key words: Science Literacy, Local wisdom, creese, electrochemistry. PENDAHULUAN Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi DO NOT COPY

description

213-389-1-SM

Transcript of 213-389-1-SM

Page 1: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

44

DESAIN PEMBELAJARAN ELEKTROKIMIAMENGGUNAKAN KONTEKS KERIS SEBAGAI KEARIFAN LOKAL INDONESIA

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

Oleh :Suci Rizki NA1, Ahmad Mudzakir2, Hernani3

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI – email : [email protected] 1

Jurusan Pendidikan kimia FPMIPA UPI Bandung. – email : [email protected] 2

Jurusan Pendidikan kimia FPMIPA UPI – email : [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh desain pembelajaran meliputi DesainDidaktis (DD) dan Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP). DD dan ADP dituangkan dalamRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), multimediapembelajaran, dan alat ukur penilaian untuk meningkatkan literasi sains siswa. Metodeyang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Karakteristik desain pembelajaranyang dikembangkan nampak pada konten pembelajaran yang mengkaitkan pembelajaranelektrokimia dengan konteks keris sebagai kearifan lokal Indonesia. Desain pembelajaransesuai dengan aspek kompetensi yang dikembangkan oleh PISA (2009) dan sikap sertanilai budaya dan karakter bangsa yang dikembangkan oleh Puskur (2010). Tanggapanguru kimia terhadap desain yang dikembangkan diperoleh dari angket rating scale.Tanggapan terhadap RPP Topik 1 (Sel Volta) dan perangkatnya berdasarkan komponenpenilaian adalah sangat baik dengan perolehan persentase 77,38%, sedangkan terhadapRPP Topik 2 (Elektrolisis dan Hukum Faraday) dan perangkatnya adalah juga sangat baikdengan perolehan persentase 72,62%. Desain pembelajaran yang telah dikembangkandapat dikategorikan sangat baik dan layak untuk diimplementasikan.

Kata kunci : Literasi sains, kearifan lokal, keris, elektrokimia.

DESIGN OF ELECTROCHEMISTRY TEACHING MODEL USING INDONESIANCREESE AS LOCAL WISDOM TO INCREASE HIGH SCHOOL STUDENT

SCIENCE LITERACY

AbstractThe objective od this research is to develop teaching model covering Didactic Design(DD) and Anticipation Didactic Paedagogic (ADP) which was adopted into Lesson Plan(LP), Student Work Sheets (LKS), teaching multimedia and evaluation instruments toincrease student science literacy. Research methode used is descriptive. Teaching designof electrochemistry was developed by linking into Indonesian local wisdom such ascreese. The competition aspect model was designed base on PISA (2009), while attitude,character and nation culture was adopted from Puskur (2010). Teacher respond into themodel was obtained from rating scale questioners. Teacher respond into first Lesson Planmodel unit of Volta Cell topic was very good by 77.38%, also into second lesson plan ofElectrolysis and Faraday’s Law was very good 72.62%. The category of this develepovedteaching model was very good and suitable to class implementations.

Key words: Science Literacy, Local wisdom, creese, electrochemistry.

PENDAHULUANKimia merupakan bagian dari

rumpun sains, karena itu pembelajaran

kimia juga merupakan bagian daripembelajaran sains. Pembelajaran sainsdiharapkan dapat menjadi wahana bagi

DO NOT C

OPY

Page 2: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

45

peserta didik untuk mempelajari dirisendiri dan alam sekitar, serta prospekpengembangan lebih lanjut dalammenerapkannya di dalam kehidupansehari-hari[1]. Pembelajaran sainsmenekankan pada pemberian pengalam-an pembelajaran secara langsung ataupengembangan kompetensi, agar siswamampu memahami alam sekitar secarailmiah.

Siswa sering beranggapan bahwapembelajaran sains yang diterapkan disekolah selama ini merupakan pelajaranyang terpisah dari dunia tempat merekaberada. Hal tersebut menyebabkan siswatidak mampu mengaitkan dan

menggunakan konsep-konsep sains yangdipelajarinya untuk menyelesaikanpermasalahan dalam kehidupan sehari-hari, karena siswa tidak memperolehpengalaman belajar untuk mengaitkankonsep-konsep sains dengan fenomena-fenomena yang ada di lingkungan mereka.

Sains pada hakikatnya terdiri atasempat aspek yaitu konten/konsep sains,kompetensi (proses) sains, konteksaplikasi sains, dan sikap sains[2].Kemampuan penguasaan terhadap empataspek sains yaitu konten/konsep sains,kompetensi sains, konteks aplikasi sains,dan sikap sains (literasi sains) siswa SMAdi Indonesia masih di bawah rata-

rata. Hasil studi komparatif internasionalPISA (Programme for International StudentAssesment) yang diselenggarakan OECD(Organization for Economic Cooperation andDevelopment) tahun 2009 menunjukkanbahwa:1. Tidak ada siswa Indonesia yang

mencapai level level 5 dan level 6.2. Capaian Indonesia untuk level 4 adalah

0,5 %.3. Capaian Indonesia untuk level 3 adalah

6,9 %.4. Capaian Indonesia untuk level 2 adalah

27,0 %.5. Capaian Indonesia untuk level 1 adalah

41,0 %.6. Sebanyak 6,9% siswa Indonesia berada

di bawah level 1.Berdasarkan data tersebut, terlihat

dengan jelas bahwa siswa di Indonesiamemiliki literasi sains yang masih dibawah rata-rata dan secara umumkemampuan siswa Indonesia berada padatahapan terendah skala pengukuran PISA,yaitu hanya dapat menjelaskan konsepsederhana. Oleh karena itu, diperlukansuatu wahana agar siswa mendapatkankesempatan untuk mengaitkanpengetahuan sains yang dipelajarinyadengan fenomena-fenomena yang terjadidi sekitar mereka.

Selain kompetensi yang sifatnyaglobal, pendidikan dalam perspektifliterasi juga harus menimbang kearifanlokal[3]. Suatu bangsa dapat maju jikamasyarakatnya menjunjung tinggi kearifanlokalnya[4]. Kearifan lokal perlu dikaitkandalam pembelajaran sains/kimia denganharapan siswa akan lebih mengerti konsep-konsep kimia apabila berangkat dandikaitkan dengan kearifan lokalnyamasing-masing. Nilai-nilai yangterkandung dalam kearifan lokalmerupakan salah satu nilai yang perluditanamkan kepada siswa sebagai wahanapendidikan karakter bangsa.

Indonesia adalah suatu bangsa yangsyarat dengan kearifan lokal. Salah satudari sekian banyak kearifan lokalIndonesia adalah keris. Keris adalahkhasanah budaya asli warisan nenekmoyang bangsa Indonesia, berasal daripulau Jawa yaitu dari Kerajaan MataramHindu[5]. Pada 25 November 2005, keristelah ditetapkan sebagai karya agung milikbangsa Indonesia oleh UNESCO.

Khususnya di pulau Jawa ada tradisijamasan atau mencuci keris setahun sekalipada bulan-bulan tertentu. Sebenarnya haltersebut secara ilmiah dapat dihubungkandengan sifat dari material utama kerisyaitu besi. Sifat besi yang korosif membuat

DO NOT C

OPY

Page 3: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

46

tradisi tahunan ini perlu dilakukan.Berdasarkan standar isi mata pelajarankimia, salah satu materi pokok dalammata pelajaran kimia adalah elektrokimia.Konten elektrokimia sangat berhubungandengan konteks keris serta tradisipenjamasannya.

Berdasarkan hal di atas, makapenulis melakukan penelitian mengenai“desain pembelajaran elektrokimiamenggunakan konteks keris sebagaikearifan lokal Indonesia untukmeningkatkan literasi sains siswa”.

Adapun permasalahan utama dalampenelitian ini adalah “bagaimana desainpembelajaran elektrokimia menggunakankonteks keris sebagai kearifan lokalIndonesia yang dapat meningkatkanliterasi sains siswa SMA?” Permasalahantersebut diuraikan menjadi sub-submasalah berikut:1. Bagaimana langkah-langkah pengem-

bangan desain pembelajaran elektro-kimia menggunakan konteks kerisuntuk meningkatkan literasi sainssiswa SMA?

2. Bagaimana karakteristik desainpembelajaran yang dikembangkan?

3. Bagaimana penilaian guru kimiaterhadap desain pembelajaran yangdikembangkan berupa RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) danperangkatnya?

Tujuan utama penelitian ini adalahdiperolehnya:1. Desain pembelajaran meliputi desain

didaktis dan antisipasi didaktispedagogis yang dituangkan dalamRencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS),multimedia pembelajaran, dan alatukur penilaian.

2. Informasi tentang tanggapan gurukimia terhadap program yangdikembangkan.

METODE PENELITIANPenelitian yang dilakukan

merupakan penelitian deskriptif yangmemuat aspek kualitatif juga kuantitatif.Data kualitatif berupa karakteristik desainyang dikembangkan dan data kuantitatifberupa persentase penilaian ahliberdasarkan angket rating scale.

Penelitian deskriptif meliputipenelitian yang diarahkan pada penelitiankualitatif atau kuantitatif[6]. Namunpenelitian deskriptif dalam bidangpendidikan dapat berupa perpaduanpenelitian kualitatif dan kuantitatif[7].

Untuk mencapai tujuan penelitianyang telah ditetapkan maka diperlukanalur penelitian.1. Menganalisis standar kompetensi dan

kompetensi dasar pada submateripokok elektrokimia dalam Standar Isimata pelajaran kimia SMA.

2. Telaah buku teks kimia Sunarya danSetiabudi (2009).

3. Telaah kepustakaan pembelajaranliterasi sains dan kepustakaanpembelajaran berbasis kearifan lokalkeris.

4. Perumusan, validasi, dan revisiindikator dan tujuan pembelajaranaspek kognitif disesuaikan dengankompetensi PISA 2009.

5. Perumusan, validasi, dan revisiindikator dan tujuan pembelajaranaspek sikap disesuaikan dengan PISA2009 (sikap terhadap sains) dan PusatKurikulum 2010 (nilai budaya dankarakter bangsa).

6. Melakukan analisis danpemproduksian wacana materi pokokelektrokimia menggunakan kontekskeris. Wacana yang dianalisis berupawacana konten dan wacana konteks.

7. Penyusunan lesson sequence mapelektrokimia konteks kerisberdasarkan tujuan dan wacanapembelajaran materi pokokelektrokimia konteks keris.

DO NOT C

OPY

Page 4: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

47

8. Perumusan desain didaktis danantisipasi didaktis pedagogis materipokok elektrokimia konteks kerissebagai kerangka awal desainpembelajaran. Urutan pembelajaranpada desain didaktis dan antisipasididaktis pedagogis disesuaikan denganlesson sequence map yang telah disusun.

9. Perumusan RPP dan perangkatpendukung RPP.

10. Validasi RPP dan perangkatpendukung RPP oleh pakarpendidikan.

11. Revisi urutan lesson sequence map,desain didaktis dan antisipasi didaktispedagogis.

12. Revisi RPP dan perangkat pendukungRPP.

13. Penyebaran angket pada guru kimiauntuk mengetahui tanggapan gurukimia sebagai praktisi pendidikanterhadap desain pembelajaran yangtelah dikembangkan. Formatpenilaian desain pembelajaranmengadaptasi format penilaian lessonplan menurut WOGI (2010).

Instrumen-instrumen Penelitian yangdigunakan antara lain:1. Instrumen penelitian yang disusun

untuk menjawab rumusan masalah satudan dua terdiri atas:a. Tabel validasi kesesuaian indikator

dan tujuan pembelajaran aspekkognitif dengan SK, KD, konteks,konten dan kompetensi pisa 2009.

b. Tabel validasi kesesuaian indikatordan tujuan pembelajaran aspeksikap dengan SK, KD, konten, sertaaspek sikap PISA 2009 (sikapterhadap sains) dan PusatKurikulum 2010 (nilai budaya dankarakter bangsa).

c. Desain didaktis.d. Antisipasi didaktis pedagogis.e. Tabel validasi kesesuaian langkah-

langkah pembelajaran RPP, media

pembelajaran dengan tujuanpembelajaran.

f. Tabel validasi kesesuaiankomponen LKS pembelajarandengan tujuan pembelajaran.

g. Tabel validasi kesesuaian alat ukurpenilaian dengan indikatorpembelajaran.

h. Format validasi media pendukungdesain pembelajaran elektrokimiakonteks keris.

2. Instrumen penelitian yang disusununtuk menjawab rumusan masalah tigayaitu angket tanggapan guru kimiaterhadap desain pembelajaran yangdikembangkan.

Menganalisis data penelitian yangdihasilkan dari instrumen-instrumenpenelitian 1 dilakukan untukmenghasilkan deskripsi langkah-langkah pengembangan desainpembelajaran elektrokimia kontekskeris. Selain itu, hal ini juga dilakukanuntuk menentukan karakteristikdesain pembelajaran yang telahdikembangkan.

Data angket yang diperoleh diolahdengan rating scale. Menggunakan ratingscale, data mentah yang diperolehberupa angka kemudian ditafsirkandalam pengertian kualitatif[8]. Penyusuninstrumen rating scale harus dapatmengartikan setiap angka yangdiberikan pada alternatif jawaban padasetiap item instrumen[8].

Berdasarkan instrumen yangdiberikan kepada responden sejumlah p,jumlah item sebanyak q, dan skortertinggi adalah 3, maka jumlah skorkriterium (bila setiap butir mendapatskor tertinggi) = p × q × 3. Sehingga, bilainstrumen diberikan kepada 12responden, maka sebelum dianalisis,data harus ditabulasikan.

Untuk skor tertinggi tiap butir = 3,jumlah butir = 7 dan jumlah responden= 12, maka jumlah skor kriterium adalah

DO NOT C

OPY

Page 5: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

48

= 3 × 7 × 12 = 252. Secara kontinumdapat dibuat tiga kategori, yaitu87(kurang baik), 168(baik), 252(sangat baik) [8].

HASIL DAN PEMBAHASANLangkah - Langkah PengembanganDesain Pembelajaran

Desain pembelajaran elektrokimiayang dikembangkan dan diwujudkandengan rancangan RPP. RPP terdiri atassejumlah komponen yaitu identitas matapelajaran, standar kompetensi,kompetensi dasar, indikator pencapaiankompetensi, tujuan pembelajaran, materiajar, alokasi waktu, model, pendekatandan metode pembelajaran, kegiatanpembelajaran, sumber belajar, danpenilaian hasil belajar[9].

Komponen-komponen RPP selainidentitas mata pelajaran, SK dan KDdapat terwujud melalui pengembangandesain pembelajaran sebagai bentukperencanaan pembelajaran. Desainpembelajaran adalah rancanganpembelajaran berupa suatu rangkaiansituasi didaktis (hubungan siswa denganmateri) beserta antisipasi didaktispedagogis (tindakan yang akan dilakukanguru berdasarkan prediksi respon siswaterhadap situasi didaktis yang tercipta)untuk mencapai kompetensi yangdiharapkan[10]. Untuk menghasilkandesain tersebut dilakukan melaluisejumlah langkah- langkah pengembang-an. Langkah-langkah pengembangandesain tersebut terdiri atas:1. Perumusan, validasi dan revisi

indikator pembelajaran aspek kognitifdan sikap

2. Perumusan, validasi dan revisi tujuanpembelajaran aspek kognitif dan sikap.

3. Pemproduksian wacana.4. Penyusunan lesson squence map.5. Perumusan desain didaktis dan

antisipasi didaktis pedagogis.

6. Perancangan dan validasi RPP danperangkat penunjang RPP.

7. Revisi urutan lesson squence map, desaindidaktis, dan antisipasi didaktispedagogis.

8. Revisi RPP dan perangkat penunjangRPP.

Karakteristik Desain Pembelajaran yangDikembangkan

Indikator terdiri atas indikator aspekkognitif dan indikator aspek sikap.Validasi indikator kognitif disesuaikandengan SK dan KD, konten, dan aspekkompetensi PISA 2009, sehingga yangmenjadi ciri khas indikator kognitif padadesain adalah terdapatnya aspekkompetensi ilmiah PISA 2009. Validasiindikator aspek sikap disesuaikan denganSK dan KD, konten, dan aspek sikap PISA2009, aspek nilai budaya dan karakterbangsa Puskur 2010. Indikator aspek sikapmemiliki ciri khas yang sesuai denganaspek sikap PISA 2009, aspek nilai budayadan karakter bangsa Puskur 2010.

Langkah-langkah pembelajaran yangdisusun sesuai dengan pembelajaran STLyang mengadopsi tahap-tahappembelajaran berdasarkan proyek chemiein context dalam Nentwig et al. (2002) danpenyisipan langkah seperti yangdisarankan oleh Holbrook (2005). Strategipembelajaran yang digunakan disesuaikanpula dengan pembelajaran STL yangmenyisipkan isu sosio-ilmiah padatahapannya. Isu tersebut sebenarnyatercakup pada materi pembelajaran yangdikembangkan.

Materi pembelajaran dikembangkanterdiri atas konten dan konteks. Konteksyang dipilih sesuai dengan isu sosio-ilmiahyang diangkat pada pembelajaran. Isutersebut dimunculkan sebagai pertanyaanpada tahap kuriositi kemudian dituntutuntuk dijawab pada tahap decission makingberdasarkan konsep yang dikaji padatahap elaborasi. Alat ukur disusun

DO NOT C

OPY

Page 6: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

49

berdasarkan indikator dan penyusunansumber dan media dilakukan berdasarkananalisis tujuan pembelajaran. Alat ukurdan sumber belajar tentunya memuataspek kognitif sesuai dengan aspekkompetensi ilmiah PISA 2009 serta aspeksikap sesuai dengan PISA 2009 danPuskur 2010.

Tanggapan Guru Kimia terhadap DesainPembelajaran yang Dikembangkan

Instrumen yang digunakan untukmengetahui tanggapan guru kimia yaituberupa angket tanggapan guru kimiaterhadap desain serta perangkatnya.Angket disebarkan kepada dua belas orangguru kimia yang merupakan lulusan dariLPTK negeri. Guru kimia terbagi kedalam tiga kualifikasi, yaitu guru kimiapemula, medium, dan profesional. Duabelas orang guru kimia menanggapi desainpembelajaran beserta perangkatnya, yangterdiri atas Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa(LKS), multimedia pembelajaran, dan alatukur literasi sains.

RPP dijabarkan dari silabus untukmengarahkan kegiatan belajar pesertadidik dalam upaya mencapai KD[9]. Untukmencapai KD, kegiatan pembelajaranpada RPP ditunjang oleh perangkatpenunjang berupa bahan ajar dan alatukur. Perangkat penunjang yangdigunakan pada desain pembelajaranelektrokimia yang dikembangkan yaituLKS, multimedia pembelajaran, dan alatukur literasi sains.

Angket yang berupa formattanggapan terhadap RPP danpenunjangnya memuat penilaian seluruhkomponen tersebut. Adapun komponenyang ditanggapi oleh guru, yaitu tujuanpembelajaran, materi pembelajaran,prosedur pembelajaran, komunikasi kelas,tugas kimia (LKS dan tugas terstruktur),penggunaan multimedia, penilaian.

Guru kimia diminta untukmenanggapi desain pembelajaran yangtelah dikembangkan dan diminta pulakomentar dan saran guru kimia terhadapdesain yang dikembangkan. Penilaianguru terhadap komponen-komponendesain menggunakan tiga skala penilaian,yaitu sangat baik (3 poin), baik (2 poin),dan tidak baik (1 poin)[11].

1. Penilaian Terhadap DesainPembelajaranBerdasarkan tanggapan dua belas

guru kimia berupa penilaian terhadapdesain pembelajaran yang dikembangkandengan skala yang telah ditentukan, makadiperoleh data angket berupa angka yangdiolah berdasarkan rating scale. Angkayang diperoleh dari angket diolah menjadinilai kualitatif, pengolahan data terdapatpada lampiran 10.

Berdasarkan pengolahan data angkettanggapan guru kimia, desainpembelajaran elektrokimia yangdikembangkan dapat dikualifikasikansangat baik. Jumlah skor kriterium (bilasetiap butir mendapatkan skor tertinggi)untuk skor tertinggi tiap butir =3, jumlahbutir = 7, dan responden =12 yaitu 3 x 7 x12 = 252. Adapun jumlah skor hasilpengumpulan data adalah 195 untuk RPP1 dan 183 untuk RPP 2. Dengandemikian kualitas desain pembelajaranelektrokimia yang dikembangkan menurutpersepsi 12 responden itu untuk RPP 1adalah 195 : 252 = 77,38 % dan untukRPP 2 adalah 183 : 252 = 72,62 %.

Nilai 195 dan 183 termasuk dalamkategori interval “baik dan sangat baik”.Tetapi lebih mendekati sangat baik.Sehingga desain pembelajaran yang telahdikembangkan dapat dikategorikan sangatbaik dan layak untuk diimplementasikan.Adapun komentar dan saran guru kimiaterhadap desain pembelajaran dipaparkankemudian.

DO NOT C

OPY

Page 7: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

50

2. Komentar dan Saran Guru KimiaTerhadap Desain Pembelajaran

Selain memberikan penilaian terhadapkomponen-komponen desain pembelajaranyang dikembangkan, guru kimiamemberikan juga saran dan komentarterhadap desain pembelajaran yangdikembangkan. Pada umumnya seluruhguru menyatakan komentar yang baikterhadap desain pembelajaran yangdikembangkan, para guru setuju denganpengembangan desain pembelajaran denganmenggunakan konteks budaya Indonesiasebagai kearifan lokal Indonesia. Semuaguru tertarik dengan penyisipan nilai budayapada pembelajaran sains di sekolah, namun25% guru menyatakan keberatan apabilakonten korosi logam disampaikan sejak awalpembelajaran. Keberatan tersebutdisebabkan materi terkait reaksi redoks yangterjadi pada peristiwa tersebut memilikitingkat kesulitan yang lebih tinggi sehinggamateri tentang reaksi redoks pada proseskorosi lebih cocok disampaikan pada akhirsubbab sel volta, setelah siswa memahamireaksi-reaksi sederhana yang dapat terjadipada beberapa sel volta. Selain itu, 33,3 %guru kimia merasa kesulitan untuk dapatmenilai desain pembelajaran yangdikembangkan karena tidak melihatlangsung pelaksanaan proses pembelajaran

Adapun saran perbaikan yangdisampaikan oleh seluruh guru kimiadikategorikan menjadi beberapa bagian,yaitu saran perbaikan untuk materipembelajaran, saran perbaikan untukprosedur pembelajaran, saran perbaikanuntuk tugas kimia, dan saran perbaikanuntuk penilaian.1) Materi Pembelajaran

16,67 % responden menyatakanbahwa materi pembelajaran harusditinjau ulang, PW menyarankan agarpeneliti dapat menyiapkan materi yanglebih penting untuk bekal siswa agardapat menyelesaikan soal-soal seleksi yangmemiliki tingkat kesukaran tinggi dantingkat penguasaan pengetahuan yang

dalam. Selain itu, PW menyarankan agarpembahasan korosi tidak hanya korosibesi saja, disampaikan pula aplikasikorosi pada contoh logam lain.Kemudian YL menyarankan agar kontekspembelajaran tidak terbatas konteks kerisuntuk keseluruhan materi pokokelektrokimia. YL juga menyarankan agarmemperbanyak konteks berupa contoh-contoh sel elektrokimia yang lebihmutakhir dan komersil, seperti macam-macam baterai atau sel bahan bakarterbarukan yang menggunakan konsep selelektrokimia.

2) Prosedur pembelajaran25 % guru kimia menyarankan agar

prosedur pembelajaran dapat diperbaiki.YL menyarankan agar memperbanyakmetode praktikum pada pembelajaranKD. 2.2, seperti memberikanpengalaman langsung kepada siswa untukdapat melakukan elektrolisismenggunakan berbagai elektrodainert/tak inert, kemudian untuk hukumFaraday dapat diterapkan pembelajaranpraktikum pelapisan logam. YL dan YRmenyarankan agar pembelajaran korosidisampaikan diakhir pembelajaran selvolta. Selain itu, YL dan YRmenyarankan agar menambah jumlahalokasi waktu pertemuan untukpembahasan materi elektrokimia inikarena berdasarkan pengalaman,pembelajaran materi elektrokimiabiasanya minimal dilakukan selama 16jam pelajaran.

3) Tugas kimia33,33 % guru kimia menyarankan

agar peneliti memperbaiki tugas kimia.Tugas kimia terdiri atas tugas yangmenuntut siswa untuk mengkonstrukpengetahuannya yaitu tugas berupa LKSdan tugas rumah yang akan merefleksihasil pembelajaran di kelas. AM dan YRmenyarankan untuk memperbaiki bahan-bahan dan prosedur pengamatan padaLKS praktikum. DA, YL dan YRmenyarankan untuk memperbanyak soal

DO NOT C

OPY

Page 8: 213-389-1-SM

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

51

latihan pada setiap akhir pembelajaransebagai pengayaan untuk belajar siswa dirumah.

4) Penilaian16,67% guru kimia menyarankan

alat ukur dapat diperbaiki, YRmenyarankan agar pada alat ukurditambahkan soal pilihan ganda. PWmenyarankan agar menambahkan soal-soal subbab potensial sel.

KESIMPULAN1. Langkah-langkah pengembangan desain

pembelajaran elektrokimia konteks keris,terdiri atas :a. Perumusan, validasi dan revisi

indikator pembelajaran aspekkognitif dan sikap Perumusan,validasi dan revisi tujuanpembelajaran aspek kognitif dansikap.

b. Pemproduksian wacana.c. Penyusunan lesson squence map.d. Perumusan desain didaktis dan

antisipasi didaktis pedagogis.

e. Perancangan serta validasi RPP danperangkat penunjang RPP.

f. Revisi urutan lesson squence map,desain didaktis, dan antisipasididaktis pedagogis.

g. Revisi RPP dan perangkat penunjangRPP.

2. Desain pembelajaran yang dikembangkanterdiri atas desain didaktis dan antisipasididaktis pedagogis yang dituangkandalam RPP dan perangkatnya.Karakteristik desain pembelajaran yangdikembangkan sesuai dengan aspekkompetensi dan aspek sikap serta aspeknilai budaya dan karakter bangsa, danmodel pembelajaran STL yangmengadopsi tahap-tahap pembelajaranberdasarkan proyek Chemie im Kontextdengan menambahkan tahappengambilan keputusan.

3. Desain pembelajaran telahdiklasifikasikan sangat baik oleh guru-guru kimia, sehingga desainpembelajaran yang telah dikembangkanlayak untuk diimplementasikan.

REFERENSIAlwasilah, C., Karim S., Tri K. (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktik Pendidikan Guru. Bandung: PT

Kiblat Buku UtamaBSNP. (2007). Standar Proses. Jakarta: BSNPDepdiknas. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Keunggulan dan Kearifan Lokal. Dirjen Pendidikan

Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.Harsrinuksmo, B.(2003). Ensiklopedia Keris. Jakarta: Gramedia.Hayat, B dan Suhendra Y.(2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Niaz, M. (1997). Can We Intregrate Qualitative and Quantitative Research In Science Education?. Netherland :

Cluwer Academic Publisher.OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science.

[online]. Tersedia : http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [10 September2010]

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.Suryadi, D. (2010). “Metapedadidaktik dan Didactical Desain Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran

Berdasarkan Leson Study”, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPAdalam Konteks Indonesia.Bandung: FPMIPA UPI.

WOGI.(________).Rubric for Lesson Plan Evaluation. (online). tersedia:http://www.unfwogi.com/images/Rubric%20for%20Lesson%20Plan%20Evaluation.pdf [24Mei 2011]

DO NOT C

OPY