212-PK-PDT-2007

24
hkama ahkamah Agung Republ Mahkamah Agung Republik Indonesia mah Agung Republik Indonesia ublik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Hal. 1 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007 P U T U S A N NO. 212 PK/Pdt/ 2007. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara : 1. NEGARA REPUBLIK INDONESIA Cq. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq. MENTERI KEHUTAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di gedung Manggala Wanabakti, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya : Suparno, SH., Krisna Rya, SH.MH., dan kawan-kawan, Pegawai Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kehutanan, beralamat di Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 3 Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 Juli 2006, Pemohon Peninjauan Kembali I dahulu Termohon Kasasi I / Tergugat I - Pembanding ; 2. PT. PERHUTANI (dahulu Perum PERHUTANI), berkedudukan di Gedung Manggala Wanabakti, Blok VII, Lantai 8-11, Jl. Jenderal Gatot Sobroto, Senayan, Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya R. Soeroso, SH. dan kawan-kawan, Pegawai PT. Perhutani (Persero) beralamat di Gedung Manggala Wanabakti, Blok VII, Lantai 8-11, Jl. Jenderal Gatot Sobroto, Senayan, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 31 Agustus 2006, Pemohon Peninjauan Kembali II dahulu Termohon Kasasi II / Tergugat II -Pembanding ; melawan : PRA DR. H. MAULANA PAKUNINGRAT, SH., dalam kedudukannya sebagai Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon, beralamat di Keraton Kesepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat, Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

description

PDT 2007

Transcript of 212-PK-PDT-2007

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 1 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    P U T U S A N NO. 212 PK/Pdt/ 2007. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

    M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara :

    1. NEGARA REPUBLIK INDONESIA Cq. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq. MENTERI KEHUTAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di gedung Manggala Wanabakti, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya : Suparno, SH., Krisna Rya, SH.MH., dan kawan-kawan, Pegawai Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kehutanan, beralamat di Gd. Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 3 Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 Juli 2006, Pemohon Peninjauan Kembali I dahulu Termohon Kasasi I / Tergugat I - Pembanding ;

    2. PT. PERHUTANI (dahulu Perum PERHUTANI), berkedudukan di Gedung Manggala Wanabakti, Blok VII, Lantai 8-11, Jl. Jenderal Gatot Sobroto, Senayan, Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya R. Soeroso, SH. dan kawan-kawan, Pegawai PT. Perhutani (Persero) beralamat di Gedung Manggala Wanabakti, Blok VII, Lantai 8-11, Jl. Jenderal Gatot Sobroto, Senayan, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 31 Agustus 2006, Pemohon Peninjauan Kembali II dahulu Termohon Kasasi II / Tergugat II -Pembanding ;

    melawan : PRA DR. H. MAULANA PAKUNINGRAT, SH., dalam kedudukannya sebagai Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon, beralamat di Keraton Kesepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat,

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 2 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi / Penggugat-Terbanding ;

    Mahkamah Agung tersebut ; Menimbang bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata Pemohon Peninjauan Kembali I dahulu Termohon Kasasi I / Tergugat I dan Pemohon Peninjauan Kembali II dahulu Termohon Kasasi II / Tergugat II telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan Mahkamah Agung No. 373 K/Pdt/2004, tanggal 19 April 2006 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi / Penggugat-Terbanding ; dengan posita perkara pada pokoknya sebagai berikut :

    Bahwa Penggugat, Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon, selaku pimpinan lembaga adat dan budaya Keraton Kesepuhan yang telah melembaga menjadi hukum adat, mengemban tugas dan tanggung jawab serta wewenang untuk mewakili dan karenanya bertindak untuk dan atas nama keluarga besar Keraton Kesepuhan Cirebon, sehingga status dan kedudukannya yang mewakili kepentingan Keraton sebagai lembaga hukum adat di muka pengadilan adalah sah secara hukum ;

    Bahwa Keraton Kesepuhan Cirebon mempunyai sejumlah kekayaan sebagai harta pusaka turun-temurun yang penguasaan dan pengelolaannya diserahkan kepada pemimpin Keraton Kesepuhan selaku pemangku adat dengan sebutan Sultan Sepuh. Karena itu status hukum harta pusaka tersebut disebut sebagai Milik Sultan Sepuh yang dalam pemahaman Keraton berarti Pusaka Keraton yang harus dijaga dan diperuntukkkan bagi kepentingan serta kesejahteraan keluarga besar Keraton Kesepuhan Cirebon ;

    Bahwa di antara harta pusaka milik Sultan Sepuh Kesepuhan Keraton Cirebon yang ada saat ini, ialah yang menjadi obyek gugatan / obyek perkara ini, berupa: Tanah seluas kurang lebih 80 Ha. terdiri dari 3 (tiga) persil yaitu persil 97, persil 98 dan persil 107 terletak di Blok Satim, Desa Sakurjaya, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, dengan batas-batas sebagaimana disebut dalam gugatan ;

    Bahwa tanah sengketa adalah pusaka turun-temurun yang berasal dari Panembahan Pakungwati I pada tahun 1506 M. yang sejak

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 3 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    semula tanah sengketa telah ditumbuhi pohon Jati (hutan Jati alam) yang awalnya berjumlah kurang lebih 1.209 pohon. Pohon Jati tersebut telah dilakukan beberapa kali penebangan yaitu pada tahun 1547, 1597 dan tahun 1678 untuk perbaikan / pemugaran Masjid Agung Kesepuhan Cirebon, sedangkan pada tahun 1808 pada masa kepemimpinan Sultan Sepuh VII (Joharudin) dilakukan peremajaan dengan menanam kembali pohon Jati baru ;

    Bahwa pada masa penjajahan Inggris (1811-1816), hak milik Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon atas tanah sengketa tidak diganggu gugat dan tetap diakui, bahkan dipertegas lagi oleh Gubernur Jenderal Raffles melalui Resolusi Statemen tanggal 20 Juli 1813 dan Akte Pengalihan Hak kepada Sultan Sepuh dan para ahli warisnya tertanggal 19 Oktober 1815, yang surat aslinya tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia. Ketika Inggris menyerahkan kembali Pemerintahanya ke tangan Belanda, kepemilikan tanah sengketa tidak berubah, tetap sebagai hak milik Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon. Hal ini dipertegas lagi dengan Gouvernment Besluit tertanggal 26 April 1827 yang isinya memerintahkan Residen Cirebon membuat inventaris lengkap atas tanah-tanah Besluit atau Wewengkon kepunyaan Sultan Cirebon . Tidak disebutkan tanah Swapraja tapi Tanah Besluit, karena status Kesultanan Cirebon bukan merupakan Swapraja dalam arti Selfbestuur ;

    Bahwa pada tahun 1927, oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui Keputusan Gubernur Jenderal tertanggal 7 Juli 1927 No.27 dilakukan pendataan dan penataan hutan yang ada di Pulau Jawa serta pengelolaannya yaitu : a. Bahwa semua hutan rimba dimasukkan dalam pengelolaan jawatan

    kehutanan yang pada waktu itu bernama Dienst door Wildoutbossch wezer of Java en Madoera ;

    b. Bahwa untuk hutan Jati diadakan Djati Bedrijf ; Sebagai pelaksana dari Keputusan Gubernur Jenderal tersebut pada tahun itu juga dilakukan penentuan kawasan hutan melalui tata batas hutan, dan ternyata tanah sengketa dimasukkan sebagai hutan Jati berdasarkan Djati Bedrijf serta termasuk Houtvssterij Kadipaten ; Bahwa karena adanya keberatan (protes) dari Sultan Cirebon atas dimasukkannya hutan Jati Blok Satim (tanah sengketa) ke dalam Djati

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 4 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Bedrijf, Pemerintah (Hindia Belanda) melakukan pendataan ulang terhadap seluruh tanah yang ada di Pulau Jawa dan Madura serta membuat peta tanah yang dilakukan oleh Jawatan Topografi (Topografi Dienst). Hasilnya dimuat dalam register op de Landbouw Statistiek Kaart van Java en Madoera yang diproduksi Jawatan Topografi tahun 1934 ;

    Bahwa data dan doukumen tersebut saat ini berada pada Jawatan Topografi Kodam III/Siliwangi dan sesuai surat dari Kepala TOP DAM III / Siliwangi No.B/33/II/2000 tertanggal 15 Pebruari 2000, ditegaskan bahwa Tanah Blok Satim (tanah sengketa) adalah milik Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon ;

    Bahwa kendatipun demikian, tanah sengketa berikut pohon-pohon Jati serta tanaman lain atasnya tetap dikuasai dan digunakan oleh Pemerintah, dalam hal ini Jawatan Kehutanan. Setelah Indonesia merdeka, penguasaan tanah sengketa dan pengelolaannya oleh Jawatan Kehutanan terus berlangsung, dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tertanggal 23 Januari 1968 No.26/N.IX/138/SK/1968 tanah sengketa dimasukkan ke dalam wilayah administrasi KPH Sumedang ;

    Bahwa Penggugat menyadari bahwa adanya hak menguasai dari negara atas bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 jo Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria), namun sesuai dengan interprestasi otentik Undang-Undang Pokok Agraria dalam memori penjelasan angka II/2, bahwa perkataan dikuasai bukanlah berarti memiliki, melainkan pengertian yang memberi wewenang kepada negara untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, dan pemeliharaan sebagaimana diuraikan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria. Dalam pemahaman seperti itu, maka andaikata negara memerlukan tanah sengketa untuk kepentingan umum, tentu saja Penggugat tidak dapat menghalanginya. Akan tetapi ada ketentuan perundang-undangan yang mengatur proses pembebasannya, antara lain dengan kewajiban memberi ganti rugi yang layak kepada bekas pemegang hak. Namun hal itu tidak pernah dilakukan oleh Para Tergugat sampai saat ini ;

    Bahwa tindakan penguasaan dan pemilikkan tanah sengketa oleh Para Tergugat tidak saja terbatas pada tanahnya saja, melainkan juga

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 5 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    terhadap tanaman dan tumbuhan yang ada di atasnya. Terbukti pada tahun 1977 Tergugat II yang ketika itu berbentuk Perum Perhutani telah melakukan penebangan 1.700 pohon Jati di atas tanah sengketa tanpa sepengetahuan Penggugat selaku pemilik, jelas adalah suatu tindakan yang tidak sah dan melawan hukum ; Bahwa kerugian tersebut meliputi kerugian materiil dan immateriil sebagai berikut : a. Kerugian Materiil :

    1. Penguasaan dan penggunaan / pemakaian tanah sengketa secara terus-menerus selama 75 tahun (tahun 1927 2002), yang jika diusahakan / dimanfaatkan oleh Penggugat dengan tanaman produktif atau dipungut uang sewa, dan rata-rata setiap Ha. pertahun menghasilkan Rp.5.000.000,-, maka 1.700 pohon Jati menghasilkan uang sebesar kerugian Penggugat adalah 80 Ha x Rp.5.000.000,- x 75 = 30.000.000.000,- ;

    2. Penebangan sebanyak 1.700 pohon Jati yang berumur di atas 150 tahun dengan medelin A-up dan rata-rata setiap pohon terdiri dari 6 M3, yang dilakukan oleh Tergugat II pada tahun 1977 dan Tergugat I tidak menghalanginya, jika harga setiap m3 Rp.4.000.000,-, maka 700 x 6 m3 x Rp.4.000.000,- = Rp.40.800.000.000,- ;

    3. Penebangan tahun 1996 sebanyak 566 pohon Jati, sejenis dengan yang ditebang pada tahun 1977, dengan harga Rp.4.000.000,- per m3, menghasilkan uang sebanyak 566 x 6 M3 Rp.4.000.000,- = Rp.13.584.000.000,- ;

    4. Pada tahun 1996 akibat bencana alam kurang lebih 100 pohon Jati tumbang, dan kayu Jatinya sebanyak 500 m3 telah dijual oleh Tergugat II jika dengan uang menjadi 500 m3 x Rp.4.000.000,- = Rp.2.000.000.000,- ;

    5. Jika penjualan kayu Jati yang ditebang tahun 1977 sebesar Rp.40.800.000.000,- didepositokan dengan bunga 12 % per tahun, maka selama 25 tahun (1977 sampai dengan tahun 2002) penggugat telah kehilangan keuntungan sebesar 12 % x Rp.40.800.000.000,- x 25 = Rp.122.400.000.000,- ;

    6. Jika hasil penjualan kayu Jati ditebang pada tahun 1996 dengan nilai jual Rp.13.584.000.000,- didepositokan dengan bunga 12 % per tahun, maka selama jangka waktu 6 tahun (1996 sampai

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 6 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    dengan tahun 2002) Penggugat kehilangan keuntungan sebesar 12 % x Rp.13.584.000.000,- x 6 = Rp.9.780.480.000,- ;

    7. Hilangnya keuntungan Penggugat dari deposito uang penghasilan kayu Jati yang tumbang karena bencana alam tahun 1996 sebesar 12 % Rp.2.000.000.000,- x 6 tahun = Rp.1.440.000.000,- ;

    8. Biaya yang telah dikeluarkan / digunakan dalam upaya memperjuangkan hak atas tanah sengketa selama kurun waktu 25 tahun (1977 sampai dengan tahun 2002) sebesar Rp.1.995.520.000,-

    jumlah kerugian materiil sebanyak Rp.222.000.000.000,- ; b. Kerugian Immateriil :

    Bahwa perjuangan terus-menerus dalam mempertahankan hak atas tanah sengketa, telah sangat berpengaruh pada kondisi fisik dan psyikis Penggugat, yang tentunya sangat mempengaruhi pelaksanaan tugas, belum pula korban perasaan dan rasa malu karena dianggap tidak mampu mempertahankan harta pusaka warisan leluhur, bahkan kadang menerima perlakuan tidak pantas dari aparat Para Tergugat di pusat dan di daerah, yang bersifat pelecehan harkat kesultanan dan martabat seorang Sultan Sepuh. Semua itu sangat merugikan Penggugat secara moral dan cultural yang tidak mungkin dinilai secara materiil. Namun demikian, sekedar kompensasi kerugian immateriil Penggugat jika dinilai dengan uang sebesar Rp.8.000.000.000,- ;

    Bahwa segala upaya telah dilakukan oleh Penggugat untuk mencari solusi penyelesaian tanah sengketa tersebut secara damai melalui musyawarah mufakat dengan Para Tergugat, baik melalui surat-menyurat dan utusan khusus namun tidak berhasil. Pada masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid perjuangan Penggugat nyaris berhasil, ketika pada suatu kesempatan bertemu dengan Penggugat di Cirebon, yang mana Presiden Abdurrahman Wahid telah menyatakan persetujuannya secara prinsip untuk mengembalikan tanah sengketa kepada Penggugat dan membayar ganti kerugian. Namun sebelum masalah tersebut diproses oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan serta Perum Perhutani tiba-tiba Pemerintah Abdurrahman Wahid berakhir. Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid tersebut ternyata tidak ditindak lanjuti oleh Presiden Megawati, khususnya oleh Tergugat I dan Tergugat II ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 7 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Bahwa Kesultanan Kesepuhan Cirebon sejak semula dan semasa penjajahan tidak pernah mengadakan kontrak politik, sehingga statusnya bukan sebagai daerah berpemerintahan sendiri (selfbestuur) atau swapraja. Dalam kondisi dan status seperti itu maka ketentuan dalam dictum keempat huruf A Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang No.5 Tahun 1960) yang mengatur mengenai tanah-tanah swapraja / bekas swapraja tidak dapat diperlakukan terhadap tanah-tanah milik Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon, khususnya terhadap tanah sengketa. Juga tidak dapat diketegorikan Tanah yang Terlantar, karena secara terus-menerus sejak tahun 1506 sampai dengan tahun 1927 tanah tersebut dikuasai oleh Para Sultan Keraton Kesepuhan Cirebon. Karena itu yang dituntut oleh Penggugat adalah penguasaan oleh Pemerintah (Hindia Belanda) sejak tahun 1927 yang kemudian dilanjutkan oleh Para Tergugat sampai saat ini;

    Bahwa tindakan Tergugat II yang melakukan penebangan pohon Jati Blok Satim pada tahun 1877 dan 1996 serta mengambil sejumlah pohon Jati yang tumbang karena bencana alam pada tahun 1996, sedangkan Tergugat I tidak mencegah bahkan terkesan mengizinkan jelas tindakan tidak sah dan melawan hukum ;

    Bahwa Para Tergugat baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama di samping mengembalikan tanah sengketa juga secara tanggung renteng membayar ganti rugi kepada Penggugat, baik kerugian materiil maupun kerugian immateriil ;

    Bahwa untuk menghindari kemungkinan Para Tergugat lalai memenuhi putusan Pengadilan maka beralasan hukum apabila Para Tergugat dihukum membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari kelalaian ;

    Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar terlebih dahulu meletakkan sita jaminan atas obyek sengketa dan selanjutnya menuntut kepada Pengadilan Negeri tersebut supaya memberikan putusan sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya ; 2. Menyatakan bahwa sita jaminan atas tanah sengketa berikut pohon

    Jati dan tanaman lain di atasnya sah dan berharga ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 8 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    3. Menyatakan bahwa tanah sengketa seperti terurai pada butir 3 surat gugatan adalah hak milik Sultan Sepuh Kesepuhan Cirebon sebagai harta pusaka turun-temurun yang penggunaan / pemanfaatannya diperuntukan bagi pemeliharaan dan kelestarian Keraton Kesepuhan Cirebon sebagai asset budaya dan symbol kejayaan agama Islam, serta untuk kesejahteraan keluarga Keraton Kesepuhan Cirebon ;

    4. Menyatakan bahwa tanaman Jati di atas tanah sengketa, baik yang ada saat ini maupun yang telah ditebang atau yang diambil oleh Tergugat II atas izin Tergugat I pada tahun 1977 dan tahun 1996, adalah kepunyaan / hak milik Penggugat ;

    5. Menyatakan bahwa tindakan Tergugat I dan kemudian diserahkan kepada Tergugat II yang menguasai tanah sengketa berikut pohon Jati dan tanaman lain di atas tanah sengketa, adalah tidak sah dan melawan hukum ;

    6. Menyatakan bahwa tindakan Tergugat II atas izin Tergugat I yang telah menebang atau mengambil pohon Jati di atas tanah sengketa pada tahun 1977 dan tahun 1996, adalah tidak sah dan melawan hukum ;

    7. Menghukum Para Tergugat untuk menyerahkan tanah sengketa berikut pohon-pohon Jati dan tanaman lain yang tumbuh di atas tanah tersebut, tanpa syarat apapun kepada Penggugat ;

    8. Menghukum Para Tergugat, baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama secara tanggung renteng, untuk membayar ganti kerugian kepada Penggugat atas tanah tersebut secara tunai dan sekaligus dengan uang sejumlah Rp.230.000.000.000,- (dua ratus tiga puluh miliyar rupiah) yang terdiri dari : - Ganti rugi materiil sebesar Rp.222.000.000.000,- ; - Ganti rugi immateriil sebesar Rp.8.000.000.000,- ;

    9. Menghukum Para Tergugat jika lalai melaksanakan putusan dalam perkara ini secara tanggung renteng, membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari kelalaian, terhitung sejak dilakukannya tegoran (aanmaning) terhadap mereka ;

    10. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar semua biaya perkara ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 9 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I Pemerintah Republik Indonesia cq. Menteri Kehutan Republik Indonesia dan Tergugat II PT. Perhutani (dahulu Perum Perhutani) mengajukan eksepsi pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut : Tergugat I :

    Gugatan prematur :

    Bahwa Penggugat mendalilkan bahwa obyek sengketa adalah miliknya, maka seharusnya pada waktu diberlakukannya Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria Jo. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961, Penggugat harus sudah mendaftarkan tanah untuk dilakukan konversi, namun terhadap hal tersebut ternyata hingga saat ini Penggugat tidak / belum pernah melakukan pendaftaran atas tanah tersebut ; Tergugat II :

    Gugatan nebis in idem :

    Bahwa gugatan Penggugat dalam perkara No.56 / Pdt.G / 2002 / PN.Jkt.Pst. nebis in idem dengan perkara No.03/Pdt.G/1996/PN.Smd. jo No.146/Pdt.G/1997/PT.Bdg., jo No.173 K/Pdt/1998 yang telah diputus oleh Mahkamah Agung pada tanggal 11 Agustus 1998 dan telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) ; Objek gugatan babur :

    Bahwa obyek gugatan Penggugat kabur, oleh karena luasnya tidak pasti / kurang lebih dan letak atau batas tanah sengketa tidak disebutkan dengan jelas (Jurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 17 April 1979 No.1149 K/SP/1979) ; Pengugat tidak berkualitas sebagai Penggugat :

    Bahwa Penggugat tidak berkualitas sebagai Penggugat, oleh karena tidak mempunyai hubungan hukum dengan obyek sengketa ; Pihak Tergugat kurang lengkap :

    Bahwa pihak tergugat kurang lengkap, oleh karena, seharusnya Gubernur Jawa Barat dan Dinas Kehutanan Jawa Barat dijadikan sebagai Tergugat III dan Tergugat IV ;

    Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas Para Tergugat menuntut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat supaya memberikan putusan sebagai berikut :

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 10 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Tergugat I : - Menerima seluruh eksepsi Tergugat I ; Tergugat II : 1. Menerima Eksepsi Tergugat II seluruhnya ; 2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ; 3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ; Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.56 / Pdt.G / 2002 / PN. Jkt.Pst., tanggal 25 Juli 2002 adalah sebagai berikut : DALAM EKSEPSI. - Menolak eksepsi Tergugat I dan II ; DALAM POKOK PERKARA . 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian ; 2. Menyatakan bahwa tanah sengketa yang terletak di Blok Satim Desa

    Sakurjaya Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang, luas kurang lebih 54 Ha. adalah hak milik Penggugat ;

    3. Menyatakan bahwa pohon-pohon Jati yang tumbuh di atas tanah sengketa adalah hak milik Penggugat ;

    4. Menyatakan bahwa penguasaan Para Tergugat atas tanah sengketa penebangan pohon Jati di atas tanah sengketa tersebut adalah sebagai perbuatan melawan hukum ;

    5. Menghukum Para Tergugat untuk menyerahkan tanah sengketa berikut pohon-pohon yang ada di atasnya kepada Penggugat ;

    6. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar ganti kerugian kepada Penggugat sebesar Rp.28.192.000.000,- (dua puluh delapan miliyar seratus sembilan puluh dua juta rupiah) secara tunai dan sekaligus ;

    7. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya perkara yang hingga putusan ini sebesar Rp.269.000,- (dua ratus enam puluh sembilan ribu rupiah);

    8. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya ; Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.98/Pdt/2003/PT. DKI., tanggal 30 Juli 2003 adalah sebagai berikut :

    - Menerima permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding I, Pembanding II semula Tergugat I dan Tergugat II tersebut ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 11 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    - Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 25 Juli 2002 No.56 / Pdt.G / 2002 / PN.Jkt.Pst. yang dimohonkan banding tersebut;

    DALAM EKSEPSI : - Menolak eksepsi Tergugat I dan Tergugat II ; DALAM POKOK PERKARA : - Menolak gugatan Penggugat seluruhnya ; - Menghukum Penggugat untuk membayar ongkos-ongkos perkara

    dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;

    Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI No. 373 K/Pdt/2004, tanggal 19 April 2006 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PRA DR. H.

    MAULANA PAKUNINGRAT, SH. tersebut ; - Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.98 / Pdt / 2003 /

    PT.DKI. tanggal 30 Juli 2003 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.56/Pdt.G/2002/PN.Jkt.Pst. ;

    MENGADILI SENDIRI : DALAM EKSEPSI. - Menolak eksepsi Tergugat I dan tergugat II ; DALAM POKOK PERKARA : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian ; 2. Menyatakan bahwa tanah sengketa yang terletak di Blok Satim Desa

    Sakurjaya, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, luas kurang lebih 54 Ha. adalah hak milik Penggugat ;

    3. Menyatakan bahwa pohon-pohon Jati yang tumbuh di atas tanah sengketa adalah hak milik Penggugat ;

    4. Menyatakan bahwa penguasaan Para Tergugat atas tanah sengketa dan penebangan pohon Jati atas tanah sengketa adalah sebagai perbuatan melawan hukum ;

    5. Menghukum Para Tergugat untuk menyerahkan tanah sengketa berikut pohon-pohon yang ada di atasnya kepada Penggugat ;

    6. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar ganti kerugian kepada Penggugat sebesar Rp.28.192.000.000,- (dua puluh delapan miliyar seratus sembilan puluh dua juta rupiah) ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 12 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    7. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya ; - Menghukum Para Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara

    dalam semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;

    Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut, yaitu putusan Mahkamah Agung No. 373 K/Pdt/2004 tanggal 19 April 2006 diberitahukan kepada Termohon Kasasi I dahulu Tergugat I Pembanding dan kepada Termohon Kasasi II dahulu Tergugat II / Pembanding masing-masing tanggal 23 Mei 2006 kemudian terhadapnya oleh Termohon Kasasi I dahulu Tergugat I -Pembanding diajukan permohonan peninjauan kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 16 Agustus 2006, permohonan mana disertai dengan alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 16 Agustus 2006 itu juga, serta oleh Termohon Kasasi II dahulu Tergugat II / Pembanding diajukan permohonan peninjauan kembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 12 September 2006 permohonan mana disertai dengan alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 12 September 2006 itu juga ;

    Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali I dan II tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama masing-masing pada tanggal 26 September 2006 akan tetapi oleh Termohon peninjauan kembali tidak diajukan jawaban;

    Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan Pasal 68, 69, 71 dan 72 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasannya yang diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan undang-undang, formal dapat diterima ;

    Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali I / Tergugat I -Pembanding telah mengajukan alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut :

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 13 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    1. TENTANG KEKHILAFAN DAN KEKELIRUAN YANG NYATA KARENA MEMBERI PERTIMBAN MELAPAUI KEKUASAAN YANG DIBERIKAN UNDANG-UNDANG .

    Bahwa judex juris pada halaman 13 point 2 dalam putusannya tanggal 22 Maret 2006 No.373 K/pdt/2004 telah memberikan pertimbangan yang antara lain menyatakan . obyek sengketa bukanlah tanah swapraja yang bisa dialihkan menjadi milik negara, melainkan milik pribadi Sultan Sepuh Mohamed .. sementara apabila dikaji secara cermat, sebagaimana tertuang pada hal. 1 alinia kedua dalam memori gugatan Penggugat yang secara tegas menyatakan .. bertindak untuk dan atas nama PRA DR. H. Maulana Pakuningrat, SH. dalam kedudukannya sebagai Sultan Sepuh Kasepuhan Cirebon yang berarti mengatasnamakan lembaga kasepuhan ;

    Bahwa oleh karena adanya kekhilafan dan kekeliruan judex juris dimana obyek sengketa didalilkan oleh Termohon Peninjauan Kembali sebagai milik Kasultanan Cirebon selaku lembaga, sementara putusan Mahkamah Agung RI (judex juris) telah mengabulkan permohonan kasasi dari Termohon Peninjauan Kembali sebagai Sultan Cirebon selaku pribadi sehingga mengakibatkan salah dalam penerapan hukum, khususnya dalam bidang hukum pertanahan ; Bahwa konsekuensi yuridis atas pemilikan tanah Penggugat sebagai milik pribadi maupun sebagai milik Keraton Kasepuhan Cirebon akan berbeda sebagaimana disebutkan dalam memori Peninjauan Kembali; Dalam hal ini Termohon Peninjauan Kembali Sultan Sepuh bertempat tinggal di Kecamatan Cirebon, sedangkan obyek gugatan terletak di Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang ; Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, dengan tidak dipertimbangkannya oleh Majelis Hakim Agung Kasasi tentang kedudukan Sultan Sepuh Kasepuhan Cirebon maka jelas putusan perkara aquo adalah keliru ; Dari argumen diatas, persoalan menjadi terang dan jelas bahwa Majelis Hakim Agung kasasi telah khilaf dan melakukan kekeliruan yang nyata dalam menggunakan kekuasaannya sehingga bertentangan dengan Undang-Undang yang pada akhirnya tidak dapat mencerminkan kepastian hukum, dan kiranya putusan yang demikian harus dibatalkan ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 14 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    2. TENTANG KEKHILAFAN DAN KEKELIRUAN YANG NYATA DALAM MENILAI DAN MEMPERTIMBANGKAN ALAT BUKTI .

    Bahwa judex juris memeriksa dan memutus perkara a quo yang membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta menyangkut pembuktian adalah sebuah kekhilafan dan kekeliruan yang nyata sebagaimana dinyatakan pada : Putusan kasasi hal.12 point 1 yang menyatakan . akta pengalihan hak dari Pemerintah Inggris yang dipimpin oleh Jenderal Rafles kepada Sultan Supo Muhamed dan ahli warisnya (vide Resolosi Statement antara Gubernur Jenderal Rafles dengan Sultan sepuh dari Cirebon bulan Juli 1813). Berdasarkan enclave kasepuhan Cirebon, daerah yang diserahkan oleh Pemerintah Inggris kepada Sultan sepuh Kasepuhan Cirebon adalah tanah yang terletak di Sumedang Vilage seluas 54 Ha yang berdasarkan pada data dan informasi dalam peta minutplan Desa Oejung Djaja yang dibuat oleh Topografishe Dient Tahun 1939 . dst. ;

    Selanjutnya pada hal. 15 point 3 yang menyatakan : Berita Acara Tata Batas (BATB) tahun 1927 No.27 tidak dapat dibuktikan oleh Tergugat di persidangan, sehingga dapat disimpulkan bahwa obyek sengketa tidak terbukti sebagai kawasan hutan . dst. ; Bahwa judex juris telah khilaf dan lalai dalam pertimbangannya sehingga telah menimbulkan putusan yang salah karena : Apabila merujuk pada surat gugatan Penggugat sekarang Termohon Peninjauan Kembali, halaman 3 angka 5 paragraf kedua yang menyatakan : Hal ini dipertegas lagi dengan Gouvernement Besluit tertanggal 26 April 1827 yang isinya memerintahkan Residen Cirebon membuat inventaris lengkap atas tanah-tanah besluit atau wewenangkon kepunyaan Sultan Cirebon. Tidak disebutkan tanah swapraja tapi tanah besluit, karena status Kasultanan Cirebon bukan merupakan swapraja dalam arti selfbestuur ;

    Dalam pernyataan Penggugat sekarang Termohon Peninjauan Kembali dalam gugatannya tersebut diatas tampak jelas bahwa Penggugat sekarang Termohon Peninjuan Kembali mengakui bahwa tanah obyek sengketa adalah merupakan tanah-tanah besluit atau wewengkon ; Merujuk pada kepustakaan hukum agraria/pertanahan, bahwa dalam

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 15 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    system hukum tanah kolonial yang dimaksud dengan tanah wewengkon adalah tanah hak ulayat atau dalam kepustakaan Belanda disebut dengan beschikkingrecht. Dalam system hukum tanah kolonial, tanah beschikkingrecht merupakan tanah negara bebas (brijstaatdomein) dan berdasarkan Agraisch Besluit Staatblad Tahun 1870 No.118, yang dikenal dengan nama Domeinverklaring adalah tanah milik Negara (staatdomein grond), (periksa buku : Roestandi Ardiwilaga, Hukum Agraria, 1962, halaman .. ) ;

    Bahwa oleh karena tanah obyek sengketa diidentifikasikan sebagai tanah wewengkon atau tanah hak ulayat atau dalam keputustakaan Belanda disebut dengan beschikkingrecht, dan karenanya merupakan tanah milik Negara, maka adalah wajar menurut hukum apabila Pemerintah Hindia Belanda menetapkannya sebagai kawasan hutan berdasarkan Berita Acara Tata Batas (BATB) tahun 1927 tanggal 13 Juni 1927 ; Bahwa dalam perundang-undangan kehutanan masa Hindia Belanda (Bosch Verordening 1932), dinyatakan bahwa setiap penunjukan suatu wilayah sebagai kawasan hutan dilakukan melalui suatu kegiatan tata batas yang merupakan bagian dari pekerjaan tata hutan, dan kemudian dituangkan dalam suatu Proses Verbal / Berita Acara Tata Batas (BATB), yang dibuat oleh suatu panitia / komisi yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang ; Bahwa mekanisme pekerjaan tata batas ini diatur dalam Bosch Verordening 1932, khususnya Pasal 6 sampai dengan Pasal 13. Naskah Berita Acara Tata Batas yang merupakan pernyataan dari panitia/komisi ini harus selalu dilengkapi atau dilampiri Peta dari kawasan hutan yang ditunjuk atau ditata batas, sesuai ketentuan dalam Pasal 13 ayat (2) Bosch Verordening 1932 yang berbunyi :

    (2) Proses verbal itu disampaikan kepada Kepala Jawatan Kehutanan dengan perantaraan Residen, Gubernur dan Kepala Kehutanan Djawa dan Madura untuk disyahkan. Pada Proses verbal itu supaya dilampirkan peta-peta rencana batas yang tersebut dalam Pasal 10 dan yang telah disyahkan oleh Panita dan ditanda-tangani oleh Kepala Planologi ; Dengan demikian maka Peta lampiran tata batas senantiasa melekat dan tidak terpisahkan dengan naskah BATB ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 16 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Bahwa dalam Peta Berita Acara Tata Batas (BATB) tahun 1927 tanggal 13 Juni 1927 (bukti T.II-2) (yang naskahnya tidak dijadikan bukti bukan karena tidak pernah ada, tetapi sebenarnya ada, hanya belum dapat diketemukan kembali), apabila diperiksa secara seksama telah jelas menyebutkan tulisan sebagai berikut : Behoort bij proc.verb. van grensregeling do 13 Juni 1927, yang artinya termasuk bilangan yang tak terpisahkan dari Berita Acara Tata Batas tertanggal 13 Juni 1927. Dengan demikian, meskipun naskah Berita Acara Tata Batas (BATB) tahun 1927 tanggal 13 Juni 1927 tidak dapat dijadikan bukti, maka berdasarkan bukti Peta BATB tahun 1927 tanggal 13 Juni 1927 (bukti T.II-2) tersebut sudah dapat diambil kesimpulan bahwa tanah obyek sengketa adalah kawasan hutan Negara ;

    3. TENTANG KEKHILAPAN DAN KEKELIRUAN YANG NYATA KARENA MEMBERI PERTIMBANGAN YANG KONTRADIKTIF / SALING BERTENTANGAN . Bahwa judex juris yang telah memeriksa dan memutus perkara a quo dengan telah mengabulkan sebagian gugatan Penggugat sebesar Rp.28.192.000.000,- dengan mengambil alih pertimbangan hukum Pengadilan tingkat pertama sebagaimana tersebut pada :

    a. Alinea kedua halaman 50 yang menyatakan : .. penebangan kayu jati oleh Para Tergugat pada tahun 1977 sebanyak 1700 pohon tahun 1996 sebanyak 566 pohon dan yang tumbang pada tahun 1996 sekitar 100 pohon seluruhnya sebesar Rp.56.384.000.000,- dan setiap satu pohon terdiri dari 6 M3 ;

    b. Alinea keenam halaman 50 menyatakan : . dari pemeriksaan persidangan Penggugat tidak dapat menunjukkan berapakah besarnya hasil yang diperoleh setiap satu pohon tersebut, apakah 6 M3 atau bukan . ;

    c. Alinea ketujuh halaman 50 menyatakan : hasil rata-rata setiap pohon perkubiknya maka atas dasar lama tumbuhnya pohon jati dan atas dasar rasa keadilan dan kepatutan Majelis mengabulkan tuntutan pada a.2 sampai pada a.4 adalah x Rp.56.384.000.000,- (tuntutan Penggugat) = Rp.28.192.000.000,- ;

    d. Selanjutnya pada alinia kedelapan hal 50 menyatakan : ... oleh karena tuntutan ini telah didasarkan pada tuntutan pada angka 2.a sampai dengan 2.4 yang telah ternyata tidak dapat diketahui

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 17 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    hasilnya dari setiap pohon per kubiknya maka terhadap tuntutan ini haruslah ditolak;

    Adalah merupakan kekhilafan dan kekeliruan yang nyata karena dasar pertimbangan tersebut yang kemudian dijadikan dasar dalam menentukan jumlah ganti rugi adalah merupakan asumsi-asumsi belaka dan pertimbangannya saling kontradiktif karena : Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (1) UU No.4 Tahun 2004 yang menyatakan : segala putusan Pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut, memuat pula Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili ;

    Perhitungan ganti rugi Majelis Hakim tingkat pertama yang kemudian diambil alih oleh judex juris tidak dapat dibenarkan oleh hukum, karena : a. Termohon Peninjauan Kembali tidak dapat mengajukan bukti-bukti

    jumlah pohon jati yang ditebang ; b. Menyangkut jumlah pohon maupun volume 1 pohon = 6 M3, pihak

    Termohon Peninjauan Kembali tidak pernah mengajukan bukti-bukti begitu juga mengenai banyaknya pohon (1700 + 566 + 100) maupun jumlah kuantitas kubikasi kayu jati (1 pohon 6 M3) ;

    Namun judex juris tetap mempertimbangkannya tanpa keraguan dan menggunakan dasar yang tidak sesuai oleh undang-undang dan terlebih lagi seluruh pertimbangan judex juris halaman 50 yang menyangkut perhitungan ganti kerugian sama sekali tidak didasarkan pada bukti-bukti yang nyata, tetapi hanya pertimbangan yang sifatnya asumsi-asumsi yang spekulatif ; Dengan demikian, atas dasar kekhilafan dan kekeliruan yang nyata dalam judex juris, sudah sepatutnya Majelis Hakim Peninjauan Kembali yang memeriksa dan mengadili untuk membatalkan putusan a quo ;

    Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali II / Tergugat II -Pembanding telah mengajukan alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut : 1. Tentang Kekhilafan dan Kekeliruan Yang Nyata Karena Memberi

    Pertimbangan Melampaui Kekuasaan Yang Diberikan Undang-Undang.

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 18 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Bahwa Majelis hakim Agung dalam putusannya tanggal 22 Maret 2006 No.373 K/Pdt/2004 pada tanggal 13 angka 2 telah memberikan pertimbangan yang antara lain menyatakan . obyek sengketa bukanlah tanah swapraja yang bisa dialihkan menjadi milik negara, melainkan milik pribadi Sultan Sepuh Mohamed . sementara apabila dikaji secara cermat, sebagaimana tertuang pada Halaman I alinia kedua dalam Gugatan Penggugat yang secara tegas menyatakan .. bertindak untuk dan atas nama PRA DR. H. Maulana Pakuningrat, SH. dalam kedudukannya sebagai Sultan Sepuh Kasepuhan Cirebon .. dst. ; Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas maka dengan tidak dipertimbangannya oleh Majelis Hakim Agung tentang kedudukan Sultan Sepuh Kasepuhan Cirebon maka jelas putusan perkara a quo adalah salah ; Dari sekilas argumen diatas, persoalan menjadi terang dan jelas bahwa Majelis Hakim Agung telah khilaf dan melakukan kekeliruan yang nyata dalam menggunakan kekuasaannya sehingga bertentangan dengan Undang-Undang yang pada akhirnya tidak dapat mencereminkan kepastian hukum, dan kiranya putusan yang demikian harus dibatalkan ;

    2. Tentang Kekhilafan dan Kekeliruan Yang Nyata Dalam Menilai Dan Mempertimbangkan Alat Bukti . Bahwa judex Iuris memeriksa dan memutus perkara a quo yang membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta adalah sebuah kekhilafan dan kekeliruan yang nyata sebagaimana dinyatakan pada: Halaman 12 angka 1 yang menyatakan . akta pengalihan hak dari Pemerintah Inggris yang dipimpin oleh Jenderal Rafles kepada Sultan Supa Mumamed dan ahli warisnya (vide Resolusi Statement antara Gubernur Jenderal Rafles dengan Sultan Sepuh dari Cirebon bulan Juli 1813). Berdasarkan enclave Kasepuhan Cirebon daerah yang diserahkan oleh Pemerintah Inggris kepada Sultan Sepuh Kasepuhan Cirebon adalah tanah yang terletak di Sumedang seluas 54 Ha yang berdasarkan pada data dan informasi dalam peta minutplan Desa Oejung Djaja yang dibuat oleh Topografishe Dient Tahun 1939 . dst. ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 19 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Bahwa terhadap Akta Pengalihan Hak kepada Sultan Suppoo Moohummed dan Para Ahli Warisnya tanggal 19 Oktober 1815 terdapat 3 perbuatan hukum sebagaimana disebutkan dalam memori peninjauan kembali ; Bahwa terhadap Akta Pengalihan Hak tersebut Pemohon Peninjauan Kembali II dahulu Tergugat menanggapi sebagaimana disebutkan dalam memori peninjauan kembali ; Bahwa judex Iuris telah khilaf dan lalai sehingga mengambil kesimpulan yang salah ; Bahwa dalam Peta Berita Acara Tata Batas (BATB) tahun 1927 tanggal 13 Juni 1927 (bukti T.II-2) (yang naskahnya tidak dijadikan bukti bukan karena tidak pernah ada, tetapi sebenarnya ada, hanya belum dapat diketemukan kembali), apabila diperiksa secara seksama telah jelas menyebutkan tulisan sebagai berikut : Behoort bij proc.verb. van grensregeling ddo 13 Juni 1927, yang artimnya termasuk bilangan yang tak terpisahkan dari Berita Acara Tata Batas tertanggal 13 Juni 1927. Dengan demikian, meskipun naskah Berita Acara Tata Batas (BATB) tahun 1927 tanggal 13 Juni 1927 tidak dapat dijadikan bukti, maka berdasarkan bukti Peta BATB tahun1927 tanggal 13 Juni 1927 (bukti T.II-2) tersebut sudah dapat diambil kesimpulan bahwa tanah obyek sengketa adalah kawasan hutan Negara ;

    3. Bahwa dengan mengabulkan gugatan Penggugat dan menyatakan bahwa tanah sengketa yang terletak di Blok Satim Desa Sakurjaya, kecamatan Ujungjaya, kabupaten Sumedang, luas kurang lebih 54 Ha adalah milik Penggugat, maka Majelis Hakim telah melampaui kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang dan bahkan telah memutuskan bertentangan dengan Undang-Undang . Bahwa sebagaimana diakui oleh Penggugat dalam surat gugatan halaman 3 pada posita gugatan butir 5 bahwa tanah sengketa merupakan tanah-tanah besluit atau wewengkon kepunyaan Sultan Cirebon ; Bahwa penentuan adanya hak ulayat telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria / kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 20 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Masyarakat Hukum Adat. Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria ini dalam Pasal 2 ditetapkan bahwa hak ulayat masyarakat hukum adat dianggap masih ada apabila terdapat sekelompok orang yang masih terikat oleh tatanan hukum adat dan terdapat tanah ulayat tertentu menjadi lingkungan hidup, serta hukum adat mengenai penguasaan tanah ulayat ; Selanjutnya pada Pasal 5 Peraturan Menteri Agraria / kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 1999 tersebut dinyatakan : Penelitian dan penentuan masih adanya hak ulayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan mengikutsertakan para pakar hukum adat, masyarakat hukum adat yang ada di daerah yang bersangkutan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan instansi-instansi yang mengelola sumber daya alam. Lebih lanut dinyatakan dalam Pasal 6 bahwa : Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal 5 diatur dengan Peraturan Daerah yang bersangkutan ; Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan jelas dinyatakan bahwa guna menentukan adanya hak ulayat terdapat mekanisme penelitian yang harus ditempuh terlebih dahulu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkomteten, tidak secara serta merta ditetapkan melalui putusan hakim secara / berdasarkan jabatan (ambtshalve); Dalam perkara a quo, adanya hak wewengkon atas tanah sengketa Sultan Cirebon sebagaimana dinyatakan dalam putusan Majelis hakim Kasasi, tidak didahului oleh penelitian maupun penetapan adanya hak Sultan Cirebon oleh Pemerintah Daerah setempat, hal ini jelas melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; Dari sekilas argumen diatas, persoalan menjadi terang dan jelas bahwa Majelis Hakim Agung telah khilaf dan melakukan kekeliruan yang nyata dalam menggunakan kekuasaannya sehingga bertentangan dengan Undang-undang yang pada akhirnya tidak dapat mencerminkan kepastian hukum, dan kiranya putusan yang demikian harus dibatalkan ;

    4. Tentang Kekhilafan Dan Kekeliruan Yang Nyata Karena Memberi Pertimbangan Yang Kontradiktif / saling Bertentangan .

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 21 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Bahwa judex Iuris yang telah memeriksa dan memutus perkara a quo dengan telah mengabulkan sebagian gugatan Penggugat sebesar Rp.28.192.000.000,- seperti jumlah kerugian yang dipertimbangkan oleh Majelis hakim pengadilan tingkat pertama dengan mendasarkan pada kepatutan dan asumsi hakim adalah jelas merupakan khilafan dan kekeliruan yang nyata. Hal tersebut terlihat sebagaimana terdapat pada pertimbangan Majelis Hakim Agung yang mengambil alih pertimbangan Majelis hakim tingkat pertama sebagaimana tersebutkan pada memori peninjauan kembali ; Dasar pertimbangan Majelis Hakim diatas apabila dihubungkan dengan perkara a quo terlihat jelas adanya kehilafan dan kekeliruan yang nyata Majelis Hakim Agung karena dasar pertimbangannya telah melanggar kaidah hukum perdata dan tidak mencerminkan adanya kepastian hukum serta saling kontradiktif antara mengingat yang dijadikan dasar penilaian kerugian hanyalah asumsi-asumsi semata tanpa didasarkan pada perhitungan yang nyata ;

    5. Tentang Kekhilafan Dan Kekeliruan Yang Nyata Karena Tidak Menerapkan Dasar Pertimbangan Hukum Tentang Pemberian Ganti Rugi. Bahwa sebagaimana putusan Mahkamah Agung No.011 K/N/HaKI/2002 tanggal 30 September 2002, dapat diambil suatu kaidah hukum sebagaimana disebutkan dalam memori peninjauan kembali ; Bahwa seluruh pertimbangan Judex Juris yang menyangkut perhitungan ganti kerugian sama sekali tidak didasarkan pada bukti-bukti yang nyata dan terperinci, tetapi hanya pertimbangan yang sifatnya spekulatif ;

    6. Bahwa terdapat keadaan baru / fakta baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang / proses pemeriksaan perkara masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan yang menolak gugatan Penggugat, setidak-tidaknya lain dari putusan yang ada sekarang ini . Sebagaimana diketahui, bahwa Mejelis Hakim Kasasi telah memutus perkara ini berdasarkan bukti P-3 yaitu Peta Topografi berupa Peta Desa Minutplan produksi Topdienst 1939 dari Topdam III Siliwangi ;

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 22 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    Bahwa berdasarkan pada fakta-fakta baru yang diungkapkan dalam Memori Peninjauan Kembali ini, berdasarkan adanya bukti baru berupa Peta-Peta pendaftaran Tanah (PK-1 s/d. PK-3) dan Peta Pajak Bumi dan Bangunan (Landrente) (PK-5 & PK-6), tampak jelas membuktikan bahwa obyek sengketa adalah kawasan hutan yang dimiliki oleh Boschwezen (Jawatan Kehutanan), dan sama sekali tidak menunjukkan adanya enclave Kesultanan Cirebon ;

    Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut Mahkamah Agung berpendapat : mengenai alasan-alasan Pinjauan Kembali I dan II :

    Bahwa keberatan-keberatan dari Para Pemohon Peninjauan Kembali dapat dibenarkan oleh karena judex facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) dan judex jurist telah melakukan kekeliruan yang nyata tentang obyek sengketa ; - Bahwa di dalam gugatan Penggugat dituntut luas tanah + 80 Ha

    dengan batas-batas sebagaimana disebutkan dalam posita gugatan , namun yang dikabulkan oleh Hakim Pengadilan Negeri adalah 54 Ha. tanpa menyebutkan batas-batas tanah sengketa yang dikabulkan tersebut ; Bahwa menjadi pertanyaan, apakah luas tanah 80 Ha. yang disebut dalam gugatan sama dengan batas luas tanah 54 Ha. yang dikabulkan oleh Hakim Pengadilan Negeri;

    - Bahwa luas 80 Ha. tidak mungkin sama batas-batasnya dengan luas tanah 54 Ha ;

    - Bahwa dengan demikian obyek perkara menjadi tidak jelas, sehingga akan menyulitkan pelaksanaan apabila perkara ini akan dieksekusi ;

    - Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, putusan Mahkamah Agung R.I. No.373 K/Pdt/2004 tanggal 19 April 2006 dan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, No.98/Pdt/2003/PT.DKI., tanggal 30 Juli 2003 serta Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, No. 56 / Pdt.G / 2002 / PN.Jkt.Pst., tanggal 25 Juli 2002, harus dibatalkan ;

    Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari Para Pemohon Peninjauan Kembali : 1. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA cq. MENTERI KEHUTAN REPUBLIK INDONESIA dan 2. PT. PERHUTANI

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 23 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    (dahulu PERUM PERHUTANI) dan membatalkan putusan Mahkamah Agung No.373 K/Pdt/2004 tanggal 19 April 2006 serta Mahkamah Agung akan mengadili kembali perkara ini dengan amar putusan sebagaimana akan disebutkan dibawah ini ;

    Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali dikabulkan, maka Termohon Peninjauan Kembali dihukum untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat peninjauan kembali akan ditetapkan didalam amar ;

    Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

    M E N G A D I L I Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon

    Peninjuan Kembali I dan II : 1. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA cq. MENTERI KEHUTAN REPUBLIK INDONESIA dan 2. PT. PERHUTANI (dahulu PERUM PERHUTANI tersebut ;

    Membatalkan putusan Mahkamah Agung R.I. tanggal 19 April 2006, No. 373 K/Pdt/2004 dan putusan Pengadilan Tinggi DKI. Jakarta, tanggal 30 Juli 2003 No.98/Pdt/2003/PT. DKI., serta Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 25 Juli 2002 No.56/Pdt.G/2002/PN.Jkt.Pst. ;

    MENGADILI KEMBALI : Dalam Eksepsi : - Menolak seluruh Eksepsi Tergugat I dan Tergugat II ; Dalam Pokok Perkara : - Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ;

    Menghukum Termohon Peninjauan Kembali / Penggugat untuk membayar biaya perkara pada semua tingkat peradilan yang dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp.2.500.000,- (dua juta lima ratus rupiah) ;

    Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Senin, tanggal 8 Oktober 2007 oleh DR. Harifin A. Tumpa, SH,MH. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, I Made Tara, SH. dan Prof. DR. Muchsin, SH. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

  • Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Mahk

    amah

    Agun

    g Rep

    ublik

    Indo

    nesia

    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

    Hal. 24 dari hal. 24 No.212 PK/Pdt/2007

    tersebut beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Reza Fauzi, SH,CN. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

    Hakim-hakim Anggota, K e t u a, ttd. ttd. I Made Tara, SH. DR. Harifin A. Tumpa, SH,MH. ttd. Prof. DR. Muchsin, SH.

    Biaya-biaya : Panitera Pengganti, 1. M e t e r a i .. Rp. 6.000,- ttd. 2. R e d a k s i .. Rp. 1.000,- Reza Fauzi, SH,CN. 3. Administrasi Penin-

    jauan Kembali Rp.2.493.000,- Jumlah Rp.2.500.000,-

    Untuk Salinan Mahkamah Agung R.I

    a.n. Panitera. Panitera Muda Perdata,

    MUH. DAMING SUNUSI, SH,MH.- NIP.040.030.169.

    DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24