21-metode-penelitian-kualitatif.doc

52
TUGAS RISET KEPERAWATAN METODE PENELITIAN KUALITATIF OLEH : KELOMPOK 8 ARYA RAMADIA 04121008 WITA NOVIANTI 04121022 FARIDA KURNIATI 05921011

Transcript of 21-metode-penelitian-kualitatif.doc

METODE PENELITIAN KUALITATIF

TUGAS RISET KEPERAWATAN

METODE PENELITIAN KUALITATIF

OLEH :KELOMPOK 8

ARYA RAMADIA 04121008

WITA NOVIANTI 04121022

FARIDA KURNIATI 05921011PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, JANUARI 2008

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Analisa data kualitatif muncul secara simultan dengan pengumpulan data. Secara bertahap sebagai kebenaran pada penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, peneliti berusaha secara simultanuntuk mengumpulkan data, mengatur sebuah pertumbuhan besardari pengumpulan data dan mengartikan maksud data. Teknik analisa kualitatif lebih menggunakan kata daripada nomor sebagai dasar analisa. Bagaimanapun, persamaan skil dalam memberikan alasan analitik dibutuhkan oleh peneliti kualitatif yang dibutuhkan oleh analisa kualitatif pada analisa kualitatif, arus, pemikiran dan berpindah dari kekonkritan untuk meningkatkan abstrak. Proses pemikiran ini menuntun organisasi, pengurangan dan kelompok penemuan dan memimpin pada pengembangan penjelasan teoritis. Meskipun ada banyak kebiasaan dalam pendekatan untuk analisa kualitatif, beberapa strategi khusus digunakan untuk fakta-fakta pendekatan kualitatif. Karena penelitian kualitatif adalah secara relatif baru, strategi analisa baru berlanjut pada kemunculan.Bab ini menjelaskan beberapa metode yang sering digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisa data kualitatif. Metode spesifik untuk 6 pendekatan kualitatif dihadirkan pada bab 4 yang akan dijelaskan rincian contoh [enelitian yang diterbitkan disediakan intuk menfasilitasi pengertian dari teknik. Informasi pada teknik pengumpulan observasi dan wawancara data pada bab 14 mungkin bisa membantu informasi pada bab ini cukup untuk membawa kamu mengerti proses dan untuk memimpikan pengalaman apa yang kamu suka. Jika kamu memutuskan untuk memimpin tipe penelitian ini. Bagaimanapun jika kamu memilih untuk memimpin penelitian kualitatif kita menyarankan bahwa kamu mencari tambahan penelitian dari petunjuk untuk proses pengumpulan data dari analisa data kualitatif.

Penasehat dengan seseorang yang berpengalaman dalam tipe analisa kualitatif kamu nberharap untuk menyelenggarakan penelitian yang masih digunakan untuk mengerti kemampuan itu.

Persoalan Analisa Data

Peneliti berhadapan dengan beberapa keputusan mengenai pendekatan analisa \data kualitatif yang akan digunakan untuk fakta-fakta penelitian. Akankah analisa dihadirkan secara manualatau akankah digunakan komputer ? akankah pendokumentasian merekam yang berhubungan dengan proses analisa data ? akankah peneliti mengikuti metodologi dari fakta-fakta pendekatan penelitian kualitatif / mencampur metodologi dari beberapa pendekatan? Sesi dibawah akan menjelaskan persoalan tersebut.

Pengunaan komputer untuk analisa kualitatif

Secara tradisional pengumpulan data kualitatif dan analisa telah dihadirkan secara manual. Peneliti merekam data pada kertas kecilatau catatan kartu dimana lebih dikode secara hati-hati, diorganisasikan dan diisi pada akhir dari hari pengumpulan data. Analisa perlu pemeriksaan silang setiap kepingan data dengan semua kepingan data pada potongan-potongan kecil dari sebuah kertas. Itu sangat mudah untuk kehilangan data pada banyak kertas. Menjaga jalan hubungan antara bermacam-macam kepingan dari data memerlukan penjagaan perekaman yang sangat teliti.

Penggunaan komputer bisa membuat analisa data kualitatif menjadi lebih cepat dan mudah tanpa peneliti menghilangkan sentuhan dari data. Komputer memberikan pertolongan dalam aktifitas seperti memproses, menyimpan, mendapatkan kembali, mendaftarkan dan penyortiran dan menyerahkan analisa aktifitas pada peneliti. Anderson (1987b) menunjukkan bahwa komputer tidak menampilkan pemikiran, pengulangan, penjelasan dan fungsi analitik bahwa peneliti harus melakukannya untuk dirinya sendiri. Agaknya komputer membuat peneliti lebih efisien dan efektif dalam tugas tingkat tinggi tersebut dan memudahkan beberapa kebosanan hilangnya pikiran tugas bahwa sebaliknya mengkonsumsi banyak waktu dan energi.

Langkah pertama yaitu memasukkan data tektual kedalam komputer menggunakan sebuah kata pengolahanprogram.penggunaan sebuah laptop komputer, observasi data atau catatan dari pengulangan penulisan materi dapat dimasukkan secara lansungkedalam komputer, juga data dari sebuah tape audio. Pengkodean dapat dimasukkan kedalam teks atau ditempatkan dalam garis tepi.

Komputer punya beberapa keuntungan dari beberapa metode tradisional dari perekaman dan pengolahan data. Perbanyakan kopian bisa dibuat dengan mudah. File bisa dikopi dalam disk dan diolah sisi lain tanpa perlu tempat penyimpanan yang luas. Blok data bisa bergerak disekitar file atau dikopi ke file lain ketika data sedang diolah oleh kategori. Blok yang sama dari data bisa dimasukkan dalam beberapa kategori. Jika data didinginkan pada waktu yang sama, wawancara atau deskripsi dan observasi bisa dijaga untuk referensi yang dibutuhkan. Tambahan, banyak program pemprosesan data seperti Word star dan Word perfect bisa melibatkan operasi pendek dan dapat mencari seluruh file teks untuk pemilihan kata atau deretan kata. File dalam program pemprosesan kata bisa dikirim ke data base spread sheetseperti dbase atau lotus 1-2-3 untuk mengorganisasi data kedalam matrik.

Jumlah program komputer talah berkembang secara spesifik untuk menampilkan analisa kualitatif. Satu dari percobaan tercepat telah dideskripsikan oleh Podalefsky dan McCarty (1983). Program ini Computer Assisted Topical Sorting (CATS) mengizinkan pemasukan kode menunjukan sebuah jumlah kedalam sebuah file. Sebuah kerangka utama editor teks digunakan untuk menyediakan kapasitas untuk mencari deretan karakter seperti kata atau frase.Anderson (1987b) menjelaskan guna notebook disediakan oleh pro/Tem Inc, dalam sebuah penelitian kualitatif. Notebook dihubungkan dengamn paket pemprosesan data seperti Wordstar ke format perekaman. Penggunaan notebook, mendefinisilan lahan untuk 5 tipe perekaman :

1. lahan pencatatan umum

2. pencatatan interview

3. pencatatan informan

4. pencatatan observasi

5. pencatatan interaksi

Lahan dalam notebook dimasukkan jumlah rekaman, data dan waktu, lokasi, partisipasi dan daftar kategori-kategori diisi dalam pemasukan data. Tiap rekaman diakhiri dengan lahan komentar .

Program analisa kualitatif lain termasuk Etnografi, Superfile, kerangka kerja, textan, LipsQual, dan FYI 5000. morse dan morse menjelaskan sebuah program kerangka utama untuk analisa data kualitatif (QUAL) bahwa dapat diatasi jumlah besar perolehan data dalam penelitian kualitatif yang luas. Berdasarkan Morse dan Morse (1989) data mudah untuk dikodekan dan mungkin didapatkan kembali oleh interview, subjek, pertanyaan atau pengkodean. Kode (sebagai nomor) bisa dimasukkan dalam teks. Program akan melihatkan isi analisa.

Percobaan Keputusan (Decision trials)

Kredibilitas dari analisa kualitatif telah ditanyakan secara serius dalam beberapa kasus dalam komunitas ilmiah yang luas. Perhatian diekspresikan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk meniru hasil dari penelitian, kejadian ketika menggunakan kumpulan data yang sama.

Untuk merespon kekhawatiran, beberapa peneliti kualitatif punya usaha untuk mengembangkan strategi dengan peneliti yang lain, menggunakan data yang sama, dapat mengikuti logis penelitian original dan sampai pada kesimpulan yang sama. Miles dan Huberman (1984 ) menunjuk strategi ini sebagai Decision Trail. Guba dan Lincoln ( 1982 ) menunjuk ini sebagai auditability.

Pengembangan sebuah Decision Trail perlu tata cara peneliti membuat keputusan untuk kategori data, sampai pada penilaian atau membuat keputusan,sebuah peraturan keputusan mingkin berkata. Sebagai contoh, bahwa sebuah data akan ditempatkan pada kategori spesifik,jika menemukan kriteria spesifik. Peraturan keputusan lain mungkin berkata sebuah pengamatan interaksi akan mempertimbangkan sebuah contoh dari sebuah kemunculan penjelasan teoritis jika menemukan kriteria spesifik. Perekaman dijaga untuk semua peraturan keputusan dalam analisa data. Semua data mental diolah agar mereka ada untuk pengulangan jika diminta. Sebagai peningkatan analisa, peneliti mendokumantasikan data dan peraturan keputusan pada tiap keputusan dasar dan pemikiran yang dimasukkan dalam tiap keputusan. Kemudian bukti bukti ditahan untuk mendukung keputusan dan memunculkan teoti dan dibuat ada pada permintaan ( Burns,1989 ). Marshall ( 1984, 1985 ). Bagaimanapun, perhatian melawan kerusakan kekuatan penelitian kualitatif oleh analisa data diakhir mekanistik.

Marshall dan Rossman ( 1989 ) mengekspresikan kekhawatiran bahwa upaya untuk meningkatkan validitas akan penyaringan luar biasa, kesanggupan untuk menemukan_puzzle yaang jika dirawat atau dikejar akan menyediakan sebuah penyusunan kembali seluruh usaha keras.

METHOD MIXING ( Metode Campuran )

Beberapa penelitian muncul dalam literatur dimana peneliti punya kombinasi porsi dari bermacam metodologi kualitatif nyata dari dasar filosofi untuk metodologi yang berkembang. Morse ( 1989 ) mengekspresikan kekhawatiran tentang kebenaran strategi ini, perumusan seperti campuran, yang pasti mampu dilakukan, melanggar asumsi teknik dan metode pengumpulan analisa penggunaan seluruh metode. Metode ini tidak bagustidak bagus dalam science. Bagaimanapun, penelitian kualitatif filosofi menggaris bawahi penelitian sama pentingnya dengan kerangka kerja dalam penelitian kuantitatif dan langsung menjelaskan hasil. Oleh karena itu, ini adalah sifatdasar bahwa peneliti membuat filosofi dasar dari ketegasan penelitian dan metodologi itu menggunakan kecocokan dengan filosofi.

Metodologi Pengumpulan Data

Karena pengumpulan data muncul secara simultan dengan analisa data, prosesnya adalah lengkap. Prosedur pengumpulan data bukan proses mekanis yang bisa direncanakan secara hati hati untuk permulaan. Peneliti sebagai orang yang terlibat secra total_menyadari, bereaksi, interaksi,refleksi, perekaman. Ini kasus dimana peneliti melibatkan observasi dan partisipasi dalam keadaan sosial sebagai kemunculan penomenologi, teori dasar, etnographi, penelitian teori sosial kritis. Untuk fakta fakta penelitian, peneliti mungkin butuh pengumpulan alamat. Persoalan yang berhubungan dengan kerja sama antara peneliti dan partisipan yang mencerminkan maksud data dan manajemen dan pengurangan volume data.

Kerjasama Peneliti dan Peserta

Salah satu pentingnya perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif yaitu kerjasama alamiah antara peneliti dan individu yang diteliti. Hubungan kerjasama alamiah punya pengaruh kuat dari pengumpulan data dan interpretasinya. Dalam banyak penelitian kualitatif, peneliti mengobservasi tingkah laku sosial dan mungkin berpartisipasi dalam interaksi sosial saat penelitian. Field dan Morse ( 1985 ) mengidentifikasi 4 tipe partisipan-observasi :

1. Peserta kompli

Dimana observer menjadi anggota kelompok dan menyembunyikan peran peneliti

2. Peserta-sebagai-observer

Dimana peserta sadar peran ganda peneliti

3. Observer-sebagai-peserta

Dimana banyak waktu peneliti dihabiskan mengobservasi dan mewawancarai dan kurang dalam peran peserta

4. Observer komplit

Dimana peneliti pasif dan tidak punya interaksi sosial langsung dalam pengaturan

Pada derajat yang berubah ubah, peneliti mempengaruhi individu saat penelitian,perputarannya dipengaruhi oleh mereka. Kehadiran peneliti mungkin mengubah tingkah laku dalam pengaturan. Keterlibatan ini betul betul dipertimbangkan sebagi sumber bias pada penelitian kualitatif menjadi ilmiah dan butuh elemen pada proses penelitian. Kepribadian peneliti adalah faktor kunci dalam penelitian kualitatif, kemampuan dalam empati dan intuisi ditanamkan. Dengan pengalaman subjek agar menginterpretasikannya.ini perlu bagi peneliti untuk terbuka pada peserta, daripada menumbuhkan maksudnya untuk pengalaman. Individu saat penelitian sering berpartisipasi dalam menentukan pertanyaan penelititan, menuntun pengumpulan data dan menjelaskan hasil.

Reflexive Thought ( ide refleksip )

Peneliti kualitatif perlu utnuk berfikir secara kritis interaksi dinamis antara dirinya dan data yang muncul selama analisa. Interaksi ini muncul apakah data dikomunikasikan person person atau dicoba tulis dengan kata pemikiran kritis digunakan untuk memeriksainteraksi yang menunjukkan ide refleksip atau kerefleksipan ( Lamb & Huttlinger,1989 ). Selama proses ini, peneliti menyelidiki menyelidiki feeling seseorang dan pengalaman yang mungkin mempengaruhi penelitian dan mengintegrasikan pengertian ini dalam penelitian. Proses perlu sebuah kesadaran disengaja dari dirinya.

Drew ( 1989 ) dalam paper menjelaskan pengalamannya dalam menghubungkan sebuah fenomenologi penelitian dari tingkah laku caregiver, menjelaskan secara langsung hubungan kerjasama penelitiannya.

Manajemen data dan Pengurangan

Pengumpulan data selama penelitian kualitatif mungkin mengamati deskripsi naratif, transkrip dari interview tape recording masuk dalam cerminan dari peneliti. Pada pengaturan yang dinamis atau pencatatan diambil sambil pembaca menulis dokumen. Dalam tahap inisial pada analisa data yang didapat mungkin melibatkan pembaca dan pembaca ulang mencatat dan membuat transkrip, mengulang observasi dan pengalaman, mendengarkan tape, melihat videotape, sampai kamu menjadi terbenam dalam data. Tape mengandung banyak kata, mereka mengandung perasaan, perhatian, komunikasi nonverbal. At least,sama pentingnya komunikasi dengan kata.

Oleh karena volume data yang didapat dalam penelitian kualitatif, upaya awal pada fokus analisa yaitu pada pengurangan volume data untuk memfasilitasi pemeriksaan. Ini mungkin melibatkan pemilihan, pemfokuskan, mempermudah, pengabstrakan dan perubahan data, mentah( Miles & Huberman,1984 ).

Selama pengurangan data, kamu mulai melampirkan maksud elemen pada data, kamu akan menemukan bermacam macam benda, orang dan kejadian dan menemukan kepemilikkan karakterisitik benda, orang dan kejadian.

Transcribing Interviews

Kalau kamu punya tape perekam interview, mereka biasanya merekam kata demi kata. Field dan Morse menyediakan instruksi untuk merekam interview dengan tape recorder.

Field & Morse ( 1985 ) menyarankan membuat 3 kopian transkrip dan menjaga yang asli terpisah dari kopian. Satu set kopi harus dikunci dalam lokasi terpisah untuk mengasurasikannya dari kerusakan / kehilangan.

Dengarkan tape recording segera setelah interview sangat mungkin. Mendengarkan secara hati hati voicetone, nada suara dan jedah antara peneliti dan peserta sebaik isinya. Ini mungkin mengindikasikan topik yang sangat emosional atau sangat penting sambil kamu mendengrakan, baca tulisan transkrip dari tape.buat catatan dari hasil observasi kamu pada transkrip

Kode dan Pengkodean

Pengkodean adalah arti dati kategori. Kode adalah simbol atau singkatan yang digunakan untuk mengklasifikasikan kata atau frase dalam data. Kode ditempatkan dalam data pada saat pengumpulan data, ketika memasukkan data dalam komputer, atau selama pemeriksaan data. Selesai memilih kategori, atu kode, peneliti mendefinisikan kekuasaan penelitian. Oleh karena itu, penting bahwa kode konsisten dengan filosofi dasar penelitian. Organisasi data,pemilihan elemen spesifik dari kategori data dan penamaan kategori akan mencerminkan filosofi dasar yang digunakan pada penelitian. Penelitian dahulu, pengkodean mungkin meningkatkan pengembangan toxonomy. Contoh, kamu mungkin mengembangkan tipe nyeri, tipe pasien atau tipe pendidikan pasien.

Field dan Morse ( 1985 ) menyarankan bahwa dalam pemilihan elemen data untuk kode, perlu catatan :

1. macam macam benda yang ikut dalam konteks yang diteliti

2. bentuk fenomena yang diambil

3. bermacam macam variasi dalam fenomena.

Field dan Morse ( 1985 ) menyarankan beberapa strategi inovatif untuk pengkodean data. Salah satu pendekatannya menggunakan pena berwarna,dengan perbedaan warna untuk tiap kategori mayor. Strategi lain, dikembangkan oleh Murdock ( 1971 ), menandakan tiap kategori mayor sebuah nomor.

Field and Morse ( 1985 ) mewarnai kode tiap halaman pada transkrip pada garis tepi bagian kiri. Satu garis diwarnai digunakan untuk peserta dan yang lain untuk wawancara lanjutan. Ketika halaman dipotong berdasarkan kode topik, identifikasi dari peserta dan wawancara lanjutan tetap terjaga utuh.

Ada 3 tipe kode :

1. Deskriptif

2. interpretatif

3. Eksplanatory

Kode deskriptif mengelompokkan elemen/data menggunakan term yang menggambarkan bagaimana peneliti mengorganisasikan data. Hal ini merupakan metode simple klasifikasi dan biasanya digunakan dalam tahap awal analisa daata

Contoh :

Jika ingin menggambarkan pengalaman hari pertama setelah operasi digunakan kode seperti nyeri, pergerakan, cemas, istirahat.

Code interpretatif biasanya dikembangkan setelah prose pengumpulan data. Digunakan ketika mulai menggunakan statement yang lebih pendek.

Contoh :

Jika melakukan penelitian terhadap pengalaman postoperatif maka dimulai untuk mengetahui bahwa pasien butuh banyak energi dan mencari informasi bagaimana penyedia pelayanan kesehatan mempercayai yang dikerjakannya. Maka digunakan kode seperti relief dan informasi

Kode eksplenatory

Berkembang setelah proses pengumpulan data setelah teoritical penelitian dimulai. Kode ini menghubungkan data keteori emergency dan digunakan spesifik seperti patt ( pattern ), TH ( theme ), CL ( causal link )

Margianl Remarks

Catatn yang diulang, pengamatan tentang catatan harus ditulis segera. Hal ini sering berhubungan dengan catatan dan bagian lain data atau interpretasi baru.

Memo

Dikembangkan oleh peneliti untuk merekam ide ide yang berhubungan dengan catatan. Transkrip atau kode. Memo ditulis untuk orang lain merupakan hal penting utnuk menilai ide seseorang dan membiarkan mereka mencatatsecara cepat. Seseorang merasa bahwa idenya cemerlang lalu menuliskannya. Hal ini dilakukan agar tidak lupa.

Pengembangan proporsi

Progress penelitian, hubungan diantara kategori kategori, partisipan, aksi dan kejadian kejadian akan memulai untuk mincul. Akan dikembangkan dugaan tentang hubungan yang bisa digunakan untuk memformulasikan proporsi tentatif. Pernyataan tersebut ditulis pada indeks kedalam kategori atau domasukkan dalam komputer.

DISPLAYING DATA untuk Analisa Dan Interpretasi

Display mengandung versi hasil penelitian kualitatif. Display secara mudah dikembangkan menggunakan kompute, program grafik

Context chart

Salah satu ajaran utama penelitian kualitatif adalah data tidak harus diinterpretasikan diluar konteks. Strategi ini untuk mengembangkan sebuah chart organisasi yang mengindikasikan aturan masing masing subjek. Grafik ini juga memperlihatkan karakter hubungan antara subjek dalam penelitian

Variabel specifik Context Chart

Terkadang penelitian tertyarik dengan variasi pemahaman dalam variabel yang ditelitit dalam konteks penelitian. Sebagai contoh , jika kedinamisan dukungan sosial timbul sebagai variabel penting maka diharapkan untuk mengetahui uintuk siapa dan apa situasi sosial dibutuhkan.

Matrik ( acuan )

Untuk matrik yang digunakan, variabel menarik harus diikat kedalam indikator atau komponen kode. Sebagai contoh, jika mengajar dibagian keperawatan maka indikator mengajar yang harus dipunya adalah komitmen, ilmu pengetahuan, materi, skill mengajar, alokasi waktu,dukungan administratif. Kolom harus terdiri dari klasifikasi staf keperawatan.peneliti menggunakan matrik untukmenyimpulkan penemuan. Matrik mempunyai papan point untuk menunjukkan analisa data.

Acuan dikembangkan untuk mengklasifikasi konsep dalam penelitian. Marsh

91990) menggunakan prosesoriented matrik untuk mentes kesimpulan dan teori yang hidup dari sebuah pemeriksaan positif perubahan gaya hidup sehat penelitian kualitatif.

Kategori untuk matrik dikembangkan dan aturan tegas didirikan untuk mencantumkan dalam kategori. Setiap subjek dipresentasikan dalam matrik. Ketika subjek membuat llebih dari satu perubahan gaya hidup, masing masing perubahan diperlihatkan secara terpisah dalam matrik.

Critical Insident Chart

Penelitian membandingkan insiden insiden dalam subgroups berbeda dari partisipan, insiden kritis dan subgroup bisa ditempatkan dalam lis sebuah matrik insiden kritikal dalam hubungan dengan waktu. Pemeriksaan matrik dapat memfasilitasi perbandingan insiden critical. Antara waktu dan variasi partisipan/subgroup.s

Kausal network

Peneliti mempertimangkan sebagai tentativ teori. Tentative teori harus mengekspresikan sebuah atlas. Mengembangkan atlas yang bagus dari tentatif teori adalah sulit. Validitas prediksi dikembangkan dalam sebuah tentative teori harus dicobakan. Prediksi biasanya dikembangkan hampir di akhir panel. Prediksi harus dicobakan dengan sampel yang sama atau yang mirip. Waktu yang diharapkan adalah 6 bulan kemudian hasilnya dikirim kepada informan yang berpartisipasi dengan penelitian.

MENGGAMBARKAN DAN MEMCERIFIKASI KESIMPULAN

Hal yang tidak disukai dalam penelitian kualitatis, kesimpulan yang dibentuk dari proses analisa. Kesimpulannya adalah sama dengan penemuan dalam kajian kuantitatif.

MenghitungPeneliti kualitatif cenderung menghindari menggunakan angka. Akan tetapi perhitungan tetap terjadi. Jika peneliti menghitung, maka harus dikenal dan direncanakan terlebih dahulu. Menghitung bisa membantu peneliti melihat apa yang mereka punya; hal ini bisa membantu memeriksa sebuah hipotesa. Perbandingan ide-ide dengan angka-angka bisa menjadi sebuah metode verifikasi yang baik.

Menentukan Pola, Tema

Orang-orang dengan mudah mengidentifikasi pola, tema dan gestalts dari observasi mereka, bahkan hampir terlalu mudah. Namun, kesulitannya terletak pada pencarian bukti tambahan yang nyata dari pola tersebut sementara tetap terbuka terhadap bukti yang tidak dikonfirmasi. Pola apapun yang diidentifikasi haruslah menjadi subjek keraguan/ skeptisisme bagi peneliti maupun orang lain (Miles & Huberman, 1984).

Peneliti haruslah membedakan antara kasus-kasus representativ dan anecdotal. Kasus-kasus representatif tampil dengan ketidakteraturan dan meliputi kisaran perilaku yang menggambarkan dalam suatu kategori. Kasus-kasus anecdotal tampil tidak teratur dan menggambarkan kisaran kecil peristiwa yang merupakan kekhasan suatu kelompok besar Kasus-kasus negatif merupakan episode-episode yang dengan jelas menyangkal suatu teori atau proporsi yang muncul. Kasus-kasus negatif juga penting karena membantu menjelaskan kandungan causal tambahan yang mempengaruhi fenomena yang diteliti (Field & Morse, 1985, p. 1060)

Melihat Plausibility (Hal yang masuk akal)

Sering, selama analisa, suatu kesimpulan kelihatannya masuk akal. Kelihatannya sesuai; masuk diakal. Ketika ditanyakan bagaimana seseorang sampai pada titik tersebut, peneliti mungkin menyatakan bahwa terasa benar saja. Perasaan intuitif ini penting baik pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Namun, plausibility tidak dapat berdiri sendiri. Plausibility haruslah diikuti dengan analisis yang sistematik. Pertama-tama, terjadi intuisi, kemudian dengan hati-hati menguji data untuk menverifikasi validitas dari intuisi tersebut. (Miles & Huberman, 1984)

Pengelompokan (Clustering)

Pengelompokan merupakan proses pensortiran elemen-elemen ke dalam kategori atau kelompok. Ini merupakan tahapan pertama dalam penteorian induktif. Dalam rangkan mengelompokan objek, orang, atau perilaku ke dalam suatu kelompok, pertama-tama kita harus mengkonseptualkannya ke dalam pola atau karakteristik yang serupa. Namun, pengelompokan seperti halnya pola, haruslah dipandang dengan perhatian dan verifikasi. Terdapat cara-cara alternatif untuk pengelompokan yang akan lebih bermakna (Miles & Huberman, 1984)

Membuat Metafora

Miles dan Huberman (1984) menyarankan peneliti kualitatif harus berfikir dan menulis secara metafora. Suatu metafora menggunakan bahasa figuratif untuk menunjukkan suatu kemiripan atau analogi dari suatu jenis ide pada tempat ide lainnya. Metafora menyediakan suatu gambaran yang kuat dengan nada perasaan yang kuat dalam mengkomunikasikan makna. Sebagai contoh, menyatakan secara logika dan rasional bahwa anda berada dalam suatu situasi kerja yang berat tidaklah menyediakan makna dan tampilan emosional dibandingkan bila anda menyatakannya dengan I am up to my ears in work! Miles dan Huberman (1984) percaya bahwa metafora menambahkan makna kepada penemuan, dengan menggunakan contoh ansietas ibu yang mengalami pemisahan, suatu ungkapan yang kurang menonjol, kurang sugestif, dan secara teoritis kurang lebih kuat dibandingkan sindrom kekosongan/empty nest. Ungkapan empty nest syndrome mengkomunikasikan gambaran yang penuh dengan makna melebihi apa yang hanya disampaikan dengan kata-kata saja.

Metafora juga merupakan suatu data-reducing devices (alat pengurang data) yang melibatkan generalisasi dari sesuatu yang spesifik. Juga merupakan pattern-making devices (alat pembuat pola) yang menempatkan pola ke dalam suatu konteks yang lebih besar. Metafora merupakan decentering devices (alat pembagian) yang efektif. Metafora memaksa kita untuk mundur dari jumlah pengamatan tertentu untuk melihat gambaran yang lebih besar. Metafora juga merupakan cara menghubungkan penemuan dengan teori/ connecting finding to theory. Metafora merupakan apa yang menginisiasi peneliti untuk berpikir dalam istilah yang lebih umum. Beberapa sarang mengenai pengembangan metafora:

1. Adalah tidak bijak membuat metafora di awal penelitian

2. Dalam rangka mengembangkan metafora, kita harus secara kognitif berperan, bergerak dari denotatif ke konotatif. Berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan bermain secara kognitif dapat sangat berguna.

3. Metafora dapat diambil terlalu jauh dalam hal makna; oleh karena itu, kita harus mengetahui kapan harus berhenti.

Pemisahan Variabel

Penelitian kualitatif berorientasi kuat ke pengintegrasian konsep. Namun, pada beberapa kasus, peneliti harus mengenali kebutuhan untuk diferensiasi. Mereka harus memiliki keberanian untuk mempertanyakan; Miles dan Huberman menyebut pengintegrasian dini ini premature parsimony. Pemisahan variabel khususnya penting selama tahapan awal analisis untuk memungkinkan pengujian yang lebih mendetil dari proses yang terjadi. Pemisahan variabel juga sering terjadi dengan pengembangan acuan/matriks. Selama penteorian, jika variabel kelihatannya tidak terkait erat dengan kerangka kerja yang tersisa, maka haruslah dipisahkan untuk memungkinkan pengembangan suatu model yang lebih koheren dan terintegrasi (Miles & Huberman, 1984)

Penggolongan Khusus/Particular ke Umum/General

Proses ini serupa dengan pengelompokkan, yang di dalamnya melibatkan pemaduan/clumping hal-hal secara bersama. Pengelompokan cenderung bersifat intuitif yang serupa dengan pengkodean. Penggolongan particular ke general merupakan pegerakan dari spesifik ke konkrit ke abstrak dan teoritis.

Penfaktoran

Ide penfaktoran diambil dari prosedur kuantitatif analisa faktor. Jika kita memiliki suatu daftar karakteristik maka merupakan tema umum di dalam daftar tersebut yang memungkinkan seseorang untuk lebih menjelaskan apa yang sedang terjadi?Sedangkan dengan analisa faktor, ketika pengelompokkan telah diidentifikasi, maka harus dinamai. Penfaktoran dapat terjadi pada beberapa tingkatan abstraksi pada data. Pertimbangan yang penting adalah penfaktoran membuat perbedaan yang bermakna dalam kejelasan. (Miles & Huberman, 1984)

Menentukan Hubungan antara Variabel

Pengembangan hubungan antara variabel telah dibahas sebelumnya. Namun, pada titik ini, adalah penting untuk bergerak melebihi itu, bahkan, suatu hubungan ada untuk menjelaskan hubungan. Hubungan yang dijelaskan pada Bab 8 dapat digunakan untuk menggambarkan penemuan-penemuan kualitatif. Hubungan yang mungkin terjadi meliputi:

(1) A+, B+ (kedua\nya tinggi, atau keduanya rendah pada saat bersamaan)

(2) A+, B- (A tinggi, B rendah, atau sebaliknya)

(3) A, B (A meningkat, B meningkat)

(4) A, B (A meningkat, B menurun)

(5) A lalu B (pertama-tama A meningkat, lalu B meningkat)

(6) A lalu B lalu A (A meningkat, lalu B meningkat, lalu A lebih meningkat lagi) (Miles & Huberman, 1984, p. 225)

Menemukan Variabel yang Mengintervensi (ikut camput, terlibat)

Pada beberapa kasus, para peneliti percaya bahwa dua variabel haruslah seiring; namun, penemuan tidak menverifikasi pemikiran ini. Pada kasus lain, dua variabel ditemukan selama analis data berlangsung bersama, namun hubungannya tidak dapat dijelaskan. Pada kedua situasi ini, variabel ketiga mungkin bertanggung jawab terhadap kebingungan ini. Oleh karena itu, variable ketiga haruslah diidentifikasi. Matriks yang digambarkan sebelumnya dapat sangat berguna dalam pencarian variabel ini, dan pencarian tersebut sering membutuhkan beberapa kerja penyelidikan yang hati-hati. Menemukan variabel yang mengintervensi adalah paling mudah jika terdapat kasus ganda dari hubungan dua variabel untuk diuji (Miles & Huberman, 1984)

Membangun suatu Rantai Logis Bukti

Sekilas, ini akan tampak seperti aktifitas yang sama yang digambarkan sebelumnya yang menghasilkan pengembangan suatu teori tentatif; namun, aktifitas ini mengasumsikan pengembangan suatu teori tentatif sebelumnya. Membangun suatu rantai logis bukti melibatkan pengujian teori tersebut. Peneliti harus hati-hati untuk kembali melacak bukti dari data melalui pengembangan teori tentatif; kemudian, elemen, hubungan, dan proporsi dari teori tersebut diuji dengan data baru. Peneliti mencari kasus yang cukup sesuai dengan teori dan kasus-kasus yang tidak sesuai dengan teori. Kemudian teori dapat dimodifikasi.

Proses ini disebut analytic induction dan menggunakan dua daur yang saling menyambungkan. Daur pertama adalah enumerative induction, dimana sejumlah dan beberapa jenis contoh dikumpulkan yang menverifikasi model. Daur kedua adalah eliminative induction, memerlukan hipotesis untuk diuji dengan alternatif-alternatif. Peneliti perlu untuk memeriksa dengan hati-hati untuk membatasi kemampuan generalisasi teori. Proses pembandingan konstan digunakan pada Grounded Theory berhubungan dengan eliminative induction (Miles & Huberman)

Membuat Konseptual/ Koheren Teoritis

Langkah sebelumnya telah menggambarkan suatu gerakan bertahap dari data empiris ke suatu ikhtisar konseptual dari penemuan-penemuan. Inferensi telah dibuat begitu analisis bergerak dari konkret ke yang lebih abstrak. Langkah tersebut kemudian bergerak dari metafora ke saling berhubungan, lalu ke membangun/constructs, dan dari situ ke teori. Teori haruslah terkait dengan teori-teori lain yang ada di tubuh pengetahuan. Dalam rangka mencapai langkah ini, kita harus mengembangkan suatu familiaritas/ kemiripan dengan suatu jenis teori yang lebih luas yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena saat ini. Jika keterkaitan dapat dibuat dengan teori-teori lainnya, maka akan memperkuat penjelasan teoritis yang ada (Miles & Huberman, 1984).Metode Penelitian Phenomenologis

Pada studi-studi phenomenologis, beberapa strategi dapat digunakan dalam pengumpulan data, dan adalah mungkin untuk menggunakan kombinasi dari strategi-strategi tersebut. Dalam rangka melakukan strategi pengumpulan data ini, peneliti melibatkan kepribadiannya dan menggunakan pengintuisian/Intuiting. Intuiting merupakan proses benar-benar melihat/ mencari fenomena. Selama intuiting peneliti menfokuskan seluruh kesadaran dan tenaga pada subjek minat untuk memungkinkan suatu peningkatan pendalaman. Dengan demikian, proses ini memerlukan konsentrasi dan penyerapan sepenuhnya pengalaman yang diteliti (Oiler, 1982). Intuiting merupakan suatu ide asing bagi kita di dunia barat. Lebih umum di praktekkan pada pemikiran Timur dan terkait dengan praktek medis dan pengarahan kekuatan energi personal.

Strategi Pengumpulan Data

Pada satu strategi pengumpulan data, peserta diminta untuk menggambarkan secara verbal mengenai pengalaman mereka tentang suatu fenomena. Data-data verbal ini perlu dikumpulkan dalam suatu atmosfir yang santai dengan waktu cukup yang memungkinkan untuk menfasilitasi deskripsi yang lengkap oleh responden. Alternatifnya, informan dapat diminta untuk menyediakan suatu deskripsi tertulis mengenai pengalaman mereka. Ruffing-Rahal (1986) merekomendasikan penggunaan dokumen pribadi, autobiografi account tertentu sebagai suatu sumber data.

Strategi lain mensyaratkan peneliti untuk lebih terlibat secara langsung dalam pengalaman tersebut. Selama pengalaman peserta, peneliti secara simultan mengamati perilaku verbal dan nonverbal, lingkungan, dan responnya terhadap situasi. Catatan tertulin mungkin digunakan, atau pengalaman tersebut dapat direkam dengan tape-recorder atau video-tape. Ketika perilaku yang diamati direkam, peneliti menggambarkan ketimbang mengevaluasi pengamatan/ observasi.

Terdapat beberapa variasi analisis data phenomenologis. Metode Van Kaam, Giorgi dan Colaizzi merupakan yang paling umum digunakan. Dalam keperawatan, Parse telah mengembangkan suatu metodologi yang sekarang digunakan dalam studi phenomenologis keperawatan.

VAN KAAM. Van Kaam (1966) menyarankan pengklasifikasian data dan pemeringkatan pengklasifikasian berdasarkan frekwensi terjadinya, Pemeringkatan ini diverifikasi oleh suatu panel atau juri. Sejumlah kategori kemudian dikurangi untuk menghilangkan kategori overlapping/tumpang tindih, lemah dan ruwet, dan sekali lagi, persetujuan dari panel dan juri diharapkan. Hipotesis dikembangkan untuk menjelaskan kategori secara teoritis, dan hipotesis ini diuji pada suatu sampel baru. Proses ini berlanjut sampai tidak ada kategori baru yang muncul.

GIORGI. Giorgi (1970) merekomendasikan suatu proses yang serupa, tetapi lebih memilih untuk lebih mempertahankan rasa keseluruhan. Walaupun elemen individual dari fenomena diidentifikasi, namun kepentingannya terhadap fenomena tidak terbangun oleh seringnya keterjadian namun lebih kepada penilaian intuitif peneliti. Giorgi menganggapnya penting untuk mengidentifikasi hubungan unit-unit satu sama lain dan dengan keseluruhan.

COLAIZZI. Colaizzi (1978) telah mengembangkan suatu metode yang melibatkan pengamatan dan analisa perilaku manusia dalam lingkungannya untuk menguji pengalaman yang tidak bisa dikomunikasikan. Strategi ini berguna dalam penelitian fenomena seperti perilaku prverbal anak, subjek dengan penyakit Alzeimer, perilaku combatif dari pasien yang tidak sadar, dan gerak tubuh pasien yang baru diamputasi.

PARSE. Parse (1990) telah menjelaskan suatu metodologi penelitian spesifik terhadap Man-Living Health Theory. Metodologi ini melibatkan dialog dimana responden dan peneliti berpartisipasi dalam diskusi yang tidak terstruktur mengenai suatu pengalaman hidup. Pengalaman tersebut digambarkan sebagai suatu I-Thou intersubjective dengan siapa/being with peserta selama diskusi tersebut. Peneliti hadir bersama peserta, terlibat dalam dialog memunculkan ke permukaan apa yang diingat/masa lalu, saat ini, dan yang belum terjadi secara bersamaan. Sebelum dialog dengan peserta, peneliti bergulat dengan makna pengalaman hidup, memusatkan diri dalam cara terbuka terhadap suatu diskusi penuh pengalaman yang dibagi oleh para peserta. Diskusi tersebut (jika mungkin) direkam secara audio dan video, dan dialognya ditranskip untuk proses extraction-synthesis. Extraction-synthesis merupakan suatu proses menggerakkan deskripsi dari bahasa peserta ke tingkat abstraksi ke bahasa ilmiah. (p.11)

Peneliti merenungkan fenomena yang diteliti sementara mendengarkan rekaman, membacara transkrip dialog, dan melihat rekaman video. Sehingga, peneliti hadir secara multisensori pada data. Parse (1990) menggambarkan detil dari proses ini sebagai berikut:

1. Menyerap inti dari transkrip deskripsi (bahasa peserta). Inti yang diserap merupakan suatu ekspresi lengkap dari ide inti yang digambarkan oleh peserta

2. Inti yang disintesis (bahasa peneliti) merupakan suatu ekspresi ide inti dari inti yang diserap yang dikonseptualkan oleh peneliti

3. Menformulasikan suatu proposisi dari masing-masing deskripsi peserta. Suatu proposisi merupakan pernyataan non-directional yang dikonseptualkan oleh peneliti menggabungkan ide inti dari esensi yang disintesis dari masing-masing peserta

4. Menyerap konsep inti dari proposisi yang diformulasikan dari seluruh peserta. Konsep inti yang diserap merupakan suatu ide (ditulis dalam suatu frase) yang menangkan makna sentral proposisi.

5. Pensintesisan suatu struktur pengalaman hidup dari konsep yang diserap. Suatu struktur yang disintesis merupakan suatu pernyataan yang dikonseptualkan oleh peneliti menggabungkan konsep inti. Struktur tersebut meningkatkan jawaban-jawaban pertanyaan peneliti:Apa struktur dari pengalaman hidup ini? (p. 11)

Hasil dari analisis ini kemudian ditingkatkan ke tingkat penyerapan yang lain untuk menampilkan makna pengalaman hidup pada tingkat teori. Penemuan-penemuan tersebut dalam istilah prinsip teori Parse. Proses analisa ini telah digunakan dalam suatu studi harapan sebagai suatu pengalaman hidup kesehatan (Parse, 1990)

Hasil

Penemuan-penemuan sering digambarkan dari orientasi dari studi peserta, ketimbang diterjemahkan ke bahasa ilmiah atau teoritis. Sebagai contoh, kata-kata yang sebenarnya yang digunakan oleh peserta untuk menggambarkan suatu pengalaman akan sering digunakan ketika melaporkan penemuan-penemuan. Peneliti mengidentifikasi tema yang ditemukan pada data. Dari tema-tema ini, penjelasan struktural penemuan dikembangkan.

Studi Keperawatan Phenomenologis

Salah satu studi keperawatan yang paling signifikan yang dilaksanakan menggunakan metode phenomenological adalah studi yang dilakukan Benner (1984) yang menghasilkan deskripsi kritis praktek keperawatan yang disajikan di bukunya yang berjudul From Novice to Expert, Studi ini didanai oleh bantuan dari Departemen Kesehatan dan Sumber Daya Manusia, Divisi Keperawatan, pada waktu ketika pendanaan eksternal bagi penelitian kualitatif hampit tidak terdengar. Pada studi Benner, fenomena yang dieksplor adalah pengalaman praktek klinis. Pertanyaan penelitian Benner ditanyakan jika terdapat pembedaan, perbedaan karakteristik pada deskripsi Novice dan Expert dari insiden klinis yang sama. Jika demikian, bagaimana perbedaan ini, jika dapat diidentifikasi dari deskripsi insiden keperawatan dapat dihitung atau dipahami? (p. 14)

Benner melakukan wawancara berpasangan dengan perawat-perawat pemula/beginning dan perawat-perawat yang dikenal dengan keahliannya. 21 pasang perawat dipilih dari tiga rumah sakit dimana preceptor digunakan untuk mengarahkan lulusan baru. Masing-masing anggota pasangan, satu preceptor dan satunya lagi lulusan baru diwawancarai secara terpisah mengenai situasi rawatan pasien yang mereka alami bersaman. Sebagai tambahan pada pasangan ini, wawancara dan pengamatan peserta dilakukan dengan perawat-perawat tambahan, termasuk 51 perawat klinis berpengalaman, 11 lulusan baru, dan 5 siswa senior keperawatan. Wawancara individu, wawancara kelompok kecil, dan pengamatan peserta dilakukan pada enam rumah sakit. Sebelum wawancara, para peserta diberikan penjelasan tertulis mengenai jenis deskripsi klinis yang diminati peneliti. Wawancara tersebut direkam dan ditranskrip.

Analisa data Benner (1984) merupakan strategi interpretatif yang didasarkan pada Heideggerian Phenomenology. Dia menggambarkan prosedurnya sebagai berikut:

Rekaman wawancara dan pengamatan peserta dibaca secara independen oleh anggota tim riset, interpretasi data dibandingkan dan secara konsensual di validasi. Masing-masing interpretasi diterima hanya jika terdapat persetujuan pada pelabelan dan penginterpretasian kompetensi utama yang ditunjukkan dan hanya jika efektif dalam menggambarkan praktek yang terampil (p. 16)

Penjelasan struktural Benner mengenai penemuannya ditampilkan dalam 5 tahapan mendapatkan pengalaman dalam praktek klinis, yang menggambarkan perawat dalam suatu situasi klinis tertentu sebagai novice, advanced beginner, competent, proficient, atau expert.Tahap 1: Novice

Beginner belum mempunyai pengalaman dalam situasi yang mereka diharapkan untuk melakukan. Untuk memberi mereka entry/jalan masuk ke situasi-situasi ini dan memungkinkan mereka mendapatkan pengalaman yang sangat diperlukan untuk pengembangan keterampilan, maka mereka diajarkan mengenai situasi dalam hal atribut-atribut objektif, seperti berat, intake dan output, temperatur, tekanan darah, denyut, dan lainnya, parameter pengukuran dari suatu kondisi pasien, fitur tugas yang dapat dikenali tanpa pengalaman situasional. Novice juga diajarkan peraturan context-free untuk memandu tindakan terhadap atribut yang berbeda (pp. 20-21)

Tahap 2: Advanced Beginner

Advanced beginner adalah seseorang yang dapat mendemonstrasikan kinerja yang dapat diterima secara marjinal, seseorang yang telah dikop dengan cukup situasi sebenarnya/nyata untuk mencatat (atau yang telah ditunjukan kepada mereka oleh mentior) komponen-komponen situasional bermakna yang berulangAspek-aspek, kebalikan dari yang dapat diukur, atribut bebas konteks atau daftar prosedural hal-hal yang dilakukan yang dipelajari dan digunakan oleh beginner, memerlukan pengalaman sebelumnya pada situasi sebenarnya/nyata untuk pengenalan. Aspek meliputi keseluruhan, karakteristik global yang hanya dapat diidentifikasi melalui pengalaman sebelumnya (p. 22)

Tahap 3: Competent

Kompetensi, diperoleh oleh yang telah bekerja pada situasi yang sama atau serupa selama dua atau tiga tahun, berkembang ketika perawat mulai melihat tindakannya dalam hal tujuan jangka panjang atau rencana yang ia sadari. Rencana tersebut mendiktekan atribut dan aspek mana dari situasi masa datang terkini dan direnungkan yang dianggap paling penting dan yang dapat diabaikan. Dengan demikian, bagi perawat kompetent, suatu rencana membangung suatu perspektif, dan rencana tersebut didasarkan pada kontemplasi/perenungan sadar, abstrak, analitik dari masalah (p. 26)

Tahap 4: Proficient

Secara karakteristik, proficient menerima situasi sebagai keseluruhan ketimbang dalam hal aspek dan pelaksanaannya dipandu oleh maxims (maxim merupakan instruksi cryptic yang diberikan oleh Experts). Maxims masuk diakal hanya jika orang tersebut telah memiliki suatu pemahaman yang mendalam tentang situasi (p. 10)Kata kunci disini adalah persepsi. Perspektif tidak dipikirkan melainkan menampilkan dirinya sendiri berdasarkan pengalaman dan peritiwa yang saat ini. Perawat Proficient memahami suatu situasi sebagai suatu keseluruhan karena mereka menerima maknanya dalam hal tujuan jangka panjang (p. 27)

Tahap 5: Expert

Expert tidak lagi bergantung pada suatu prinsip analitik (aturan, panduan, maksim) untuk mengaitkan pemahamannya mengenai situasi dengan tindakan yang sesuai. Perawat Expert, dengan jumlah latar belakang pengalaman yang banyak, saat ini memiliki suatu genggaman intuitif dari masing-masing situasi dan masukan zeroe pada area akurat masalah tanpa pertimbangan yang sia-sia dari suatu kisaran besar alternatif diagnosa dan solusi( p.32)

Benner (1984) juga mengidentifikasi tujun domain praktek: (1) peran membantu, (2) fungsi pengajaran-pelatihan, (3) fungsi diagnostik dan monitoring pasien, (4) manajemen efektif dari situasi yang berubah dengan cepat, (5) administrasi dan monitoring intervensi dan aturan pengobatan, (6) monitoring dan memastikan kualitas praktek keperawatan, (7) kompetensi organisasional dan peran kerja. Kompetensi keperawatan mewakili masing-masing domain teridentifikasi.

METODOLOGI

GROUNDED THEORY

Pengumpulan data untuk suatu studi Grounded Theory disebut juga dengan kerja lapangan. Pengamatan peserta merupakan suatu teknik umum yang digunakan. Fokus dari pengamatan tersebut adalah interaksi sosial dalam fenomena yang diminati.. Wawancara juga dapat dilakukan untuk mendapatkan persepsi para peserta. Data dikodekan untuk persiapan analisa yang dimulai dengan inisiasi pengumpulan data. Stern (1980) dan Turner (1981) telah menggambarkan metodologi yang digunakan untuk analisa Grounded Theory.

1. Pengembangan Kategori. Kategori diturunkan dari data, diidentifikasi dan dinamai. Kategori-kategori ini digunakan sebagai kode-kode untuk analisa data. Ini merupakan tahap awal pengembangan suatu teori tentatif.

2. Saturasi Kategori. Contoh dari kategori yang diidentifikasi dikumpulkan sampai karakteristik item yang sesuai dengan kategori menjadi jelas bagi peneliti. Lalu peneliti menguji semua contoh kategori dalam data untuk menentukan apakah sesuai dengan pola karakteristik yang muncul yang diidentifikasi oleh peneliti

3. Pengembangan Konsep. Peneliti merumuskan suatu definisi kategori (mengacu kepada konsep) menggunakan karakteristik yang diverifikasi pada tahap 2

4. Pencarian Kategori Tambahan. Peneliti melanjutkan menguji data dan mengumpulkan data tambahan untuk mencari kategori yang tidak jelas dengan segera tetapi kelihatannya esensial untuk memahami fenomena yang diteliti

5. Reduksi Kategori. Kategori-kategori, pada titik penelitian ini telah berjumlah banyak, dikelompokkan dengan menggabungkan mereka ke dalam high-order kategori/ urutan kategori yang tinggi,

6. Pencarian Contoh-contoh Negatif Kategori. Peneliti berlanjut mencari contoh-contoh yang berlawanan atau sebaliknya yang tidak sesuai dengan karakteristik yang dikembangkan untuk menggambarkan suatu kategori

7. Hubungan Kategori. Peneliti mencari pemahaman hubungan antara kategori. Untuk mencapai ini, koleksi data menjadi lebih selektif karena peneliti mencari untuk menentukan kondisi dibawah konsep yang terjadi. Hipotesa dikembangkan dan diuji menggunakan data yang tersedia wawancara tambahan yang dipilih atau pengamatan yang secara spesifik untuk menguji hubungan yang ditawarkan antara kategori-kategori. Suatu presentasi naratif dari teori yang muncul, termasuk konsep, definisi konseptual, dan hubungan-hubungan dikembangkan. Naratif tersebut ditulis kembali secara berulang-ulang untuk mencapai suatu penjelasan dari suatu teori yang muncul yang diekpresikan dengan jelas, konsisten secara logis, pencerminan dari data, dan kompatibel/sesui dengan pengetahuan dasar keperawatan. Suatu peta konseptual mungkin disediakan untuk mengklarifikasi teori (Burns, 1989)

8. Pensampelan Selektif Litaratur. Tidak seperti kasus penelitian tradisional, literatur tidak secara ekstensif dicari pada awal studi yang tujuannya untuk menghindari pengembangan suatu pandangan yang tersedimentasi. Pada penelitian ini, literatur diuji untuk menentukan kesesuain penemuan dari studi awal dan teori yang ada dengan penemuan-penemuan saat ini.

9. Munculnya Variabel Inti. Melalui aktifitas yang tersebu diatas, konsep yang paling penting bagi teori muncul. Konsep ini, atau variabel inti, menjadi tema sentral atau fokus dari teori.

10. Modifikasi dan Integrasi Konsep. Langkah ini merupakan proses terakhir dimana teori difinalisasi dan sekali lagi dibandingkan dengan data. Begitu kategori dan pola muncul, peneliti harus terlibat dalam tindakan kritis menantang pola yang tampaknya begitu nyata. Peneliti harus mencari penjelasan yang masuk akal lainnya bagi data dan hubungan diantara mereka (Marshall & Rossman, 1989, p. 119). Terkadang, terdapat kesesuaian yang kurang antara data dan teori yang muncul. Ini dapat terjadi karena pengidentifikasian pola pada data telah terjadi sebelum peneliti secara logika dapat menyesuaikan seluruh data dalam kerangka kerja yang muncul. Pada kasus ini, hubungan-hubungan yang ditawarkan diantara fenomena mungkin spurious/palsu. Miles dan Huberman (1984) menyarankan bahwa plausibility merupakan candu dari intelektual. Jika skema yang muncul masuk diakal dan sesuai dengan penjelasan teori fenomena lainnya, peneliti menangkapnya secara prematur. Ini lah kenapa begitu penting untuk menguji skema dengan memeriksa kembali kesesuaian antara teori yang muncul dan data asli.

Studi Grounded Theory

Satu studi signifikan yang menggunakan pendekatan grounded theory yang relevan dengan praktek klinis keperawatan adalah studi Fagerhaugh dan Strauss (1977) mengenai politik manajemen nyeri. Studi ini muncul dari hasil kerja Glaser dan Strauss sebelumnya pada perawatan pasien sekarat (Glaser & Strauss, 1965, 1968; Strauss, 1975; Strauss, corbin, Fagerhaugh, Glaser, Maines, Suczek & Wiener, 1984). Studi nyeri melibatkan lima peneliti dan 2 tahun pengamatan sistematis di 20 bangsal, 2 klinik dan 9 rumah sakit. Tujuan dari studi tersebut adalah dua kali lipat, yaitu untuk mengembangkan suatu pendekatan terhadap manajemen nyeri yang secara radikal berbeda dari pendekatan yang telah terbentuk, dan untuk mengembangkan suatu teori substansif mengenai apa yang terjadi di rumah sakit ketika orang dihadapkan dengan nyeri dari berusaha mengatasinya (Fagerhaugh & Strauss, 1997, p.13). Pertanyaan penelitiannya adalah dibawah kondisi apa nyeri ditemui oleh staff? dan bagaimana mengatasinya/.

Pada studi nyeri tersebut, peneliti berharap untuk mengamati suatu variasi situasi dimana nyeri merupakan suatu fenomena umum. Area studi meliputi suatu unit perawatan intensif untuk luka bakar parah, unit rawatan jantung, bangsal obstetrics, unit rehabilitasi fisik, unit neurologi dan neurosurgery, unit bedah rutin, bangsal medis, departemen radiology, departemen gawat darurat, unit transplantasi ginjal, dan bangsal kanker. Kutipan berikut didapat dari laporan studi grounded theory pada nyeri. Yang menfokuskan pada suatu deskripsi proses penyampelan dan menunjukkan rawatan dan pemikiran detik yang harus berlangsung dalam perkembangan katerogi penyampelan.

pada seluruh bangsal ini kami membuat perbandingan internal sepanjang dimensi teoritis, yaitu kami melanjutkan penyampelan yang diarahkan oleh teori; sebagai contoh, aturan/regimen high-pain versus low-pain; inflicter regimen nyeri yang berpengalaman versus inflicter baru; ibu bersalin yang bapaknya hadir untuk mendukung usahanya dalam memikul rasa sakit versus mereka yang tidak memiliki dukungan seperti itu atau agen pengendali. Sementara itu, kami juga mencari suatu aktifitas yang merentangkan bangsal-bangsal yang terpisah dan yang akan memaksimalkan variabel yang terkait dengan infliksi nyeri. Kami mengikuti sejumah personil yang mengambil darah pasien. Kami mengamati beberapa yang sangat berpengalaman, dan beberapa yang tidak berpengalaman; beberapa yang dapat bekerja dalam gaya yang santai/ tidak tergesa-gesa, dan beberapa yang tidak; beberapa yang menemui pasien baru, dan beberapa yang menemui pasien yang berpengalaman dengan prosedur ini; beberapa yang menemui pasien yang mengalami nyeri yang berlanjut, dan beberpa yang tidak, beberapa yang baru-baru ini mengalamai tuduhan inkompeten dan beberapa yang tidak (Fagerhaugh & Strauss, 1977, p. 308)

Pada studi nyeri, kategori inti yang berkembang adalah kerja nyeri, trajektori nyeri, legitimasi, balancing, dan akuntabilitas. Kerja nyeri lebih lanjut diklasifikasikan menjadi penghilangan nyeri, mengatasi ekspresi nyeri, menimbulkan nyeri, memimimalkan atau mencegah nyeri. Pasien yang mengalami nyeri dan pengendalian rekasi anggota staff terhadap respon nyeri pasien. Kerjasama pasien dalam kerja nyeri dan negosiasi antara staf dan pasien diidentifikasi sebagai faktor penting. Suatu contoh dari negosiasi tersebut digambarkan oleh Glaser (1973):

ini tidak akan berlangsung lama saya katakan kepadanyaini tidak akan sakitsaya rasa saya dapat menyuntikannya langsung ke tubing IV dan tidak akan menusuk anda

Dia kelihatannya tidak nyaman

sejujurnya saya tidak akan menusuk anda kecuali saya harus melakukan itu

Trajektori nyeri dibagi kedalam trajektori yang diharapkan dan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh, ibu bersalin akan memiliki trajektori nyeri yang berbeda dengan seseorang dengan nyeri punggung intractable.

Suatu trajektori yang tidak diharapkan tidak diharapkan untuk bangsal tertentu, yang membawa gangguan potensial bagi staf dan pasien serta kekecewan bangsal. Baik aturan sentimentil dan aturan kerja bangsal menjadi terancampasien dengan dengan trajektori yang tidak diharapkan cenderung diberi label tidak kooperatif atau sulit dan hubungan antara mereka dan staf tampaknya akan memburuk (fagerhaugh & Strauss, 1977, pp. 22-23)

Penelitian juga menyimpulkan bahwa trajektori nyeri dipengaruhi oleh kesakitan pasien, pengalaman mereke sebelumnya dengan nyeri, rawatan medis yang mereka terima, dan riwayat sosial mereka. Mereka mengamati bahwa staf keperawatan dan medis jarang mengetahui apapun tentang trajektori nyeri pasien lebih dari apa yang sedang terjadi.

Penilaian dan pelegitimasian nyeri juga diidentifikasi sebagai suatu faktor penting. Staf sering menganggap pasien mengklaim lebih nyeri ketimbang yang mereka alami atau mengklaim nyeri padahal tidak. Pasien-pasien kiri/left ini berada pada posisi meyakinkan staff mereka sebenarnya mengalami nyeri yang mereka alami (pelegitimasian). Staff dan pasien sering terlibat dalam proses menyeimbangkan prioritas selama kerja nyeri. Keputusan didasarkan pada apa yang dianggap paling penting oleh staff.

Anggota staff tidak selalu setuju diantara mereka, dan penyeimbangan yang dilakukan oleh pasien mungkin tidak disetujui staff. Pasien dan staff sering dihadapkan pada pilihan yang berlawanan, ketidaksetujuan atas nilai hidup sedikit lebih lama versus mengatasi nyeri yang sangat. Mereka mungkin menyeimbangkan pertimbangan-pertimbangan yang agak berbeda. Staff mungkin menyeimbangkan lebih kerja versus pembebas rasa sakit yang cepat, sementara pasien mungkin menyeimbangkan harga diri dengan tidak mengeluh tentang nyeri versus kesulitan mengatasinya tanpa pengobatan lebih (Fagerhaugh & Strauss, 1977, p. 25)

Dalam hal akuntabilitas, peneliti menemukan bahwa kerja nyeri bukanlah suatu prioritas utama staff. Staff cenderung lebih bertanggung jawab mengendalikan ekspresi nyeri pasien ketimbang mengendalikan pengalaman nyeri. Fagerhaugh dan Strauss (1977) menyertakan hal berikut dari studi mereka:

Akuntabilitas asli menyangkut kerja nyeri hanya bisa dibentuk jika otoritas utama pada bangsal atau klinis tertentu memahami pentingnya akuntabilitas dan implikasinya untuk rawatan pasien. Mereka kemudian perlu mengkonversi pemahaman tersebut ke suatu komitmen yang akan membawa perubahan yang diperlukan dalam sistim komunikasi verbal dan tertulis. Pemahaman dan komitmen seperti ini mungkin hanya didapat setelah pembahasan yang dianggap bersifat nasional, seperti yang berlangsung sekarang ini mengenai terminal care/rawatan akhir, tetapi pembahasan seperti ini kelihatannya akan berlangsung lama di masa depan (p. 27)METODOLOGI ETHNOGRAPHIC

Mendapatkan Akses Masuk

Salah satu langkah kritis pada studi apapun adalah mendapatkan akses masuk ke area yang diteliti. Mekanisme dari proses ini sangat beragam, tergantung pada apakah seseorang berusaha untuk masuk ke negara lain atau ke institusi tertentu. Peneliti bertanggung jawab pada titik ini untuk menjelaskan tujuan dan metode studi kepada mereka yang memiliki kekuasaan untuk memberikan akses masuk tersebut.

Mendapatkan informan

Dalam rangka memahami suatu kebudayaan, para peneliti mencari individu yang mau menginterpretasikan budaya kepada mereka. Orang-orang ini (yang biasanya anggota dari kebudayaan tersebut) tidak akan menjadi subjek penelitian, tapi lebih sebagai kolega. Peneliti harus memiliki dukungan dan kepercayaan dari orang-orang ini untuk menyelesaikan penelitian. Oleh karena itu, mempertahankan hubungan ini adalah sangat-sangat penting. Informan tidak hanya akan menjawab pertanyaan tetapi juga dapat membantu merumuskan pertanyaan, karena mereka memahami kebudayaan tersebut lebih baik dari pada peneliti.

Immersi Budaya

Peneliti ethnographic haruslah mengenal budaya yang diteliti, dengan hidup didalamnya (partisipasi aktif) dan memperluas pertanyaan. Proses menjadi immersed/menyatu dalam budaya melibatkan peningkatan pengenalan dengan hal-hal seperti bahasa; norma sosiokultural; tradisi dan dimensi sosial lainnya, seperti keluarga, pola komunikasi (verbal dan nonverbal), agama, pola kerja, dan ekspresi emosi. Immersi juga melibatkan peningkatan penerimaan bertahap peneliti ke dalam kebudayaan tersebut.

Mengumpulkan Data (Elisitasi Prosedur)

Aktifitas pengumpulan data disebut juga penelitian lapangan dan memerlukan pencatatan yang ekstensif. Kualitas dari catatan-catatan tersebut akan tergantung pada keahlian dari peneliti. Peneliti yang terampil/ahli, berpengalaman dalam teknik penelitian kualitatif, akan mampu untuk dengan mudah melihat pengamatan apa yang perlu dicatat dibandingkan peneliti yang kurang berpengalaman atau asistennya. Selama pengamatan, peneliti akan dibombardir dengan informasi. Intuisi memainkan peran penting dalam menentukan data mana yang dikumpulkan. Walaupun peneliti harus secara aktif terlibat dalam budaya yang diteliti, tetapi mereka harus menghindari going native yang akan menghalangi baik pengumpulan maupun analisa data. Dalam going native peneliti menjadi menjadi suatu bagian dari budaya tersebut dan kehilangan seluruh objektifitasnya dan kemampuan untuk mengamati dengan jelas.

Analisa Data

Analisa data secara esensial merupakan analisa catatan lapangan dan wawancara. Catatan itu sendiri dapat bersifat superficial. Namun, selama proses analisa, catatan-catatan tersebut diklarifikasi, diperluas, dan diinterpretasikan. Proses pemikiran abstrak (intuisi introspeksi, dan penalaran dibahas pada bab 1) terlibat dalam analisis. Interpretasi diperiksa dengan informan. Data kemudian di bentuk ke dalam kategori dan hubungan yang dikembangkan antara kategori. Pola perilaku diidentifikasi

Hasil

Proses analisa pada ethnographi digunakan untuk menyediakan deskripsi budaya detil. Deskripsi ini dapat diterapkan pada teori kebudayaan yang telah ada. Pada beberapa kasus, penemuan-penemuan dapat mengarah kepada pengembangan hipotesis dan atau pengembangan teori. Hasil-hasil diuji apakah oleh ethnographer lainnya dengan menggunakan penemuan-penemuan dari studi ethnograpi pertama, dapat secara akurat mengantisipasi perilaku manusia pada studi kebudayaan. Walaupun penemuan biasanya tidak digeneralisasi dari satu kebudayaan atau subkebudayaan ke yang lainnya, namun suatu kasus dapat dibuat dari beberapa tingkatan generalisasi terhadap budaya yang serupa (Germain, 1986)

Studi Ethnographic

Studi obat-obatan tradisional dalam praktek kesehatan pengungsi Hming merupakan suatu contoh dari penelitian ethnographic (Cheon-Klessig, Camileri, Elmurri, dan Ohlson, 1988). Tujuan dari studi tersebut adalah untuk lebih mengenal praktek kesehatan dari suatu kelompok pengungsi Hmong yang hidup di suatu area metropolitan di Amerika. Variabel yang signifikan adalah penggunaan obat-obatan herbal dan penyembuh tradisinal (dukun) dan penggunaan sistim layanan kesehatan Amerika, termasuk bagaiman Hmong mendapatkan informasi mengenai sistim dan bagaimana mereka menggambarkan pengalaman mereka di dalamnya. Pada review literatur, pengarang menyediakan informasi mengenai Hmong yang berada di Laos, pengungsi Hmong di Amerika dan pengungsi Indocina di Amerika.

Dalam penelitian Hmong, memasuki populasi telah dilakukan oleh mahasiswa antropologi amerika yang telah bekerja dengan komunitas Hmong selama lima tahun dan berbicara dengan bahasa Hmong dengan baik. Mahasiswa antropologi menyediakan akses kepada informan. mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik mengenai latar belakang budaya dan praktek kesehatan. Mereka menyediakan beberapa nama-nama tanaman herbal yang digunakan oleh suku Hmong dan menyertakan masyarakat Hmong pada penelitian yang dilakukan oleh para peneliti ( Cheon-klessing, et al, 1988, hal. 651 ). Mahasiswa memperkenalkan kepada peneliti mengenai tiga tipe komunitas Hmong yang sakit baru-baru ini dan telah disetujui oleh informan untuk mengikuti penelitian ini. 4 informan telah diikutsertakan pada sebuah acara yang dihadiri oleh penyelidik.

Dikarenakan jadwal penyelidik, kontak dibuat satu kali seminggu dengan seorang informan. Dalam kebanyakan kasus, keluarga dan teman informan diikutsertakan. Dengan tambahan untuk berpartisipasi dalam penelitian, penelitian mengggunakan interview yang tidak terstruktur, percakapan informal, dokumen tertulis, dan partisipasi kejadian. interview formal dihindari, karena telah teridentifikasi tidak cocok dari segi tata budaya dengan komunitas Hmong. Hmong lebih menyukai menjawab pertanyaan yang ingin didengar oleh peneliti, dengan demikian akan menimbulkan berbagai bias ( hal 650-651 ). Pengaturan mengenai kontak bervariasi dan temasuk :

Dalam penelitian Hmong, hasil akhir didiskusikan dalam praktek kesehatan tradisional dan penggunaannya pada system perawatan kesehatan amerika.

PRAKTEK KESEHATAN TRADISIONAL Pengobatan herbal terdapat laporan baik dari informan maupun pihak lainnya dalam komunitas Hmong bahwa kebanyakan setiap rumah tangga Hmong dalam area metropolitan ini mempertahankan setidaknya empat atau lima pot tanaman herbal yang digunakan sebagai obatmengacu kepada dua informan, wanita bertanggungjawab terhadap pertumbuhan dan persiapan tanaman dan menjelaskan kegunaan herbal. Banyak wanita tua dan wanita sangat mengetahui mengenai pengobatan herbal, dan anak muda sering mencari saran dari mereka. Ahli herbal adalah professional dalam penggunaan pengobatan herbal. Mengacu kepada empat informan, ketika herbalis mengobati seseorang, mereka hanya akan membayar apabila orang sakit lebih baik. ( hal 654 )

sering, tanaman herbal dikombinasikan dengan ayam atau telur. Seorang informan menyatakan ia menerima resep herbal ketika lengannya patah dan membayar 200 dollar kepada herbalis ketika lengannya sudah sembuh. Kemudian ia mengubah ceritanya, menyatakan bahwa ia memperoleh resep dari lelaki di klannya dan ia tidak harus membayar. Jika informasi herbal diperoleh dari klan yang berbeda, pembayaran diperkirakan. Para penyelidik tidak dapat membandingkan mana dari dua pernyataan yang saling berlawanan ini yang benar. ( hal. 655 )Shaman PELAKSANAAN SISTEM PERAWATAN KESEHATAN AMERIKA

Hmong mengalami konflik cultural dalam pelaksanaan system perawatan kesehatan amerika dan memasuki system tersebut dengan ketakutan dan tekananSebuah masalah utama pada kebanyakan Hmong, kristian atau non kristian, bahwa pembedahan tidak diterima. Alasan yang diberikan oleh empat informan sebagai berikut : tubuh boleh di diubah bentuknya pada kehidupan selanjutnya bila seseorang mengalami pembedahan atau autopsy ; tubuh menjadi lemah setelah pembedahan ; atau dokter amerika bertugas dalam Hmong karena mereka minoritas.

Seorang lelaki muda Hmong, hanya menyelesaikan sekolah menengah atas di amerika serikat, terkait pada sebuah cerita yang seorang informan lihat pada saat ia berada di sekolah menengah atas ( di Laos ). Ia menyatakan bahwa filmnya mengenai dua orang pria yang membunuh seseorang dan memakan organnya. Ia menyatakan bahwa gurunya menyatakan bahwa hal yang sama dapat terjadi di amerika. Lelaki muda menganggap autopsy dilakukan untuk memakan organ orang mati.

Pemeriksaan darah merupakan masalah lain. Hmong sangat kekurangan pengetahuan mengenai pemeriksaan darah dan kegunaannya. Seorang pekerja klinik menyatakan bahwa wanita Hmong manolak pergi ke klinik prenatal karena pemeriksaan darah. Beberapa Hmong menyatakan bahwa darah berada dalam beberapa tabung sehingga darah dapat disimpan dan kemudian digunakan oleh orang tua, karena orang lanjut usia membutuhkan lebih banyak darah untuk hidup lebih lama. Informan amerika menyebutkan lelaki muda Hmong yang mengalami ketakutan pada tabung darah yang diambil dari pasien yang akan dijual kemudian. ( hal 657 )

Kecuali dalam keadaan gawat, Hmong akan mencoba pengobatan tradisional pertama kali. Jika tidak manjur, kemudian mereka akan pergi ke dokter. Jika tidak juga, mereka akan mencoba mengubah agama mereka.

INFORMASI SYSTEM PERAWATAN KESEHATAN AMERIKA

kekuatan komunikasi kata sangat kuat. Informan amerika menyatakan jika seseorang mengalami pengalaman yang tidak baik ketika ke rumah sakit atau dengan dokter, kalimat akan disebutkan dengan sangat cepat. Berbagai cerita diulang dalam komunitas Hmong. Bagaimanapun, ia menambahkan ia tidak pernah mendengar penghargaan positif mengenai dokter amerika maupun rumah sakit. ..seorang anak Hmong memiliki masalah jantung, maka ayahnya membawanya ke rumah sakit. Anak tersebut meninggal ketika beberapa obat telah diberikan. Ayahnya mengira bahwa dokter telah membunuh anaknya, dan ia sangat marah. Ia mengatakan kepada temannya dan relasinya di kamp Thailand untuk tidak datang ke amerika serikat, karena dokternya telah membunuh anaknya. ( hal. 659 )METODOLOGI PENELITIAN HISTORISPeneliti histories menghabiskan waktu mereka untuk menjawah pertanyaan penelitan mereka terhadap pengumpulan data. Kemudian data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian diidentifikasi. Sumber data kadang dikendalikan oleh peneliti, yang akan menyusun rencana untuk mencapai akses terhadap data. Dalam banyak kasus, validitas dan reliabilitas merupakan perhatian utama dalam penelitan histories.

Mengklarifikasi validitas dan reliabilitasValiditas dan reliabilitas dalam penelitian histories terkait kepada sumber dari data yang dikumpulkan. Sumber data yang sangat berharga adalah sumber primer. Sumber primer merupakan materi yang memberikan mengenai kebenaran informasi yang ingin dicari peneliti. Sebagai contoh, materi yang ditulis oleh seorang yang mengalami kejadian atau memori lainnya yang diingat oleh seseorang dinilai sebagai sumber primer. Sumber sekunder ditulis oleh orang lain yang sebelumnya pernah membaca dan merangkumkan materi sumber primer. Buku sejarah dan teksbook merupakan sumber sekunder. Sumber primer dipertimbangkan lebih valid dan reliable dibandingkan dengan sumber sekunder. singkatnya saksi mata dapat memberikan data yang akurat tentang kejadian dibandingkan dengan orang yang tidak ada disana. Jika penulis adalah saksi mata, ia dipertimbangkan sebagai saksi mata. Jika penulis diberitahukan oleh orang lain mengenai kejadian, maka penulis adalah sumber sekunder. Lebih jauhnya lagi penulis bergerak dari saksi mata, yang kurang reliable adalah pernyataannya. ( Christy, 1975, hal 191 ). Historiographer menggunakan sumber primer bila dimungkinkan.

Peneliti histories harus mempertimbangkan kevalidan dan reliabilitas sumber primer yang digunakan dalam penelitian. Dengan tujuan untuk mempertimbangkannya, peneliti menggunakan prinsip dalam kritik histories.

Dua strategi telah dikembangkan untuk mempertimbangkan keotentikan dan keakuratan sumber ; hal ini adalah kritik internal dan eksternal.

Kritik eksternal mempertimbangkan kevalidan sumber materi. Peneliti harus tahu kapan, dimana, kenapa, dan oleh siapa dokumen ditulis. Ini dapat memverifikasi tulisan tangan atau mempertimbangkan usia kapan kertas tersebut ditulis. Christy ( 1975 ) menggambarkan beberapa kesulitan yang ia alami selama mengembangkan kevaliditasan dokumen.

Kritik internal menilai reliabilitas dokumen. Peneliti harus mempertimbangkan kemungkinan bias oleh penulis. Untuk memverify keakuratan pernyataan, peneliti harus memiliki dua sumber yang memberikan informasi yang sama. Dengan tambahan, peneliti harus yakin atau ia memahami pernyataan yang dibuat oleh penulis, kata dan makna yang berubah seiring perkembangan waktu dan kebudayaan. Juga dapat membaca dokumen yang tidak secara murni dimasukkan oleh penulis. Ini mungkin terjadi ketika seseorang mencari makna yang berbeda. Kadang, kata-kata dapat diambil dari konteks. ( Christy, 1975 )

Mengembangkan kerangka penelitian Kerangka penelitian adalah pembimbing untuk topic utama yang akan dikaji dan dianggap sebagai dasar untuk system yang mengisi terhadap pengklasifikasian data yang terkumpul. Sebagai contoh, data dapat diisi oleh periode waktu. Material dapat berasal dari berbagai macam referensi. Satu potongan data dapat diisi dari berbagai klasifikasi, dan peneliti menempatkan sebuah catatan dalam satu file yang mengacu kepada data yang tersimpan dalam file lainnya. Kerangka penelitian menyediakan point pemeriksa bagi penyelidik selama proses pengumpulan data dan dapat digunakan dengan mudah untuk mengidentifikasi batasan dalam proses pengumpulan data.

Pengumpulan dataPengumpulan data membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kadang, sebuah sumber kecil dapat membuka sebuah fakta yang baru. Dengan tambahan, tidak ada kejelasan, akhir dari pengumpulan data. Dengan memeriksa kerangka kerja penelitian , peneliti harus memutuskan untuk melanjutkan pengumpulan data. Pengumpulan data dijelaskan oleh Newton ( 1965 ).

Analisa data Analisa data merupakan sintesa semua data yang terkumpul. Data harus dipilih mana yang harus dipilih dan dibuang. Matejski ( 1986 ) menggamberkan penyelidikan terhadap penyihir saleem yang berisi referensi terhadap goody nurses seseorang mungikin membandingkan bahwa itu merupakan nama pendek atau referensi terhadap perawat. Bagaimanapun, penyelidikan lebih lanjut menyatakan bahwa goody kependekan dari goog wife, wanita yang telah menikah dengan status social menengah dalam komunitas Puritan. Kadang data yang menarik yang tidak terkait dengan pertanyaan penelitian sulit untuk dihilangkan. Kejadian konflik harus diperbaiki. Sebagai contoh, jika dua sumber primer memberikan informasi berlawanan mengenai kejadian, peneliti akan mencari perkiraan yang berbeda dan membandingkan, sedekat mungkin, apa yang sebenarnya terjadi.

Hasil akhir Memperkirakan hasil akhir terhadap penelitian histories dipengaruhi oleh perspektif peneliti. Penjelasan yang saling bertolak belakang dapat timbul dari data yang sama. Kesimpulan biasanya tidak lengkap karena data yang hilang. Perkiraan histories bukanlah menggambarkan kemajuan kejadian namun menggambarkan maknanya. Demikian, tanggung jawab memperkirakan data histories adalah hal besar.

Mengembangkan kerangka tulisan Sebelum memutuskan untuk menulis laporan penelitian, peneliti harus memutuskan makna yang tepat terhadap data yang ada. Beberapa pilihan seperti biografi, kronologi, dan kertas disusun untuk terpusat pada isu. Jika kerangka sudah terorganisasi dan detail, tulisan yang selanjutnya akan mengalir dengan mudah dan lancar.

Menuliskan laporan penelitian Laporan penelitian histories tidak mengikuti aturan formal yang ada kebanyakan. Kajian disusun untuk menarik ketertarikan pembaca dan dapat muncul dengan mudah. Saksi mata yang tidak terlatih mungkin tidak menyadari kerja yang lama yang dibutuhkan untuk menulis sebuah laporan. Sebagaimana dijelaskan oleh Christy ( 1975 ),

pembaca tidak pernah sadar akan kerja keras, perhatian penuh terhadap detail. Mungkin inilah kenapa banyak perawat gagal untuk menyadari historiografi sebagai kekuatan hukum peneliti. Ini terlihat mudah. ( hal 192 )KAJIAN FILOSOFI

Tujuan kajian filosofi adalah untuk menemukan makna, membuat makna nilai, identifikasi etnik, dan mempelajari kealamiahan pengetahuan. ( ellis, 1983 ). Peneliti filosofikal memperkirakan untuk mempertimbangkan sebuah pertanyaan filosofi dari segala perspektif dengan mengkaji makna konseptual, menjangkau pertanyaan lebih lanjut, mengajukan jawaban, dan menyarankan implikasi terhadap pertanyaan. Sumber data dalam kebanyakan kajian filosofi merupakan materi tertulis dan secara verbal diungkapkan dalam ide yang relevan dengan topic yang diminati. Peneliti secara kritis mengkaji teks atau ide terhadap logika. Sebuah elemen kunci dari analisa adalah mengajukan pertanyaan filosofi. Data kemudian ditelusuri untuk informasi yang relevan terhadap pertanyaan. Ide atau nilai yang terdapat dalam teks merupakan informasi penting sejak banyak analisa filosofikal menempati topic yang sangat abstrak. Peneliti peduli untuk mempertahankan sebuah jarak objektif dari perspektif dalam data dengan tujuan untuk secara abstrak mengkaji logisnya suatu data. Ide, pertanyaan, jawaban, dan konsekuensi sering dikaji atau diperdebatkan oleh banyak kolega selama fase analisa.

Terdapat tiga tipe dari kajian filosofi ; kajian dasar, analisa filosofi, dan analisa etik.

Kajian dasarKajian dasar merupakan kritikal dan penelusuran. Peneliti mengajukan pertanyaan yang menantang logika terhadap ide dimana pengetahuan tersebut dikembangkan. Hal in dapat ambigu, atau potongan dalam rangka pembicaraan keilmuan, pemikiran, dan aksi. Secara umum, pengetahuan ini tidak terlihat memiliki masalah logika terhadap keilmuan. Pertanyaan keilmuan dapat muncul dalam bentuk ide, konsep, fakta, teori bahkan pengalaman kecil dan cara melakukan sesuatu ( Manchester, 1986 ). Sebagai contoh, seseorang mungkin bertanya apakah adaptasi merupakan hasil akhir yang diharapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan makna keperawatan terhadap kesehatan.

Hasil akhirKajian dasar memberikan analisa kritis terhadap ide dan bergerak dalam disiplin, membantu pengembangan selanjutnya terhadap batang tubuh keilmuan. Kritik dalam kajian pada pengetahuan dituntun oleh hasil akhir dalam kajian dasar, menggunakan lima criteria tradisional dalam pengetahuan berfikir akurat, konsisten, skope, sederhana, dan bermakna ( Manchester, 1986 ).

Contoh kajian dasarSejauh ini kajian dasar yang paling baik yang diketahui dalam keperawatan adalah kajian charper ( 1978 ) dalam hal mengenal keperawatan. Kajian ini merupakan disertasi doctornya dan hanya sebagian yang dipublikasikan. Dalam menyusun kajian ini, charper mengkaji teksbook dan jurnal keperawatan dari tahun 1964 sampai 1974. ia mengidentifikasi empat cara dalam mengenal keperawatan ; empiris, estetika, personal dan etik.

PENGENALAN EMPIRIK. Melalui penelitian terhadap literature ini, charper menemukan bahwa, mulai dari tahun 1950, terdapat ketertarikan dalam mengembangkan batang tubuh pengetahuan empirik yang spesifik terhadap keperawatan. Tidak ada satu struktur konseptual yang dapat diidentifikas oleh keilmuan keperawatan. Pengembangan struktur konseptual yang telah ada memberikan pandangan dalam mempertimbangkan fenomena sehat dan sakit dalam hubungannya dengan proses kehidupan manusia. Carper manyarankan bahwa pandangan ini harus dikuatkan sebagai penemuan dalam keperawatan. Keilmuan keperawatan berada pada tahap menggambarkan dan mengklarifikasikan fenomena yang dapat diterima dengan observasi dan inspeksi langsung. Bagaimanapun, ia menemukan peningkatan analisa teoritis terhadap penjelasan dalam observasi empiric. Ia menemukan sebuah pergantian dalam struktur kata dalam keperawatan dari observasi ke teoritis, dengan istilah dengan makna berbeda dalam konteks teori eksplanatori.

PENGENALAN ESTETIK. Dengan tujuan untuk mengembangkan pengenalan empiric, carper menemukan kejadian bahwa keperawatan dalam beberapa bagian merupakan seni. Terdapat reluktan dalam keperawatan untuk mengetahui pengenalan estetik ini, mungkin karena tujuan dalam keperawatan untuk menghindar dari tipe apprentice dari system pendidikan. Charper ( 1978 ) mengajukan bahwa elemen keperawatan merupakan hal yang penting dan telah ditunjukkan dalam bentuk empati. Bentuk perawatan, bergerak dari elemen ini, harus dikontrol oleh pandangan keseimbangan, ritme, proporsi, dan kesatuan yang telah dilakukan dalam hubungan terhadap integrasi yang dinamis dan artikulasi dari keseluruhan ( hal 18 )

PENGENALAN PERSONAL. Charper mempertimbangkan sebuah proses interpersonal, yang menyatakan bahwa perawat harus memiliki keterampilan dalam penggunaan terapeutik. Kegunaan ini sendiri menuntut pengenalan personal, pengetahuan, menyadari kenyataan, dan kesadaran diri ( hal 18 ). Dari posisi untuk mengenal ini, perawat berdiri dalam hubungan terhadap orang lain dan berlawanan dengan orang lain sebagai manusia. Ini adalah hubungan yang resiprokal yang tidak bias digambarkan atau dialami, ini hanya bias disadari.

PENGENALAN ETIK. Perawat harus membuat keputusan personal yang sulit selama praktek keperawatan. Pilihan ini mengenai pertanyaan apakah secara moral hal ini benar atau tidak dalam hubungan dengan perawatan. Dilemma moral terjadi ketika konsekuensi dari sebuah tindakan sulit untuk diprediksi. Charper ( 1978 ) menyatakan bahwa kode moral yang menuntun etika perawat didasarkan pada prinsip utama terhadap konsep melayani orang dan menghormati makhluk hidup ( hal 20 ). Kode ini menuntut sebuah cara etik mengetahui bahwa menuntun perawat dalam hal mengharuskan untuk dilakukan dan termasuk keputusan nilai moral.

Penelitian FilosofiTujuan utama dalam analisa filosofi adalah untuk mengkaji makna dan untuk mengembangkan teori dari sebuah makna. Hal ini biasanya dilengkapi melalui analisa konsep atau analisa linguistic. ( Rodgers, 1989 ). Analisa konsep telah banyak dikaji oleh sarjana keperawatan, meskipun kebanyakan tidak menggunakan strategi penelitian filosofi. Banyak sudah yang dipublikasikan dan memberikan tambahan terhadap batang tubuh keilmuan dalam keperawatan. Satu dari kajian terbaik yang dikethui, ide Smith terhadap keperawatan ( 1986 ), yang telah menggunakan kajian filosofi.

Contoh dari kajian filosofi

Smith mencari literature mengenai konsep dasar dalam kealamiahan kesehatan. Bagaimana kesehatan dimaknai, hal ini dipertimbangkan satu ekstrim dalam kontinum kesehatan dan penyakit. Kesehatan merupakan istilah yang relative. Seseorang dinyatakan sehat ketika ukuran melawan beberapa ideal kesehatan. Siapa yang dipertimbangkan sehat tergantung kepada beberapa ideal kesehatan yang digunakan. Smith mengidentifikasi empat model ( atau ideal ) kesehatan : model eudaimonistic, model adaptif, model penampilan peran, dan model klinik.

MODEL EUDAIMONISTIK. Model eudaimonistik mengajukan ide bahwa ide kesehatan terkait dengan kesejahteraan umum dan kesadaran diri. Tulisan maslow menyatakan ideal ini. Kemudian, menjadi pengembangan kesehatan yang menyemangati dalam mencapai potensial seseorang. Penyakit merupakan tiap kondisi yang mencegah kesadaran diri. Pengobatan kondisi psikososial tidak mencapai sehat. Kesehatan melampaui kontinum adalah sejahtera. Kesakitan merupakan kemunduran. Tanggungjawab professional kesehatan adalah untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan individu.

MODEL ADAPTIF. Model adaptif mengaitkan kesehatan terhadap interaksi efektif dari organisme dengan lingkungan fisik dan social. Tujuannya adalah perilaku adaptif. Penyakit merupakan kegagalan dalam adaptasi, kerusakan dalam kapasitas individu untuk bertahan terhadap perubahan lingkungan. Pengobatan medis diberikan untuk mengembalikan kemampuan untuk beradaptasi, mereka tidak akan mampu meraih kesehatan. Mereka mengalami kesulitan dalam fungsi social atau berlawanan dengan lingkungan rumah tangga yang tidak bisa mereka capai. Kesehatan pada model ini merupakan kemampuan adaptasi. Kesakitan adalah terasing dari lingkungan dan kegagalan untuk mengoreksi diri sendiri. Ide ini diambil dari tulisan dubos.

MODEL PENAMPILAN PERAN. Model penampilan peran diambil dari tulisan talcott parsons, dan lainnya dalam sosiologi medis, menyatakan bahwa kesakitan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mencapai peran sosialnya ( atau melakukan pekerjaannya ). Jika tidak ada gangguan dalam penampilan yang efektif, seseorang dikatakan sehat. Aturan yang relevan terlihat menjadi satu, apakah orang tersebut menerima masukan. Bagaimanapun, seseorang memiliki banyak aturan dan mengalami konflik aturan. Kesehatan dalam model ini adalah penampilan maksimal yang ditunjukkan dalam funsi social. Dan kesakitan dianggap sebagai kegagalan untuk menunjukkan aturan seseorang. Dalam model ini, seseorang dapat secara fisik sakit tapi masih mampu untuk berinteraksi secara social. Dari pandangan model ini, orang tersebut harus dipertimbangkan sehat.

MODEL KLINIK. Model klinik diambil dari ide pengobatan modern. Seseorang yang berkonsultasi pada seorang ahli mengenai nyeri atau mengalami beberapa kondisi yang abnormal terhadap tubuh atau fikirannya. Respon sang ahli adalah untuk menghilangkan nyeri dan membebaskannya dari malfungsi organ. Ketika keyakinan dicapai dan gejala penyakit tidak lagi muncul, pasien dianggap sehat. Dalam model ini, kesehatan dianggap sebagai tidak adanya tanda penyakit atau nyeri. Kehadiran penyakit atau ketidakmampuan dianggap sebagai kesakitan.

Analisa telah dibuktikan berguna dalam menelusuri banyak isu yang terkait dengan keperawatan, termasuk membedakan perkiraan klien dalam kaitan terhadap kesehatannya. Sebuah instrument telah dikembangkan untuk meletakkan konsep ini pada operasi, yang akan mengizinkannya untuk dikaji dalam hubungan terhadap jumlah variable yang penting dalam keperawatan. ( smith, 1986 )

Analisa Etik Dalam kajian etik, peneliti mengkaji prinsip untuk menuntun membangun dasar dalam teori etik. Masalah dalam etik terkait kepada obligasi, hak, kewajiban, benar dan salah, keadilan, pilihan, intensi, dan pertanggungjawaban. Menggunakan teori etik terpilih, sebuah analisa telah dilakukan. Tindakan digambarkan dengan analisa dapat bervariasi dengan teori etik yang digunakan. Ide diberikan kepada kolega untuk dikritik dan diperdebatkan. Kesimpulan juga dikaitkan kepada hak dan kewajiaban dibandingkan dengan ketertarikan.

Contoh analisa etik Sebuah analisa etik dari pengobatan seorang lanjut usia adalah sebuah contoh dari penelitian etik. Kajian kasus ini merupakan bagian dari proyek penyelidikan tiga tahun menyelidiki factor sosiokultural yang cenderung mempengaruhi evaluasi dan pengobatan dalam keperawatan rumahan.

Menggunakan informasi ini, etik dari kasus dianalisa. Terdapat dua prinsip etik yang penting dalam kasus ini ; nonmaleficence dan beneficence. Nonmaleficence merupakan kewajiban dasar dan berarti apa yang kita lakukan berbahaya. berbahaya bisa diartikan dalam beberapa cara, tapi lebih berarti dalam hal kerusakan fisik, termasuk nyeri, keterbatasan, dan kematian. Secara spesifik, berfokus kepada pengaruh, penyebab, atau kemungkinan kematian ; atau memungkinkan resiko kematian. Nonmaleficence juga berarti bahwa kita bertindak dengan fikiran penuh, berhati-hati ; berbahaya atau berisiko tidak selalu intensional.

Pertanyaan etik yang disusun dalam analisa termasuk ;

1. apakah ia menerima perawatan yang beralasan ?

2. apakah ditemukan kewajiban perawatan ?

3. apakah ia menerima perawatan yang biasa, orang-orang tertentu akan memberikan pada kondisi yang sama ?

4. apakah yang berbahaya dilakukan ?

langkah pertama dalam analisa adalah untuk melihat literature yang relevan dengan kenyataan. Ny. M jatuh kepada kondisi yang tidak menyenangkan lanjut usia, kegagalan mental, dan beberapa gangguan social. Ketika seseorang tidak bernilai, kita bertindak dengan cara yang kurang etis dan kemudian melakukan hal yang menyakitkan. Dengan tambahan, seseorang pada fasilitas perawatan kesehatan memiliki hak dasar terhadap perawatan yang adekuat.

Dari penelitian ini, pertanyaan lebih lanjut dapat diperoleh. seorang anak tidak mau ukuran kepahlawanan tapi apa yang dimaksud dengan ukuran kepahlawanan dan siapa yang mendefinisikannya ? bisakah antibiotic dianggap sebaik ukuran kepahalwanan ? tidak bisakah antibiotic di berikan dalam kasus ini ? apakah berbahaya memberikan antibiotic atau tidak memberikan antibiotic ? perawat menerima resep dari dokter mengenai antibiotic oral pada pasien yang tidak bisa, sehingga infeksi pasien tidak akan terjadi selama lima hari. Apakah tindakan perawat ini dalam batas permintaan anak lelaki untuk tidak adanya kepahlawanan ? apakah tindakan perawat ini dalam batas ketertarikan pasien ? apa pengganti yang baik untuk Ny. M? apakah pengobatan yang sederhana ini berbahaya untuk Ny. M ? dengan tambahan pada hak pasien terhadap perawatan dasar, terdapat pertanyaan mengenai keyakinan terhadap nyeri. Tidak terdapat pengobatan nyeri yang terbaik sampai ia meninggal dunia.

METODOLOGI TEORI PERAWATAN KRITISProses kritis dalam teori social kritis menuntut penggunaan pemikiran yang berlawanan untuk menunjukkan sebuah kritik terhadap situasi social dalam kajian, menggunakan empat langkah berikut ini : (1) pengkajian kritis terhadap aturan implicit dan asumsi terhadap situasi dalam kajian historikal, cultural, dan konteks politik ; (2) menggunakan refleksi untuk mengidentifikasi kondisi yang akan memungkinkan pengetahuan dan tindakan ; (3) menganalisa komunikasi dan tindakan manusia untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja teoritis yang menggunakan hubungan sebab akibat untuk menjelaskan distorsi dalam komunikasi dan represi. Kerangka kerja teoritis kemudian diuji melawan kasus individu ( hedin, 1986 ). Peneliti kemudian (4) berpartisipasi dalam dialog dengan individu dengan situasi social. Dialog menuntun untuk mengumpulkan pencapaian dan identifikasi terhadap cara untuk mengambil aksi melawan sisi jelek. Tindakan untuk perubahan harus datang dari kelompok dan komunitas daripada peneliti. Kelompok dan komunitas harus mempertimbangkan (a) ketertarikan mereka ;(b) resiko yang ingin mereka hindari ; (c) konsekuensi yang diperkirakan ; (d) pengetahuan mereka mengenai sekitar kehidupan mereka sendiri ( hedin, 1986, hal 146 )

Sama halnya dengan kebanyakan metodologi penelitian kualitatif, sulit untuk memisahkan langkah langkah ini. Dialog digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data, dan terdapat pergerakan mundur dan maju antara pengumpulan dan interpretasi. Dialog, menggunakan beberapa teknik fenomenologi, termasuk percakapan antara peneliti dan orang-orang dalam masyarakat, dan membutuhkan hubungan terhadap kesamaan dan resiprositas aktif. Dengan tambahan, peneliti berdialog dengan data ketika mengumpulkan, analisa, dan menginterpretasikannya, menggunakan refleksi dan pengamatan. penggantian makna baru, dan frase yang sering diacuhkan dan secara tiba-tiba hidup dan menawarkan penjelasan( Thompson,1987, hal 33 ). Proses mengekspos cara dimana diri sendiri telah dibentuk ( atau dibentuk kembali ) melalui pengaruh kekuatan hubungan. Tugas kritikal adalah membuat kekuatan hubungan ini transparan, untuk hubungan ini kehilangan kekuatan ketika mereka menjadi transparan ( thompson, 1987, hal 33 ). Pengetahuan dibentuk dengan autonomi dan tanggungjawab lebih lanjut dengan menyadarkan seseorang mengenai bagaimana mereka dapat secara rasional bertindak untuk menyadari ketertarikan mereka yang terbaik ( holter, 1988 ).

Contoh kajian teori social kritikalHedin ( 1986 ) menyusun kajian terhadap factor social, ekonomi, dan polotik yang mempengaruhi pendidikan keperawatan pada republic federal jerman. Pertanyaannya adalah bagaimana factor yang dianggap sebagai konstraining dapat di turunkan. Setelah melihat literature keperawatan jerman dan mendiskusikan situasi dengan perawat jerman, ia memutuskan untuk menganalisa sejarah program eksperimen pada universitas terbuka berlin, sebuah publikasi berjudul modeliversuch : pengembangan dan percobaan pada tiga tahun kursus pendidikan bagi instruktur dalam profesi kesehatan. Baik itu Negara maupun pemerintahan nasional mendanai program ini dari tahun 1976 sampai 1982. ini merupakan program keperawatan pertama di universitas jerman dan derajat yang bonafit telah diberikan untuk melengkapi. Meskipun staf ditempatkan untuk membuatnya sebagai program universitas yang permanent, usaha mereka gagal dan program berakhir ditahun 1982, pada sisi lain 100 pendaftar berada dalam daftar tunggu. factor yang mempengaruhi kegagalan ini telah dianalisa menggunakan kerangka kerja teori kritis.

Hedin menghabiskan delapan belas bulan lebih tiga tahun di jerman mengumpulkan data untuk kajian ini. Meskipun ia memiliki pengetahuan mengenai budaya dan bahasa dari kedatangan sebelumnya, ia menghabiskan beberapa bulan pada kursus bahasa dan mempelajari sejarah jerman dan budayanya. Ia menjadi anggota perkumpulan perawat jerman. Selama ia mempelajari kebudayaan, ia melakukan beberapa pengamatan. Untuk membiasakan dirinya dengan system keperawatan jerman, ia mewawancarai anggota dari perkumpulan perawat jerman dan sebuah sample yang berharga dari sekolah keperawatan. wawancara sesuai dengan struktur keperawatan dan system pendidikan keperawatan, status dan aturan keperawatan dalam system perawatan kesehatan jerman barat, kekuatan dan kelemahan yang ada pada system pendidikan, dan trend an isu yang berkembang dalam keperawatan jerman barat ( hedin, 1986, hal 141 ). Pertanyaannya dibentuk untuk membandingkan apa yang sebenarnya terjadi dan kemungkinan apa yang mungkin terjadi.

Wawancara direkam dan isinya dituliskan. Isi analisa ditunjukkan dan data ditampilkan kembali dalam beberapa waktu dalam pencarian untuk menambah kategori dan makna. Ia mengukuhkan dalam dialog dengan data dalam hal mencari kontradiksi, menanyakan tidak hanya kenapa hal ini bisa teerjadi ? tapi juga mengapa ini tidak terjadi ?, kenapa hal ini terjadi disini, dan tidak disana, atau pada waktu ini dan bukan diwaktu lain? ia merefleksikannya sebagai kunci untuk masa depan, dan memperbaiki interpretasinya berdasarkan pengamatan terbarunya. Ia menggunakan teori friere t