206101411201103461

57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN BOYOLALI Skripsi Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: Andreas Tattuk Bramantya (F0107025) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

description

ASB

Transcript of 206101411201103461

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK

    PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN

    BOYOLALI

    Skripsi

    Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Oleh:

    Andreas Tattuk Bramantya (F0107025)

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi dengan judul :

    PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK

    PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN

    BOYOLALI

    Surakarta, Juli 2011

    Disetujui dan diterima oleh

    Pembimbing

    (Sumardi , S.E.)

    NIP. 196209081987021004

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas tugas dan memenuhi

    syarat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

    Pembangunan

    Surakarta, Juli 2011

    Tim Penguji Skripsi

    1. Dr. Agustinus Suryantoro,MS Sebagai Ketua ( )

    NIP. 19590911 198702 1 001

    2. Sumardi, SE Sebagai Anggota dan ( )

    NIP. 19620908 198702 1 004 Pembimbing

    3. Dwi Prasetyani, SE, MSi Sebagai Sekretaris ( )

    NIP. 19770217 200312 2 003

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

    Papa Mama Kakak adikku yang tercinta

    Sahabat sahabatku

    Almamaterku

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus, penulis panjatkan atas segala

    anugrahNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul Penyusunan Model Analisis Standar Belanja (ASB) Untuk Progam

    Pendidikan Dan Pelatihan Di Kabupaten Boyolali.

    Skripsi ini disusun guna melengkapi untuk menyelesaikan progam S1 pada

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bersama ini penulis

    mengucapkan terimakasih dan penghargaan setingi-tingginya kepada semua pihak

    yang membantu memberikan dukungan material maupun spiritual sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian dengan selesainya skripsi ini penulis

    dengan segenap cinta dan ketulusan hati mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS,. Selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas

    Sebelas Maret Surakarta,

    2. Bapak Drs. Supriyono, M.Si,. dan Ibu Izza Mafruah, SE, M.Si,. selaku Ketua

    Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomu Pembangunan Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

    3. Bapak Sumardi, S.E., selaku Pembimbing yang telah memberikan izin penelitian

    dan bimbingan.

    4. Tim Penguji yang telah banyak memberi arahan guna perbaikan skripsi ini

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5. Seluruh pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah Boyolali, yang telah membantu

    penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan

    skripsi.

    6. Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mbak Icha, Esye, atas dukungan materiil, moril,

    dan spiritual.

    7. Rekan rekan, Eko Yuono, Nastiti Yanuarita, Ari Widi Andhono, Satya

    Tamyawan, atas dukungan dan bantuannya setiap saat

    8. Rekan rekan tim doa dan profetik GBI ROCK Solo, terimakasih untuk

    dukungan doa dan semangatnya

    9. Teman teman EP 2007 kelas B, HMJ EP UNS, atas dukungan dan bantuannya,

    serta pengalaman hidup yang berharga bersama kalian.

    10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, kami ucapkan

    terimakasih. Semoga Tuhan senantiasa memberikan anugrahNya.

    Semoga skripsi ini bermanfaat bagi wacana pengembangan penelitian Ilmu

    Ekonomi dan Studi Pembangunan, khususnya konsentrasi keuangan daerah dan

    implikasinya pada tataran empiris dan praktis. Segala kritik dan saran yang bersifat

    membangun kepada penulis diterima dengan senang hati.

    Surakarta, Juli 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii

    HALAMAN PENGESAHAN. iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN.. iv

    KATA PENGANTAR. v

    DAFTAR ISI vii

    DAFTAR TABEL x

    ABSTRAKSI... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian. 1

    B. Perumusan Masalah.. 6

    C. Tujuan Penelitian.. 6

    D. Manfaat Penelitian. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anggaran Berbasis Kinerja............. 8

    B. Belanja Daerah.. 9

    C. Analisis Standar Belanja.. 10

    D. Arahan Perundang-undangan Analisis Standar Belanja 12

    E. Landasan Teori 14

    a. Transparansi Publik.. 14

    b. Akuntabilitas Publik. 15

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    c. Value for Money...... 16

    F. Penelitian Terdahulu. 17

    G. Hipotesis Penelitian.. 18

    BAB III Metodologi Penelitian

    A. Jenis dan Sumber Data 19

    B. Teknis Analisis Data 19

    1. Pendekatan ABC (Activities Based Costing) ... 20

    2. Pendekatan Regresi Sederhana. 21

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data. 26

    1. Penyusunan Analisis Standar Belanja 25

    B. Analisis Hasil Estimasi Data 30

    1. Pengujian Outlier pada Data 30

    2. Pembuatan dan Pengujian Koefisien Regresi

    pada Model Pendidikan dan Pelatihan... 31

    a. Pengujian Koefisien Regresi pada Model Pendidikan

    dan Pelatihan 32

    b. Pembentukan Model Analisis Standar Belanja

    Pendidikan dan Pelatihan.. 32

    3. Perhitungan Batas Minimum dan Maksimum Belanja.. 32

    4. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata 35

    5. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum.. 36

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Maksimum........ 37

    7. Penyusunan Analisis Standar Belanja

    Secara Keseluruhan. 38

    8. Verifikasi Kewajaran Belanja dalam Suatu Kegiatan

    dengan Menggunakan Model ASB 41

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan 44

    B. Keterbatasan Penelitian. 46

    C. Saran. 46

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Belanja

    Daerah Kabupaten Boyolali,Tahun 2006-2009 5

    Tabel 4.1 Anggaran dan pengendali belanja

    kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali tahun 2006 2010. 29

    Tabel 4.2 Analisis Kekeliruan Baku Taksiran

    Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010.. 34

    Tabel 4.3. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata

    Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010.. 35

    Tabel 4.4 Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum

    Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010 36

    Tabel 4.5 Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum

    Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010. 37

    Tabel 4.6. Batasan Alokasi Objek Kegiatan Diklat

    Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010 41

    Tabel 4.7. Anggaran Kegiatan Diklat Untuk Verifikasi

    Kewajaran Belanja dengan Metode ASB.. 42

    Tabel 4.8. Verifikasi Kewajaran Belanja Kegiatan Diklat

    dengan Metode ASB.. 43

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ABSTRAKSI

    PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK

    PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN

    BOYOLALI

    Andreas Tattuk Bramantya

    F0107025

    Penelitian ini berjudul PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN BOYOLALI, yang bertujuan untuk mengetahui kewajaran anggaran keuangan dan menentukan model analisis standar belanja yang memenuhi kewajaran pada kegiatan pendidikan dan pelatihan di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan the cost perfomance of activities (ABC) dan pendekatan regresi sederhana.Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder, berupa kegiatan eksisting pemerintah daerah pada tahun berjalan (berupa Rancangan Kerja Anggaran atau Dokumen Pelaksanakan Anggaran Satuan Perangkat Kerja Daerah) dan juga data sekunder berupa standar harga satuan Kabupaten Boyolali tahun 2006 2010.

    Dari hasil analisis menunjukkan bahwa perbandingan dari 40 kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) di Kabupaten Boyolali dengan menggunakan Analisis Standar Belanja (ASB), didapatkan seluruh kegiatan diklat tergolong pada kelompok wajar proses penganggarannya menurut ASB. Satu dari dua kegiatan verifikasi kewajaran belanja dengan menggunakan model ASB Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Boyolali mengalami ketidakwajaran dalam proses penganggarannya. Anggaran kegiatan Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang pengelolaan keuangan Daerah berada di bawah batas minimum dari anggaran yang telah ditetapkan oleh model ASB.

    Berdasarkan hasil tersebut, penulis menyarankan Pemerintah kabupaten Boyolali sebaiknya memonitoring pembuatan anggaran pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah, supaya terjadi efisiensi dalam pelaksanakan sebuah kegiatan.

    Kata Kunci : Analisis Berbasis Kinerja, Analisis Standar Belanja

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Pada jaman sekarang ini, adanya tuntutan transparansi dan akuntabel

    terhadap pengelolaan keuangan daerah semakin meningkat. Supaya dapat

    memenuhi tuntutan tersebut, terutama atas tuntutan akuntabel, dapat

    dilakukan dengan cara pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis,

    efisien, dan efektif. Transparansi berarti keterbukaan pemerintah dalam

    membuat kebijakan kebijakan keuangan, sehingga dapat diketahui dan

    diawasi oleh DPR/DPRD maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan

    keuangan pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability

    (pertanggungjawaban kepada masyarakat luas) antara pemerintah dengan

    masyarakatnya, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih, efektif, efisien,

    akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

    Sedangkan pengendalian berarti penerimaan dan pengeluaran harus sering

    dimonitor, dengan cara membandingkan antara yang dianggarkan dengan

    yang dicapai (Mardiasmo, 2002).

    Berdasarkan tuntutan tersebut, ada sebuah penyusunan dalam

    keuangan daerah yang disebut dengan Analisis Standar Belanja (ASB) yang

    dapat mengatasi permasalahan di atas. Menurut Peraturan Menteri Nomor 13

    tahun 2006 pada lampiran surat edaran bupati tentang penyusunan Rencana

    Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), dokumen

    harus dilampiri dengan kebutuhan penganggaran (KUA), PPA, Kode

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Rekening APBD, format RKA-SKPD, Analisis Standar Belanja, dan standar

    satuan harga.

    Alasan Analisis Standar Belanja tersebut dibuat dikarenakan sering

    terjadi di dalam sebuah proses penganggaran, suatu kegiatan yang sama,

    target kinerja yang sama, tetapi anggaran yang dibuat jauh berbeda. Hal

    tersebut disebabkan karena dalam proses penganggaran masih tergantung

    oleh pembuat alokasi penganggaran, serta belum adanya perangkat yang

    dapat menstandarkan pembuatan anggaran tersebut. Berdasarkan

    permasalahan diatas, maka perlu dibuat sebuah instrument/alat yaitu Analisis

    Standar Belanja, yang mana alat yang dapat mengetahui standar untuk output

    setiap kegiatan, serta estimasi (harga) untuk setiap penganggaran kegiatan

    bila output tersebut kinerjanya sama. Dokumen penganggaran seringkali

    dikalahkan dengan produk politik dan birokrasi. Ini yang menyebabkan

    kualitas kinerja dari kegiatan tersebut itu tidak maksimal. Sedangkan letak

    ASB sendiri berada pada bagian perencanaan, artinya sebelum APBD

    ditetapkan, ASB harus sudah ada terlebih dahulu.

    Cara menyusun Analisis Standar Belanja ialah pertama,

    mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang ada di Pemerintah daerah (Dasar

    Anggaran Satuan Kerja, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Satuan Kerja

    Perangkat Daerah). Kedua, mengidentifikasi jenis kegiatan dengan persamaan

    output dan cost drivernya, artinya penentu dari anggaran itu yang sama

    dikumpulkan (sebagai contoh kegiatan diklat A, diklat B, Diklat C, dst).

    Ketiga, mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi belanja jenis

    kegiatan yang tertentukan (jumlah orang, jumlah hari, dsb), Berikutnya,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    membuat modelnya, selanjutnya ialah melakukan model regresi berganda

    dengan menghubungkan belanja anggaran dengan cost drivernya, dan tahap

    yang terakhir ialah melakukan simulasi untuk berbagai kemungkinan

    indipendent variabel, memasukkan nilai minimum dan maksimum

    berdasarkan standar deviasi. Jadi di dalam model tersebut, nantinya terdapat

    model rata-rata, model minimal, model maksimal, kemudian menghitung

    kewajaran alokasi belanja untuk masing-masing kegiatan pengeluaran

    belanja.

    Sebagaimana visi Kabupaten Boyolali yaitu Boyolali pro investasi

    yang mana visi tersebut telah dijabarkan dalam beberapa misinya peningkatan

    pelayanan masyarakat serta mewujudkan masyarakat sehat dan berdaya saing,

    untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas bagi aparatur dan masyarakat

    dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dan mampu memberikan

    pelayanan prima kepada masyarakat, maka pendidikan dan pelatihan adalah

    salah satu cara agar visi dari pemerintah kabupaten boyolali dapat tercapai.

    Pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan sumber daya manusia di daerah

    dibedakan menjadi dua yaitu :

    1. Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur

    Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur merupakan kegiatan untuk

    meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan keterampilan

    aparatur daerah. Para aparatur yang mengikuti pelatihan ini diharapkan

    akan semakin mampu untuk meningkatkan kualitas pelayanannya kepada

    masyarakat.

    2. Pendidikan dan pelatihan bagi mayarakat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    Pendidikan dan pelatihan ini merupakan kegiatan yang dibangun

    untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Elemen

    masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan ini diharapkan akan menjadi

    salah satu bagian dari pendorong perubahan yang cukup baik dalam

    kehidupan masyarakat

    Dalam menyusun APBD, Pemerintah Kabupaten Boyolali belum

    sepenuhnya berdasarkan pada penganggaran berbasis kinerja, yang mana

    belum terlihat jelas kaitan yang erat dengan proses pengelolaan

    pencapaian dan juga belum adanya standar analisis belanja, standar biaya,

    standar pelayanan minimal, perencanaan kinerja dan target kinerja. Hal ini

    disebabkan di pemerintah Kabupaten Boyolali belum sepenuhnya

    menerapkan alat yang menjadi tolok ukur capaian kinerja keberhasilan suatu

    program dan kegiatan. Demikian juga sumber daya yang cukup untuk

    peningkatan implementasi anggaran berbasis kinerja berupa adanya upaya

    penyediaan sarana dan prasarana peningkatan kualitas implementasi anggaran

    berbasis kinerja masih belum terselenggara secara berkelanjutan dalam upaya

    perbaikan penganggaran berbasis kinerja. Meskipun saat ini dalam

    penyusunan anggaran pada masing-masing kegiatan telah berpedoman

    berdasarkan anggaran berbasis kinerja, akan tetapi hanya sebatas pemahaman

    dari sisi format penganggaran saja dan tidak secara menyeluruh dalam

    penerapannya serta belum menggunakan Analisis Standar Belanja meski

    tetap berpegangan pada standar harga barang dan jasa. Berikut ini tabel yang

    menunjukkan perkembangan anggaran dan realisasi belanja daerah

    Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    Tabel 1.1 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah

    Kabupaten Boyolali,Tahun 2006-2009

    No Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % 1 2006 626.294.516.267,00 530.074.202.235,00 84,64 2 2007 811.613.230.000,00 738.497.675.773,00 90,99 3 2008 845.747.630.000,00 793.262.107.869,00 93,79 4 2009 892.987.309.000,00 808.017.387.034,00 90,48

    Sumber : Boyolali dalam Angka tahun 2006-2009, Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 (data diolah)

    Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan anggaran

    belanja daerah Pemerintah Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan

    setiap tahunnya yang mana pada tahun 2006 terdapat anggaran sebesar Rp

    626.294.516.267,00 meningkat menjadi sebesar Rp 811.613.230.000,00 pada

    tahun 2007, dan lebih tinggi lagi kenaikannya untuk tahun 2009 yaitu sebesar

    Rp 892.987.309.000,00. Begitu pula dengan realisasi belanja daerahnya.

    Menurut penjelasan dimuka, peningkatan anggaran maupun realisasi belanja

    daerah setiap tahunnya di Kabupaten Boyolali dapat menimbulkan kekurang-

    efisiensian dan dapat menimbulkan ketidakwajaran dalam proses

    penganggaran setiap kegiatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan perumusan uraian diatas, maka dapat disimpulkan rumusan

    masalah sebagai berikut:

    1. Apakah anggaran keuangan untuk Progam Pendidikan dan Latihan

    (Diklat) di Kabupaten Boyolali sudah berjalan wajar/realistis?

    2. Bagaimana model penyusunan Analisis Standar Belanja yang dapat

    memenuhi kewajaran anggaran keuangan untuk Progam Pendidikan dan

    Latihan (Diklat) di Kabupaten Boyolali?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui kewajaran pada anggaran keuangan Progam Pendidikan dan

    Latihan (Diklat) di Kabupaten Boyolali

    2. Menentukan model analisis standar belanja yang memenuhi kewajaran

    pada kegiatan pendidikan dan pelatihan di Satuan Perangkat Kerja Daerah

    Kabupaten Boyolali

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah :

    1. Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan kontribusi bagi

    pemerintah kabupaten Boyolali dan DPRD dalam penyusunan anggaran

    belanja daerah agar penetapan pengeluaran pembiayaan untuk suatu

    kegiatan dapat teralokasi dengan biaya yang wajar

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    2. Sebagai perluasan khasanah penelitian yang sudah ada khususnya dalam

    upaya menentukan analisis standar belanja bagi pemerintah kabupaten

    Boyolali dalam menetapkan anggaran kinerja sesuai yang diamanatkan

    oleh peraturan perundang-undangan dalam keuangan daerah

    3. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti untuk penelitian

    selanjutnya tentang implementasi model analisis standar belanja dalam

    penyusunan anggaran daerah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    BAB II

    TELAAH PUSTAKA

    A. Anggaran Berbasis Kinerja

    Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang

    memberikan fokus pada fungsi dan kegiatan pada suatu unit organisasi,

    dimana setiap kegiatan yang ada tersebut harus dapat diukur kinerjanya.

    Definisi lain pada buku Modul Overview Keuangan Negara oleh Departemen

    Keuangan (2008), anggaran berbasis kinerja merupakan metode

    penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang

    dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang

    diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.

    Capaian hasil tersebut didiskripsikan pada seperangkat tujuan dan dituangkan

    dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Bagaimana cara agar tujuan itu

    dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan

    pembiayaan/pendanaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada

    anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas, baik

    aktivitas langsung maupun tidak langsung yang mendukung program

    sekaligus melakukan estimasi biaya-biaya berkaitan dengan pelaksanaan

    aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai

    kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kinerja tahunan

    (Renja) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran

    tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Sedangkan

    menurut BPKP (2005), anggaran berbasis kinerja metode penganggaran bagi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam

    kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk

    efisisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil

    tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.

    B. Belanja Daerah

    Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, belanja

    daerah adalah belanja yang dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan

    urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah yang

    terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya

    dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan bersama antara

    pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan

    ketentuan perundang-undangan. Belanja urusan wajib diprioritaskan untuk

    melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam

    memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan

    pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum

    yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dan peningkatan

    kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan dalam prestasi kerja dalam

    pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan.

    Berdasarkan kelompok jenis belanja dapat uraikan sebagai berikut :

    a. Belanja Tidak Langsung; merupakan belanja yang dialokasikan tidak

    terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak

    langsung, pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan secara

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau

    kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan ASB, anggaran

    belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke

    setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun

    anggaran yang bersangkutan.

    b. Belanja langsung merupakan belanja yang dialokasikan terkait secara

    langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Karakteristik belanja

    langsung adalah bahwa input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat

    diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan.

    C. Analisis Standar Belanja

    Analisis Standar Belanja merupakan salah satu yang harus dikembangkan

    sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan APBD dengan

    pendekatan kinerja. Menurut buku Pedoman Penyusunan APBD berbasis

    kinerja yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan (2005), Analisis Standar Belanja adalah standar yang

    digunakan untuk menganalisis anggaran belanja yang digunakan dalam suatu

    progam atau kegiatan untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai

    dengan kebutuhan masyarakat.

    Standar Analisis Belanja digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja

    dan biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan

    kerja perangkat daerah dalam satu tahun anggaran. Penilaian terhadap usulan

    anggaran belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai

    melalui program atau kegiatan. Usulan anggaran belanja yang tidak sesuai

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    dengan Standar Analisis Belanja akan ditolak atau direvisi sesuai standar

    yang ditetapkan. Rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah

    (APBD) disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap anggaran belanja yang

    diusulkan satuan kerja perangkat daerah.

    Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Standar Analisis Belanja

    merupakan standar atau pedoman yang bermanfaat untuk menilai kewajaran

    atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan yang direncanakan oleh

    setiap unit kerja. Standar Analisis Belanja digunakan untuk menilai dan

    menentukan rencana program, kegiatan dan anggaran belanja yang paling

    efektif dan upaya pencapaian kinerja. Penilaian kewajaran berdasarkan

    Standar Analisis Belanja berkaitan dengan kewajaran biaya suatu progam

    atau kegiatan yang dinilai berdasarkan hubungan antara rencana alokasi biaya

    dengan tingkat pencapaian kinerja progam atau kegiatan yang bersangkutan.

    Disamping Standar Analisis Belanja sebagai dasar penilaian usulan anggaran

    belanja dapat juga dilakukan berdasarkan kewajaran beban kerja untuk

    menilai kesesuaian antara program atau kegiatan yang direncanakan oleh

    suatu unit kerja dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah

    (SKPD) yang bersangkutan.

    Penerapan Standar Analisis Belanja pada dasarnya akan memberikan

    manfaat antara lain: 1) mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam

    merencanakan program dan atau kegiatannya; 2) menghindari adanya belanja

    yang kurang efektif dalam upaya pencapaian kinerja; 3) mengurangi tumpang

    tindih belanja dalam kegiatan investasi dan non investasi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    D. Arahan Perundang-undangan Analisis Standar Belanja

    Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan wujud pengelolaan

    keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah .

    APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan

    kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman kepada

    rencana kerja pemerintah daerah dalam rangka tercapainya tujuan bernegara.

    Analisis standar belanja merupakan isu penting bagi setiap daerah dalam

    menetapkan rencana anggaran pengeluaran daerah.

    Arahan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan analisis

    standar belanja antara lain :

    1. Pasal 167 ayat (3) Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

    pemerintahan daerah,Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur

    kinerja, dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan.

    2. Pasal 39 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005

    tentang pengelolaan Keuangan Daerah,Penyusunan RKA SKPD

    dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan

    keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan

    dari kegiatan dan progam termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran

    dan hasil tersebut; Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan capaian

    kinerja, indicator kerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan

    standar pelayanan minimal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    3. Pasal 93 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006

    tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah,Penyusunan RKA

    SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 90

    ayat (2) berdasarkan pada indicator kinerja, analisis standar belanja,

    standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

    Penerapan anggaran kinerja perlu dikembangkan oleh pemerintah

    daerah untuk menghasilkan alokasi dana yang akurat, adil, dan dapat

    dipertanggungjawabkan. Pengembangan anggaran kinerja perlu didukung

    oleh analisis standar belanja, tolok ukur kinerja, dan standar biaya. Analisis

    stabdar belanja terkait erat dengan aspek kompleksitas tugas pokok dan

    fungsi, kualitas dan kuantitas barang modal, kualitas dan kuantitas sumber

    daya manusia serta perlengkapan yang dibutuhkan unit kerja.

    Paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah mencakup

    tentang penerapan anggaran berbasis kinerja. Dalam penyusunan anggaran

    berbasis kinerja yang disampaikan oleh SKPD harus betul-betul dapat

    menyajikan informasi yang jelas, tentang tujuan, sasaran serta keterkaitan

    antara besaran anggaran dan manfaat yang ingin dicapai dan diperoleh

    masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu penerapan

    anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap penyelenggara

    pemerintahan (pusat/daerah) wajib bertanggung jawab atas hasil proses dan

    penggunaan semua sumber daya. Selain itu, anggaran berbasis kinerja juga

    merupakan suatu metode penganggaran yang mengkaitkan setiap biaya yang

    dituangkan target kinerja dari setiap SKPD di lingkungan pemerintahan

    kabupaten/kota terkait

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    Pengalokasian sumber daya dalam rangka menghasilkan kineja

    pengelolaan keuangan yang ekonomis, efisien dan efektif, sering dihadapkan

    oleh situasi dan pilihan yang sulit. Sering kali keputusan diambil tidak

    berdasarkan data yang memadai dan mendukung, sebab hanya menggunakan

    dasar feeling atau intuisi. Dalam situasi demikian terseusunnya analisis

    standar belanja (ASB) sangat membantu para pengambil kebijakan untuk

    menghasilkan keputusan yang logis dengan didukung oleh fakta atau data

    yang dapat dipertanggungjawabkan.

    E. Landasan Teori

    Aplikasi anggaran berbasis kinerja bagi pemerintah daerah akan

    menghasilkan alokasi dana yang akurat, adil, serta dapat

    dipertanggungjawabkan. Pengembangan anggaran berbasis kinerja perlu

    didukung analisa standar belanja, standar analisis belanja, tolok ukur kinerja

    dan standar biaya.

    1. Transparansi Publik

    Transparansi merupakan salah satu prasyarat untuk menciptakan

    good governance dan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi.

    Transparansi dibangun berdasarkan arus informasi yang bebas, seluruh

    proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu diakses oleh

    pihak-pihak yang berkepentingan, serta informasi yang tersedia harus

    memadai supaya dapat dimengerti ataupun dimonitoring. Menurut

    Mardiasmo (2002:30), transparansi merupakan keterbukaan pemerintah

    dalam membuat kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    dan diawasi oleh DPRD maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan

    keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal

    accountability antara pemerintah daerah dan masyarakat sehingga

    tercipta pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, akuntabel,dan

    responsif terhadap kepentingan masyarakat.

    2. Akuntabilitas Publik

    Menurut Mahmudi (2007:9), akuntabilitas publik adalah

    kewajiban agen untuk mengelola sumber daya, melaporkan dan

    mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan

    sumber daya publik kepada pihak pemberi mandat (principal). Dalam

    konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian

    informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak

    berkepentingan. Konsep akuntabilitas berbeda dengan konsep

    responsibilitas karena akuntabilitas dapat dilihat sebagai salah satu

    elemen dalam konsep responsibilitas. Akuntabilitas berarti kewajiban

    yang dijalankan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah

    dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, sedangkan responsibilitas

    merupakan akuntabilitas yang berkaitan dengan kewajiban untuk

    menjelaskan kepada orang atau pihak lain yang memiliki kewenangan

    untuk meminta pertanggungjawaban dan memberikan penilaian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    3. Value for money

    Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat dalam system anggaran

    kinerja adalah mencakup pertanggungjawaban mengenai value for money

    yaitu ekonomis (hemat dan cermat) dalam pengadaan alokasi sumber

    daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan dan maksimalisasi hasil,

    serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran

    (Mardiasmo, 2002:130). Menurut Mardiasmo, indikator value for money

    dibagi menjadi dua bagian yaitu : indikator alokasi biaya (ekonomi dan

    efisien), dan indikator kualitas pelayanan (efektifitas).

    a. Ekonomi, berarti hubungan antara pasar dan masukan (cost of input),

    atau ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan

    tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan

    (spending less)

    b. Efisiensi, berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran

    efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output

    yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of input). Proses

    kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk

    tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang

    serendah-rendahnya (spending well)

    c. Efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau

    target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara

    keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan

    operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan

    dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    F. Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini secara empiris erat kaitanya dengan penelitian-penelitian

    sebelumnya yang berhubungan dengan anggaran belanja daerah dan Analisis

    Standar Belanja (ASB) baik dalam negeri maupun luar negeri. Penelitian

    tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan yang berbeda.

    1. Nurrahmawati (2006) melakukan perhitungan analisis standar belanja

    (ASB) pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Dompu. Dalam

    penelitian ini disimpulkan bahwa dari tiga sub dinas yang dijadikan fokus

    penelitian, kesemuanya mengalami overfinacing sehingga dengan

    kelebihan anggaran ini menunjukkan tidak efisiennya pengelolaan pada

    unit kerja.

    2. Penelitian juga dilakukan oleh Azmi (2007) yang meneliti tentang

    Analisis Standar Belanja (ASB) pada Pemerintah Kota Sawahlunto

    dengan mengambil kegiatan yang setara dalam kelompok kegiatan

    pengawasan/pengamatan. Penelitian ini juga bertujuan untuk

    menganalisis kebutuhan anggaran untuk kegiatan

    pengawasan/pengamatan serta menilai kewajaran alokasi anggarannya.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 kegiatan

    pengawasan/pengamatan yang mengalami overfinancing dan terdapat 25

    kegiatan pengawasan/pengamatan mengalami underfinancing.

    3. Blondal dan Kim (2006) yang meneliti penganggaran di Thailand

    menyimpulkan bahwa Thailand sangatlah solid dalam penganggarannya,

    secara tradisional sangat sentralistisk yang telah memberikan kekuatan

    disiplin anggaran. Departemen-departemen hanya memperbaiki alokasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    dan efisiensi dalam hal operasional dan pengeluaran publik yang mampu

    mengurangi terpusatnya proses anggaran. Dalam memformulasikan

    anggaran yang mempunyai peran penting tetap dipegang oleh jajaran

    kementerian.

    4. Ahmad Dijanto Sajuti (2008) meneliti tentang Implementasi model

    analisis standar belanja dalam penyusunan anggaran kegiatan pelatihan di

    Kabupaten Halmahera Selatan yang menyimpulkan perbandingan dari 30

    kegiatan pelatihan teknis maupun nonteknis antara DPA dengan model

    ASB dengan menggunakan analisis Comparative Buget Statement,

    menghasilkan 18 kegiatan pelatihan teknis maupun nonteknis mengalami

    underfinancing dan yang mengalami overfinancing adalah sebanyak 12

    kegiatan pelatihan teknis maupun nonteknis.

    G. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep yang telah

    dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah anggaran yang

    dialokasikan untuk progam pendidikan dan pelatihan di pemerintah

    kabupaten Boyolali wajar dalam pengalokasiannya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa kegiatan eksisting

    pemerintah daerah pada tahun berjalan (berupa RKA SKPD atau DPA

    SKPD) dan juga data sekunder berupa standar harga satuan. Penelitian ini

    membahas tentang Analisis Standar Belanja (ASB) dengan obyek penelitian

    dilingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali yang difokuskan pada belanja

    langsung pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) Kabupaten

    Boyolali tahun 2010. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    gambaran alokasi belanja dengan menggunakan model Analisis Standar

    Belanja, sebagai suatu acuan untuk menentukan kewajaran belanja.

    B. Teknis Analisis Data

    Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang dialokasikan

    untuk melaksanakan suatu kegiatan. Kegiatan dari program yang

    dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD) sebagai bagian dari pencapaian sasaran, terukur pada suatu

    program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya yang

    berupa personil, barang modal, dana, atau kombinasi dari beberapa atau

    kesemua objek sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk

    menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa. Adapun

    teknik yang digunakan meliputi :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    1. Pendekatan ABC (Activities Based Costing)

    Menurut Yanne Kardias, pendekatan ABC (Activities Based

    Costing) adalah sebuah cara untuk mengukur/menghitung secara

    kuantitatif biaya dan kinerja dari suatu kegiatan serta teknik yang

    digunakan untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya dan biaya

    kepada masing-masing objek biaya (operasional maupun administrasi)

    dalam satu kegiatan. Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan

    keakuratan biaya dalam penyediaan barang maupun jasa yang dihasilkan

    dengan menghitung biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable

    cost), sehingga total biaya dengan pendekatan ABC adalah :

    TOTAL BIAYA = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL

    Disamping itu, proses evaluasi dan penilaian kewajaran

    biaya dengan pendekatan ABC dilakukan atas dasar biaya-biaya per

    kegiatan pada suatu organisasi atau SKPD. Adapun langkah-langkah yang

    harus dijalankan dalam menggunakan pendekatan ABC sebagai berikut :

    a. Mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan output yang

    seragam dalam satu kelompok.

    b. Menentukan aktivitas-aktivitas apa saja yang akan menyebabkan

    timbulnya biaya dalam satu kegiatan.

    c. Menetapkan pengendali belanja (cost driver) . yang merupakan

    faktor-faktor yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya

    total dalam satu kegiatan, atau cost driver yang merupakan variabel-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    variabel yang menjadi penyebab munculnya perbedaan biaya dalam

    melaksanakan suatu kegiatan tertentu.

    2. Pendekatan Regresi Sederhana

    Pendekatan regresi sederhana adalah suatu teknik yang

    digunakan untuk membangun suatu persamaan yang menghubungkan

    antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (X) sekaligus

    untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Dalam regresi

    sederhana ini, variabel tidak bebas merupakan total biaya dari suatu

    kegiatan, sedangkan variabel bebas merupakan pengendali belanja

    dari kegiatan tersebut. Penggunaan regresi dalam menyusun ASB

    berguna untuk membuat model (persamaan) regresi untuk peramalan

    belanja dari suatu kegiatan. Peramalan belanja dengan model

    regresi ini dengan cara menghitung belanja rata-rata, menghitung

    batas minimum belanja, dan batas maksimum belanja, serta

    menghitung prosentase alokasi kepada masing-masing objek belanja.

    Sebelum melakukan estimasi regresi, data terlebih dahulu diuji

    outliernya untuk mengetahui sebaran data sesungguhnya. Selanjutnya

    menguji koefisien regresi pada data. Sedangkan persamaan garis

    regresi sederhana adalah sebagai berikut :

    Y = a + bX

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Di mana X dan Y adalah nilai-nilai yang diperoleh dari

    pengamatan. Yang perlu ditaksir adalah koefisien a dan b.

    Taksiran terbaik untuk koefisien a dan b adalah dengan

    menggunakan metode kuadrat terkecil , yaitu :

    (Michael C. Fleming,1996:183)

    dimana :

    n = jumlah data

    a =

    Dimana koefisien a merupakan biaya tetap, dan koefisien b

    merupakan koefisien untuk belanja variabel. Untuk melihat

    reliabilitas dari persamaan garis yang ditaksir, maka dapat

    digunakan apa yang disebut sebagai kekeliruan baku taksiran

    (standar deviasi). Rumus yang digunakan adalah :

    (Abdul Hafiz Tanjung, 2010:12)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    Jika prediksi terhadap berdasarkan sebuah nilai X yang

    ditetapkan telah dibuat,maka kita dapat menentukan interval

    taksiran untuk ini dengan menggunakan kekeliruan baku

    taksiran yang dikemukakan di atas. Dengan demikian batas bawah

    (minimum) untuk taksiran dapat dihitung dengan :

    Sedangkan batas atas (maksimum) taksiran adalah :

    di mana t diperoleh dari tabel t dengan derajat bebas n 2

    Selanjutnya menghitung prosentase alokasi belanja rata-rata,

    prosentase alokasi belanja minimum dan prosentase alokasi

    belanja minimumnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung

    prosentase alokasi belanja rata-rata ialah :

    Keterangan :

    n : Jumlah kegiatan diklat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    Untuk menghitung prosentase alokasi belanja minimum, dapat

    dilakukan dengan cara :

    Keterangan :

    BR : Belanja Rata-rata

    BMin : Belanja Minimum

    Sedangkan untuk menghitung alokasi belanja maksimum,

    dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

    Keterangan :

    BR : Belanja Rata-rata

    BMaks : Belanja Maksimum

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data

    1. Penyusunan Analisis Standar Belanja

    Tahapan pertama saat memulai penyusunan Analisis Standar

    Belanja ialah mengumpulkan data sekunder yang berupa kegiatan sejenis

    yang dijalankan oleh pemerintah daerah Boyolali pada tahun berjalan

    (berupa Rancangan Kerja Anggaran/RKA atau Dokumen Pelaksanaan

    Anggaran/DPA Satuan Kerja Perangkat Daerah), dan memeriksa

    kesesuaian harga satuan yang ada pada RKA SKPD/DPA SKPD

    dengan peraturan bupati Boyolali tentang standar harga satuan. Pada tabel

    Dokumen Pelaksanakan Anggaran Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali

    Tahun 2006 2010 (lampiran) akan disajikan data mengenai kegiatan

    pendidikan dan pelatihan (diklat) di Kabupaten Boyolali beserta anggaran

    masing-masing kegiatan pada tahun 2006 2010.

    Kegiatan Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan kegiatan

    yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan

    kinerja/kemampuan dan juga keahlian pada bidang tertentu bagi Pegawai

    Negeri Sipil (PNS) dengan mendatangkan narasumber di lingkungan

    pemerintah daerah khususnya di pemerintah kabupaten Boyolali. Pada

    pembahasan ini, yang termasuk dalam kegiatan Diklat ialah meliputi

    kegiatan diklat itu sendiri, penyuluhan, pembinaan, sosialisasi,

    pemberdayaan, pendampingan, dan bimbingan teknis. Jumlah anggaran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan diklat bervariasi dan sesuai

    kebutuhan serta peraturan yang berlaku, sebagai contoh untuk kegiatan

    diklat prajabatan bagi calon PNS daerah memiliki anggaran sebesar Rp

    782.235.300,00. Angka ini sangat besar bila dibandingkan dengan

    penataran bagi petugas pelayanan umum yang hanya membutuhkan

    anggaran sebesar Rp 5.000.000,00. Jumlah seluruh anggaran kegiatan

    pendidikan dan pelatihan sebesar Rp 2.424.404.950,00. Jumlah orang

    maupun hari secara keseluruhan ialah masing-masing sebesar 7.459 orang

    dan 107 hari.

    Kegiatan Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh beberapa

    Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali diantaranya kegiatan

    Pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi calon PNS daerah dan

    Pendidikan (1) dan pelatihan teknis tugas dan fungsi bagi PNS daerah (5)

    oleh Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Pendapatan Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) meliputi kegiatan Penyusunan

    analisa standar belanja (2), Sosialisasi paket regulasi tentang pengelolaan

    keuangan daerah (3), dan Bimbingan teknis implementasi paket regulasi

    tentang pengelolaan keuangan daerah (4). Selanjutnya, Dinas Peternakan

    dan Perikanan meliputi Pendampingan pada kelompok tani pembudidaya

    ikan (6), Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap (7),

    Penyuluhan pengelolaan bibit ternak yang didistribusikan kepada

    masyarakat (8), Penyuluhan kualitas gizi dan pakan ternak (9),

    Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi peternakan

    masyarakat (10), Kegiatan penyuluhan penerapan teknologi peternakan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    tepat guna (11), dan Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi

    peternakan tepat guna (12).

    Pada SKPD PU Perhubungan dan Kebersihan meliputi

    Pemberdayaan petani pemakai air (13) serta Kegiatan pendidikan dan

    pelatihan pertolongan dan pencegahan kebakaran (14). Sedangkan pada

    Dinas Kesehatan dan Sosial terdapat 8 kegiatan Pendidikan dan

    Pelatihan yaitu Pendidikan dan pelatihan formal (15), Sosialisasi

    peraturan perundang-undangan (16), Pembinaan puskesmas menuju

    puskesmas era desentralisasi (17), Pembinaan sarana pelayanan

    kesehatan (18), Pelatihan ketrampilan dan praktek belajar kerja bagi anak

    telantar (19), Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks

    trauma (20), Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat (21), dan

    Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (22).

    Infokom Kehumasan terdapat 1 kegiatan yaitu Sosialisasi program

    kegiatan penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan

    kemasyarakatan (23), untuk Dampak lingkungan terdapat 3 kegiatan

    yaitu Pembinaan gerakan lingkungan hidup (24), Koordinasi dan

    pembinaan pelaksanaan program adipura (25), Pembinaan penyusunan

    dan penerapan dokumen UKL/UPL (26).

    Satuan Kerja Perangkat Daerah berikutnya ialah Dinas

    Pelayanan terpadu yaitu Sosialisasi penyelenggaraan SOS (27), dan

    Penataran bagi petugas pelayanan umum (28) dan Kantor arsip daerah

    adalah Bintek kearsipan (29) dan Sosialisasi kearsipan (30), masing-

    masing ada 2 kegiatan. Lalu Kesbangpollinmas terdapat 7 kegiatan yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    diantaranya Pendidikan pendahuluan bela bangsa (31), Pendidikan dan

    latihan bagi kader linmas (32), (33) Sosialisasi dan komunikasi kebijakan

    politik dan pembangunan kepada masyarakat (ormas, orpol, LSm, dll),

    Penyuluhan narkoba (34), Sosialisasi di daerah rawan bencana (35),

    Pelatihan PKB Kabupaten Boyolali (36), dan Pendidikan dan latihan

    SAR (37). Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terakhir adalah Kantor

    Pemberdayaan Masyarakat Desa yang mempunyai 3 kegiatan Pendidikan

    dan pelatihan yaitu Pelatihan P3MD (38), Pelatihan, penelitian, dan

    pengelolaan potensi desa/kelurahan (39), dan Pelatihan dan pembinaan

    pengelolaan usaha ekonomi desa simpan pinjam (40). Berdasarkan hal

    itu, penyusunan anggaran tidak bisa dilakukan secara asal, tetapi tetap

    menggunakan kaidah peraturan yang berlaku di pemerintah daerah

    setempat.

    Setelah kegiatan yang sejenis telah dijadikan satu, maka

    langkah berikutnya ialah menentukan pengendali belanja (cost driver)

    dari masing-masing kegiatan yaitu jumlah orang/peserta dan jumlah hari

    yag dibutuhkan dalam kegiatan itu dilaksanakan. Tabel 4.1 menyajikan

    data yang mengkaitkan antara jenis kegiatan, anggaran, pengendali

    belanja, dan output yang dihasilkan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Tabel 4.1. Anggaran dan pengendali belanja kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali tahun 2006 2010

    Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Anggaran Orang Hari Output 1 Badan Kepegawaian Daerah 782235300 392 21 8232 2 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 46379000 230 2 460 3 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 46277500 225 2 450 4 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 32010000 200 2 400 5 Badan Kepegawaian Daerah 134932500 467 3 1401 6 Dinas Peternakan dan Perikanan 94768000 225 4 900 7 Dinas Peternakan dan Perikanan 24940000 50 4 200 8 Dinas Peternakan dan Perikanan 46136000 215 2 430 9 Dinas Peternakan dan Perikanan 14769000 50 2 100 10 Dinas Peternakan dan Perikanan 118871000 378 3 1134 11 Dinas Peternakan dan Perikanan 38930000 138 3 414 12 Dinas Peternakan dan Perikanan 24751000 70 3 210 13 PU Perhubungan dan Kebersihan 289702000 500 5 2500 14 PU Perhubungan dan Kebersihan 19002000 53 3 159 15 Dinas Kesehatan dan Sosial 74357000 233 3 699 16 Dinas Kesehatan dan Sosial 4580000 81 1 81 17 Dinas Kesehatan dan Sosial 5377000 100 1 100 18 Dinas Kesehatan dan Sosial 39841000 270 2 540 19 Dinas Kesehatan dan Sosial 4808000 28 3 84 20 Dinas Kesehatan dan Sosial 3850000 55 1 55 21 Dinas Kesehatan dan Sosial 4608000 55 1 55 22 Dinas Kesehatan dan Sosial 11963000 130 1 130 23 Infokom Kehumasan 79871250 380 2 760 24 Dampak Lingkungan 20674000 175 1 175 25 Dampak Lingkungan 98784500 310 3 930 26 Dampak Lingkungan 21379000 104 2 208 27 Dinas Pelayanan Terpadu 6000000 160 1 160 28 Dinas Pelayanan Terpadu 5000000 128 1 138 29 Kantor Arsip Daerah 23800000 153 3 459 30 Kantor Arsip Daerah 7850000 192 1 192 31 Kesbangpollinmas 9000000 100 2 200 32 Kesbangpollinmas 26781900 73 3 219 33 Kesbangpollinmas 10000000 95 1 95 34 Kesbangpollinmas 73900000 684 1 684 35 Kesbangpollinmas 10000000 110 1 110 36 Kesbangpollinmas 10000000 110 1 107 37 Kesbangpollinmas 15000000 60 3 180 38 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 41012000 137 3 411 39 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 25100000 54 3 162 40 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 77165000 289 3 867

    Sumber : Lampiran 1 (data diolah)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    B. Analisis Hasil Estimasi Data

    1. Pengujian Outlier pada Data

    Berdasarkan data yang telah tersaji (tabel 4.1), untuk mengetahui

    data mengandung outlier atau tidak, dapat dilakukan melalui aplikasi

    SPSS. Hal pertama yang dilakukan ialah mencari nilai rata-rata, dan

    standar deviasi untuk setiap variabel dari data yang disajikan didapatkan

    hasil nilai rata-rata serta standar deviasi untuk masing-masing variabel

    adalah untuk anggaran sebesar 60.610.123,75 dengan standar deviasi

    128.212.537,3 , variabel orang sebesar 186,48 dengan standar deviasi

    145,25, dan variabel hari sebesar 2,68 dengan standar deviasi 3,15.

    Selanjutnya, untuk menguji ada atau tidaknya data yang ekstrim (outlier),

    maka harus dilakukan standarisasi dengan nilai Z (hasil dapat dilihat

    dalam lampiran).

    Selanjutnya untuk mendeteksi ada atau tidaknya data yang ekstrim

    (outlier), dapat dilakukan pengujian dengan kurva distribusi normal

    (sebagaimana data yang sudah distandarkan). Dengan menggunakan nilai

    = 5% maka kurva dapat digambarkan sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Berdasarkan kurva di atas, dapat dikatakan bahwa suatu data

    dianggap outlier apabila nilai Z yang di dapat ialah (z > +2,5) atau (z < -

    2,5). Melalui perhitungan di atas didapatkan hasil seluruh data dinyatakan

    lolos dalam pengujian outlier.(Anto Dajan, 1986)

    2 Pembuatan dan Pengujian Koefisien Regresi pada Model Pendidikan

    dan Pelatihan

    a. Pengujian Koefisien Regresi pada Model Pendidikan dan Pelatihan

    Berdasarkan data yang telah disajikan (lampiran), untuk

    mendapatkan sebuah model dan pengujian koefisien regresi

    Pendidikan dan Pelatihan, yaitu dengan cara meregresi data dengan

    menggunakan aplikasi SPSS didapatkan hasil sebagai berikut

    Berdasarkan hasil regresi pada penelitian ini, diketahui nilai

    uji F sebesar 5763,837 dengan signifikansi 0,000. Dimana diisyaratkan

    nilai signifikansi F lebih kecil dari 5%. Dengan demikian, dapat

    disimpulkan bahwa variabel oranghari (output) independent dalam

    penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

    dependen Anggaran.Hal ini berarti bila terjadi kenaikan oranghari,

    maka juga berpengaruh terhadap kenaikan anggaran. Sedangkan bila

    dilihat dari hasil regresi variabel secara individu, variabel orang

    maupun hari secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

    dengan nilai uji F sebesar 455,339 dengan signifikansi 0,000, yang

    mana nilai signifikansi F lebih kecil dari 5%

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    Y = 609.512 + 96.806X

    (0,0074) (0,0000)

    Menurut hasil regresi diatas, didapatkan nilai signifikansi

    variabel oranghari adalah 0,000. Lebih kecil dibandingkan tingkat

    signifikansi 5%. Ini berarti bahwa variabel oranghari secara statistik

    berpengaruh terhadap anggaran pada tingkat signifikansi 0,05. Bila kita

    melihat regresi dengan setiap individu atau variabel dipisah,

    didapatkan nilai signifikansi masing-masing variabel sebesar 0,000

    untuk variabel orang, dan 0,000 untuk variabel hari. Hal ini

    mengindikasikan bahwa variabel orang maupun variabel hari secara

    statistik berpengaruh terhadap anggaran pada signifikansi 5%.

    b. Pembentukan Model Analisis Standar Belanja Pendidikan dan

    Pelatihan

    Berdasarkan hasil regresi diatas, dapat disimpulkan bahwa

    persamaan regresi model ASB Pendidikan dan Pelatihan adalah Y =

    609.512 + 96.806X atau dengan kata lain, model ASB Pendidikan dan

    Pelatihan adalah :

    Belanja Total = 609.512 + 96.806 x (jumlah hari)

    x (jumlah peserta)

    3. Perhitungan Batas Minimum dan Batas Maksimum Belanja

    Batas maksimum maupun batas minimum digunakan untuk

    menganalisis kewajaran dari suatu anggaran yang ditetapkan untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    sebuah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan. Batas

    maksimum dan batas minimum juga digunakan untuk perbandingan

    anggaran setiap belanja yaitu dengan memprosentasekan setiap belanja

    yang harus dianggarkan. Sebelum menghitung batas maksimum maupun

    batas minimum, harus mengetahui standar deviasinya terlebih dahulu

    sebagai berikut :

    Setelah mendapatkan kekeliruan baku taksiran, maka dapat dihitung

    besarnya belanja rata-rata, belanja minimum dan belanja maksimum dengan

    menggunakan model Analisis Standar Belanja Pendidikan dan Pelatihan

    sebagai berikut :

    Belanja rata-rata : Y = 609.512 + 96.806X

    = 609.512 + 96.806(620)

    = 60.629.486

    Belanja minimum :

    Belanja maksimum :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    Tabel 4.2. Analisis Kekeliruan Baku Taksiran Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010

    Sumber : Tabel 4.1 (data diolah)

    Kegiatan Anggaran Output (X)

    Y-

    1 782.235.300 8232 797.511.095 -15,284,579 233.618.343.590.961 2 46.379.000 460 45.142.635 1,238,540 1.533.981.083.892 3 46.277.500 450 44.174.585 2,105,104 4.431.462.850.816 4 32.010.000 400 39.334.335 -7,322,076 53.612.789.627.700 5 134.932.500 1401 136.236.140 -1,302,792 1.697.266.760.761 6 94.768.000 900 87.736.835 7,032,720 49.459.143.565.680 7 24.940.000 200 19.973.335 4,969,207 24.693.013.239.642 8 46.136.000 430 42.238.485 3,899,732 15.207.911.231.717 9 14.769.000 100 10.292.835 4,478,848 20.060.074.928.256 10 118.871.000 1134 110.389.205 8,483,020 71.961.620.855.343 11 38.930.000 414 40.689.605 -1,757,365 3.088.332.586.760 12 24.751.000 210 20.941.385 3,812,142 14.532.429.677.878 13 289.702.000 2500 242.624.835 47,076,464 2.216.193.415.666.830 14 19.002.000 159 16.004.330 3,000,269 9.001.615.932.528 15 74.357.000 699 68.279.030 6,079,808 36.964.064.222.499 16 4.580.000 81 8.453.540 -3,870,831 14.983.330.385.479 17 5.377.000 100 10.292.835 -4,913,153 24.139.067.488.256 18 39.841.000 540 52.887.035 -13,043,973 170.145.229.015.934 19 4.808.000 84 8.743.955 -3,933,250 15.470.455.090.510 20 3.850.000 55 5.936.610 -2,083,864 4.342.489.378.882 21 4.608.000 55 5.936.610 -1,325,864 1.757.915.479.082 22 11.963.000 130 13.196.985 -1,231,345 1.516.210.016.487 23 79.871.250 760 74.184.135 5,688,867 32.363.206.605.916 24 20.674.000 175 17.553.210 3,123,367 9.755.419.855.006 25 98.784.500 930 90.640.985 8,145,027 66.341.468.088.740 26 21.379.000 208 20.747.775 633,755 401.645.678.877 27 6.000.000 160 11.191.135 -10,098,537 101.980.451.560.076 28 5.000.000 138 9.571.425 -8,968,796 80.439.303.124.623 29 23.800.000 459 45.045.830 -21,243,654 451.292.822.100.651 30 7.850.000 192 12.198.895 -11,346,342 128.739.481.773.354 31 9.000.000 200 16.973.335 -10,970,794 120.358.310.019.642 32 26.781.900 219 21.812.630 4,971,785 24.718.643.202.590 33 10.000.000 95 9.808.810 193,880 37.589.279.908 34 73.900.000 684 66.826.955 7,074,904 50.054.267.458.204 35 10.000.000 110 11.260.885 -1,258,217 1.583.109.012.516 36 10.000.000 107 10.970.470 -967,797 936.631.749.379 37 15.000.000 180 18.037.235 -3,034,665 9.209.193.483.024 38 41.012.000 411 40.399.190 615,054 378.291.410.615 39 25.100.000 162 17.294.745 8,807,850 77.578.223.031.756 40 77.165.000 867 84.542.270 -7,375,669 54.400.492.755.021

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    4. Menghitung Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata

    Menghitung Alokasi belanja rata-rata kepada masing-masing

    objek belanja (aktivitas) dilakukan dengan cara

    Keterangan :

    n : Jumlah kegiatan diklat

    sehingga hasilnya sebagai berikut :

    Tabel 4.3. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010

    Objek Belanja Perhitungan alokasi % Hon. PNS 430,857%/40 10,77% Hon. Non-PNS 66,733%/40 1,67% belanja jasa kantor 1037,559%/40 25,94% Bahan habis pakai 306,226%/40 7,66% Belanja cetak & penggandaan 253,756%/40 6,34% Perjalanan dinas 659,609%/40 16,49% sewa 140,270%/40 3,51% mamin 802,774%/40 20,07% sewa perlengkapan & peralatan kantor 21,929%/40 0,55% B.bahan/material 186,120%/40 4,65% B. Rawat kend 6,777%/40 0,17% B. Modal 53,707%/40 1,34% B.Kursus 33,622%/40 0,84%

    Sumber : Lampiran 1 (data diolah)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    5. Menghitung Prosentase Alokasi Belanja Minimum

    Menghitung prosentase alokasi belanja minimum kepada masing-

    masing objek belanja dilakukan dengan cara mencari terlebih dahulu

    selisih prosentase belanja rata-rata dengan belanja minimum, hasilnya

    dialokasikan kepada masing-masing objek belanja, lalu besarnya

    prosentase alokasi belanja minimum adalah % belanja rata-rata - %

    alokasi selisih masing-masing objek belanja, sebagai berikut :

    Selisih prosentase = 60.629.486 = 21.265.515 = 21.265.515/60.629.486 x 100% = 35%

    Tabel 4.4. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010

    Objek Belanja Perhitungan alokasi

    (%) alokasi belanja minimum

    (%) Hon. PNS 10,77/100 x 35 = 3,78 10,77% - 3,78% = 6,99% Hon. Non-PNS 1,67/100 x 35 = 0,59 1,67% - 0,59% = 1,08% belanja jasa kantor 25,94/100 x 35 = 9,10 25,94% - 9,10%=16,84% Bahan habis pakai 7,66/100 x 35 = 2,69 7,66% - 2,69% = 4,97% Belanja cetak & penggandaan 6,34/100 x 35 = 2,22 6,34% - 2,22% = 4,12% Perjalanan dinas 16,49/100 x 35 = 5,78 16,49% - 5,78%= 10,71% sewa 3,51/100 x 35 = 1,23 3,51% - 1,23% = 2,28% mamin 20,07/100 x 35 = 7,04 20,07% - 7,04% = 13,03% sewa perlengkapan & peralatan kantor 0,55/100 x 35 = 0,19 0,55% - 0,19% = 0,36% B.bahan/material 4,65/100 x 35 = 1,63 4,65% - 1,63% = 3,02% B. Rawat kend 0,17/100 x 35 = 0,06 0.17%-0,06%=0,11% B. Modal 1,34/100 x 35 = 0,47 1,34% - 0,47% =0,87% B.Kursus 0,84/100 x 35 = 0,29 0,84% - 0,29% =0,55%

    Sumber : Tabel 4.3 (data diolah)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    6. Menghitung Prosentase Alokasi Belanja Maksimum

    Menghitung presentase alokasi belanja maksimum dilakukan

    dengan cara mencari terlebih dahulu selisih prosentase belanja rata-rata

    dengan belanja maksimum, hasilnya dialokasikan kepada masing-masing

    objek belanja, lalu besarnya alokasi belanja maksimum = % belanja rata-

    rata + % alokasi selisih masing-masing objek belanja, hasilnya sebagai

    berikut

    Selisih prosentase = 60.629.486 89.810.440 = 29.180.954 = 29.180.954/60.629.486 x 100% = 48%

    Tabel 4.5. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010

    Objek Belanja Perhitungan alokasi (%) % alokasi belanja maksimum Hon. PNS 10,77/100 x 35 = 3,78 10,77% + 3,78% = 14,55% Hon. Non-PNS 1,67/100 x 35 = 0,59 1,67% + 0,59% = 2,25% belanja jasa kantor 25,94/100 x 35 = 9,10 25,94% + 9,10%=35,04% Bahan habis pakai 7,66/100 x 35 = 2,69 7,66% + 2,69% = 10,34% Belanja cetak & penggandaan 6,34/100 x 35 = 2,22 6,34% + 2,22% = 8,57% Perjalanan dinas 16,49/100 x 35 = 5,78 16,49% + 5,78%= 22,27% sewa 3,51/100 x 35 = 1,23 3,51% + 1,23% = 4,74% mamin 20,07/100 x 35 = 7,04 20,07% + 7,04% = 27,11% sewa perlengkapan & peralatan kantor 0,55/100 x 35 = 0,19 0,55% + 0,19% = 0,74% B.bahan/material 4,65/100 x 35 = 1,63 4,65% + 1,63% = 6,29% B. Rawat kend 0,17/100 x 35 = 0,06 0.17%+0,06%=0,23% B. Modal 1,34/100 x 35 = 0,47 1,34% + 0,47% =1,81% B.Kursus 0,84/100 x 35 = 0,29 0,84% + 0,29% =1,14%

    Sumber : Tabel 4.3 (data diolah)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    7. Penyusunan Analisis Standar Belanja Secara Keseluruhan

    a. Kegiatan yang termasuk dalam lingkup ASB Pendidikan dan

    Pelatihan (Diklat), antara lain :

    1) Pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi calon PNS daerah dan

    Pendidikan

    2) Penyusunan analisa standar belanja

    3) Sosialisasi paket regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah

    4) Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang

    pengelolaan keuangan daerah

    5) Pendidikan dan pelatihan teknis tugas dan fungsi bagi PNS

    daerah

    6) Pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan

    7) Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap

    8) Penyuluhan pengelolaan bibit ternak yang didistribusikan

    kepada masyarakat

    9) Penyuluhan kualitas gizi dan pakan ternak

    10) Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi peternakan

    masyarakat

    11) Kegiatan penyuluhan penerapan teknologi peternakan tepat

    guna

    12) Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan

    tepat guna

    13) Pemberdayaan petani pemakai air

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    14) Kegiatan pendidikan dan pelatihan pertolongan dan

    pencegahan kebakaran

    15) Pendidikan dan pelatihan formal

    16) Sosialisasi peraturan perundang-undangan

    17) Pembinaan puskesmas menuju puskesmas era desentralisasi

    18) Pembinaan sarana pelayanan kesehatan

    19) Pelatihan ketrampilan dan praktek belajar kerja bagi anak

    telantar

    20) Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks

    trauma

    21) Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

    22) Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar

    gizi

    23) Sosialisasi program kegiatan penyelenggaraanpemerintah,

    pembangunan dan kemasyarakatan

    24) Pembinaan gerakan lingkungan hidup

    25) Koordinasi dan pembinaan pelaksanaan program adipura

    26) Pembinaan penyusunan dan penerapan dokumen UKL/UPL

    27) Sosialisasi penyelenggaraan SOS

    28) Penataran bagi petugas pelayanan umum

    29) Bintek kearsipan

    30) Sosialisasi kearsipan

    31) Pendidikan pendahuluan bela bangsa

    32) Pendidikan dan latihan bagi kader linmas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    33) Sosialisasi dan komunikasi kebijakan politik dan

    pembangunan kepada masyarakat (ormas, orpol, LSm, dll)

    34) Penyuluhan narkoba

    35) Sosialisasi di daerah rawan bencana

    36) Pelatihan PKB Kabupaten Boyolali

    37) Pendidikan dan latihan SAR

    38) Pelatihan P3MD

    39) Pelatihan, penelitian, dan pengelolaan potensi desa/kelurahan

    40) Pelatihan dan pembinaan pengelolaan usaha ekonomi desa

    simpan pinjam

    b. Pengendali Belanja (Cost driver) :

    1) Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan

    2) Hari pendidikan dan pelatihan

    c. Satuan Pengendali Belanja Tetap :

    Rp 609.512 per kegiatan

    d. Satuan Pengendali Belanja Variabel :

    96.806 x Jumlah peserta x jumlah hari pendidikan dan pelatihan

    e. Perhitungan Belanja Total :

    Rp 609.512 + (96.806 x Jumlah peserta x jumlah hari pendidikan dan

    pelatihan)

    f. Batasan Alokasi Objek

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    Tabel 4.6. Batasan Alokasi Objek Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010

    Objek Belanja Rata-rata (%) Batas bawah (%) Batas atas (%) Hon. PNS 10,77% 6.99% 14.55% Hon. Non-PNS 1,67% 1.08% 2.25% belanja jasa kantor 25,94% 16.84% 35.04% Bahan habis pakai 7,66% 4.97% 10.34% Belanja cetak & penggandaan 6,34% 4.12% 8.57% Perjalanan dinas 16,49% 10.71% 22.27% sewa 3,51% 2.28% 4.74% mamin 20,07% 13.03% 27.11% sewa perlengkapan & peralatan kantor 0,55% 0.36% 0.74% B.bahan/material 4,65% 3.02% 6.29% B. Rawat kend 0,17% 0.11% 0.23% B. Modal 1,34% 0.87% 1.81% B.Kursus 0,84% 0.55% 1.14%

    Jumlah 100% 65% 135%

    Sumber : Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5 (data diolah)

    8. Verifikasi Kewajaran Belanja Dalam Suatu Kegiatan Dengan

    Menggunakan Model ASB

    Untuk menggambarkan lebih lanjut penggunaan model ASB yang

    telah dibuat dalam mengevaluasi kewajaran nilai belanja suatu kegiatan.

    Berikut ini dihitung besarnya belanja berdasarkan model ASB, baik

    secara rata-rata, minimum, maupun maksimum dari data yang telah diolah

    lalu dibandingkan dengan belanja yang ada pada RKA, sebagai berikut :

    Model = Rp 609.512 + (96.806 x Jumlah peserta x jumlah hari

    pendidikan dan pelatihan)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    Berikut ini merupakan tiga buah analisis kewajaran kegiatan yang

    diajukan oleh dua Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berbeda. Untuk

    kegiatan pertama yang menjadi cost driver ialah jumlah peserta 400

    orang, lamanya pendidikan dan pelatihan 5 hari, sedangkan untuk

    kegiatan kedua yang menjadi cost driver adalah jumlah peserta 350 orang

    dengan lamanya kegiatan 3 hari.

    Tabel 4.7. Anggaran Kegiatan Diklat Untuk Verifikasi Kewajaran Belanja Dengan Metode ASB

    No 1 2 Kegiatan Kerjasama

    pengembangan kemampuan aparat polisi pamong praja dengan TNI/POLRI dan kejaksaan

    Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang pengelolaan keuangan Daerah

    Anggaran 110.127.000 47.495.000 Hon. PNS 0 9,460,000.00 Hon. Non-PNS 94,970,000 0 belanja jasa kantor 0 0 Bahan habis pakai 15,157,000 8,535,000 Belanja cetak & penggandaan 0 15,500,000 Perjalanan dinas 0 0 sewa 0 0 mamin 0 14,000,000 sewa perlengkapan & peralatan kantor 0 0 B.bahan/material 0 0 B. Rawat kend 0 0 B. Modal 0 0 B.Kursus 0 0

    Sumber : DPA-SKPD Satpol PP dan DPPKAD (data diolah)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    Tabel 4.8. Verifikasi Kewajaran Belanja Kegiatan Diklat Dengan Metode ASB

    Kegiatan Anggaran Belanja Berdasarkan DPA SKPD

    Output (OH)

    Belanja Berdasarkan ASB

    Batas Minimum Berdasarkan ASB

    Batas Maksmum Berdasarkan ASB

    Keterangan

    1 110.127.000 2000 194.222.332 109.108.753 262.355.526 Wajar 2 47.495.000 1050 102.256.242 66.394.978 138.127.732

    Tidak wajar, dibawah batas minimum yang

    diperkenankan Sumber : Tabel 4.7 (data diolah)

    Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua kegiatan tersebut,

    terdapat satu kegiatan yang proses penganggarannya wajar yaitu kegiatan

    1 (Kerjasama pengembangan kemampuan aparat polisi pamong praja

    dengan TNI/POLRI dan kejaksaan). Sedangkan untuk kegiatan 2

    mengalami ketidak-wajaran dalam proses penganggarannya. Pada

    kegiatan kedua (Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang

    pengelolaan keuangan Daerah), anggaran yang dibuat di bawah nilai

    kewajaran, yaitu sebesar Rp18.899.978,00 dari nilai minimum yang

    ditetapkan oleh model ASB Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten

    Boyolali tahun 2006 2010. Anggaran yang diajukan di bawah nilai

    kewajaran, dikhawatirkan output yang dihasilkan dari kegiatan tersebut

    tidak tercapai dengan baik, karena beban kerja lebih besar dengan

    anggaran yang diberikan. Tabel Verifikasi Kewajaran Belanja Dalam

    Suatu Kegiatan Dengan Menggunakan Model ASB (lampiran),

    menunjukkan analisa lebih lanjut mengenai ketidakwajaran belanja yang

    dibuat berdasarkan DPA dari kedua kegiatan tersebut diatas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Hasil perbandingan dari 40 kegiatan pendidikan

    dan pelatihan (diklat) di Kabupaten Boyolali dengan menggunakan

    Analisis Standar Belanja (ASB), didapatkan seluruh kegiatan diklat

    tergolong pada kelompok wajar proses penganggarannya menurut ASB.

    Bila kita melihat kewajaran masing-masing obyek belanja, dapat

    diprosentasekan sebagai berikut yaitu Honorarium Pegawai Negeri Sipil,

    sebanyak 35 % tergolong wajar penganggarannya, 42,5% berada di

    bawah batas minimum dan 22,5% berada di atas batas maksimum.

    Honorarium Non Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 2,5% termasuk wajar

    dalam penganggarannya, 87,5% berada di bawah batas minimum, dan

    10% berada diatas batas maksimum. Belanja Jasa Kantor, sebanyak 45%

    tergolong wajar, sedangkan 37,5% berada di bawah batas minimum, dan

    17,5% berada di atas batas maksimum. Belanja Habis Pakai, sebanyak

    47,5% termasuk wajar di dalam penganggaranya, 35% berada di bawah

    batas minimum, dan 17,5% berada di atas batas maksimum. Belanja

    Cetak dan Penggandaan, sebanyak 40% tergolong wajar, 42,5% berada

    di bawah batas minimum, dan 17,5% berada di atas batas maksimum.

    Perjalanan Dinas, sebanyak 50% berada di bawah batas minimum, dan

    25% masing-masing tergolong wajar dan berada di atas batas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    maksimum. Sewa, sebanyak 12,5% termasuk dalam kondisi wajar, 70 %

    berada di bawah batas minimum, dan 17,5% berada di atas batas

    maksimum. Makan dan Minum, sebanyak 52,5% termasuk wajar

    penganggarannya, 25% berada di bawah batas minimum dan 22,5%

    berada di atas batas maksimum. Sewa Perlengkapan dan Peralatan

    Kantor, sebanyak 87,5% berada di bawah batas minimum, dan 12,5%

    berada di atas batas maksimum. Belanja Bahan/Material, sebanyak 2,5%

    termasuk wajar, 82,5% berada di bawah batas minimum dan 15% berada

    di atas batas maksimum. Belanja Rawat Kendaraan, sebanyak 97,5%

    berada di bawah batas minimum, dan 2,5% berada di atas batas

    maksimum. Belanja Modal, sebanyak 2,5% tergolong wajar, 90% berada

    di bawah batas minimum, dan 7,5% berada di atas batas maksimum.

    Belanja Kursus, sebanyak 97,5% berada di bawah batas minimum, dan

    2,5% berada di atas batas maksimum.

    2. Model penyusunan Analisis Standar Belanja yang dapat memenuhi

    kewajaran anggaran keuangan untuk Progam Pendidikan dan Latihan

    (Diklat) di Kabupaten Boyolali ialah Belanja Total = 609.512 +

    (96.806 x jumlah hari x jumlah peserta)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    B. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini disadari oleh peneliti terdapat keterbatasan

    keterbatasan yang meliputi :

    1. Kurang lengkapnya informasi tentang data yang diperlukan, sehingga

    dalam penentuan pengendali belanja (cost driver) berdasarkan

    perkiraan/asumsi dengan standar harga makan dan minum Kabupaten

    Boyolali

    2. Lokasi penelitian hanya

    dilakukan pada beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah saja. Hal ini

    dikarenakan perizinan penentuan lokasi yang dikeluarkan oleh pemerintah

    daerah setempat, tidak dapat memenuhi seluruh SKPD yang berada di

    lingkungan pemerintah daerah setempat.

    C. Saran

    1. Pemerintah kabupaten Boyolali sebaiknya melampirkan lamanya

    kegiatan dilakukan (hari) dan jumlah peserta yang mengikuti Pendidikan

    dan Pelatihan tersebut pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat

    Daerah, supaya terjadi ketepatan dalam pembuatan model pelaksanakan

    sebuah kegiatan

    2. Dalam penelitian ini tidak memotret kegiatan pendidikan dan pelatihan

    di seluruh Satuan Perangkat Kerja Kabupaten Boyolali, sehingga untuk

    penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti seluruh kegiatan

    pendidikan dan pelatihan di seluruh Satuan Perangkat Kerja Kabupaten

    Boyolali.