2025_chapter_II.txt

download 2025_chapter_II.txt

of 51

Transcript of 2025_chapter_II.txt

  • BAB II Tinjauan Pustaka

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. TINJAUAN UMUM

    Dalam perencanaan suatu struktur bangunan, pemahaman akan dasar teori sangat dibutuhkan. Terutama pemahaman akan perilaku beban terhadap struktur mutlak harus dikuasai. Pemahaman teori akan beban yang akan ditinjau merupakan suatu hal yang sangat vital dalam merencanakan sebuah bangunan.Pada bab ini akan dijelaskan tentang tata cara dan langkah-langkah perhitungan struktur mulai dari perhitungan pembebanan, perhitungan struktur atas yang meliputi pelat, balok, kolom dan tangga sampai dengan perhitungan struktur bawah pondasi tiang pancang. Studi pustaka dimaksudkan agar dapat memperoleh hasil perencanaan yang optimal dan akurat. Oleh karena itu, dalam bab ini pula akan dibahas mengenai konsep pemilihan sistem struktur dan konsep perencanaan / desain struktur bangunannya, seperti konfigurasi denah dan pembebanan yang telah disesuaikan dengan syarat-syarat dasar perencanaan suatu gedung bertingkat yang berlaku di Indonesia sehingga diharapkan hasil yang akan diperoleh nantinya tidak akan menimbulkan kegagalan struktur.

    2.2. KONSEP PEMILIHAN SISTEM STRUKTUR

    Lingkup desain pada struktur beton konvensional meliputi pemilihan dimensi elemen dan perhitungan tulangan yang diperlukan agar penampang elemen mempunyai kekuatan yang cukup untuk memikul beban-beban pada kondisi kerja (service load) dan kondisi batas (ultimate load).Struktur dirancang dengan konsep kolom kuat balok lemah (strong coulomn weak beam), dimana sendi plastis direncanakan terjadi di balok untuk meratakan energi gempa yang masuk.Pemilihan sistem struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Desain struktural akan mempengaruhi desain gedung secara keseluruhan. Dalam proses desain struktur perlu kiranya dicari kedekatan antara sistem struktur dengan masalah- masalah seperti arsitektural, efisiensi, serviceability, kemudahan pelaksanaan dan juga biaya yang diperlukan. Adapun faktor-faktor yang menentukan dalampemilihan sistem struktur adalah sebagai berikut :

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e1author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Aspek arsitektural

    Aspek ini dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan jiwa manusia akan sesuatu yang indah. Bentuk-bentuk struktur yang direncanakan sudah semestinya mengacu pada pemenuhan kebutuhan yang dimaksud. Aspek fungsional

  • Perencanaan struktur yang baik sangat memperhatikan fungsi daripada bangunan tersebut. Dalam kaitannya dengan penggunaan ruang, aspek fungsional sangat mempengaruhi besarnya dimensi bangunan yang direncanakan. Aspek kekuatan dan stabilitas struktur

    Aspek ini berkaitan dengan kemampuan struktur dalam menerima beban- beban yang bekerja baik beban vertikal maupun beban lateral yang disebabkan oleh gempa serta kestabilan struktur dalam kedua arah tersebut. Aspek ekonomi dan kemudahan pelaksanaan

    Biasanya pada suatu gedung dapat digunakan beberapa macam sistem struktur. Oleh sebab itu faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan pengerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi sistem struktur yang akan dipilih.Sedangkan pemilihan jenis struktur bawah (sub-structure) yaitu pondasi, harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : Keadaan tanah pondasi

    Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang sesuai. Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras dan sebagainya. Batasan-batasan akibat struktur di atasnya

    Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban) dan sifat dinamis bangunan di atasnya (statis tertentu atau tak tentu, kekakuannya, dll.) Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya

    Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek, dimana perlu diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupunmembahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada di sekitarnya.

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e2author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan

    Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.

    2.2.1. Jenis Struktur Atas (Portal)

    Jenis struktur atas yang digunakan adalah Struktur Beton Bertulang Cor

  • Di Tempat (Cast In Site Reinforced Concrete Structure)

    Struktur beton bertulang ini banyak digunakan untuk struktur bangunan tingkat menengah sampai tinggi. Struktur ini paling banyak digunakan apabila dibandingkan dengan struktur yang lain karena struktur beton bertulang lebih monolith apabila dibandingkan dengan struktur baja maupun komposit. Dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa kiranya perlu diperhatikan adanya detail penulangan yang baik dan benar.

    2.2.2. Jenis Struktur Bawah (Pondasi)

    Jenis struktur bawah (pondasi) yang digunakan pada struktur Gedung ini adalah pondasi tiang pancang. Berdasarkan tinjauan lapisan tanah kerasnya maka kedalaman untuk pondasi tiang pancang ini mencapai -30 M .Bangunan ini mempunyai luas 2000 m 2 (20 M x 100 M) dengan jumlah pemancangan 64 titik.

    2.3. KONSEP DESAIN / PERENCANAAN STRUKTUR

    Konsep tersebut merupakan dasar teori perencanaan dan perhitungan struktur yang meliputi desain terhadap beban lateral (gempa), denah dan konfigurasi bangunan, pemilihan material, konsep pembebanan, faktor reduksi terhadap kekuatan bahan, konsep perencanaan struktur atas dan struktur bawah, serta sistem pelaksanaannya.

    2.3.1. Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa

    Dalam mendesain struktur, kestabilan lateral adalah hal terpenting karena gaya lateral mempengaruhi desain elemen-elemen vertikal dan horizontal struktur. Mekanisme dasar untuk menjamin kestabilan lateral diperoleh dengan menggunakan hubungan kaku untuk memperoleh bidang geser kaku yang dapat memikul beban lateral.Beban lateral yang paling berpengaruh terhadap struktur adalah beban gempa dimana efek dinamisnya menjadikan analisisnya lebih kompleks. TinjauanThis document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e3author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    ini diperlukan untuk mengetahui metode analisis, pemilihan metode dan kriteria dasar perancangannya.

    2.3.1.1. Metode Analisis Struktur terhadap Beban Gempa

    Metode analisis yang dapat digunakan untuk memperhitungkan pengaruh beban gempa terhadap struktur adalah sebagai berikut :1. Metode Analisis Statik.

    Analisis perancangan struktur bangunan terhadap pengaruh beban gempa secara statis, pada prinsipnya adalah menggantikan gaya-gaya horizontal yang bekerja pada struktur akibat pergerakan tanah dengan gaya-gaya statis yang ekival

  • en, dengan tujuan penyederhanaan dan kemudahan di dalam perhitungan. Metode ini disebut Metode Gaya Lateral Ekivalen Pada metode ini diasumsikan bahwa gaya horizontal akibat gempa yang bekerja pada suatu elemen struktur, besarnya ditentukan berdasarkan hasil perkalian antara suatu konstanta berat / massa dari elemen struktur tersebut.2. Metode Analisis Dinamis

    Analisis dinamis untuk perancangan struktur tahan gempa dilakukan jika diperlukan evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur, serta untuk mengetahui perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa. Pada struktur bangunan tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau konfigurasi yang tidak teratur. Analisis dinamis dapat dilakukan dengan cara elastis maupun inelastis. Pada cara elastis dibedakan Analisis Ragam Riwayat Waktu dimana pada cara ini diperlukan rekaman percepatan gempa dan Analisis Ragam Spektrum Respons, dimana pada cara ini respons maksimum dari tiap ragam getar yang terjadi didapat dari Spektrum Respons Rencana. Sedangkan pada analisis dinamis elastis digunakan untuk mendapatkan respons struktur akibat pengaruh gempa yang sangat kuat dengan cara integrasi langsung . Analisis Dinamis Elastis lebih sering digunakan karena lebih sederhana.

    2.3.1.2. Pemilihan Cara Analisis

    Untuk struktur bangunan yang kecil dan tidak bertingkat, serta elemen- elemen non-struktural, tidak diperlukan adanya analisis terhadap pengaruh beban gempa. Untuk perancangan gempa dari struktur bangunan yang berukuran sedang dan beraturan dapat dipergunakan Analisis Beban Statik Ekivalen. Dalam hal ini disarankan untuk memeriksa gaya-gaya gempa yang

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e4author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    bekerja pada struktur dengan menggunakan spektrum desain yang sesuai dengan kondisi struktur. Sedangkan untuk struktur bangunan yang besar dan tidak beraturan analisis perancangan terhadap pengaruh gempa dilakukan menggunakan Analisis Modal. Untuk struktur bangunan yang sangat besar dan penting, analisis dinamis inelastis kadang-kadang diperlukan untuk memastikan bahwa struktur tersebut cukup aman terhadap pengaruh gempa kuat.Untuk keperluan analisis dinamis, baik elastis maupun inelastis, biasanya struktur dimodelkan sebagai suatu sistem dengan massa-massa terpusat. Kesemua cara analisis yang ada pada dasarnya adalah untuk memperoleh respons maksimum yang terjadi pada struktur akibat pengaruh percepatan gempa. Respon tersebut umumnya dinyatakan dengan besaran perpindahan (displacement) yang terjadi. Dengan besaran ini maka besarnya gaya-gaya dalam yang terjadi pada struktur dapat ditentukan lebih lanjut untuk keperluan perencanaan.

    2.3.1.3. Kriteria Dasar Perancangan

    Pada tahap awal dari perancangan / desain struktur bangunan, konfigurasi denah, material struktur dan bentuk struktur harus ditentukan terlebih dahulu. Pemilihan ini akan mempengaruhi tahap selanjutnya dari proses perancanga

  • n struktur. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain : Material Struktur

    Setiap jenis material struktur mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga suatu jenis bahan bangunan tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis bangunan. Konfigurasi Bangunan, antara lain : Konfigurasi Denah

    Denah bangunan diusahakan mempunyai bentuk yang sederhana, kompak serta simetris agar mempunyai kekakuan yang sama terhadap pengaruh torsi. Pada struktur dengan bagian-bagian menonjol dan tidak simetris perlu adanya dilatasi gempa (seismic joint) untuk memisahkan bagian struktur yang menonjol dengan struktur utamanya. Dilatasi tersebut harus mempunyai jarak yang cukup, agar bagian-bagian struktur yang dipisahkan tidak saling berbenturan saat terjadinya gempa. Konfigurasi Vertikal

    Pada arah vertikal struktur, perlu dihindari adanya perubahan bentuk yang tidak menerus, jika konfigurasi struktur dalam arah vertikal tidak menerus, suatu gerak getaran yang besar akan terjadi pada tempat-

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e5author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    tempat tertentu pada struktur. Dalam hal ini akan diperlukan analisis dinamik. Kekakuan dan kekuatan

    Baik pada arah vertikal maupun horizontal perlu dihindari adanya perubahan kekuatan dan- kekakuan yang drastis. Sistem Rangka Struktural Rangka Penahan Momen

    Rangka jenis ini paling banyak dipergunakan, berupa konstruksi beton bertulang yang terdiri dari elemen elemen balok dan kolom.Pada perencanaan struktur di daerah gempa menggunakan desain kapasitas terlebih dahulu harus ditentukan elemen-elemen kritisnya, sedemikian rupa sehingga mekanisme keruntuhannya dapat memencarkan energi sebesar- besarnya. Mekanisme tersebut diusahakan agar sendi-sendi plastis terbentuk pada balok terlebih dahulu dan bukannya pada kolom. Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa bahaya ketidakstabilan akibat efek perpindahan jauh lebih kecil dibandingkan dengan mekanisme sendi plastis pada kolom dan juga kolom lebih sulit diperbaiki daripada balok sehingga harus dilindungi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu konsep yang diterapkan hendaknya adalah kolom lebih kuat dari pada balok (Strong Column Weak Beam).

    2.3.2. Denah dan Konfigurasi Bangunan

    Dalam mendesain struktur Gedung perlu direncanakan terlebih dahulu denah struktur pada setiap lantai bangunan tersebut, sehingga penempatan balok dan kolom pada bangunan dapat sesuai dengan perencanaan ruang. Gambar-

  • gambar denah struktur, denah ruang, tampak maupun potongan dapat dilihat pada lampiran yang terletak pada bagian akhir laporan ini.2.3.3. Data-Data Material

    Adapun spesifikasi bahan / material yang digunakan dalam perencanaan struktur Gedung ini adalah sebagai berikut : Beton : fc = 25 Mpa Ec = 4700 fc = 23500 Mpa

    Baja : fy = 400 Mpa (tul utama) Es = 2.1x10 6 kg/cm2 = 2.1 x 10 5 Mpa fys = 240 Mpa (tul geser)2.3.4 Peraturan-peraturan

    Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e6author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Tata Cara Perhitungan Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-03) Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah Dan

    Gedung (SNI 03-126-2002)

    Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah Dan Gedung

    (SNI 03-1727-1989).

    Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-

    1982)-NI-3.

    2.4. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN

    2.4.1 Pembebanan

    Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.1. Beban statis

    Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas beban terhadap waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis beban statis meliputi: Beban mati (dead load/ DL)

    Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya.

    Tabel 2.1 Berat sendiri material konstruksi dan komponen gedung

    No Material Konstruksi Ber

  • at Jenis (kg/m3)

    1 Baja 7850

    2 Beton 2200

    3 Beton bertulang 2400

    4 Kayu (nilai rata-rata berbagai jenis kayu) 1000

    5 Pasangan bata merah 1700

    6 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200

    7 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 - 1700

    8 Pasir (jenuh air) 1800

    9 Tanah, lempung dan lanau (kering - basah) 1700 2000

    10 Batu pecah 1450

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e7author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Tabel 2.2 Berat sendiri komponen gedung

    No Komponen Gedung Beban mati (kg/m2)

    1 Adukan (per cm tebal)

    - Dari semen

    - Dari kapur, semen merah atau tras

    2 Langit-langit (termasukj rusuk, tanpa penggantung)- Semen asbes / eternit (tebal maks 4 mm) Kaca (tebal 3 5 mm)3 Dinding pasangan bata merah

    - Satu batu

  • - Setengah batu

    4 Dinding pasangan batako

    - Berlubang (tebal 20 cm)

    - Berlubang (tebal 10 cm)

    - Tak berlubang (tebal 15 cm)

    - Tak berlubang (tebal 10 cm)

    21

    17

    11

    10

    450

    250

    200

    120

    300

    200

    5 Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11

    6 Lantai kayu sederhana, tanpa langit-langit 40

    7 Penggantung langit langit kayu (bentang maks 7

    5 m)8 Penutup lantai dari ubun semen / beton (per cm 24 tebal)

    Beban Hidup ( Live Load/LL)

    Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu, pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut, dan pengaruh- pengaruh khusus lainnya. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu lantaibangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup bervariasi,

  • This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e8author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu faktor pengali pada beban hidup lebih besar jika dibandingkan dengan faktor pengali pada beban mati.

    Tabel 2. 3 Beban Hidup pada Struktur

    Beban Hidup Pada Lantai Bangunan Besar Beban

    Lantai Sekolah 250 kg/m2

    Tangga dan Bordes 300 kg/m2

    Plat Atap 100 kg/m2

    Lantai Ruang Alat dan Mesin 400 kg/m2

    2. Beban Dinamik

    Beban dinamik adalah beban dengan variasi perubahan intensitas beban terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban gempa dan beban angin.

    a. Beban Gempa

    Gempa Rencana dan Gempa Nominal

    Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa, besarnya beban gempa yang diperhitungkan ditentukan oleh 3 hal, yaitu: oleh besarnya beban rencana, oleh tingkat daktilitas yang dimiliki struktur, dan oleh nilai faktor tahanan lebih yang terkandung di dalam struktur. Berdasarkan pedoman gempa yang berlaku di Indonesia, yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002), besarnya beban gempa horizontal V yang bekerja pada struktur bangunan, ditentukan menurut persamaan:C.IV = WtR

    Dimana I adalah Faktor Keutamaan Struktur menurut Tabel adalah nilai Faktor Respon Gempa yang didapat dari Respon Spektrum Gempa Rencana untuk waktu getar alami fundamental T, dan Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban-beban berikut:- Beban mati total dari struktur bangunan gedung

  • This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e9author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    - Jika digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai, maka harus diperhitungkan tambahan beban sebesar 0.5 kPa.- Pada gudang-gudang dan tempat penyimpanan barang, maka sekurang- kurangnya 25% dari beban hidup rencana harus diperhitungkan- Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan gedung harus diperhitungkan.Faktor-faktor tersebut harus sudah diperhitungkan dengan tepat untuk menghasilkan perencanaan struktur gedung tahan gempa yang benar-benar baik. Faktor Respon Gempa

    Untuk menentukan harga C harus diketahui terlebih dahulu jenis tanah tempat struktur bangunan berdiri. Untuk menentukan jenis tanah digunakan rumus tegangan geser tanah sebagai berikut: : = c + an 1 = 1. h1

    dimana :

    = eanan eer anah (K / Cm 2)

    c = nilai kohei anah pada lapian palin daar lapian yan diinjau i = eanan normal main-main lapian anah (K/Cm2)

    i = bera jeni main-main lapian anah (K/Cm3)

    h i = ebal main-main lapian anah = udu eer pada lapian palin daar lapian yan diinjau.

    Tabel 2.4. Deinii Jeni Tanah (SNI 1726 - 2002)

    Jeni Tanah Kecepaan ramba elomban eer reraa (v)(m/de)

    Nilai hail e penerai andarreraa ()

    Kua eer niralir reraa u (kPa)

    Tanah Kera v 350 50 u 100

    Tanah Sedan Tanah Lunak175 v

  • Thi documen is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e10author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Tanah

    khususDiperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

    Harga dari faktor respon gempa C dapat ditentukan dari Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana, sesuai dengan wilayah gempa dan kondisi jenis tanahnya untuk waktu getar alami fundamental

    Gambar 2.1 Spektrum Respon untuk Masing-masing Daerah Gempa

    Faktor Keutamaan Struktur (I)

    Tingkat kepentingan suatu bangunan terhadap beban gempa berbeda-beda tergantung dari fungsinya. Semakin penting fungsi dari suatu bangunan, maka semakin besar perbandingan yang diberikan. FaktorThis document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e11author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    keutamaan struktur (I) digunakan untuk memperbesar Beban Gempa Rencana, agar sistem struktur mampu untuk memikul beban gempa dengan periode ulang yang lebih panjang. Besarnya Faktor Keutamaan Struktur untuk beberapa jenis struktur bangunan, diperlihatkan pada Tabel 2.5

    Tabel 2.5. Faktor Keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

    Kategori gedung / bangunan

    Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran.

    Faktor Keutamaan

    I1 I2 I (=I1*I2)

  • 1,1,0 1,00

    Monumen dan bangunan Monumental 1,

    0

    1,6 1,6

    Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat 1, penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio 4 dan televisiGedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti 1,

    gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun 6

    1,0 1,4

    1,0 1,6

    Cerobong, tangki di atas menara 1,

    5

    1,0 1,5

    Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung(SNI 03-1726-2002)

    Daktilitas Struktur

    Pada umumnya struktur Gedung dianggap bersifat elastis sempurna, artinya bila struktur mengalami perubahan bentuk atau berdeformasi sebesar1 mm oleh beban sebesar 1 ton, maka struktur akan berdeformasi sebesar 2 mm jika dibebani oleh beban sebesar 2 ton. Hubungan antara beban dan deformasi yang terjadi pada struktur, dianggap elastis sempurna berupa hubungan linier. Jika beban tersebut dikurangi besarnya sampai dengan nol, maka deformasi pada struktur akan hilang pula (deformasi menjadi nol). Jika beban diberikan pada arah yang berlawanan dengan arah beban semula, maka deformasi struktur akan negatif pula, dan besarnya akan sebanding dengan besarnya beban. Pada kondisi seperti ini struktur mengalami deformasi elastis. Deformasi elastis adalah deformasi yang apabilaThis document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, withoutchanging the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e12author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

  • bebannya dihilangkan, maka deformasi tersebut akan hilang, dan struktur akan kembali kepada bentuknya yang semula.Pada struktur yang bersifat getas (brittle), maka jika beban yang bekerja pada struktur sedikit melampaui batas maksimum kekuatan elastisnya, maka struktur tersebut akan patah atau runtuh. Pada struktur yang daktail (ductile) atau liat, jika beban yang ada melampaui batas maksimum kekuatan elastisnya, maka struktur tidak akan runtuh, tetapi struktur akan mengalami deformasi plastis (inelastis). Deformasi plastis adalah deformasi yang apabila bebannya dihilangkan, maka deformasi tersebut tidak akan hilang. Pada kondisi plastis ini struktur akan mengalami deformasi yang bersifat permanen, atau struktur tidak dapat kembali kepada bentuknya yang semula. Pada struktur yang daktail, meskipun terjadi deformasi yang permanen, tetapi struktur tidak mengalami keruntuhan.Pada kenyataannya, jika suatu beban bekerja pada struktur, maka pada tahap awal, struktur akan berdeformasi secara elastis. Jika beban yang bekeja terus bertambah besar, maka setelah batas elastis dari bahan struktur dilampaui, struktur kemudian akan berdeformasi secara plastis (inelastis). Dengan demikian pada struktur akan terjadi deformasi elastis dan deformasi plastis, sehingga jika beban yang bekerja dihilangkan, maka hanya sebagian saja dari deformasi yang hilang (deformasi elastis = e), seangkan sebagian eformasi akan bersifat permanen (eformasi plastis = p). Perilaku eformasi elastis an plastis ari struktur iperlihatkan paa Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Diagram beban (V) - simpangan () ari struktur bangunan geungThis ocument is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e13author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Faktor daktilitas struktur () adalah rasio antara simpangan maksimum (m) struktur geung akibat pengaruh Gempa Rencana paa saat mencapai konisi i ambang k

  • eruntuhan, engan simpangan struktur geung paasaat terjainya pelelehan pertama (y), yaitu:

    1,0 < =< my

    Paa persamaan ini, = 1,0 aalah nilai faktor aktilitas untuk struktur bangunan geung yang berperilaku elastik penuh, seangkan m aalah nilai faktor aktilitas maksimum yang apat ikerahkan oleh sistem struktur bangunan geung yang bersangkutan. Parameter aktilitas struktur geung iperlihatkan paa Tabel 2.6

    Tabel 2.6. Parameter Daktilitas Struktur Geung

    Sistem an subsistemstruktur geung Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm f1

    1. Sistem ining penumpu (Sistem struktur yang tiak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dining penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral ipikul ining geser atau rangka bresing)

    2. Sistem rangka geung (Sistem struktur yang paa asarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral ipikul ining geser atau rangka bresing)

    3.Sistem rangka pemikul momen (Sistem struktur yang paa asarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral ipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur)

    4.Sistem gana (Teriri ari :1) rangka ruang yang memikul

    1. Dining geser beton bertulang 2,7 4,5 2,82. Dining penumpu engan rangka baja ringan anbresing tarik 1,8 2,8 2,23.Rangka bresing i mana bresingnya memikul beban gravitasia. Baja 2,8 4,4 2,2

    b. Beton bertulang (tiak untuk Wilayah 5 & 6) 1,8 2,8 2,2

    1.Rangka bresing eksentris baja (RBE) 4,3 7,0 2,82.Dining geser beton bertulang 3,3 5,5 2,83.Rangka bresing biasaa. Baja 3,6 5,6 2,2 b. Beton bertulang (tiak untuk Wilayah 5 & 6) 3,6 5,6 2,2

  • 4.Rangka bresing konsentrik khususa. Baja 4,1 6,4 2,25.Dining geser beton bertulang berangkai aktail 4,0 6,5 2,86.Dining geser beton bertulang kantilever aktailpenuh 3,6 6,0 2,87.Dining geser beton bertulang kantilever aktailparsial 3,3 5,5 2,81.Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)a. Baja 5,2 8,5 2,8 b. Beton bertulang 5,2 8,5 2,82.Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3,3 5,5 2,83.Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)a.Baja 2,7 4,5 2,8 b.Beton bertulang 2,1 3,5 2,84.Rangka batang baja pemikul momen khusus(SRBPMK) 4,0 6,5 2,81.Dining gesera.Beton bertulang engan SRPMK beton bertulang 5,2 8,5 2,8

    This ocument is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e14author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    seluruh beban gravitasi2) pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampumemikul sekurang-kurangnya25% dari seluruh beban lateral3) kedua sistem harus direncanakan untuk memikulsecara bersama-sama seluruhbeban lateral dengan memperhatikan interaksi/sistemganda)

    5.Sistem struktur gedung kolom kantilever (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral)6.Sistem interaksi dinding geser dengan rangka

    7.Subsistem tunggal (Subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung secara keseluruhan)b. Beton bertulang dengan SRPMB saja 2,6c.Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang 4,0 6,5 2,82.RBE bajaa.Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8 b.Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,83.Rangka bresing biasa

  • a.Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8 b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8c. Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang(tidak untuk Wilayah 5 & 6) 4,0 6,5 2,8d.Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang(tidak untuk Wilayah 5 & 6) 2,6 4,2 2,84.Rangka bresing konsentrik khususa.Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8 b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8

    Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2

    Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5 &6) 3,4 5,5 2,81.Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,82.Rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,83.Rangka terbuka beton bertulang dengan balokbeton pratekan (bergantung pada indeks baja total) 3,3 5,5 2,84.Dinding geser beton bertulang berangkai daktailpenuh 4,0 6,5 2,85.Dinding geser beton bertulang kantilever daktailparsial 3,3 5,5 2,8

    Arah Pembebanan Gempa

    Jika besarnya beban gempa sudah dapat diperkirakan, maka tahap selanjutnya adalah menentukan arah beban gempa terhadap bangunan. Kenyataannya arah datangnya gempa terhadap bangunan tidak dapat ditentukan dengan pasti, artinya pengaruh gempa dapat datang dari sembarang arah. Jika bentuk denah dari bangunan simetris dan teratur, sehingga bangunan jelas memiliki sistem struktur pada dua arah utama bangunan yang saling tegak lurus, perhitungkan arah gempa dapat dilakukan lebih sederhana.Pembebanan gempa tidak penuh tetapi biaksial atau sembarang dapat menimbulkan pengaruh yang lebih rumit terhadap struktur gedung ketimbang pembebanan gempa penuh tetapi uniaksial. Untuk mengantisipasi kondisi ini Applied Technology Council (ATC, 1984) menetapkan bahwa, arah gempa yang biaksial dapat disimulasikan dengan meninjau beban Gempa Rencana yang disyaratkan oleh peraturan, bekerja pada ke dua arah sumbu utamastruktur bangunan yang saling tegak lurus secara simultan. Besarnya beban

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e15author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:

  • ( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    gempa pada struktur dapat diperhitungkan dengan menjumlahkan 100% beban gempa pada satu arah dengan 30% beban gempa pada arah tegak lurusnya.U = 1,2 D + 0.5 L (100% Ex + 30% Ey) atau

    U = 1,2 D + 0.5 L

    (30% Ex + 100% Ey)

    Wilayah Gempa dan Spektrum Respon

    salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan adalah faktor wilayah gempa. dengan demikian, besar kecilnya beban gempa, tergantung juga pada lokasi dimana struktur bangunan tersebut akan didirikan. Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa seperti ditunjukkan dalam gambar 2.3, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah, dan wilayah gempa 6 adalah wilayah dengan kegempaan paling tinggi. pembagian wilayah gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun.

    Tabel 2.7. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia

    WilayahPercepatan puncak

    Percepatan puncak muka tanah Ao (g)Gempa

    123456batuan dasar(g)0,03

    0,10

    0,15

    0,20

    0,25

    0,30TanahKeras

  • 0,040,120,180,240,280,33TanahSedang

    0,050,150,230,280,320,36TanahLunak

    0,080,200,300,340,360,38TanahKhusus

    Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e16author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Peta Wilayah Gempa Indonesia dibuat berdasarkan analisis probabilistik bahaya gempa (probabilistic seismic hazard analysis), yang telah dilakukan untuk seluruh wilayah Indonesia berdasarkan data seismotektonik mutakhir yang tersedia saat ini. Data masukan untuk analisis pembuatan peta gempa adalah, lokasi

  • sumber gempa, distribusi magnitudo gempa di daerah sumber gempa, fungsi perambatan gempa (atenuasi) yang memberikan hubungan antara gerakan tanah setempat, magnitudo gempa di sumber gempa, dan jarak dari tempat yang ditinjau sampai sumber gempa, serta frekuensi kejadian gempa per tahun di daerah sumber gempa. Sebagai daerah sumber gempa, ditinjau semua sumber gempa yang telah tercatat dalam sejarah kegempaan di Indonesia, baik sumber gempa pada zona subduksi, sumber gempa dangkal pada lempeng bumi, maupun sumber gempa pada sesar-sesar aktif yang sudah teridentifikasi.

    Gambar 2.3. Pembagian Daerah Gempa di Indonesia

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e17author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

  • Pembatasan Waktu Getar

    Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar struktur fundamental harus dibatasi. Dalam SNI 03 1726 2002 diberikan batasan sebagai berikut : T < n

    Dimana : T = waktu getar stuktur funamental n = jumlah tingkat geung = koefisien pembatas yang itetapkan berasarkan tabel 2.8

    Tabel 2.8 Koefisien pembatas waktu getar struktur

    Wilayah Gempa Koefisien pembatas ()

    1 0,202 0,193 0,184 0,175 0,166 0,15

    Untuk keperluan isain, analisis ari sistem struktur perlu iperhitungkan terhaap aanya kombinasi pembebanan ( Loa combinatian ) ari beberapa kasus beban yang apat bekerja secara bersamaan selama umur rencana. Aa ua kombinasi pembebanan yang perlu itinjau paa struktur yaitu: Kombinasi pembebanan tetap an kombinasi pembebanan sementara. Kombinasi pembebanan tetap ianggap beban bekerja secara terus-menerus paa struktur selama umur rencana. Kombinasi pembebanan tetap isebabkan oleh bekerjanya beban mati an beban hiup.Kombinasi pembebanan sementara tiak bekerja secara terus-menerus paa stuktur, tetapi pengaruhnya tetap iperhitungkan alam analisa struktur. Kombinasi pembebanan ini isebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hiup, an beban gempa. Nilai-nilai tersebut ikalikan engan suatu faktor magnifikasi yang isebut faktor beban, tujuannya agar struktur an komponennya memenuhi syarat kekuatan an layak pakai terhaap berbagai kombinasi beban.Faktor beban memberikan nilai kuat, perlu bagi perencanaan pembebanan bagi struktur. Paa perencanaan struktur geung ini, itinjauThis ocument is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, withoutchanging the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e18author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    kombinasi pembebanan (menurut SNI 03-1726-2002), dengan nilai kombinasi kuat perlu yang diberikan sebagai berikut:

    1. 1.2D + 1.6L

    2. 1.2D + 1.0E + L L

  • Keeranan :

    D adalah beban mai yan diakibakan oleh bera konruki permanen, ermauk dindin, lanai, aap. Plaon, parii eap, ana, dan peralaan layan eap.L adalah beban hidup yan diimbulkan oleh penunaan edun, ermauk keju, eapi idak ermauk beban linkunan eperi anin, hujan, dan lain-lainE adalah beban empa, yan dienukan menuru SNI 03-1726-

    2002

    Denan, L = 0.5 bila L < 5 kPa, dan L =1 bila > 5 kPa

    b. Beban Anin

    Beban anin ialah beban yan bekerja pada edun aau baian edun yan diebabkan oleh eliih dalam ekanan udara. Beban anin dienukan denan menanap adanya ekanan poii dan ekanan neai (hiapan)yan bekerja eak luru pada bidan-bidan yan diinjau. Bearnya

    2ekanan anin unuk edun diambil minimum 40 k/m

    (unuk wilayah

    panai) dan dikalikan denan koeiien anin unuk dindin verikal:

    2.4.2. Perencanaan Srukur Aa (Upper Srucure)

    Srukur Aa erdiri dari rukur poral yan merupakan keauan anara balok, kolom, dan pela . Perencanaan rukur poral dilakukan berdaarkan SNI - 1726-2002. Perencanaan rukur poral jua menunakan prinip ron column weak beam, dimana endi-endi plai diuahakan erjadi pada balok.Seluruh proedur perhiunan mekanika / analii rukur dan perhiunan beban empa unuk rukur poral dilakukan ecara 3 dimeni (3D), denan banuan proram kompuer Srucural AnalyiProram (SAP) 2000. Denan banuan proram kompuer ini akan

    Thi documen is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e19author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    didapatkan output program berupa gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur.

    2.4.2.1 Pelat Lantai

  • Pelat merupakan struktur bidang yang datar (tidak melengkung) yang jika ditinjau secara tiga dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil daripada ukuran bidang pelat. Dimensi bidang pelat Lx dan Ly dapat dilihat pada gambar di bawah ini

    Langkah-langkah perencanaan pelat adalah sebagai berikut :

    1. Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang.

    2. Menentukan beban-beban yang bekerja3. Menentukan tebal pelat. Berdasarkan SNI 1726 - 2002 maka tebal ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

    ln 0.8h

    fy 1500 36 + 9

    Dimana : = Ly / Lx

    Ln = panjang ersih plat

    4. Menentukan kapasitas momen nominal (Mn) yang

    ekerja pada pelat

    5. Menentukan esarnya momen desain (Mu), yaitu

    Mu = . Mn

    Dimana: = aktor reduksi kekuatan

    6. Struktur

    eton tidak menahan tarik. Oleh se

    a

    itu pada daerah terse

    ut di

    utuhkan tulangan untuk menahan tarik. Cara-cara untuk menentukan tulangan pada daerah tarik adalaha. Menetapkan teal penutup eton

    . Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x dan arah yc. Mencari tinggi effektif dalam arah x dan y

    d. Mem

    agi Mu dengan

    x d2

    Mu d 2

    Dimana

    = le

    ar pelat per meter panjang

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e20author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

  • d = tinggi efektife. Mencari rasio penulangan ( ) dengan pesamaan:

    Mu = x x fy (1 0,588 x x fy )

    d 2 f ' cMemeriksa syarat rasio penulangan ( min < < max )

    min = 1,4fy

    max =

    450 0,85 f ' c600 fy fy

    Mencai luas tulangan yang diutuhkan(As = d )

    2.4.2.2 Tangga

    Stuktu gedung ini menggunakan tipe tangga K, teuat dai pelat eton. Elevasi anta lantainya adalah H = 4.00 mStuktu tangga digunakan untuk melayani akse

    ilitas anta lantai pada gedung yang mempunyai tingkat leih dai satu. Tangga meupakan komponen yang haus ada pada angunan elantai anyak walaupun sudah ada pealatan tanspotasi vetikal lainnya, kaena tangga tidak memelukan tenaga mesin. Peencanaan tangga haus memenuhi syaat-syaat:1. Tangga dengan ukuan lea minimal 1,90 m dapat dinaiki 3

    oang atau le

    ih.

    a h h

    o

    Gmbr 2.4. Pendimensin Tngg

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e21author(s) or copyrig

  • ht owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Adapun parameter yang perlu diperhatikan pada perencanaan struktur tangga adalah sebagai berikut : Tinggi antar lantai Lebar bordes Jumlah anak tangga Lebar anak tangga Kemiringan tangga Tebal selimut beton Tebal pelat tangga

    Langkah-langkah perencanaan tangga :

    1. Menentukan dimensi tangga (o = optrade/langkah naik dan

    a = antrede/langkah datar), serta jumlah optrade dan antrede.

    2. menentukan kemiringan tangga ().

    Tn = Tinggi tngg/pnjng tngg

    3. Menghitung kombin

    si beb

    n Wu d

    ri beb

    n m

    ti d

    n beb

    n hidup p

    d

    t

    ngg

    d

    n bordes. Bebn mti pd tngg: bert profil nk tngg, bert pelt pd nk

    t

    ngg

    , beb

    n spesi sert

    beb

    n ker

    mik.

    Bebn mti pd bordes: Bert pelt pd bordes, bebn spesi sert bebn kermik. Beb

    n hidup p

    d

    t

    ngg

    d

    n bordes : 300 kg/m2.

    4. Menentukn dimensi dri blok tngg

    5. Menentuk

    n g

    y

    d

    l

    m y

    ng terj

    di p

    d

    b

    lok t

    ngg

    menggun

    k

    n

    softwre SAP 2000 sert blok bordes.

    6. Memeriks

    keku

    t

    n b

    lok t

    ngg

    d

    n b

    lok bordes y

    ng tel

    h ditentuk

    n.

    2.4.2.3 Kolom (column).Kolom

    d

    l

    h su

    tu elemen tek

    n d

    n merup

    k

    n struktur ut

    m

    d

    ri b

    ngun

    n y

    ng berfungsi untuk memikul bebn vertikl, wlupun kolom tidk hrus sellu berrh vertikl. Pd umumny kolom tidk menglmi lentur secr lngsung.

  • This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e22author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Gambar 2.5 Jenis jenis Kolom Beton Bertulang

    Kolom beton secara garis besar dibagi dalam tiga kategori berikut:

    1) Blok tekan pendek atau pedestal.

    Jika ketinggian dari kolom tekan tegak kurang dari tiga kali dimensi pedestal terkecil, kolom tersebut dianggap sebagai pedestal.2) Kolom pendek.

    Jika kegagalan kolom diawali dengan keruntuhan material, kolom tersebut diklasifikasikan sebagai kolom pendek. Kolom pendek diasumsikan sebagai kolom kokoh dengan fleksibilitas kecil. Kekuatan kolom pendek sangat bergantung kepada luas penampang dan kekuatan material.3) Kolom panjang atau langsing.

    Kolom diklasifikasikan sebagai kolom panjang jika kegagalannya diakibatkan oleh ketidakstabilan, bukan karena kekuatan material. Ketidakstabilan terjadi akibat adanya potensi menekuk pada kolom panjang, sehingga kapasitas kolom dalam memikul beban menjadi lebih kecil. Pada kolom panjang, perbandingan dimensi antara arah memanjang dengan dimensi arah melintang sangat besar.Jika suatu kolom menerima momen utama (momen yang disebabkan oleh beban kerja, rotasi titik, dan lain lain), sumbu kolom akan berdefleksi secara lateral, akibatnya pada kolom akan bekerja momen tambahan sama dengan beban kolom dikalikan defleksi lateral. Momen ini dinamakan momen sekunder ataumomen P, seperti yang diilustrasikan seperti gambar dibawah.

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e23author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

  • Gambar 2.6 Momen Sekunder yang terjadi pada kolom

    Kolom dengan momen sekunder yang besar disebut kolom langsing, dan perlu untuk mendimensi penampangnya dengan penjumlahan momen primer dan momen sekunder. Kolom dapat didesain dengan menggunakan kolom pendek jika pengaruh momen sekunder tidak mengurangi kekuatan lebih dari 5%. Berdasarkan Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI Beton 2002), kuat tekan rencana (Pn) dri komponen struktur tekn tidk boleh dimbil lebih besr dri ketentun berikut :

    1. Untuk komponen struktur non-prtegng dengn tulngn spirl tu komponen struktur

    l tek

    n komposit :Pn(max) = 0,85[0,85 c' (A As) + fy As]

    2. Untuk komponen struktur nonprategang dengan tulangan pengikatPn(max) = 0,80[0,85 c' (A As ) + fy As]

    Kolom panjang atau langsing merupakan salah satu elemen yang perlu diperhatikan. Proses perhitungannya didasari oleh konsep perbesaran momen. Momen dihitung dengan analisis rangka biasa dan dikalikan oleh faktor perbesaran momen yang berfungsi sebagai beban tekuk kritis pada kolom.Parameter yang berpengaruh dalam perencanaan kolom beton

    bertulang panjang adalah :

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e24author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    1. Panjang bebas (Lu) dari sebuah elemen tekan harus diambil sama dengan jarak bersih antara plat lantai, balok, atau komponen lain yang mampu memberikan tahanan lateral dalam arah yang ditinjau. Bila terdapat kepala kolom atau perbesaran balok, maka panjang bebas harus diukur terhadap posisi terbawah dari kepala kolom atau perbesaran balok dalam bidang yang ditinjau.2. Panjang efektif (Le) adalah jarak antara momen momen nol dalam kolom. Prosedur perhitungan yang digunakan untuk menentukan panjang efektif dapat menggunakan kurva alinyemen.Untuk menggunakan kurva alinyemen dalam kolom, faktor dihitung pada setiap ujung kolom. Faktor pada satu ujung kolom sama dengan jumlah kekakuan [(EI/l)] kolom yang bertemu pada titik tersebut, termasuk kolom yang ditinjau, dibagi deng

  • an jumlah semua kekakuan balok yang bertemu pada titik tersebut. atu dari dua nilai disebut A ,yang lain disebut B . etelah nilai ini dihitung, faktor panjang efektif k didapat dengan menempatkan mistar antara A dan B. Titik perpotongan antara mistar dengan nomograf tengah adalah k.

    Gambar 2.7 Panjang Efektif untuk Portal Bergoyang

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e25author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

  • Gambar 2.8 Kurva Alinyemen untuk Portal Bergoyang

    Selain itu, nilai k untuk portal bergoyang juga dapat dihitung melalui persamaan:Jika < 2k = 20 m 20

    Jika m > 2

    1 + m

    k = 0.9

    1 + m

    Dengan m merupakan rata rata dari A dan B.

    3. Untuk pembahasan kolom ini, perlu dibedakan antara portal tidak bergoang dan portal bergoang. Suatu struktur dapat dianggap rangka portal bergoang jika nilai indeks stabilitas(Q) > 0,05

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e26author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

  • Dimana :

    Pu = Beban VertikalQ = Pu oVu Lc

    Vu = Gaya geser lantai total pada tingkat yang ditinjau

    o = Simpangan relatif antar tingkat orde pertama

    Lc = Panjang efektif elemen kolom yang tertekan4. Untuk komponen tekan yang tidak ditahan terhadap goyangan samping, pengaruh kelangsingan boleh diabaikan apabilak Lu < 22r

    5. Jari-jari girasi (r) boleh diambil sama dengan 0,3 kali dimensi total dalam arah stabilitas yang di tinjau untuk komponen struktur tekan persegi, dan sama dengan 0,25 kali diameter untuk komponen struktur bulat. Untuk bentuk penampanglainnya, r dapat dihitung dengan rumus :r = (I / A)

    6. Properti yang digunakan untuk menghitung pembesaran momen yang nantinya akan dikalikan dengan momen kolom, diantaranya adalah:a) Modulus elastisitas ditentukan dari rumus berikut:

    Ec = wc

    1.5 33

    f c

    Untuk wc antara 90 sampai 155 lbs/ft3 atau

    57.000

    f c

    untuk beban normal.

    b) Momen inersia dengan Ig = momen inersia penampang bruto terhadap sumbu pusat dengan mengabaikan penulangan :Tabel 2.9 Momen Inersia

    Balok

    KolomNama Elemen Momen Inersia

    0.35 Ig0.70 IgDinding tidak retak

    Dinding Retak

    Pelat lantai dan lantai dasar0.70 Ig0.35 Ig0.25 Ig

  • This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e27author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Dalam portal bergoyang untuk setiap kombinasi pembebanan perlu menentukan beban mana yang menyebabkan goyangan cukup berarti (kemungkinan beban lateral) dan mana yang tidak. Momen ujung terfaktor yang menyebabkan goyangan dinamakan M1s dan M2s, dan keduanya harus diperbesar karena pengaruh P.Momen ujung lain yang tidak menyebabkan goyang cukup berarti

    adalah M1ns dan M2ns. Momen ini ditentukan dari analisis orde pertama dan tidak perlu diperbesar. Pembesaran momen sMsapat itentukan engan rumus berikut

    Dimana:

    s M s

    = M s MP s1 u 0.75Pc

    Pu = beban vertikal dalam lantai yang ditinjau

    Pc = beban tekuk Euler untuk semua kolom penahan goyangan

    EIdalam lantai tersebut, dicari dengan rumus Pc=(klu )Sehingga momen desain yang digunakan harus dihitung dengan rumus:

    M1 = M1ns + s M1s

    M2 = M2ns + s M2s

    Kaang kaang titik momen maksimum alam kolom langsing engan beban aksial tinggi akan beraa i ujung ujungnya, sehingga momen maksimum akan terjai paa suatu titik i antara ujung kolom an akan melampaui momen ujung maksimum lebih ari 5%. Hal ini terjai bila :lu > 35

  • r Pu f c

    Ag

    Untuk kasus ini, momen esain itentukan engan rumus berikut:M c = ns (M 2 ns + s M 2 s )

    This ocument is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e28author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Selain itu, portal bergoyang mungkin saja menjadi tidak stabil akibat beban gravitasi, sehingga harus dilakukan kontrol terhadap ketidakstabilan beban gravitasi. Portal menjadi tidak stabil akibat gravitasi apabila s > 2.5, sehingga portal harus iperkaku.Desain kolom langsing sangat rumit ibaningkan engan kolom

    penek. Akibatnya akan bijaksana untuk mempertimbangkan penggunaan imensi minimum sehingga tiak aa kolom yang langsing. Dengan cara ini kolom langsing hampir apat ihinari sama sekali alam bangunan berbentuk ratarata. Misal, jika kita memiliki portal bergoyang, an iasumsikan k = 1.2, perlu ipertahankan agar lu/h sama engan 6 atau lebih kecil. Jai untuk kolom engan tinggi bersih 10 ft, perlu menggunakan h minimum sekitar 10 ft/6 = 1.67 ft = 20 inchi alam arah lentur untuk menghinari kolom langsing.Penulangan alam kolom juga merupakan salah satu faktor yang ikut membantu komponen beton alam menukung beban yang iterima. Penulangan paa kolom ibagi menjai tiga jenis, iantaranya aalah:

    1. Tulangan utama (longituinal reinforcing).

    Tulangan utama (longituinal reinforcing) merupakan tulangan yang ikut menukung beban akibat lentur (bening). Paa setiap penampang ari suatu komponen struktur luas, tulanganutama tiak boleh kurang ari:

    As min =

    Dan tiak lebih kecil ari:fc

    b2 fy

  • Dimana:

    As min = 1.4 b fy

    As = luas tulangan utama

    fc = tegangan nominal ari beton fy = tegangan leleh ari bajab = lebar penampang

    = tinggi efektif penampang

    This ocument is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e29author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Sebagai alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar yang diperlukan berdasarkan analisis.Luas tulangan utama komponen struktur tekan non-komposit tidak boleh kurang dari 0.01 ataupun lebih dari 0.08 kali luas bruto penampang Ag. Jumlah minimum batang tulangan utama pada komponen struktur tekan adalah 4 untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat segiempat atau lingkaran, 3 untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat segitiga, dan 6 untuk batang tulangan yang dilingkupi oleh spiral.

    Gambar 2.9 Jenis jenis Sengkang Pengikat

    Rasio tulangan spiral tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan oleh persamaan:

  • = 0.45 Ag

    fc1

    Dimana: Ac fy

    s = asio tulangan spial

    Ag = luas koto penampang

    Ac = luas esih penampang eton fc = tegangan nominal dari betonfy= kuat leleh tulangan siral, tidak boleh lebih dari 400 Ma.

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e30author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    2. Tulangan geser (shear reinforcing).

    Tulangan geser (shear reinforcing) merupakan tulangan yang ikut mendukung beban akibat geser (shear). Jenis tulangan geser dapat berupa:a. Sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur,b. Jaring kawat baja las dengan kawat kawat yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur,c. Spiral, sengkang ikat bundar atau persegi.

    Bila pada komponen struktur beton bertulang (prategang maupun non-prategang) bekerja gaya geser terfaktor Vu yang lebih besar dari setengah kuat geser yang disumbangkan oleh beton Vc, maka harus selalu dipasang tulangan geser minimum. Tulangan geser minimum dapatdihitung menggunakan persamaan:

    75 fc b sA =v 1200 fy

    A 1 b s

    Dimana:v 3 fy

    Av = luas tulangan geser

    fc = tegangan nominal dari beton fy = tegangan leleh dari baja

  • b = lebar penampang

    s = jarak antara tulangan geser

    Perencanaan tulangan geser harus memperhatikan kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser dalam menahan beban. Bila digunakan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur, maka perencanaan tulangan geser dapat dihitung menggunakanpersamaan:

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e31author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    A f dVs = v y s

    Dimana:

    2Vs 3

    fcb d

    Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geserAv = luas tulangan geser

    fc = tegangan nominal dari beton fy = tegangan leleh dari bajab = lebar penampang

    s = jarak antara tulangan geser d = tinggi efektif penampang

    3. Tulangan puntir (torsional reinforcing).

    Tulangan puntir (torsional reinforcing) merupakan tulangan yang ikut mendukung beban akibat puntir (torsi). Pengaruh puntir dapat diabaikan bila nilai momen puntir terfaktor Tu besarnya kurang daripada:a. Untuk komponen struktur non-prategang

    c' A 2 cp 12 Pcp

  • b. Untuk komponen struktur non-prategang yang dibebani

    gaya tarik atau tekan aksial.

    2 c ' A 1 3 N u cp +12 Pcp Ag fc

    Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus

    ditentukan dari:Tn Tu

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e32author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Dengan Tu adalah momen puntir terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Tn adalah kuat momen puntir nominal penampang. Tulangan sengkang untuk puntir harus direncanakan berdasarkan persamaanberikut:

    Dimana:

    2 Ao At f yv Tn = cot s

    Tn = kuat momen puntir nominal penampang

    Ao = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser At = luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan puntir dalam daerah sejarakfyv = kuat leleh tulangan sengkang torsi

    s = jarak tulangan geser atau puntir dalam arah paralel dengan tulangan longitudinal

  • Dengan Ao dapat diambil sebesar 0.85 Aoh. Nilai boleh diambil sebesar :a) 37,50 untuk komponen struktur prategang dengan gaya prategang efektif tidak kurang daripada 40 % kuat tarik tulangan longitudinal.b) 450 untuk komponen struktur non prategang atau

    komponen struktur prategang dengan nilai prategang yang besarnya kurang daripada yang telah disebutkan di atas.Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk

    menahan puntir tidak boleh kurang daripada:

    A f

    Dimana:A = t pt s h cot f yl

    ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar fyt = kuat leleh tulangan torsi longitudinal

    Luas minimum tulangan puntir harus disediakan pada

    daerah dimana momen puntir terfaktor Tu melebihi nilai yang

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e33author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    disyaratkan. Luas minimum tulangan sengkang tertutup

    dapat dihitung dengan ketentuan:

    75 fc b sAv + 2 At =

    1200

    f yv

    A + 2 A

    1 b sv t 3f yvLuas total minimum tulangan puntir longitudinal harus dihitung dengan ketentuan:

  • 5 fc Acp A A t p f yv t min =12 f yl s f yl

    Dimana:At s 6 f yv

    Acp = luas yang diatasi oleh keliling luar penampang etonfyl = kuat leleh tulangan torsi longitudinal

    Perencanaan Struktur Bawah

    Struktur awah (pondasi) pada suatu angunan erfungsi meneruskan atau menyalurkan

    e

    an dari struktur atas ke lapisan tanah dasar. Tegangan kontak yang terjadi antara pondasi dan tanah tidak

    oleh melewati tegangan yang diizinkan, serta tidak oleh mengakiatkan gerakan tanah yang dapat memahayakan struktur. Perencanaan dan perhitungan pondasi dilakukan dengan memandingkan

    e

    an-

    e

    an yang

    ekerja terhadap dimensi pondasi dan daya dukung tanah dasar (Teknik Pondasi 1, 2002). Jenis pondasi yang dipilih harus mempertim

    angkan

    e

    erapa hal erikut :1. Bean total yang ekerja pada struktur.Merupakan hasil kom

    inasi pem

    e

    anan yang ter

    esar yaitu kom

    inasi atau superposisi antara

    e

    an mati

    angunan (D), Be

    an hidup (L),

    e

    an angin ( W ) dan Be

    an gempa (E).

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e34author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    2. Kondisi tanah dasar di bawah bangunan.

    Keadaan tanah dimana bangunan akan didirikan merupakan hasil analisa tanah pada kedalaman lapisan tertentu serta perhitungan daya dukung tiap lapisan tanahnya.

  • 3. Faktor biaya

    Bila berdasarkan hasil penyelidikan tanah menyimpulkan bahwa daya dukung tanah lapisan atas adalah rendah serta melihat letak kedalaman tanah keras, maka akan lebih efisien apabila menggunakan tipe pondasi tiang pancang. Dan apabila sebaliknya, maka tipe pondasi sumuran akan lebih baik digunakan.4. Keadaan di sekitar lokasi bangunan.

    Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan pemasangan pondasi, apakah dekat dengan lokasi pemukiman penduduk ataukah tidak, sehingga pada saat pemasangan pondasi tidak menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitar.Beban-beban yang bekerja pada pondasi meliputi :

    1. Beban terpusat yang disalurkan dari bangunan atas

    2. Berat terpusat akibat berat sendiri pondasi

    3. Beban momen, akibat deformasi struktur sebagai pengaruh dari beban lateral.Analisa daya dukung tanah mempelajari kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi struktur yang terletak di atasnya. Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kemampuan tanah untuk mendukung beban, baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya, tanpa terjadi keruntuhan geser. Daya dukung batas (ultimate bearing capacity) adalah daya dukung terbesar dari tanah dan biasanya diberi simbol ult. Besarnya daya dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung batas dibagi angka keamanan, rumusnya a= ult/FK.Perancangan pondasi harus dipertimbangkan terhadap

    keruntuhan geser, dan penurunan yang berlebihan. Untuk terjaminnya stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada peletakan dasar pondasi. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk menanggulangi resiko adanya erosi permukaan, gerusan,kembang susut, dan gangguan tanah di sekitar pondasi.

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e35author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    2.4.3.1 Perencanaan Pondasi Tiang Pancang

    Analisa-analisa kapasitas daya dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk memudahkan perhitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat, dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bidang geser yang terjadi saat keruntuhan.1. Daya Dukung Vertikal Yang Diijinkan Untuk Tiang Tunggal

    Tes sondir atau Cone Penetration Test (CPT) pada dasarnya adalah untuk memperoleh tahanan ujung (). Tes sondir ini biasanya dilakukan pada tanah-tanah kohesif, dan tidak dianjurkan pada tanah berkerikil dan lempung keras.Perhitungan pondasi tiang pancang didasarkan terhadap tahanan ujung dan hamba

  • tan pelekat, maka daya dukung tanahdapat dihitung sebagai berikut:

    Q = c Ab + TF Uspb s

    Dimana:

    Qsp = daya dukung vertikal yang diijinkan untuk sebuah tiang tunggal (ton)c = tahanan konus pada ujung tiang (ton/m2) Ab = luas penampang ujung tiang (m2)U = keliling tiang (m)

    TF = tahanan geser (cleef) total sepanjang tiang (ton/m) Fb = faktor keamanan = 3Fs = faktor keamanan = 5

    Perhitungan pondasi tiang pancang dari data N-SPT (Soil Penetration Test) dapat dihitung sebagai berikut:

    Pall = 40 * Nb * Ab + 0,2 * N * As

    Dimana :

    Nb = Nilai N-SPT pada elevasi dasar tiang

    = Nilai N-SPT rata-rataAb = Luas penampang tiang (m2) As = Luas selimut tiang (m2)

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e36author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Kemampuan tiang terhadap kekuatan bahan

    Dimana:

    Ptiang= bahan Aian

    Pian = kekuaan yan diijinkan pada ianAian = lua penampan ian (cm2)bahan = eanan ekan ijin bahan ian (k/cm2)

  • 2. Pondai Tian Kelompok (Pile Group)

    Dalam pelakanaan, jaran dijumpai pondai yan hanya erdiri dari au ian aja, eapi erdiri dari kelompok ian. Teori membukikan dalam daya dukun kelompok ian eer idak ama denan daya dukun ian ecara individu dikalikan jumlah ian dalam kelompok, melainkan akan lebih kecil karena adanya akor eiieni.Daya dukun kelompok ian dihiun berdaarkan clee.Peramaan-peramaan yan diunakan dirumukan berdaarkan eiieni kelompok ian.

    E

    Q

    = 1

    = eff Qs

    (n 1)m + (m 1)n

    Dimana:90 (m n)

    m = jumlah baris

    n = jumlah tiang 1 baris

    = tan-1 (d/s)

    d = diameter tiang (cm)

    s = jarak antar tiang (cm)

    3. Kontrol Settlement

    Dalam kelompok tiang pancang (pile group) ujung atas tiang-tiang tersebut dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan poer (pile cap) yang kaku untuk mempersatukan pile-pile menjadi satu-kesatuan yang kokoh. Dengan pile cap ini diharapkan bila kelompok tiang pancang tersebut dibebani secara merata akanterjadi penurunan yang merata pula.

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e37author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

  • Penurunan kelompok tiang pancang yang dipancang sampai lapisan tanah keras akan kecil sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Kecuali bila dibawah lapisan keras tersebut terdapat lapisan lempung, maka penurunan kelompok tiang pancang tersebut perlu diperhitungkan.Pada perhitungan penurunan kelompok tiang pancang dengan tahanan ujung diperhitungkan merata pada bidang yang melalui ujung bawah tiang. Kemudian tegangan ini disebarkan merata ke lapisan tanah sebelah bawah dengan sudut penyebaran300

    Mekanisme penurunan pada pondasi tiang pancang dapat ditulus dalam persamaan :Sr = Si + Sc

    Dimana : Sr = Penurunan total pondasi tiang

    Si = Penurunan seketika pondasi tiang

    Sc = Penurunan konsolidasi pondasi tiang

    1. Penurunan seketika (immediate settlement) Rumus yang digunakan :Si = n..2B. 1 .2 .IEu

    Dimana : n besarnya tekanan netto ondasi

    B = Lebar ekivalen dari ondasi rakit

    = angka oison, tergantung dari jenis tanah

    I = Faktor engaruh, tergantung dari bentuk dan kekakuan ondasiEu = sifat elastis tanah, tergantung dari jenis tanah

    2. Penurunan Konsolidasi

    Perhitungan daat menggunakan rumus :

    Sc =

    Cc.H1 + eo

    logo + p po

    Cc = compression index

    eo = void ratio

    po = tegangan efektif pada kedalaman yang ditinjau

    P = penambahan tegangan setelah ada bangunan

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s

  • ) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e38author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    H = tinggi lapisan yang mengalami konsolidasi

    Gambar Dibawah ini menunjukkan mekanisme penurunan pada tiang pancang.

    Gambar 2.10 Penurunan pada Tiang Pancang

    Keterangan :

    Lp = kedalaman tiang pancang

    B = lebar pile cap

    4. Kontrol Gaya Horisontal

    Kontrol gaya horizontal dilakukan untuk mencari gaya horizontal yang dapat didukung oleh tiang. Dalamperhitungan digunakan metode dari Brooms

  • This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e39author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Gambar 2.11 Grafik Brooms untuk tiang panjang dengan tanah kohesif

    Cara menghitung gaya horizontal sementara yang diijinkan pada tiang pancang adalah sebagai berikut:Mu = x , x dilihat pada grafik dan diplot sehingga diperolehCu.d 3

    harga

  • Huy =Cu.d 2

    dari persamaan diatas dapat dicari Hu

    Untuk menghitung momen maksimum, Brooms menggunakan persamaan:2.MuHu =

    (1,5.d + 0,5.f )

    HuDengan f =

    9.Cu.d

    Cu = kohesi (consolidation undrained)

    d = diameter tiang

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e40author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    5. Analisis Pondasi Tiang Pancang Dengan Model Tumpuan

    Elastis

    Untuk menganalisis gaya-gaya dalam (momen lentur, gaya lintang, dan gaya normal), penurunan arah vertikal (settlement), serta pergeseran pada arah horisontal dari atau pondasi tiang pancang, dapat dilakukan dengan menggunakan model tumpuan pegas elastis.Besarnya reaksi yang dapat didukung oleh tanah yang dimodelkan sebagai tumpuan pegas elastis, tergantung dari besarnya gaya pegas dari tumpuan yang bersangkutan. Untuk tanah yang dimodelkan sebagai tumpuan elastis, kemampuan untuk mendukung beban, tergantung dari besarnya modulus of subgrade reaction (ks) dari tanah. Besarnya ks berlainan untuk setiap jenis tanah.Menurut Bowles (1974), besarnya modulus of

    subgrade reaction kearah vertikal (ksv) dapat ditentukan dari besarnya daya dukung tanah yang diijinkan (a), yaitu :Ksv = 120 a (kN/m3)

    dimana a dalam satuan kPa. Perkiraan besarnya harga ksv untuk beberapa jenis tanah, dapat dilihat pada Tabel di bawah (diambil dari Tabel 9 1, buku : Foundation Analysis And Design J.E.Bowles, hal.269)Besarnya modulus of subgrade reaction kearah horisontal (ksh) pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan harga ksv. Untuk perhitungan praktis,

  • besarnya kshdapat diambil dua kali dari harga ksv.

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e41author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, backup and preservation:( http://eprints.undip.ac.id )BAB II Tinjauan Pustaka

    Tabel 2.10 Perkiraan besarnya harga ksv untuk beberapa

    jenis tanah

    Sand :Jenis Tanah Kisaran harga ksv (kN/m3)

    Loose sand (pasir lepas)

    Medium sand (pasir kepadatan sedang) Dense sand (pasir padat)Clayey sand (pasir campur lempung) Silty sand (pasir campur lanau)Clay :

    Qu < 4 kPa

    4 kPa < u < 8 kPa

    8 kPa < u

    4500 15000

    9000 75000

    60000 120000

    30000 75000

  • 22500 45000

    11250 22500

    22500 45000

    > 45000

    2.4.3.2 Perencanaan Pile Cap

    Pada struktur dengan kolom yang memikul beban berat, atau jika struktur kolom tidak didukung oleh tanah yang kuat dan seragam, umumnya digunakan pondasi menerus untuk menyalurkan beban ke tanah. Pondasi menerus dapat terdiri dari pile cap menerus yang mendukung kolom-kolom yang berada dalam satu baris, tetapi jenis pondasi menerus yang paling sering digunakan ialah pondasi pile cap menerus yang menggabungkan dua baris pile cap yang berpotongan, sehingga mereka membentuk pondasi grid. Namun, untuk kasus beban yang lebih besar lagi atau tanah yang lebih lemah, barisbaris pile cap digabungkan menjadi satu pile cap monolit membentuk pondasi rakit (raft foundation).Pondasi rakit (raft foundation) adalah pondasi yang membentuk rakit melebar ke seluruh bagian dasar bangunan. Bila luasan pondasi yang diperlukan > 50 % dari luas bagian bawah bangunan maka lebih disarankan untuk menggunakan pondasi rakit, karena lebih memudahkan untuk pelaksanaan penggalian dan penulangan beton.Penentuan dari dimensi atau ketebalan pondasi pile capditentukan oleh daya dukung yang dibutuhkan, faktor keamanan dan batas penurunan yang masih diizinkan, dengan

    This document is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIPIR may, without changing the content, translate thePesurebnmcaisnsaioann StotruakntyurmGeeddiuunmg Boer rftoinrgmkat MfoerngthgeunpaukrapnoSseAPo2f0p00reservation. IITh- e42author(s) or copyright owner(s) also agree that UNDIPIR may keep more than one copy of this submission for purpose of secu