repository.wiraraja.ac.idrepository.wiraraja.ac.id/325/1/Rahema.pdf · 2020. 2. 11. · pengguna...
Transcript of repository.wiraraja.ac.idrepository.wiraraja.ac.id/325/1/Rahema.pdf · 2020. 2. 11. · pengguna...
-
1
-
2
-
3
-
4
TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA S1 AKUNTANSI
TERHADAP PSAK BERBASIS IFRS ( STUDI PADA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS WIRARAJA)
Rahema
Email : [email protected]
Norsain, SE., M.Ak
Email : [email protected]
Moh. Faisol, SE., M.SA., Ak., CA
Email : [email protected]
Program Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Wiraraja
ABSTRAK
IFRS merupakan standar yang digunakan untuk panduan laporan keuangan
secara global. IFRS juga dikatakan sebagai Interpretasi yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (ISAB). Penelitian ini bertujuan untuk menilai
tingkat pemahaman mahasiswa dilihat dari tiga indikator kecerdasan emosional, minat, ketersediaan sarana pendidikan.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Universitas Wiraraja Sumenep,
pengumpulan data dilakukan melalui mixing methode yaitu kualitatif dan kuantitatif. kualitatif yaitu dengan wawancara dan kuantitatif yaitu dengan
kuisioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman Mahasiswa
Universitas Wiraraja dilihat dari tiga indikator yaitu (1) kecerdasan emosional;
mahasiswa Universitas Wiraraja dapat dikatakan cerdas secara emosional; (2) minat, mahasiswa universitas wiraraja memiliki minat yang tinggi untuk memahami
IFRS; dan (3) dilihat dari ketersediaan sarana pendidikan masih menggambarkan kecukupan meskipun cenderung minim.
Kata kunci: kecerdasan emosional, minat dan pemahaman IFRS
-
5
ABSTRAK
IFRS is the standard used for globalization. IFRS is also referred to as the
Interpretation adopted by the International Accounting Standards Board (ISAB).
This study aims to understand the level of understanding of various factors,
emotional, interests, and educational facilities.
This research was conducted on the students of the University of Wiraraja Sumenep,
multiple data was done through mixing methods namely qualitative and
quantitative. qualitative, namely interviews and quantitative questionnaires.
The results of this study indicate that the level of students' understanding of
Wiraraja University is seen from three indicators, namely (1) emotional
intelligence, students of Wiraraja University can be said to be emotionally
intelligent (2) interests, students of Wiraraja University have a high interest in
understanding IFRS (3) Educational function still the standard of sufficiency
despite minimization.
Keywords: intelligence, interests and means of education
Pendahuluan
Indonesia memulai proses konvergensi sejak tahun 2008, setelah Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) meresmikan (grand launcing) program konvergensi international
Financial Reporting Standards (IFRS), yaitu akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (indonesia GAAP) dan IFRS akan mengkonvergensi secara penuh pada
tanggal 1 januari 2012. Konvergensi IFRS di Indonesia didukung penuh oleh
Pemerintah, khususnya Kementerian BUMN.
Para akuntan dan para auditor banyak mengalami tantangan dan peluang di seluruh
dunia saat konvergensi IFRS. Para akuntan berperan menyusun laporan keuangan
yang sesuai dengan aturan IFRS sedangkan para auditor dalam proses mengaudit
perusahaan harus memahami IFRS. Adapun yang menjadi tuntutan bagi para
akuntan ataupun mahasiswa yang akan terjun kedunia akuntan ialah harus
memahami IFRS secara keseluruhan. Mahasiswa merupakan calon akuntan yang
mempunyai kemampuan dalam membuat laporan keuangan yang berstandar
internasional (IFRS) akan terjun ke dunia kerja. Untuk menjembatani para investor,
maka dibutuhkan suatu standar akuntansi yang dapat diterima secara umum
(internasional), yaitu IFRS.
International Financial Reporting Standards menjadi fenomena di seluruh dunia
karna semakin banyak negara-negara yang menggunakan standar akuntansi
internasional. Termasuk indonesia yang menjadi bagian dari salah satu
International Federation Of Accountants (IFAC) yang harus dan pasti mematuhi
-
6
Statement Membership Obligation (SMO) dan mengharuskan indonesia untuk
menerapkan IFRS sebagai standar akuntansinya dan ini menjadi alasan kenapa
peneliti memilih untuk meneliti tentang IFRS tersebut. Selain itu, kesepakatan
pemerintah Indonesia adalah menjadikan konvergensi IFRS sebagai anggota The
Group of Twenty. Perusahaan indonesia harus mampu dan siap untuk melakukan
transaksi begitu pula dengan mahasiswa akuntansi yang akan terjun dalam profesi
akuntan. Para mahasiswa harus memahami Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dengan peraturan-peraturan yang baru agar setelah lulus nanti
menjadi lulusan yang kompeten dan siap dan tidak mengalami kesulitan saat
memasuki dunia kerja yang sudah menerapkan IFRS sebagai acuan atau standar
pelaporan keuangannya.
Untuk menghasilkan akuntan yang handal maka perguruan tinggi harus
mempersiapkan calon-calon akuntan dengan sebaik-baiknya sehingga nantinya
lulusan tersebut setidaknya mengerti atau memahami akan IFRS. Untuk
menghasilkan lulusan yang mengerti dan memahami akan IFRS diperlukan
beberapa faktor seperti kecerdasan emosional, minat dan ketersediaan sarana
prasarana. Menurut Budhiyanto dan Nugroho (2004), tingkat pemahaman
mahasiswa dapat dinyatakan dengan seberapa mengerti mahasiswa terhadap apa
yang sudah dipelajari. Dan tingkat pemahaman tersebut tidak hanya didapatkan dari
nilai mata kuliah akan tetapi dari seberapa banyak mahasiswa mengerti dan
memahami serta menguasai konsep terkait. Sebagai calon akuntan di masa
mendatang mahasiswa di tuntut untuk benar-benar mengetahuai dan memiliki
konpetensi dibidangnya, tentunya mahasiswa akuntansi untuk tidak ketinggalan
dalam arus globalisasi maka sudah seharusnya mengerti dan memahami PSAK yang
berbasis IFRS. Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan individu dalam
mengolah perasaannya, memotivasi dirinya dan bekerja sama dengan orang lain,
berempati dan berinisiatif (Binet dan Simon dalam Napitupulu, 2009). Kepercayaan
diri dan perilaku juga mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal
selain kecerdasan emosional, minat dan ketersediaan sarana prasarana.
Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa jurusan Akuntansi di Universitas
Wiraraja Sumenep sebagai objeknya. Karena secara letak geografis pulau madura
ada di ujung paling timur dan masih dianggap memiliki kendala akses informasi
maupun transportasi yang masih sangat terbatas. Disamping itu mahasiswa di
Universitas Wiraraja Sumenep dianggap masih banyak memiliki keterbatasan.
Seperti minimnya mahasiswa yang memiliki buku atau literatur sebagai alat bantu
belajar. Mahasiswa juga dianggap masih kurang mengetahui tentang perkembangan
tentang IFRS karena minimnya pelatihan atau seminar yang diadakan oleh pihak
Universitas Wiraraja Sumenep.
-
7
Dari beberapa uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
Universitas Wiraraja Sumenep tentang “Bagaimana Tingkat Pemahaman
Mahasiswa S1 Akuntansi terhadap PSAK Berbasis IFRS”.
Kajian Teori
Tingkat Pemahaman
Tingkat pemahaman akuntansi merupakan sejauh mana kemampuan untuk
memahami akuntansi baik sebagai seperangkat pengetahuan (body of knowledge)
maupun sebagai proses atau praktik. Penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru/dosen (Muliono dalam Hanifah & Abdullah,
2001). Nilai yang didapat oleh peserta didik mempunyai fungsi ganda, sebagai
ukuran keberhasilan peserta didik dalam mempelajari mata kuliah dan sekaligus
sebagai alat evaluasi keberhasilan mata kuliah itu sendiri (Suwardjono, 1992:157
dalam Hanifah & Abdullah, 2003). Dalam hal tertentu, indikator nilai yang
diperoleh merupakan kesuksesan mahasiswa dalam menempuh mata kuliah, akan
tetapi mungkin bukan merupakan ukuran keberhasilan pencapaian tujuan atau
sasaran pengajaran mata kuliah dalam mengubah pengetahuan, perilaku atau
kepribadian mahasiswa termasuk penalarannya.
Indikator Pemahaman
Menurut Piaget (1960) seseorang bisa dikatakan memahami terhadap suatu
pelajaran atau mata kuliah jika memiliki emosi, yang mana emosi disini dapat
diukur dengan kecerdasan emosional, minat serta ketersediaan sarana pendidikan.
Kecerdasan Emosional
Menurut Rachmi (2010), kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenal
perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola
emosi dengan baik di dalam diri kita dan hubungan kita. Hubungan ini saling
berbeda dan saling melengkapi dengan kemampuan akademik murni, yaitu
kemampuan kognitif murni yang di ukur dengan Intektual Quetient (IQ).
Menurut Salovey dan Mayer (Goleman 2000) kecerdasan emosional sebagai
kemapuan untuk mengenaili perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk
membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya dan mengendalikan
perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosional dan
intelektual. Secara garis besar Goleman (2000) membagi kecerdasan emosional
yaitu komprtensi personal yang meliputi pengendalian diri, empati dan
keterampilan sosial. Goleman, mengadaptasi lima hal yang tercakup dalam
kecerdasan emosional model Salovey dan Mayer, yaitu: (1) pengenalan diri,
-
8
mengenal diri sendiri berarti memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang
tepat, yaitu menyadari kelebihan, keunggulan yang dimiliki maupun kekurangan
yang ada pada diri sendiri. Dengan kata lain seberapa besar kemampuan mahasiswa
untuk mempelajari IFRS. (2) pengendalian diri merupakan suatu keinginan dan
kemampuan dalam menggapai kehidupan selaras, serasi dan seimbang pada hak dan
kewajiban sebagai individu. Yang dalam hal ini dapat dinyatakan seberapa tinggi
tingkat keseriusan mahasiswa dalam mempelajari IFRS tersebut. (3) motivasi Mc
Donal (dalam Fitri:2008) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga
didalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
mencapai tujuan. Seperti contoh bagaimana mahasiswa tersebut dalam memotivasi
dirinya sendiri agar memiliki kesabaran dalam mempelajari IFRS. (4) Empati
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempresepsi, dan
merasakan perasaan orang lain. Contohnya seperti bagaimana mahasiswa tersebut
bisa mempengaruhi ataupun mengajak teman-temannya yang merasa kesulitan
dalam mempelajari IFRS untuk belajar bersama. (5) keterampilan sosial yang
merupakan keterampilan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, atau
dengan kata lain mahasiswa tersebut memiliki pengaruh yang besar untuk mengajak
teman-temannya belajar IFRS. guna menciptakan suatu komonikasi yang baik.
Minat
Minat seseorang terhadap suatu objek akan kelihatan jika objek tersebut sesuai
sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang
bersangkutan (Sardiman 1990: 76). Menurut Tampubolom (dalam
Widianingrum2011) mengatakan bahwa minat adalah suatu perpaduan antara
keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Sedangkan
menurut Djali (2008: 121) bahwa minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan
sesuatu hubngan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Minat sangat besar
pengaruhnya dalam mencapa prestai suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Tidak akan
mungkin orang yang tidak berminat terhadap suatu pekerjaan dapat menyelesaikan
pekerjaan tersebut dengan baik. juga berkaitan dengan perasaan suka atau senang
dari seseorang terhadap suatu objek(Mohammad 2003: 100).
Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap suatu
objek. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto (2010: 180) yang menyatakan
bahwa minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan kata lain dapat dinyatakan seberapa
tinggi tingkat ketertarikan ataupun rasa suka mahasiswa untuk mempelajari IFRS
tersebut. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
-
9
semakin besar minat. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses dan
pencapaian hasil belajar mahasiswa untuk memahami IFRS.
Ketersediaan Sarana Pendidikan
Ketersediaan sarana pendidikan merupakan faktor pendukung proses belajar
mengajar, karena dengan ketersediaan sarana seperti buku-buku literature, jurnal,
akses internet dan media belajar menjadi sumber informasi yang sangat penting dan
dapat terus menggali sesuatu yang baru. Menurut Mulyasa (2004) sarana
pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti
gedung, ruang kelas, meja serta alat-alat media pengajaran. Ketersediaan sarana
yang lengkap seperti buku-buku literature, jurnal, akses internet, dan media belajar
dapat menjadi sumber informasi yang penting dan memotivasi individu untuk terus
menggali sesuatu yang baru. IFRS merupakan suatu standar baru yang perlu
dipelajari dan dipahami oleh kalangan akademisi. Tersedianya sarana pendidikan
yang memadai yang berkaitan dengan IFRS akan membantu mahasiswa dalam
mempelajari dan memahami IFRS.
Pengertian IFRS
Menurut Nurharyanto (2010) IFRS merupakan standar yang digunakan
untuk panduan laporan keuangan secara global. IFRS juga dikatakan sebagai
Interpretasi yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (ISAB).
Manfaat IFRS
Menurut Gamayuni (2009) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh jika
menerapkan PSAK yang berbasis IFRS. Diantaranya adalah:
a. Meningkatkan daya banding laporan keuangan.
b. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional.
c. Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi
perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
d. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan
biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
e. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.
-
10
PSAK Berbasis IFRS
PSAK yang berbasis IFRS diterapkan pada 2012. PSAK tersebut wajib diterapkan
untuk entitas dengan akuntabilitas publik seperti emiten, perusahaan publik,
perbankan, asuransi, dan BUMN. Memberikan informasi yang relevan bagi
pengguna laporan keuangan merupakan tujuan dari PSAK ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixing Methode). Adapun Metode
kualitatif didapatkan melalui wawancara yang dilakukan kepada informan terkait.
Dan metode kuantitatif dilakukan melalui penyebaran kuisioner yang disebarkan
kepada mahasiswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai populasi adalah mahasiswa
Univesitas Wiraraja jurusan akuntansi yang berjumlah 429 mahasiswa yang terdiri
dari 82 mahasiswa yang memiliki IPK diatas 3,50 dan 347 mahasiswa yang
memiliki IPK dibawah 3,50.
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
Random Sampling, yaitu dilakukan secara acak menggunakan asumsi pemakaian
metode statistik inferensial atau induksi sehingga hanya bisa digunakan jika anggota
populasi bersifat homogen atau diasumsikan homogen.
Ukuran sampel ditentukan melalui Rumus Slovin (Riduwan, 2005:65), sebagai
berikut:
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
= Presentase kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan
yang masih ditolerir, yaitu 10%.
Dari jumlah populasi yang ada, dari tingkat kelonggaran atau ketidaktelitian sebesar
10%, maka dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel sebesar
100 mahasiswa, yang perhitungannya sebagai berikut:
-
11
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = jumlah mahasiswa Universitas Wiraraja jurusan akuntansi
=Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih ditolerir, yaitu 10%.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini sumber data diperoleh melalui data primer. Yaitu data yang
diambil secara langsung oleh peneliti untuk mendapatkan data yang lebih akurat
dan lebih nyata. Dengan alat bantu kuisioner, wawancara, dan dokumentasi. Dan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan umum yaitu
mahasiswa dengan kategori telah atau sedang menempuh mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah 1.
Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman
sementara variabel independen kecerdasan emosional, minat, ketersediaan sarana
pendidikan.
Kecerdasan emosional dalam penelitian ini secara keseluruhan bukan
perkomponen. Tingkat kecerdasan emosional ini diukur berdasarkan tingkat
pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Alat
ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner yang dikembangkan
sendiri oleh peneliti. Konstruk nilai yang digunakan adalah skala likert dengan
rentang 1 (satu) sampai 5 (lima).
Minat dalam penelitian ini merupakan rasa suka, rasa senang mahasiswa terhadap
IFRS. Minat terhadap IFRS diukur dari seberapa besar ketertarikan individu dalam
mempelajari dan mencari informasi mengenai IFRS. Alat ukur yang digunakan
adalah kuisioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan menyesuaikan sesuai
objek yang akan diteliti. Konstruk nilai yang digunakan adalah skala likert dengan
rentang 1 (satu) sampai 5 (lima).
Ketersediaan sarana pendidikan merupakan kelengkapan sarana media
pembelajaran yang dalam penelitian ini berkaitan dengan IFRS seperti literatur yang
telah mengacu pada IFRS dan internet sebagai media memperoleh informasi.
Tingkat ketersediaan sarana tersebut diukur berdasarkan kecukupannya atau
keberadaan dan kemudahan dalam memperolehnya. Alat ukur yang digunakan
untuk menentukan tingkat ketersediaan sarana pendidikan yang menunjang
perkembangan pengetahuan mengenai IFRS adalah dengan menggunakan kuisioner
-
12
yang peneliti rancang sendiri. Konstruk nilai yang digunakan adalah skala likert
dengan rentang 1 (satu) sampai 5 (lima).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman mahasiswa
akuntansi mengenai IFRS. Acuan yang digunakan adalah wawancara yang
dikembangkan sendiri oleh peneliti.
Kriteria yang digunakan pada persentase merujuk pada pemahaman Arikunto
(1993): (1) kategori 0-30 termasuk kategori persentase kurang paham sekali (2)
persentase antara 31-55 termasuk kategori persentase pemahaman kurang (3)
persentase antara 56-66 termasuk kategori persentase pemahaman cukup (4)
persentase antara 66-79 termasuk kategori persentase pamahaman baik (5)
persentase antara 80-100 termasuk kategori persentase pemahaman sangat baik
sekali.
Teknik Analisa Data
Tehnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan dua analisis yaiti analisis
data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Adapun analisis data kualitatif yang
pertama adalah reduksi data yaitu data dipilih dan disederhanakan serta
diklarisifikasi dari data mentah menjadi data yang sudah jadi. Dalam hal ini peneliti
juga melakukan review data yang diperoleh dari informan-informan terkait data dan
informasi dari indikator-indikator fokus kajian penelitian ini. Yang kedua data
display (penyajian data) yaitu data yang didapatkan dari beberapa sumber disusun
untuk menjadi sebuah pernyataan sesuai kebutuhan yang dapat menjawab indikator
dalam penelitian ini. Dan yang ketiga Conclusion drawing/verification
(verifikasi/penarikan kesimpulan) yaitu proses yang peneliti lakukan yang mengacu
pada reduksi data, interpretasi dan penyajian data sesuai dengan tahapan
sebelumnya yang telah peneliti lakukan terkait indikator fokus kajian penelitian ini,
kemudian dari pengolahan data tersebut mampu menghasilkan deskripsi singkat
mengenai gambaran upaya pengembangan kapasitas kelembagaan yang lebih baik.
Adapun analisis data kuantitatif yaitu metode analisis dengan cara mendeskripsikan.
Metode tersebut diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden
dikalikan 100 persen (Sudjana, 2001) adalah sebagai berikut:
P = X 100%
Keterangan:
P: persentase f:
frekuensi
N: jumlah responden
100%: bilangan tetap
Langkah-langkah perhitungan deskriptif adalah sebagai berikut:
1. Mengkoreksi jawaban kuisioner dari responden
2. Menghitung frekuensi jawaban responden
-
13
3. Jumlah responden keseluruhan adalah 38 orang
4. Masukkan ke dalam rumus
Persentase dari tiap-tiap kategori:
1. SS = x 100%
2. S = x 100%
3. TS = x 100%
4. STS = x 100%
Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif perlu menetapkan keabsahan data, pelaksanaan
teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Sugiyono (2014:366-
378) ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan atau Uji
Kredibilitas (credibility). Krebilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin
keaslian data yang sudah didapatkan oleh peneliti bahwa data tersebut benar-benar
sudah dikonfirmasi dari subyek penelitian. Keteralihan (transferability).
Keteralihan (transferability) disini agar orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian, maka
peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis dan dapat dipercaya. Kepastian (confirmability) Uji confirmability berarti
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hasil penelitian
ini telah diuji melalui serangkaian proses yang telah dilakukan atau dicapai oleh
peneliti, yaitu melalui proses ujian proposal hingga ujian skripsi.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini dilihat dari jawaban indikator kecerdasan emosional mahasiswa
Universitas Wiraraja cerdas secara emosional. Meskipun antara jawaban setuju dan
ragu-ragu hampir sebanding, akan tetapi setelah dibandingkan masih lebih tinggi
jawaban yang setuju. Sedangkan dilihat dari indikator minat dapat dikatakan bahwa
-
14
mahasiswa Universitas Wiraraja memiliki minat belajar yang tinggi meskipun hasil
dari jawaban kuisioner masih menunjukkan bahwa jawaban setuju hampir
sebanding dengan jawaban ragu-ragu, akan tetapi setelah dibandingkan masih lebih
tinggi jawaban setuju. Dan jika dilihat dari indikator ketersediaan sarana pendidikan
Universitas Wiraraja dilihat dari ketersediaan sarana pendidikan menggambarkan
kecukupan namun cenderung minim hal ini dibuktikan dari hasil jawaban kuisioner
yang menjawab ragu-ragu sampai tidak setuju jika dipersentasekan sebesar 50%.
Dari hasil wawancara yang dilakukan membuktikan bahwa tingkat pemahaman
mahasiswa jurusan akuntansi tentang PSAK berbasis IFRS masih kurang. Hal itu
dibuktikan dari hasil wawancara diatas bahwa mahasiswa masih kesulitan untuk
menjawab ketika di tanya perbedaan PSAK dan IFRS . Mahasiswa hanya menjawab
kurang paham dan tidak tahu. Hal ini mungkin karena daftar pertanyaan dalam
wawancara lebih mendalam mengenai PSAK berbasis IFRS sehingga mereka masih
kebingungan untuk menjawab.
Adapaun penyebab yang mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa terhadap
PSAK Berbasis IFRS yaitu mahasiswa beranggapan bahwa institusi pendidikan
masih belum maksimal seperti dalam penyediaan literatur atau bukubuku bacaan
mengenai IFRS. Dan juga masih belum ada mata kuliah khusus tentang IFRS ini
merupakan penyebab yang mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa.
Pembahasan
Jadi secara garis besar mahasiswa Universitas Wiraraja dilihat dari indikator
kecerdasan emosional, minat diatas sudah baik untuk mendukung tingkat
pemahaman mahasiswa tentang IFRS, namun sarana atau fasilitas masih
menggambarkan kecukupan. Hal ini dibuktikan dari hasil jawaban kuisioner yang
masih hampir sebanding antara jawaban ragu-ragu dengan setuju. Dan jawaban
ragu-ragu ternyata dapat didukung oleh jawaban hasil wawancara. Dari hasil
wawancara mengatakan bahwa mahasiswa di Universitas Wiraraja masih kurang
memahami tentang IFRS hal ini di mungkinkan karena daftar pertanyaan dalam
kuisioner hanya sebatas pertanyaan umum saja sehingga ketika diberikan
pertanyaan yang lebih mendalam mengenai PSAK berbasis IFRS mereka masih
kebingungan untuk menjawab.
Berdasarkan analisa yang dilakukan menggunakan metode kuisioner menunjukkan
bahwa tingkat pemahaman mahasiswa jurusan S1 Akuntansi di Universitas
Wiraraja terhadap PSAK berbasis IFRS sudah baik. Meskipun jawaban setuju dan
ragu-ragu masih sebanding. Selain itu mahasiswa jurusan S1 Akuntansi mengetahui
tentang PSAK berbasis IFRS masih sebatas pemahaman umum saja. Namun setelah
diberikan pertanyaan yang lebih mendalam melalui wawancara membuktikan
bahwa tingkat pemahaman mahasiswa jurusan S1 Akuntansi di Universitas
Wiraraja terhadap PSAK berbasis IFRS mahasiswa masih belum memahami. Hal
ini dimungkinkan karna sarana atau fasilitas disana masih kurang memadai dan juga
-
15
dimungkinkan karna daftar pertanyaan dalam kuisioner hanya sebatas pertanyaan
umum saja sehingga ketika diberikan pertanyaan yang lebih mendalam mengenai
PSAK berbasis IFRS mahasiswa masih kebingungan untuk menjawab.
Selain itu adapun penyebab yang mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap PSAK Berbasis IFRS. Menurut mahasiswa institusi pendidikan masih
belum maksimal untuk mendukung mahasiswa untuk mengetahui tentang IFRS.
Mahasiswa beranggapan bahwa institusi pendidikannya masih belum maksimal
dalam menyediakan literatur atau buku-buku bacaan mengenai IFRS. Mahasiswa
beranggapan bahwa jumlah buku-buku yang berbasis IFRS masih jauh dari kata
cukup dan juga di Universitas Wiraraja masih belum ada mata kuliah khusus tentang
IFRS. Mahasiswa juga beranggapan bahwa buku atau literatur yang ada di
perpustakaan Universitas Wiraraja masih sedikit yang telah diterjemahkan dalam
bentuk bahasa ndonesia yang baik dan benar. Sehingga memberikan dampak
terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap PSAK berbasis IFRS.
Intitusi pendidikan tidak hanya menyediakan cukup banyak buku-buku bacaan atau
literatur mengenai IFRS saja sebagai pendukung untuk memahami IFRS, di
samping itu, peran dari dosen atau pengajar mata kuliah di Prodi Akuntansi di
Universitas Wiraraja Sumenep juga sangat berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman mahasiswa tentang PSAK Berbasis IFRS.
Kesimpulan dan saran
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisa yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan bahwa tingkat pemahaman mahasiswa S1 akuntansi di
Universitas Wiraraja Sumenep terhadap PSAK berbasis IFRS menggunakan
metode kuisioner sudah baik meskipun jawaban setuju dan ragu-ragu masih
sebanding. Mahasiswa jurusan S1 akuntansi mengetahui tentang PSAK berbasis
IFRS masih sebatas pemahaman umum saja. Namun setelah diberikan pertanyaan
yang lebih mendalam melalui wawancara membuktikan bahwa tingkat pemahaman
mahasiswa jurusan S1 Akuntansi di Universitas Wiraraja terhadap PSAK berbasis
IFRS mahasiswa masih belum memahami sepenuhnya. Hal ini dimungkinkan karna
sarana atau fasilitas disana masih kurang memadai dan juga dimungkinkan karna
daftar pertanyaan dalam kuisioner hanya sebatas pertanyaan umum saja sehingga
ketika diberikan pertanyaan yang lebih mendalam mengenai PSAK berbasis IFRS
mahasiswa masih kebingungan untuk menjawab.
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, peneliti menemukan beberapa
kelemahan. Maka dari itu peneliti memberikan saran:
-
16
a. Bagi mahasiswa seharusnya tidak berpaku pada sarana yang ada di institusi
pendidikan saja seharusnya mahasiswa lebih aktif dalam mencari informasi
serta mempunyai inisiatif sendiri jika ingin be rsaing didunia bisnis.
b. Untuk institusi pendidikan seharusnya lebih memperbanyak lagi bukubuku
bacaan atau mengenai IFRS. Serta lebih banyak lagi menyediakan akses
internet sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam mengakses
informasi. Seharusnya institusi pendidikan lebih sering mengadakan
pelatihan atau seminar akuntansi tentang IFRS. Dan juga seharusnya
mengadakan mata kuliah khusus tentang IFRS. Dan bagi para dosen
seharusnya lebih sering memberikan tugas lapangan kepada mahasiswa agar
terjadi peningkatan pemahaman terhadap dunia bisnis yang berhubungan
akuntansi.
c. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dalam pertanyaan seputar tingkat
pemahaman bisa lebih mendetail atau lebih mendalam tentang IFRS.
DAFTAR PUSTAKA
Budhiyanto, S., dan Nugroho. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. X No.
2
Napitupulu, I. H. 2009. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi.
SNA IX. Padang.
Chariri, Anis dan Hendro, Sonny Kusuma Soejanto. 2010. Menguju Kualitas
Standar Akuntansi Hasil Adopsi IFRS: Studi Empiris Pada PSAK no. 55 (revisi 2006). Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto
2010.
Efritania, Riyanda. 2013. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa S1 Akuntansi Terhadap
Perubahan PSAK. Jurnal Universitas Negeri Surabaya.
Gayatri, Dkk. 2015. Pemahaman Mahasiswa Jurusan Akuntansi Atas Penerapan International Financial Reporting Standard Dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis,
vol. 11, no. 1, Januari 2016
Pulungan, Hasiholan Andrey. 2013. Persepsi mahasiswa terhadap IFRS dan
Kompetensi mahasiswa dalam memahami dan Mengaplikasikan
IFRS. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 1 Juni 2013. ISSN
1858-3687 hal 29-38.
-
17
Fidiana. 2012. Tingkat Pemahaman Terhadap Sak Etap : Studi Empiris Pada Mahasiswa Yang Berasal dari SMK dan SMA. Jurnal Akuntansi
Universitas Jember. Gayumani, Rindu Rika. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia Menuju International Financial Reporting Standard. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 14(2): 153-166.
Handayani, Ratih. 2011. Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) terhadap Praktik Akuntansi dan Dunia Pendidikan
di Indonesia. Karya Ilmiah Tidak Dipublikasikan. Universitas AlAzhar Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2008. Prinsip Akuntansi: Sejarah SAK.
http://www.iaiglobal.or.id. 16 April 2013 (12:00). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta 10310.
Christiani, Yuningsih nita. 2015. Pemahaman Mahasiswa Akuntansi Terhadap International Financial Reporting Standar (IFRS). Tesis. Universitas
Kristen Satya Wacana. Rachmi. F . 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan
Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. PT Remaja Rodakarya.
Widianingrum. H. Dkk. 2010. Pengaruh Ketersediaan Sarana Pendidikan dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman IFRS dengan
Minat Sebagai Variabel Moderating Di Fakultas Ekonomi INSOED. Tesis. Universitas Jendral Soedirman.