DORNDOrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50080... · 2020-02-06 · setiap sujud...

245
B uku ini memberi kesimpulan bahwa kedua motif, baik motif agama maupun motif ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun, tingkatan tiap-tiap dimensinya berbeda-beda. Dimensi loyalitas nasabah terdiri dari empat macam, yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction) berada dikategori sedang sebesar 65,67%, retensi pelanggan (customer retention) berada pada kategori sedang sebesar 68,33%, perpindahan pelanggan (migration barrier) berada pada kategori sedang sebesar 67,00%, dan antusias pelanggan (customer enthusiasm) berada pada kategori tinggi sebesar 71,00%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah bank syariah sudah cukup baik, karena rata-rata berada pada kategori sedang dan tinggi dengan nilai persentase di atas 50%.

Transcript of DORNDOrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50080... · 2020-02-06 · setiap sujud...

Buku ini m e m b e r i

kesimpulan bahwa kedua motif, baik motif agama

maupun motif ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun, tingkatan tiap-tiap dimensinya berbeda-beda. Dimensi loyalitas nasabah terdiri dari empat macam, yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction) berada dikategori sedang sebesar 65,67%, retensi pelanggan (customer retention) berada pada kategori sedang sebesar 68,33%, perpindahan pelanggan (migration barrier) berada pada kategori sedang sebesar 67,00%, dan antusias pelanggan (customer enthusiasm) berada pada kategori tinggi sebesar 71,00%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah bank syariah sudah cukup baik, karena rata-rata berada pada kategori sedang dan tinggi dengan nilai persentase di atas 50%.

MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI

(Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah)

Ummul Fadhilah Sari

MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah Penulis : Ummul Fadhilah Sari Editor : Imam Zaki Fuad Desain Sampul : Numay Layout : Zahrul Athriah

ISBN: 978-602-6902-75-7

Penerbit Cinta Buku Media Redaksi: Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: [email protected] Cetakan: Ke-1 Februari 2017 All rights reserverd Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

iii

Kata Pengantar

lhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah

‘Azza wa Jalla atas segala limpahan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menerbitkan buku ini.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan besar

kita Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa kebenaran, yang

telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang

terang benderang, dengan cahaya Addinul Islam.

Awalnya, tulisan ini merupakan karya ilmiah tesis yang

kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul “Motif

Agama dan Motif Ekonomi : Studi Loyalitas Nasabah Bank

Syariah”. Buku ini mengkaji tentang tujuan atau motif nasabah

menggunakan jasa dan layanan bank syariah. Temuan hasil

penelitian ini menyatakan bahwa ada dua motif nasabah dalam

menggunakan jasa dan layanan bank syariah, yaitu motif agama dan

motif ekonomi. Kedua motif ini (motif agama dan motif ekonomi)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah bank

syariah. Namun, jika keduanya dibandingkan, pengaruh motif agama

lebih besar dari pada pengaruh motif ekonomi.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan penulis

terhadap perkembangan sebuah bank syariah di Kota Bengkulu,

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang

berkembang sangat pesat dalam jangka waktu 5 tahun saja, padahal

Kota Bengkulu merupakan kota kecil dengan jumlah penduduk

±300ribu jiwa dan berstatus ekonomi menengah ke bawah.

Perkembangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

yang cukup pesat ini menjadi tanda tanya bagi penulis. Bagaimana

bisa sebuah lembaga keuangan perbankan berkembang pesat di kota

kecil yang berekonomi lemah? Berdasarkan hasil penelitian penulis

A

iv

ditemukan fakta bahwa nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu cukup loyal dalam menggunakan jasa dan layanan

perbankan. Loyalitas nasabah ini dipengaruhi oleh tujuan atau motif

nasabah, ada yang bermotif agama dan ada pula yang bermotif

ekonomi. Berdasarkan hasil uji statistik dari kedua motif tersebut,

motif agama yang lebih dominan mempengaruhi loyalitas nasabah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu. Hal ini

dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang kental

akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama,

budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap

keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah.

Selama penulisan karya ini, penulis telah didukung oleh

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

berjasa dalam penyelesaian karya ini :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, selaku

Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr. Didin Saepudin, MA, selaku ketua Program

Doktor, dan Dr. J.M. Muslimin, MA, selaku ketua Program

Magister.

2. Prof.

3. tua tercinta, Papanda Sutan Sarimatua Muslim, MM, M.Pd

Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku pembimbing dan promotor

penulis yang telah memberikan arahan dan kritikan dalam

perbaikan dan penyempurnaan penulisan buku ini.

4. Seluruh Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, staf akademik, administrasi, perpustakaan yang

dengan segenap hati melayani dan memfasilitasi penulis.

v

5. Kedua orang dan Mamanda Eviyenti Sari yang tidak pernah

lelah memberi motivasi dukungan, dan lantunan doa dalam

setiap sujud mereka. Kedua adikku tersayang, Mufidah

Almuthmainnah Sari dan Imamul Ihsan Muslim serta seluruh

keluarga besar yang telah menjadi penyemangat penulis.

6. Sahabat terbaik sepanjang masa, Sondang Asih Januarti, S.Pd,

yang jauh dimata dekat dihati. Thanks for everything.

7. Para sahabat, yang telah menghiasi hari-hari penulis di

kampus tercinta, Mitha, Iffa, Tya, Nisa, Zahra, Ayuk Her,

Kak Ita, Albab, Sarah. Teman-teman angkatan 2012 semester

ganjil Siti Suniah, Chairullah, Razes, Udin, Arif, Taqin, Bu

Yuni, Begundal’s serta teman-teman lain yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih, gelak tawa kalian

mengurangi beratnya perjalanan ini. Untuk Ayu, yang telah

berkenan berbagi ilmu, terima kasih sharing-nya.

Akhir kata, semoga karya kecil penulis ini dapat bermanfaat

dalam memperkaya wacana intelektual, khususnya bagi

perkembangan keuangan dan perbankan syariah.

Ciputat, 7 Februari 2017

Ummul Fadhilah Sari

vi

vii

Abstrak

enelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif

dan signifikan antara loyalitas nasabah bank syariah

dengan motif agama maupun motif ekonomi, yang berarti bahwa

semakin tinggi motif agama dan motif ekonomi, maka akan semakin

tinggi pula loyalitas nasabah bank syariah. Motif agama dan motif

ekonomi memberi kontribusi pada loyalitas nasabah bank syariah

sebesar 72,3%. Namun, jika kedua motif tersebut dibandingkan,

maka ditemukan bahwa pengaruh motif agama lebih besar

dibanding pengaruh motif ekonomi.

Penelitian ini diperkuat oleh beberapa penelitian terdahulu

yang juga menyatakan bahwa motif agama lebih berpengaruh

dibanding motif ekonomi seperti penelitian Metawa dan Almossawi

(1998), Nasser, Jamal, dan Al-Khatib (1999), Faisal Saleh (2006),

Amin Kuneifi Elfachmi (2012), serta Saduman Okumus dan Elif

Guneren Genc (2013), yang menyimpulkan bahwa faktor utama

nasabah mempertahankan hubungannya atau tetap loyal pada bank

syariah adalah karena ketaatan mereka terhadap prinsip-prinsip

syariah. Hal ini membuktikan bahwa motif agama merupakan faktor

yang paling berpengaruh terhadap loyalitas nasabah bank syariah.

Ada pula beberapa penelitian terdahulu yang bertentangan

dengan hasil temuan penelitian ini. Peneliti berpendapat bahwa

pengaruh motif ekonomi lebih besar terhadap loyalitas nasabah bank

syariah dibanding motif agama, seperti penelitian Fa>ris Mahmu>d

Abu> Mu’ammar (2005), Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d (2012), Sa>m ‘Abdu Al-

Qa>dir (2012) yang menyimpulkan bahwa transaksi terus menerus

akan dilakukan nasabah dengan bank syariah jika kebutuhan dan

kepuasan nasabah terpenuhi. Kesetiaan (loyalitas) nasabah

P

viii

tergantung pada kualitas layanan dan feedback yang diberikan oleh

pihak perbankan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer.

Objek penelitian ini adalah nasabah Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bengkulu dengan jumlah sampel sebanyak 300 orang

responden. Untuk melengkapi data, peneliti juga melakukan

wawancara langsung dan observasi lapangan pada nasabah Bank

Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. Data sekunder dalam

penelitian ini berupa literatur buku, jurnal, maupun artikel yang

berhubungan dengan pembahasan penulis.

ix

Pedoman Transliterasi

edoman transliterasi Arab - Latin yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ALA–LC ROMANIZATION

TABLES yaitu sebagai berikut :

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization Initial Romanization

f ف z ز B ب

q ق s س T ت

k ك sh ش Th ث

l ل {s ص J ج

m م }d ض }h ح

n ن {t ط Kh خ

h ة ,ه }z ظ D د

w و ‘ ع Dh ذ

y ى gh غ R ر

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah A a

Kasrah I i

P

x

D{ammah U u

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

...ى Fath}ah dan Ya ai a dan i

…و Fath}ah dan Wau au a dan w

Contoh : حسني : H{usain ح ول : H{aul

3. Vokal Panjang (Maddah)

Tanda Nama Gabungan

Huruf Nama

Fath}ah dan alif a> a dan garis di آى

atas

Kasrah dan ya i> i dan garis di ى ى

atas

D{ammah dan ى و

wau

u> u dan garis

diatas

C. Ta>’ Marbu>t}ah (ة) Transliterasi ta’ marbut}ah (ة) di akhir kata bila dimatikan

ditulis dengan huruf ‘h’.

Contoh : مرأة : mar’ah مدرسة : madrasah

Ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang

sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan

sebagainya kecuali dikehendaki lafadz aslinya.

xi

D. Shaddah

Shaddah/tasydi>d ditransliterasi ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah tersebut.

Contoh : ربنا : rabbana شوال : shawwa>l

E. Kata Sandang Alif + La>m

Apabila diikuti oleh huruf qamariyah, maka ditulis dengan

“al”.

Contoh : لمالق : al-Qalam

Apabila diikuti oleh huruf shamsiyah ditulis dengan

menggandeng huruf shamsiyah yang mengikutinya serta

menghilangkan huruf L-nya.

Contoh : الشمس : ash-Shams الناس : an-Na>s

F. Pengecualian Transliterasi

Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan

dalam bahasa Indonesia, seperti هللا, asma>’ al-husna> dan ibn, kecuali

menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan

konsistensi dalam penulisan.

xii

xiii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................ ix

DAFTAR ISI .............................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ...................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Permasalahan ................................................................... 12

1. Identifikasi Masalah ......................................................... 12

2. Pembatasan Masalah ........................................................ 12

3. Perumusan Masalah ......................................................... 13

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................. 13

D. Tujuan Penelitian ............................................................. 20

E. Manfaat Penelitian ........................................................... 21

F. Metodologi Penelitian ...................................................... 21

1. Waktu dan Tempat ........................................................... 21

2. Jenis Penelitian ................................................................ 21

3. Metode Penelitian ............................................................ 22

4. Sumber Data .................................................................... 23

5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 24

6. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ......................... 25

7. Variabel dan Skoring ....................................................... 27

8. Uji Coba Instrumen .......................................................... 29

9. Teknik Analisis Data ....................................................... 30

G. Sistematika Penulisan ...................................................... 30

xiv

BAB II DISKURSUS RELIGIUSITAS, PERILAKU

KONSUMEN DAN LOYALITAS

A. Pengaruh Agama dan Religiusitas terhadap Motif .......... 33

B. Hubungan Motif, Motivasi, Kebutuhan dan Konsumen .. 42

C. Konsep dan Pengukuran Loyalitas Nasabah .................... 56

BAB III MOTIF NASABAH BANK SYARIAH

A. Karakterisitik Nasabah Bank Muamalat Indonesia

cabang Bengkulu .............................................................. 71

B. Profil Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu ........ 81

C. Motif Nasabah Menggunakan Jasa dan Layanan Bank

Muamalat Indonesia cabang Bengkulu ............................ 90

BAB IV PERAN MOTIF TERHADAP LOYALITAS NASABAH

BANK SYARIAH

A. Pengukuran Tingkat Loyalitas Nasabah Bank Muamalat

Indonesia .......................................................................... 144

B. Pengaruh Motif Agama dan Motif Ekonomi terhadap

Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia ................ 158

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 169

B. Saran ................................................................................... 171

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 173

GLOSARIUM .............................................................................. 187

INDEKS ....................................................................................... 189

LAMPIRAN ................................................................................. 191

BIODATA PENULIS................................................................... 227

xv

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Variabel, Indikator dan Skoring ................................... 27 Tabel 1.2 Aturan Skoring ........................................................... 28

Tabel 2.1 Matriks Kesetiaan Pelanggan Dick dan Basu ............. 68

Tabel 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin . 72

Tabel 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .............. 74

Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan .... 75

Tabel 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...... 76

Tabel 3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ............. 77

Tabel 3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang

Pendidikan ........................................................................ 78

Tabel 3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa

Menabung ......................................................................... 79

Tabel 3.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ........... 80

Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi untuk Kontribusi ........................... 162

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................. 164

xvi

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Empat Tahap Pengukuran Loyalitas Nasabah ....... 65

Gambar 3.1 Nilai Motif Agama ................................................. 91

Gambar 3.2 Tingkat Motif Agama ............................................ 93

Gambar 3.3 Menghindari Praktek Riba ..................................... 99

Gambar 3.4 Menerapkan Prinsip Keadilan ................................ 107

Gambar 3.5 Penerapan Nilai-nilai Agama Islam ....................... 113

Gambar 3.6 Nilai Motif Ekonomi .............................................. 117

Gambar 3.7 Tingkat Motif Ekonomi ......................................... 118

Gambar 3.8 Produk yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah ........ 112

Gambar 3.9 Bagi Hasil Lebih Menguntungkan dari Bunga Bank 133

Gambar 3.10 Menghindari Terjadinya Negative Spread ........... 137

Gambar 4.1 Nilai Loyalitas Nasabah ......................................... 146

Gambar 4.2 Tingkat Loyalitas Nasabah .................................... 146

Gambar 4.3 Tingkat Kepuasan Pelanggan ................................. 148

Gambar 4.4 Tingkat Retensi Pelanggan .................................... 151

Gambar 4.5 Tingkat Perpindahan Pelanggan ............................. 153

Gambar 4.6 Tingkat Antusias Pelanggan .................................. 157

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim terbesar di

dunia, dengan jumlah penganut agama Islam sebanyak 207.176.162

orang dari jumlah penduduk 237.641.326 jiwa, dan jika

dipersentasekan sebesar 87,18%.1 Sebagai negara mayoritas Muslim

terbesar, kesadaran masyarakat untuk menjalankan dan mematuhi

syariah Islam semakin meningkat. Penerapan nilai-nilai kesyariahan

dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya pada aspek sosial

masyarakat saja, tapi juga dalam aspek ekonomi dan keuangan. Oleh

karena itu kehadiran lembaga keuangan Islam diperlukan untuk

mendukung kegiatan transaksi ekonomi ummat agar tetap sejalan

dengan syariah Islam.

Banyak macam lembaga keuangan Islam di Indonesia.

Keragaman lembaga keuangan ini berdasarkan kegunaan dan fungsi

masing-masing lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan transaksi ekonomi masyarakat, baik dalam sektor non-

perbankan seperti asuransi syariah dan pegadaian syariah maupun

sektor perbankan. Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

keuangan Islam yang sangat urgen untuk mendukung kegiatan

ekonomi ummat, karena bank syariah merupakan media perantara

dalam transaksi keuangan. Kegiatan perekonomian suatu negara

selalu berkaitan dengan lalu lintas pembayaran uang, dimana

industri perbankan mempunyai peranan yang sangat strategis, yakni

sebagai urat nadi sistem perekonomian. Dengan kata lain, perbankan

1Badan Pusat Statistik (BPS), Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, lihat di

www.sp2010.bps.go.id diakses tanggal 14 Januari 2014.

2 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

syariah mempunyai fungsi sebagai intermediary service, dimana

peran tersebut hanya dilaksanakan jika perbankan beroperasi dalam

keadaan sehat dan dalam lingkungan bisnis yang kondusif. 2

Perkembangan bank syariah di Indonesia saat ini semakin

pesat, didasari oleh meningkatnya kesadaran ummat akan kebutuhan

transaksi yang halal dan terhidar dari praktik riba.3 Daya tarik

perkembangan perbankan syariah pasca dikeluarkannya UU No.10

tahun 1998 menjadi perhatian yang sangat besar bagi masyarakat

Indonesia, sehingga menjadikan Indonesia sebagai the biggest and

the fastest growing Islamic banking market in the world. Banyak

masyarakat Indonesia yang tertarik dan akhirnya menjadi nasabah

bank syariah yang dari tahun ke tahun semakin bertambah, sehingga

2Dita Pertiwi dan Haroni Doli H.Ritonga, “Analisis Minat Menabung

Masyarakat pada Bank Muamalat di Kota Kisaran”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.1 No.1 (Desember, 2012) : 61.

3Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan (az-ziyadah),

berkembang (an-numuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-‘uluw). Dengan

kata lain, riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan, dan pembesaran

atas pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam sebagai

imbalan karena menangguhkan sebagian modalnya selama periode waktu tertentu.

Lihat Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 3, Terj.Soeroyo, (Jakarta :

Dana Bhakti Wakaf, 1996), 83. Menurut Imam Taqiyuddin Abubakar Al-Husaini

mengatakan riba menurut syara’ berarti tambahan pada emas, perak, dan beberapa

makanan. Lihat Al-Imam Taqiyuddin Abubakar Al-Husain, Kifayatul Akhyar ,

Bina Ilmu, Surabaya, 1997, 17. Sedangkan menurut Muhammad Ibnu Abdullah

Ibnu Al-Arabi Al-Maliki dalam kitab Ahkam Al-Quran mengatakan bahwa

tambahan yang termasuk riba adalah tambahan yang diambil tanpa ada suat ’iwad

(penyeimbang atau pengganti) yang dibenarkan syariah. Demikian juga Imam

Sarakhi dalam kitab Al-Mabsut menyebutkan bahwa tambahan yang termasuk riba

adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya ‘iwad yang

dibenarkan dalam syariat atas penambahan tersebut. Sementara Badr Ad-Dien Al-

Yani dalam kitab Umdatul Qari’ mengatakan bahwa tambahan yang termasuk riba

adalah tambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil, lihat Heri

Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta : Penerbit Ekonosia FE UII, 2003), 10. Menurut Sayyid Sabiq dalam

kitab Fikih Sunnah, yang dimaksud riba adalah tambahan atas modal baik

penambahan itu sedikit atau banyak. Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, 1998, 89.

Lihat QS.Al-Baqarah ayat : 275.

Pendahuluan 3

semakin mendukung perkembangan perbankan syariah itu sendiri,4

dan diharapkan akan terus berkembang dengan adanya pembaharuan

undang-undang khusus bank syariah yaitu UU No.21 tahun 2008

tentang perbankan syariah. Namun, untuk menjaga kestabilan

perkembangan bank syariah, diperlukan loyalitas yang tinggi dari

nasabah. Oleh karena itu loyalitas nasabah menjadi sebuah

permasalahan khusus yang memerlukan perhatian lebih.

Loyalitas nasabah bagi bank syariah merupakan salah satu

faktor pendukung yang berperan penting dalam pengembangan dan

keberlangsungan bank syariah. Dengan memiliki nasabah yang

loyal, berarti bank syariah dapat terus menjalankan kegiatan

operasional perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan, dan

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya

loyalitas nasabah, diharapkan juga bank syariah dapat menghadapi

persaingan pangsa pasar yang terus meningkat. Terjadinya era “the

borderless world” (dunia tanpa batas), mau tidak mau, siap tidak

siap, perbankan syariah dihadapkan pada situasi yang tanpa batas

pula, dan harus mampu berkompetisi secara fair dengan perbankan

global. Artinya bank syariah harus siap mendapatkan nasabah yang

loyal dan mempertahankan loyalitas nasabahnya.5

Konsep tentang loyalitas nasabah bukanlah suatu yang baru

dalam dunia bisnis perbankan. Para pelaku bisnis telah lama

menyadari bahwa tanpa adanya nasabah loyal di perusahaan dapat

4Achmad Tavip Junaedi,dkk, “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan,

Keadilan dan Kepuasan Nasabah terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah : Studi

pada Nasabanh Bank Syariah Provinsi Riau”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume

10 Nomor 1 (Maret, 2012) : 162 . 5Maryam Idawati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah

Bank : Studi Kasus pada Business Centre PT.Bank Bali,Tbk”, Tesis Universitas

Indonesia, (Depok : 2001), 8. Lihat juga Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank

Muamalat Indonesia : Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya : Studi Kasus

Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia Cabang Sudirman”, Tesis Universitas

Indonesia, (Depok, 2005), 5.

4 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

menurunkan daya saing di pasaran.6 Fakta tercatat di AS, bahwa

sebuah perusahaan bisa saja kehilangan separuh pelanggannya hanya

dalam waktu lima tahun.7 Padahal untuk membangun loyalitas

pelanggan bukan perkara mudah dan dapat dilakukan dengan cepat

bahkan dalam kurun waktu lima tahun. Mempertahankan pelanggan

terbukti lebih efisien dibanding mencari pelanggan baru, karena

untuk mendapatkan pelanggan baru, berarti perusahaan harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan promosi.8

Keuntungan memiliki nasabah yang loyal juga mengakibatkan

berkurangnya pengaruh serangan dari pihak kompetitor (perusahaan

lain yang sejenis, bergerak dalam bidang yang sama), tidak hanya

kompetisi dalam hal produk saja, tapi juga dalam hal persepsi

(image). Dengan persepsi yang dimiliki nasabah loyal, dapat

menangkal negative word of mouth. Riset yang dilakukan Technical

Assistance Research Program (TARP) menunjukkan bahwa

ketidakpuasan pelanggan berdampak pada beralihnya pelanggan

kepemasok lain, baik untuk produk sejenis maupun produk subtitusi.

Perusahaan yang gagal memuaskan pelanggannya akan menghadapi

masalah yang lebih pelik lagi karena dampak negative word of

mouth. Pelanggan yang puas cenderung lebih loyal, tidak mudah

tergoda untuk beralih kepemasok yang menawarkan harga lebih

murah, dan berpotensi menyebarluaskan pengalaman positifnya

kepada orang lain,9 hal ini berarti terjadi proses promosi secara tidak

6Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-faktor

yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia

Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 5. 7Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect (Boston, Massachusetts, USA :

Harvard Business School Press, Harvard University, 1996), 1. 8Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 349. 9Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 344. Lihat juga Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1 (Jakarta : Erlangga, 2008), 8.

Pendahuluan 5

langsung dari bank syariah. Oleh sebab itu mempertahankan

nasabah yang loyal harus menjadi prioritas bagi bank syariah, karena

mempertahankan nasabah loyal adalah cara yang lebih efesien bagi

pengembangan dan keberlangsungan bank syariah dari pada harus

mencari nasabah baru, walaupun pada kenyataannya

mempertahankan nasabah jauh lebih sulit dari pada mendapatkan

nasabah baru.10

Fakta bahwa menarik pelanggan baru jauh lebih

mahal daripada memper- tahankan pelanggan saat ini (pelanggan

lama) juga menjadi salah satu pemicu meningkatnya perhatian pada

kepuasan pelanggan.11

Mempertahankan loyalitas pelanggan (nasabah) bank syariah

memang tidak mudah, namun untuk mempertahankannya ada

beberapa aspek yang harus diperhatikan, aspek-aspek tersebut antara

lain meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap produk dan jasa

(customer satisfaction), meningkatkan hubungan masa kerja sama

antara pihak bank dengan pelanggan (customer retention),

mencegah terjadinya perpindahan pelanggan keperusahaan pesaing

(migration barrier), dan meningkatkan rasa kepemilikan pelanggan

terhadap perusahaan perbankan (customer enthusiasm).12

Kepuasan pelanggan merupakan aspek penting dalam industri

perbankan syariah, karena dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa

manusia (dalam kasus ini konsumen bank syariah yaitu nasabah)

adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha untuk

10Maryam Idawati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah

Bank : Studi Kasus pada Business Centre PT.Bank Bali,Tbk”, Tesis Universitas

Indonesia, (Depok, 2001), i. 11Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 349. 12Farid Subkhan, Empat Tahap Mengukur Indeks Loyalitas, ditulis tanggal

21 Februari 2012, pukul 11:18 WIB. Lihat www.infobanknews.com/2012/02

/empat-tahap-mengukur-indeks-loyalitas/. Diakses tanggal 3 April 2015 pukul

16.00 WIB. Lihat juga http://www.markplusinc.com/ibla/sample-page/. Diakses

tanggal 1 Juni 2015, pukul 12.00 WIB.

6 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional.13

Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori dan

praktik pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan essensial bagi

aktivitas bisnis. Kepuasan pelanggan berkontribusi pada sejumlah

aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan dan

meningkatnya reputasi perusahaan.14

Perbankan syariah dapat

mengupayakan loyalitas nasabah melalui pembentukan kepuasan

nasabah. Pembentukan kepuasan nasabah dapat dilakukan dengan

cara meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Menambah

variasi produk dan atau memperbaiki sistem pelayanan, semata-

mata dilakukan agar bank selalu dapat memberikan solusi bagi

kebutuhan dan keinginan nasabahnya untuk mencapai kepuasan

pelanggan yang optimal.15

Perbankan syariah yang bergerak

dibidang jasa dan pelayanan, dituntut untuk terus melakukan

perbaikan dalam memberikan layanan terbaik bagi nasabah.

Perbankan syariah harus memberikan pelayanan yang personalized

dan profesional, sehingga kepuasan nasabah dapat dipenuhi, hal ini

diperlukan agar dapat bersaing dengan perbankan konvensional.

Kepuasan nasabah perlu diperhatikan agar perbankan syariah dapat

tetap eksis dan berkompetisi dalam dunia perbankan yang tingkat

persaingannya semakin tinggi. Meningkatkan kualitas layanan

kepada nasabah berarti bank syariah harus dapat memenuhi

keinginan dan harapan nasabah. Pelayanan yang tinggi akan

menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi pula. Nasabah yang

13Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 14Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 348-349. 15Shinta Mustikarini, “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas

terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan Bank : Studi Kasus di Bank BJB”,

Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2012), 5.

Pendahuluan 7

kepuasannya terpenuhi akan menciptakan loyalitas yang tinggi.16

Komitmen loyalitas yang tinggi dapat diupayakan bila nasabah

merasa puas pada satu bank. Nasabah yang puas akan menjadi

nasabah yang loyal, sedangkan nasabah yang tidak puas akan

berpindah pada bank lain.17

Perpindahan pelanggan atau yang biasa disebut dengan istilah

migration barrier juga merupakan salah satu aspek yang harus

diperhatikan dalam loyalitas pelanggan. Tingkat perpindahan

pelanggan harus dapat dikurangi dengan cara menganalisa dan

menemukan penyebab pelanggan beralih ke perusahaan perbankan

lain, sehingga dengan demikian, tingkat perpindahan pelanggan

dapat diminimisasi pada masa yang akan datang.18

Dalam

penelitiannya pada beberapa industri yang dilakukan di Amerika

Serikat, Reichheld dan Sasser menemukan bahwa pengurangan

tingkat perpindahan pelanggan sebesar 50% dapat menaikkan dua

kali lipat pertumbuhan perusahaan. Selain itu, mengurangi

perpindahan pelanggan sebesar 5% bisa menaikkan laba antara 25%-

85% tergantung pada perusahaan masing-masing.19

Mengurangi tingkat perpindahan pelanggan juga dapat

meningkatkan hubungan kerja sama bank dengan pelanggan

(customer retention), sehingga penggunaan ulang produk dan jasa

perbankan syariah akan lebih sering terjadi. Mempertahankan

16Achmad Tavip Junaedi,dkk, “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan,

Keadilan dan Kepuasan Nasabah terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah : Studi

pada Nasabanh Bank Syariah Provinsi Riau”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume

10 Nomor 1(Maret, 2012) : 165. 17Shinta Mustikarini, “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas

terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan Bank : Studi Kasus di Bank BJB”,

Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2012), 3. 18Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian

(Yogyakarta : Penerbit Andi, 2014), 388-389. 19Frederick G.Reichheld and Jr.W.Earl Sasser, Zero Defection : Quality

Comes to Services, Harvard Business Review, Vol.68, No.1(September-October,

1998) : 105-111.

8 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

hubungan kerja sama dengan pelanggan yang sudah ada lebih efektif

dari pada harus mencari pelanggan baru. Menurut penelitian Clancy

dan Shulman, mengutamakan perekrutan pelanggan baru dibanding

mempertahankan pelanggan lama, merupakan tindakan yang keliru

besar, dan berorientasi jangka pendek. Hasil riset mereka

menunjukkan bahwa biaya mempertahankan seorang pelanggan

lama hanya sebesar 25% dari biaya mendapatkan pelanggan baru.

Peluang untuk mempertahankan seorang pelanggan lama lebih dari

60%, sementara probabilitas untuk mendapatkan seorang pelanggan

baru kurang dari 30%.20

Aspek penting lainnya dalam loyalitas pelanggan adalah rasa

kepemilikan pelanggan terhadap perusahaan yang disebut dengan

istilah customer enthusiasm. Pelanggan yang memiliki rasa

kepemilikan yang tinggi, merupakan aset penting bagi perusahaan,

karena dengan rasa kepemilikannya, seorang pelanggan secara tidak

langsung akan menjadi seorang duta besar perusahaan yang

berpotensi menyebarluaskan pengalaman positifnya dan bersedia

mengajak orang lain untuk menjadi pelanggan baru perusahaan

(gethok tular positif atau positive word of mouth). Menurut Murray

dan Raphel pelanggan tipe ini juga berpotensi untuk membeli setiap

produk keluaran terbaru perusahaan tanpa mempertimbangkan

tinggi rendahnya harga produk, karena mereka sudah sepenuhnya

percaya terhadap kualitas produk dan jasa yang ditawarkan

perusahaan.21

Berdasarkan pembahasan diatas diketahui bahwa loyalitas

pelanggan merupakan faktor penting dalam keberlangsungan

20Clancy and Shulman, The Death Wish Paradox, 1994, 104 dalam Fandy

Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian (Yogyakarta :

Penerbit Andi, 2014), 380. 21Murray and Raphel, Word of Mouth, 1995, dalam Fandy Tjiptono,

Pemasaran Jasa, : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian (Yogyakarta : Penerbit Andi,

2014), 381.

Pendahuluan 9

kegiatan operasional sebuah perusahaan (dalam kasus ini perusahaan

perbankan syariah). Loyalitas pelanggan (nasabah) dapat

dipertahankan dengan memperhatikan empat aspek di atas, yaitu

customer satisfaction, customer retention, migration barrier, dan

customer enthusiasm. Namun, untuk menjadi seorang pelanggan

(nasabah) yang loyal tentu ada alasan atau tujuan yang

melatarbelakangi nasabah tersebut sehingga bisa menjadi loyal.

Alasan dan tujuan nasabah ini dapat disebut juga dengan istilah

“motif”. Motif seorang nasabah dalam mengambil keputusan dan

melakukan tindakan didasari oleh tuntutan kebutuhan hidup mereka,

karena memang manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu

berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.22

Motif seorang nasabah dalam memenuhi kebutuhan

ekonominya termasuk dalam kategori perilaku konsumen. Perilaku

konsumen dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan

seseorang dalam mencari, mendapatkan, menggunakan,

mengevaluasi, serta menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan

dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan hidup mereka.23

Perilaku konsumen didasari oleh berbagai tujuan atau motif.

Menurut Loudon dan Bitta, motif seorang konsumen dibagi menjadi

motif fisiologik dan motif psikogenik.24

Motif fisiologik meliputi

pemenuhan kebutuhan biologis individu secara langsung seperti

makanan, air, udara, rumah, pakaian, kesehatan dan seks. Sedangkan

kebutuhan psikogenik menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan

22Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 23Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 4. 24Loudon and Della Bitta, Consumer Behaviour : Concept and Application

(New York : Mcc.Graw Hill, 1995), 123.

10 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

psikologis seperti prestasi, status sosial, kekuasaan, rasa aman, dan

lain-lain.25

Berdasarkan pembagian motif di atas, dapat disimpulkan

bahwa motif seorang nasabah tetap loyal menggunakan bank syariah

juga didasari oleh motif fisiologik dan motif psikogenik. Motif

fisiologik berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi nasabah

atau dapat disebut juga dengan istilah “motif ekonomi”. Sedangkan

motif psikogenik berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan psikologi

nasabah. Salah satu kebutuhan psikologi adalah rasa aman. Sebagai

seorang Muslim, kebutuhan akan rasa aman tidak hanya diartikan

sebagai kebutuhan perlindungan dari serangan atau gangguan orang

lain saja, tetapi juga rasa aman dari murka Allah,swt. Jika Allah,swt

telah murka dan tidak ridho dengan perilaku seseorang, tentunya

kebutuhan rasa aman tidak akan terpenuhi, karena sudah pasti tidak

akan ada ketenangan dan ketentraman jiwa. Untuk menghindari

murka dan mendapatkan ridho Allah, seorang Muslim harus

berperilaku sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam. Perilaku

seseorang dengan tujuan untuk menghindari murka dan

mendapatkan ridho Allah ini dapat disebut dengan istilah “motif

agama”.

Penerapan nilai-nilai Islam harus tercermin dalam kehidupan

sehari-hari, termasuk dalam kehidupan bermuamalah. Salah satu

contoh kegiatan muamalah adalah transaksi perbankan. Dalam

melakukan transaksi perbankan seorang nasabah Muslim harus

memilih sistem perbankan yang sesuai dengan syariah Islam, seperti

sistem bagi hasil yang diterapkan dibank syariah. Penerapan sistem

bagi hasil ini dimaksudkan untuk menghidari praktik riba yang

terdapat dalam sistem bunga di bank konvensional. Konsep bagi

25Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31-32. Lihat juga Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor :

Ghalia Indonesia, 2011), 26.

Pendahuluan 11

hasil yang digunakan sebagai landasan dasar kegiatan operasional

bank syariah sejalan dengan ajaran Islam yang mengharamkan

praktik riba, hal ini bertolak belakang dengan konsep bunga yang

digunakan bank konvensional yang sama saja dengan riba. Islam

melarang penerapan praktik riba karena jelas riba membawa

kemud}aratan bagi umat. Perbankan konvensional dengan sistem

bunganya terbukti gagal membawa perekonomian Indonesia kearah

yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya efek negatif

yang timbul akibat sistem bunga yang diterapkan pada bank

konvensional terhadap inflasi, investasi, produksi, pengangguran,

dan kemiskinan hingga memporak-porandakan hampir semua aspek

sendi kehidupan ekonomi dan sosial politik.26

Berdasarkan

pemikiran dan kepercayaan inilah nasabah bank syariah yang

mayoritas muslim diharapkan akan tetap loyal terhadap perbankan

syariah, karena membangun kepercayaan pelanggan (nasabah)

merupakan langkah penting dalam memperkuat pertahanan terhadap

pergeseran pelanggan (nasabah).27

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin menganalisis apakah

kedua motif (motif ekonomi dan motif agama) tersebut berpengaruh

terhadap loyalitas nasabah bank syariah dan ingin membandingkan

manakah di antara kedua motif tersebut yang paling dominan

mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah, apakah karena tujuan

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (motif ekonomi) atau karena

tujuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis yaitu ketaatan

beragama (motif agama) yang menjadi alasan utama nasabah

menggunakan jasa bank syariah dan loyal terhadap suatu bank

syariah.

26Machmud dan Amir Rukmana, Bank Syariah : Teori, Kebijakan dan Studi

Empiris di Indonesia (Jakarta : Gramata Publishing, 2010), 6. 27Jill Griffin, Taming the Search and Switch Customer : Earning Customer

Loyalty in a Compulsion to Compare World, 1st edition (San Francisco, USA :

Jossey Bass Publishing, 2009), 153.

12 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka

permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana peran loyalitas nasabah dalam mempertahankan

keberlangsungan kegiatan operasional sebuah perusahaan?

b. Apakah kinerja perusahaan perbankan syariah juga

berpengaruh terhadap loyalitas nasabah?

c. Bagaimana strategi mempertahankan loyalitas nasabah?

d. Apa kendala bank syariah dalam mempertahankan loyalitas

nasabah?

e. Bagaimana cara menarik minat nasabah yang tidak loyal?

f. Apakah seorang nasabah yang menggunakan produk dan jasa

layanan bank syariah memiliki motif tertentu?

g. Apakah dalam diri setiap nasabah bank syariah memiliki

motif agama saja atau motif ekonomi saja, atau keduanya?

h. Apakah ada pengaruh antara motif agama dan motif ekonomi

dalam penggunaan jasa dan layanan terhadap loyalitas

nasabah di bank syariah?

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, maka

dibuat batasan-batasan masalah sebagai berikut:

a. Objek penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang

Bengkulu yang beralamat di Jl.S.Parman, Padang Jati, Kota

Bengkulu.

b. Koresponden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank

Muamalat Indonesia cabang Bengkulu.

c. Fokus permasalahan yang diteliti adalah loyalitas nasabah

Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu, dan motif apa

Pendahuluan 13

yang paling dominan mempengaruhi loyalitas nasabah antara

motif agama atau motif ekonomi.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi dan pembatasan masalah di

atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

a. Apakah motif agama dan motif ekonomi seorang nasabah

dapat mempengaruhi loyalitasnya dalam menggunakan jasa

dan layanan perbankan di bank syariah?

b. Manakah di antara kedua motif tersebut (motif agama atau

motif ekonomi) yang lebih dominan mempengaruhi loyalitas

nasabah di bank syariah?

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dari paparan mengenai penelitian yang pernah di tulis dengan

tema yang senada maka dapat disimpulkan bahwa posisi penelitian

ini memiliki perbedaan yang signifikan dengan penelitian-penelitian

terdahulu. Penelitian ini merupakan studi perbandingan antara dua

motif yang dianggap dapat mempengaruhi loyalitas nasabah bank

syariah yaitu motif agama dan motif ekonomi.

Penelitian yang dilakukan Metawa dan Almossawi,

menyatakan bahwa faktor utama nasabah mempertahankan

hubungannya atau tetap loyal pada bank syariah adalah ketaatan

mereka terhadap prinsip syariah. Mereka melakukan studi yang

dirancang untuk menyelidiki perilaku nasabah bank syariah di

negara bagian Bahrain. Sampel penelitian terdiri dari 300 pelanggan.

Sebuah analisis profil yang komprehensif dan serangkaian tes chi-

square dilakukan untuk mengungkapkan karakteristik nasabah.

Responden yang diteliti mayoritas nasabah yang berpendidikan

sekitar 80%, berumur antara 25-50 tahun, lebih dari 50% dari

nasabah yang disurvei telah mempertahankan hubungan perbankan

mereka saat ini dengan bank syariah selama lebih dari enam tahun,

14 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

penggunaan produk yang cukup tinggi oleh nasabah untuk rekening

tabungan, giro, rekening investasi dan anjungan tunai mandiri.

Produk atau jasa perbankan yang paling memuaskan nasabah adalah

rekening investasi, mendapat skor kepuasan tertinggi. Sedangkan

untuk survei alasan nasabah dalam pemilihan bank adalah kepatuhan

terhadap prinsip-prinsip Islam, diikuti dengan tingkat pengembalian

keuntungan (pendapatan).28

Penelitian Nasser, Jamal, dan Al-Khatib yang menilai tingkat

kesadaran dan kepuasan pelanggan terhadap bank Islam di Yordania.

Sampel 206 responden mengambil bagian dalam penelitian ini.

Tanggapan responden mengungkapkan bahwa mereka memilih bank

syariah karena mereka puas dengan banyaknya fasilitas dan produk

bank syariah, walaupun sebagian responden juga mengaku tidak

puas dengan pelayan bank syariah, tapi hal itu justru membuktikan

bahwa nasabah yang tidak puas tersebut tetap memilih bank syariah

karena kepatuhan mereka terhadap syariat Islam.29

Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Saleh dalam Tesis yang

berjudul “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-

faktor yang mempengaruhinya” (Studi Kasus Bank Muamalat

Indonesia cabang Sudirman). Dari hasil penelitian Faisal Saleh

disimpulkan bahwa faktor yang paling signifikan mempengaruhi

loyalitas nasabah BMI cabang Sudirman adalah faktor syariah.

Faktor syariah merupakan variabel independen yang memiliki

kolerasi paling berpengaruh dibanding faktor lainnya. Faisal Saleh

membandingkan 10 variabel independen yang dianggap dapat

mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah, antara lain, faktor

28Saad.A.Metawa and Mohammed Almossawi, “Banking Behavior of

Islamic Bank Customers : Perspective and Implication”, International Journal of Bank Marketing Vol.16 No.7 (1998) : 299-313.

29Kamal Naser, Ahmad Jamal, Khalid Al-Khatib, “Islamic Banking : A

Study of Customer Satisfaction and Preference in Jordan”, International Journal of Bank Marketing Vol.17 No.2 & 3 (1999) : 135-151.

Pendahuluan 15

syariah yang merupakan landasan dasar prinsip operasional bank

syariah, konsep marketing mix 4P dan 7P (Product, Price, Place,

Promotion, People, Process, Physical Evidence), dan konsep loyalty

based cycle of growth yang mengungkapkan 2 faktor lain yang

mempengaruhi loyalitas nasabah yaitu loyalitas karyawan dan

loyalitas investor. Dari seluruh faktor yang dibandingkan yang

memiliki kolerasi signifikan pada level 0,01 secara berurutan adalah

faktor syariah sebesar (0,352), promosi (0,343), proses (0,317),

produk (0,308), SDM (0,268) dan harga (0,232). Sedangkan yang

signifikan pada level 0,05 adalah loyalitas karyawan (0,191), fisik

(0,189) dan lokasi (0,172). Semua variabel tersebut bertanda positif

yang menunjukkan bahwa semakin tinggi/meningkatnya variabel-

variabel tersebut, maka akan tinggi juga loyalitas nasabah.

Sedangkan variabel loyalitas investor menunjukkan kolerasi yang

tidak signifikan dengan loyalitas nasabah. 30

Hal ini berarti faktor

yang paling berpengaruh terhadap loyalitas nasabah BMI cabang

Sudirman adalah tingkat religiusitas (religious motive) yang

ditunjukkan dengan ketaatan mereka (nasabah) terhadap syariah

(hukum Islam).

Penelitian Faisal Saleh ini didukung oleh penelitian Amin

Kuneifi Elfachmi dalam Disertasi yang berjudul “Analisis Pengaruh

Latar Belakang Religiusitas, Tingkat Sosial Ekonomi dan

Rasionalitas terhadap Kepuasan serta Loyalitas Nasabah BNI

Syariah Cabang Malang”, yang menyatakan bahwa faktor utama

nasabah mempertahankan hubungannya atau tetap loyal pada bank

syari'ah adalah ketaatan mereka terhadap prinsip-prinsip syari'ah.

Nasabah memutuskan untuk tetap mempertahankan bank syari'ah

berkaitan dengan masalah keimanan dan keyakinan terhadap

pengharaman riba bagi umat Islam. Hal ini didasari oleh faktor

30Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-

faktor yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia

Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 119.

16 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

agamis yang ada pada diri nasabah yaitu adanya pemahaman

terhadap agama yang dianut; merasa yakin bahwa yang dilakukan

tidak bertentangan dengan agama atau sesuai dengan perintah

agama; memahami bahwa menabung diperbankan syari'ah

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kesenjangan

ekonomi dimasyarakat. Nasabah yang memilih bank syari'ah adalah

keuntungan emosional (emotional benefit). Hasil penelitian

menunjukkan religiusitas, tingkat sosial ekonomi dan rasionalitas

berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas nasabah. Temuan ini

menunjukkan bahwa secara empiris kepuasan dan loyalitas nasabah

menggunakan jasa Bank Syari'ah di Indonesia ditentukan oleh

variabel religiusitas, tingkat sosial ekonomi dan rasionalitas

nasabah.31

Selain itu, penelitian lain yang mendukung Faisal Saleh

adalah penelitian Saduman Okumus dan Elif Guneren Genc yang

berjudul “Interest Free Banking in Turkey : A Study of Costumer

Satisfaction and Bank Selection” membuktikan bahwa berdasarkan

hasil sampel dari 281 responden, sebagian besar responden

menyatakan keyakinan agama sebagai faktor utama yang paling

penting dalam memilih jasa perbankan yang digunakan. Penelitian

ini juga bertujuan untuk mengetahui kesadaran nasabah terhadap

produk dan layanan bebas bunga dan menentukan kriteria dalam

memilih bank serta kepuasan nasabah terhadap produk dan jasa

keuangan. Berdasarkan temuan empiris penelitian ini juga

menyatakan bahwa rendahnya tingkat kepuasan nasabah

dikarenakan terbatasnya jumlah cabang, kurangnya ketersediaan

31Amin Kuneifi Elfachmi, “Analisis Pengaruh Latar Belakang Religiusitas,

Tingkat Sosial Ekonomi dan Rasionalitas terhadap Kepuasan serta Loyalitas

Nasabah BNI Syariah Cabang Malang”, Disertasi, Program Studi Pendidikan

Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, (Malang, 2012), i.

Pendahuluan 17

berbagai kredit dengan syarat yang menguntungkan dan komisi

layanan administrasi yang tinggi.32

Sedangkan dalam penelitian Samsudin yang berjudul

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah

untuk Menggunakan Jasa Bank Syariah Mandiri” (Studi Kasus pada

nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Thamrin) mengungkapkan

bahwa, faktor dominan yang mempengaruhi nasabah untuk

menggunakan jasa Bank Syariah Mandiri adalah faktor fasilitas dan

pelayanan yang terdiri dari 5 atribut faktor, yaitu faktor fasilitas

banyaknya cabang BSM diberbagai daerah, faktor fasilitas

banyaknya jaringan ATM BSM, faktor fasilitas sarana pelayanan

transaksi perbankan yang lengkap, faktor pelayanan yang cepat dari

karyawan/karyawati BSM dan faktor pelayanan yang ramah dari

karyawan/karyawati BSM. Faktor syariah ternyata bukan

merupakan faktor dominan yang mempengaruhi nasabah untuk

menggunakan jasa BSM sebagaimana dugaan awal (hipotesis)

Samsudin. Selain itu, Samsudin juga mengungkapkan adanya faktor

lain yang mempengaruhi keputusan nasabah menggunakan jasa

BSM yaitu karekteristik nasabah yang berhubungan dengan agama,

umur, pendidikan, pekerjaan, dan jenis kelamin.33

Hal ini berarti

menyatakan bahwa, kepuasan nasabah (motif ekonomi) lebih

dominan mempengaruhi loyalitas nasabah Bank Syariah Mandiri

cabang Thamrin dibandingkan ketaatan mereka akan nilai-nilai

kesyariahan yang terdapat pada bank syariah (motif agama).

Penelitian yang dilakukan Samsudin ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Fa>ris Mahmu>d Abu> Mu’ammar, yang

32Saduman Okumus dan Elif Guneren Genc, ”Interest Free Banking In

Turkey : A Study Of Customer Satisfaction and Bank Selection”, European Scientific Journal, Vol.9, No.16 (June 2013) : 144.

33Samsudin, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Nasabah untuk Menggunakan Jasa Bank Syariah Mandiri : Studi Kasus pada

nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Thamrin”, Tesis Universitas Indonesia,

(Depok, 2004), 156.

18 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

mengatakan dalam karya tulisnya, yang berjudul Qiya>s al-Khidmah

al-Mas}rafi@yah fi@ al-Bunu>ki al-‘A@milah fi@ Qat}a>’I Ghazah,

menyatakan bahwa memahami harapan nasabah adalah sangat

penting untuk memberikan kualitas layanan perbankan yang lebih

baik untuk mencapai kepuasan nasabah. Pengukuran kualitas

layanan dan persepsi nasabah dari layanan ini dianggap sebagai

pendekatan utama untuk pengembangan dan peningkatan kualitas

layanan perbankan. Temuan ini juga menunjukkan hubungan yang

signifikan antara kepuasan nasabah dan kualitas layanan yang

disediakan. Selain itu, transaksi terus menerus akan dilakukan

nasabah dengan bank dan kesetiaan (loyalitas) mereka tergantung

pada kualitas layanan yang disediakan bank.34

Selain itu penelitian Samsudin juga didukung penelitian

Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d, yang berjudul Qiya>s Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an

Jawdah al-Khidma>t al-Mas}rafi@yah al-Isla>mi@yah (Dira>sah

Mayda>ni@yah ‘ala Bank Su>ri@yah al-Dawli@ al-Isla>mi), yang

menyatakan bahwa mempersempit kesenjangan antara harapan

nasabah dan tingkat kualitas layanan perbankan dapat memenuhi

kepuasan nasabah. Karena ketidakpuasan nasabah terhadap beberapa

layanan bank syariah akan berdampak terhadap loyalitas nasabah

yang mengakibatkan perpindahan nasabah ke bank lain.35

Hasil serupa diperoleh Sa>m ‘Abdu Al-Qa>dir, dalam penelitian

yang berjudul Al-‘Awa>mil Al-Mu’athirah fi@ Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an

Khidma>ti al-Mas}a>rif al-Isla>mi@yah fi@ Falist}i@n, yang menyatakan

bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari dimensi layanan

perbankan syariah yang berkualitas terhadap variabel kepuasan

34Fa>ris Mahmu>d Abu> Mu’ammar, “Qiya>s al-Khidmah al-Mas}rafi@yah fi@ al-

Bunu>ki al-‘A@milah fi@ Qat}a>’I Ghazah”, Majallah al-Ja>mi’ah al-Isla>mi@yah, silsilah al-Dira>sa>t al-Insa>ni@yah, al-Majallad 13, al-‘Adad 1, (Yu>niyu> 2005) : 77.

35Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d, “Qiya>s Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an Jawdah al-Khidma>t al-

Mas}rafi@yah al-Isla>mi@yah : Dira>sah Mayda>ni@yah ‘ala Bank Su>ri@yah al-Dawli@ al-

Isla>mi@”, Majallah Ja>mi’ah Damishqa lil’Ulu>m al-Iqtis}a>di@yah wal Qa>nu>ni>yah, al-

Mujallad 28, al-‘Adad 2, (2012)} : 551.

Pendahuluan 19

nasabah dibeberapa bank syariah di Palestina. Setelah meneliti

beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah (masing-

masing secara terpisah), hasilnya menunjukkan pengaruh yang

paling signifikan secara statistik adalah kuliatas layanan perbankan,

dibanding dari variabel independen lain yaitu kepercayaan dan citra

bank syariah.36

Lain halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Maryam Idawati dalam Tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Loyalitas Nasabah Bank” (Studi Kasus pada

Business Centre PT.Bank Bali,Tbk) menyatakan bahwa faktor yang

paling mempengaruhi loyalitas nasabah bank adalah faktor loyalitas

karyawan dan loyalitas pemilik yang merupakan konsep “Loyalty

Based Cycle of Growth”, dan faktor promosi dalam konsep

Marketing Mix (Bauran Pemasaran). Maryam Idawati

membandingkan sembilan variabel bebas yang dianggap dapat

mempengaruhi loyalitas nasabah, antara lain 2 faktor dalam konsep

Loyalty Based Cycle of Growth yaitu loyalitas karyawan dan

loyalitas pemilik serta konsep Marketing Mix 4P dan 7P (Product,

Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence). Hasil

penelitian Maryam Idawati menyatakan hanya satu faktor saja

dalam konsep Marketing Mix yang berpengaruh secara kuat

(signifikan pada level 0,01) terhadap loyalitas nasabah yaitu faktor

promosi.37

Sedangkan dalam Tesis Shinta Mustikarini yang berjudul

“Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas terhadap Merek

Melalui Kepuasan Layanan Bank” (Studi Kasus di Bank BJB)

36Sa>m ‘Abdu Al-Qa>dir, “Al-‘Awa>mil Al-Mu’athirah fi@ Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an

Khidma>ti al-Mas}a>rif al-Isla>mi@yah fi@ Falist}i@n”, Majallah al-Urduni@yah fi@ al-‘A’ma>l, al-Mujallad 8, al-‘Adad 2, (2012)} : 236.

37Maryam Idawati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah

Bank : Studi Kasus pada Business Centre PT.Bank Bali,Tbk”, Tesis Universitas

Indonesia, (Depok, 2001), 130.

20 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

membuktikan bahwa yang membentuk loyalitas terhadap bank

adalah kepuasan nasabah melalui beberapa atribut antara lain, 1)

atribut yang berhubungan dengan produk seperti ; tingkat suku

bunga, produk yang sesuai kebutuhan nasabah, hadiah langsung,

teknologi tinggi, 2) atribut yang berhubungan dengan pelayanan

seperti ; pelayanan yang cepat dan akurat, fasilitas pendukung

(ATM, lokasi bank, kebersihan), biaya administrasi yang murah,

persyaratan yang mudah 3) atribut yang berhubungan dengan

pembelian seperti ; rekomendasi dari orang yang dikenal, tingkat

suku bunga tinggi, tenaga pemasar (personal selling), kredibilitas

bank yang bersangkutan.38

Dari paparan beberapa penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya dengan tema yang serupa maka dapat disimpulkan

bahwa, posisi penelitian ini memiliki perbedaan yang signifikan

dengan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini

menitikberatkan pada analisa besar pengaruh motif seorang nasabah

terhadap loyalitasnya menggunakan bank syariah dan perbandingan

antara dua motif (motif agama dan motif ekonomi) yang dianggap

dapat mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis motif agama dan motif ekonomi nasabah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam

menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah.

b. Untuk mengukur besar pengaruh motif agama dan motif

ekonomi terhadap loyalitas nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu.

38Shinta Mustikarini, “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas

terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan Bank : Studi Kasus di Bank BJB”,

Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2012), 97-104.

Pendahuluan 21

c. Untuk membandingkan kedua motif tersebut (motif agama

dan motif ekonomi) yang paling dominan mempengaruhi

loyalitas nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu.

E. Manfaat atau Signifikansi Penelitian

Penelitian ini memiliki signifikansi dan manfaat antara lain

sebagai berikut :

1. Secara teoritis penelitian ini sebagai kontribusi atau

sumbangsih untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam

bidang Ekonomi Islam khususnya keuangan dan perbankan

syariah.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan

atau bahan pertimbangan bagi praktisi ekonomi syariah dan

para akedemisi dalam menyikapi permasalahan yang ada di

masyarakat terutama dalam perkara perbankan syariah.

F. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Bank Muamalat Indonesia cabang

Bengkulu yang beralamat di Jl.S.Parman, Padang Jati, Kota

Bengkulu. Penelitian ini penulis laksanakan pada bulan Juni sampai

dengan bulan Agustus tahun 2014, dilanjutkan pada bulan Januari

sampai dengan Maret tahun 2015.

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah Field

Reseach (Penelitian Lapangan) yaitu penelitian dengan cara

melakukan pengamatan langsung akan pengaruh motif agama dan

motif ekonomi terhadap loyalitas nasabah Bank Muamalat

Indonesia cabang Bengkulu yang akan diolah dengan metode

kuantitatif berdasarkan perolehan angket dari para responden.

22 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Penelitian ini termasuk jenis penelitian gabungan, dari kuantitatif

dan kualitatif. Penelitian kuantitatif memiliki variabel-variabel yang

telah ditetapkan kemudian diberikan penjelasan teoritis dan dibuat

rumusan hipotesis yang harus dibuktikan (empiris). Melalui proses

inilah kesimpulan dapat dihasilkan. Penelitian kuantitatif sangat

tinggi tingkat kepastian atau akurasinya.39

Sedangkan penelitian

kualitatif adalah penelitian secara natural atau alamiah, mendekati

objdek penelitian dengan pikiran yang murni (grounded) dan

interpretasinya dipengaruhi oleh peristiwa nyata. Penelitian ini

dapat mengungkapkan keunikan dari setiap individu, kelompok,

masyarakat, maupun organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-

hari secara konprehensif dan terperinci.40

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu dengan cara

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan angket

sebagai instrumen pengumpul data primer.41

Tujuan dari metode

survei adalah untuk membedah dan menguliti masalah-masalah

sehingga menemukan pembenaran terhadap keadaan dan kegiatan

yang sedang berlangsung.42

Penelitian survei dilakukan dengan

menggunakan data sampel. Sampel yang diambil diharapakan dapat

mewakili maupun menggambarkan situasi dan keadaan dari

populasi. Oleh sebab itu, hendaknya sampel yang diambil

merupakan sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian yang

39Nusa Putra, Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi (Jakarta : Penerbit

Indeks, 2011), 17. 40Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rineka

Cipta, 2008), 21-23. 41Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta

: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), h.3. 42Moh.Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), 56.

Pendahuluan 23

didapatkan akan lebih akurat.43

Penelitian survei dengan

menggunakan instrumen angket (questionnary) memiliki beberapa

keunggulan, seperti daftar pertanyaan responden dapat disusun

sesuai dengan kebutuhan penelitian, serta data yang terkumpul

dapat diperiksa kembali apakah sudah memenuhi syarat untuk

diolah atau belum layak.44

Selain menggunakan metode penelitian

survei, penelitian ini juga menggunakan Case method. Tujuan

penggunaan Case method adalah untuk memahami karakteristik

individu dan lembaga tertentu secara mendalam.45

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berbagai

atas dua macam, antara lain :

a. Data Primer

Data primer yang peneliti kelola merupakan hasil perolehan

data dari penyebaran angket atau kuesioner yang diisi

langsung oleh nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang

Bengkulu yang menjadi responden penelitian. Selain itu,

perolehan data juga berasal dari hasil wawancara penulis

terhadap nasabah Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu

secara langsung dari lokasi penelitian.

b. Data Sekunder

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder berupa buku-

buku rujukan tentang perbankan syariah dan buku manajemen

pemasaran yang berkenaan dengan teori loyalitas pelanggan

43Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS

(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 15-16. 44Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam

(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 80. 45Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rineka

Cipta, 2008), 52-54.

24 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

serta buku perilaku konsumen yang berkaitan dengan teori

motif dan motivasi. Data dalam penelitian ini juga ditunjang

dengan artikel dan karya ilmiah, jurnal lokal dan

internasional, data internet, maupun sumber-sumber data

lainnya yang berhubungan dan dapat menunjang penelitian

ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan

penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan (Observation)

Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung bagaimana

perilaku nasabah bank syariah pada lembaga perbankan

syariah terkait yaitu Bank Muamalat Indonesia Cabang

Bengkulu, lokasi dilaksanakannya penelitian.

b. Angket (Questionnary)

Penelitian ini memperoleh data dari hasil pengisian angket

tentang motif agama, motif ekonomi dan loyalitas nasabah

yang dilakukan langsung oleh nasabah responden Bank

Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. Angket atau

kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan

menggunakan pernyataan atau pertanyaan tertulis untuk

memperoleh informasi dari responden.46

Pada penelitian

survei, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok

untuk pengumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner

adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan

46Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam

(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 79.

Pendahuluan 25

tujuan survei dan memperoleh informasi dengan reliabilitas

dan validitas setinggi mungkin.47

c. Wawancara (Interview)

Sebagai pelengkap untuk memperoleh data maka penulis

melakukan wawancara tentang tujuan menggunakan produk

dan jasa layanan Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu

dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.

Wawancara adalah instrumen yang baik untuk meneliti

tentang bagaimana pendapat, keyakinan, motivasi, perasaan,

dan proyeksi seseorang terhadap masa yang akan datang.48

Wawancara juga merupakan salah satu bagian terpenting dari

setiap survei. Tanpa adanya wawancara, peneliti akan

kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan

bertanya langsung kepada responden. Data seperti ini

merupakan data pokok dalam suatu penelitian survei.49

d. Dokumentasi (Documentation)

Penulis juga mengumpulkan data-data statistik, arsip-arsip,

modul, artikel, dan buku-buku maupun karya ilmiah lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini.

6. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

47Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta

: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 175. 48Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam

(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 83.

49Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta

: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 192.

26 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Populasi merupakan sekelompok objek yang dijadikan sasaran

penelitian.50

Populasi juga dapat diartikan dengan sekelompok

orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai

karakteristik tertentu.51

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu

yang beralamat di Jl.S.Parman, Padang Jati, Kota Bengkulu.

Populasi diambil dari jumlah nasabah BMI Cabang Bengkulu

dari tahun 2003-2014 sebanyak 51.000 orang.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil berdasarkan suatu teknik tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya.52

Jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 300 responden nasabah

Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. Sampel diambil

berdasarkan teori Isaac dan Michael tergantung pada tingkat

kesalahannya 1%, 5%, atau 10%.53

Penelitian ini dilakukan

dengan tingkat kesalahan 10%.

c. Teknik Sampling

Sampling merupakan sebuah prosedur atau cara untuk

memilih sampel dari sebuah unit yang ada dalam populasi.54

50M.Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,

Ekonomi, Kebijakan Publik, serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana,

2008), 141. 51Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS

(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 63. 52Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam

(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 113. 53Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung :

Alfabeta, 2006), 96-98. 54Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS

(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 63.

Pendahuluan 27

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan

pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.55

Persyaratan responden dalam penelitian ini yaitu, seorang

Muslim, berusia min.20 tahun, saldo tabungan min Rp

1.000.000,- masa menabung min.1 tahun.

7. Variabel dan Skoring

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Variabel

Variabel Indikator Butir Jumlah

(X1)

Motif

Agama

1. Menghindari riba

2. Berlandaskan prinsip

keadilan

3. Penerapan nilai-nilai

Islam

1, 2, 3, 4,

5, 6, 7, 8,

9, 10, 11,

12, 13,

14, 15

15

(X2)

Motif

Ekonomi

1. Produk dan jasa yang

dapat memenuhi

kebutuhan nasabah

2. Persentase nisbah bagi

hasil lebih besar dari pada

bunga bank

3. Lebih aman dari krisis

ekonomi global

16, 17, 18,

19, 20, 21,

22, 23, 24,

25, 26, 27,

28, 29, 30

15

55Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta

: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 169.

28 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

(Y)

Loyalitas

Nasabah

1. Kepuasan nasabah

2. Retensi nasabah

3. Perpindahan nasabah

4. Antusias nasabah

31, 32, 33, 34,

35, 36,

37, 38, 39, 40,

41, 42,

43, 44, 45, 46

16

T o t a l 46

Cara yang paling sering digunakan dalam menentukan skor

adalah dengan menggunakan skala Likert.56 Skala ini dikembangkan

oleh Rensis Likert, dengan meminta responden untuk menunjukkan

sikapnya terhadap pernyataan tentang suatu objek.57

Jarak responsi

yang lebih besar membuat skala Likert memberikan keterangan

yang lebih nyata dan jelas tentang sikap responden.58

Tabel 1.2 Aturan Skoring

Pernyataan Pilihan Jawaban

TP JR KK SR SL

Positif 1 2 3 4 5

Negatif 5 4 3 2 1

Keterangan :

TP = Tidak Pernah SR = Sering

JR = Jarang SL = Selalu

KK = Kadang-kadang

56Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta

: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 111. 57Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS

(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 78. 58Moh.Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), 340.

Pendahuluan 29

8. Uji Coba Instrumen

Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat mengukur

suatu objek penelitian dengan seakurat mungkin.59

Untuk itu,

diperlukan dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum instrumen

tersebut digunakan.

a. Uji Validitas

Tujuan dari dilakukannya uji validitas adalah untuk

menunjukkan sejauh mana suatu instrumen/kuesioner dapat

mengukur apa yang ingin diukur.60

Jadi, uji validitas

menunjuk kepada ketepatan dan kecermatan instrumen dalam

menjalankan fungsi pengukurannya.61

b. Uji Reliabilitas

Tujuan dari dilakukannya uji reliabilitas adalah untuk

mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten

apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

pula.62

Menurut Kaplan dan Saccuzzo (1993) koefisien

reliabilitas Alpha Cronbach yang besarnya antara 0,70 – 0,80

dianggap baik untuk digunakan.63

59Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS

(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 45. 60Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta

: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 124. 61Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS

(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 57. 62Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif : Dilengkapi dengan

Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta : Kencana, 2014), 55. 63Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS

(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 56.

30 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

9. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Interpretasi

dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan kesimpulan

peneliti lain dan menghubungkan kembali hasilnya dengan teori.89

a. Analisis Data Kuantitatif

1) Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah syarat uji statistik yang harus

dilakukan sebelum melakukan regresi linier berganda.

Dalam uji asumsi klasik, yang perlu dilakukan antara lain

uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokolerasi uji

heterokedasitas dan uji linieritas.

2) Uji Regresi Linier Berganda

Uji regresi linier berganda dilakukan jika terdapat

beberapa variabel independen (variabel bebas) yang

mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat). Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel independen, yaitu X1

Motif Agama dan X2 Motif Ekonomi.

b. Analisis Data Kualitatif

Data-data yang telah terkumpul dan diolah secara kuantitatif

selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan metode

kualitatif kemudian disimpulkan secara deduktif, yaitu

menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum ke

khusus. Sehingga pemahaman hasil penelitian dapat dengan

mudah dimengerti dan dipahami.

G. Sistematika Penulisan

Tesis ini dipaparkan dalam lima bab dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

Pendahuluan 31

BAB I: Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan

masalah, studi terdahulu yang relevan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: Merupakan landasan teori tentang loyalitas,

religiusitas dan perilaku konsumen, yang membahas hubungan

antara religiusitas dan pengaruhnya terhadap motif seseorang,

membahas hubungan antara perilaku konsumen, kebutuhan dan

motif, serta pemaparan tentang konsep loyalitas.

BAB III: Merupakan hasil analisis data tentang motif nasabah

menggunakan produk dan jasa layanan Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bengkulu, yang terbagi dalam dua kategori yaitu motif

agama dan motif ekonomi. Pembahasan motif agama mencakup

tentang menghindari larangan riba, konsep keadilan, dan penerapan

nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IV: Merupakan hasil analisis data loyalitas nasabah

Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu, yang memaparkan

tentang tolak ukur seorang nasabah dapat dikategorikan loyal,

antara lain pengukuran kepuasan nasabah, retensi nasabah,

perpindahan nasabah, dan antusias nasabah.

BAB V : Merupakan bagian akhir atau penutup dari penelitian

ini yang meliputi kesimpulan dan saran.

32 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

33

BAB II

Diskursus Religiusitas,

Perilaku Konsumen dan Loyalitas

ada bab ini akan dipaparkan teori-teori, tolak ukur, dan

parameter tentang religiusitas, perilaku konsumen dan

konsep loyalitas. Pemaparan teori tentang religiusitas dalam

penelitian ini dimaksudkan sebagai landasan dasar munculnya motif

agama seseorang. Penulis melihat adanya indikasi hubungan antara

tingkat religiusitas dengan motif agama seseorang. Dengan tingkat

religiusitas yang tinggi, akan mempengaruhi pola pikir, keputusan

dan tindakan setiap individu. Seseorang yang religius akan memiliki

tujuan dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan agama

yang dianutnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang erat antara tingkat religiusitas dengan motif agama seseorang.

Sedangkan teori perilaku konsumen dibahas dan dipaparkan pada

bab ini dikarenakan motif ekonomi seseorang didasari karena

perilakunya sebagai seorang konsumen atau pelaku kegiatan

ekonomi, yang dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa setiap

individu atau pelaku ekonomi akan berusaha untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dalam menjalankan kegiatan perekonomian.

Konsep tentang loyalitas juga dipaparkan dalam bab ini dikarenakan

sebagai landasan teori dan tolak ukur pengukuran loyalitas nasabah

pada lembaga perbankan syariah.

A. Pengaruh Agama dan Religiusitas terhadap Motif Individu

Kajian tentang religiusitas termasuk dalam bidang ilmu

psikologi, sehingga tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisis

hubungan antara manusia dan perilakunya. Dengan semakin

P

34 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

banyaknya kajian tentang religiusitas, pada akhirnya dibentuklah

cabang ilmu psikologi agama.1 Tujuan dari ilmu psikologi agama

adalah untuk membantu manusia memahami bagaimana cara

berperilaku, berpikir, dan mengedepankan nilai-nilai keagamaan

nya.2 Religiusitas (religiousity) berasal dari kata religius (religious),

religius merupakan kata sifat (adjective) dari religion.3

Beberapa hasil penelitian terdahulu pada bidang keilmuan

sosial menyatakan bahwa agama (religion) merupakan salah satu

variabel penting sebagai identitas diri dan karakteristik seseorang.4

Agama dan manusia adalah dua hal yang saling berhubungan erat,

oleh karena itu manusia dapat dikategorikan sebagai Homo

Religius.5 Agama mengajarkan kepada manusia tentang apa saja

1Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment

Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in

Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 131.

Lihat juga Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001),

3. 2Robert H.Thouless, Pengantar Psikologi Agama (Jakarta : PT.Raja

Grafindo Persada, 1995), 1. 3Religious menurut kamus oxford adalah 1) adjective of religion, 2) (of a

person) believing in and practicing a religion, yaitu keberagamaan seseorang dalam

menjalankan perintah agamanya. Sedangkan makna Religion menurut kamus

oxford memiliki dua definisi, 1) belief in worship or god or gods, yaitu sebuah

kepercayaan untuk memuja Tuhan atau dewa-dewa. 2) particular system of faith and worship based on such belief, yaitu bagian dari sistem kepercayaan dan

peribadatan yang berdasarkan keyakinan. Oxford Learner’s Pocket Dictionary, Fourth Edition, (Oxford : University Press, 2008), 372.

4Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour

Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing, Vol.1 No.1 (1994) : 36. Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23. Lihat juga Herlina Yustati, Religiusitas dan

Konsumerisme Mahasiswa Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi

Islam, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta, 2014), 23. 5Mircea Eliade mendifinisikan tentang ‘homo religius’ dalam ‘The Scared

and The Profane’ yang dikutip oleh Sastrapratedja menyatakan bahwa, homo

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 35

yang menjadi kewajiban dan kepatuhan. Kepatuhan yang dimaksud

adalah patuh terhadap aturan, petunjuk, perintah, yang diberikan

Allah kepada manusia lewat utusan-utusanNya, dan oleh utusan-

utusanNya tersebut diajarkan kepada umat manusia berupa ilmu

pengetahuan dan contoh keteladanan.6 Agama juga berkaitan

dengan budaya, dan kedua bagian tersebut tidak bisa dipisahkan,

sehingga dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil

keputusan.7 Secara teoritis, tingkat religiusitas seseorang dapat

mempengaruhi sudut pandangan (perception), keputusan

(preference) dan perilakunya (behaviour).8 Religiusitas juga

mempengaruhi perilaku ekonomi seseorang, terutama dalam

mengambil keputusan ekonomi berkaitan dengan pelaksanaan

religius adalah makhluk yang hidup secara alami dalam suatu alam yang agamis,

penuh dengan nilai keagamisan dan cenderung pada keyakinan agamanya serta

ingin mengabdi pada zat yang maha tinggi, yaitu Tuhan pemilik alam semesta.

Pengalaman agamanya akan mempengaruhi, membentuk pola kehidupan sehari-

harinya. Sastrapratedja, Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah,

(Jakarta : Gramedia, 1987), 38. Lihat juga, Lukman Al-Hakim, Religiusitas dan

Etos Kerja dalam Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku Sasak

di Lombok Nusa Tenggara Barat, Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta,

2008), 55. 6Makna ‘agama’ menurut Islam yang dikemukakan oleh Agus Salim dalam

bukunya yang berjudul Tauhid, dalam Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), 4.

7Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of

Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic, Volume 1, Issue No.5

(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail

Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University

of Stirling Scotland, (United Kingdom, 2006), 15. 8Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare Ch.2

dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),

28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.

36 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

komitmen beragama.9 Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan

antara tingkat religiusitas dengan tujuan seseorang dalam

melakukan tindakan (motif), tujuan atau motif yang didasari oleh

pertimbangan keagamaan dapat disebut juga dengan motif agama.

Max Weber10

dalam karyanya yang berjudul The Protestant

Ethic and The Spirit of Capitalism menjelaskan bahwa ada

hubungan antara agama dengan tingkah laku manusia (perilaku

ekonomi) yang melatarbelakangi beberapa sekte Protestan tertentu.

Teori ini didasari pada fenomena empiris dimana Weber

menemukan bahwa terdapat korelasi antara afiliasi agama protestan

pada kondisi pra kapitalis, yang melahirkan kapitalis modern yang

disebut dengan semangat kapitalis. Hal ini didasarkan pada

fenomena banyak dijumpainya agen penting (pemimpin

perusahaan), tenaga teknis, dan komersial terlatih yang cenderung

didominasi oleh orang-orang protestan mendorong seseorang untuk

bekerja sungguh-sungguh, karena menurut mereka bekerja bukanlah

semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, tapi juga

merupakan suatu ‘panggilan’ atau ‘tugas suci’ dari doktrin

keagaman pemeluk Protestan. Bagi Weber hal inilah yang dianggap

berpengaruh besar pada peralihan dari ekonomi tradisional ke arah

ekonomi modern.

9Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United

Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119. 10Max Weber, “Die Protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus”,

Archivfur Sozialwissenchaft und Sozialpolitik,Volume XX-XXI, No.V (1904-

1905). Diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Charles Scribner’s Sons, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, (New York : McGraw-Hill, 1986).

Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yusup Priyasudiarja, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (Yogyakarta : Jejak Press, 2007), 48-49.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 37

Brian Jzinbauer11

mengutip beberapa definisi agama dari para

ilmuwan, diantaranya pendapat William James (1961)

mendefinisikan agama sebagai perasaan, tindakan, dan pengalaman

seseorang dalam kesendirian, sehingga mereka dapat memahami diri

mereka sendiri dan bertindak sesuai dengan ketentuan Tuhan.

Argyle dan Beit Hallahmi (1975) mengatakan bahwa agama adalah

suatu sistem kepercayaan terhadap kekuatan super, ritual ibadah

yang dilakukan bertujuan untuk memuja kekuasaan tersebut.

Batson, Schoenrade, dan Ventis (1993) menyatakan bahwa agama

sebagai sarana bagi individu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan

dan untuk mengatasi masalah pribadi yang sedang dihadapi, karena

kita sadar bahwa kita dan orang lain seolah-olah akan hidup dalam

waktu yang lama padahal suatu saat nanti kita juga akan mati.

Lai Fatt Sian12

juga mengutip pendapat Andrew Lindridge

yang mengatakan bahwa semua agama mempengaruhi perilaku

konsumen dan keputusan pembelian masing-masing penganutnya,

baik secara langsung ataupun tidak, yang didasarkan pada kerangka

etika beragama yang mengatur cara hidup mereka. Monzer Kahf13

mengutip pendapat Michael Mayer yang mengatakan bahwa agama

merupakan keyakinan dan peraturan mutlak yang mengajarkan

seseorang tentang bagaimana cara berperilaku terhadap Tuhan,

orang lain, dan maupun dirinya sendiri. Religiusitas bagi seorang

Muslim merupakan keyakinan beragama yang berlandaskan nilai-

11Brian J.Zinnbauer, and others, “The Emerging Meanings of Religiousness

and Spirituality : Problems and Prospects”, Journal of Personality, Vol.1(1999) :

893. 12Lai Fatt Sian, “An Investigation in to the Impact of Income, Culture and

Religion on Consumption Behaviour : A Comparative Study of the Malay and the

Chinese Consumers in Malaysia”, Disertation Philosophy in Management Studies,

University of Exeter, (United Kingdom, 2009), 22. 13Mozer Kahf, The Islamic Economics : Analytical study of the Functioning

of the Islamic Economic System (Plainfield, Indiana : The Muslim Students

Association of the Uniterd and Canada, 1979), 3.

38 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

nilai ketauhidan dan keyakinan tersebut diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.14

Mahesh Patel mengutip pendapat dari Johnson, Jang, Larson

dan Lee (2001) yang menyatakan bahwa makna dari religiusitas

adalah sebuah tolak ukur batas komitmen beragama seseorang yang

mengakui agamanya, melaksanakan setiap ajaran agamanya,

maupun menjauhi hal-hal yang dilarang agamanya, hingga tercermin

dalam sikap dan perilaku kehidupan orang tersebut.15

Fuad Nashori

dan Rachmy Diana Mucharam mengutip rumusan religiusitas yang

dinyatakan oleh Glock and Stark yaitu religiusitas sebagai

komitmen yang berhubungan dengan agama atau keimanan, dan

dapat tercermin melalui perilaku individu yang menganutnya. Hal

ini berarti, religiusitas dapat mengukur seberapa jauh pengetahuan,

seberapa kokoh keyakinan, seberapa banyak pelaksanaan ibadah,

seberapa besar pengamalan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan

seseorang terhadap agama yang dianutnya.16

Ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk melihat

tingkat religiusitas seseorang, meskipun belum ada tolak ukur

tunggal (uni-dimensional) yang pasti, namun para ilmuwan setuju

bahwa pengukuran religiusitas dapat dilakukan secara kuantitatif17

14Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment

Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in

Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 174.

15Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of

Consumers An Exploratory Study” Journal of Economic, Volume 1 Issue No.5,

(2009) : 72. 16Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan

Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002),

71. 17Morton B.King and Richard A.Hunt, “Measuring the Religious Variable :

Replication“, Journal for the Scientific Study of Religion Vol.11 No.3 (Sep 1972) :

240. Lihat juga Morton King, “Measuring the Religious Variable : Nine Proposed

Dimensions”, Journal for the Scientific of Religion Vol.6 No.2 (1967) : 173.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 39

dengan menggunakan pendekatan multi-dimensional yang dalam

setiap komponennya harus dipelajari secara individual.18

Jumlah dan

jenis komponen dimensi religiusitas dapat bervariasi, disesuaikan

dengan tujuan, kegunaan, sifat dan konteks yang akan diteliti.19

Tolak ukur tingkat religiusitas menurut Glock dan Stark20

dibagi menjadi lima dimensi, antara lain :

1. Idiologi atau keyakinan, yang menunjukkan seberapa besar

tingkat keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya

dan seberapa taat dalam menjalankan ajaran agamanya.

2. Praktik keagamaan, untuk melihat rutinitas pelaksanaan

ibadah yang diperintahkan ajaran agamanya.

3. Pengalaman keagamaan, yaitu pengalaman yang berkaitan

dengan kejadian, perasaan, persepsi, dan sensasi, yang

membuktikan bahwa Tuhan itu ada dan selalu mengawasi

kita.

4. Pengetahuan Agama, seberapa besar pengetahuan seseorang

terhadap agama yang dianutnya, seperti prinsip-prinsip dasar

agama, apa saja perintah dan larangan agama, macam-macam

ritual ibadah, pedoman kitab suci.

5. Konsekuensi, yaitu bagaimana pengamalan nilai-nilai agama

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dampak dari agama

tersebut tercermin pada dirinya.

18Brian J.O’Connell, “Dimensions of Religiosity among Catholics”, Review

of Religious Research Vol.16 No.3 (Spring, 1975) : 198. Lihat Juga Safiek Mokhlis,

“Relevancy and Measurement of Religiosity in Consumer Behavior Research”,

International Business Research Vol.2 No.3, (2009) : 8. 19Safiek Mokhlis, “Relevancy and Measurement of Religiosity in Consumer

Behavior Research” International Business Research Vol.2 No.3, (2009) : 77. 20Charles Y.Glock and Rodney Stark, Religion and Society in Tension,

(Chicago : Rand McNally, 1965), 19-21.

40 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Tiliouine dan Belgoumidi, membuat pengukuran religiusitas

Islam yang lebih komprehensif, antara lain dimensi idiologi atau

keyakinan beragama dan praktik keagamaan (sama seperti teori-

teori religiusitas umum) serta menambahkan dua dimensi lainnya

yaitu altruism dan enrichment, teori ini dinamakan CMIR

(Comprehensive Measure of Islamic Religiosity).21

Rincian dari

teori ini antara lain :22

1. Keyakinan beragama (believe) yang berkaitan dengan nilai-

nilai aqidah, keimanan, ketauhidan, hari kiamat, surga,

neraka, dll.

2. Praktik agama (practice), yang berhubungan dengan sholat,

zakat, puasa, menutup aurat, dan lainnya.

3. Altruism agama, yang berkaitan dengan aspek relasional,

seperti patuh kepada orang tua, kerabat, tetangga, maupun

orang lain.

4. Enrichment agama, yaitu memperkaya pengetahuan agama

seperti kegiatan yang pertemuaan keagamaan, pengajian

kitab-kitab, mempelajari buku-buku tentang agama, dll.

Hamdani23

membuat tolak ukur tingkat religiusitas

berdasarkan konsep al-Quran tentang kategorisasi manusia, yang

21Muhammad Syukri Salleh, “Religiosity in Development : Theoretical

Construct of an Islamic Based Development” International Journal of Humanities and Social Science Vol.2 No.14 (Special Issue-July 2012) : 269.

22Habib Tiliouine and Abbes Belgoumidi, “An Exploratory Study of

Religiosity : Meaning in Life and Subjective Wellbeing in Moeslem Students from

Algeria”, The International Society for Quality of Life Studies (ISQOLS) (Springer

2009) : 115. 23Syed Nizar Hussaini Hamdani, “Religious Orientation as a Factor in Time

Allocation : Evidence from Cross-Section Pakistani Data“, Ph.D.Disertation,

Quiad-i-Azzam University Islamabad, (Pakistan, 2000), 62. Lihat dalam Susy Y.R

Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 44.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 41

berkaitan dengan keimanan dan sifat-sifat manusia. Hamdani

mengelompokkan orang-orang beriman (Muslim) dalam tiga

tingkatan religiusitas sebagai berikut :

1. Muslim yang sangat religius, yaitu seorang muslim yang

memiliki sifat-sifat positif, seperti berperilaku santun

terhadap sesama manusia, rajin menjalankan ibadah, jujur

dalam bekerja, bertanggung jawab dan dapat dipercaya

(amanah). Muslim kategori ini dalam al-Quran disebut

sebagai orang-orang yang bertaqwa, mukmin, saleh.

2. Muslim yang religiusitasnya moderat, yaitu seseorang yang

menerima, mengakui, dan bertindak sesuai ajaran Islam,

mematuhi perintah-perintah agama dan menjauhi apa-apa

yang dilarang, namun juga terkadang tidak patuh pada

sebagian ajaran Islam lainnya dan tidak terlalu sensitif

terhadap aturan-aturan Islam. Seperti tidak terlalu

mempedulikan hal-hal yang wajib, sunnah, mubah, atau

syubhat. Muslim kategori ini cenderung mematuhi ajaran

Islam seperti kebanyakan orang menjalankannya, jadi hanya

meniru apa yang dianggapnya baik oleh lingkungan

sekitarnya, tanpa mencari tahu lebih dalam tentang kebenaran

yang sesungguhnya dari amal perbuatannya tersebut, dalam

al-Quran orang-orang Muslim kategori ini disebut sebagai

orang yang beriman dan orang-orang yang mengakui

kebenaran.

3. Muslim yang kurang religius, yaitu orang-orang yang

mengaku beragama Islam, kadang kala menjalankan ritual ke-

Islaman, tapi juga sering melanggar syariat Islam. Al-Quran

menyebut orang-orang ini sebagai orang yang fa>siq, fa>jr,

mufsidi>n dan z}a>lim.

Di luar pengkategorian tersebut di atas, masih ada dua

kategori lain, yaitu : 1) kelompok orang-orang yang munafik, dan 2)

42 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

orang-orang yang tidak beriman atau bukan muslim, kafir dan

musyrik. Orang-orang munafik digambarkan dalam Al-Quran adalah

orang yang mengaku Islam pada satu saat tetapi saat lain ia

memperolok-olok atau bahkan menentang ajaran Islam.24

B. Hubungan Motif, Motivasi, Kebutuhan dan Perilaku

Konsumen

Teori ilmu ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah

makhluk ekonomi yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan

hidupnya dan bertindak secara rasional.25

Memenuhi kebutuhan

hidup merupakan hakikat manusia dan wajib dilakukan.26

Dalam

ilmu ekonomi konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai

keinginan untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat

memfasilitasi, memenuhi, maupun memuaskan diri individu.27

Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.

Kebutuhan setiap individu berbeda-beda. Beberapa kebutuhan

bersifat fisiologis (physiological or biogenic needs), kebutuhan

tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan lelah.

Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis (psychogenic needs),

24QS.At-Taubah : (67) “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. satu

dengan yang lainnya adalah sama, mereka menyuruh (berbuat) yang munkar dan

melarang (perbuatan) yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir).

Mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka (pula).

Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik”. (68) “Allah

(mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir

dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi

mereka, dan Allah melaknati mereka, dan mereka mendapat azab yang kekal”.

Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 44-45.

25Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 26Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam,

(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 27Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 1997), 5.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 43

kebutuhan ini muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan

akan rasa aman, kenyaman, pengakuan dan penghargaan.28

Kebutuhan akan menjadi motif jika mencapai level intensitas yang

memadai. Motif merupakan kebutuhan akan sesuatu hal yang dapat

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.29

Motif yang

dipilih oleh konsumen tergantung pengalaman pribadinya, kapasitas

fisik, norma-norma dan nilai-nilai budaya yang ada dan

kemampuannya untuk mencapai motif tersebut.30

Motif merupakan alasan yang terdapat dalam diri manusia

yang menyebabkan manusia melakukan tindakan. Semua keputusan

dan tindakan manusia pada hakikatnya didasari oleh motif.31

Motif

dalam diri manusia bisa bekerja secara sadar maupun tidak sadar.

Motif manusia merupakan suatu dorongan, hasrat, keinginan, dan

tenaga penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk

melakukan sesuatu tindakan.32

Dengan mempunyai motif tertentu,

dapat memberikan tujuan dan arahan bagi manusia dalam

melakukan tindakan atau berperilaku.

Perilaku merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam

usaha memenuhi kebutuhan. Perilaku dapat diamati dalam bentuk

28Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 32. Lihat juga Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor :

Ghalia Indonesia, 2011), 24-26. 29Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th

Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,

2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12

Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 226. 30Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 29. 31Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :

CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129. 32Harold J.Leavitt, Managerial Psychology, Fourth Edition, (USA :

University of Chicago, 1978). Diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.

44 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

pengambilan keputusan, pemilihan merk dan penolakan terhadap

suatu produk.33

Perilaku pemenuhan kebutuhan ini timbul karena

adanya dorongan dari dalam diri setiap individu, dorongan ini

disebut dengan motivasi. Motivasi secara etimologi berasal dari

bahasa latin movore yang artinya menggerakkan. Seorang konsumen

yang tergerak untuk membeli suatu produk itulah yang disebut

motivasi. Sedangkan yang memotivasinya disebut motif.34

Definisi motivasi menurut para ahli antara lain,35

Schiffman

dan Kanuk36

, “Motivation can be described as driving force within

individuals that impels them to action. This driving force is

produced by state of tension, which exists as the result of an

unfulfilled need.” Motivasi dapat digambarkan sebagai kekuatan

pendorong dalam diri seseorang yang mendorong mereka untuk

bertindak. Kekuatan pendorong ini diproduksi oleh rasa tertekan,

yang terjadi akibat dari kebutuhan yang tak terpenuhi. Solomon37

mendifinisikan, “Motivation refers to the processes that cause

people to behave as they do. It occurs when a need is aroused that

the consumer wishes to satisfy. Once a need has been activated, a

state of tension exists that drives the consumer to attempt to reduce

or eliminate the need.” Motivasi mengacu pada proses yang

menyebabkan orang untuk berperilaku seperti yang mereka lakukan.

Ini terjadi ketika kebutuhan merangsang konsumen untuk dapat

memuaskan keinginannya. Setelah kebutuhan terpenuhi, tekanan

33Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 28. 34Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27. 35Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 36L.G.Schiffman and L.L.Kanuk, Consumer Behavior 7th Edition, (New

Jersey : Prentice Hall, 2000), 7. 37M.R.Solomon, Customer Behavior : Buying, Having, and Being, 9th

Edition, (New York : McGraw-Hill, 2010), 56.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 45

akan mendorong konsumen untuk menurunkan dan mengurangi

tingkat kebutuhan. Mowen dan Minor38

, “Motivation refers to an

activated state within a person that leads to goal directed behaviour.

It consists of the drives, urges, wishes, or desires that initiate the

sequence of events leading to a behaviour.” Motivasi mengacu pada

keadaan diri seseorang yang mengarah pada tindakan yang memiliki

tujuan. Hal ini berasal dari dorongan, desakan, keinginan, atau

hasrat yang merupakan permulaan rangkaian kejadian yang

mengarah pada tindakan/perilaku seseorang.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen.

Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu motif yang muncul karena

konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara

yang seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan.

Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk

melakukan tindakan memenuhi kebutuhannya, inilah yang disebut

sebagai motivasi.39

Beberapa teori tentang motivasi dan

hubungannya dengan kebutuhan antara lain, menurut Sigmund

Freud menyatakan bahwa seseorang tidak bisa sepenuhnya

memahami motivasi apa saja yang dapat mendorong perilaku

dirinya secara pasti. Sebaliknya, Abraham Maslow menyatakan

bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhannya.

Sedangkan Frederick Herzberg menjelaskan bahwa, dalam perilaku

konsumen terdapat dua faktor motivasi yaitu faktor dissatisfiers

(faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan faktor

satisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan).40

38John.C Mowen dan Michael Minor. Consumer Behavior 5th Edition (New

Jersey : Prentice Hall, 1998), 160. 39Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran, Edisi Kedua, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 40Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management, 12th

Edition (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,

46 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Menurut Jeffrey, et al (1996), proses motivasi terjadi karena

adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi

yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu

ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong

individu melakukan suatu tindakan (perilaku) untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya tersebut. Di dalam melakukan perilaku

inilah sangat memungkinkan terjadi perbedaan antara konsumen

yang satu dengan konsumen yang lain, meskipun sebenarnya mereka

memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama. Setelah sebagian

atau seluruh kebutuhan terpenuhi, maka akan terjadilah penurunan

ketegangan. Menurunnya ketegangan ini bukan berarti sudah tidak

ada kebutuhan dan keinginan lagi. Kebutuhan dan keinginan yang

berbeda akan muncul dan menuntut untuk dipenuhi. Inilah dinamika

motif dan motivasi yang tidak pernah berhenti selama manusia

hidup.41

Motivasi konsumen akan berubah dan berkembang sejalan

dengan berkembangnya pengalaman dan proses pembelajaran yang

berlangsung. Kebutuhan akan mulai berkembang seiring dengan

perkembangan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Konsumen

akan berinteraksi dengan konsumen lain dan dari interaksi itu

konsumen akan mendapatkan informasi-informasi penting berkaitan

dengan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Konsumen juga

belajar dari media yang ada disekitarnya serta belajar dari

lingkungannya. Dari hal tersebut pengetahuannya akan meningkat

dan keinginan-keinginan pun akan berkembang.42

2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi Ke-12

Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 226-228. 41F.Digree Jeffrey, et al, “Observation : Translating Values in to Product

Wants”, Journal of Advertising Research, Vol.36 No.6 (1998) : 93-103. 42Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 47

Pada umumnya motif atau kebutuhan manusia memiliki sifat-

sifat sebagai berikut, antara lain :

1. Kebanyakan kebutuhan manusia tidak pernah terpuaskan

sepenuhnya. Misalnya seorang konsumen setelah kebutuhan

transportasinya terpenuhi dengan membeli mobil Avanza,

tahun depan timbul keinginannya untuk mengganti mobilnya

dengan mobil Innova, yang dinilainya lebih tepat untuk

menunjukkan gaya hidup dan kelas sosial ekonominya yang

akan datang.

2. Kebutuhan baru muncul setelah kebutuhan lama terpenuhi.

Setelah kebutuhan saran transportasi terpenuhi dengan mobil

Avanza, timbul keinginan untuk mengganti dengan mobil

yang lebih mahal, Innova. Hal ini memperlihatkan bahwa jika

suatu kebutuhan terpenuhi maka timbul kebutuhan baru yang

berbeda, yang lebih tinggi dan dinilai lebih cocok dengan

kondisi ekonominya.

3. Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan

mempengaruhi tujuan berikutnya. Apabila konsumen gagal

dalam mencapai tujuan sebelumnya, maka konsumen pada

umumnya akan menentukan tujuan yang mungkin lebih

rendah atau tujuan pengganti yang memungkinkan untuk

dapat dicapainya. Sebaliknya, konsumen yang telah berhasil

mencapai suatu tujuan yang diinginkan, akan meningkatkan

tujuan berikutnya yang lebih tinggi dari yang sebelumnya.

Contohnya, seseorang yang gagal membeli Android keluaran

terbaru, akan berusaha membeli Android keluaran lama yang

harganya lebih murah, namun fungsinya hampir sama.43

4. Motif bersifat majemuk. Sangat jarang tindakan seorang

konsumen hanya didasari pada satu motif, tetapi umumnya

43Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 30.

48 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

didorong oleh beberapa motif sekaligus. Contohnya,

seseorang yang mempunyai mobil BMW selain bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan, kenyamanan, dan keamanannya

dalam berkendara, juga untuk mendapatkan prestise dari

orang lain.44

Ada dua macam pembagian motif, yaitu motif primer dan

motif sekunder. Kedua motif ini menekankan faktor-faktor

psikologis dan faktor-faktor sosial, atau dengan istilah lain faktor-

faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal) dan faktor-

faktor yang berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor

environmental). Faktor personal berperan penting dalam

menentukan interaksi sosial yang membentuk perilaku individu.

Faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia.

Menurut Edward E.Sampson, terdapat perspektif yang berpusat

pada situasi.45

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia,

bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut

Watson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah

diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Telah diakui secara

luas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia dan

bukan pengaruh lingkungan atau situasi. Diakui pula adanya faktor-

faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim

disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif

44Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31. Lihat juga Aaron Quin Sartain, Psychology : Understanding Human Behaviour, Third Edition, McGraw Hill Book Company,

(Tokyo : Kogakusho Company, 1961), 56. 45David C.Edward, General Psychology, (London : The McMillan

Company, Collier McMillan Ltd, 1968), 145. Lihat juga Nina W.Syam, Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2011), 42.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 49

biologis adalah kebutuhan makan, minum, istirahat, seksual,

berlindung dari bahaya.46

Berbagai klasifikasi motif sosiogenesis menurut para ahli,

dapat diuraikan sebagai berikut :47

1. W.I Thomas dan Florian Znaniecki :

a. Kebutuhan memperoleh pengalaman baru

b. Kebutuhan untuk mendapatkan respon

c. Kebutuhan akan pengakuan

d. Kebutuhan akan rasa aman

2. David McClelland : 48

a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement)

b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)

c. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)

3. Abraham Maslow : 49

a. Kebutuhan biologis (physiological needs)

b. Kebutuhan rasa aman (safety / security needs)

c. Kebutuhan sosial (social / affilation needs)

d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

4. Melvin H.Marx :

46J.B,Watson, Psychology Care of Infant and Child (New York : Norton

Company, 1993), 76. 47Nina W.Syam, Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung :

Simbiosa Rekatama Media, 2011), 43. 48Erna Ferrinadewi, Merek dan Psikologi Konsumen (Yogyakarta : Graha

Ilmu, 2008), 26-27. 49Abraham H.Maslow, Toward of Psychology of Being (New York : Van

Nostard Reinhold, 1986), 53.

50 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

a. Kebutuhan berorganisasi (organization needs)

b. Kebutuhan akan rasa ingin tahu (curiousity needs)

c. Kebutuhan berkompetensi (competence needs), setiap orang

ingin membuktikan bahwa dirinya berkompetensi dan

mampu mengatasi persoalan yang dihadapinya.

d. Kebutuhan berprestasi (achievement needs)

e. Kebutuhan bersosialisasi (socialization needs)

f. Kebutuhan akan kasih sayang (affiliation needs), mencintai

dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan

kepribadian.

g. Kebutuhan akan kekuasaan (power needs)

h. Kebutuhan kebebasan (independence needs)

Perbedaan motif dan motivasi menurut para ahli, antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Motive is a need, aspiration, ambition, or purpose. Motive

initiate behaviour. Motivation is a term wich refered sets or

drive within the organism wich impel to action.50

2. Motive is a drive or force within the organism that activates

behaviour or directs it toward a goal. To be more specific,

motivation refers to the dynamics of behaviour, the process of

initiating, sustaining and directing activities of the

organism.51

3. Motive see drive. Drive is stimuli that arise from a need and

direct the organism toward a goal, the first state of the

motivation process also called motive. Motivation is general

50Henry E.Garret, General Psychology, Second Edition (New York :

American Book Company, 1961), 45. 51Dennis Coon, Introduction to Psychology : Exploration and Application,

(St.Paul, New York : West Publishing Company, 1977), 15.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 51

term that refer to driven behaviour that seek to fullfill a

need.52

Apa yang dikemukakan oleh para penulis di atas dapat kita

simpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan motif dan motivasi.

Motif adalah kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang yang

dapat mendorong orang untuk melakukan tindakan atau berbuat

sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Dalam diri kita motif dapat

berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita, hasrat atau keinginan

yang merupakan daya penggerak.53

Silverstone54

menganggap motif ini merupakan tahap awal

dari proses motivasi, karena itu W.S.Winkell mengatakan bahwa

motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi

(kesiapsiagaan) saja. Sebab motif-motif itu tidak selamanya aktif.

Motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila

kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasakan sangat mendesak.

Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi maka

daya penggerak menjadi aktif, inilah yang disebut motivasi.

Motivasi adalah dorongan seseorang untuk bertingkah laku atau

melakukan tindakan tertentu untuk mencapai tujuan dan memenuhi

kebutuhannya.55

52Robert E.Silverman, Psychology (New York : Meredith Corporation,

1971), 34-36. 53Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :

CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 128. 54Robert E.Silverstone, Psychology (New York : Meredith Corporation,

1971), 27-29. 55Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :

CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129.

52 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Woodworth dan Maquis menggolongkan motif-motif menjadi

tiga macam, antara lain :56

1. Kebutuhan-kebutuhan organis yaitu motif-motif yang

berkaitan dengan kebutuhan tubuh bagian dalam seperti:

makan, minium, bergerak, istirahat, seksual.

2. Kebutuhan-kebutuhan darurat (emergency motive) yang

mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan

untuk membalas, dorongan untuk berusaha/berikhtiar,

dorongan untuk mengejar, dan sebagainya. Motif-motif ini

timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat

dan kuat dari diri individu. Dalam hal ini motif timbul atas

keinginan kita tetapi karena perangsang dari luar.

3. Kebutuhan-kebutuhan objektif, yaitu motif yang diarahkan

atau ditujukan kepada suatu objek atau tujuan tertentu di

sekitar kita. Motif ini mencakup : kebutuhan untuk

eksplorasi, kebutuhan untuk melaksanakan manipulasi,

kebutuhan untuk menaruh minat. Motif-motif ini timbul

karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara

efektif.

Selain itu Woodworth juga mengklasifikasikan motif-motif

berdasarkan asal terbentuknya menjadi dua bagian, antara lain :57

1. Unlearned Motives, adalah motif-motif pokok yang tidak

perlu dipelajari atau bawaan sejak lahir, seperti : makan,

minum, bergerak, istirahat, seksual. Motif-motif ini juga

disebut dengan motif biologis, artinya sudah menjadi warisan

biologis manusia.

56R.Woodworth & G.D.Marquis, Psychology (New York : Henry Holt and

Coy Company, 1955), 53. 57R.Woodworth & G.D.Marquis, Psychology (New York : Henry Holt and

Coy Company, 1955), 67.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 53

2. Learned Motives, adalah motif-motif yang timbul karena

dipelajari terlebih dahulu, seperti dorongan untuk

mempelajari suatu cabang ilmu pengetahuan agar me njadi

seorang ilmuwan, dorongan untuk mengejar suatu posisi

jabatan, dan sebagainya. Motif ini juga dapat disebut dengan

istilah motif sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan

sosial, maka terbentuklah motif ini.

Berdasarkan jalarannya motif dibagi menjadi dua macam,

antara lain, yaitu :58

1. Motif Intrinsik, ialah motif yang berasal dari diri seseorang

tanpa perlu adanya rangsangan dari luar. Misalnya, seseorang

yang gemar berolahraga, tanpa harus disuruh akan

melakukannya dengan sendiri.

2. Motif Ekstrinsik, ialah motif berfungsi karena adanya

rangsangan dari luar, seperti : seorang Mahasiswa yang giat

belajar karena akan diadakan ujian.

Telah dijelaskan bahwa motif adalah langkah awal dari sebuat

motivasi. Seseorang yang termotivasi akan siap melakukan

tindakan. Tindakan orang yang termotivasi dipengaruhi oleh

persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang

digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi dan

menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran

yang memiliki arti.59

Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai

58Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :

CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 131. 59Bernard Berelson and Gary A.Steiner, Human Behavior : An Inventory of

Scientific Findings (New York : Harcourt, Brace Jovanovich, 1964), 88. Lihat

dalam Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th Edition

(New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River, 2006).

Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi Ke-12 Jilid 1,

Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 228.

54 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

proses interpretasi seseorang terhadap lingkungannya.60

Persepsi

tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada

rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan

keadaan individu yang bersangkutan. Poin pentingnya adalah bahwa

persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan individu

lain. Menurut Webster sebagaimana dikutip oleh Sutisna yang

menyatakan persepsi adalah proses dipengaruhinya tanggapan oleh

stimulus-stimulus lalu diseleksi dan diinterpretasikan. Stimulus

adalah komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan

individu. Salah satu stimulus yang dapat mempengaruhi perilaku

konsumen adalah lingkungan (sosial dan budaya) oleh sebab itu

persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda, ini

dikarenakan persepsi mempunyai sifat subjektif.61

Dalam pemasaran, persepsi seseorang lebih penting dari pada

realitas yang ada, karena dengan adanya persepsi akan

mempengaruhi perilaku konsumen.62

Definisi perilaku konsumen

menurut Schiffman dan Kanuk, “The term consumer behavior refers

to the behavior that consumers display in searching for, purchasing,

using, evaluating, and disposing of products and services that they

expect will satisfy their needs”. 63

Istilah perilaku konsumen

diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam

mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan

produk dan jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan

60Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi (Jakarta :

Salemba Empat, 2005), 208. 61Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2001), 63. 62Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th

Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,

2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12

Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 228. 63L.G.Schiffman and L.L.Kanuk, Consumer Behavior, 10th Edition (New

Jersey : Prentice Hall, 2010), 7.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 55

mereka.64

Sedangkan menurut Engel, Blackwell, dan Miniard, “We

define consumer behavior as those activities directly involved in

obtaining, consuming, and disposing of products and services,

including the decision processes that precede and follow these

action”.65

Kami mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan mengikuti tindakan ini.66

Sementara itu, Loudon

dan Bitta mengartikan perilaku konsumen sebagai suatu proses

pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk

mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang

dan jasa.67

Zaltman dan Wallendorf menjelaskan bahwa, “Consumer

behavior are acts, process, and social relationships exhibited by

individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and

consequent experience with products, services and other

resources”.68

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses,

dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan

organisasi, dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau

64Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 4. 65James F.Engel, Roger D.Blackwell, Paul W.Miniard, Consumer Behavior,

8th Edition, (Fort Worth, Texas : The Dryden Press, 1995), 4. 66Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 4. 67David L.Loudon and Albert J.Della Bitta, Consumer Behavior, 3th

Edition, (New York : Mc Graw Hill Book Company, 1998), 8. Lihat dalam, Bilson

Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka

Utama, 2008), 2. 68Gerald Zaltman and Melanie Wallendorf, Consumer Behavior : Basic

Findings and Management Implications (United States of America : John Willey &

Sons Inc, 1979), 6.

56 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

produk lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannnya dengan

produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya.69

Dari definisi perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan

bahwa, pada intinya konsumen (dalam penelitian ini nasabah bank

syariah) ingin memenuhi semua kebutuhannya baik dari segi produk

maupun jasa, sehingga pada akhirnya nasabah akan mencari jasa

pelayanan yang dapat memenuhi harapan mereka secara ekonomi.

C. Konsep dan Pengukuran Loyalitas Pelanggan atau Nasabah

Konsep tentang loyalitas pelanggan (dalam penelitian ini

disebut nasabah) bukanlah suatu yang baru dalam dunia bisnis

perbankan. Para pelaku bisnis telah lama menyadari bahwa tanpa

adanya nasabah loyal diperusahaan dapat menurunkan daya saing

dipasaran.70

Loyalitas nasabah merupakan suatu dorongan perilaku

untuk melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk atau jasa

yang ditawarkan oleh bank. Konsep loyalitas nasabah lebih

mengarah pada perilaku (behavior) dibandingkan dengan sikap

(attitude). Seorang nasabah loyal akan melakukan pembelian secara

teratur dalam jangka waktu yang lama. Karakteristik pelanggan

yang loyal menurut Griffin71

, antara lain : 1) Melakukan pembelian

secara teratur (make regular repeat purchases), 2) Membeli di luar

lini produk atau jasa (purchases across product and service lines), 3)

Merekomendasikan produk kepada orang lain (refers other), 4)

Menunjukkan kekebalan dari produk sejenis yang ditawarkan

pesaing (demonstrates immunity to the full of the competition).

69Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen, Edisi Revisi, (Bandung

: PT.Refika Aditama, 2005), 4. 70Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-

faktor yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia

Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 5. 71Jill Griffin, Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (New

York, USA : Lexington Book Press, 2002). Lihat juga Jill Griffin, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan (Jakarta : Erlangga, 2005), 31.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 57

Loyalitas pada dasarnya adalah kesetiaan terhadap produk

atau jasa, yang dalam bahasa pemasaran disebut sebagai “a certain

sign of solid value creation”72

, maka loyalitas tidak dapat dilepaskan

dari proses penciptaan nilai produk dan service yang diberikan

kepada pelanggan, yang pada akhirnya membentuk suatu rangkaian

rantai nilai yaitu, profit, pertumbuhan perusahaan, kepuasan

pelanggan, loyalitas pelanggan, nilai produk dan jasa, kemampuan

karyawan, kepuasan karyawan, loyalitas karyawan, dan

produktifitas karyawan.73

Salah satu cara yang harus dilakukan perusahaan agar dapat

sukses dalam persaingan yaitu dengan mempertahankan dan

meningkatkan pelanggan. Mempertahankan pelanggan terbukti lebih

efisien dibanding mencari pelanggan baru, karena untuk

mendapatkan pelanggan baru, berarti perusahaan harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan promosi.74

Mempertahankan pelanggan berarti perusahaan harus mampu

memuaskan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan

melebihi yang diberikan oleh perusahaan pesaing, sedangkan

meningkatkan pelanggan berarti perusahaan harus dapat melihat

peluang yang ada, guna untuk mendapatkan pelanggan baru.

Memuaskan pelanggan tidaklah mudah, lain orang lain pula

keinginannya, oleh karena itu kuncinya, perusahaan harus

memahami perilaku konsumen.75

Kepuasan adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

72Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect (Harvard Business School,

Harvard University, 1996), 1. 73James L.Haskett,dkk, The Service Profit Chain, How Leading Companies

Link Profit and Growth to Loyalty, Satisfaction and Value (Prentice Hall : Upper

Saddle River, New Jersey, 1997), 12. 74Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 349. 75Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 1-2.

58 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

apa yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan. Jika tidak sesuai

dengan harapan, nasabah tidak puas atau kecewa. Jika memenuhi

harapan, nasabah akan puas. Dan jika melebihi harapan, nasabah

akan sangat puas dan senang.76

Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori

dan praktik pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial

bagi aktivitas bisnis. Kepuasan pelanggan berkontribusi pada

sejumlah aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan,

meningkatnya reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga,

berkurangnya biaya transaksi masa depan, serta meningkatnya

efisiensi dan produktivitas karyawan.77

Di samping itu, kepuasan

pelanggan juga dipandang sebagai salah satu indikator terbaik untuk

laba masa depan.78

Fakta bahwa menarik pelanggan baru jauh lebih

mahal dibanding mempertahankan pelanggan lama juga menjadi

salah satu pemicu meningkatnya perhatian pada kepuasan

pelanggan.79

Kata ‘kepuasan’ yang dalam bahasa Inggris disebut

‘satisfaction’ berasal dari bahasa Latin ‘satis’ yang berarti cukup

76Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th

Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,

2006), 156. Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi

Ke-12 Jilid 1, (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, Cetakan IV, 2009), 177.

Lihat juga Susan Fournier dan David Glenmick, “Rediscovering Satisfaction”.

Journal of Marketing, (Oktober 1999) : 5-23. 77E.W.Anderson, C.Fornell and R.R.Lehmann, “Customer Satisfaction,

Market Share and Profitability : Finding From Sweden”, Journal of Marketing,

Vol.58 No.1 (January 1994) : 53-66. Lihat juga Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 353.

78C.Fornell, “A National Customer Satisfaction Barometer : The Swedish

Experience”, Journal of Marketing Vo.55 No.1 (January 1992) : 6-21. Lihat juga

Philips Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 14th Edition, (Upper

Saddle River, New Jersey : Prentice Hall International,Inc, 2012), 45. 79C.Fornell and B.Wernerfelt, “Defensive Marketing Strategy by Customer

Complaint Management : A Theoretical Analysis”, Journal of Marketing Research,

Vo.24 (November 1987) : 337-346.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 59

baik dan memadai dan ‘facio’yang berarti melakukan atau

membuat.80

Secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai

‘upaya pemenuhan suatu hal’ atau ‘membuat sesuatu menjadi

memadai’. Namun, ditinjau dari perspektif perilaku konsumen

istilah kepuasan pelanggan menjadi sesuatu yang kompleks. Bahkan,

hingga saat ini belum dicapai kesepakatan atau konsensus mengenai

kepuasan pelanggan, apakah kepuasan merupakan respon emosional

ataukah evaluasi kognitif. Hal ini dapat dilihat dariberagam definisi

yang dikemukakan banyak pakar.81

Beberapa definisi kepuasan menurut para ahli, seperti Engel,

Blackwell, dan Miniard82

yang menyatakan bahwa “satisfaction is

defined here as a post-consumption evaluation that a chosen

alternative at least meets or exceeds expectations”. Kepuasan

didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi apakah alternatif

yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan Mowen

dan Minor83

mengatakan, “consumer satisfaction is defined as the

overall attitude consumers have toward a good or service after they

have acquired and used it. It is a post-choice evaluative judgement

resulting from a specific purchase selection and the experience of

using or consuming it”. Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai

sikap keseluruhan konsumen terhadap barang atau jasa yang telah

mereka peroleh dan pergunakan. Hal ini merupakan penilaian

evaluasi setelah melakukan pembelian tertentu dan pengalaman

konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi”.

80Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian

(Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 353. 81M.Edwardson, “Measuring Consumer Emotions in Service Encounters :

An Explatory Analysis”, Australasian Journal of Market Research, Vol.6 No.2 (July

1998) : 34-48. 82James F.Engel, Roger D.Blackwell, Paul W.Miniard, Consumer Behavior

8th Edition (Fort Worth, Texas : The Dryden Press, 1995), 273. 83John.C Mowen dan Michael Minor. Consumer Behavior 5th Edition (New

Jersey : Prentice Hall, 1998), 419.

60 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Sheth mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah

situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau

ketidaksepadanan antara hasil yang didapat pembeli dibandingkan

dengan pengorbanan yang dilakukan.84

Swan,dkk mendefinisikan

pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif

menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau

apakah produk bersangkutan cocok atau tidak dengan tujuan

pemakaiannya.85

Kepuasan nasabah memiliki bermacam level yang berbeda

dalam setiap penelitian. Tingkat kepuasan nasabah perlu diukur

guna untuk memberikan informasi bagi perusahaan perbankan agar

dapat melihat sejauh mana nasabah merasa puas terhadap pelayanan

yang diberikan pihak bank. Ada tiga aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam pengukuran kepuasan nasabah, antara lain: 86

1)

kepuasan nasabah keseluruhan, 2) konfirmasi kesesuai antara

harapan nasabah dengan ekspektasi, 3) perbandingan antara produk

dan jasa perbankan yang ditawarkan dengan produk dan jasa

perbankan yang ideal menurut nasabah. Untuk mengukur kepuasan

nasabah, memang belum ditemukan alat ukur tunggal yang

disepakati para ilmuwan secara universal. Namun, terdapat enam

84J.N.Sheth, “A Factor Analytic Model of Brand Loyalty”, Jounal of

Marketing Research, Vol.5 No.2 (1987) : 398. Lihat dalam Fandy Tjiptono,

Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit Andi,

2014), 421-422. 85Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian

(Yogyakarta : Penerbit Andi, 2014), 54. 86C.Fornell, “A National Customer Satisfaction Barometer : The Swedish

Experience”, Journal of Marketing, Vol.55 No.1 (January, 1992) : 6-2. Lihat juga

C.Fornell, “The American Customer Satisfaction Index : Nature. Purpose, and

Findings”, Journal of Marketing, Vol.60 No.4, (October, 1996) : 7-18.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 61

konsep inti mengenai objek pengukuran kepuasan nasabah, antara

lain :87

1. Kepuasan pelanggan keseluruhan, yaitu dengan cara

menanyakan langsung kepada nasabah seberapa puas mereka

terhadap produk dan jasa perbankan yang ditawarkan, serta

menilai dan membandingkan dengan produk dan jasa bank

lain.

2. Dimensi kepuasan pelanggan, yang terdiri dari empat

tahapan, mengidentifikasi kunci-kunci kepuasan pelanggan,

menilai produk dan jasa perbankan yang digunakan, menilai

produk dan jasa perbankan pesaing, meminta nasabah

menentukan dimensi-dimensi terpenting dalam mengukur

kepuasan nasabah.

3. Konfirmasi harapan, mengkonfirmasi kesesuaian antara

harapan pelanggan dan kinerja perusahaan perbankan.

4. Minat pembelian ulang, menanyakan apakah nasabah bersedia

menggunakan jasa layanan perbankan lagi atau tidak,

5. Kesediaan untuk merekomendasikan, apakah nasabah

bersedia untuk merekomendasikan produk dan jasa perbankan

kepada kerabat, teman maupun relasi.

6. Ketidakpuasan pelanggan, dapat dilihat dari komplain

nasabah, retur atau pengembalian produk, biaya garansi,

produk yang ditarik kembali dari pasar, getok tular negatif,

jumlah nasabah yang beralih kepesaing.

Menurut Kotler,88

ada empat metode pengukuran kepuasan

pelanggan (nasabah), antara lain :

87Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 366. 88Philips Kotler, Marketing Management : The Millenium Edition. (Upper

Saddle River, N.J : Prentice Hall International.Inc, 2000), 67. Lihat dalam Fandy

62 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

1. Sistem keluhan dan saran, yaitu memberikan kesempatan bagi

para pelanggan untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat

dan keluhan mereka.

2. Ghost Shopping, yaitu dengan memperkerjakan beberapa

orang untuk berpura-pura menjadi pembeli, lalu mereka

diminta untuk melaporkan apa saja yang menjadi kekurangan

dan kelemahan perusahaan dibanding dengan pesaing.

3. Lost Customer Analysis, yaitu dengan menghubungi orang-

orang yang telah berhenti menjadi nasabah bank dan

menanyakan apa alasan mereka berhenti, sehingga pihak bank

dapat mengambil kebijakan untuk perbaikan maupun

penyempurnaan produk perbankannya.

4. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu untuk memperoleh

tanggapan nasabah terhadap produk dan jasa perbankan, serta

memberi kesan kepada pelanggan bahwa pihak bank peduli

dan menaruh perhatian terhadap nasabah.

Memuaskan keinginan nasabah memang tidak mudah, pihak

perusahaan (perbankan) harus berusaha semaksimal mungkin agar

harapan nasabah terhadap bank syariah sesuai dengan kenyataannya.

Salah satu cara untuk mewujudkan kepuasan nasabah dapat

dilakukan dengan meningkatkan kualitas layanan. Perbankan syariah

yang bergerak dibidang jasa dan pelayanan, dituntut untuk terus

melakukan perbaikan dalam memberikan pelayan terbaik pada

nasabah. Kualitas pelayanan adalah bagaimana cara karyawan

melayani nasabah sebaik mungkin sehingga nasabah mendapatkan

kepuasan. Salah satu cara perusahaan dapat tetap unggul bersaing

adalah memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari

pesaingnya secara konsisten. Lovelock dan Wright yang dikutip

Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Malang, Jawa Timur : Bayumedia Publishing, 2007),

366-367.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 63

oleh Yesi Elsandra dan Efriyuzal, menjelaskan bahwa konsumen

akan menilai kualitas jasa melalui lima dimensi pelayanan sebagai

tolak ukurnya. Kelima dimensi tersebut antara lain : 89

1. Keberwujudan (Tangible), adalah sesuatu yang tampak atau

nyata yaitu penampilan para pegawai dan fasilitas-fasilitas

fisik lainnya seperti peralatan dan perlengkapan yang

menunjang pelaksanaan pelayanan.

2. Keandalan (Reliability) merupakan kemampuan untuk

memberikan secara tepat dan benar jenis pelayanan yang telah

dijanjikan kepada konsumen.

3. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kesadaran atau

keinginan untuk cepat bertindak membantu konsumen dalam

memberikan pelayanan tepat waktu

4. Jaminan (Assurance), yaitu pengetahuan dan

kesopansantunan serta kepercayaan dari pegawai. Dimensi

jaminan memiliki ciri-ciri kompensasi untuk memberikan

pelayanan, sopan, dan memiliki sifat respek terhadap

konsumen.

5. Empati (Empathy), adalah memberikan perhatian individu

secara khusus. Dimensi empati ini memiliki ciri-ciri kemauan

untuk melakukan pendekatan, memberikan perlindungan dan

usaha untuk mengerti keinginan, kebutuhan, dan perasaan

konsumen.

Selain kepuasan pelanggan, ada faktor-faktor lain yang harus

diperhatikan pihak bank yaitu retensi pelanggan, perpindahan

pelanggan dan antusias pelanggan. Semua faktor-faktor tersebut

memiliki peranan penting dalam mempertahankan dan menciptakan

89Yesi Elsandra dan Efriyuzal, “Pengaruh Atribut Produk, Komitmen

Agama, Kualitas Pelayanan, dan Kepercayaan terhadap Loyalitas Nasabah dengan

Kepuasan sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukit Tinggi Vol.XIV No.2 (September 2013) : 143.

64 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

loyalitas pelanggan. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan

dalam mengukur loyalitas pelanggan (nasabah bank syariah).

Survei tahuan yang dilakukan MarkPlus Insight bersama

dengan Majalah Infobank yang bertujan untuk mendorong kesadaran

bank agar meningkatkan kualitas relationship dan partnership antara

bank dan nasabah, maka dibuatlah standar pengukuran loyalitas

nasabah yang mengacu pada empat tahapan, yaitu kepuasan

pelanggan (customer satisfaction), retensi pelanggan (customer

retention), perpindahan pelanggan (migration barrier), dan antusias

pelanggan (customer enthusiasm), yang diukur berdasarkan

transaksi (transaction), hubungan/relasi (relationship), kemitraan

(partnership), dan rasa kepemilikan (ownership). Makin kuat

kualitas hubungan antara bank dan nasabah makin memberikan

mutual benefit baik bagi nasabah selaku pengguna layanan maupun

bagi bank yang mengharapkan peningkatan kontribusi profit dari

setiap nasabahnya.90

Pengukuran loyalitas dalam survei ini diukur dengan metode

Structural Equation Model (SEM), suatu teknik analisis yang

menggabungkan analisis faktor dan analisis regresi. Dalam hal ini,

loyalitas nasabah terhadap suatu produk bank ditentukan oleh faktor

transaction, relationship, partnership, dan ownership. Pada dimensi

transaction dilihat bagaimana perilaku nasabah dalam mengelola

produk perbankan yang dimiliki serta seberapa puas nasabah

terhadap produk tersebut. Pada dimensi relationship dilihat motivasi

nasabah dalam membuka produk, lama menggunakan, serta seberapa

besar keinginan nasabah untuk terus menggunakan kembali produk

yang sudah dimilikinya. Pada dimensi partnership, dilihat apakah

nasabah melakukan transaksi secara rutin, meningkatkan frekuensi

dan volume transaksi, menggunakan produk lain dari bank yang

90Http: //www.infobanknews.com /2012/02/ empat -tahap -mengukur -

indeks-loyalitas. Ditulis pada tanggal 21 February 2012 pukul 11:18 WIB oleh

Farid Subkhan. Diakses pada tanggal 4 Mei 2015 pukul 22:22 WIB.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 65

sama, serta tidak berkeinginan untuk pindah ke bank lain.

Sedangkan pada dimensi ownership, dilihat apakah nasabah bersedia

merekomendasikan produk yang sudah dimiliki kepada orang lain,

bersedia membela produknya jika ada yang berkomentar negatif,

serta selalu rutin mengikuti perkembangan layanan dan terlibat

dalam mempopulerkan tabungan.

Gambar 2.1

Empat Tahap Pengukuran Loyalitas Nasabah91

Sumber : Indonesian Bank Loyalty Indeks (IBLI)

Loyalitas atau kesetian pelanggan merupakan interaksi antara

sikap (attitude) dan perilaku (behaviour) yang bersifat satu dimensi.

Griffin menyimpulkan bahwa keterikatan konsumen terhadap

91Http://www.markplusinc.com/ibla/sample-page. Indonesian Bank Loyalty

Award (IBLA) tahun 2014. Diakses pada tanggal 4 Mei 2015pukul 22:22 WIB.

66 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

perusahaan dan produknya ditentukan oleh dua faktor, yaitu

preferensi (tingkat keyakinan konsumen terhadap produk atau jasa)

dan persepsi diferensiasi produk (sejauh mana konsumen melihat

peusahaan dan produk mereka berbeda dengan pilihan alternatif

dipasar.92

Jadi, keterkaitan konsumen terhadap suatu bank akan

menjadi kuat jika preferensi konsumen terhadap produk layanan

perbankan bank tersebut baik dan konsumen melihat layanan

tersebut berbeda dengan yang ada di pasar. Sedangkan Dick dan

Basu menyimpulkan bahwa kesetiaan pelanggan ditentukan oleh

kekuatan hubungan antara sikap relatif terhadap suatu produk atau

perusahaan dan tingkat pembelian ulang yang dilakukan konsumen.

Dengan melihat interaksi antara sikap dan perilaku, Dick dan Basu

menemukan empat segmen konsumen, antar lain true loyalty, latent

loyalty, spurious loyalty dan no loyalty.93

1. True Loyalty

Segmen ini ditandai dengan tingkat pembelian ulang yang

tinggi dan sikap keterikatan (preferensi) yang tinggi terhadap

perusahaan atau penyedia jasa. Bagi bank, konsumen jenis ini

merupakan kelompok konsumen yang paling ideal karena

mereka merupakan konsumen yang setia dengan tingkat

pembelian ulang yang tinggi. Konsumen yang masuk dalam

kategori ini akan sulit dipengaruhi oleh pesaing dan mereka

tidak tertarik dengan program potongan harga yang dilakukan

pesaing. Disamping itu, mereka juga cenderung untuk

melakukan promosi dari mulut ke mulut yang positif (WOM)

kepada rekan atau keluarga mereka.

92Jill Griffin, Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (United

State Of America : Lexington Books, 1995), 1-3. 93Alan S.Dick dan K.Basu, “Customer Loyalty : Toward an Integrated

Conceptual Framework, Journal of The Academy of Marketing Science”, Vol.22

No.3 (1995) : 99-113. Lihat juga Lizar Alfansi, Pemasaran Jasa Finansial, Edisi 2

(Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2013), 257.

DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 67

2. Latent Loyalty

Konsumen dalam kelompok ini memperlihatkan tingkat

pembelian ulang yang rendah, tetapi mereka memiliki sikap

yang positif terhadap penyedia jasa perbankan dan produk

mereka. Ada dua kemungkinan konsumen yang masuk dalam

kategori ini. Pertama, mereka merupakan light user dengan

daya beli yang rendah seperti pelajar dan mahasiswa. Kedua,

tingkat pembelian yang rendah itu adalah karena faktor

situasi dan kondisi yang menyebabkan mereka lebih banyak

menggunakan produk pesaing.

3. Spurious Loyalty

Meskipun konsumen dalam kategori ini memiliki sikap

keterkaitan yang rendah terhadap penyedia jasa dan produk

mereka, nasabah jenis ini masih tetap mengunjungi bank dan

menggunakan produk mereka. Sepintas, konsumen yang

masuk dalam kategori ini memperlihatkan perilaku yang setia,

akan tetapi kesetiaan mereka bersifat semu karena

keengganan mereka untuk pindah ke bank lain disebabkan

oleh beberapa faktor, seperti tingginya switching cost, adanya

persepsi bahwa bank menawarkan jasa finansial yang relatif

sama, keterkaitan nasabah dengan bank yang tertuang dalam

kontrak (untuk produk seperti pinjaman) dan bank lain belum

tentu menawarkan benefit yang lebih baik.

4. No Loyalty

Segmen ini memperlihatkan kombinasi antara tingkat

keterkaitan konsumen terhadap perusahaan dan produk

mereka yang rendah dan tingkat pembelian ulang yang rendah

juga. Segmen ini merupakan kelompok nasabah yang tidak

loyal terhadap suatu bank. Rendahnya sikap keterikatan

68 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

konsumen terhadap suatu bank dapat jadi karena bank

tersebut gagal mengkomonikasikan keunggulan produk

mereka kepada nasabah atau karena tingkat persaingan

industri perbankan yang sangat kompetitif.

Table 2.1

Matriks Kesetiaan Pelanggan Dick dan Basu

(Perilaku)

Pembelian Ulang Tinggi Pembelian Ulang Rendah

(Sikap)

True Loyalty Latent loyalty

Spurious Loyalty No Loyalty

Keterikatan

Tinggi

Keterikatan

Rendah

69

BAB III

Motif Nasabah Bank Syariah

ehadiran industri perbankan syariah di Indonesia

memberi peluang bagi umat untuk dapat kembali pada

sistem ekonomi (muamalah) yang berprinsip pada ajaran Islam dan

tidak mengandung unsur maysir, gharar, maupun riba. Bankir yang

masih mengimani Alquran sebagai pedoman hidup dan hadist

sebagai panduan aktivitasnya, memperkenalkan pada industri

keuangan dan perbankan bahwa Islam memiliki prinsip-prinsip

syariah seperti, syirkah, mudharabah, ba’i as-salam, ba’i al-isthisna,

murabahah, wakalah, ijarah, hiwalah, kafalah, qardh, dan rahn,

untuk membuktikan bahwa semuanya dapat diterapkan pada

lembaga keuangan modern pada saat ini. Ini semua dikarenakan

sistem keuangan Islam adalah suatu sistem yang tercakup dengan

baik.1

Industri perbankan syariah merupakan suatu sarana yang

dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang adil, transparan, dan

dapat menghilangkan wabah penyakit maghrib (maysir, gharar,

riba). Ditinjau dari sisi kepentingan nasabah atau masyarakat,

sistem perbankan syariah banyak memberikan manfaat, yaitu

dengan meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Indonesia, sehingga akan semakin berkurang

kesenjangan sosial ekonomi, sebagai akibat dari praktek-praktek

kegiatan ekonomi yang tidak Islami. Tidak seperti bank-bank

konvensional yang telah beroperasi di Indonesia, dirasakan kurang

1Ummul Fadhilah Sari, “Analisis Dampak Basis Pedidikan Formal Sumber

Daya Insani (SDI) terhadap Pemahaman Akad Fiqh Muamalah di Perbankan

Syariah : Studi Kasus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu”, Skripsi

STAIN Bengkulu, (Bengkulu, 2011), 2-3.

K

70 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

berperan secara optimal dalam membantu memerangi kemiskinan

dan meratakan pendapatan masyarakat, khususnya yang berekonomi

lemah.2

Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan berbasis ke-

Islaman, perlu dijaga dan dipertahankan keberadaannya di tengah-

tengah masyarakat Muslim. Untuk menjaga dan mempertahankan

sebuah bank syariah, dibutuhkan dukungan dan kesetiaan dari para

nasabahnya, oleh karena itu penting bagi pihak bank syariah untuk

mengetahui hal apa saja yang dapat menjadikan seorang nasabah

setia atau loyal dalam menggunakan produk jasa dan layanan bank

syariah. Salah satu hal penting yang dapat menjadikan seorang

nasabah loyal adalah tujuan nasabah dalam menggunakan bank

syariah. Tujuan penggunaan bank syariah ini dapat disebut juga

dengan istilah ’motif’.

Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjabarkan apa

saja yang menjadi tujuan atau motif nasabah dalam menggunakan

bank syariah. Berdasarkan hasil penelitian lapangan penulis di Bank

Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu, penulis menemukan dua

macam motif yang paling mendasari seorang nasabah menggunakan

jasa layanan bank syariah, yaitu motif agama dan motif ekonomi.

Motif agama nasabah terbagi menjadi tiga macam, antara lain : 1)

Menjauhi larangan riba, 2) Prinsip Keadilan, 3) Penerapan nilai-nilai

Islam dalam kehidupan. Sedangkan motif ekonomi nasabah juga

terbagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Produk perbankan yang

memenuhi kebutuhan nasabah, 2) Persentase nisbah bagi hasil lebih

besar dari pada bunga bank, 3) Menghidari terjadinya Negative

Spread. Sebelum membahas motif agama dan motif ekonomi, lebih

dahulu penulis akan membahas karakteristik nasabah-nasabah yang

menjadi responden dalam penelitian penulis.

2Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan dan Lembaga-lembaga Terkait

(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996), 75-77.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 71

A. Karakteristik Nasabah BMI Cabang Bengkulu

Keberadaan dan keberlangsungan bank syariah di Indonesia

tidak akan dapat bertahan lama tanpa adanya dukungan dari nasabah

yang loyal. Untuk mempertahankan nasabah yang loyal, bank

syariah dituntut agar dapat memenuhi semua kebutuhan yang

diperlukan oleh setiap nasabahnya. Pelayanan yang diberikan oleh

bank syariah harus sesuai dengan persepsi nasabah, karena persepsi

seorang nasabah itu lebih penting dari pada realita yang ada,3 agar

apa yang diharapakan nasabah dapat terpenuhi, sehingga nasabah

menjadi puas. Kepuasan nasabah perlu diperhatikan agar bank

syariah dapat benar-benar mengetahui apa yang diharapkan

nasabah.4 Memenuhi kepuasan nasabah memang tidak mudah, setiap

nasabah mempunyai keinginan dan kebutuhan yang berbeda, intinya

bank syariah harus dapat memahami bagaimana perilaku dan

karakteristik nasabah.5

Karakteristik nasabah merupakan salah satu faktor penting

yang harus diperhatikan oleh lembaga perbankan syariah, karena

nasabah adalah aset berharga bagi perkembangan dan kemajuan

bank syariah. Perbedaan karakteristik nasabah tentunya akan

menjadikan perbedaan motif yang mendasari nasabah menggunakan

layanan jasa perbankan syariah, baik itu motif agama maupun motif

ekonomi. Pada bab ini penulis akan menganalisis apa saja yang

menjadi motif agama dan motif ekonomi nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dengan instrumen berupa

kuesioner model likert yaitu kuesioner yang berisikan pernyataan-

3Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th Edition

(New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River, 2006).

Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12 Jilid 1,

Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 228. 4Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 38. 5Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 1-2.

72 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

pernyataan tentang berbagai motif nasabah dalam menggunakan

jasa layanan bank syariah yang berjumlah 46 item, 15 pertanyaan

berkaitan dengan motif agama, 15 pertanyaan berkaitan dengan

motif ekonomi dan 16 pertanyaan mengenai loyalitas dengan lima

alternatif jawaban, antara lain, Tidak Pernah (TP), Jarang (JR),

Kadang-kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL). Masing-masing

jawaban diberi skor berbeda karena disesuaikan dengan pertanyaan

yang favorable dan unfavorable. Pertanyaan favorable dengan

jawaban Selalu (SL) diberi skor 5, jawaban Sering (SR) diberi skor

4, jawaban Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, jawaban Jarang (JR)

diberi skor 2, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi skor 1.

Pemberian skor akan menjadi sebaliknya untuk pertanyaan yang

unfavorable, jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, jawaban Sering (SR)

diberi skor 2, jawaban Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, jawaban

Jarang (JR) diberi skor 4, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi skor

5.

1. Jenis Kelamin

Tabel 3.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang)

Laki-laki 127 orang

Perempuan 173 orang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 300

orang responden yang penulis teliti sebanyak 127 orang (42,33%)

berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 173 orang (57,67%) berjenis

kelamin perempuan.6 Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling yaitu menentukan sampel

6Hasil data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014. Ditambah dengan

hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari - Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 73

dengan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan

penelitian.7 Persyaratan responden dalam penelitian ini yaitu, harus

seorang Muslim, berusia minimal 20 tahun, saldo tabungan minimal

berjumlah Rp 1.000.000,- dan minimal 1 tahun menabung atau

menggunakan jasa layanan perbankan di Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bengkulu.

Penulis sengaja mengambil secara acak nasabah responden

laki-laki maupun perempuan, karena menurut penulis tidak ada

kecenderungan menabung antara nasabah laki-laki dan perempuan.

Jenis kelamin seseorang tidak berpengaruh terhadap motif

penggunaan jasa perbankan.8 Penggunaan jasa perbankan seseorang

lebih dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing nasabah, bukan

jenis kelamin mereka. Dalam kondisi tertentu, transaksi perbankan

nasabah laki-laki dapat lebih dominan daripada nasabah perempuan.

Demikian pula sebaliknya, tidak menutup kemungkinan bahwa

penggunaan transaksi layanan perbankan nasabah perempuan

cenderung lebih banyak dari pada nasabah laki-laki.9 Oleh sebab itu,

penulis membagi sama rata jumlah responden berdasarkan jenis

kelamin. Namun, pembagian jumlah responden tersebut tetap dipilih

dan diseleksi sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan penelitian

penulis.

7Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta :

Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 169. Lihat Hendri Tanjung dan Abrista Devi,

Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 117. 8Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh

Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 101. 9Hasil pengamatan dari wawancara penulis dilapangan dengan beberapa

orang nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada tanggal 18-

19 Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis

pada tanggal 12 Januari – 20 Februari 2015.

74 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

2. Usia

Tabel 3.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase

20-29 tahun 69 orang 23%

30-39 tahun 102 orang 34%

40-49 tahun 75 orang 25%

50-59 tahun 42 orang 14%

60-69 tahun 12 orang 4%

Penelitian ini dilakukan pada nasabah Bank Muamalat

Indonesia cabang Bengkulu dengan rentang usia 20-69 tahun,

dengan rincian responden rentang usia 20-29 tahun sebanyak 23%,

responden dengan rentang usia 30-39 tahun sebanyak 34%,

responden dengan rentang usia 40-49 tahun sebanyak 25%,

responden dengan rentang usia 50-59 tahun sebanyak 14%, dan

responden dengan rentang usia 60-69 tahun sebanyak 4%.10

Dari

data di atas dapat diketahui bahwa nasabah responden dengan

rentang usia 30-39 tahun yang memperoleh persentase paling

banyak. Hal ini dikarenakan nasabah pada rentang usia 30-39 tahun

adalah nasabah dalam masa usia produktif, sehingga lebih dominan

melakukan transaksi ekonomi dan penggunaan jasa layananan

perbankan dibanding nasabah usia lainnya. Sedangkan persentase

nasabah yang paling sedikit adalah responden dengan rentang usia

60-69 tahun, sebanyak 4%. Hal ini dikarenakan nasabah dengan

rentang usia tersebut dapat dikategorikan tidak produktif lagi,

sehingga dalam melakukan kegiatan ekonomi (dalam penelitian ini

10Hasil pengolahan data kuesioner nasabah Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu yang penulis teliti pada bula Agustus 2014. Ditambah

dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -

Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 75

transaksi penggunaan jasa layanan bank syariah) intensitasnya

berkurang, bahkan dapat dikatakan jarang.11

3. Pendapatan

Tabel 3.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan/Gaji (Rupiah) Jumlah (Orang) Persentase

1.000.000 – 2.000.000 54 orang 18 %

2.000.001 – 4.000.000 100 orang 33,33 %

4.000.001 – 6.000.000 78 orang 26 %

6.000.001 – 8.000.000 42 orang 14 %

8.000.001 – 10.000.000 2 orang 0,67 %

Tidak diketahui 24 orang 8 %

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah yang

mempunyai penghasilan 2.000.001 – 4.000.000 memperoleh

persentase hasil paling banyak yaitu sebesar 33,33%. Responden

berpenghasilan 4.000.001 – 6.000.000 memproleh persentase

terbanyak ke-2 yaitu 26%. Berikutnya responden berpenghasilan

1.000.000 – 2.000.000 berjumlah 18%. Responden berpenghasilan

6.000.001 – 8.000.000 sebesar 14% dan terakhir nasabah yang

berpenghasilan 8.000.001 – 10.000.000 hanya sebanyak 0,67%.12

Dari data yang penulis peroleh, responden yang berpenghasilan

11Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,

didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang

sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 12Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014. Ditambah

dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -

Februari 2015.

76 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

2.000.001 s/d 4.000.000 mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta

maupun pegawai negeri. Sedangkan nasabah yang tidak diketahui

pendapatannya sebanyak 8%. Nasabah yang tidak diketahui

pendapatannya ini kebanyakan nasabah yang berstatus sebagai

mahasiswa yang memang belum memiliki pekerjaan atau ibu rumah

tangga yang tidak dapat dipastikan berapa pendapatan bulanan yang

diberikan oleh suaminya, atau mungkin nasabah juga yang tidak

mau diketahui berapa pendapatan bulanannya, karena beranggapan

bahwa pendapatan bulanan merupakan privasi seseorang yang tidak

seharusnya diketahui orang lain.13

4. Pekerjaan

Tabel 3.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Responden Jumlah (Orang) Persentase

Mahasiswa 18 orang 6 %

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 66 orang 22 %

Pedagang 39 orang 13 %

Pegawai Swasta 48 orang 16 %

Guru/Dosen 63 orang 21 %

Pengusaha/Wirausaha 30 orang 10 %

Pensiunan 12 orang 4 %

Ibu Rumah Tangga 21 orang 7 %

Pengacara 2 orang 0,67 %

Dokter 1 orang 0,33 %

13Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,

didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang

sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 77

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, nasabah BMI

cabang Bengkulu yang menjadi responden penelitian penulis

memiliki pekerjaan yang beragam. Responden yang bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS) memperoleh presentase terbesar yaitu

22%. Persentase terbanyak ke-2 diperoleh oleh nasabah responden

yang bekerja sebagai guru/dosen sebesar 21%. Persentase terbesar

ketiga ditempati responden yang bekerja sebagai pegawai swasta

sebanyak 16%. Kemudian responden yang bekerja sebagai pedagang

13%, wirausahawan sebanyak 10%, ibu rumah tangga 7%,

mahasiswa 6%, pensiunan 4%, serta profesi pengacara 0,67% dan

dokter 0,33%.14

Hasil data penelitian yang penulis peroleh di

lapangan menunjukkan bahwa mayoritas nasabah responden di BMI

cabang Bengkulu berprofesi sebagai PNS dan pengajar (guru dan

dosen).

5. Suku

Tabel 3.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Asal Suku Jumlah (Orang) Persentase

Minang 96 orang 32 %

Batak 45 orang 15 %

Lembak 39 orang 13 %

Rejang 51 orang 17 %

Jawa 30 orang 10 %

Sunda 12 orang 4 %

Palembang 21 orang 7 %

Madura 6 orang 2 %

14Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan

Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis

pada bulan Januari - Februari 2015.

78 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Pada tabel data di atas, responden yang berasal dari suku

Minang paling dominan dibanding suku-suku lainnya yaitu sebanyak

32%. Responden terbanyak berikutnya berasal dari suku Rejang

(salah satu suku asli Bengkulu, Kabupaten Kepahiang) sebesar 17%.

Lalu suku Batak sebesar 15%. Suku Lembak (suku asli Kota

Bengkulu) sebesar 13%. Suku Jawa 10%, suku Palembang 7%, suku

Sunda sebesar 4%, dan responden yang paling sedikit berasal dari

suku Madura sebesar 2%.15

Dari hasil perolehan data penelitian

lapangan penulis, dapat diketahui pula bahwa keberadaan suku

Minang lebih dominan dari pada suku Lembak atau Rejang yang

merupakan suku asli provinsi Bengkulu, hal ini dikarenakan kota

Bengkulu merupakan daerah yang masyarakatnya majemuk. Banyak

suku-suku dari luar provinsi Bengkulu yang berdatangan dan

berdomisili di Bengkulu, bahkan menetap berpuluh-puluh tahun dan

memiliki keturunan (anak, cucu, cicit).16

6. Jenjang Pendidikan

Tabel 3.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Pendidikan Responden Jumlah (Orang) Persentase

SMP 21 orang 7 %

SMA 60 orang 20 %

Diploma 57 orang 19 %

S1 108 orang 36 %

15Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan

Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis

pada bulan Januari - Februari 2015. 16Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,

didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang

sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 79

S2 48 orang 16 %

S3 6 orang 2 %

Dari data di atas dapat diketahui bahwa responden yang

paling banyak adalah nasabah yang berlatar belakang pendidikan S1

sebanyak 36%. Persentase terbanyak berikutnya responden

berpendidikan SMA sebesar 20%. Berikutnya nasabah berbasis

pendidikan Diploma sebesar 19%. Nasabah yang berjenjang

pendidikan S2 sebanyak 16%, berpendidikan SMP sebanyak 7%,

dan terakhir berlatar pendidikan S3 sebanyak 2%.17

Ini menunjukkan

bahwa nasabah Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu

mayoritas berpendidikan atau berasal dari kalangan terpelajar. Hal

tersebut juga diperkuat dengan banyaknya nasabah yang berbasis

Diploma, S2, bahkan jenjang pendidikan S3.

7. Lamanya Responden Menabung di BMI cabang Bengkulu

Tabel 3.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Menabung

Masa Menabung Jumlah (Orang) Persentase

1 – 2 tahun 75 orang 25 %

3 – 4 tahun 141 orang 47 %

5 – 6 tahun 42 orang 14 %

7 – 8 tahun 30 orang 10 %

9 – 10 tahun 12 orang 4 %

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah

yang paling banyak di BMI cabang Bengkulu adalah nasabah yang

17Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan

Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis

pada bulan Januari - Februari 2015.

80 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

masa menabungnya selama 3 – 4 tahun yaitu sebesar 47%. Nasabah

responden terbanyak kedua adalah nasabah dengan masa menabung

selama 1 – 2 tahun sebanyak 25%. Responden terbanyak ketiga

adalah Berikutnya nasabah dengan masa menabung selama 5 – 6

tahun sebanyak 14%. Lalu nasabah dengan masa menabung selama

7 – 8 tahun sebanyak 10% dan terakhir nasabah dengan masa

menabung 9 – 10 tahun sebanyak 4%.18

8. Status

Tabel 3.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Status Responden Jumlah (Orang) Persentase

Belum Menikah 96 orang 32 %

Menikah 141 orang 47 %

Janda/Duda 9 orang 3 %

Tidak diketahui 54 orang 18 %

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nasabah responden

BMI cabang Bengkulu yang paling banyak berstatus menikah

sebesar 49%. Nasabah yang belum menikah sebesar 32%, nasabah

yang berstatus janda/duda sebanyak 3%, dan sebesar 16% nasabah

responden BMI cabang Bengkulu tidak diketahui statusnya.19

Menurut penulis, hal ini kemungkinan dikarenakan sebagian

nasabah BMI cabang Bengkulu beranggapan bahwa status

18Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan

Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis

pada bulan Januari - Februari 2015. 19Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan

Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis

pada bulan Januari - Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 81

merupakan hal privasi, sehingga sebagian dari mereka tidak ingin

diketahui statusnya.

B. Profil Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu

Berdirinya Bank Muamalat Indonesia, sebagai bank syariah

pertama yang murni syariah pada tanggal 24 Rabius Tsani 1412H

bertepatan pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi

pada tanggal 27 Syawal 1412H / 1 Mei 1992 merupakan hasil dari

kerja keras tim kelompok kerja pendirian perbankan syariah

Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah

Indonesia, dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha

muslim di Indonesia.20

Sejalan dengan otonomi daerah, lembaga perbankan

konvensional maupun syariah turut serta dalam melakukan upaya

pemberdayaan daerah. Salah satu daerah yang diprogramkan

PT.Bank Muamalat Indonesia adalah Bengkulu. PT Bank Muamalat

Indonesia juga turut berperan dalam hal pendanaan untuk kemajuan

potensial alam provinsi Bengkulu. Sehingga, pada tanggal 18

September 2003 dibukalah PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)

cabang Bengkulu yang berkantor di Jl.S.Parman No.62D Padang

Jati, Kota Bengkulu.21

Pada saat awal beroperasi diutuslah dua orang dari Bank

Muamalat Indonesia (BMI) pusat untuk menjalankan sistem

operasional di Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu. Kedua

orang tersebut diberi tugas dan wewenang yang berbeda. Orang

pertama berwenang sebagai pimpinan cabang (Branch Manager)

20Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta :

Ekonisia, 2004), 31. 21Hasil data penelitian lapangan penulis, berupa file-file dan dokumentasi

yang penulis peroleh dari officer operasional Bank Muamalat Indonesia (BMI)

cabang Bengkulu, Bapak Muhammad Herlan, pada tanggal 22 Agustus 2014.

82 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

sekaligus menjabat sebagai manajer operasional (Operational

Manager). Orang kedua berperan sebagai manajer keuangan

(Account Manager) dan merangkap sebagai kepala sistem

operasional perusahaan (Officer Operational).22

Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu telah mengalami

empat kali pergantian kepala cabang. Kepala cabang yang pertama

dipimpin oleh Bapak Okki Sukardian yang menjabat pada tahun

2003 sampai tahun 2006. Pada tahun 2006 sampai tahun 2007

kepala cabang BMI cabang Bengkulu dijabat oleh Bapak Imrad

Amra. Kepala cabang berikutnya sekaligus merangkap sebagai

operational manager dijabat oleh Bapak Dendy Prasetya dengan

masa jabatan dari tahun 2007 sampai Juni 2011. Kepala cabang BMI

cabang Bengkulu berikutnya dijabat oleh Bapak Edi Santoso, yang

memulai masa jabatannya sejak Mei 2013 sampai dengan Januari

2015. Kepala cabang BMI cabang Bengkulu saat ini dijabat oleh

Bapak Gadjah Nonto yang memulai masa jabatannya dari Februari

20015.23

Berdasarkan Surat keputusan dewan direksi PT Bank

Muamalat Indonesia yang menenetapkan bahwa, PT Bank

Muamalat Indonesia cabang Bengkulu sebagai cabang tipe ”A”

(Aliansi). Kantor cabang aliansi atau diistilahkan dengan kantor

cabang ”A”, lebih menekankan kepada kerjasama antar lembaga

keuangan mikro syariah seperti koperasi, BPRS, dan lain-lain.

Adapun bentuk lainnya adalah kantor cabang tipe ”B” (Busnees)

yang lebih menekankan kepada kerjasama usaha menengah ke atas

dengan tujuan untuk menghasilkan laba (profit). Dan kantor cabang

22Hasil wawancara penulis dengan bagian HRD Bank Muamalat Indonesia

(BMI) cabang Bengkulu, Ibu Ida Noor Anggraeni, pada tanggal 18 Agustus 2014. 23Wawancara penulis dengan Kepala HDR Bank Muamalat Indonesia

(BMI) cabang Bengkulu, Ida Noor Anggraeni pada bulan Agustus 2014, dan hasil

wawancara penulis dengan Manager Front Office Ibu Fitria Asti pada tanggal 14

Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 83

tipe ”C” (Coorporate) yang lebih mengarah pada bentuk kerjasama

antara perusahaan-perusahaan besar dalam lingkup yang sangat luas

untuk memperoleh keuntungan yang besar pula.24

Setiap perusahaan mempunyai kebijakan visi dan misi

tertentu sebagai penunjang kegiatan operasional. Visi merupakan

sasaran tujuan opeerasional perusahaan dan misi merupakan cara

pencapaian tujuan tersebut. Visi Bank Muamalat Indonesia (BMI)

yaitu, menjadi bank syariah utama di Indonesia, yang dominan di

pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional. Dan misi Bank

Muamalat Indonesia (BMI), yaitu menjadi Role Model lembaga

keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat

kewirausahaan, keunggulan manajemen, orientasi investasi yang

inovatif untuk memaksimumkan nilai stakeholder.25

Konsep manajemen yang diterapkan Bank Muamalat

Indonesia sangat unik dan memiliki ciri khas tersendiri, yang

dinamakan dengan sistem The Celestial Management. The Celestial

Management26 diterapkan bertujuan untuk menjadikan perusahaan

sebagai sebuah spririt dalam bermuamalah yang dapat

meningkatkan kualitas sumber daya insani. Paradigmanya adalah

bahwa hidup dan kehidupan merupakan bagian dari pengabdian

kepada Allah yang maha kuasa. Dalam The Celestial Management

terkandung nilai-nilai moral perusahaan yang dilihat dari beberapa

aspek, antara lain aspek spritual, sosial, dan ekonomi. Kandungan

24Hasil Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank Muamalat

Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. 25Jurnal Bank Muamalat Indonesia (BMI), tahun 2009. Lihat juga di

www.bankmuamalat.co.id/tentang/visi-misi. 26The Celestial Management merupakan sebuah konsep spiritual

management yang menjadi budaya organisasi Bank Muamalat Indonesia. Konsep

ini merupakan ssebuah upaya untuk mentransformasikan ajaran agam Islam yang

bersumber dari Alquran dan Assunnah berkenaan dengan bisnis ke dalam budaya

organisasi. Lihat A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah : Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba

Empat, 2010), 69.

84 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

nilai-nilai tersebut diklasifikasikan dalam konsep sebagai berikut,

antara lain :

1. Sebagai tempat beribadah, Bank Muamalat Indonesia

menanamkan nilai-nilai ZIKR, yang merupakan cerminan

dari: 27

a. Zero Based, yaitu setiap sumber daya insani perusahaan harus

berani melihat perkembangan perusahaan dari sudut pandang

yang bersih dan jernih, serta terbebas dari bayang-bayang

pengalaman masa lalu. Tantangan perusahaan untuk maju dan

berkembang dimasa depan tidak akan sama, bahkan hampir

pasti berbeda setiap harinya.

b. Iman, yaitu setiap kebijakan dan keputusan telah diambil dan

disetujui oleh perusahaan, maka haruslah diyakini dengan

sepenuh hati. Agar apapun yang dikerjakan terasa ikhlas dan

mendapat nilai ibadah dimata Allah Swt. Karena tujuan

utama seorang Muslim dalam bekerja adalah untuk mencari

ridho Allah Swt semata.

c. Konsisten, yaitu sebuah komitmen yang dipegang teguh oleh

seluruh elemen, baik top manager, maupun karyawan biasa

terhadap ketetapan yang sudah diyakini agar tidak keluar dari

keputusan awal (istiqamah).

d. Result Oriented, yaitu tidak memaksakan dan mengutamakan

pendapat sendiri. Memberikan peluang dan kebebasan kepada

karyawan untuk berkarya, yang penting bagaimana usaha

pencapaian sasaran yang dituju.

2. Sebagai tempat untuk memperoleh kesejahteraan, Bank

Muamalat Indonesia menanamkan nilai-nilai PIKR, yang

tercermin dari : 28

27A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :

Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba Empat,

2010), 96-97.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 85

a. Power Sharing, yaitu kebebasan karyawan dalam

mengggunakan kekuatan dan potensi yang dimiliki untuk

berkarya dan membuat keputusan sesuai ruang lingkup

pekerjaannya tanpa menunggu arahan dari atasannya

(inisiatif).

b. Information Sharing, yaitu penyebaran informasi yang ada

haruslah transparan dan bersifat horizontal tanpa harus

dihambat sekat-sekat vertikal birokratis.

c. Knowledge Sharing, yaitu mutu pendidikan karyawan tentang

ilmu bisnis dan laporan keuangan harus mumpuni, sehingga

karyawan yang bersangkutan mengerti hubungan antara

peranan dirinya dengan perusahaan.

d. Reward Sharing, yaitu penghargaan bagi siapa saja yang

berprestasi dan memiliki kinerja baik, tidak hanya dikalangan

top manager, tapi juga karyawan biasa.

3. Sebagai kekuatan yang berupaya meraih kemakmuran melalui

prinsip Bank Muamalat mengutamakan nilai MIKR, yang

tercermin dari : 29

a. Militan, berorientasi pada misi pemberdayaan umat. Ikhlas

beribadah dan tidak mudah putus asa, mandiri dan berani

serta bisa berdikari dalam menempatkan potensi dirinya,

karena reward utama yang diharapkan adalah kemuliaan

akhirat.

b. Intelek, yaitu memiliki ide-ide terbaik yang mencakup semua

aspek ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill), dan

28A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :

Teori dan Praktik The Celestial Management, Jakarta : Penerbit Salemba Empat,

2010, h.147. 29A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :

Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba Empat,

2010), 213-214.

86 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

kepribadian (attitude) yang dibutuhkan untuk berprestasi,

namun tetap bersikap sportif dalam menghargai pendapat dan

keunggulan orang lain.

c. Kompetitif, yaitu kemampuan untuk berdaya saing di bursa

tenaga kerja, dengan persaingan yang sehat dan sportifitas

tinggi. Sehingga kinerja karyawan dapat terus meningkat

dalam menjalankan kegiatan sistem operasional perusahaan.

d. Regeneratif, yaitu semangat kompetitif yang terus tumbuh

dan berganti sehingga dapat bertahan lama di pasar

persaingan.

Produk-produk perbankan yang ada pada Bank Muamalat

Indonesia pusat tidak semuanya digunakan oleh Bank Muamalat

Indonesia Cabang Bengkulu, karena penggunaan produk pada kantor

cabang biasanya disesuaikan dengan permintaan nasabah daerah

sekitar akan produk-produk tertentu yang sesuai dengan kebutuhan

nasabah tersebut. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia Cabang

Bengkulu banyak digunakan oleh nasabahnya, antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Penghimpunan Dana (funding), antara lain dalam bentuk : 30

a. Giro Wadi’ah adalah titipan dana dari pihak ketiga kepada

bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, dan sarana

pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Giro

pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu dibagi

30Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational

Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.

Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah

dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada tanggal 12 Januari –

20 Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 87

menjadi 3 macam, giro untuk perorangan, giro untuk

perusahaan, dan giro untuk yayasan/koperasi.

b. Tabungan Ummat adalah titipan dana pihak ketiga pada bank

yang penarikannya dapat dilakukan dengan syarat tertentu

sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Penarikan

tabungan menggunakan slip penarikan, buku tabungan, kartu

ATM, atau dengan cara pemindahbukuan.

c. Tabungan Haji atau Tabungan Arafah adalah titipan dana dari

pihak ketiga kepada bank dengan tujuan untuk

pemberangkatan haji ke tanah suci. Tabungan ini biasanya

berjangka waktu pendek. Sebelum tiba waktu keberangkatan,

dana ini dikelola oleh bank terlebih dahulu, jika mendapat

keuntungan, maka nasabah juga berhak mendapatkan bagi

hasil dari titipan dana tabungan tersebut.

d. Shar‘E yaitu merupakan sebuah produk kemasan kartu

perdana mirip box perdana cellular namun berisi kartu ATM.

Produk ini sejenis layanan tabungan dengan kartu ATM,

namun tidak dengan buku tabungan. Hanya dengan Rp

125.000, langsung dapat diperoleh satu kartu Shar‘E dengan

saldo awal tabungan Rp 100.000 dan Rp. 25.000 merupakan

biaya administrasi. Jika nasabah Shar‘E ingin membuat buku

tabungan, maka akan dikenakan biaya pembuatan buku

sebesar Rp 25.000. Shar‘E dapat dibeli melalui kantor pos dan

diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil

kompetitif.

e. Deposito Mudhorobah adalah titipan dana dari pihak ketiga

pada bank syariah dengan jangka waktu tertentu sesuai

kesepakatan antara bank dengan nasabah, yang penarikannya

tidak dapat dilakukan setiap saat. Penarikan biasanya dapat

dilakukan sekali dalam sebulan pada tanggal yang ditentukan,

88 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

apabila nasabah melakukan penarikan tidak sesuai dengan

ketentuan akan dikenai denda.

f. Deposito Fulinves merupakan produk investasi dari Bank

Muamalat Indonesia yang menggunakan akad Mudaharabah

Muthlaqah dan memperoleh fasilitas asuransi syariah dalam

jangka waktu 6 sampai 12 bulan, dan dapat diperpanjang

secara otomatis pada saat jatuh tempo.

2. Penyaluran dana (lending), antara lain dalam bentuk : 31

a. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan

oleh pihak bank kepada nasabah untuk pembelian suatu

barang yang dibutuhkan sedangkan keuntungannya diperoleh

dari margin harga barang tersebut berdasarkan kesepakatan.

Biasanya Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu

memberikan pembiayaan murabahah dalam bentuk jual beli

rumah atau kendaraan.

b. Pembiayaan Musyarokah, adalah akad kerja sama antara dua

pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu

dengan penyertaan modal, keuntungan akan dibagi sesuai

nisbah bagi hasil yang disepakati di awal dan risiko akan

ditanggung bersama. Aplikasi pembiayaan ini terjadi pada

kerja sama antara Bank Muamalat Indonesia Cabang

Bengkulu dengan Bank Safir Cabang Bengkulu.

c. Pembiayaan Mudharobah, yaitu dimana pihak bank berperan

sebagai penyokong dana (shohibul maal) dan nasabah

berperan sebagai pengelola dana (mudharib). Perolehan

31Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational

Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.

Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah

dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -

Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 89

keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan di awal. Aplikasi

ini sering terjadi pada kerja sama antara Bank Muamalat

Indonesia Cabang Bengkulu dengan Koperasi Pegawai Negeri

(KPN) yang ada di Kota Bengkulu.

d. Pembiayaan Al-Qard, adalah pinjaman yang diberikan pihak

bank kepada nasabah sebagai pinjaman murni tanpa

mengambil keuntungan untuk keperluan yang bersifat

darurat/mendesak. Meskipun tidak mengambil keuntungan,

namun pihak bank dibolehkan meminta pengganti biaya

administrasi yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan akad

ini. Pembiayaan Al-Qord dibagi menjadi dua macam, yaitu

untuk talangan haji dan untuk keperluan mendesak karyawan

bank.

3. Pelayanan jasa (service), antara lain dalam bentuk : 32

a. Wakalah bil Ujroh, adalah akad pemberian kuasa oleh satu

pihak (nasabah) kepada pihak lain (bank) dalam hal-hal yang

diwakilkan. Atas jasanya, maka pihak yang menerima kuasa

dapat meminta imbalan tertentu sebagai balas jasa. Aplikasi

sistem ini terjadi dalam bentuk produk transfer dan kliring.

b. Ujroh, adalah imbalan (fee) yang dibayar oleh nasabah kepada

pihak bank atas jasa pelayanan bank seperti penggunaan ATM

dan Kartu Debit.

32Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational

Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.

Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah

dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada tanggal 12 Januari –

20 Februari 2015.

90 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

C. Motif Nasabah Menggunakan Jasa Layanan BMI Cab.

Bengkulu

Menggunakan jasa dan layanan suatu bank syariah bagi

seorang nasabah, pastinya didasari oleh tujuan atau motif tertentu.

Dari hasil penelitian lapangan penulis yang bertempat di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, ditemukan dua

macam motif yang paling mendasari seorang nasabah menggunakan

produk, jasa dan layanan bank syariah, yaitu motif agama dan motif

ekonomi. Motif agama adalah tujuan atau motif nasabah dalam

menggunakan bank syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai

keagamaan. Sedangkan motif ekonomi adalah tujuan atau motif

nasabah menggunakan bank syariah yang dilandasi oleh kebutuhan

ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian penulis pula, motif agama

yang melandasi seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan

bank syariah terbagi menjadi tiga macam, antara lain : 1) Menjauhi

larangan riba, 2) Berpedoman pada prinsip keadilan, dan 3)

Penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Demikian pula dengan

motif ekonomi nasabah menggunakan jasa layanan bank syariah,

terbagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Produk perbankan yang

memenuhi kebutuhan nasabah, 2) Persentase nisbah bagi hasil lebih

besar dari pada bunga bank, serta 3) Menghidari terjadinya

Negative Spread.33

Selanjutnya, penulis akan mengukur seberapa besar motif

agama dan motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa layanan bank syariah,

dengan instrumen model likert yang berisikan pernyataan-

pernyataan berjumlah 15 item untuk motif agama dan 15 item untuk

33Analisis penulis berdasarkan hasil penelitian lapangan di Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa wawancara dengan beberapa responden.

Analisis ini juga didasari dengan melihat fakta dan realita tujuan atau motif

nasabah dalam menggunakan produk, jasa dan layanan Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu, pada bulan Januari-Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 91

motif ekonomi, dengan lima alternatif jawaban, antara lain, Tidak

Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-kadang (KK), Sering (SR), Selalu

(SL). Masing-masing jawaban diberi skor berbeda karena

disesuaikan dengan pertanyaan yang favorable dan unfavorable.

Pertanyaan favorable dengan jawaban Selalu (SL) diberi skor 5,

jawaban Sering (SR) diberi skor 4, jawaban Kadang-kadang (KK)

diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 2, dan jawaban Tidak

Pernah (TP) diberi skor 1. Pemberian skor akan menjadi sebaliknya

untuk pertanyaan yang unfavorable, jawaban Selalu (SL) diberi skor

1, jawaban Sering (SR) diberi skor 2, jawaban Kadang-kadang (KK)

diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 4, dan jawaban Tidak

Pernah (TP) diberi skor 5. Deskripsi frekuensi nilai hasil

perhitungan skor kuesioner motif agama nasabah secara keseluruhan

dapat dilihat pada gambar di bawah ini :34

Gambar 3.1

34Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di

Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014

ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

7

4

6 5 5

2

7

9

3

8

6

9

7 7 6

13

15

11

7

9

12

8 9

13

7

9

12

9 8

10

15

10

8

13

11

0

2

4

6

8

10

12

14

16

27 29 32 36 38 40 43 46 49 51 53 57 60 62 65 67 69 71

Jum

lah

In

div

idu

Skor Kuesioner

Nilai Motif Agama

92 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai skor kuesioner

motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh

nilai terendah dengan skor 27 sebanyak 7 orang dan nilai tertinggi

dengan skor 71 sebanyak 11 orang. Adapun nilai tertinggi dari

seluruh item pernyataan kuesioner yaitu dengan skor 75, sedangkan

untuk nilai terendah dengan skor 15. Hasil perhitungan ini

menunjukkan bahwa motif agama nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu cukup baik, karena hampir

mendekati nilai skor tertinggi. Skor nilai tertinggi dari nasabah yang

menjadi responden hanya kurang 4 poin dari skor tertinggi dengan

nilai 75. 35

Dari hasil perolehan skor motif agama pada gambar di atas,

penulis akan mengkategorikan tingkat motif agama menjadi tiga

kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengkategorian ini

didasari oleh hasil pengolahan data SPSS terhadap nilai mean dan

standar deviasi, karena data berdistribusi normal. Berdasarkan

pengkategorian tersebut, maka tingkat motif agama nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai

berikut :

35Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 93

Gambar 3.2

Tingkat Motif Agama

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa motif agama yang

berada pada kategori tinggi sebanyak 62 orang dari jumlah

keseluruhan 300 individu, dengan persentase 20,67%. Motif agama

nasabah dengan kategori sedang memperoleh suara tertinggi

sebanyak 202 orang, dengan persentase 67,33%. Sedangkan motif

agama nasabah berkategori rendah sebanyak 36 orang dengan

persentase 12,00%. Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat

motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu sudah cukup baik, karena memiliki persentase di atas nilai

rata-rata yaitu pada kategori sedang sebesar 67,33%.36

Menurut penulis tingginya tingkat motif agama nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu ini disebabkan oleh

banyak faktor, salah satunya keinginan nasabah untuk kembali pada

sistem ekonomi (muamalah) yang berlandaskan nilai-nilai ke-

Islaman, oleh sebab itu nasabah lebih memilih menggunakan jasa

36 Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di

Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014

ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

0

100

200

300

TinggiSedang

Rendah

62

202

36

Kategori

94 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

layanan perbankan yang sesuai dengan syariah Islam. Tingginya

ketaatan nasabah terhadap nilai-nilai ke-Islaman, seperti perintah

larangan praktik maisyir, gharar, dan riba, menjadikan nasabah

memilih dan mempercayai Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu sebagai lembaga keuangan berbasis kesyariahan dalam

melakukan kegiatan transaksi ekonomi (muamalah) mereka.37

Agama merupakan unsur penting dalam setiap individu

karena menggambarkan karakteristik dan identitas diri seseorang.38

Agama mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil

keputusan,39

karena tingkat pemahaman agama seseorang dapat

mempengaruhi bagaimana pola pikir dan sudut pandang,40

termasuk

keputusan dalam transaksi ekonomi yang berkaitan dengan

komitmen beragama,41

seperti penggunaan layanan jasa perbankan

syariah. Lembaga keuangan seperti bank syariah, hadir

dimasyarakat untuk memberi peluang bagi umat agar dapat kembali

37Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015, serta wawancara penulis dengan beberapa orang nasabah

yang menjadi responden. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS

ver.20. 38Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour

Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing Vol.1 No.4 (1994) : 36.

39Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of

Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5

(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail

Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University

of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 40Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare, Ch.2

dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),

28. 41Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United

Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 95

pada sistem ekonomi (muamalah) yang sesuai dengan tuntunan

Islam.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisa bagaimana motif

agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu.

Apakah nasabah BMI cabang Bengkulu menggunakan jasa layanan

bank syariah bertujuan untuk mematuhi perintah agama seperti

menjauhi larangan riba, keinginan akan sistem bagi hasil yang

berprinsip pada keadilan, dan implementasi atau penerapan nilai-

nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dari data kuesioner

yang penulis peroleh, menghasilkan beberapa temuan yang

menyatakan bahwa motif agama nasabah BMI cabang Bengkulu

dalam menggunakan jasa layanan perbankan syariah, antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Menghindari Praktik Riba

Tujuan utama didirikannya lembaga keuangan syariah

didasari oleh upaya umat Muslim untuk kembali pada sistem

ekonomi (muamalah) yang berlandaskan ajaran Islam, yang

berpedoman pada Al-quran dan As-Sunnah.42

Hal ini menunjukkan

bahwa adanya keinginan kaum Muslimin dalam memenuhi

kebutuhan komitmen beragama mereka. Berdirinya Bank Muamalat

Indonesia (BMI) yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia

menjalankan kegiatan operasional perbankan dengan menggunakan

sistem bagi hasil, bukan dengan sistem bunga seperti yang

digunakan oleh bank konvensional, karena sistem bunga dalam bank

konvensional disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim

terindikasi praktik riba yang tidak sesuai syariah Islam dan

diharamkan, sebagaimana Allah swt melarang praktik riba dalam

Al-Quran :

42Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :

Gema Insani Press, 2001), 18.

96 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Artinya : ”Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, disebabkan mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu ia berhenti (dari mengambil riba), maka apa yang telah diambilnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa yang kembali (mengambil riba), maka mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS.Al-Baqarah 275)

Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-

Quran, melainkan juga pada Al-Hadits/As-Sunnah. Posisi hadits

yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah

digariskan oleh Al-Quran, pelarangan riba dalam hadits dijelaskan

lebih terinci. Salah satu Hadits Riwayat Muslim yang berkenaan

dengan pelarangan riba, seperti :

وكاتبه ومؤكله ابلرا کلٲ: م.ص للها لسور لعن لقا جابر عن ) مسلم رواه ( اءسو هم لوقا وشاهديه

”Jabir berkata, bahwa Rasulullah saw mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, orang yang

MOTIF NASABAH Bank Syariah 97

mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda : Mereka semua itu sama (dosanya)”. (HR.Muslim)

Dalam Ushul Fiqh, ada kaidah yang menyatakan bahwa :

تيم ما واالي جباو فهو به الٳ جبال

”Sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan”.

43

Falsafah dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran

agama Islam yang bersumber pada Al-Quran, Al-Hadits/As-Sunnah,

Al-Ijtihad, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas.44

Umat Islam meyakini Al-

Quran sebagai firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi terakhir,

Nabi Muhammad,saw yang menjadi kitab suci dan berisikan

himpunan dari ajaran-ajaran wahyu yang terbaik, wajib dibaca

maupun dipelajari.45

Al-Hadits merupakan segala perkataan,

perbuatan, ketetapan atau tarir (pengakuan terhadap sesuatu dengan

cara tidak memberi komentar) yang dilakukan Nabi

Muhammad,saw. Pada umumnya, para ahli Hadits menyamakan

istilah Al-Hadits dengan istilah As-Sunnah.46

Al-Ijma’ ialah

kesepakatan pendapat atau hasil al-ijtihad (pemikiran) di antara para

ulama fiqh (mujtahid) tertentu mengenai suatu hukum syariat Islam

43Adiwarman A.Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta :

Rajawali Pers, 2011), 14. 44Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :

Kencana, 2005), 4. 45Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 794. Lihat dalam

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), 4.

Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 11.

46Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.

Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 13.

98 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

(syara’).47 Sedangkan Al-Qiyas adalah suatu metode untuk

menemukan hukum suatu peristiwa yang tidak ada kejelasan

hukumnya dalam sumber hukum utama, yaitu Al-Quran dan Al-

Hadits/As-Sunnah, dengan cara menghubungkan atau menyamakan

dengan hukum suatu peristiwa yang telah ditegaskan hukumnya

dalam sumber-sumber hukum tersebut karena adanya persamaan

’illat (motif hukum) antara kedua peristiwa tersebut.48

Ajaran agama Islam mengajarkan pada umat manusia untuk

berusaha mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun di

akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik dunia akhirat inilah yang

dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini

sesuai dengan firman Allah,swt yang berbunyi :

Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS.Al-

Baqarah : 201)

Ayat di atas adalah sebaik-baiknya doa bagi seorang Muslim.

Hal ini berarti, bahwa dalam mengejar kehidupan di dunia tidak

dapat dilakukan dengan menghalalkan segala cara, tetapi harus

dilakukan dengan gerakan amal saleh. Perbuatan amal saleh adalah

perbuatan baik yang mendatangkan pahala baginya dan

47Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.

Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 16.

48Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.

Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 17

MOTIF NASABAH Bank Syariah 99

mendatangkan faedah bagi orang lain. Amal saleh dapat berupa

tingkah laku dan perbuatan yang termasuk ke dalam kategori ibadah

maupun yang termasuk dalam kategori muamalah.49

Berdasarkan falsafah inilah, para nasabah bank syariah

bersedia menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah dengan

tujuan untuk menghindari praktik riba yang terjadi dalam bank

konvensional yang menggunakan sistem bunga. Dari hasil

pengolahan data kuesioner penelitian lapangan penulis, diperoleh

persentase motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa dan layanan bank

syariah untuk menghindari praktik riba, adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3

Motif Agama : Menghindari Praktik Riba

Gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif agama

nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu untuk

menghindari riba berada pada kategori tinggi sebanyak 73%,

kategori sedang sebanyak 19% dan kategori rendah sebanyak 8%

dari jumlah keseluruhan responden 300 orang. Hal ini menunjukkan

bahwa menjauhi larangan riba dalam Islam merupakan motif utama

49Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :

Kencana, 2005), 5.

73%

19%

8%

Tinggi

Sedang

Rendah

100 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

nasabah menggunakan bank syariah.50

Selain itu, ada beberapa

alasan lainnya nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu dalam menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah

untuk menghindari praktik riba yang terindikasi dalam sistem bunga

yang terdapat di bank konvensional, antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka

suatu hasil usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau

bunga pinjaman yang dilakukan pada bank konvensional.51

Mengapa nasabah bank syariah ingin menghindari sistem ini?

Karena manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa

yang akan diusahakannya/dilakukannya esok dan apa yang

akan diperolehnya, hanya Allah,swt saja yang mengetahui apa

yang akan terjadi esok. Seperti yang tertera dalam QS.Al-

Luqman (31) ayat 34 :

Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada

50Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan

penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-

Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-

Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 51Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bengkulu pada tanggal 20 Agustus 2014, jam 10.30 WIB. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia

(Jakarta : Kencana, 2005), 17.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 101

seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.Al-Luqman : 34).

b. Menghindari penggunaan sistem presentasi biaya terhadap

hutang atau imbalan terhadap simpanan yang mengandung

unsur melipatgandakan secara otomatis utang atau simpanan

tersebut hanya karena berjalannya waktu.52

QS.Ali Imran (3) :

130.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.

(QS.Ali Imran :130)

Istilah ‘berlipat ganda’ yang dimaksud disini adalah riba nasi'ah.

Menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi'ah itu selamanya

haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba nasiah ialah

pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang

meminjamkan. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah

yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.53

52Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bengkulu pada tanggal 21 Agustus 2014, jam 13.15 WIB. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia

(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18. 53Karnaen A.Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah : Teori,

Praktik dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 12. Lihat juga

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : Gema

Insani Press, 2009), 41. Lihat juga Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta : Kencana, 2014), 161-162.

Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 39. Lihat juga

102 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

c. Menghidari penggunaan sistem perdagangan / penyewaan

barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan

memperoleh kelebihan, baik kuantitas maupun kualitas.54

Periksa hadits Shahih Muslim Bab Riba No.1551 s/d 1567.

Intinya, memperdagangkan atau menyewakan barang ribawi

dengan imbalan barang yang sama dan sejenis dalam jumlah

atau kualitas yang lebih baik adalah hukumnya riba. Hal ini

sama seperti praktik riba fadhl yaitu penukaran suatu barang

dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya

karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, atau

pertukaran barang sejenis dengan tetapi kualitas barang

pengganti lebih baik, seperti penukaran emas dengan emas,

padi dengan padi, dan sebagainya.55

d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka

tambahan atas uang pinjaman, yang bukan atas dasar

pemberian sukarela orang yang mempunyai utang, seperti

penetapan bunga pada bank konvensional.56

Seharusnya,

Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah : Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis (Jakarta : Paramadina, 2004), 39.

54Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bengkulu pada tanggal 19 Agustus 2014, jam 9.30 WIB. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia

(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18. 55Karnaen A.Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah : Teori,

Praktik dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 12. Lihat juga

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : Gema

Insani Press, 2009), 41. Lihat juga Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta : Kencana, 2014), 161-162.

Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 39. Lihat juga

Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah : Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis (Jakarta : Paramadina, 2004), 42.

56Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bengkulu pada tanggal 18 Agustus 2014, jam 11.25 WIB. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia

(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 103

penambahan uang pinjaman tidak boleh disyaratkan diawal

oleh si pemberi utang, hal ini sesuai dengan Hadits Shahih

Muslim oleh Ma’mur Daud Bab Riba No.1569 s/d 1572.

Intinya, membayar utang dengan lebih baik (yaitu dengan

memberikan tambahan) harus atas dasar sukarela dan

prakarsanya harus datang dari orang yang mempunyai utang.57

2. Menerapkan Prinsip Keadilan

Tujuan/motif agama lainnya yang tidak kalah penting dari

menghindari praktik riba dalam penggunaan jasa dan layanan

perbankan syariah bagi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

cabang Bengkulu adalah berpegang pada prinsip keadilan,

menerapkan nilai-nilai keadilan dalam melakukan setiap transaksi

ekonomi, seperti kegiatan transaksi dalam bank syariah yang

menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip keadilan.

Aplikasi prinsip keadilan dalam sistem bagi hasil ini tergambar

dengan adanya pembagian hasil pendapatan yang sama rata baik

keuntungan maupun kerugian. Sehingga tidak ada salah satu pihak

yang merasakan dirugikan.

Penerapan prinsip keadilan ini juga merupakan salah satu

sistem ekonomi (muamalah) yang sesuai dengan ajaran syariah

Islam, yang berpedoman pada Al-quran dan As-Sunnah, dan

merupakan pemikiran dasar didirikannya lembaga keuangan syariah,

seperti perbankan syariah oleh umat Muslim.58

Hal ini menunjukkan

bahwa adanya keinginan kaum Muslimin dalam memenuhi

kebutuhan komitmen beragama mereka. Berdirinya Bank Muamalat

Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia,

menjalankan kegiatan operasional perbankannya dengan

57Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :

Kencana, 2005), 17-18. 58Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :

Gema Insani Press, 2001), 18.

104 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

menggunakan sistem bagi hasil, bukan dengan sistem bunga seperti

yang digunakan oleh bank konvensional, karena sistem bunga dalam

bank konvensional disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim

selain terindikasi praktik riba, juga tidak sesuai dengan prinsip-

prinsip keadilan dalam berekonomi (muamalah).

Kebebasan dalam melakukan transaksi ekonomi (muamalah)

harus melalui keputusan dan kesepakatan bersama dari semua pihak

yang melakukan transaksi (kontrak). Kesepakatan atau persetujuan

yang sudah diputuskan oleh pihak-pihak yang bersangkutan

dianggap sebagai syarat terwujudnya keadilan dari sebuah transaksi.

Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk berlaku adil dan

perintah ini sangat jelas penegasannya dan tidak dapat diragukan.59

Hal ini sesuai dengan firman Allah,swt yang berbunyi :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.An-Nisa’ : 29)

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa, jika ingin melakukan

suatu transaksi haruslah berdasarkan suka sama suka, tidak ada

salah satu pihak yang merasa keberatan dengan transaksi atau

kontrak yang dijalankan. Jika transaksi yang dilakukan tersebut

59Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International

Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 95.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 105

tidak berdasarkan suka sama suka, maka itu sama saja dengan

memakan harta seseorang dengan cara yang batil atau cara yang

tidak benar.60

Dalam surat An-Nisa’ ayat 29-30 dapat disimpulkan

bahwasanya dalam melakukan sebuah transaksi harus memenuhi dua

syarat kesepakatan agar transaksi tersebut dapat menjadi legal atau

sah. Pertama, harus disepakati secara bersama-sama, suka sama suka

antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Kedua, hasil

pendapatan dari perputaran usaha (keuntungan atau laba) yang

diperoleh jangan sampai hanya menguntungkan satu pihak saja dan

merugikan pihak lainnya. Praktik-praktik riba, judi, lotre, balapan,

taruhan, dan semua permainan yang menggunakan uang maupun

sejenisnya sangat dilarang, karena mengandung unsur-unsur yang

akan merusak sahnya syarat pertama ataupun syarat kedua.61

Transaksi bisnis (dalam studi kasus penelitian ini bisnis

keuangan dan perbankan syariah) tidak bisa dikatakan telah

mencapai sebuah bentuk transaksi yang saling rela antar pelakunya

(tija>ratan ’an tara >dlin minkum) jika di dalamnya masih ada tekanan,

penipuan, penggelapan, atau mis-statement yang digunakan oleh

salah satu pihak yang melakukan transaksi. Kesepakatan bersama

(suka sama suka) bertujuan untuk menghindari semua bentuk

paksaan dalam transaksi dari pihak manapun. Agar kesepakatan

menjadi sah (legal), sudah menjadi syarat mutlak harus terlepas dari

paksaan apapun bentuknya. Dengan kata lain, hanya transaksi bisnis

60Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International

Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.

61Ali Musa Razi Muhajir, Islam in Practical Life (Lahore : Sh.Muhammad

Ashraf, 1974), 150. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan :

The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson

Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.

106 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

yang terlepas dari paksaan dan intimidasi, ketidakadilan, eksploitasi

inilah yang dianggap sebagai transaksi bisnis yang halal.62

Kesepakatan yang benar adalah sebuah tuntutan dan syarat

mutlak. Semua bentuk tindak paksaan hendaknya dihindari,

meskipun mungkin saja langkah ini diambil ketika mengalami

kondisi/situasi tertentu dalam prilaku bisnis. Hukum Islam memang

memberikan keringanan (rukhshah), jika seorang Muslim

menghadapi kesulitan dan keterpaksaan. Prinsip pemberian

keringanan ini bisa saja diaplikasikan pada prilaku bisnis dan juga

pada aspek kehidupan yang lainnya.63

Tidak adanya pengekangan

terhadap kebebasan yang dinikmati oleh seorang pelaku bisnis

Muslim dalam hal betransaksi (muamalah) merefleksikan prinsip-

prinsip keadilan. Oleh sebab itulah para nasabah masih tetap loyal

menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah, karena dalam

sistem bagi hasil yang menjadi pedoman kegiatan operasional bank

syariah sesuai dengan prinsip keadilan.64

Berdasarkan hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan penulis, diperoleh persentase motif agama

nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

62Mahmud Muhammad Babilli, Al-Ma>l fi> Al-Isla>m (Beirut : Daar Al-Kitab

Al-Lubnani, 1975), 106. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam

(Pakistan : The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh

Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003),

96. 63Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Mu’asyiyat Islam, (Lahore : Islamic

Publication, 1969), 430-431. Lihat juga Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Ethical Viewpoint of Islam (Lahore : Islamic Publication, 1974). Lihat juga Sayyid Abu Al-

‘Ala Maududi, Capitalism, Sosialism and Islam, (Kuwait : Islamic Book Publishers,

1977). Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The

International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman,

Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 64Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap para

nasabah yang menjadi responden pada penelitian lapangan penulis di Bank

Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014 dan penelitian

lanjutan pada bulan Januari-Februari 2015.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 107

menggunakan jasa dan layanan bank syariah untuk menerapkan

prinsip keadilan dalam melakukan transaksi ekonomi (muamalah),

adalah sebagai berikut :

Gambar 3.4

Motif Agama : Menerapkan Prinsip Keadilan

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif

agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

dalam menerapkan prinsip keadilan berada pada kategori tinggi

sebanyak 61%, kategori sedang sebesar 26%, dan kategori rendah

sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang. Hal ini

menunjukkan bahwa menerapkan prinsip keadilan dalam melakukan

transaksi ekonomi (muamalah) terutama dalam lembaga keuangan

perbankan menjadi salah satu tujuan/motif seorang nasabah

menggunakan jasa dan layanan bank syariah.65

Sistem bagi hasil (profit and loss sharing) yang merupakan

karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam

secara keseluruhan dapat dikatakan sesuai dengan penerapan prinsip

keadilan. Secara syariah, sistem bagi hasil ini berdasarkan kaidah

mudharabah. Berdasarkan sistem bagi hasil ini, bank Islam akan

65Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan

penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-

Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-

Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

61%

26%

13%

Tinggi

Sedang

Rendah

108 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan

pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank akan

bertindak sebagai pengelola (mudharib), sedangkan penabung

bertindak sebagai penyedia dana (shohibul maal)66

Nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

beranggapan bahwa, menjalankan transaksi ekonomi keuangan

perbankan atas dasar bagi hasil (suka sama suka) merupakan

aplikasi dari penerapan prinsip-prinsip keadilan, yang mana nasabah

penabung berperan sebagai pihak pemilik dana (shohibul maal) dan

pihak bank berperan sebagai pengelola dana (mudharib) atau dapat

sebaliknya, nasabah peminjam berperan sebagai pengelola dana

(mudharib) dan pihak bank berperan sebagai pemilik dana (shohibul

maal), keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai kesepakatan nisbah

bagi hasil, begitu pula jika terjadi kerugian, tetap dibagi sama rata,

sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. Berbeda

dengan sistem yang terdapat dalam bank konvensional yang

menggunakan bunga. Pembagian keuntungan dan kerugian yang

didapat dari hasil pengelolaan dana pinjaman tidak ada kejelasan.

Ada kalanya salah satu pihak yang bertransaksi mendapat

keuntungan besar, dan pihak lainnya hanya diberi sebagian kecil dari

keuntungan. Ada pula kalanya salah satu pihak yang bertransaksi

mengalami kerugian dalam pengelolaan dana pinjaman, namun

pihak lainnya tetap menuntut pengembalian dana pinjaman berikut

dengan tambahannya (kelebihan/keuntungan dana), padahal

kenyataannya perputaran dana mengalami kerugian, sebagaimana

yang terjadi dalam praktik bunga yang terdapat di bank

konvensional. Jika hal tersebut tetap dilakukan, berarti ini termasuk

dalam kategori riba.67

66Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :

Gema Insani Press, 2001), 137. 67Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

MOTIF NASABAH Bank Syariah 109

Penegasan pelarangan praktik riba mengacu pada QS.Al-

Baqarah (2) ayat 275 dan QS>.An-Nisa’ (4) ayat 29 yang intinya

Allah,swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba serta

suruhan untuk menempuh jalan periagaan dengan suka sama suka,

maka setiap transaksi kelembagaan ekonomi Islam harus selalu

dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau yang

transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara mata uang

dengan barang atau jasa. Sehingga dapat mendorong produksi

barang dan jasa, mendorong kelancaran arus barang dan jasa, dapat

menghindari penyalahgunaan kredit kredit, spekulasi dan inflasi.68

3. Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Kehidupan

Transaksi ekonomi (muamalah) merupakan kebutuhan

manusia. Manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu

berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.69

Memenuhi kebutuhan

hidup dan bertindak secara rasional merupakan sifat manusiawi. Hal

ini merupakan hakikat manusia untuk menafkahi diri sendiri

maupun keluarganya, dan wajib dilakukan. Dalam menjalankan

kegiatan perekonomian, Islam memberi kebebasan manusia untuk

mencari keuntungan dalam setiap transaksi ekonomi (muamalah)

yang dijalankan demi tercapainya kebahagian hidup di dunia

maupun akhirat. Namun, dalam melakukan aktivitas perekonomian,

manusia tetap harus sesuai dengan batasan-batasan syariat dan

sejalan dengan tuntunan agama, karena manusia juga makhluk

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 68Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :

Kencana, 2005), 18-19. 69Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3.

110 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

mukallaf yang menanggung beban agama dalam menjalankan

hidupnya.70

Kegiatan perekonomian berbasis syariat yang dilakukan

manusia setiap harinya tidak terlepas dari peran lembaga keuangan

syariah, salah satunya lembaga perbankan syariah. Sebagaimana

diketahui, bank syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang

menjadi pusat perekonomian berbasis ke-Islaman.71

Banyak kegiatan

ekonomi yang dapat dilakukan di bank syariah, seperti penyimpanan

(tabungan) pembiayaan, maupun transaksi-transaksi lainya seperti

transfer uang, rekening koran, pembayaran tagihan listrik, dan

sebagainya yang akan lebih mudah dilakukan jika menggunakan

layanan jasa perbankan.72

Menggunakan jasa dan layanan bank syariah merupakan salah

satu jalan yang dapat menjadikan nasabah bank syariah terbiasa

untuk melakukan kegiatan transaksi ekonomi (muamalah) yang

sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai seorang Muslim, diharuskan

menjalani kehidupannya sejalan dengan tuntunan agama Islam,

karena agama merupakan salah satu variabel penting sebagai

identitas diri dan karakteristik seseorang.73

Agama dan manusia

70Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan

Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan“, Artikel Ilmiah, Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada

tanggal 20 Desember 2014. Lihat http//www.fatmahazis.file.wordpress.com. 71Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan

Ilustrasi (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), 15. 72Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta :

Kencana, 2009), 25. 73Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour

Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing Vol.2 No.4 (1994) : 36. Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23. Lihat juga Herlina Yustati, Religiusitas dan

Konsumerisme Mahasiswa Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi

Islam, Tesis UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2014), 23.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 111

adalah dua hal yang saling berhubungan erat.74

Islam mengajarkan

kepada manusia tentang apa saja yang menjadi kewajiban dan

kepatuhan. Kepatuhan yang dimaksud adalah patuh terhadap aturan,

petunjuk, perintah, yang diberikan Allah kepada manusia lewat

utusan-utusanNya, dan oleh utusan-utusanNya tersebut diajarkan

kepada umat manusia berupa ilmu pengetahuan dan contoh

keteladanan.75

Islam sebagai agama yang komprehensif juga mengatur

perilaku ekonomi penganutnya. Islam mengatur perilaku ekonomi

umatnya dengan mengedepankan akhlak, dengan berakhlak yang

baik (akhlaqul karimah) manusia menjalani kehidupan sehari-

harinya sesuai dengan pedoman syariat, sehingga terjadi

kesinambungan antara praktik ekonomi (muamalah) individu

dengan tuntunan ajaran Islam. Etika ilmu ekonomi Islam berusaha

untuk mengarahkan umat agar senantiasa melakukan praktik

ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam.76

Bagi seorang Muslim

adanya agama sebagai sarana bagi individu untuk mendekatkan diri

74Mircea Eliade mendifinisikan tentang ‘homo religius’ dalam ‘The Scared

and The Profane’ yang dikutip oleh Sastrapratedja menyatakan bahwa, homo

religius adalah makhluk yang hidup secara alami dalam suatu alam yang agamis,

penuh dengan nilai keagamisan dan cenderung pada keyakinan agamanya serta

ingin mengabdi pada zat yang maha tinggi, yaitu Tuhan pemilik alam semesta.

Pengalaman agamanya akan mempengaruhi, membentuk pola kehidupan sehari-

harinya. Sastrapratedja, Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah,

(Jakarta : Gramedia, 1987), 38. Lihat juga, Lukman Al-Hakim, “Religiusitas dan

Etos Kerja dalam Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku Sasak

di Lombok Nusa Tenggara Barat”, Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta,

2008), 55. 75Makna ‘agama’ menurut Islam yang dikemukakan oleh Agus Salim dalam

bukunya yang berjudul Tauhid, dalam Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), 4.

76Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

112 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

kepada Tuhan.77

Semua agama mempengaruhi perilaku seseorang

dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan dalam melakukan

transaksi ekonomi (muamalah) baik secara langsung ataupun tidak,

yang didasarkan pada kerangka etika beragama yang mengatur cara

hidup mereka.78

Seseorang yang menjalankan kehidupan sehari-

harinya berdasarkan pedoman agama, dapat dikatakan seorang yang

religius. Religiusitas bagi seorang Muslim merupakan keyakinan

dalam beragama yang berlandaskan pada nilai-nilai ketauhidan dan

keyakinan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.79

Keberagamaan seorang yang religius akan tercermin dari sikap dan

perilaku kehidupannya. Religiusitas adalah sebuah tolak ukur batas

komitmen beragama seseorang yang mengakui agamanya,

melaksanakan setiap ajaran agamanya, maupun menjauhi hal-hal

yang dilarang agamanya, hingga tercermin dalam sikap dan perilaku

kehidupan orang tersebut.80

Hal ini berarti, religiusitas dapat

mengukur seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,

seberapa banyak pelaksanaan ibadah, seberapa besar pengamalan

77Brian J.Zinnbauer, and others, “The Emerging Meanings of Religiousness

and Spirituality : Problems and Prospects”, Journal of Personality, Vol.10 No.5

(1999) : 893-894. 78Lai Fatt Sian, “An Investigation in to the Impact of Income, Culture and

Religion on Consumption Behaviour : A Comparative Study of the Malay and the

Chinese Consumers in Malaysia”, Disertation Philosophy in Management Studies

University of Exeter (United Kingdom, 2009), 22. 79Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment

Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in

Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 174.

80Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of

Consumers An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1 Issue No.5,

(2009) : 72.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 113

kaidah, dan seberapa dalam penghayatan seseorang terhadap agama

yang dianutnya.81

Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian

lapangan penulis, diperoleh persentase motif agama nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam menerapkan

nilai-nilai Islam dengan menggunakan jasa dan layanan bank

syariah, adalah sebagai berikut :

Gambar 3.5

Motif Agama : Penerapan Nilai-Nilai Agama Islam

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif

agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

dalam menerapkan nilai-nilai agama Islam berada pada kategori

tinggi sebanyak 68%, kategori sedang sebesar 21%, dan kategori

rendah sebanyak 11% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa menerapkan nilai-nilai agama Islam

81Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan

Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002),

71.

68%

21%

11%

Tinggi

Sedang

Rendah

114 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

menjadi salah satu tujuan/motif seorang nasabah menggunakan jasa

dan layanan bank syariah.82

Agama juga berkaitan dengan budaya, dan kedua bagian

tersebut tidak bisa dipisahkan, sehingga dapat mempengaruhi

perilaku seorang nasabah dalam mengambil keputusan.83

Secara

teoritis, tingkat religiusitas seseorang dapat mempengaruhi sudut

pandangan (perception), keputusan (preference) dan perilakunya

(behaviour).84 Religiusitas juga mempengaruhi perilaku ekonomi

seseorang, terutama dalam mengambil keputusan ekonomi berkaitan

dengan pelaksanaan komitmen beragama.85

Hal ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara tingkat religiusitas dengan tujuan

seseorang dalam melakukan tindakan, tujuan (motif) yang didasari

oleh pertimbangan keagamaan.

Dari perolehan data sebelumnya dapat dilihat bahwa nasabah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berasal dari

suku-suku yang berbeda. Latar belakang perbedaan asal suku tentu

akan mempengaruhi motif agama setiap nasabah. Dari data di atas

dapat diketahui pula bahwa keberadaan suku Minang lebih dominan

82Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan

penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-

Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-

Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 83Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of

Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5

(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail

Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University

of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 84Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare, Ch.2

dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),

28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.

85Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United

Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 115

dari pada suku Lembak atau Rejang yang merupakan suku asli

provinsi Bengkulu. Hal ini dikarenakan kota Bengkulu merupakan

daerah yang masyarakatnya majemuk. Banyak suku-suku dari luar

provinsi Bengkulu yang berdatangan dan berdomisili di Bengkulu,

bahkan menetap berpuluh-puluh tahun dan memiliki keturunan.86

Orang-orang suku Minang sudah menyebar disetiap

kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu. Keberadaan suku Minang

yang mayoritas ini jika dilihat dari sejarah, Provinsi Bengkulu

termasuk dalam wilayah kerajaan Kesultanan Serawai, Sumatra

Barat.87

Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Minang kental

dengan nilai-nilai Islam dalam menjalankan kegitan harian mereka.

Slogan suku minangkabau yang berbunyi “Adat besandi syara’,

syara’ besandi Kitabullah”, memiliki makna bahwa dalam

menjalankan adat, suku Minangkabau harus sesuai dengan syariat

Islam. Hal ini menunjukkan bahwa suku Minang sangat menjunjung

tinggi nilai-nilai Ke-Islaman. Hal ini juga mendasari nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang bersuku Minang

memiliki motif agama yang tinggi dalam menggunakan jasa dan

layanan bank syariah. Mayoritas orang-orang suku Minang memiliki

religiusitas yang tinggi terhadap agama yang dianutnya yaitu Islam,

sehingga mereka ingin mengaplikasikan nilai-nilai syariah islam

dalam kehidupan mereka sehari-hari, salah satunya dengan loyal

menggunakan bank syariah.88

86Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,

didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang

sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 87Http://go.bengkuluprov.go.id/ver3/index.php/profil-bengkulu. Diakses

pada tanggal 5 Desember 2014. 88Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,

didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang

bersuku Minangkabau, pada tanggal 18-26 Agustus 2014.

116 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Selain nasabah yang bersuku Minang, nasabah yang bersuku

Jawa juga memperoleh nilai motif agama yang tinggi. Menurut

penulis, hal ini dikarenakan banyak ajaran tradisi Jawa yang berakar

dari Islam. Bahkan masuknya ajaran Islam ke Bengkulu berasal dari

tanah Jawa pada Abad ke XV.89

Sama halnya dengan masyarakat

suku Minangkabau yang memiliki slogan keagamaan, masyarakat

suku Jawa juga mempunyai beberapa slogan, diantaranya ”Kang

tumpareng tanah Jowo, agomo ageming aji”, yang maknanya bagi

orang Jawa agama merupakan pakaian yang mulia/agung atau juga

bisa diartikan bahwa agama itu adalah hukum/syariat yang harus

dijalankan. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Jawa

menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Sehingga wajar saja jika

nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang

bersuku Jawa memiliki motif agama yang tinggi.90

Selain motif agama, ada motif lain yang mendasari seorang

nasabah menggunakan jasa layanan bank syariah, yaitu motif

ekonomi. Deskripsi frekuensi nilai hasil perhitungan skor kuesioner

motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar di bawah

ini:91

89Http://go.bengkuluprov.go.id/ver3/index.php/profil-bengkulu. Diakses

pada tanggal 5 Desember 2014. 90Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,

didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang

bersuku Jawa, pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 91Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di

Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014

ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 117

Gambar 3.6

Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai skor kuesioner

motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh

nilai terendah dengan skor 29 sebanyak 6 orang dan nilai tertinggi

dengan skor 69 sebanyak 8 orang. Adapun nilai tertinggi dari

seluruh item pernyataan kuesioner yaitu dengan skor 75, sedangkan

untuk nilai terendah dengan skor 15. Hasil perhitungan ini

menunjukkan bahwa motif ekonomi nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu cukup baik, karena hampir

mendekati nilai skor tertinggi. Skor nilai tertinggi dari nasabah yang

menjadi responden hanya kurang 6 poin dari skor tertinggi dengan

nilai 75.92

Dari hasil perolehan skor motif ekonomi pada gambar di atas,

penulis akan mengkategorikan tingkat motif ekonomi menjadi tiga

kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengkategorian ini

didasari oleh hasil pengolahan data SPSS terhadap nilai mean dan

standar deviasi, karena data berdistribusi normal. Berdasarkan

92Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

6 5 7 6

9

4

9 8 7

10

7

12

7

12

9 11

8 9 7

9 8 10 9 9

7

12

9 11

8 10

8

11 9 9 8

0

5

10

15

29 32 35 38 40 42 44 47 49 51 54 56 58 61 63 65 67 69

Jum

lah

In

div

idu

Skor Kuesioner

Nilai Motif Ekonomi

118 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

pengkategorian tersebut, maka tingkat motif ekonomi nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai

berikut :

Gambar 3.7

Tingkat Motif Ekonomi

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa motif ekonomi yang

berada pada kategori tinggi sebanyak 75 orang dari jumlah

keseluruhan 300 individu, dengan persentase 25,00%. Motif

ekonomi nasabah dengan kategori sedang memperoleh suara

tertinggi sebanyak 191 orang, dengan persentase 63,67%.

Sedangkan motif ekonomi nasabah berkategori rendah sebanyak 34

orang dengan persentase 11,33%. Gambar di atas menunjukkan

bahwa tingkat motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu sudah cukup baik, karena memiliki

persentase di atas nilai rata-rata yaitu pada kategori sedang sebesar

63,67%.93

93Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di

Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014

ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

0

50

100

150

200

TinggiSedang

Rendah

75

191

34

Kategori

MOTIF NASABAH Bank Syariah 119

Menurut penulis tingginya tingkat motif ekonomi nasabah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu ini dipengaruhi

oleh banyak faktor, salah satunya adalah untuk pemenuhan

kebutuhan transaksi ekonomi harian nasabah. Tingginya tingkat

kebutuhan hidup nasabah juga mempengaruhi nasabah untuk tetap

loyal dan secara rutin menggunakan jasa layanan Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, karena pemenuhan kebutuhan

hidup merupakan sifat hakikat manusia, oleh sebab itulah para

nasabah mempercayai Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu sebagai lembaga keuangan berbasis kesyariahan untuk

membantu memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi (muamalah)

mereka.94

Manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu berusaha

memenuhi kebutuhan hidupnya.95

Selain itu manusia juga makhluk

mukallaf yang menanggung beban agama dalam menjalankan hidup.

Islam memberi kebebasan kepada penganutnya untuk melakukan

kegiatan ekonomi. Islam tidak melarang manusia untuk mencari

keuntungan dalam setiap transaksi ekonomi (muamalah). Namun,

transaksi ekonomi yang dilakukan manusia harus tetap berada pada

batasan-batasan syariat dan sejalan dengan tuntunan Islam.96

Memenuhi kebutuhan hidup dan bertindak secara rasional

merupakan sifat manusiawi. Manusia adalah makhluk ekonomi yang

94Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015, serta wawancara penulis dengan beberapa orang nasabah

yang menjadi responden. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS

ver.20. 95Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 96Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan

Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada

tanggal 20 Desember 2014. Lihat http//www.fatmahazis.file.wordpress.com.

120 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

merupakan hakikat manusia serta wajib dilakukan. Dalam kegiatan

perekonomian, Islam memberi kebebasan manusia untuk mencari

keuntungan ekonomi demi tercapainya kebahagian hidup di dunia

maupun akhirat. Namun, dalam melakukan aktivitas perekonomian,

manusia tetap harus sesuai dengan batasan-batasan syariat dan

tuntunan agama. Kegiatan perekonomian berbasis syariat yang

dilakukan manusia setiap harinya tidak terlepas dari peran lembaga

keuangan syariah, salah satunya lembaga perbankan syariah.

Sebagaimana diketahui, bank syariah adalah sebuah lembaga

keuangan yang menjadi pusat perekonomian berbasis ke-Islaman.97

Banyak kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan di bank syariah,

seperti penyimpanan, pembiayaan, maupun transaksi pembayaran

yang akan lebih mudah dilakukan jika menggunakan layanan jasa

perbankan.98

Karena manusia merupakan makhluk ekonomi yang

selalu berusaha memenuhi kebutuhan, mencari kepuasan, dan

menginginkan keuntungan, ada tujuan tertentu atau ’motif’ yang

ingin dicapai oleh manusia, termasuk dalam melakukan transaksi di

bank syariah.99

Dalam penelitian ini, penulis menganalisa bagaimana motif

ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang

Bengkulu. Apa saja yang menjadi motif nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa layanan

perbankan syariah. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, melalui

wawancara penulis dengan para nasabah Bank Muamalat Indonesia

(BMI) cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian

97Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan

Ilustrasi (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), 15. 98Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta :

Kencana, 2009), 25. 99Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 121

ini, ada beberapa tujuan atau motif ekonomi nasabah bersedia

menggunakan jasa dan layanan bank syariah, motif ekonomi

tersebut antara lain yaitu untuk memenuhi kebutuhan nasabah

melalui produk-produk yang ditawarkan bank syariah, persentase

bagi hasil lebih menguntungkan daripada bunga bank konvensional,

dan untuk menghidari terjadinya Negative Spread. Berikut penulis

jabarkan perolehan hasil penelitian lapangan penulis, adalah sebagai

berikut :

4. Produk Perbankan yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah

Sudah dijelaskan diawal bahwa salah satu tujuan atau motif

ekonomi seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank

syariah adalah untuk memberi kepuasan dan memenuhi kebutuhan

nasabah akan transaksi ekonomi (muamalah). Tidak dipungkiri,

ketika seorang nasabah memilih untuk menggunakan sebuah bank

syariah ada tujuan atau motif tertentu yang mendasari nasabah

tersebut mengambil keputusan untuk menggunakan produk dan

layanan bank syariah. Salah satu tujuannnya bisa saja untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika penawaran produk dan layanan

jasa yang ditawarkan bank syariah dapat memenuhi kebutuhannya,

maka nasabah akan mengambil keputusan untuk menggunakan

produk dan jasa layanan bank syariah tersebut.100

Memenuhi kebutuhan ekonomi dalam Islam wajib hukumnya.

Dan karena pada masa modern ini kegiatan perekonomian tidak

akan sempurna tanpa adanya lembaga keuangan, maka lembaga

keuangan seperti perbankan pun wajib diadakan, tentunya lembaga

perbankan yang sesuai dan berlandaskan syariah Islam. Beragam

produk perbankan syariah yang ditawarkan pihak bank kepada para

100Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

122 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

nasabah. Mulai dari produk penghimpunan dana seperti giro,

tabungan dan deposito mudharabah, hingga produk-produk

pembiayaan seperti dana pembangunan rumah tinggal, kendaraan,

maupun haji dan umroh, maupun jasa-jasa (service) perbankan

seperti jasa transfer, rekening listrik, air, telepon, seluler dan lain

sebagainya. Semua produk-produk tersebut ditawarkan pihak bank

guna untuk memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi nasabahnya.101

Berdasarkan hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi

nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam

menggunakan jasa dan layanan bank syariah guna untuk memenuhi

kebutuhan transaksi ekonomi nasabah, adalah sebagai berikut :

Gambar 3.8

Motif Ekonomi : Produk yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif

ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu dalam memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi berada

101Hasil perolehan data penelitian lapangan, didukung oleh dokumen-

dokumen dan artikel-artikel dari pihak manajemen bank syariah yang penulis teliti

yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus

2014, ditambah dengan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari

2015.

59% 28%

13%

Tinggi

Sedang

Rendah

MOTIF NASABAH Bank Syariah 123

pada kategori tinggi sebanyak 59%, kategori sedang sebesar 28%,

dan kategori rendah sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan

responden 300 orang. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi

kebutuhan transaksi ekonomi merupakan salah satu tujuan/motif

seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah.102

Sebagai makhluk ekonomi, manusia memang dituntut untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam ilmu ekonomi pun telah

dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu

berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan bertindak secara

rasional.103

Dalam Islam, sebagai seorang Muslim, sudah menjadi

kewajiban manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena

memang memenuhi kebutuhan hidup merupakan sifat dan hakikat

manusia dan wajib dilakukan.104

Dalam ilmu ekonomi konvensional,

kebutuhan didefinisikan sebagai keinginan untuk memperoleh suatu

barang maupun jasa yang dapat memfasilitasi, memenuhi, maupun

memuaskan diri individu.105

Sedangkan menurut ilmu ekonomi

Islam, kebutuhan bukan hanya keinginan untuk memperoleh barang

atau jasa saja yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah

(tubuh), tetapi juga kebutuhan akan sesuatu yang tidak berwujud

nyata tapi ada, seperti ilmu pengetahuan, agama, akhlak, moral,

102Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan

penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-

Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-

Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 103Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 104Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam

(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 105Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 1997), 5.

124 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

norma, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan ruhiyah (jiwa) setiap manusia.106

Islam sebagai agama yang rahmatan lil‘a>lamin, memberikan

kebebasan kepada penganutnya untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Namun Islam tetap mengatur umatnya dalam memenuhi kebutuhan

hidup dengan mengedepankan akhlak, sehingga terjadi

kesinambungan antara dunia dan akhirat. Dalam etika ekonomi

Islam diatur bagaimana usaha manusia untuk mengurangai

kebutuhannya yang berlebihan. Sebagai seorang Muslim tidak

seharusnya memenuhi kebutuhan secara berlebih-lebihan. Hal ini

sesuai dengan firman Allah yang berbunyi :

Artinya : “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makanlah dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.(QS.Al-A’raaf :

31)

Dapat dikatakan wajar jika seorang nasabah bank syariah

memiliki tujuan atau motif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Karena setiap individu memiliki banyak kebutuhan pada waktu-

waktu tertentu. Kebutuhan setiap individu berbeda-beda. Beberapa

kebutuhan bersifat fisiologis (physiological or biogenic needs),

kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus,

dan lelah. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis (psychogenic

106Yu>suf al-Qarad}a>wi, Daur al-Qiyam wa al-akhla>q fi>al-Iqtis{a>di al-Isla>mi,

(Kairo : Maktabah Wahbah, 1995), 201. Lihat juga Afzalur Rahman, Economis Doctrines of Islam Jilid 2, penerjemah Soeroyo,dkk dengan judul Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, (Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), 8. Lihat juga Sarwono, Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam, Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian

Vol.8 No.1 (2009) : 45.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 125

needs), kebutuhan ini muncul dari tekanan psikologis seperti

kebutuhan akan rasa aman, kenyaman, pengakuan dan

penghargaan.107

Kebutuhan pada diri seseorang dapat menjadi motif

jika sudah mencapai level intensitas tertentu. Ketika seseorang

mempunyai suatu kebutuhan tertentu, maka kebutuhan tersebut

dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.108

Pemenuhan kebutuhan seorang nasabah tergantung dari pengalaman

pribadinya, kapasitas fisik, norma dan nilai-nilai budaya yang ada,

serta kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut,109

serta

harus sesuai dengan tuntunan syariah Islam yang memperhatikan

kehalalannya, sebagai firman Allah,swt :

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS.Al-

Baqarah : 168)

107Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 32. Lihat juga Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua, (Bogor :

Ghalia Indonesia, 2011), 24-26. 108Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th

Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,

2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12

Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 226. 109Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 29.

126 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (QS.Al-Baqarah : 172)

Memenuhi kebutuhan hidup merupakan alasan yang terdapat

dalam diri setiap manusia yang menyebabkan manusia melakukan

tindakan. Semua keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh

individu pada hakikatnya didasari oleh tujuan atau motif tertentu.110

Ketika seseorang memiliki kebutuhan dan ingin memperolehnya,

maka ada suatu dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak

lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu

tindakan.111

Dengan mempunyai motif tertentu, dapat memberikan

tujuan dan arahan bagi manusia dalam melakukan tindakan atau

berperilaku.

Perilaku merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam

usaha memenuhi kebutuhan. Perilaku dapat diamati dalam bentuk

pengambilan keputusan, pemilihan merek dan penolakan terhadap

suatu produk.112

Perilaku pemenuhan kebutuhan ini timbul karena

adanya dorongan dari dalam diri setiap individu atau perorangan.

Pemenuhan kebutuhan seseorang akan mengarah pada tindakan

yang memiliki tujuan. Hal ini berasal dari dorongan, desakan,

110Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :

CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129. 111Harold J.Leavitt, Managerial Psychology, Fourth Edition, (USA :

University of Chicago, 1978) diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.

112Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 28.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 127

keinginan, atau hasrat yang merupakan permulaan rangkaian

kejadian yang mengarah pada tindakan/perilaku seseorang.

Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu motif yang muncul karena

seseorang merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara

yang seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan.

Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk

melakukan tindakan memenuhi kebutuhannya.113

Di dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan, sangat

memungkinkan terjadi perbedaan antara nasabah yang satu dengan

nasabah yang lain, meskipun sebenarnya mereka memiliki

kebutuhan dan keinginan yang sama. Pada tingkatan tertentu

seorang nasabah akan mempunyai hasrat yang mendorong nasabah

tersebut melakukan suatu tindakan (perilaku) untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya. Setelah sebagian atau seluruh

kebutuhan terpenuhi, maka akan ada kebutuhan dan keinginan

lainnya lagi. Kebutuhan dan keinginan yang berbeda akan muncul

dan menuntut untuk dipenuhi. Inilah yang terjadi pada diri

seseorang dan tidak pernah berhenti selama manusia hidup.114

Kebutuhan akan berkembang seiring dengan perkembangan

yang terjadi dilingkungan masyarakat. Seorang nasabah akan

berinteraksi dengan nasabah lainnya dan dari interaksi itu nasabah

akan mendapatkan informasi-informasi penting berkaitan dengan

cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Nasabah juga belajar dari

media yang ada disekitarnya serta belajar dari lingkungannya. Dari

hal tersebut pengetahuannya akan meningkat dan keinginan-

keinginan pun akan berkembang.115

113Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 114F.Digree Jeffrey, et al, “Observation : Translating Values in to Product

Wants”, Journal of Advertising Research, Vol.36 No.6 (1998) : 93-103. 115Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27.

128 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Kebutuhan manusia memiliki beberapa sifat. Kebanyakan

kebutuhan manusia tidak terpuaskan sepenuhnya. Misalnya seorang

nasabah yang telah terpenuhi kebutuhan dengan diberikan

pembiayaan rumah tinggal, tahun depan timbul keinginannya untuk

melakukan transaksi pembiayaan mobil. Kebutuhan baru akan

muncul setelah kebutuhan lama terpenuhi. Keberhasilan dalam

memenuhi suatu kebutuhan akan mempengaruhi kebutuhan

berikutnya. Apabila nasabah gagal dalam memenuhi kebutuhan

sebelumnya, maka nasabah akan menentukan tingkat kebutuhan

yang mungkin lebih rendah atau kebutuhan pengganti yang

memungkinkan untuk dapat dicapainya. Sebaliknya, nasabah yang

telah berhasil mencapai suatu kebutuhan yang diinginkan, akan

meningkatkan kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi dari yang

sebelumnya. Contohnya, seseorang yang gagal membeli Android

keluaran terbaru, akan berusaha membeli Android keluaran lama

yang harganya lebih murah, namun fungsinya hampir sama.116

Kebutuhan juga bersifat majemuk. Sangat jarang tindakan

seorang nasabah hanya didasari pada satu motif, tetapi umumnya

didorong oleh beberapa motif sekaligus. Contohnya, seseorang yang

mempunyai mobil BMW selain bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan, kenyamanan, dan keamanannya dalam berkendara, juga

untuk mendapatkan prestise dari orang lain.117

Berdasarkan

penjabaran-penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dapat

dikatakan wajar jika seorang nasabah bank syariah mempunyai

116Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

117Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31. Lihat juga Aaron Quin Sartain, Psychology : Understanding Human Behaviour, Third Edition, McGraw Hill Book Company,

(Tokyo : Kogakusho Company, 1961), 56.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 129

tujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dalam

menggunakan jasa dan layanan bank syariah, karena pada

hakikatnya memenuhi kebutuhan adalah sifat dasar manusia

(manusiawi), dan Islam mewajibkan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.118

5. Bagi Hasil Lebih Menguntungkan daripada Bunga Bank

Tujuan atau motif ekonomi lainnya yang mendasari seorang

nasabah menggunakan produk dan layanan bank syariah adalah

karena beranggapan bahwa nisbah bagi hasil lebih besar dari pada

bunga yang diberikan oleh bank konvensional. Sistem bagi hasil ini

tergambar dengan adanya pembagian hasil pendapatan yang sama

rata baik keuntungan maupun kerugian. Sehingga tidak ada salah

satu pihak yang merasakan dirugikan. Berbeda dengan sistem bunga

pada bank konvensional, yang mengharuskan bagi pihak yang

mendapat pinjaman dana untuk membayar tambahan dana pinjaman

setiap jangka waktu tertentu. Tentunya hal ini akan memberatkan

bagi pihak peminjam, karena belum tentu pinjaman dana tersebut

memperolah keuntungan dari perputarannya.119

Selain itu sistem

bagi hasil juga merupakan salah satu sistem ekonomi (muamalah)

yang sesuai dengan ajaran syariah Islam, yang berpedoman pada Al-

quran dan As-Sunnah, dan merupakan pemikiran dasar didirikannya

lembaga keuangan syariah, seperti perbankan syariah oleh umat

Muslim.120

Berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang merupakan

118Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 119Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis dengan nasabah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014,

ditambah dengan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 120Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta

: Gema Insani Press, 2001), 18.

130 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

bank syariah pertama di Indonesia, menjalankan kegiatan

operasional perbankannya dengan menggunakan sistem bagi hasil,

bukan dengan sistem bunga seperti yang digunakan oleh bank

konvensional, karena sistem bunga dalam bank konvensional

disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim mengandung unsur-

unsur ribawi yang tidak manusiawi.121

Selain itu, menurut para nasabah yang menggunakan jasa dan

layanan bank syariah, jika diperhitungkan sistem bagi hasil jauh

lebih menguntungkan dari pada bunga yang diberikan bank

konvensional. Pendapat ini didasari oleh pemikiran nasabah yang

beranggapan bahwa perhitungan keuntungan yang diperoleh

tidakhanya berdasarkan nisbah bagi hasil perusahaan perbankan

saja, tetapi juga keuntungan akan nilai barokah dan pahala yang

akan didapatkan dari Allah,swt. Jadi, hitungan-hitungan laba

ruginya, tidak hanya perhitungan laba rugi didunia saja tapi juga

laba rugi didunia.122

Dalam kajian fiqh muamalah, sistem bagi hasil (profit and

loss sharing) ini sesuai dan berlandaskan kaidah mudharabah.

Nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

beranggapan bahwa, menjalankan transaksi ekonomi keuangan

perbankan berdasarkan bagi hasil merupakan aplikasi transaksi

ekonomi atas dasar suka sama suka. Sistem ini tidak akan

menguntungkan satu pihak yang bertransaksi saja dan merugikan

pihak lainnya, sehingga nasabah mengganggap sistem bagi hasil ini

lebih menjamin dan memberi keuntungan dibanding persentase

121Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 122Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam

penelitian lapangan penulis, pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data

penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015

MOTIF NASABAH Bank Syariah 131

bunga yang diiming-imingi bank konvensional. Berdasarkan sistem

bagi hasil ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan

penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan

penabung, bank akan bertindak sebagai pengelola dana simpanan

nasabah (mudharib), sedangkan penabung bertindak sebagai pemilik

modal (shohibul maal)123 atau dapat sebaliknya, nasabah peminjam

berperan sebagai pengelola dana (mudharib) dan pihak bank

berperan sebagai pemilik dana (shohibul maal), keuntungan yang

diperoleh dibagi sesuai kesepakatan nisbah bagi hasil, begitu pula

jika terjadi kerugian, tetap dibagi sama rata, sehingga tidak ada

salah satu pihak yang merasa dirugikan. Berbeda dengan sistem

yang terdapat dalam bank konvensional yang menggunakan bunga.

Pembagian keuntungan dan kerugian yang didapat dari hasil

pengelolaan dana pinjaman tidak ada kejelasan. Ada kalanya salah

satu pihak yang bertransaksi mendapat keuntungan besar, dan pihak

lainnya hanya diberi sebagian kecil dari keuntungan. Ada pula

kalanya salah satu pihak yang bertransaksi mengalami kerugian

dalam pengelolaan dana pinjaman, namun pihak lainnya tetap

menuntut pengembalian dana pinjaman berikut dengan

tambahannya (kelebihan/keuntungan dana), padahal kenyataannya

perputaran dana mengalami kerugian, sebagaimana yang terjadi

dalam praktik bunga yang terdapat di bank konvensional. Jika hal

tersebut tetap dilakukan, berarti ini termasuk dalam kategori riba.124

Islam menegaskan bahwa setiap perniagaan atau jual beli

harus dengan dasar suka sama suka, maka setiap transaksi

kelembagaan ekonomi Islam harus selalu dilandasi atas dasar sistem

123Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta

: Gema Insani Press, 2001), 137. 124Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

132 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

bagi hasil dan perdagangan atau yang transaksinya didasari oleh

adanya pertukaran antara mata uang dengan barang atau jasa.

Sehingga dapat mendorong produksi barang dan jasa, mendorong

kelancaran arus barang dan jasa, dapat menghindari penyalahgunaan

kredit kredit, spekulasi dan inflasi.125

Transaksi ekonomi

(muamalah) haruslah disepakati secara bersama-sama, suka sama

suka antara pihak-pihak yang melakukan transaksi, serta hasil

perolehan pendapatan dari perputaran usaha (keuntungan atau laba)

jangan sampai hanya menguntungkan satu pihak saja dan merugikan

pihak lainnya. Praktik-praktik riba, judi, lotre, balapan, taruhan, dan

semua permainan yang menggunakan uang maupun sejenisnya

sangat dilarang, karena mengandung unsur-unsur yang akan merusak

sahnya kontrak sebuah transaksi (aqad).126

Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian

lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang beranggapan

bahwa bagi hasil di bank syariah lebih menguntungkan dari pada

bunga bank konvensional, adalah sebagai berikut :

125Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta :

Kencana, 2005), 18-19. 126Ali Musa Razi Muhajir, Islam in Practical Life (Lahore : Sh.Muhammad

Ashraf, 1974), 150. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan :

The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson

Rahman, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 133

Gambar 3.9

Motif Ekonomi : Bagi Hasil Lebih Menguntungkan daripada Bunga

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif

agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

dalam menerapkan nilai-nilai agama Islam berada pada kategori

tinggi sebanyak 53%, kategori sedang sebesar 31%, dan kategori

rendah sebanyak 16% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan/motif ekonomi

seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah adalah

anggapan bahwa bagi hasil lebih menguntungkan dari pada bunga

bank konvensional.127

Melakukan transaksi ekonomi (muamalah) harus melalui

keputusan dan kesepakatan bersama dari semua pihak yang

melakukan transaksi (kontrak). Kesepakatan atau persetujuan yang

sudah diputuskan oleh pihak-pihak yang bersangkutan dianggap

sebagai syarat terwujudnya keadilan dari sebuah transaksi

ekonomi.128

Jika ingin melakukan suatu transaksi haruslah

berdasarkan suka sama suka, tidak ada salah satu pihak yang merasa

keberatan dengan transaksi atau kontrak yang dijalankan. Jika

127Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan

penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-

Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-

Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 128Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International

Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 95.

53% 31%

16%

Tinggi

Sedang

Rendah

134 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

transaksi yang dilakukan tersebut tidak berdasarkan suka sama suka,

maka hal itu sama saja dengan memakan harta seseorang secara

batil.129

Transaksi bisnis (dalam studi kasus penelitian ini bisnis

keuangan dan perbankan syariah) tidak bisa dikatakan telah

mencapai sebuah bentuk transaksi yang saling rela antar pelakunya

(tija>ratan ’an tara>dlin minkum) jika di dalamnya masih ada tekanan,

penipuan, penggelapan, atau mis-statement yang digunakan oleh

salah satu pihak yang melakukan transaksi. Kesepakatan bersama

(suka sama suka) bertujuan untuk menghindari semua bentuk

paksaan dalam transaksi dari pihak manapun. Agar kesepakatan

menjadi sah (legal), sudah menjadi syarat mutlak harus terlepas dari

paksaan apapun bentuknya. Dengan kata lain, hanya transaksi bisnis

yang terlepas dari paksaan dan intimidasi yang dapat dianggap

sebagai transaksi bisnis halal.130

Kesepakatan yang benar adalah sebuah tuntutan dan syarat

mutlak. Semua bentuk tindak paksaan hendaknya dihindari,

meskipun mungkin saja langkah ini diambil ketika mengalami

kondisi/situasi tertentu dalam prilaku bisnis. Hukum Islam memang

memberikan keringanan (rukhshah), jika seorang Muslim

menghadapi kesulitan dan keterpaksaan. Prinsip pemberian

keringanan ini bisa saja diaplikasikan pada prilaku bisnis dan juga

pada aspek kehidupan yang lainnya.131

Berdasarkan pendapat dan

129Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International

Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.

130Mahmud Muhammad Babilli, Al-Ma>l fi> Al-Isla>m, (Beirut : Daar Al-Kitab

Al-Lubnani, 1975), 106. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam,

(Pakistan : The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh

Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 131Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Mu’asyiyat Islam (Lahore : Islamic

Publication, 1969), 430-431. Lihat juga Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Ethical Viewpoint of Islam (Lahore : Islamic Publication, 1974). Lihat juga Sayyid Abu Al-

MOTIF NASABAH Bank Syariah 135

pemikiran inilah nasabah BMI cabang Bengkulu tetap menggunakan

jasa layanan bank syariah.132

6. Menghidari terjadinya Negative Spread

Salah satu tujuan atau motif ekonomi yang mendasari seorang

nasabah menggunakan produk dan layanan bank syariah selain untuk

memperoleh keuntungan laba bagi hasil adalah untuk menghindari

kemungkinan mengalami tekor atau keuntungan minus dari

perputaran Dana Pihak Ketiga (DPK), seperti yang dialami oleh

bank konvensional ketika terjadi krisis ekonomi global, fenomena

ini yang disebut dengan istilah negative spread.133

Negative spread

adalah kondisi dimana pengeluaran bank untuk biaya-biaya

simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih besar dari pada

pendapatan bunga hasil kredit yang disalurkan.134

Tingginya tingkat suku bunga pada masa krisis telah

berdampak buruk pada bank-bank konvensional berupa kesulitan

menemukan nasabah peminjam yang mampu membayar tingkat

suku bunga pinjaman yang tingginya di atas 30%. Daya beli

masyarakat yang rendah karena terjadinya inflasi tidak mampu

menanggung biaya produksi maupun kenaikan harga-harga barang

yang diakibatkan tingginya tingkat bunga. Langkanya nasabah

‘Ala Maududi, Capitalism, Sosialism and Islam (Kuwait : Islamic Book Publishers,

1977). Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The

International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman,

Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 132Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap para

nasabah yang menjadi responden pada penelitian lapangan penulis di Bank

Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. 133Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,

berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian

lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 134Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, FE

UII, 2004), 45.

136 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

peminjam yang mampu membayar tingkat suku bunga tinggi,

dihadapkan dengan kenyataan terus membengkaknya jumlah

nasabah penyimpan yang tergiur dengan tingginya tingkat bunga

simpanan diatas 36%. Akibatnya sekuat apapun modal yang dimiliki

bank tersebut, lambat laun tapi pasti pihak bank akan mengalami

devisit.135

Konsep keuangan barat yang berdasarkan bunga menjadi

penyebab timbulnya permasalahan kemanusiaan di semua

komunitas masyarakat dan banyak negara. Konsep keuangan yang

berbasis bunga telah menimbulkan ketidakadilan (inequity).

Ketidakadilan tersebut telah mengakibatkan banyak sekali

masyarakat terutama di negara-negara yang sedang berkembang

baik negara Islam maupun negara non-Islam dan bahkan juga

negara-negara maju dan negara-negara industri menghadapi nasib

yang sama. Sistem keuangan yang berbasis bunga merupakan

penghalang terbesar bagi tercapainya keadilan yang merata. Sitem

tersebut telah mengakibatkan banyak hutang yang tidak terbayar,

menciptakan sekelompok orang-orang kaya yang tidak peduli dan

mengabaikan orang-orang lain yang tertindas, kekurangan dari segi

ekonomi, sehingga semakin miskin. Para ahli keuangan dan ekonom

yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan juga merasakan dan

berpendapat hal yang sama. Benar bahwasanya banyak masyarakat

yang menderita karena sistem bunga tersebut, bukan hanya

masyarakat dari negara miskin dan berkembang saja, tetapi juga

masyarakat di negara-negara kaya seperti Amerika, Inggris maupun

Belanda. Terlebih-lebih masyarakat di negara miskin akan menjadi

semakin miskin dan kesusahan. Negara-negara tersebut akan

semakin tertimbun hutang yang makin lama makin besar jumlahnya

akibat pembebanan bunga. Sementara pinjaman dana (hutang) yang

135Karnaen A.Perwataatmadja dan Henri Tanjung, Bank Syariah : Teori,

Praktik, dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 18-19.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 137

diterima negara tersebut tidak berhasil mencapai pengentasan

kemiskinan yang dialami oleh rakyatnya.136

Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian

lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu menghindari

terjadinya negative spread dalam menggunakan jasa dan layanan

bank syariah, adalah sebagai berikut :

Gambar 3.10

Motif Ekonomi : Menghindari Terjadinya Negative Spread

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif

ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu menghindari terjadinya negative spread dalam

menggunakan jasa dan layanan bank syariah berada pada kategori

tinggi sebanyak 46%, kategori sedang sebesar 31%, dan kategori

rendah sebanyak 23% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa menghindari kemungkinan terjadinya

negative spread menjadi salah satu tujuan/motif ekonomi seorang

nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah.137

136Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-

aspek Hukumnya (Jakarta : PT.Kencana Prenadamedia Group, 20014), 155-157. 137Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan

penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-

46%

31%

23%

Tinggi

Sedang

Rendah

138 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Bank syariah tidak akan menghadapi resiko tingkat suku

bunga, karena menggunakan sistem bagi hasil.138

Keunggulan

perbankan syariah terutama dalam daya tahannya terhadap terpaan

krisis dan bukan lagi pada tataran teori, sudah terbukti. Salah satu

penelitian yang dibuat oleh International Monetary Fund (IMF),

yakni “The Effects of the Global Crisis on Islamic and Conventional

Banks: A Comparative Study” menunjukkan bahwa secara umum

bank syariah lebih kuat dibandingkan dengan keuangan

konvensional saat krisis global. Ada banyak sebab, mengapa

keuangan syariah lebih kuat dibandingkan dengan keuangan

konvensional. Salah satunya adalah perbankan syariah terbebas

dari negative spread. Sumber pendapatan lembaga perbankan

syariah berasal dari pendapatan yang diperoleh dari nasabah

peminjamnya (debitur). Pada sistem konvensional (riba) sumber

pendapatan berasal dari bunga atau jasa, sedangkan pada lembaga

keuangan yang menggunakan sistem syariah pendapatan tersebut

bisa berbentuk bagi hasil ataupun margin (bagi akad jual beli).

Pendapatan tersebut sebagian dialokasikan untuk membayar

nasabah penyimpannya baik yang menyimpan dalam bentuk

tabungan ataupun deposito.139

Hal ini terbukti pada Bank Muamalat Indonesia, bank syariah

pertama yang murni syariah di Indonesia, yang memakai sistem

perbankan muamalah Islam, tidak mengalami gejolak kesehatan

perbankannya sewaktu Indonesia menghadapi krisis moneter yang

cukup hebat. Tidak seperti bank konvensional yang kenyataannya

pada tahun 1997 sebanyak 63 bank sudah ditutup, 14 bank di take

Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-

Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS Ver.20. 138Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, FE

UII, 2004), 130. 139 Iwan Rudi Saktiawan, Keuangan Syariah Tidak Negatif Spread, Jakarta,

10 Desember 2013. Http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6230&catid=2& di

akses tanggal 6 Januari 2016.

MOTIF NASABAH Bank Syariah 139

over dan 9 bank lagi harus direkapitalisasikan dengan biaya ratusan

triliyun rupiah.140

Lembaga perbankan syariah dan lembaga perbankan

konvensional memiliki mekanisme pengalokasian pendapatan dari

debitur untuk biaya operasonal lembaga dan nasabah penyimpan

yang berbeda. Spread pada perbankan konvensional menggunakan

rumus pengurangan, sedangkan pada sistem perbankan syariah

menggunakan rumus perkalian. Sekecil apapun nilai pendapatan

(bagi hasil) yang diperoleh oleh bank syariah, namun spread pada

sistem syariah akan selalu positif, tidak mungkin negatif. Itulah

sebabnya, pada saat krisis moneter di Indonesia, bank yang spread-

nya positif hanyalah Bank Muamalat Indonesia, karena pada saat itu

hanya BMI satu-satunya bank yang menggunakan sistem syariah,

sedangkan bank lain berada pada posisi negatif, karena tidak

menggunakan sistem syariah.141

140Ummul Fadhilah Sari, “Analisis Dampak Basis Pedidikan Formal Sumber

Daya Insani (SDI) terhadap Pemahaman Akad Fiqh Muamalah di Perbankan

Syariah, : Studi Kasus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu”, Skripsi

STAIN Bengkulu, (Bengkulu 2011), 1. 141 Iwan Rudi Saktiawan, Keuangan Syariah Tidak Negatif Spread, Jakarta,

10 Desember 2013. Http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6230&catid=2& di

akses tanggal 6 Januari 2016.

140 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

141

BAB IV Peran Motif Terhadap

Loyalitas Nasabah Bank Syariah

oyalitas merupakan istilah kuno yang secara tradisional

telah digunakan untuk melukiskan kesetiaan dan

pengabdian antusias kepada suatu hal. Dalam konteks bisnis, istilah

ini digunakan untuk melukiskan kesediaan pelanggan agar terus

berlangganan pada sebuah perusahaan dalam jangka panjang, dengan

membeli dan menggunakan barang maupun jasa secara berulang-

ulang, serta secara sukarela merekomendasikan produk maupun jasa

perusahaan tersebut kepada orang lain, baik keluarga, sanak saudara,

teman-teman, dan rekan-rekannya.1 Namun, pada kenyataannya

hanya sedikit pengusaha yang memandang pelanggannya sebagai

penunjang hidup perusahaan.2 Inilah arti penting yang dapat

diberikan pelanggan loyal bagi sebuah perusahaan, yaitu merupakan

sumber pendapatan terus-menerus dalam kurun waktu bertahun-

tahun bagi perusahaan.

Loyalitas pelanggan adalah hal penting yang memerlukan

perhatian khusus dalam dunia bisnis. Para pelaku bisnis telah lama

menyadari bahwa tanpa adanya pelanggan yang loyal diperusahaan

1Christopher H.Lovelock dan Lauren K.Wright, Principles of Service

Marketing and Management, (Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.Inc,

1999) diterjemahkan oleh Agus Widyantoro,dkk, Manajemen Pemasaran Jasa,

(Jakarta : PT.Indeks, 2007), 133. 2Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect, (Boston, Massachusetts, USA

: Harvard Business School Press, Harvard University, 1996), 1.

L

142 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

dapat menurunkan daya saing dipasaran.3 Loyalitas pelanggan atau

disebut dengan loyalitas ‘nasabah’ dalam istilah dunia perbankan,

merupakan suatu dorongan perilaku untuk melakukan pembelian

ulang terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh bank.

Konsep loyalitas nasabah lebih mengarah pada perilaku (behavior)

dibandingkan dengan sikap (attitude). Seorang nasabah loyal akan

melakukan pembelian secara teratur dalam jangka waktu yang lama.

Hal ini termasuk dalam karakteristik pelanggan loyal, seperti

melakukan pembelian secara teratur (make regular repeat

purchases), membeli produk atau jasa (purchases across product and

service lines), merekomendasikan produk kepada orang lain (refers

other), menunjukkan kekebalan dari produk sejenis yang ditawarkan

pesaing (demonstrates immunity to the full of the competition).4

Loyalitas nasabah merupakan hakikat dari sebuah kesetiaan

nasabah terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan

perbankan, yang dalam bahasa pemasaran disebut sebagai “a certain

sign of solid value creation”5, maka loyalitas tidak dapat dilepaskan

dari proses penciptaan nilai produk dan service yang diberikan

kepada nasabah, yang pada akhirnya membentuk suatu rangkaian

rantai nilai yaitu, profit, pertumbuhan perusahaan, kepuasan

nasabah, loyalitas nasabah, nilai produk dan jasa, kemampuan

karyawan, kepuasan karyawan, loyalitas karyawan, dan

3Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-faktor

yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia

Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 5. 4Jill Griffin, Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (New

York, USA : Lexington Book Press, 2002), 24. Lihat juga Jill Griffin,

Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan (Jakarta : Erlangga,

2005), 31. 5Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect (Harvard Business School,

Harvard University, 1996), 1.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 143

produktifitas karyawan.6 Loyalitas nasabah tidak dapat terjadi

dengan begitu saja, loyalitas akan berlanjut hanya sepanjang

nasabah merasakan bahwa ia menerima nilai yang lebih baik

(termasuk kualitas yang lebih tinggi sesuai dengan harga yang

dikeluarkan) dibandingkan dengan yang diperolehnya ketika beralih

ke perusahaan perbankan lain penyedia produk dan jasa yang sama.

Jika perusahaan perbankan pertama tersebut melakukan sesuatu

yang mengecewakan nasabah atau jika pesaing mulai menawarkan

nilai yang jauh lebih baik, maka risikonya nasabah akan berpaling

pada perusahan perbankan lainnya.

Mempertahankan loyalitas seorang nasabah bukan perkara

mudah. Mempertahankan nasabah terbukti lebih efisien dibanding

mencari nasabah baru, karena untuk mendapatkan nasabah baru,

berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk

melakukan promosi.7 Perusahaan perbankan harus dapat melakukan

suatu cara untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah

nasabah perusahaannya. Survei tahunan perlu dilakukan untuk

mendorong kesadaran bank agar meningkatkan kualitas relationship

dan partnership antara bank dan nasabah, maka dibuatlah standar

pengukuran loyalitas nasabah yang mengacu pada empat dimensi,

yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction), retensi pelanggan

(customer retention), perpindahan pelanggan (migration barrier),

dan antusias pelanggan (customer enthusiasm), yang diukur

berdasarkan transaksi (transaction), hubungan/relasi (relationship),

kemitraan (partnership), dan rasa kepemilikan (ownership). Makin

kuat kualitas hubungan antara bank dan nasabah makin memberikan

mutual benefit baik bagi nasabah selaku pengguna layanan maupun

6James L.Haskett,dkk, The Service Profit Chain, How Leading Companies

Link Profit and Growth to Loyalty, Satisfaction and Value (Upper Saddle River,

New Jersey : Prentice Hall.Inc, 1997), 12. 7Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 349.

144 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

bagi bank yang mengharapkan peningkatan kontribusi profit dari

setiap nasabahnya.8

Dalam hal ini, loyalitas nasabah terhadap suatu produk bank

ditentukan oleh faktor transaction, relationship, partnership, dan

ownership. Pada dimensi transaction dilihat bagaimana perilaku

nasabah dalam mengelola produk perbankan yang dimiliki serta

seberapa puas nasabah terhadap produk tersebut. Pada dimensi

relationship dilihat motivasi nasabah dalam membuka produk, lama

menggunakan, serta seberapa besar keinginan nasabah untuk terus

menggunakan kembali produk yang sudah dimilikinya. Pada dimensi

partnership, dilihat apakah nasabah melakukan transaksi secara

rutin, meningkatkan frekuensi dan volume transaksi, menggunakan

produk lain dari bank yang sama, serta tidak berkeinginan untuk

pindah ke bank lain. Sedangkan pada dimensi ownership, dilihat

apakah nasabah bersedia merekomendasikan produk yang sudah

dimiliki kepada orang lain, bersedia membela produknya jika ada

yang berkomentar negatif, serta selalu rutin mengikuti

perkembangan layanan dan terlibat dalam mempopulerkan

tabungan.

A. Pengukuran Tingkat Loyalitas Nasabah BMI Cab.Bengkulu

Penulis akan menganalisa tingkat loyalitas nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dengan instrumen

model likert yang berisikan pernyataan-pernyataan berjumlah 16

item dengan lima alternatif jawaban, antara lain, Tidak Pernah (TP),

Jarang (JR), Kadang-kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL).

Masing-masing jawaban diberi skor berbeda karena disesuaikan

dengan pertanyaan yang favorable dan unfavorable. Pertanyaan

8Farid Subkhan, Empat Tahap Mengukur Indeks Loyalitas, ditulis pada

tanggal 21 February 2012 pukul 11:18 WIB. Lihat http://www.infobanknews.com

/2012/02/ empat -tahap -mengukur -indeks-loyalitas. Diakses pada tanggal 4 Mei

2015 pukul 22:22 WIB.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 145

favorable dengan jawaban Selalu (SL) diberi skor 5, jawaban Sering

(SR) diberi skor 4, jawaban Kadang-kadang (KK) diberi skor 3,

jawaban Jarang (JR) diberi skor 2, dan jawaban Tidak Pernah (TP)

diberi skor 1. Pemberian skor akan menjadi sebaliknya untuk

pertanyaan yang unfavorable, jawaban Selalu (SL) diberi skor 1,

jawaban Sering (SR) diberi skor 2, jawaban Kadang-kadang (KK)

diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 4, dan jawaban Tidak

Pernah (TP) diberi skor 5.

Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai skor kuesioner

tingkat loyalitas nasabah maka diperoleh nilai terendah dengan skor

31 sebanyak 4 orang dan nilai tertinggi dengan skor 76 sebanyak 10

orang. Adapun nilai tertinggi dari seluruh item pernyataan kuesioner

dengan skor 80, sedangkan untuk nilai terendah dengan skor 16.

Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu hampir

mendekati nilai skor tertinggi.9 Deskripsi frekuensi nilai hasil

perhitungan skor kuesioner loyalitas nasabah secara keseluruhan

dapat dilihat pada gambar di bawah ini :10

9Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 10Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014

ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.

Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

146 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Gambar 4.1

Dari hasil perolehan skor loyalitas nasabah pada gambar di

atas, penulis akan mengkategorikan tingkat loyalitas nasabah

menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Pengkategorian ini didasari oleh hasil pengolahan data SPSS

terhadap nilai mean dan standar deviasi, karena data berdistribusi

normal. Berdasarkan pengkategorian tersebut, maka tingkat

loyalitas nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu, adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2

Tingkat Loyalitas Nasabah

4 7

2 5

3

8 6

2 3

7 5

9 6

11 9

7 9 8

10

5

9 7

12 9 10

15

8 11 12

9

13

8 9 11

9 12

10

0

5

10

15

20

31 34 37 40 43 45 48 50 53 55 57 60 62 65 67 69 71 74 76

Jum

lah

In

div

idu

Skor Kuesioner

Nilai Loyalitas Nasabah

0

100

200

300

TinggiSedang

Rendah

211

62

27

Kategori

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 147

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa loyalitas nasabah

yang berada pada kategori tinggi sebanyak 211 orang dari jumlah

keseluruhan 300 individu, dengan persentase 70,33%. Loyalitas

nasabah dengan kategori sedang sebanyak 62 orang, dengan

persentase 20,67%. Sedangkan loyalitas nasabah kategori rendah

sebanyak 27 orang dengan persentase 9,00%. Gambar di atas

menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu cukup baik, karena memiliki

persentase yang tinggi yaitu sebesar 70,33%. Menurut penulis

tingginya tingkat loyalitas nasabah Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu ini disebabkan oleh banyak faktor, salah

satunya tujuan nasabah dalam menggunakan produk maupun jasa

layanan bank syariah, atau dapat disebut juga dengan istilah motif.

Motif nasabah dalam menggunakan produk dan jasa layanan bank

syariah terbagi menjadi dua macam, yaitu motif agama dan motif

ekonomi.11

Pengukuran tingkat loyalitas nasabah pada gambar di atas

merupakan gabungan dari seluruh dimensi loyalitas, antara lain

kepuasan pelanggan (customer satisfaction), retensi pelanggan

(customer retention), perpindahan pelanggan (migration barrier),

dan antusias pelanggan (customer enthusiasm). Untuk mengukur

setiap dimensi loyalitas, selanjutnya penulis akan menjelaskan dan

memaparkan satu per satu pengukuran dari dimensi-dimensi

loyalitas nasabah. Pengukuran dimensi-dimensi loyalitas ini juga

dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu tinggi, sedang, dan

rendah, yang didasari pada nilai mean dan standar deviasi, hal ini

dikarenakan data berdistribusi normal.

11Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.

148 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Dimensi pertama dari loyalitas nasabah adalah kepuasan

pelanggan (customer satisfaction). Pada dimensi kepuasan

pelanggan (customer satisfaction), hal yang harus diperhatikan

adalah faktor transaksi (transaction), yaitu dengan melihat

bagaimana perilaku nasabah dalam mengelola produk perbankan

yang dimilikinya, serta seberapa puas nasabah terhadap produk

tersebut. Berdasarkan hasil pengkategorian, maka tingkat kepuasan

pelanggan (customer satisfaction) Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu, adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3

Tingkat Kepuasan Pelanggan

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa kepuasan pelanggan

atau nasabah berada pada kategori tinggi hanya sebanyak 41 orang

dari keseluruhan jumlah individu 300 orang, dengan persentase

13,67%. Kepuasan pelanggan/nasabah dengan kategori sedang

memperoleh nilai tertinggi sebanyak 197 orang, dengan persentase

65,67%. Sedangkan kepuasan nasabah kategori rendah sebanyak 62

orang dengan persentase 20,67%. Gambar di atas menunjukkan

bahwa tingkat kepuasan pelanggan/nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu sudah cukup baik, karena berada

pada kategori sedang sebesar 65,67%. Menurut penulis, tingkat

kepuasan pelanggan atau nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu seharusnya dapat lebih ditingkatkan lagi, agar

pelanggan atau nasabah merasa lebih puas dengan layanan jasa

0

100

200

TinggiSedang

Rendah

41

197

62

Kategori

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 149

maupun produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, sehingga nasabah dapat

mempertahankan loyalitasnya terhadap Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu.12

Kepuasan pelanggan atau nasabah merupakan situasi kognitif

pembeli yang berkenaan dengan sepadan atau ketidaksepadanan

antara hasil yang didapat nasabah dibandingkan dengan

pengorbanan yang telah dilakukan.13

Kepuasan pelanggan atau

nasabah juga dapat diartikan sebagai evaluasi secara sadar atau

penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus

atau jelek, serta apakah produk yang bersangkutan cocok atau tidak

cocok dengan tujuan pemakaiannya.14

Kepuasan pelanggan telah

menjadi konsep sentral dalam teori dan praktik pemasaran, serta

merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis. Kepuasan

pelanggan berkontribusi pada sejumlah aspek krusial, seperti

terciptanya loyalitas pelanggan, meningkatnya reputasi perusahaan,

berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya biaya transaksi masa

depan, serta meningkatnya efisiensi dan produktivitas karyawan.15

Di samping itu, kepuasan pelanggan juga dipandang sebagai salah

12Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 13J.N.Sheth, “A Factor Analytic Model of Brand Loyalty”, Journal of

Marketing Research, Vol.5 No.1, (1968) : 398. 14J.E.Swan and M.R.Bowers, “Service Quality and Satisfaction : The

Process of People Doing ThingsTogether”, Journal of Service Marketing, Vol.12,

No.1, (1998) : 59-72. 15E.W.Anderson, C.Fornell and R.R.Lehmann, “Customer Satisfaction,

Market Share and Profitability : Finding From Sweden”, Journal of Marketing,

Vol.58 No.1 (January 1994) : 53-66. Lihat juga Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 353.

150 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

satu indikator terbaik untuk laba masa depan.16

Fakta bahwa

menarik pelanggan baru jauh lebih mahal dibanding

mempertahankan pelanggan lama juga menjadi salah satu pemicu

meningkatnya perhatian pada kepuasan pelanggan.17

Kepuasan

pelanggan atau nasabah adalah suatu respon emosional terhadap

pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan produk maupun jasa

tertentu yang dibeli atau pola perilaku belanja pelanggan serta

kondisi pasar secara keseluruhan. Respon emosional ini dapat dipicu

oleh proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi atau

keyakinan terhadap objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan

nilai-nilai individu seperti kebutuhan, keinginan, dan hasrat.18

Pelanggan mengalami berbagai tingkat kepuasan atau

ketidakpuasan setelah mengalami masing-masing jasa sesuai dengan

sejauh mana harapan mereka terpenuhi atau terlampaui; karena

kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka,

yang dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan,

netralitas, kegembiraan atau kesenangan. Pelanggan yang marah

atau tidak puas akan menimbulkan masalah karena mereka dapat

berpindah ke perusahaan lain dan menyebarkan berita negatif dari

mulut ke mulut. Suatu perusahaan tidak selamanya dapat

memuaskan pelanggan, karena ada kalanya produk dan jasa yang

ditawarkan perusahaan ke pelanggan tidak selamanya sempurna, ada

16C.Fornell, “A National Customer Satisfaction Barometer : The Swedish

Experience”, Journal of Marketing Vo.55 No.1 (January 1992) : 6-21. Lihat juga

Philips Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 14th Edition, (Upper

Saddle River, New Jersey : Prentice Hall International,Inc, 2012), 172. 17C.Fornell and B.Wernerfelt, “Defensive Marketing Strategy by Customer

Complaint Management : A Theoretical Analysis”, Journal of Marketing Research,

Vol.24, No.6 (November 1987) : 337-346. 18R.A.Westbrook and M.D.Reilly, “Value Percept Disparity : An

Alternative to the Disconfirmation of Expectations Theory of Consumer

Satisfaction”, in R.P.Bagozzi and A.M.Taybout (Eds), Advances in Consumer

Research 10, Ann Arbour, MI : Association of Consumer Research, Vol.3 No.1

(1993) : 256-261.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 151

kalanya pula seorang pelanggan mempunyai karakteristik yang sulit

untuk disenangkan atau dipuaskan. Pihak perusahaan juga

menyadari bahwa memuaskan pelanggan saja tidak cukup untuk

membuat pelanggan bertahan, setia atau loyal menggunakan produk

dan jasa suatu perusahaan.19

Dimensi kedua dari loyalitas pelanggan atau nasabah adalah

retensi pelanggan (customer retention). Pada dimensi retensi

pelanggan (customer retention), faktor relationship merupakan hal

yang harus diperhatikan, yaitu dengan melihat motivasi nasabah

dalam membuka produk, lama menggunakan, serta seberapa besar

keinginan nasabah untuk terus menggunakan kembali produk yang

sudah dimilikinya. Berdasarkan hasil pengkategorian, maka tingkat

retensi pelanggan (customer retention) Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai berikut :

Gambar 4.4

Tingkat Retensi Pelanggan

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa retensi pelanggan

atau nasabah berada pada kategori tinggi hanya sebanyak 57 orang

dari keseluruhan jumlah individu 300 orang, dengan persentase

19,00%. Retensi pelanggan/nasabah dengan kategori sedang

19Thomas O.Jones dan W.Earl Sasser, “Why Satisfied Customers Defect?”,

(Boston, USA : Harvard Business Review, November-Desember 1995), 88-99.

0

100

200

300

TinggiSedang

Rendah

57

205

38

Kategori

152 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

memperoleh nilai tertinggi sebanyak 205 orang, dengan persentase

68,33%. Sedangkan retensi pelanggan/nasabah kategori rendah

sebanyak 38 orang dengan persentase 12,67%. Gambar di atas

menunjukkan bahwa tingkat retensi pelanggan/nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu sudah cukup baik,

karena berada pada kategori sedang sebesar 68,33%. Menurut

penulis, tingkat retensi pelanggan atau nasabah Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu seharusnya lebih ditingkatkan

lagi, agar pelanggan atau nasabah merasa lebih puas dengan layanan

jasa maupun produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, sehingga nasabah dapat

mempertahankan loyalitasnya terhadap Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu.20

Retensi pelanggan merupakan suatu kegiatan atau upaya yang

dilakukan oleh lembaga atau organisasi atau perusahaan agar

loyalitas pelanggan meningkat. Retensi pelanggan tidak dapat

dilepaskan hubungannya dengan perilaku konsumen, karena

keduanya saling mempengaruhi dan erat kaitannya. Perilaku

konsumen adalah perilaku yang diperagakan konsumen dalam

mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang

atau tidak menggunakan lagi produk dan jasa yang mereka harapkan

dapat memuaskan kebutuhannya. Kegiatan retensi pelanggan dapat

diwujudkan dengan strategi atau program tertentu yang dibuat dan

dilakukan oleh sebuah perusahaan perbankan. Bisa berupa potongan

harga administrasi produk, kartu keanggotaan, dan program-

program istimewa lainnya.21

20Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 21Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian

(Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 380-383.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 153

Dimensi ketiga dari loyalitas pelanggan atau nasabah adalah

perpindahan pelanggan (migration barrier). Pada dimensi

perpindahan pelanggan (migration barrier), faktor kemitraan atau

partnership, memerlukan perhatian khusus.22

Hal yang perlu

diperhatikan ialah, apakah nasabah melakukan transaksi secara

rutin, meningkatkan frekuensi dan volume transaksi, menggunakan

produk lain dari bank yang sama, serta tidak berkeinginan untuk

pindah ke bank lain. Berdasarkan hasil pengkategorian, maka

tingkat perpindahan pelanggan (migration barrier) Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai berikut :

Gambar 4.5

Tingkat Perpindahan Pelanggan

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa perpindahan

pelanggan atau nasabah berada pada kategori tinggi hanya sebanyak

53 orang dari keseluruhan jumlah individu 300 orang, dengan

persentase 17,67%. Perpindahan pelanggan/nasabah dengan kategori

sedang memperoleh nilai tertinggi sebanyak 201 orang, dengan

22Farid Subkhan, Empat Tahap Mengukur Indeks Loyalitas, ditulis pada

tanggal 21 February 2012 pukul 11:18 WIB. Lihat http://www.infobanknews.com

/2012/02/ empat -tahap -mengukur -indeks-loyalitas. Diakses pada tanggal 4 Mei

2015 pukul 22:22 WIB.

0

100

200

300

TinggiSedang

Rendah

53

201

46

Kategori

154 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

persentase 67,00%. Sedangkan perpindahan pelanggan atau nasabah

kategori rendah sebanyak 46 orang dengan persentase 15,33%.

Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat perpindahan

pelanggan/nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu sudah cukup baik, karena berada pada kategori sedang

sebesar 67,00%. Menurut penulis, tingkat perpindahan pelanggan

atau nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

seharusnya lebih ditingkatkan lagi, agar pelanggan atau nasabah

merasa lebih puas dengan layanan jasa maupun produk-produk yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu, sehingga nasabah dapat mempertahankan loyalitasnya

terhadap Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dan

tidak tertarik untuk berpindah kepada bank syariah lainnya maupun

bank konvensional.23

Perpindahan pelanggan dapat disebut juga dengan istilah

penyeberangan pelanggan, hal ini dimaksudkan karena seorang

pelanggan berpindah atau menyeberang dari satu perusahaan

penyedia produk dan jasa ke perusahaan lain yang menyediakan

produk dan jasa yang sama. Pelanggan yang menyeberangan atau

penyeberang (defector), digunakan sebagai istilah seorang

pelanggan yang tidak loyal pada suatu produk dan jasa dari

perusahaan tertentu.24

Reichheld dan Sasser mempopulerkan istilah

zero defection (penyeberangan nol), yang mereka jelaskan sebagai

upaya dalam mempertahankan setiap pelanggan yang dapat dilayani

perusahaan dengan memberikan keuntungan atau feedback bagi

23Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 24Christopher H.Lovelock dan Lauren K.Wright, Principles of Service

Marketing and Management, (Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.Inc,

1999) diterjemahkan oleh Agus Widyantoro,dkk, Manajemen Pemasaran Jasa

(Jakarta : PT.Indeks, 2007), 134.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 155

perusahaan, meski demikian tidak semua pelanggan pantas untuk

dipertahankan perusahaan, ada beberapa pelanggan yang

kepergiannya tidak disesali perusahaan.25

Peningkatan jumlah

penyeberangan tidak hanya mengindikasikan bahwa pelanggan atau

nasabah tidak puas dengan pelayanan

Salah satu cara yang harus dilakukan perusahaan agar dapat

sukses dalam persaingan yaitu dengan mempertahankan dan

meningkatkan pelanggan. Mempertahankan pelanggan terbukti lebih

efisien dibanding mencari pelanggan baru, karena untuk

mendapatkan pelanggan baru, berarti perusahaan harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan promosi.26

Mempertahankan pelanggan berarti perusahaan harus mampu

memuaskan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan

melebihi yang diberikan oleh perusahaan pesaing, sedangkan

meningkatkan pelanggan berarti perusahaan harus dapat melihat

peluang yang ada, guna untuk mendapatkan pelanggan baru.

Memuaskan pelanggan tidaklah mudah, lain orang lain pula

keinginannya, oleh karena itu kuncinya, perusahaan harus

memahami perilaku konsumen.27

Kepuasan adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

apa yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan. Jika tidak sesuai

dengan harapan, nasabah tidak puas atau kecewa. Jika memenuhi

harapan, nasabah akan puas. Dan jika melebihi harapan, nasabah

akan sangat puas dan senang.28

25Frederick F.Reichheld and W.Earl Sasser, Zero Defection : Quality Comes

to Services (Boston, USA : Harvard Business Review, October 1990), 1-3. 26Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing, 2007), 349. 27Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 1-2. 28Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th

Edition, (Pearson Education, Inc, Prentice Hall : Upper Saddle River, New Jersey,

156 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Secara umum di dunia marketing, kita mengenal konsep yang

namanya get, keep and grow. Get adalah bagaimana mendapatkan

pelanggan baru dan ini berarti pelanggan baru tersebut bisa saja

merupakan pelanggan pesaing kita. Kalau memang kita

mendapatkan pelanggan baru dari perusahaan pesaing, itu berarti

kita telah melakukan proses perpindahan pelanggan (customer

migration or migration barrier) yang sebelumnya mereka

menggunakan produk dan jasa perusahaan pesaing dan kemudian

menggunakan produk dan jasa perusahaan kita. Keep and grow

adalah bagaimana mempertahankan pelanggan kita dan kemudian

membuat mereka membeli lebih banyak dan lebih sering lagi

sehingga terjadi proses retention alias membeli berulang-ulang dan

membeli lebih banyak lagi.29

Dimensi keempat dari loyalitas pelanggan atau nasabah

adalah antusias pelanggan (customer enthusiasm). Pada dimensi

antusias pelanggan (customer enthusiasm), rasa kepemilikan

nasabah terhadap perusahaan atau ownership harus diperhatikan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam ownership ialah, dilihat apakah

nasabah bersedia merekomendasikan produk yang sudah dimiliki

kepada orang lain, bersedia membela produknya jika ada yang

berkomentar negatif, serta selalu rutin mengikuti perkembangan

layanan dan terlibat dalam mempopulerkan tabungan. Berdasarkan

hasil pengkategorian, maka tingkat antusias pelanggan (customer

enthusiasm) Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu,

adalah sebagai berikut :

2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12 Jilid 1, (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, Cetakan IV, 2009), h.177. Lihat

juga Susan Fournier dan David Glenmick, “Rediscovering Satisfaction”. Journal of Marketing, (Oktober 1999) : 5-23.

29Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian

(Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 388-389.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 157

Gambar 4.6

Tingkat Antusias Pelanggan

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa antusias pelanggan

atau nasabah yang berada pada kategori tinggi memperoleh nilai

terbesar yaitu sebanyak 213 orang dari keseluruhan jumlah individu

300 orang, dengan persentase 71,00%. Antusias pelanggan/nasabah

dengan kategori sedang sebanyak 56 orang, dengan persentase

18,67%. Sedangkan antusias pelanggan atau nasabah kategori

rendah sebanyak 31 orang dengan persentase 10,33%. Gambar di

atas menunjukkan bahwa tingkat antusias pelanggan/nasabah Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu baik, karena berada

pada kategori tinggi sebesar 71,00%. Menurut penulis, tingkat

antusias pelanggan atau nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Cabang Bengkulu seharusnya lebih ditingkatkan lagi, agar

pelanggan atau nasabah merasa lebih puas dengan layanan jasa

maupun produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, sehingga nasabah dapat

mempertahankan loyalitasnya terhadap Bank Muamalat Indonesia

(BMI) Cabang Bengkulu.30

30Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

0

100

200

300

TinggiSedang

Rendah

213

56

31

Kategori

158 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Antusias pelanggan dan calon pelanggan dapat menjadi alasan

suatu bisnis untuk berkembang, termasuk juga bisnis dalam

perusahaan perbankan syariah. Hal ini memang menjadi tugas dan

kewajiban pihak manajemen perusahaan untuk menciptakan produk

dan pelayanan yang membuat pelanggan mereka antusias hingga

menggunakan produk dan jasa layanan perusahan secara terus-

menerus. Menarik perhatian pelanggan dan calon pelanggan

potensial yang terpenting adalah menunjukkan keaslian dari apa

yang Anda tawarkan. Pelanggan juga akan mudah percaya dan

menjadi sangat antusias jika ditawarkan melalui ucapan. Menjaga

komunikasi dengan pelanggan merupakan hal penting. Setiap

pelanggan juga menyukai sebuah penawaran baru akan produk atau

layanan yang menarik dan tentu saja yang penting bagi kehidupan

mereka. Pihak manajemen perbankan syariah harus bisa melihat dan

mengamati apa yang masyarakat butuhkan. Manajemen perbankan

syariah bisa mulai menarik perhatian mereka dengan menciptakan

hal unik yang sebelumnya belum ada di pasaran.31

B. Pengaruh Motif Agama dan Motif Ekonomi terhadap

Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang

Bengkulu

Perkembangan peradaban mempengaruhi tingkat kebutuhan

masyarakat, baik kebutuhan secara ruhiyah (psikologis) maupun

kebutuhan secara lahiriyah (fisiologis).32

Salah satu dari kebutuhan

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 31Christopher H.Lovelock dan Lauren K.Wright, Principles of Service

Marketing and Management, (Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.Inc,

1999) diterjemahkan oleh Agus Widyantoro,dkk, Manajemen Pemasaran Jasa

(Jakarta : PT.Indeks, 2007), 87. Lihat juga Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 429.

32Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam

(Yogyakarta : PT.Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), 45.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 159

ruhiyah seseorang adalah kebutuhan akan nilai-nilai keagamaan

seperti melakukan transaksi ekonomi (muamalah) yang berprinsip

pada ajaran Islam dan tidak mengandung unsur maysir, gharar,

maupun riba. Oleh sebab itulah kebutuhan akan lembaga-lembaga

keuangan yang berbasis kesyariahan diperlukan untuk menunjang

kegiatan transaksi ekonomi (muamalah) masyarakat agar tetap

sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan yang menjadi kebutuhan

lahiriyah seseorang atau individu yaitu kebutuhan akan suatu

produk maupun jasa yang dapat memfasilitasi, memenuhi, serta

memuaskan diri individu. Salah satu kebutuhan produk atau jasa

tersebut termasuk pula produk dan jasa layanan bank syariah.

Didasari oleh kebutuhan-kebutuhan psikologis dan fisiologis inilah

maka muncul istilah motif agama dan motif ekonomi.33

Telah dijelaskan di atas bahwa salah satu kebutuhan ruhiyah

seseorang atau individu adalah kebutuhan akan nilai-nilai

keagamaan, seperti kebutuhan akan hadirnya lembaga keuangan

perbankan yang berprinsip pada ajaran syariah Islam, sehingga

masyarakat dapat dengan tenang melakukan transaksi-transaksi

ekonomi keuangan perbankan (muamalah) tanpa adanya rasa

khawatir akan terjerumus dalam praktik maysir, gharar, maupun

riba. Dikarenakan kebutuhan akan nilai-nilai keagamaan inilah,

seseorang atau individu menjadikan nilai-nilai keagamaan tersebut

sebagai tujuan hidupnya. Tujuan dapat disebut juga dengan istilah

motif. Motif yang didasari oleh nilai-nilai keagamaan disebut

dengan motif agama. Motif agama seorang individu juga memiliki

keterkaitan dengan perbankan syariah, karena perbankan syariah

memberikan produk dan jasa layanan perbankan yang sesuai dengan

33Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015, serta didukung dengan wawancara penulis dengan beberapa

orang nasabah yang menjadi responden penelitian lapangan penulis.

160 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

tuntunan syariah. Dengan memiliki motif agama yang besar, berarti

semakin besar pulalah keterkaitan individu terhadap bank syariah.

Dengan demikian, seseorang yang memiliki motif agama tersebut

akan secara rutin menggunakan produk maupun jasa layanan bank

syariah dari pada bank konvensional, atau malah tidak sama sekali

menggunakan produk dan jasa layanan bank konvensional yang

sudah jelas mengandung unsur maysir, gharar, dan riba karena

menggunakan sistem bunga. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara motif agama seorang individu

dengan keloyalannya (loyalitas) terhadap bank syariah.34

Sama halnya dengan motif agama, motif ekonomi seseorang

juga memiliki hubungan dengan lembaga keuangan perbankan,

khususnya perbankan syariah. Dengan adanya lembaga keuangan

perbankan syariah memberikan kemudahan bagi setiap individu

untuk melakukan transaksi keuangan seperti penyimpanan dana,

peminjaman dana, atau jasa transfer.35

Karena dalam teori ilmu

ekonomi pun sudah dikatakan bahwa manusia adalah makhluk

ekonomi yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan

bertindak secara rasional.36

Memenuhi kebutuhan hidup merupakan

hakikat manusia dan wajib dilakukan.37

Dalam ilmu ekonomi

34Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015, serta didukung dengan wawancara penulis dengan beberapa

orang nasabah yang menjadi responden penelitian lapangan penulis. 35Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015, serta didukung dengan wawancara penulis dengan beberapa

orang nasabah yang menjadi responden penelitian lapangan penulis. 36Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), .3. 37Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam

(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 161

konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai keinginan untuk

memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat memfasilitasi,

memenuhi, maupun memuaskan diri individu.38

Pemenuhan akan kebutuhan hidup masyarakat baik barang

maupun jasa seharusnya dapat memberikan kemashlahatan

(mas}lah}ah). Menurut Syaitibi, mashlahah adalah fungsi atau

kegunaan yang terkandung dari barang maupun jasa yang dapat

memelihara prinsip dasar dan tujuan hidup manusia di dunia. Lima

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup

manusia di dunia antara lain kehidupan, kekayaan, keimanan,

keturunan, dan pendidikan. Setiap jenis kebutuhan tidak sama

pentingnya. Ada tiga tingkatan kebutuhan, pertama adalah

tingkatan dimana kelima elemen di atas sebagai pelindung. Kedua

tingkatan dimana kelima elemen tersebut sebagai pelengkap. Ketiga

dimana kelima elemen tersebut sebagai kesenangan. Seluruh barang

dan jasa yang berpotensi untuk memelihara kelima elemen tersebut

disebut mas}lah}ah.39

Berdasarkan hasil perhitungan data kuesioner penelitian

lapangan penulis, dapat dilihat pengaruh motif terhadap loyalitas :

38Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 1997), 5. 39Euis Amalia, “Teori Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi

Islam”, Jauhar Jurnal Pemikiran Islam Kontekstual, Vol.4 No.1, (Juni 2003) : 11-12.

Mas}lah}ah secara bahasa berarti kebergunaan (utility) atau kesejahteraan (welfare),

yang oleh Abdul Hamid Al-Ghazali (505H/1111M) dan Abu Ishaq Al-Shatibi

(790H/ 1388M). Masalih} (plural of mas}lah}ah) dibagi menjadi tiga kategori yaitu,

esensial (essential/daruriyah), pelengkap (complementary/hajiyah), dan keinginan

(desirable /tahsiniyah). Merupakan tugas pemimpin negara (pemerintah atau

khalifah) untuk memastikan mas}lah}ah tingkat pertama memenuhi kebutuhan

umat/masyarakat. Lihat Muhammad Akram Khan, “The Role of Government in the

Economy”, The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol.14, No.2, (1997)

: 157.

162 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Table 4.1

Hasil Uji Regresi untuk Kontribusi

Variabel Independent Variabel Dependent Kontribusi

Loyalitas Nasabah Motif Agama dan

Motif Ekonomi 72,3 %

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 72,3% yang berarti motif agama dan motif

ekonomi 72,3 % dalam mempengaruhi loyalitas nasabah secara

bersama-sama dan sisanya 27,7% dipengaruhi oleh faktor lain.40

Banyak macam motif nasabah dalam menggunakan jasa layanan

bank syariah, diantaranya ada motif agama dan motif ekonomi.

Motif agama adalah motif dengan landasan nilai-nilai keagamaan,

sedangkan motif ekonomi adalah motif yang didasari oleh

pemenuhan kebutuhan ekonomi seseorang atau individu. Kedua

motif ini terbukti secara empiris mempengaruhi tingkat loyalitas

nasabah di bank syariah. Dengan motif agama yang dimiliki seorang

nasabah bank syariah dapat mempengaruhi perilaku nasabah dalam

mengambil keputusan,41

termasuk keputusan untuk tetap loyal

menggunakan jasa layanan perbankan yang sesuai dengan tuntunan

Islam, yaitu bank syariah,42

karena secara teoritis, tingkat motif

40Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner

penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada

bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan

Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 41Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of

Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5

(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail

Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University

of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 42Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis

dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 163

agama seseorang didasari oleh tingkat religiusitas, dan tingkat

religiusitas orang tersebut dapat mempengaruhi sudut pandangan

(perception), keputusan (preference) dan perilakunya (behaviour).43

Tingkat religiusitas juga mempengaruhi perilaku ekonomi

seseorang, terutama dalam mengambil keputusan ekonomi berkaitan

dengan pelaksanaan komitmen beragama.44

Hal ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara motif agama seorang nasabah

dengan keputusan untuk tetap loyal menggunakan jasa dan layanan

bank syariah.45

Begitu pula dengan motif ekonomi, secara empiris

mempengaruhi loyalitas nasabah dalam menggunakan jasa dan

layanan bank syariah, karena pada hakikatnya seorang nasabah juga

makhluk ekonomi yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dan bertindak secara rasional.46

Memenuhi kebutuhan

hidup merupakan hakikat manusia dan wajib dilakukan.47

Dalam

ilmu ekonomi konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai

keinginan untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat

memfasilitasi, memenuhi, maupun memuaskan diri individu.48

Motif

43Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare Ch.2

dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),

28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.

44Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United

Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119. 45Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis

dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. 46Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 47Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam

(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 48Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 1997), 5.

164 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

(baik motif agama maupun motif ekonomi) merupakan alasan yang

terdapat dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan

tindakan. Semua keputusan dan tindakan manusia pada hakikatnya

didasari oleh motif.49

Motif manusia merupakan suatu dorongan,

hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam

dirinya, untuk melakukan sesuatu tindakan.50

Dengan mempunyai

motif tertentu, dapat memberikan tujuan dan arahan bagi manusia

dalam melakukan tindakan atau berperilaku, termasuk perilaku

untuk tetap loyal menggunakan jasa dan layanan bank syariah.51

Dari kedua motif tersebut (motif agama dan motif ekonomi),

terdapat perbedaan pengaruh terhadap loyalitas nasabah, seperti

pada tabel di bawah ini :

Table 4.2

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel

Independent Variabel Dependent t Hitung Sig.

Loyalitas

Nasabah

Motif Agama

Motif Ekonomi

19,145

14,439

0,000

0,000

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dengan melihat tabel

coefficientsa, maka diperoleh nilai t hitung sebesar 19,145 untuk

motif agama (X1) dan sebesar 14,439 untuk motif ekonomi

berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah (Y), yang

49Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :

CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129. 50Harold J.Leavitt, Managerial Psychology, Fourth Edition, (USA :

University of Chicago, 1978) diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.

51Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis

dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 165

ditentukan oleh faktor kepuasan pelanggan, retensi pelanggan,

perpindahan pelanggan, dan antusias pelanggan. Dari tabel di atas

dapat dilihat bahwa t hitung bernilai positif, yang berarti jika terjadi

kenaikan skor motif agama dan motif ekonomi, maka tingkat

loyalitas nasabah bank syariah juga mengalami kenaikan.52

Motif agama dan motif ekonomi memiliki pengaruh dalam

mempertahankan loyalitas pelanggan atau nasabah bank syariah.

Cara terbaik dalam mempertahankan pelanggan dan memperoleh

kesetiaan dari mereka adalah dengan cara mengkonsentrasikan pada

kebutuhan dan keinginan mereka. Perusahaan harus mampu

melakukan diferensiasi dalam penawarannya, yang tidak ada pada

pesaing lain. Selain itu, program loyalitas pelanggan juga harus

tepat jika ingin memberikan pengaruh. Kemampuan pihak

manajemen perbankan dalam menjaga pertumbuhan perusahaan

tentunya tidak lepas dari kemampuannya dalam menjaga dan

meningkatkan loyalitas basis nasabah yang mereka miliki.53

Nasabah bank syariah merupakan makhluk ekonomi yang

akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

bertindak secara rasional,54

karena memang sudah menjadi hakikat

individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti keinginan

untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat

memfasilitasi individu, dan hal itu wajib dilakukan.55

Namun,

52Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis

dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. Data diolah menggunakan

program SPSS Ver.20. 53Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis

dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. 54Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,

(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 55Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam,

(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39.

166 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

nasabah bank syariah juga merupakan makhluk yang bersifat

mukallaf (memikul beban keagamaan). Berdasarkan sifat ini maka

manusia dalam melakukan semua aktivitasnya harus sesuai dengan

tuntunan agama. Namun manusia juga diberi kebebasan melakukan

kegiatan ekonomi dalam batas-batas syariat.56

Kebutuhan ekonomi

manusia menurut Islam dibagi menjadi dua kategori, yaitu

kebutuhan yang harus dipenuhi untuk diri sendiri dan keluarga

(kebutuhan lahiriyah) maupun kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

beragama (kebutuhan ruhiyah) seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf,

dan lain sebagainya.57

Hal ini dimaksudkan untuk mendorong

manusia agar tercapainya kebahagiaan hidup di dunia maupun

akhirat.58

Perilaku nasabah bank syariah secara Islami merupakan

perilaku dimana nasabah bebas melakukan kegiatan ekonomi namun

dalam batas syar’i. Keyakinan bahwa menabung di bank syariah

merupakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim tetap

diimbangi dengan tujuan ekonomi. Jika pada awalnya nasabah

menabung di bank syariah karena kepatuhan mereka terhadap ajaran

Islam, namun pada akhirnya mereka juga akan mencari jasa

56Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan

Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada

tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com. 57Yu>suf al-Qarad{a>wi<, Daur al-Qiyam wa al-Akhla>q fi al-Iqtis}a>di al-Isla>mi,

(Kairo : Maktabah Wahbah, 1995), 201. Lihat juga Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam jilid 2, diterjemahkan oleh Soeroyo,dkk, Doktrin Ekonomi Islam, jilid 2 (Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), 8. Lihat juga Sarwono, “Analisis

Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam”, Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian

Vol.8 No.1 (2009) : 45. 58Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan

Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada

tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com.

PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 167

pelayanan perbankan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka

secara ekonomi.59

Loyalitas nasabah pengguna jasa dan layanan bank syariah

berdasarkan pengelohan data hasil penelitian ini menunjukkan

peningkatan setiap tahunnya. Pengaruh dimensi relationship dan

partnership terhadap loyalitas nasabah justru meningkat. Fenomena

ini mengindikasikan bahwa kesetiaan nasabah tabungan syariah

cenderung lebih dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional

ketimbang hal-hal yang sifatnya transaksional. Momentum

pertumbuhan DPK tabungan syariah yang relatif tinggi perlu dijaga

dengan upaya yang kuat.60

59Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan

Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 11. Diakses pada

tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com. 60Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank

Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis

dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.

168 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

169

BAB V Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, tesis ini

menyimpulkan bahwa kedua motif, baik motif agama maupun motif

ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di

bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama

memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah

bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif

agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif

ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya

lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas.

Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir

masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam

menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah

di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun,

tingkatan tiap-tiap dimensinya berbeda-beda. Dimensi loyalitas

nasabah terdiri dari empat macam, yaitu kepuasan pelanggan

(customer satisfaction) berada dikategori sedang sebesar 65,67%,

retensi pelanggan (customer retention) berada pada kategori sedang

sebesar 68,33%, perpindahan pelanggan (migration barrier) berada

pada kategori sedang sebesar 67,00%, dan antusias pelanggan

(customer enthusiasm) berada pada kategori tinggi sebesar 71,00%.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah bank syariah

sudah cukup baik, karena rata-rata berada pada kategori sedang dan

tinggi dengan nilai persentase di atas 50%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian para

akademisi di antaranya sebagaimana yang disimpulkan dalam

penelitian yang dilakukan Metawa dan Almossawi untuk

menyelidiki perilaku nasabah bank syariah di negara bagian Bahrain,

170 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

ditemukan bahwa faktor utama nasabah mempertahankan

hubungannya atau tetap loyal pada bank syariah adalah ketaatan

mereka terhadap prinsip syariah. Penelitian Nasser, Jamal, dan Al-

Khatib yang menilai tingkat kesadaran dan kepuasan pelanggan

terhadap bank Islam di Yordania. Responden mengungkapkan

bahwa mereka memilih bank syariah karena mereka puas dengan

banyaknya fasilitas dan produk bank syariah, walaupun sebagian

responden juga mengaku tidak puas dengan pelayan bank syariah,

tapi hal itu justru membuktikan bahwa nasabah yang tidak puas

tersebut tetap memilih bank syariah karena kepatuhan mereka

terhadap syariat Islam. Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Saleh

disimpulkan bahwa faktor yang paling signifikan mempengaruhi

loyalitas nasabah BMI cabang Sudirman adalah faktor syariah.

Faktor syariah merupakan variabel independen yang memiliki

kolerasi paling berpengaruh dibanding faktor lainnya. Faisal Saleh

membandingkan 10 variabel independen yang dianggap dapat

mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah. Dari seluruh faktor

yang dibandingkan yang memiliki kolerasi signifikan pada level 0,01

faktor syariah memperoleh nilai terbesar dibanding faktor-faktor

lainnya. Penelitian Amin Kuneifi Elfachmi menyatakan bahwa

faktor utama nasabah mempertahankan hubungannya atau tetap

loyal pada bank syari'ah adalah ketaatan mereka terhadap prinsip-

prinsip syari'ah. Nasabah memutuskan untuk tetap mempertahankan

bank syari'ah berkaitan dengan masalah keimanan dan keyakinan

terhadap pengharaman riba bagi umat Islam. Hal ini didasari oleh

faktor agamis yang ada pada diri nasabah yaitu adanya pemahaman

terhadap agama yang dianut, merasa yakin bahwa yang dilakukan

tidak bertentangan dengan agama atau sesuai dengan perintah

agama serta memahami bahwa menabung diperbankan syari'ah

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kesenjangan

ekonomi dimasyarakat. Penelitian lain Saduman Okumus dan Elif

Guneren Genc membuktikan bahwa responden menyatakan

Penutup 171

keyakinan agama sebagai faktor utama yang paling penting dalam

memilih jasa perbankan yang digunakan. Penelitian ini juga

bertujuan untuk mengetahui kesadaran nasabah terhadap produk dan

layanan bebas bunga dan menentukan kriteria dalam memilih bank

syariah.

Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan beberapa

penelitian lainnya, seperti penelitian Samsudin yang

mengungkapkan bahwa, faktor dominan yang mempengaruhi

nasabah untuk menggunakan jasa Bank Syariah Mandiri adalah

faktor fasilitas dan pelayanan Faktor syariah ternyata bukan

merupakan faktor dominan yang mempengaruhi nasabah untuk

menggunakan jasa BSM sebagaimana dugaan awal (hipotesis)

Samsudin. Penelitian Fa>ris Mahmu>d Abu> Mu’ammar, menyatakan

bahwa nasabah memilih bank syariah didasari oleh kepuasan

nasabah terhadap kualitas layananan yang diberikan pihak

perbankan, bukan karena faktor nilai-nilai kesyariahan. Penelitian

Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d, menyatakan bahwa ketidakpuasan nasabah

terhadap beberapa layanan bank syariah akan berdampak terhadap

loyalitas nasabah yang mengakibatkan perpindahan nasabah ke bank

lain. Loyalitas nasabah terhadap bank syariah bukan didasari oleh

faktor syariah. Hasil serupa dalam penelitian Sa>m ‘Abdu Al-Qa>dir,

yang menyatakan bahwa pengaruh yang paling signifikan secara

statistik adalah kuliatas layanan perbankan, dibanding dari variabel

independen lain, seperti faktor syariah (motif agama).

B. Saran

Temuan dalam penelitian ini kiranya dapat menjadi

pertimbangan lebih lanjut bagi pemerhati kajian bidang ekonomi

Islam, khususnya perbankan syariah dengan berbagai pendekatan

dan objek penelitian yang berbeda-beda. Penulis harapkan pada

penelitian-penelitian selanjutnya dapat menjadi pembanding antara

pengaruh motif agama dan motif ekonomi terhadap loyalitas

172 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

nasabah, baik pada studi kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI)

cabang daerah lain, maupun bank-bank syariah lainnya.

Sebagai seorang Muslim sudah sepatutnya turut serta dalam

pensosialisasian dan pengembangan perbankan syariah. Oleh sebab

itulah diharapkan bagi masyarakat Muslim untuk lebih loyal dalam

menggunakan jasa dan layanan bank syariah, dengan cara

melakukan kegiatan transaksi perbankan secara rutin yang bertujuan

untuk memperlancar sistem operasional bank syariah.

Selain itu, hendaknya pihak internal Bank Muamalat

Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu lebih banyak bersosialisasi

dengan masyarakat daerah tentang seputar dunia perbankan syariah,

sehingga wawasan dan minat masyarakat terhadap perbankan

syariah semakin besar, dengan demikian akan membuka peluang

bagi Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu untuk tetap

dapat mempertahankan keberadaannya di dunia perbankan syariah.

Hendaknya pula Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu

lebih terbuka dan transparan dalam setiap kegiatan operasionalnya,

sehingga dengan demikian masyarakat lebih dapat memberikan

kepercayaan kepada Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang

Bengkulu untuk mengelola dana yang mereka miliki tanpa rasa

khawatir untuk dicurangi. Penulis juga berharap dengan keberadaan

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dapat

menunjang dan meningkatkan perekonomian umat khususnya

masyarakat daerah Bengkulu, sehingga golongan masyarakat

menengah ke bawah yang berekonomi lemah semakin berkurang.

Pemerintah selaku pemegang kebijakan ekonomi, hendaknya

memberikan dukungan secara optimal terhadap pengembangan

perbankan syariah untuk meningkatkan kualitas bank-bank syariah

di Indonesia, agar masyarakat lebih tertarik dan berminat untuk

terus loyal menggunakan jasa dan layanan bank syariah, sehingga

keberadaan bank-bank syariah di Indonesia dapat terus bertahan di

masa yang akan datang.

173

Daftar Pustaka

BUKU

Alfansi, Lizar. Pemasaran Jasa Finansial (Financial Service Marketing) Edisi 2. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

2012.

Amin, Riawan. Menata Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta :

UIN Syarif Hidayatullah Press. 2009.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik.

Jakarta : PT.Gema Insani. 2001.

Assael, Henry. Consumer Behavior and Marketing Action 6th Edition. Cincinnati, Ohio : South Western College

Publishing. 1998.

Barnes, James.G. Secreat of Customer Relationship Management. Canada : Mc.Graw-Hill. 2001.

----------. Secreat of Customer Relationship. Diterjemahkan oleh

Andreas Winardi, Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan. Yogyakarta : Penerbit Andi. 2003.

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta :

Rineka Cipta. 2008.

Berelson, Bernard and Gary A.Steiner. Human Behavior : An Inventory of Scientific Findings. New York : Harcourt,

Brace Jovanovich. 1964.

Bungin, M.Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana. 2008.

174 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Chapra, Umer. The Future of Economic An Islamic Walfare. United

Kingdom : The Islamic Foundation. 2000.

Costabile, Michele. A Dynamic Model of Customer Loyalty. Milan,

Italy : Della Calabria University Press. 1999.

Cross, Richard and Janet Smith. Customer Bonding : Pathway to Lasting Customer Loyalty. USA : Ntc, Business Book.

1995.

Engel, James.F, Roger D.Blackwell, Paul W.Miniard. Consumer Behavior 8th Edition. Fort Worth. Texas : The Dryden

Press. 1995.

Ghazali, Aidit and Syed Omar bin Syed Agil. Readings in the

Concept and Methodology of Islamic Economics :

Translating Islamic Principles in to Socio-Economics

Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication.

1996.

Glock, Charles.Y and Rodney Stark. American Piety : The Nature of

Religious Comitment. Barkeley : University of California

Press. 1968.

----------. Religion and Society in Tension. Chicago : Rand McNally.

1965.

Griffin, Jill. Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It. New York, USA : Lexington Books Press. 1996.

----------. Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan.

Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005.

----------. Taming the Search and Switch Customer : Earning Customer Loyalty in a Compulsion to Compare World

1st Edition. San Francisco, California, USA : Jossey Bass

Publishing. 2009.

Daftar Pustaka 175

Gronroos, Christian. Service Management and Marketing : Managing the Moment of Truth in Service Competition.

Lexington Books. 1990.

Herman, Susy Yunia.R Sanie. Teori Ekonomi Mikro Agama :

Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi. Banten

: CV.Efko Grafika. 2012.

Heskett, James.L and Leonard A.Schlesinger. Out in Front : Building High Capability Service Organization. Boston,

Massachusetts, United State of America : Harvard

Business School Press, Harvard University. 1997.

Heskett, James.L, W.E.Sasser, Jr, and L.A.Schlesinger. The Service

Profit Chain, How Leading Companies Link Profit and

Growth to Loyalty, Satisfaction and Value. New York :

Free Press. 1997.

Al-Husain, Taqiyuddin Abubakar. Kifayatul Akhyar. Surabaya :

Penerbit Bina Ilmu. 1997.

Jalaludin, Psikologi Agama. Jakart : PT Raja Grafindo Persada.

2001.

Kahf, Mozer. The Islamic Economics : Analytical study of the Functioning of the Islamic Economic System. Plainfield,

Indiana : The Muslim Students Association of the Uniterd

and Canada. 1979.

Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan.

Jakarta : Rajawali Pers. 2011.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Rajawali

Pers. 2010.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. Marketing Management 12th Edition. Upper Saddle River, New Jersey : Pearson

Education, Inc, Prentice Hall. 2006. Diterjemahkan oleh

176 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Benyamin Molan. Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12 Jilid 1. Indonesia : PT.Macanan Jaya Cemerlang. 2009.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. Principles of Marketing I and II Seventh Edition (Edisi Bahasa Indonesia). New Jersey :

Prentice Hall. 1996.

----------. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid I (Terjemahan

Bahasa Indonesia). Jakarta : Penerbit Erlangga. 2008.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2009.

Kotler, Philip. Marketing Management : The Millenium Edition.

Upper Saddle River, N.J : Prentice Hall International.Inc.

2000

-----------. Marketing Management I and II (Edisi Bahasa Indonesia).

New Jersey : Prentice Hall. 2002.

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. Perilaku Organisasi. Jakarta :

Salemba Empat. 2005.

Loudon and Bitta, Della. Consumer Behaviour : Concept and Application. New York : Mc.Graw Hill. 1995.

Loudon, David L. and Albert J.Della Bitta. Consumer Behavior 3th Edition. New York : McGraw-Hill Book Company. 1998.

Manaf, Mudjahid Abdul. Sejarah Agama-agama. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada. 1994.

Mangkunegara, Anwar Prabu. Perilaku Konsumen Edisi Revisi.

Bandung : PT.Refika Aditama. 2005.

Mowen, John.C dan Michael Minor. Consumer Behavior 5th Edition.

New Jersey : Prentice Hall. 1998.

----------. Perilaku Konsumen Jilid 2 Edisi kelima. Jakarta : Penerbit

Erlangga. 2002.

Daftar Pustaka 177

Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharam. Mengembangkan

Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta :

Menara Kudus. 2002.

Nazir, Moh. Metodologi Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. 2005.

Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Fourth Edition. Oxford

University Press. 2008.

Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka

Cipta.1994.

Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta :

Indeks. 2011.

Al-Qarad{a>wi<, Yu>suf. Daur al-Qiyam wa al-Akhla>q fi al-Iqtis}a>di al-Isla>mi. Kairo : Maktabah Wahbah. 1995.

Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3. Yogyakarta :

Dana Bhakti Wakaf. 1996.

-----------. Economic Doctrines of Islam jilid 2, diterjemahkan oleh

Soeroyo,dkk. Jakarta : Dana Bhakti Wakaf. 1995.

Reichheld, Frederick G. Measuring Customer Satisfaction (Edisi

Bahasa Indonesia) diterjemahkan oleh Hesti

Widyaningrum Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta :

PPM. 2002.

----------. The Loyalty Effect. Boston, Massachusetts, United State

of America : Harvard Business School Press, Harvard

University. 1996.

Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS.

Jakarta : Mitra Wacana Media. 2009.

Rukmana, Amir dan Machmud. Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta : 2010.

178 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah Jilid 5 (Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta : Cakrawala Publishing. 2009.

Saefudin, Ahmad M. Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif

Islam. Jakarta : Rajawali Press. 1987.

Sasser, Jr.W.Earl and Thomas O.Jones. Why Satisfied Customer Defect. Boston, Massachusetts, United State of America :

Harvard Business Review, Harvard University. 2001.

Sastrapratedja. Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah. Jakarta : Gramedia. 1987.

Schiffman, L.G and L.L.Kanuk. Consumer Behavior 7th Edition.

New Jersey : Prentice Hall. 2000.

------------. Consumer Behavior 10th Edition. New Jersey : Prentice

Hall. 2010.

Simamora, Bilson. Panduan Riset Perilaku Konsumen Cetakan

Ketiga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. 2008.

Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif : Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta :

Kencana. 2014.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta :

Kencana. 2009.

Solomon, M.R. Customer Behavior : Buying, Having, and Being, 9th

Edition. New York : McGraw-Hill. 2010.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta : Penerbit Ekonosia FE UII.

2003.

Daftar Pustaka 179

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta. 2006.

Sukirno, Sadono. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta : Raja

Grafindo Persada. 1997.

Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Edisi Kedua. Bogor : Ghalia Indonesia.

2011.

Sumitro, Warkum. 1996. Asas-asas Perbankan dan Lembaga-lembaga Terkait. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Suryani, Tatik. Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi

Pemasaran. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2008.

Sutisna. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung :

PT.Remaja Rosdakarya. 2001.

Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta : Gramata Publishing. 2013.

Thouless, Robert H. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta : PT.Raja

Grafindo Persada. 1995.

Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa, : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Andi. 2014.

----------. Pemasaran Jasa. Malang, Jawa Timur : Bayumedia

Publishing. 2007.

Umar, Husein. Research Methods in Finance and Banking, Cetakan Kedua. Jakarta : Penerbit Gramedia. 2002.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Pengantar Statistika.

Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. 1995.

Vogel, Frank.E and Samuel L.Hayes. Islamic Law and Finance.

London : Kluwer Law International. 1998.

180 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Watsham, Terry.J and Keith Parramore. Quantitative Methods in Finance. London : Thompson Learning. 1997.

Weber, Max. The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism.

New York. 1986. Diterjemahkan oleh Yusup Priyasudiarja.

Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Yogyakarta :

Jejak Press. 2007.

Yusuf, Syamsu. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung :

PT.Remaja Rosdakarya. 2008.

Zaltman, Gerald and Wallendorf, Melanie. Consumer Behavior : Basic Findings and Management Implications. United

States of America : John Willey & Sons Inc. 1979.

JURNAL, ARTIKEL DAN HASIL PENELITIAN

‘Abu>d, Kha>lid S}a>lih}. “Qiya>s Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an Jawdah al-Khidma>t al-Mas}rafi@yah al-Isla>mi@yah : Dira>sah Mayda>ni@yah

‘ala Bank Su >ri@yah al-Dawli@ al-Isla>mi@”. Majallah Ja>mi’ah Damishqa lil’Ulu>m al-Iqtis}a>di@yah wal Qa>nu>ni>yah, al-

Mujallad 28, al-‘Adad 2, (2012).

Amalia, Euis. “Teori Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi

Islam”. Jauhar Jurnal Pemikiran Islam Kontekstual Vol.4

No.1 (Juni, 2003).

Azis, Fatmah. “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan

Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel

Ilmiah, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Surabaya, 2012.

Beatus, Carren. “Important Issues in Growth of Islamic Banking

Services in East African Context : Study of Selected

Banks in Dar Es Salaam, Tanzania”. International Journal of Research in Business and Technology Volume 3 No. 2

(October 2013).

Chang, Chih Hon dan Chia Yu Tu. “Exploring Store Image

Customer Satisfaction and Customer Loyalty

Daftar Pustaka 181

Relationship”. Jounal of American Academy of Business

Vol.7 No.2 (2005).

Delener, Netdet. “Religious Contrasts in Consumer Decision

Behaviour Patternss : Their Dimensions and Marketing

Implications”. European Journal of Marketing. Vol.2 No.3

(1994) : 36-53.

Dick, Alan.S and K.Basu. ”Customer Loyalty : Toward and

Integrated Conceptual Framework”. Journal of The Academy of Marketing Science. Vol.22 (1994) : 98-112.

Elfachmi, Amin Kuneifi. “Analisis Pengaruh Latar Belakang

Religiusitas, Tingkat Sosial Ekonomi dan Rasionalitas

terhadap Kepuasan serta Loyalitas Nasabah BNI Syariah

Cabang Malang”. Disertasi Pendidikan Ekonomi, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Malang, (2012).

Elsandra, Yesi dan Efriyuzal. “Pengaruh Atribut Produk, Komitmen

Agama, Kualitas Pelayanan, dan Kepercayaan terhadap

Loyalitas Nasabah dengan Kepuasan sebagai Variabel

Intervening”. Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukit Tinggi Vol.XIV No.2 (September 2013) : 140-157.

Fornell,C. “A National Customer Satisfaction Barometer : The

Swedish Experience”. Journal of Marketing, Vol.55 No.1,

(January, 1992)

Fornell,C. “The American Customer Satisfaction Index : Nature.

Purpose, and Findings”. Journal of Marketing, Vol.60

No.4, (October, 1996)

Al-Hakim, Lukman. “Religiusitas dan Etos Kerja dalam

Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku

Sasak di Lombok Nusa Tenggara Barat”. Jakarta :

Disertasi UIN Syarif Hidayatullah. (2008).

Hamdani, Syed Nizar Hussaini. “Religious Orientation as a Factor

in Time Allocation : Evidence from Cross-Section

Pakistani Data”. Islamabad, Pakistan : Ph.D.Disertation

Quiad-i-Azzam University. (2000).

182 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Hassan, M. Taimoor. “Measuring Customers Loyalty of Islamic

Banking in Bahawalpur Region”. International Journal of Learning & Development Vol.2 No.2 (2012)

Idawati, Maryam. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas

Nasabah Bank (Studi Kasus pada Business Centre

PT.Bank Bali,Tbk)”. Tesis Universitas Indonesia (UI).

2001.

Junaedi, Achmad Tavip. “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan,

Keadilan dan Kepuasan Nasabah terhadap Loyalitas

Nasabah Bank Syariah : Studi pada Nasabanh Bank

Syariah Provinsi Riau”, Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.10

No.1 (Maret 2012).

King, Morton.B and Richard A.Hunt. “Measuring the Religious

Variable : Replication”. Journal for the Scientific Study of Religion Vol.11 No.3 (Sep 1972) : 13-22.

King, Morton.B. “Measuring the Religious Variable : Nine Proposed

Dimensions”. Journal for the Scientific of Religion Vol.6,

No.2. (Autumn 1967) : 173-190.

Kishada, Zeyad M.EM and Norailis Ab.Wahab. “Factors Affecting

Customer Loyalty in Islamic Banking : Evidence from

Malaysian Banks”. International Journal of Business and Social Science Vol.4 No.7 (July 2013).

Krauss, Steven Eric. “The Muslim Religiosity Personality

Measurment Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment

Model : Toward Filling The Gaps in Religiosity Research

of Muslim”. Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2. Serdang : University of Putra

Malaysia Press. (2005) : 173-190.

Metawa, Saad.A and Mohammed Almossawi. “Banking Behavior of

Islamic Bank Customers : Perspective and Implication”.

International Journal of Bank Marketing Vol.16 No.7

(1998) : 299-313.

Mokhlis, Safiek. “Relevancy and Measurement of Religiosity in

Consumer Behavior Research”. International Business Research Vol.2 No.3 (2009) : 75-84.

Daftar Pustaka 183

---------. “The Influence of Religion on Retail Patronage Behaviour

in Malaysia”. Disertation Faculty of Management

University of Stirling Scotland United Kingdom. 2006.

Mu’ammar, Fa>ris Mahmu>d Abu>. “Qiya>s al-Khidmah al-Mas}rafi@yah

fi@ al-Bunu>ki al-‘A@milah fi@ Qat}a>’I Ghazah”, Majallah al-Ja>mi’ah al-Isla>mi@yah, silsilah al-Dira>sa>t al-Insa>ni@yah, al-

Mujallad 13, al-‘Adad 1, (Yu>niyu> 2005).

Mustikarini, Shinta. “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis

Loyalitas terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan

Bank (Studi Kasus di Bank BJB)”. Tesis Universitas

Indonesia (UI). 2012.

Naser, Kamal, Ahmad Jamal, and Khalid Al-Khatib. “Islamic

Banking : A Study of Customer Satisfaction and

Preference in Jordan”. International Journal of Bank Marketing Vol.17 No.2 & 3 (1999) : 135-151.

Nawi, Farah Amalina Md. “A Critical Literature Review for Islamic

Banks Selection Criteria in Malaysia”. International Business Research Vol.6 No.6 (2013).

O’Connell, Brian J. “Dimensions of Religiosity among Catholics”.

Review of Religious Research Vol.16 No.3 (Spring 1975) :

198-207.

Osman, ‘Ismah, Fuad Yusuf, and M.Syu’aib. “Customers

Satisfaction in Malaysian Islamic Banking”. International Journal of Economics and Finance Vol.1 No.1 (February

2009).

Patel, Mahesh. “Influence of Religion on Shopping Behaviour of

Consumers-An Exploratory Study”. Journal of Economics

Vol.1 No.5 (2009) : 68-78.

Pertiwi, Dita dan Haroni Doli H.Ritonga. “Analisis Minat

Menabung Masyarakat pada Bank Muamalat di Kota

Kisaran”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 1 No.1

(Desember 2012).

Al-Qa>dir, Sa>m ‘Abdu. “Al-‘Awa>mil Al-Mu’athirah fi@ Rid}a> al-

‘Umala>’ ‘an Khidma>ti al-Mas}a>rif al-Isla>mi@yah fi@ Falist}i@n”.

184 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Majallah al-Urduni@yah fi@ al-‘A’ma>l, al-Mujallad 8, al-

‘Adad 2, (2012).

Saduman Okumus dan Elif Guneren Genc, “Interest Free Banking In

Turkey : A Study Of Customer Satisfaction and Bank

Selection”, European Scientific Journal Vol.9 No.16 (June

2013).

Saleh, Faisal. “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia :

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus

Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia Cabang Sudirman)”.

Tesis Universitas Indonesia (UI). 2005.

Salleh, Muhammad Syukri. “Religiosity in Development :

Theoretical Construct of an Islamic Based Development”.

International Journal of Humanities and Social Science

Vol.2 No.14 (Special Issue-July 2012) : 266-274.

Samsudin, ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Nasabah untuk Menggunakan Jasa Bank Syariah Mandiri

(Studi Kasus pada nasabah Bank Syariah Mandiri cabang

Thamrin)”, Tesis Universitas Indonesia (UI), 2004.

Sarwono. “Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam”.

Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian Vol.8 No.1 (2009) :

41-53.

Sian, Lai Fatt. “An Investigation in to the Impact of Income,

Culture and Religion on Consumption Behaviour : A

Comparative Study of the Malay and the Chinese

Consumers in Malaysia”. Disertation Philosophy in

Management Studies University of Exeter United

Kingdom. 2009.

Solichun, M. Idrus Syafei, Munawwir, dan Ahmad Suryadi. “Islamic

Bank Analysis of Marketing Strategy with Perspective

Competitive Advantage Muamalat Bank of Indonesia in

Jakarta”. International Journal of Business and Management Invention Vol.2 Issue 8 (August 2013).

Tiliouine, Habib and Abbes Belgoumidi. “An Exploratory Study of

Religiosity, Meaning in Lifeand Subjective Wellbeing in

Moeslem Students from Algeria”. The International

Daftar Pustaka 185

Society for Quality of Life Studies (ISQOLS) Vol.4

(Springer 2009) : 109-127.

Worthington, Everett.L. “The Religious Commitment Inventory :

Development, Refinement and Validation of Brief Scale

for Research and Counselling”. Journal of Counselling Psychology Vol.50 No.1 (2003) : 84-96.

Yustati, Herlina. “Religiusitas dan Konsumerisme Mahasiswa

Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi Islam”.

Jakarta : Tesis UIN Syarif Hidayatullah. 2014.

Zinnbauer, Brian J. “The Emerging Meanings of Religiousness and

Spirituality : Problems and Prospects”. Journal of Personality. Vol.67 No.6 (1999).

WEBSITE DAN WEB PAGES

www.ccsenet.org/journal.html

www.fatmahazis.file.wordpress.com

www.ijbmi.org

www.sp2010.bps.go.id

www.bankmuamalat.co.id

186 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

187

Glosarium

Agama : Suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas

kepercayaan dan praktik yang berhubungan

dengan hal-hal yang suci.

Altruisme : Paham (sifat atau sikap) lebih memperhatikan

dan mengutamakan kepentingan orang lain

(kebalikan dari egoisme).

Bank : Lembaga yang berfungsi sebagai tempat

transaksi ekonomi keuangan, bertugas sebagai

penghimpun dana dari pemilik modal, dan

menyalurkan kepada pengelola modal, serta

memberikan jasa layanan perbankan lainnya.

Ekonomi : Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan

hidup seperti pangan, sandang, maupun papan,

serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan

produksi, distribusi, dan konsumsi.

Karakteristik : Mempunyai sifat khas yang menggambarkan

ciri orang tersebut yang sesuai dengan

perwatakannya.

Konsumen : Orang atau lembaga yang melakukan kegiatan

konsumsi, memakai barang hasil produksi

maupun menggunakan jasa layanan.

Kualitas : Tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat

atau taraf (kepandaian, kecakapan,

mutu). Segala hal yang bersifat mendasar.

Loyalitas : Kesetiaan dan kepatuhan seseorang terhadap

sesuatu hal yang dipercayanya.

188 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Motif : Pola/ corak/ sebab/ alasan/ latar belakang/

tujuan seseorang melakukan sesuatu tindakan.

Keperluan, kebutuhan atau keinginan seseorang

Motivasi : Dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan

suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Nasabah : Orang yang menjadi pelanggan bank,

melakukan transaksi yang berkaitan dengan

kegiatan perbankan seperti, penyimpanan uang,

pembiayaan, dan jasa layanan perbankan

lainnya.

Negative Spread : Kondisi dimana pengeluaran bank untuk biaya-

biaya simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih

besar dari pada pendapatan bunga hasil kredit

yang disalurkan.

Perilaku : Tanggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan sekitarnya.

Religiusitas : Seberapa jauh tingkat pengetahuan seseorang

tentang agama yang dianutnya, seberapa kokoh

keyakinannya, seberapa banyak pelaksanaan

ibadahnya, dan seberapa dalam penghaya

tannya.

Riba : Tambahan (az-ziyadah), berkembang (an-

numuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar

(al-‘uluw). Dengan kata lain, riba adalah

penambahan, perkembangan, peningkatan, dan

pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima

pemberi pinjaman dari peminjam sebagai

imbalan karena menangguhkan sebagian

modalnya selama periode waktu tertentu.

189

Indeks

A Abbes Belgoumidi, 40

Afzalur Rahman, 2, 124, 166

Agama, 27, 30, 33, 34, 35, 39, 40,

42, 63, 73, 93, 94, 99, 107, 110,

111, 113, 114, 158, 162, 163, 164

Al-Ghazali, 161

B Batson, 37

D Delener, 34, 94, 110

Dimensi, 61, 63, 148, 151, 153, 156,

169

E Ekonomi, 2, 15, 16, 21, 23, 24, 25,

26, 27, 30, 34, 35, 40, 42, 63, 73,

110, 111, 114, 118, 119, 122, 123,

124, 133, 137, 158, 160, 161, 162,

163, 164, 166, 167

Ekonomi Islam, 34, 110, 124, 166

Euis Amalia, 161

G Glock, 38, 39

H Habib Tiliouine, 40

Hamdani, 40

I Indonesia, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11,

12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22,

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 36,

43, 44, 45, 53, 54, 55, 56, 58, 69,

70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78,

79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87,

88, 89, 90, 92, 93, 94, 95, 97, 98,

99, 100, 101, 102, 103, 106, 107,

108, 109, 111, 113, 114, 115, 116,

117, 118, 119, 120, 121, 122, 125,

127, 128, 129, 130, 131, 132, 133,

135, 137, 138, 139, 142, 144, 145,

146, 147, 148, 149, 151, 152, 153,

154, 156, 157, 158, 159, 160, 162,

163, 164, 165, 167, 172

K Konsumerisme, 34, 110

Konsumsi, 34, 110

Kontribusi, 162

Kuantitatif, 26, 29, 30

L Lai Fatt Sian, 37, 112

M Mahasiswa, 34, 53, 76, 110

190 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Mahesh Patel, 35, 38, 94, 112, 114,

162

Media, 23, 26, 28, 29, 48, 49

Merek, 6, 7, 19, 20, 49

Monzer Kahf, 37

Muhammad Abdul Mannan, 158

Muslim, 1, 10, 27, 34, 37, 38, 41, 70,

73, 81, 84, 95, 96, 97, 98, 102,

103, 106, 110, 111, 112, 119, 123,

124, 129, 134, 166, 167, 172

P Produk, 14, 27, 63, 70, 86, 87, 90,

101, 102, 121, 122, 137

Protestan, 36

R Regresi, 30, 162, 164

Reliabilitas, 29

Religius, 34

Religiusitas, 15, 16, 33, 34, 35, 37,

40, 42, 73, 110, 111, 112, 114,

163

S Safiek Mokhlis, 35, 39, 94, 114, 162

Sosial, 15, 16, 26

Stark, 38, 39

suf al-Qarad}a>wi, 124

V Validitas, 29

Variabel, 27, 63, 162, 164

191

LAMPIRAN -LAMPIRAN

192 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

SEKOLAH PASCASARJANA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PERBANKAN DAN KEUANGAN SYARIAH

Kepada YTH Bapak / Ibu Responden Di- Tempat

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Saya adalah mahasiswa Manajemen Perbankan dan Keuangan Syariah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu dengan topik “Motif Agama dan Motif Ekonomi : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah”. Memohon bantuan Bapak/Ibu agar berkenan meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi lembar kuesioner ini. Jawaban dari kuesioner ini hanya akan dipergunakan dalam penelitian saya saja. Seluruh data yang Bapak/Ibu berikan akan terjaga kerahasiaannya. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb. Ummul Fadhilah Sari

Lampiran 1 : Lembar Kuesioner

Lampiran-Lampiran 193

I. Data Responden

1. No.responden :

2. Jenis kelamin : (a) laki-laki (b) perempuan

3. Status : (a) menikah (b) belum menikah

(c) janda/duda

4. Umur : _______________

5. Pekerjaan : _______________

6. Pendidikan : _______________

7. Pendapatan : _______________

8. Suku : _______________

9. No.Telpon/Hp : _______________

II. Daftar Pertanyaan

Petunjuk : Jawablah pernyataan berikut ini dengan memberikan

tanda silang ( X )

pada jawaban yang paling sesuai menurut

Bapak/Ibu.

Keterangan : TP : Tidak Pernah

JR : Jarang

KK : Kadang-kadang

SR : Sering

SL : Selalu

No. Pernyataan Penilaian

TP JR KK SR SL

A. Motif Agama

1 Saya menabung di bank syariah

karena menghindari praktik riba

yang dilarang oleh agama.

2 Saya hanya menggunakan bank

yang memakai sistem bagi hasil

saja.

194 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

3 1. Saya menggunakan produk dan

jasa bank syariah daripada bank

konvensional.

4 2. Saya memperoleh keuntungan

dari hasil bunga bank.

5 3. Saya hanya menabung di bank

konvensional yang memakai

sistem bunga.

6 4. Saya menjadi nasabah bank

syariah karena, bank syariah

menggunakan sistem bagi hasil

yang adil.

7 Jika memperoleh keuntungan dari

pembiayaan bank syariah untung

dan rugi saya bagi sama rata.

8 Saya hanya ingin memperoleh

keuntungan dengan sistem bagi

hasil saja.

9 Saya berusaha adil setiap

melakukan transaksi ekonomi.

10 Saya tidak menyembunyikan

perolehan keuntungan yang saya

dapat dari dana pembiayaan bank

syariah.

11 Saya menjadi nasabah bank

syariah untuk mengaplikasikan

nilai-nilai syariah dalam

kehidupan saya.

12 Sebagai Muslim, saya

berkewajiban menggunakan

layanan jasa perbankan yang

sesuai dengan agama saya.

13 Dengan menggunakan bank

syariah perilaku ekonomi saya

jadi lebih Islami.

14 Saya menggunakan layanan bank

syariah karena ingin mengetahui

Lampiran-Lampiran 195

bagaimana akad-akad dalam fiqh

muamalah.

15 Dengan menggunakan bank

syariah saya jadi terbiasa

melakukan transaksi yang halal.

No. Pernyataan Penilaian

TP JR KK SR SL

B. Motif Ekonomi

1 Saya menjadi nasabah bank

syariah karena produk yang

beraneka ragam.

2 5. Saya menabung di bank syariah

karena produk yang ditawarkan

bank syariah sesuai dengan

kebutuhan saya.

3 Saya menabung di bank syariah

karena lebih banyak hadiah dan

undian dibandingkan bank

konvensional.

4 Saya menggunakan produk-

produk bank syariah karena

biaya administrasi yang murah.

5 Saya menabung di bank syariah

karena keuntungan bagi hasil

lebih besar dari pada bunga bank

konvensional.

6 Saya melakukan pinjaman di

bank syariah karena sistem bagi

hasil tidak terlalu berisiko.

7 Saya menjadi nasabah bank

syariah karena bank syariah

menggunakan sistem bagi hasil

yang tidak berisiko.

196 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

8 Berinvestasi di bank syariah

lebih terjamin karena kondisi

keuangan bank syariah tetap

stabil meskipun sedang krisis.

9 Bank syariah dapat membantu

mengatasi masalah keuangan

saya.

10 Saya berinvestasi di bank

syariah karena selain

keuntungan yang didapat lebih

besar juga memiliki resiko yang

kecil.

11 Saya menabung di bank syariah

karena investasi dana tabungan

saya memiliki prospek yang

lebih baik.

12 Saya mendepositokan uang saya

di bank syariah karena

keuntungan dari nisbah bagi

hasil yang saya dapatkan lebih

besar dibanding deposito di

bank konvensional.

13 Saya menabung di bank syariah

karena potongan tabungan di

bank syariah lebih kecil

dibanding bank konvensional.

14 Saya mengajukan pembiayaan di

bank syariah karena lebih

menguntungkan dibanding

sistem perkreditan di bank

konvensional.

15 Saya menggunakan bank syariah

karena bank syariah sudah

terbukti dapat bertahan dari

krisis global.

Lampiran-Lampiran 197

No. Pernyataan Penilaian

TP JR KK SR SL

C. Loyalitas Nasabah

1 Saya menggunakan bank syariah

karena ATM bank syariah

mudah dijangkau dan

mempunyai banyak jaringan.

2 Kemampuan petugas customer service dalam menjawab

pertanyaan sudah dapat

memberikan saya penjelasan.

3 Petugas bank syariah cepat dan

tepat dalam memberikan

pelayanan nasabah yang

komplain.

4 Ketika saya dirugikan karena

kesalahan pelayanan bank

syariah, saya mendapatkan

kompensasi.

5 Karyawan bank syariah

memiliki kesabaran dan

kerendahan hati dalam melayani

nasabah.

6 Saya ingin lebih lama lagi

menjadi nasabah BMI, bahkan

ingin seumur hidup saya.

7 Saya puas dengan kualitas

layanan bank syariah dan akan

tetap menggunakan jasa layanan

BMI.

8 Saya mudah tergiur dengan

penawaran hadiah produk yang

diberikan oleh bank lainnya.

9 Saya bersedia menjadi nasabah

198 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

bank lain, jika bank tersebut

memberikan bagi hasil yang

lebih besar.

10 Saya tidak akan pindah ke bank

lain, walaupun produk yang

ditawarkan bank lain tersebut

menarik.

11 Saya khawatir jika pindah ke

bank lain, saya akan

mendapatkan pelayanan yang

lebih buruk.

12 Jika saya berpindah ke bank

lain, saya akan kerepotan

mengurus persyaratan dari awal.

13 Saya tidak terima jika ada yang

komentar negatif tentang

produk dan jasa layanan yang

saya gunakan.

14 Saya bersedia menggunakan

inovasi produk maupun produk

terbaru yang ditawarkan bank.

15 Saya melakukan transaksi dan

layanan jasa perbankan secara

teratur.

16 Saya suka menyarankan kepada

keluarga, sanak saudara, teman,

tetangga, dan rekan kerja untuk

menggunakan produk dan jasa

layanan bank syariah.

-------------------Terima Kasih atas Partisipasi Saudara/i------------------

Lampiran-Lampiran 199

Lampiran 2 : Uji Validitas dan Uji Reabilitas Loyalitas Nasabah

Responden

Identitas Responden Skor Angket Loyalitas Nasabah Jumlah

L/P Lama Usia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 2 5 56 3 5 5 3 3 5 3 5 5 3 4 3 4 5 5 5

66

2 2 2 20 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 2 4 5 5 5

71

3 1 3 30 2 3 5 3 3 5 2 5 5 5 2 2 3 5 5 5

60

4 2 6 44 5 5 4 1 5 5 2 5 5 3 5 2 4 3 4 5

63

5 1 5 43 4 4 4 4 4 5 3 5 5 4 3 3 5 4 4 5

66

6 1 2 24 5 4 3 4 5 5 3 5 5 5 4 3 4 5 3 5

68

7 2 1 20 3 3 4 4 3 5 3 5 5 4 3 3 3 4 4 5

61

8 1 4 36 3 5 5 4 3 5 4 5 5 3 3 4 4 5 5 3

66

9 1 5 45 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 5 5 5 5

74

10 2 2 21 3 4 4 4 3 5 3 5 5 1 4 3 4 4 4 3

59

11 2 3 22 5 5 5 4 3 5 3 5 5 5 4 3 4 5 5 5

71

12 2 2 29 3 5 2 5 4 5 2 5 5 4 4 2 4 4 2 5

61

13 1 4 29 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 2 2 5 5 5 5

69

14 1 3 24 3 3 4 4 2 4 3 5 5 3 3 3 4 4 4 4

58

15 2 5 50 3 3 1 1 3 4 3 5 5 2 2 3 4 4 1 3

47

16 2 6 33 2 2 3 3 3 4 2 4 4 4 3 2 4 4 3 2

49

200 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

17 2 3 52 4 5 4 4 4 5 3 5 5 1 3 3 4 4 4 2

60

18 1 5 45 3 3 3 3 3 5 2 5 5 3 3 2 3 3 3 4

53

19 2 5 40 4 4 5 3 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 4

70

20 2 6 33 4 4 4 4 4 5 3 5 5 2 4 3 4 5 4 5

65

21 1 2 23 3 3 4 4 4 5 3 5 5 4 4 3 4 4 4 3

62

22 2 4 36 4 4 4 4 3 5 3 5 5 3 3 3 4 5 4 5

64

23 1 5 47 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3

47

24 1 7 49 4 5 4 3 4 5 3 5 5 5 4 3 4 5 4 5

68

25 2 4 61 3 3 4 3 3 4 3 5 5 2 3 3 4 2 4 3

54

26 1 4 37 2 5 4 3 3 5 3 5 5 5 4 3 4 5 4 5

65

27 1 3 42 5 3 5 5 5 4 2 5 5 4 4 2 4 4 5 5

67

28 2 4 44 3 4 4 4 3 5 3 5 5 3 4 3 4 4 4 3

61

29 2 7 60 4 2 3 3 3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3

59

30 2 4 40 3 2 1 2 2 4 4 5 5 3 2 4 4 5 1 1

48

31 1 7 50 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 1

50

32 2 5 42 3 2 2 1 3 5 3 5 5 3 3 3 3 5 3 3

52

33 2 3 40 5 1 1 1 4 3 1 2 2 5 1 1 1 3 1 2

34

34 1 5 31 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 5 4 5 4 3

68

35 2 5 47 3 4 4 1 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2

49

Lampiran-Lampiran 201

36 1 3 31 2 3 3 1 2 5 2 4 4 5 1 2 3 4 2 3

46

37 2 4 45 2 2 3 1 4 4 1 3 3 4 1 1 3 3 2 3

40

38 1 5 35 1 5 1 1 1 4 1 3 3 1 1 1 5 5 3 1

37

39 2 6 48 2 1 1 1 2 5 2 5 5 2 1 2 5 5 3 1

43

40 1 2 24 1 1 3 1 3 4 1 4 4 4 2 1 4 3 3 2

41

41 1 3 53 1 3 3 1 2 4 1 4 4 5 2 1 4 4 2 1

42

42 1 6 54 1 2 1 1 2 3 2 4 4 3 1 2 3 4 1 1

35

43 2 1 24 1 2 1 1 3 4 1 2 2 4 1 1 3 4 2 1

33

44 2 5 33 5 2 1 5 3 3 5 3 3 3 1 5 3 2 3 2

49

45 2 3 30 3 2 1 1 1 3 2 2 2 3 1 2 2 4 2 2

33

46 1 2 28 3 1 2 2 4 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3

45

47 1 6 35 1 3 3 1 2 3 1 3 3 3 1 1 3 3 3 1

35

48 2 6 38 4 2 1 4 2 3 1 3 3 3 4 1 3 3 3 1

41

49 2 4 45 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1

41

50 1 2 25 2 2 2 1 1 4 2 4 4 4 2 2 4 4 2 2

42

51 2 3 30 2 2 2 1 2 4 1 4 4 4 1 1 3 3 4 2

40

52 1 6 49 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3

54

53 1 1 20 2 3 2 1 3 3 1 3 3 3 2 1 2 2 2 3

36

54 1 2 27 5 4 2 1 2 5 1 4 4 5 1 1 3 4 1 5

48

202 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

55 2 6 44 2 3 2 2 3 4 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3

45

56 2 7 58 2 2 1 5 2 3 2 4 4 3 1 2 3 4 2 1

41

57 1 3 28 1 3 2 1 1 5 5 4 4 3 1 5 3 3 3 1

45

58 2 2 26 1 4 4 1 3 4 1 4 4 4 2 1 4 3 2 1

43

59 2 3 39 2 1 1 1 2 3 2 5 5 2 1 2 5 3 3 1

39

60 1 5 42 3 3 4 3 3 5 3 5 5 1 5 3 5 2 3 5

58

61 1 6 48 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5

72

62 1 8 54 3 3 2 2 2 5 4 5 5 3 4 4 5 3 4 5

59

63 2 4 25 1 5 5 3 5 4 5 5 5 2 5 5 5 3 2 4

64

64 1 2 33 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 1 3 4 4

62

65 2 4 46 4 5 4 3 4 3 4 5 5 4 5 4 5 2 5 3

65

66 2 7 50 4 3 3 4 4 5 3 5 5 5 5 3 5 3 3 4

64

67 1 4 31 4 3 3 3 4 5 5 5 5 2 5 5 5 3 3 5

65

68 1 8 60 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3 5 5 4 3 5 5

73

69 1 4 41 4 3 4 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4

68

70 2 5 37 4 3 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5

70

71 2 3 28 5 4 4 3 4 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 2

66

72 2 7 59 4 4 2 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 3 3 5

63

73 1 5 56 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4

56

Lampiran-Lampiran 203

74 2 4 53 1 3 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 1

45

75 2 9 63 3 3 3 2 2 4 3 5 5 4 4 3 3 4 2 3

53

76 1 5 53 4 4 3 3 3 3 4 5 5 3 4 4 5 3 3 4

60

77 2 4 49 3 3 3 3 3 5 3 5 5 5 5 3 5 2 3 3

59

78 1 8 68 3 4 3 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 2 3 5

67

79 2 7 43 4 4 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 5 3 3 4

66

80 1 3 30 4 4 4 1 4 4 4 5 5 5 5 4 5 3 3 4

64

81 2 8 55 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 5 4 4 3 3 4

57

82 1 4 29 2 3 3 3 3 4 4 5 5 5 2 4 5 3 3 3

57

83 2 3 35 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4

62

84 2 8 60 3 3 3 2 3 4 4 5 5 3 5 4 5 2 3 4

58

85 1 5 30 3 3 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 5 2 3 4

61

86 1 5 24 5 5 4 3 5 4 5 5 5 3 5 5 4 3 4 5

70

87 1 5 30 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4

61

88 2 6 28 3 3 4 3 5 5 2 4 4 5 4 2 5 2 4 3

58

89 2 8 40 3 4 3 5 3 3 5 4 4 5 3 5 3 5 3 5

63

90 1 4 35 3 2 4 5 3 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5

69

91 2 2 45 3 4 5 5 4 3 5 3 3 5 2 5 3 3 3 5

61

92 1 3 68 2 2 3 4 4 1 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4

60

204 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

93 1 3 53 4 2 3 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4

61

94 2 5 40 2 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 5 4 5 2

56

95 1 3 24 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3

54

96 1 7 36 3 3 3 5 3 4 5 4 4 5 4 5 3 5 3 5

64

97 2 4 47 3 3 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

72

98 1 8 53 3 2 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 5

59

99 2 4 37 3 4 3 5 3 4 5 4 4 5 4 5 3 5 3 5

65

100 2 6 47 3 3 4 5 3 5 2 4 4 2 4 2 4 5 4 5

59

r Hitung 0.528 0.522 0.662 0.636 0.554 0.394 0.521 0.633 0.633 0.198 0.696 0.521 0.464 0.181 0.571 0.719

r Tabel 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164

Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Lampiran 3 : Uji Validitas dan Uji Reabilitas Motif Agama

Lampiran-Lampiran 205

Responden Identitas Responden Skor Angket Motif Agama

Jumlah

L/P Lama Usia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 2 5 56 5 5 5 4 5 3 3 3 2 5 4 3 5 3 3 58

2 2 2 20 5 5 5 4 1 5 4 4 3 5 4 2 5 5 5 62

3 1 3 30 5 5 5 3 5 4 4 5 4 5 3 2 5 3 3 61

4 2 6 44 4 3 5 4 3 5 2 4 4 5 4 5 4 1 5 58

5 1 5 43 5 4 5 5 5 4 4 3 4 5 5 3 4 4 4 64

6 1 2 24 5 5 5 4 5 4 5 3 3 5 4 3 3 4 5 63

7 2 1 20 5 4 5 3 4 3 3 3 2 5 3 3 4 4 3 54

8 1 4 36 4 5 5 4 5 5 3 3 5 5 4 4 5 4 3 64

9 1 5 45 5 5 5 5 5 5 5 3 2 5 5 2 5 5 5 67

10 2 2 21 5 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 61

11 2 3 22 5 5 5 4 5 5 3 4 3 5 4 3 5 4 3 63

12 2 2 29 5 4 5 4 5 3 3 2 4 5 4 2 2 5 4 57

13 1 4 29 4 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 2 5 4 4 66

14 1 3 24 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 4 2 52

15 2 5 50 5 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 1 1 3 48

16 2 6 33 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 2 3 3 3 49

206 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

17 2 3 52 5 4 5 4 4 4 3 3 3 5 4 3 4 4 4 59

18 1 5 45 5 3 5 3 3 3 3 3 3 5 3 2 3 3 3 50

19 2 5 40 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 4 5 3 4 65

20 2 6 33 5 5 5 4 5 4 3 2 3 5 4 3 4 4 4 60

21 1 2 23 5 4 5 4 3 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 59

22 2 4 36 5 5 5 4 5 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 61

23 1 5 47 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 47

24 1 7 49 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 63

25 2 4 61 5 2 4 4 3 4 3 2 3 4 4 3 4 3 3 51

26 1 4 37 5 5 5 4 3 4 3 4 2 5 4 3 4 3 3 57

27 1 3 42 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 2 5 5 5 63

28 2 4 44 5 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 61

29 2 7 60 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 1 51

30 2 4 40 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 3 5 67

31 1 7 50 4 3 4 3 4 5 3 5 4 5 5 3 4 4 5 61

32 2 5 42 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 1 67

33 2 3 40 2 5 3 1 3 2 2 3 3 2 5 2 3 4 5 45

34 1 5 31 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 68

35 2 5 47 3 5 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 66

Lampiran-Lampiran 207

36 1 3 31 4 5 5 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 65

37 2 4 45 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 5 3 3 4 4 49

38 1 5 35 3 4 4 5 5 5 3 5 4 5 3 3 4 5 5 63

39 2 6 48 5 5 5 5 5 2 5 5 5 2 5 5 5 5 5 69

40 1 2 24 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 53

41 1 3 53 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 69

42 1 6 54 4 3 3 3 4 5 3 5 4 5 5 3 4 3 5 59

43 2 1 24 2 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67

44 2 5 33 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 4 3 4 4 4 47

45 2 3 30 2 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 47

46 1 2 28 3 3 4 3 4 2 2 2 4 2 2 2 4 3 3 43

47 1 6 35 3 3 3 3 3 2 4 5 4 2 2 4 4 4 4 50

48 2 6 38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 47

49 2 4 45 3 3 3 3 3 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 61

50 1 2 25 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 64

51 2 3 30 4 4 4 3 3 5 3 3 4 5 3 3 4 5 3 56

52 1 6 49 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 62

53 1 1 20 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 41

54 1 2 27 4 5 5 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 65

208 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

55 2 6 44 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 50

56 2 7 58 4 3 3 3 4 5 2 5 4 5 5 2 4 4 3 56

57 1 3 28 4 5 5 3 3 5 5 3 4 5 5 5 4 5 5 66

58 2 2 26 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 53

59 2 3 39 5 5 3 5 3 2 4 5 5 5 3 3 3 3 3 57

60 1 5 42 5 1 5 5 4 3 1 5 5 5 5 5 3 4 5 61

61 1 6 48 5 5 4 5 5 4 2 5 5 5 3 3 2 2 5 60

62 1 8 54 5 3 5 5 4 4 4 1 5 4 1 5 3 5 3 57

63 2 4 25 5 5 4 5 3 4 3 1 5 4 4 4 3 4 5 59

64 1 2 33 5 5 4 1 3 3 3 1 5 3 4 5 3 4 5 54

65 2 4 46 5 4 3 5 3 2 3 4 5 4 4 3 4 4 4 57

66 2 7 50 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 65

67 1 4 31 5 5 5 5 3 2 4 5 5 5 5 5 4 5 5 68

68 1 8 60 5 3 4 4 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 4 59

69 1 4 41 5 5 5 5 4 3 3 2 5 5 4 3 4 4 5 62

70 2 5 37 5 5 3 5 2 4 3 5 2 2 5 4 3 4 3 55

71 2 3 28 5 5 5 5 4 5 4 1 1 5 4 4 4 3 4 59

72 2 7 59 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 2 3 4 3 51

73 1 5 56 4 3 3 4 2 3 3 3 3 1 1 3 3 2 3 41

Lampiran-Lampiran 209

74 2 4 53 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 43

75 2 9 63 5 4 4 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 50

76 1 5 53 5 3 3 5 3 3 3 2 5 3 3 3 3 3 3 50

77 2 4 49 5 5 5 5 3 3 3 5 4 5 3 4 3 5 3 61

78 1 8 68 5 5 4 5 2 3 3 5 5 4 4 4 4 5 4 62

79 2 7 43 5 3 4 5 4 3 3 1 5 4 4 4 1 4 4 54

80 1 3 30 5 5 4 5 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 56

81 2 8 55 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46

82 1 4 29 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 5 65

83 2 3 35 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 50

84 2 8 60 5 3 4 5 4 2 3 2 5 4 3 3 3 3 3 52

85 1 5 30 4 5 5 5 4 3 3 1 4 5 5 5 3 5 5 62

86 1 5 24 5 3 4 4 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 4 59

87 1 5 30 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 3 3 3 45

88 2 6 28 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 3 5 3 2 3 62

89 2 8 40 4 5 3 3 3 3 4 3 3 4 4 5 5 4 5 58

90 1 4 35 4 5 5 5 3 4 5 3 4 4 5 1 5 5 5 63

91 2 2 45 3 5 3 3 2 2 3 1 4 3 4 5 5 3 2 48

92 1 3 68 4 4 1 5 3 5 5 4 4 4 5 3 5 5 5 62

210 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

93 1 3 53 5 4 4 4 3 4 4 3 4 5 5 5 5 4 5 64

94 2 5 40 4 3 4 5 3 4 5 3 4 4 4 5 1 4 4 57

95 1 3 24 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 3 2 54

96 1 7 36 4 5 4 3 3 4 4 5 3 4 5 5 5 5 5 64

97 2 4 47 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 2 69

98 1 8 53 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 54

99 2 4 37 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 64

100 2 6 47 4 2 5 4 3 4 3 3 4 4 3 5 5 4 5 58

r Hitung 0.294 0.406 0.468 0.287 0.436 0.502 0.516 0.301 0.411 0.572 0.467 0.305 0.386 0.415 0.277

r Tabel

0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164

Keterangan

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Lampiran 4 : Uji Validitas dan Uji Reabilitas Motif Ekonomi

Responden Identitas Responden Skor Angket Motif Ekonomi

Jumlah

L/P Lama Usia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 2 5 56 5 3 2 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 5 5 54

2 2 2 20 5 5 4 2 2 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 65

3 1 3 30 5 2 2 2 2 5 3 3 2 2 5 3 4 2 5 47

Lampiran-Lampiran 211

4 2 6 44 5 4 3 2 3 4 1 5 5 3 3 5 4 5 5 57

5 1 5 43 5 5 3 3 3 4 4 4 3 3 5 4 4 5 5 60

6 1 2 24 5 3 1 3 3 3 4 5 4 3 5 5 4 4 5 57

7 2 1 20 5 4 2 3 2 4 4 3 3 4 4 4 4 2 5 53

8 1 4 36 5 3 3 4 3 5 4 3 3 3 4 4 3 5 3 55

9 1 5 45 5 3 3 2 3 5 5 5 5 4 5 5 3 2 5 60

10 2 2 21 5 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 55

11 2 3 22 5 4 3 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 5 62

12 2 2 29 2 2 2 2 5 2 5 4 4 3 3 3 4 5 5 51

13 1 4 29 1 4 2 2 5 5 4 4 2 4 4 4 5 5 5 56

14 1 3 24 2 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 2 4 44

15 2 5 50 3 4 3 3 4 1 1 3 2 3 3 3 4 3 3 43

16 2 6 33 3 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 41

17 2 3 52 2 5 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 2 49

18 1 5 45 5 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 47

19 2 5 40 4 3 3 4 2 5 3 4 3 3 3 3 4 5 4 53

20 2 6 33 5 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 58

21 1 2 23 5 4 3 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 5 3 55

22 2 4 36 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 54

212 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

23 1 5 47 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 42

24 1 7 49 5 4 2 3 3 4 3 4 4 4 5 5 5 4 5 60

25 2 4 61 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 46

26 1 4 37 5 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 5 5 53

27 1 3 42 4 2 2 2 2 5 5 5 4 3 5 5 4 5 5 58

28 2 4 44 5 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 55

29 2 7 60 5 5 4 5 4 3 2 5 4 5 4 4 4 5 3 62

30 2 4 40 1 1 2 4 3 1 5 3 2 3 2 1 1 3 1 33

31 1 7 50 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 1 44

32 2 5 42 2 4 1 3 4 3 1 3 3 4 2 3 4 3 3 43

33 2 3 40 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 20

34 1 5 31 4 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 3 4 4 3 59

35 2 5 47 3 1 2 3 1 4 2 1 3 4 1 2 1 2 2 32

36 1 3 31 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 35

37 2 4 45 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 27

38 1 5 35 4 4 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 1 3 1 29

39 2 6 48 4 3 1 2 2 3 3 3 1 2 1 2 3 2 1 33

40 1 2 24 1 2 1 1 4 3 1 1 2 2 1 3 2 1 2 27

41 1 3 53 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 26

Lampiran-Lampiran 213

42 1 6 54 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

43 2 1 24 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 18

44 2 5 33 2 3 4 5 4 3 2 2 1 3 1 3 3 4 2 42

45 2 3 30 3 3 2 2 3 2 2 2 1 4 2 3 1 3 2 35

46 1 2 28 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 43

47 1 6 35 4 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22

48 2 6 38 1 4 1 1 1 3 1 1 4 3 2 2 1 1 1 27

49 2 4 45 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 1 32

50 1 2 25 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 31

51 2 3 30 3 2 2 1 2 4 2 3 1 1 1 2 2 2 2 30

52 1 6 49 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 3 45

53 1 1 20 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 33

54 1 2 27 1 2 1 1 2 1 1 2 1 5 1 3 1 5 5 32

55 2 6 44 3 2 2 2 2 4 2 2 2 4 1 2 2 3 3 36

56 2 7 58 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 1 1 1 2 1 29

57 1 3 28 2 4 2 5 3 3 1 4 1 1 1 2 2 2 1 34

58 2 2 26 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 21

59 2 3 39 4 3 1 2 2 3 3 3 1 2 1 2 3 2 1 33

60 1 5 42 5 4 5 3 5 3 3 2 5 4 5 3 2 3 5 57

214 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

61 1 6 48 5 4 1 5 5 4 4 3 5 1 5 5 4 2 5 58

62 1 8 54 5 3 5 4 5 4 5 4 4 2 5 2 2 2 5 57

63 2 4 25 5 4 3 5 5 2 4 4 5 4 5 4 3 3 4 60

64 1 2 33 5 5 5 4 5 4 3 4 5 3 5 5 3 3 4 63

65 2 4 46 5 4 5 4 1 5 3 3 5 3 5 3 1 3 3 53

66 2 7 50 5 3 4 3 5 3 3 2 5 3 5 4 2 2 4 53

67 1 4 31 5 4 5 5 5 3 3 5 5 4 5 3 3 3 5 63

68 1 8 60 5 5 5 5 5 5 3 2 5 4 5 3 3 3 5 63

69 1 4 41 5 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 61

70 2 5 37 5 4 5 5 5 3 4 3 5 3 5 4 3 4 5 63

71 2 3 28 5 4 5 3 5 3 2 4 5 3 2 2 2 5 2 52

72 2 7 59 5 5 5 5 5 3 4 5 5 4 1 4 2 5 5 63

73 1 5 56 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 2 2 4 3 4 50

74 2 4 53 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 1 48

75 2 9 63 4 4 3 3 2 2 2 4 4 3 3 2 2 4 3 45

76 1 5 53 5 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 5 3 4 4 54

77 2 4 49 5 3 3 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3 3 53

78 1 8 68 5 5 5 5 5 3 3 3 5 3 4 3 3 2 5 59

79 2 7 43 5 4 5 4 5 3 2 3 5 3 5 4 2 2 4 56

Lampiran-Lampiran 215

80 1 3 30 5 4 3 4 5 3 4 3 5 3 5 4 3 3 4 58

81 2 8 55 5 4 5 4 5 3 3 4 5 3 4 3 3 3 4 58

82 1 4 29 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46

83 2 3 35 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 2 3 4 62

84 2 8 60 4 4 3 4 4 3 2 3 5 3 4 3 2 3 4 51

85 1 5 30 5 4 3 4 5 3 4 2 5 3 5 3 4 2 4 56

86 1 5 24 4 4 5 5 5 4 4 3 5 3 4 2 2 2 5 57

87 1 5 30 5 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 61

88 2 6 28 4 5 3 2 5 4 5 3 4 4 4 4 3 2 3 55

89 2 8 40 5 2 3 5 3 3 4 3 3 3 3 3 5 5 5 55

90 1 4 35 5 4 2 5 5 5 5 3 4 5 3 4 3 3 5 61

91 2 2 45 5 2 2 5 3 3 2 2 2 5 1 4 5 5 5 51

92 1 3 68 5 3 3 4 1 5 5 3 5 3 4 4 4 4 4 57

93 1 3 53 2 3 3 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 3 4 53

94 2 5 40 5 1 3 3 4 5 4 3 4 5 3 4 3 3 2 52

95 1 3 24 1 2 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 49

96 1 7 36 5 3 3 5 4 3 3 3 4 4 5 3 4 3 5 57

97 2 4 47 1 3 3 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 64

98 1 8 53 5 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 58

216 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

99 2 4 37 5 3 4 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5 63

100 2 6 47 1 2 5 2 5 4 4 3 4 3 3 4 5 4 5 54

r Hitung 0.567 0.490 0.600 0.644 0.545 0.511 0.595 0.664 0.765 0.530 0.690 0.691 0.627 0.500 0.715

r Tabel 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164

Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Lampiran-Lampiran 217

Lampiran 5: Uji Reliabilitas Variabel Loyalitas Nasabah

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

.842 .834 20

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 64.6600 107.055 .528 .830

VAR00002 64.5600 107.744 .522 .830

VAR00003 64.5900 103.780 .662 .823

VAR00004 64.8400 101.772 .636 .824

VAR00005 65.7300 120.947 -.028 .851

VAR00006 64.5700 108.793 .554 .830

VAR00007 63.6300 113.710 .394 .837

VAR00008 64.6700 105.920 .521 .830

VAR00009 63.4700 109.464 .633 .828

VAR00010 63.4700 109.464 .633 .828

VAR00011 65.8000 121.131 -.037 .851

VAR00012 64.1300 115.165 .198 .845

VAR00013 64.3500 122.715 -.112 .859

VAR00014 64.4300 99.763 .696 .820

VAR00015 64.6700 105.920 .521 .830

VAR00016 63.9200 111.064 .464 .834

218 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

VAR00017 64.0600 116.380 .181 .844

VAR00018 64.0100 118.313 .092 .848

VAR00019 64.4700 107.545 .571 .829

VAR00020 64.3600 98.576 .719 .818

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

67.8100 121.166 11.00752 20

Lampiran-Lampiran 219

Lampiran 6: Uji Reliabilitas Variabel Motif Agama

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

.879 .866 20

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

65.53 116. 67 11.0041 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 64.6800 58.200 .294 .754

VAR00002 64.9000 56.232 .406 .747

220 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

VAR00003 64.8400 56.297 .468 .744

VAR00004 65.1300 57.629 .287 .755

VAR00005 67.1700 60.345 .137 .764

VAR00006 65.4000 55.455 .436 .744

VAR00007 65.2300 54.522 .502 .739

VAR00008 67.0800 61.064 .068 .768

VAR00009 65.5400 55.200 .516 .739

VAR00010 65.5600 55.784 .301 .756

VAR00011 65.2100 60.006 .117 .767

VAR00012 66.9400 62.380 -.037 .776

VAR00013 65.2700 55.674 .411 .746

VAR00014 64.8300 53.658 .572 .733

VAR00015 65.0800 55.307 .467 .742

VAR00016 65.6000 56.788 .305 .754

VAR00017 67.3000 60.798 .119 .764

VAR00018 65.2300 56.179 .386 .748

VAR00019 65.2200 55.729 .415 .746

VAR00020 65.1700 57.314 .277 .756

Lampiran-Lampiran 221

Lampiran 7: Uji Reliabilitas Variabel Motif Ekonomi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha

Based on

Standardize

d Items

N of

Items

.862 .853 20

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 56.1200 160.713 .048 .888

VAR00002 54.0800 142.256 .567 .871

VAR00003 54.5900 150.224 .490 .874

VAR00004 56.1600 161.873 .070 .883

VAR00005 55.0200 144.101 .600 .870

VAR00006 54.7200 142.406 .644 .868

VAR00007 54.5200 145.222 .545 .872

VAR00008 54.5200 149.282 .511 .873

VAR00009 54.7800 144.618 .595 .870

VAR00010 54.8400 145.590 .664 .868

VAR00011 54.4800 136.616 .765 .863

VAR00012 54.7800 148.739 .530 .872

VAR00013 55.8000 166.566 -.168 .890

VAR00014 54.5800 138.327 .690 .866

222 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

VAR00015 54.6500 144.533 .691 .867

VAR00016 55.7100 160.491 .091 .884

VAR00017 54.9300 144.631 .627 .869

VAR00018 55.9800 160.181 .131 .883

VAR00019 54.6700 147.516 .500 .873

VAR00020 54.4100 137.416 .715 .865

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

61.76 92.14 9.00237 20

Lampiran-Lampiran 223

Lampiran 8 : Uji Asumsi Klasik

Variables Entered/Removedb

Model Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 X2, X1a . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .851a .723 .722 3.65481 1.449

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 10375.612 2 5187.806 388.377 .000a

Residual 3967.225 297 13.358

Total 14342.837 299

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

224 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 12.955 1.867 6.940 .000

X1 .710 .037 .736 19.145 .000 .630 1.587

X2 .682 .041 .671 14.439 .000 .630 1.587

a. Dependent

Variable

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) X1 X2

1

1 2.985 1.000 .00 .00 .00

2 .009 18.025 .80 .52 .01

3 .006 22.335 .20 .48 .99

a. Dependent Variable: Y

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std.

Deviation N

Predicted Value 49.3621 76.4173 60.143

3 5.89076 300

Std. Predicted Value -1.830 2.763 .000 1.000 300

Lampiran-Lampiran 225

Standard Error of

Predicted Value .213 .663 .350 .107 300

Adjusted Predicted

Value 49.3679 76.4298

60.139

3 5.88805 300

Residual -1.45866E1 10.08044 .00000 3.64257 300

Std. Residual -3.991 2.758 .000 .997 300

Stud. Residual -4.005 2.805 .001 1.002 300

Deleted Residual -1.46898E1 10.42264 .00406 3.68079 300

Stud. Deleted Residual -4.111 2.838 .000 1.007 300

Mahal. Distance .023 8.845 1.993 1.944 300

Cook's Distance .000 .089 .004 .008 300

Centered Leverage

Value .000 .030 .007 .007 300

a. Dependent Variable: Y

226 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah

227

Biodata Penulis

Ummul Fadhilah Sari, lahir di Bengkulu

pada tanggal 4 Mei 1988 yang bertepatan

pada hari Rabu, 17 Ramadhan 1408H.

Sulung dari tiga bersaudara ini adalah puteri

pasangan Bapak Sutan Sarimatua Muslim,

MM, MPd dan Ibu Evi Yenti Sari. Dilla,

begitu panggilannya, mengawali pendidikan pertama kalinya di TK

Aisyiah II Kota Bengkulu dari tahun 1992-1994, kemudian

melanjutkan pendidikan dasar di SDN No.1 Gedung Kolam,

Bengkulu dari tahun 1994-2000. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan Tsanawiyah di Pondok Pesantren Islam Al-

Mukmin yang terletak di desa Ngruki, Sukoharjo, Surakarta, Jawa

Tengah. Setelah menamatkan pendidikan Tsanawiyahnya pada

tahun 2003, penulis pulang ke kampung halaman dan melanjutkan

pendidikan Aliyah di MAN 1 Model, Bengkulu.

Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi ke perguruan

tinggi jenjang Diploma Tiga (D3) bidang studi Perbankan Syariah di

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu (sekarang

IAIN Bengkulu) hingga tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan kejenjang Strata 1 (S1) bidang studi Ekonomi Islam di

kampus dan tahun yang sama, hingga tamat pada tahun 2011. Tahun

2012, penulis melanjutkan studi kejenjang Strata 2 (S2) di Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan konsentrasi

Manajemen Perbankan dan Keuangan Islam hingga tahun 2016.

228 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah