stkiptsb.ac.id · 2017. 3. 25. · i JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN Volume 4 no 2,...

138
i JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN Volume 4 no 2, Juli - Desember 2015 ISSN: 2088-0324 DAFTAR ISI KORELASI ANTARA LARI SPRINT 50 METER DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 4 WOHA KABUPATEN BIMA TAHUN 2012/2013 DRS. ZUBAIR, M. SI. & SUPRIADIN. PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKTIVITAS RITMIK DENGAN GERAK IRAMA MARS MELALUI MEDIA BANTU GAMBAR DAN MUSIK AHMADIN DAN SAMSUDIN FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENUNJANG OLAHRAGA PRESTASI SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 4 BOLO KABUPATEN BIMATAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 MUHLIS HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEKNIK SPIKE PADA PERMAINAN BOLA VOLI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BOLO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DRS. JASMAN M. TAHER & NOFRIZALDI PENGARUH LATIHAN JUGGLING TERHADAP KETEPATAN MENAHAN BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PUNGGUNG KAKI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOLO KABUPATEN BIMA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SYARIFUDDIN, S.d & RAHMAD ABURIZAL PERBEDAAN TINGKAT KETEPATAN ANTARA TEMBAKAN DUA ANGKA DAN TEMBAKAN TIGA ANGKA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBALAWI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 M. YAMIN HUBUNGAN TINGGI BADAN TERHADAP KETEPATAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLY PADA

Transcript of stkiptsb.ac.id · 2017. 3. 25. · i JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN Volume 4 no 2,...

  • i

    JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN

    Volume 4 no 2, Juli - Desember 2015

    ISSN: 2088-0324

    DAFTAR ISI

    KORELASI ANTARA LARI SPRINT 50 METER DENGAN

    PRESTASI LEMPAR LEMBING PADA SISWA PUTRA KELAS

    VIII SMP NEGERI 4 WOHA KABUPATEN BIMA TAHUN

    2012/2013

    DRS. ZUBAIR, M. SI. & SUPRIADIN.

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKTIVITAS RITMIK

    DENGAN GERAK IRAMA MARS MELALUI MEDIA BANTU

    GAMBAR DAN MUSIK

    AHMADIN DAN SAMSUDIN

    FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENUNJANG OLAHRAGA

    PRESTASI SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS

    VIII SMP NEGERI 4 BOLO KABUPATEN BIMATAHUN

    PELAJARAN 2012 / 2013

    MUHLIS

    HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN PANJANG

    LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEKNIK SPIKE PADA

    PERMAINAN BOLA VOLI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1

    BOLO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

    DRS. JASMAN M. TAHER & NOFRIZALDI

    PENGARUH LATIHAN JUGGLING TERHADAP KETEPATAN

    MENAHAN BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PUNGGUNG

    KAKI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA

    PUTRA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOLO KABUPATEN BIMA

    TAHUN PELAJARAN 2012/2013

    SYARIFUDDIN, S.d & RAHMAD ABURIZAL

    PERBEDAAN TINGKAT KETEPATAN ANTARA TEMBAKAN

    DUA ANGKA DAN TEMBAKAN TIGA ANGKA DALAM

    PERMAINAN BOLA BASKET SISWA PUTRA KELAS VIII

    SMP NEGERI 1 AMBALAWI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    M. YAMIN

    HUBUNGAN TINGGI BADAN TERHADAP KETEPATAN

    SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLY PADA

  • ii

    SISWA PUTRA KELAS VII MTS SILA KABUPATEN BIMA

    TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

    FURKAN, S.PD.M.OR. & FERI FERDIANSYAH

    PENERAPAN METODE DRILL DAlAM MENINGKATKAN

    PRESTASI BELAJAR PENJAS PADA SISWA KELAS V DI SD

    NEGERI MBAWA KEC. DONGGO TAHUN AJARAN 2014-

    2015

    YAKUB

    Guru SD Negeri Mbawa Kec. Donggo

    STUDI PERBANDINGAN PEGANGAN SAKENDHAND

    DENGAN PENHOLDER TERHADAP KETEPATAN PUKULAN

    PADA PERMAINAN TENIS MEJA PADA SISWA KELAS VIII

    SMP NEGERI 5 PALIBELO KABUPATEN BIMA TAHUN

    PELAJARAN 2012/2013

    SAHRUL, S.PD.& ARIFUDDIN.

    PERBANDINGAN PRESTASI TOLAK PELURU ANTARA

    SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN ANGKAT BARBEL

    PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 1 KOTA

    BIMA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

    Drs. KAIMUDIN & AHMAD SYAMSURIZAL

  • KORELASI ANTARA LARI SPRINT 50 METER DENGAN PRESTASI

    LEMPAR LEMBING PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 4

    WOHA KABUPATEN BIMA TAHUN 2012/2013

    DRS. ZUBAIR, M. SI. SUPRIADIN.

    ABSTRAK

    Kata Kunci : Korelasi Lari Sprint, Lempar Lembing.

    Sebagaimana diketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi selalu tidak lepas dari pelaksanaan penelitian. Peningkatan prestasi

    dalam bidang olah raga merupakan manifestasi dari kemajuan dan perkembangan

    suatu bangsa. Peran pemerintah tidak sedikit dalam usaha meningkatkan sarana

    dan prasarana olahraga, walaupun demikian prestai atlet masih jauh ketinggalan di

    bandingkan negara-negara maju, terutama cabang olahraga atletik khususnya

    nomor lempar lembing, demikian pula prestasi siswa dibidang atletik khususnya

    lempar lembing di SMP Negeri 4 Woha belum memiliki prestasi. Tujuan

    penelitian ini ingin mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara lari sprint 50

    meter dengan prestasi lempar lembing.

    Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan

    enelitian kualitatif, populasi dalam penelitian ini berjumlah 25 orang dan langsung

    dijadikan sampel, karena populasi kurang dari 100 orang. Dalam penelitian ini

    metode pengumpulan data berupa teknik observasi, dokumentasi dan teknik tes

    perbuatan serta teknik analisa data menggunakan teknik analisa statistik (produk

    moment).

    Hasil analisa data menunjukan nilai t hitung 0,941 pada taraf signifikan

    5%, r tabel menujukan angka 0,396 maka dapat disimpulkan ada korelasi antara

    lari sprint 50 meter dengan prestasi lempar lembing.

    Berdasarkan pada hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada

    korelasi yang signifikan antara lari spirit 50 meter dengan prestasi lempar lembing

    pada siswa kelas VIII SMP N 4 Woha Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan

    hasil analisis data telah dibuktikan bahwa kecepatan lari spirit 50 meter

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi lempar lembing, selain

    itu faktor yang lain yang mempengaruhi seperti penguasaan tehknik, mental dan

    strategi sangat dibutuhkan dalam suatu perlombaan yang dilakukan. Oleh karena

    itu, melalui kesempatan ini peneliti menyampaikan beberapa saran yang

    berhubungan dengan upaya untuk pebingkatan prestasi lempar lembing yang baik

    kepada guru pendidikan jasmani maupun pelatih, untuk: (a). Melakukan penelitian

    yang berhubungan dengan upaya peningkatan yang berkaitan dengan prestasi

    lempar lembing dengan permasalahan yang berbeda. (b). Manfaatkan hasil

    penelitian ini untuk memilih para siswa yang memiliki kecepatan lari spirit 50

    meter untuk dijadikan sebagai calon-calon atlet lempar lembing yang sangat

    profesional untuk dibina. (c). Khusus bagi guru dapat dimanfaatkan untuk

    memberi penilaian terhadap keterampilan yang dimiliki oleh siswa.

  • A. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui bahwa

    perkembangan kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi selalu tidak

    lepas dari pelaksanaan

    penelitian.Peningkatan prestasi dalam

    bidang olahraga merupakan manifestasi

    dari kemajuan dan perkembangan bangsa

    Peran pemerintah tidak sedikit dalam

    usaha meningkatkan kemajuan yang

    diharapkan dengan cara menambah dan

    meningkatkan sarana dan prasarana

    olahraga yang ada serta pengiriman atlet

    untuk latih tanding keluar negeri bahkan

    mendatangkan dari luar Negeri.

    Walaupun demikian prestasai atlet

    masih jauh ketinggalan dibandingkan

    dengan presatsi atlet negara-negara maju

    terutama cabang olahraga atletik

    khususnya dalam nomor lempar lembing

    Untuk memperoleh prestasi lempar

    lembing yang baik, dipengaruhi oleh

    beberapa faktor. Salah satu dari faktor

    tersebut adalah kecepatan lari. Demikian

    pula prestasi siswa dibidang atletik

    khususnya lempar lembing. Di SMP

    Negeri 4 Woha belum memiliki prestasi

    yang maksimal yang berprestasi ditingkat

    Kabupaten, Propinsi atau Nasional,

    meskipun pembinaan yang dilakukan

    oleh guru olahraga belum menampakkan

    hasilnya.

    Dengan pernyataan diatas penulis

    mencobauntuk mengadakan penelitian

    mengenai “Korelasi Antara Lari Sprint 50

    Meter dengan Prestasi Lempar Lembing

    Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP

    Negeri 4 Woha Tahun Pelajaran

    2012/2013.

    1. Lari Sprint Lari Sprint merupakan kemampuan

    Atlet dalam menggerakan badan kedepan

    dengan menggerahkan kaki kanan dan

    kaki kiri berganti-ganti, kedua kaki pada

    saat melayang menempuh jarak 50 meter

    dengan waktu yang sesingkat-singkatnya

    atau secepat-cepatnya. Lari Sprint 50

    meter biasa digunakan untuk melatih

    kecepata bagi para Atlet dengan

    intensitas yang telah diprogramkan.

    Nomor lari yang termasuk Jarak

    Pendek atau Sprint yaitu semua jenis lari

    yang terdiri dari ada 3 jenis yang bisa

    diperlombakan yaitu 100 meter, 200

    meter dan 400 meter sesuai dengan

    peraturan IAAF (International Athletik

    Amateur Federation) dan PASI

    (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).

    Ada beberapa unsur yang perlu

    diperhatikan dalam Lari Sprint anatara

    lain: kecepatan (speed), daya ledak

    (power), kekuatan (strengh),

    koordinasigerakan (coordination),

    kelenturan(fleksibility), kelincahan

    (agility), dan stamina. Pada saat

    melakukan Lari Jarak Pendek atau Sprint

    perlu memperhatikan empat hal, antara

    lain sebagai berikut:

    a. Staring position Sikap atau posisi badan pelari pada

    saat melakuka star. Pada Lari Jarak

    Pendek ini pelari biasanya menggunakan

    start jongkok. Karena dengan posisi

    berjongkok dapat menimbulkan gerak

    percepatan yang memungkinkan saat

    pelari lepas garis star lebih mudah dan

    cepat meluncur kedepan.

    Star jongkok dapat dibedakan

    menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

    1. Short Start (Start Pendek) Pada saat berjongkok lutut kaki

    belakang berada didepan ujung kaki yang

    lain. Apa bila dalam sikap berdiri, ujung

    kaki belakang akan terletak kira-kira

    samping tumit atau lekukan telapak kaki

    depan.

    2. Medium Start (Start Menengah) Pada saat berjongkok kaki belakang

    kira-kira berada disamping lengkukan

    telapak kaki depan. Dalam posisi berdiri

    ujung kaki belakang berada sedikit

    belakang tumit kaki depan.

    3. Long Start ( Start Panjang) Pada sikap berjongkok lutut kaki

    berada disamping atau kira-kira segaris

    dengan tumit kaki depan atau letak lutut

    lebih mundur lagi. Pada saat berdiri

    kedua telapak kaki saling berjauhan,

    yaitu ujung kaki belakang terletak sekitar

    dua jengkal dari tumit kaki depan.

  • b. Staring Action Gerakan saat meninggalkan garis

    start setelah aba-aba “Ya” atau bunyi

    pistol sampai kira-kira 6-9 langkah dari

    garis start. Adapun gerakan-gerakan

    sebagai berikut: (1) Tangan kiri dan kaki

    kanan digerakan serempak dan secepat

    mungkin. Bertepatan dengan itu, kaki

    kiiri menolak kuat dan secepat mungkin

    hingga lutut benar-benar lurus. Saat itu

    pula kaki kanan segera diayun secepat

    mungkin kedepan. (2) Saat kaki kanan

    berpijak ditanah segera diusul kaki kiri

    dilangkahkan kedepan dengan cepat.

    Begitu seterusnya gerakan meluncur

    kedepan ini dilkukan dengan tepat

    menjaga keseimbangan dan kecondongan

    badan kedepan. (3) Gerakan kedepan

    hanya berlangsung beberapa langkah

    saja dari garis start kira-kira 6-9 langkah.

    c. Sprinting Action Gerakanlari Cepat (Spirint) adapun

    cara melakukanya adalah sebagai berikut:

    1. Gerak kaki terdiri dari: (a) Kaki belakang harus benar-benar menolak

    sampai lutut terkadang lurus. (b)

    Setelah ujung telapak kaki lepas dari

    tanah, maka dengan cepat lutut segera

    ditekuk sehingga seolah-olah tumit

    mendekati pantat. Pada posisi lutut di

    tekuk paha segera diayun secepat

    mungkin kedepan. (c) Setelah paha

    diayun kedepan, maka tungkai bawa

    dikibaskan dengan cepat dan sejauh

    mungkinkedepan untuk segera

    mendarat ditanah. Pada saat mendarat

    ditanah harus dengan bagian

    depan/ujung telapak kaki terlebih

    dahuludalam posisi lutut agak ditekuk.

    2. Gerak lengan a. Gerakan atau ayunan lengan

    bersumber pada persendian bahu

    dan dilakukan dengan cepat sesuai

    dengan gerakan kaki.

    b. Ayunan kedepan harus lebih aktif dari pada ayunan kebelakang.

    c. Siku membentuk sekitar 900. Tetapi sudut siku itu secara otomatis akan

    berubah yaitu saat terayun kedepan

    relatif akan sedikit mengecil dan

    saat terayun kebelakang akan

    membesar.

    d. Jari-jari setengah menempel pada rileks, pada saat terayun kedepan

    kepal tangan tidak lebih tinggi dari

    kepala.

    e. Gerakan lengan jangan sampai berakibat tanganya kedua bahu

    keatas.

    3. Gerak badan, leher dan kepala a. Badan tetap tegak, gagah dan

    condong kedepan. Kecondongan

    badan kedepan tidak perlu terlampau

    berlebihan apa lagi sengaja

    membungkukan badan adalah sikap

    Lari Sprint yang kurang baik,

    sengaja membungkukan badan

    kedepan justru akan menghambat

    gerakan kedua kaki, terutama pada

    saat-saat ayunan langkah kedepan.

    b. Leher, dagu dan bahu tetap rileks. Mulut sedikit menganga jadi gigi

    (rahang atas dan rahang bawah) tidak

    perlu merapat.

    c. Sikap kedepan tetap wajar, rileks (tidak tegangataupun tunduk),

    pandangan kedepan sedikit serong

    kebawah.

    4. Finishing Action Gerakan atau cara melewati garis

    finish. Ada 4 cara melewati garis finish

    yaitu:

    1. Lari terus tanpa mengubah badan, cara ini sangat mudah tetapi kurang

    menguntungkan, karena posisi badan

    tidak mengalami perubahan kedepan.

    2. Mengatur atau memiringkan badan atau bahu kesalah satu sisi, cara ini

    lebih mengutungkan dari cara

    pertama.

    3. Merebah atau menjatuhkan badan kedepan (Ambyuk) atau

    “Theshrung”. Cara ini sangat

    menguntungkan tetapi penguasaan

    sangat sulit.

    4. Kombinasi antara mengirimkan dan ambyuk. Cara ini juga cukup baik.

    Dengan adanya keempat cara

    melewati garis finish tersebut diatas maka

    pihak pelari harus memilih salah satu

  • cara yang dikuasainya. Perlu diketahui

    bahwa pengambilan waktu dan penentuan

    kedatangan digaris finish adalah

    berpedoman pada posisi batang tubuh

    bagian atas (dada atau bahu) hingga

    menyentuh bagian atas yang tegak lurus

    pada garis finish.

    2. Lempar Lembing Lempar Lembing termasuk salah

    satu jenis dari nomor lempar yang dalam

    pelaksanaan sebenarnya lebih mudah

    dibandingkan dengan tolak peluru

    maupun jenis lempar yang lain. Hal ini

    mengingat karena bentuk dari gerakan

    melemparkan lembing adalah gerakan

    alamiah dan dapat dilakukanoleh setiap

    orang.Mengenai unsur-unsur yang

    diperlukan dalam Lempar Lembing pada

    dasarnya sama dengan semua unsur yang

    dapat pada nomor lempar yaitu perlunya

    daya ledak, kekuatan, kecepatan,

    koordinasi, kelincahan.

    a. Tehnik lempar lembing 1. Cara memegang lembing

    a. Cara Biasa (AmerikaStyle) Ibu jari dan jari telunjuk sebagai

    titik tumpu pegangan keduanya

    berada pada pangkal balutan

    lembing. Ketiga jari lainya

    menelakup sewajarnya, atau ada

    pula yang melipat jari kelingking

    sehingga ujungnya berada dibawah

    balutan.

    b. Cara Firlandia (Fin Style) Ibu jari dan jari tengah sebagai titik

    tumpu pegangan, keduanya hampir

    bertemu pada ujungnya tepat pada

    pangkal balutan. Jari telunjuk agak

    lurus lemas keatas, jari manis dan

    kelingking melengkup rileks.

    c. Cara Menjempit (Tang Style) Jari telunjuk dan jari tengah sebagai

    titik tumpuh pegangan.Kedua jari

    ini saling menjempit lembing tepat

    pada pangkal balutan. Ibu jari, jari

    manis dan kelingking menelakup

    secar wajar dan rileks ( Tamsir

    Riyadin,1998).

    2. Cara Membawa Lembing

    Yang dimaksud dengan membawa

    lembing adalah cara membawa lembing

    pada sikap permulaan sampai dan selama

    melakukan lari awalan. Sedangkan

    memgang lembing adalah cara memgang

    seperti uraian diatas.

    3. Melakukan lari atau mengambil awalan

    Cara melakukan lari pada saat

    melakukan awalan adalah sangat mudah

    yaitu dari lari pelan semakin dipercepat.

    Sedangkan masalah yang agak sulit

    adalah gerak langkah pada saat atau

    menjelang mengambil sikap (Posisi

    lembing).

    4. Cara melempar atau Melepaskan Lembing

    Sebelum lembing dilemparkan

    terlebih dahulu pihak pelempar harus

    mengalami sikap atau posisi lempar yang

    sempurna. Adapun posisi lempar pada

    lemparan lembing adalah sebagai berikut:

    a. Jarak antar kedua kaki cukup jauh kaki kiri harus kesamping kakikiri

    (berpijak pada ujung kaki) lutut

    atau kaki kanan ditekuksehingga

    badan jauh merendah kesamping

    kanan.Bahu sedikit diputar kekanan

    sehingga lengan kiri menuju

    kekanan dan diangkat setinggi

    bahu.

    b. Lengan kanan diluruskan sejauh-jauh kesamping bawah kanan,

    lembing dipegang rileks saja. Arah

    lembing menuju kesamping kiri

    serong keatas, ujung lembing

    kesamping kepala.

    c. Berat badan sebagian besar pada kaki kanan. Kaki kiri dan badan

    posisi segaris dan pandangan

    kearah sasaran.

    2. Gaya dalam lempar lembing a. Gaya langkah jingkat (Hop Step)

    Yang dimaksud dengan langkah

    lengkah jingkat yaitu saat akan

    mengambil posisi atau sikap lempar

    didahului dengan gerakan berjingkat.

    Adapun cara gaya langkah antara lain

    sebagai berikut: (1) Pada saat kecepatan

    awal telah dicapai, maka lengan kana

  • secara pelan mulai diurai untuk

    diluruskan kebelakang atau samping

    kanan, sikap badan sedikit diputar

    kekanan, pandangan kedepan dan saat

    kaki kanan saat mendarat gerakan

    berjingkat dilakukan sedangkan kaki kiri

    diayun rendah cukup jauh kesamping

    kiri. (2) Gerakan berjingkat berakhir

    dengan kaki kanan mendarat terlebih

    dahulu, disusul kaki kiri mendarat cukup

    jauh kesamping kiri. (3) Saat melakukan

    lari awalan, harus berjingkat dan sampai

    terjadi sikap lempar serta gerakan

    melempar harus berlangsung secara

    cepat, lancar dan mulus.

    b. Gaya langkah silang (Cross Step) Kalau pada gaya jingkat saat akan

    mengambil posisi lempar didahului

    dengan berjingkat. Sedangkan pada gaya

    silang ini saat akan mengambil posisi

    lempar didahului dengan gerakan

    menyilangkan kaki kanan didepan kaki

    kiri. Adapun gerakan langkan pada

    langkah silang sebagai berikut: (1) Pada

    saat kecepatan awal telah tercapai dan

    sampai pada tanda yang telah ditentukan

    maka lengan kanan mulai diluruskan

    kesamping kanan, lengan kiri diayun

    kekanan setinggi bahu. Saat itu kaki kiri

    melangkah kedepan dan saat itu pula kaki

    kanan diayunkan meyilang kekiri lewat

    depan kaki kiri. (2) Setelah kaki kanan

    menyilang dan belum mendarat ketanah,

    maka kaki kiiri secepatnya diayun

    kesamping kiri, saat itu pula terjadi sikap

    lempar.

    Adapun gambar lapangan lempar

    lembing adalah sebagai berikut:

    B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP

    Negeri 4 Woha pada siswa putra Kelas

    VIII Tahun Pelajaran 2012/2013.

    Penelitian ini dimulai dari Tangal 20 Mei

    sampai dengan Tangal 1 Juni Tahun

    2013.

    Data adalah informasi atau tentang

    suatu gejala. Data merupakan suatu yang

    harus ada dalam kegiatan penelitian dan

    haruslah mencerminkan keadaan yang

    sebenarnya dari subyek. Suatu

    kesimpulan yang di ambil lebih banyak

    berasal dari data, oleh karena itu

    pengumpulan data harus dilakukan

    secermat mungkin (Nurgiantoro, 2002)

    Dilihat dari wujud nyata, data

    berasal dari subyek penelitian dapat

    berupa:

    a. Penelitian kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata,

    kalimat, dan gambar, biasanya

    berhubungan dengan nilai misalnya:

    baik, buruk, indah, tinggi, rendah dan

    sebagainya.

    b. Penelitian kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif

    yang di angkakan, data yang

    berhubungan dengan angka

    (Sugiyono, 2003).

    c. Jenis penelitian ini mengunakan data penelitian deskriptif kuantitatif.

    penelitian deskriptif bertujuan untuk

    membuat, mengambarkan secara

    sistematis faktual dan akurat mengenai

    faktor-faktor dan sifat-sifat populasi

    atau daerah tertentu, dan mencari

    Korelasi antara Lari Sprint dengan

    Prestasi Lempar lembing pada siswa

    kelas VIII SMP Negeri 4 Woha.

    Pendekatan penelitian ini

    mengunakan pendekatan kuanlitatif atau

    pendekatan non eksperimen. Karena

    penelitian ini hanya mengumpulkan data

    tampa mengadakan perlakuan terhadap

    variabel-variabel atau dalam

    pengumpulan data yang obyektif dan

    Awalan

  • dalam memecahkan permasalahan di

    lapangan( Margono, 2001).

    Sumber data

    Pada dasarnya sumber data dalam

    penelitian dapat dibedakan menjadi dua

    yaitu:

    a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tangan

    pertama atau subyek penelitian.adapun

    data primer dalam penelitian ini

    adalah Korelasi Antra Lari Sprint 50

    Meter dengan prestasi Lempar

    Lembing.

    b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain misalnya

    data-data dari sumber pustaka yang

    sudah ada.adapun ada sekunder pada

    penelitian ini adalah prestasi lempar

    lembing (Margono, 2003).

    Populasi

    Populasi adalah karakteristik

    tertentu mengenai sekumpulan subyek

    yang lengkap dan jelas (Arikunto,

    2002).Populasi dalam penelitian ini

    adalah Siswa Putra Kelas VIII SMP

    Negeri 4 Woha Tahun Pelajaran

    2012/2013 yang terdiri dari tiga kelas,

    yaitu kelas VIII1, kelas VIII2 dan kelas

    VIII3

    Tabel 1. Rincian jumlah siswa perkelas

    No

    Jumlah Siswa

    Jumlah Kelas

    VIII1 Kelas

    VIII2 Kelas

    VIII3

    1 L L L L

    2 8 8 9 25

    3 p p p p

    4 14 14 13 41

    Sampel

    Sampel adalah sebagian subyek

    yang di teliti dari keseluruhan subyek

    penelitian (Hadi dan Haryono, 1998).

    Sampel yang baik adalah sampel yang

    mengambarkan keadaan populasi.

    Tabel 2. Rincian jumlah siswa dalam

    sampel

    No

    Jumlah Siswa

    Jumlah Kelas

    VIII1 Kelas

    VIII2 Kelas

    VIII3

    1 L L L L

    2 8 8 9 25

    3 p p p p

    4 14 14 13 41

    Sampel dalam penelitian ini

    adalaah cluster random sampling yaitu

    teknik pengambilan sampel bilamana

    populasi tidak terdir dari indvidu-

    individu melainkan terdiri dari

    kelompok–kelompok individu atau

    cluster, dimana kelompok-kelompok

    individu diambil secara acak (Margono,

    2003).

    Dalam pengambilan sampel,

    peneliti mencampur subyek-subyek

    dalam kelompok populasi sehingga

    subyek di dalam populasi dianggap sama.

    Dengan demikian memberikan hak yang

    sama kepada setiap subyek untuk

    memperoleh kesempatan dipilih menjadi

    sampel (Arikunto, 2002). Jumlah

    keseluruhan siswa kelas VIII 66 orang

    tapi karna dalam penelitian ini hanya

    siswa putra. Maka dalam penelitian ini

    adalah siswa putra kelas VIII dengan

    jumlah 25 orang siswa. Alasan

    pengambilan sampel dengan jumlah

    keseluruhan populasi adalah adanya

    ketentuan apabila subyeknya lebih dari

    100 sampel diambil antara 10%-15%

    20%-25% atau lebih. Apabila subyeknya

    kurang dari 100 maka sampelnya diambil

    dari sejumlah populasi tersebut

    (Suharsimi Arikunto, 2002).

    Teknik Pengumpulan Data

    1. Observasi Observasi yakni pengumpulan data

    dimana penyelidikan mengadakan

    pengamatan secara langsung (tampa alat)

    terhadap subyek yang diselidiki baik

    pengamatan itu di dalam situasi buatan

    yang khusus di adakan (Arikunto, 1998).

    Berdasarkan pendapat di atas, maka

    teknik ini digunakan untuk pengumpulan

    data tentang; Korelasi antara lari sprint

    50 meter dengan prestasi lempar lembing

  • pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri

    4 Woha.

    2. Dokumentasi Dokumentasi adalah data mengenai

    hal-hal tau vaariabel yang berupa

    cataatan, transkrip, surat kabar, majalah,

    notulen rapat agenda dan sebagainya

    (Kusuma, 2003). Sedangkan ahli lain

    mengatakan dokumentasi adalah suatu

    cara untuk memperoleh data denganjalan

    mengumpulkan segala macam

    dokumentasi serta mengadakaan

    pencatatan yang sistematik (Yousda

    1993). Sehubungan dengan penelitian ini

    dokumentasi digunakan untuk

    mengetahui nama dan jumlah siswa putra

    di SMP Negeri 4 Woha.

    3. Teknik Tes Perbuatan Teknik tes perbuatan digunakan

    untuk memperoleh data tentang

    kecepatan lari sprint 50 meter dan

    lempar lembing pada siswa putra kelas

    VIII SMP Negeri 4 Woha Tahun

    Pelajaran 2012/2013.

    Apabila devinisi tersebut kita

    analisa, maka kita temukan unsur-unsur

    sebagai berikut: (1) Bahwa tes tersebut

    berbentuk suatu tugas yang terdiri dari

    pernyataan-pernyataan atau perintah-

    perintah. (2) Bahwa tes tersebut diberikan

    kepada siswa atau sekelompok siswa

    untuk dikerjakan. (3) Bahwa respon

    siswa atau sekelompok siswa dinilai.

    Tes hasil latihan dapat dibedakan

    atas beberapa jenis dan pembagian jenis

    ini dapat ditinjau dari beberapa sudut

    pandang: (a) Tes individual, yaitu suatu

    tes dimana pada saat tes diberikan, kita

    hanya menghadapi satu orang siswa. (b)

    Tes kelompok, yaitu dimana pad saat tes

    itu diberikan, kita menghadapi

    sekelompok siswa. Ditinjau dari segi

    penyusunan tes hasil latihan dapat

    dibedakan atas tiga jenis: (a) Tes buatan

    guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh

    guru yang akan mempergunakan tes

    tersebut. (b) Tes buatan orang lain yang

    tidak distandarisasi seorang guru dapat

    mempergunakan tes-tes yang dibuat oleh

    orang lain yang di anggap cukup baik,

    misalnya tes yang disusun oleh teman

    yang berpengalaman (c) Tes standar

    ataau tes yang distandarisasikan, tes-tes

    yang cukup valid reliabel berdasarkan

    atas percobaan-percobaan terhadap

    sampel yang cukup luas representativ.

    Dalam buku evaluasi pendidikan

    dijelaskan bahwa tes adalah alat

    penjumlahan data yaang berbentuk

    suruhan-suruhan yang harus silaksanakan

    oleh subyek penelitian (Indra Kusuma,

    1998). Ahli lain mengatakan bahwa tes

    adalah suatu cara untuk mengadakan

    penilaian terhadap suatu subyek ataupun

    obyek-obyek tertentu untuk mendapatkan

    data secara tepat (Arikunto, 1992).

    Adapun langkah langkah dalam

    pelaksanaan tes perbuatan antara lain: (1)

    Mendata siswa kelas VIII dimasing-

    masing kelas (2) Menjelaskan kepada

    siswa tentang lari sprint dan lempar

    lembing (3) Membuat tabel daftar nama

    (4) Membuat jadwal pelaksanaan

    penelitianMembuat jadwal pelaksanaan

    penelitian (5) Membuat tabel analisis

    Membuat tabel kecepata lari sprint dan

    tabel prestasi lempar lembing (6)

    Membuat tabel analisis (7) Melaksanakan

    tes perbuatan.

    Teknik Analisa Data

    1. Prosedur analisa data Dalam prosedur pengolahan data ini

    akan ditempuh langkah-langkah

    sebagai berikut:

    a. Editing Editing adalah melakukan pengecekan

    kembali data yang telah terkumpul

    untuk mengetahui

    kelengkapan,kejelasan dan keakuratan

    data tersebut

    b. Koding Koding adalah memberikan kode

    tertentu dalam

    mengklafikasikanjawaban subyek

    c. Tabulasi Data Tabulasi adalah proses pemindahan

    skor masing –masing subyek kedalam

    kolom yang telah disediakan.Tabaulasi

    data ini bertujuan untuk

    meringkas,merangkum dan

  • menyajikan data kedalam tabel agar

    mudah dipahamai.

    d. Pelaksanaan Tes Semua subyek di kumpulkan dan

    diberi penjelasan materi dan mengabil

    subyek satu persatu secara berurutan

    untuk melakukan tes, subyek diberikan

    kesempatan untuk mencoba star blok,

    pada lintas lari dan berlari sampai 50

    meter dengan waktu tidak lebih dari tiga

    menit, setelah percobaan berakhir peneliti

    menyiapkan peralatan dan subyek berdiri

    di belakang garis star dan setelah

    semuanya benar-benar siap, peneliti

    memangil subyek satu persatu mulai dari

    nomor urut pertama kedua dan

    seterusnya, subyek diberikan kesempatan

    sebanyak 2 kali.

    Subyek sebelumnya diberikan

    penjelasan materi dan subyek diberikaan

    kesempatan untuk melakukan percobaan

    untuk melakukan lempar lembing dengan

    maksud agar mendapatkan hasil yang

    baik dan kesempatan itu diberikaan

    sebanyaak 3 kali,setelah subyek

    melakukan lemparam pertama peneliti

    langsung mengukur jauh lemparan dan

    setelah itu subyek melakukan lemparan

    yang kedua.

    1. Proses Analisa Data Dalam suatu penelitian ilmiah

    sudah tentu melalui proses analisa data

    untuk mendapatkanhasilkan penelitian

    yanag reresentive.dalam memproses data

    memerlukan beberapa langkah-langkah

    utama yang berkaitan dengan masalah

    subyek dan obyek penelitian yang

    diperoleh dan hasil penggumpulan data

    melalui pengumpulan angket maupun

    pencatat dokumen. Sudah validkah data

    tersebut dan apakah data tersebut

    respresentative dan apakah teknik analisa

    datanya sudah tepat sehinggah dapat

    terhindar dari kesalahan analisa datanya.

    Dalam hal ini setelah data terkumpul

    maka langkah dalam penelitian ini

    selanjutnya adalah mengolah data dan

    menganalisa data tersebut secara statistik.

    Dalam buku pengantar metodelogi

    penelitian dijelaskan bahwa; mengolah

    data berarti menimbang, menyaring,

    mengatur dan mengklafikasikannya

    menimbang dan menyaring berarti

    memilih dengan hati-hati data yang

    relevan, tepat dan berkaitan dengan

    masalah yang diteliti. Mengatur dan

    menglafikasikan data berarti

    menggolongkan data tersebut menurut

    aturan tertentu, (Nazir, 1998).

    Pada umumnya metode analisa data

    dibedakan menjadi 2 (dua) cara yaitu

    analisa statistik dan analisa non statistik.

    Dalam penelitian ini metode analisa data

    yang digunakan adalah analisa statistik

    dengan menggunakan teknik korelasi

    (Product moment correlation). Hal ini

    berdasarkan koofesien korelasi yang

    diperoleh dapat mengadaakan pengetesan

    hipotesis tentang korelasi tersebut.

    Dalam hal ini lari sprint 50 meter

    dan lempar lembing merupakan gejala

    intervalterhadap dua gejalah tersebut

    dapat dilakukan pengukuran melalui tes

    perbuatan. Selanjutnya data yang

    diperoleh dari hasil pengukuran tersebut

    diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor

    (mentah):

    𝑟𝑥𝑦

    =𝑛 ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥 )( ∑ 𝑦

    √{𝑛∑𝑥2 − (∑𝑥 )²} { 𝑛 ∑ 𝑦 ² − (∑ 𝑦)²}

    Keterangan:

    R x y = Angka Indeks korelasi r product

    moment

    N = Jumlah sampel

    ∑𝑥2= Jumlah devisi skor x setalah terlebih dahulu dikuadratkan

    ∑𝑦2= Jumlah devisi skor y setalah terlebih dahulu dikuadratkan

    X = Nilai standar dari koefisien x

    Y = Nilai standar dari koefisien y

    (Sugiyono, 2011 )

    2. Langkah Analisa Data a. Merumuskan HO b. Membuat tabel kerja c. Memsukan data kedalam rumus d. Mencari nilai r x e. Menarik kesimpulan

  • 3. Standar Penilaian Lari Sprint dan Lempar Lembing

    a. Standar penilaian lari sprint 50 meter yaitu standar nilai yang ditetapkan

    oleh peneliti berdasarkan hasil prestasi

    tes lari sprint 50 meter. Semakin cepat

    lari sprint 50 meter, maka nilai yang

    diberikan semakin tinggi dan apabila

    lari sprint 50 meter semakin lambat

    maka nilai yang ditetapkan semakin

    rendah.

    b. Standar penilaian lempar lembing yaitu standar nilai yang ditetapkan

    oleh peneliti berdasarkan hasil prestasi

    tes lempar lembing. Semakin jauh

    lempar lembing, maka nilai yang

    diberikan semakin tinggi dan apabila

    lemparannya kurang jauh maka nilai

    yang ditetapkan semakin rendah.

    Defenisi Operasional Variabel

    Untuk memberikan penjelasan

    mengenai variabel-variabel yang

    berhubungan dengan pelaksanaan

    penelitian ini, maka perlu diberikan

    batasan mengenai variabel tersebut

    sebagai berikut:

    1. Lari sprint 50 meter adalah kemampuan atlet dalam mengerakan

    badan kedepan dengan melangkakan

    kaki kanan dan kaki kiri berganti-

    ganti, kedua kaki ada saat melayang

    menempuh jarak 50 meter dengan

    waktu yang sesingkat-singkatnya atau

    secepat-cepatnya.

    2. Lempar Lembing adalah salah satu jenis dari nomor lempar yang dalam

    pelaksanaannya sebenarnya lebih

    mudah dibandingkan dengan tolak

    peluru maupun jenis lempar yang

    lainnya.

    C. HASIL PENELITIAN

    a. Pelaksanaan tes pengukuran 1) Pelaksanaan pengukuran kecepatan

    lari sprint 50 m

    (a) Semua subjek di kumpulkan dan

    diberi penjelasan. (b) Untuk mengukur

    kecepatan lari sprint, peneliti

    menggunakan stop watch. (c) Peneliti

    memanggil subjek satu persatu secara

    berurutan untuk melakukan tes, subjek

    diberikan kesempatan untuk mencoba

    star berdiri, lintasan lari, berlari

    hingga sampai 50 m dengan waktu

    tidak lebih dari 3 menit. (d) Setelah

    percobaan berakhir peneliti

    menyiapkan peralatan dan subjek

    berdiri dibelakang garis star dan

    setelah semuanya benar-benar siap

    peneliti memanggil subjek satu persatu

    mulai dari nomor urut pertama, kedua

    dan seterusnya. (e) Subjek diberikan

    kesempatan 2 kali pelaksanaan tes

    tersebut selesai kemudian dilanjutkan

    dengan kegiatan berikutnya adapun

    data hasil dari tes lari sprint 50 m

    dapat tertera pada table II di bawah

    ini:

    Tabel II

    Data Tentang Lari Sprint 50 Meter

    No Nama

    Prestasi

    lari

    sprint 50

    M

    satuan

    (Detik)

    Prestasi

    Terbaik Nilai

    1 2

    1 Andi

    Siswanto 7,0 6.1 6.1 300

    2 Dadang

    Hardiansyah 7.4 6.3 6.3 260

    3 Ibrahim 6.9 7.0 6.9 190

    4 Buhari 6.5 7.3 6.5 240

    5 M. Kurais

    Sihab 6.7 7.1 6.7 215

    6 Arisman 6.9 6.3 6.3 260

    7 M. Fadillah 7.3 7.8 7.3 190

    8 M. Adhar 6.5 6.9 6.5 240

    9 M. Taslim 6.5 7.3 6.5 240

    10 M. Safilin 6.7 7.5 6.7 215

    11 Gunawan Sari 6.1 6.7 6.1 300

    12 Andi

    Hasbulan 6.5 6.8 6.5 240

    13 Furkan 7.0 6.3 6.3 260

    14 Dedi Irawan 6.4 7.1 6.4 255

    15 Ikhsan 6.8 7.3 6.8 200

  • 16 Rijal 7.0 8.3 7.0 180

    17 Jaidin 6.1 7.4 6.1 300

    18 Apriyono 6.4 6.1 6.1 300

    19 Wardiman 6.4 6.9 6.4 255

    20 Ridwan 7.2 7.8 7.2 165

    21 Gunawan 6.1 6.9 6.1 300

    22 Ulil Amriadin 7.2 7.9 7.2 165

    23 Rahmansyah 6.5 7.0 6.5 240

    24 Makarau 7.3 8.2 7.3 190

    25 Arif Julfikar 7.0 7.9 7.0 180

    2) Pelaksanaan pengukuran prestasi lempar lembing

    a. Semua subjek sebelumnya diberikan penjelasan materi.

    b. Subjek diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan lempar lembing

    dengan maksud agar mendapatkan

    hasil yang baik dan kesempatan yang

    akan diberikan sebanyak tiga kali.

    c. Setelah subjek melakukan lemparan pertama petugas langsung mengukur

    jauh lemparan, setelah itu subjek

    melakukan lemparan kedua.

    Adapun hasil prestasi lempar lembing

    dapat diuraikan pada tabel di bawah ini.

    Tabel III

    N

    o Nama

    Prestasi Lempar

    Lembing satuan

    (Meter)

    Prest

    asi

    Terba

    ik

    Nil

    ai

    1 2 3

    1 Andi

    Siswanto

    24.3

    0

    24.3

    0

    24.1

    0 24.30 220

    2

    Dadang

    Hardians

    yah

    23.6

    0

    23.6

    0

    24.5

    1 24.51 225

    3 Ibrahim 26.5

    5

    26.5

    5

    25.9

    0 26.55 256

    4 Buhari 26.2

    5

    26.5

    2

    25.8

    7 26.52 256

    5 M. Kurais

    Sihab

    18.7

    5

    18.7

    5

    18.4

    0 18.75 144

    6 Arisman 18.4

    0

    18.4

    0

    20.1

    5 20.15 165

    7 M.

    Fadillah

    18.9

    8

    18.9

    8

    19.1

    2 19.12 147

    8 M. Adhar 19.6

    0

    19.6

    0

    19.2

    9 19.60 152

    9 M.

    Taslim

    18.8

    0

    18.8

    0

    19.1

    2 19.12 147

    1

    0 M. Safilin

    22.8

    5

    22.8

    5

    23.0

    7 23.07 203

    1

    1

    Gunawan

    Sari

    14.4

    3

    14.4

    3

    14.3

    0 14.43 89

    1

    2

    Andi

    Hasbulan

    16.4

    5

    16.4

    5

    17.1

    0 17.10 123

    1 Furkan 17.8 17.8 17.6 17.60 133

    3 0 0 0

    1

    4

    Dedi

    Irawan

    26.2

    6

    26.2

    6

    27.3

    8 27.38 263

    1

    5 Ikhsan

    22.8

    0

    22.8

    0

    23.1

    2 23.12 203

    1

    6 Rijal

    16.5

    8

    16.5

    8

    17.5

    4 17.54 129

    1

    7 Jaidin

    15.4

    2

    15.4

    2

    16.3

    7 16.37 113

    1

    8 Apriyono

    21.6

    0

    21.6

    0

    21.8

    2 21.8 187

    1

    9

    Wardima

    n

    24.2

    5

    24.2

    5

    25.7

    2 25.72 239

    2

    0 Ridwan

    14.8

    7

    14.8

    7

    14.3

    3 14.87 93

    2

    1 Gunawan

    28.7

    4

    28.7

    4

    27.6

    0 28.74 282

    2

    2

    Ulil

    Amriadin

    23.6

    0

    23.6

    0

    24.5

    1 24.51 225

    2

    3

    Rahmans

    yah

    19.0

    0

    19.0

    0

    19.1

    2 19.12 147

    2

    4 Makarau

    25.7

    8

    25.7

    8

    24.5

    0 25.78 241

    2

    5

    Arif

    Julfikar

    21.8

    2

    21.8

    2

    21.4

    0 21.82 147

    Keterangan : Data ini masih

    mentah dan perlu disesuaikan dengan

    table hasil kecepatan lari spin 50 m

    dan lempar lembing di atas merupakan

    data hasil tes tersebut harus diberikan

    nilai standar, sebagai mana tertera

    pada table nilai standar dan prestasi di

    bawah ini:

    Tabel IV

    Data nilai : Standar kecepatan

    lari sprint 50 m dan prestasi lempar

    lembing pada siswa putra kelas VIII SMP

    N 4 Woha Tahun Pelajaran 2012-2013.

    No

    Lari Sprint 50 M

    satuan (Detik)

    Lempar Lembing

    satuan (Meter) Ket

    Prestasi Nilai Prestasi Nilai

    1 2 3 4 5 6

    1 6.1 300 19.60 152

    2 6.3 260 19.12 147

    3 6.9 190 20.15 165

    4 6.5 240 18.75 144

    5 6.7 215 26.52 256

    6 6.3 260 26.55 256

    7 7.3 190 24.51 225

    8 6.5 240 24.30 220

    9 6.5 240 17.54 129

    10 6.7 215 23.12 203

    11 6.1 300 27.38 263

    12 6.5 240 17.80 133

    13 6.3 260 17.10 123

    14 6.4 255 14.43 83

    15 6.8 200 23.07 203

    16 7.0 180 19.12 147

    17 6.1 300 21.82 183

    18 6.1 300 25.78 241

  • 19 6.4 255 19.12 147

    20 7.2 165 24.51 225

    21 6.1 300 28.74 282

    22 7.2 165 14.87 93

    23 6.5 240 25.72 239

    24 7.3 190 21.82 187

    25 7.0 180 16.37 133

    1. Pengujian Hipotesis Adapun langkah-langkah dalam

    pengujian hipotesisi diantaranya :

    a. Merumuskan Hipotesis Nol (HO)

    Hipotesis yang dirumuskan dalam

    penelitian ini adalah hipotesis alternative

    (kerja) yang menyatakan bahwa, Ada

    korelasi antara lari sprint 50 m dengan

    prestasi lempar lembing pada siswa putra

    kelas VIII SMP N 4 Woha Tahun

    Pelajaran 2012/2013

    Untuk membuktikan apakah

    hipotesis teersebut terbukti

    kebenarannya, maka hipotesis kerja

    tersebut harus diubah dahulu menjadi

    hipotesis 0, sehingga hipotesisnya

    berbunyi, tidak ada korelasi antara lari

    sprint 50 m dengan lempar lembing pada

    siswa putra kelas VIII SMP N 4 Woha

    Tahun Pelajaran 2012/2013

    b. Menyusun Tabel Kerja Untuk kebutuhan pengolahan data

    lari sprint 50 m dan tes lempar lembing

    dibutukan tabel kerja sebagai berikut:

    Tabel V. Tabel kerja perhitungan korelasi

    lari sprint 50 m (x) dengan prestasi

    lempar lembing (y)

    No. x y x2 y2 xy

    1 300 152 90000 48400 45600

    2 260 147 67600 50625 24255

    3 190 165 36100 65536 39600

    4 240 144 57600 65536 27360

    5 215 256 46225 20736 46080

    6 260 256 67600 27225 76800

    7 190 225 36100 21609 58500

    8 240 220 57600 41209 41800

    9 240 129 57600 21609 30960

    10 215 203 46225 41209 43645

    11 300 263 90000 7921 68380

    12 240 133 57600 15129 25270

    13 260 123 67600 17689 29520

    14 255 83 65025 69169 19135

    15 200 203 40000 91204 60900

    16 180 147 32400 16641 48720

    17 300 183 90000 12769 62660

    18 300 241 90000 34969 37485

    19 255 147 65025 57121 51000

    20 165 225 27225 8649 26460

    21 300 282 90000 79524 50760

    22 165 93 27225 50625 27900

    23 240 239 57600 21609

    71700

    24 190 187 36100 58081 47685

    25 180 133 32400 33489 18645

    Juml

    ah

    ∑𝑥 588

    0

    ∑𝑦4579

    ∑𝑥2 1430850 ∑𝑦2914

    071

    ∑𝑥𝑦1091095

    c. Memasukan Data Ke Dalam Rumus (Analisis Data)

    𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 =𝑛 ∑𝑥𝑦 − (∑𝑥 )( ∑ 𝑦

    √{𝑛∑𝑥2 − (∑𝑥 )²} { 𝑛 ∑ 𝑦 ² − (∑ 𝑦)²}

    =25 𝑥 1091095 − (5880)𝑥 (4579)

    √{25 𝑥 1430850 − (5880)²} {25 𝑥 1091095 − (4579)²}

    =27277375 − 26924520

    √{35771250 − 34574400}. {27277375 − 20967241}

    =352855

    √(1196850)(6310134)

    = 352855

    3748141,896

    = 0,941

    d. Menguji Nilai r x y Dari hasil analisa data dengan uji

    korelasi kedua variabel penelitian

    menggunakan tehnik statistik “r x y”

    diperoleh nilai r x y hitungan sebesar

    0,941. Sedangkan besar angka pada

    tabel nilai-nilai r dengan taraf

    signifikan 5% dan n = 25 adalah 0,396

    2. Menarik Kesimpulan Dari hasil uji r x y dan menujukan

    nilai hitung r x y sebesar 0,877, maka

    berdasarkan taraf signifikan 5% dan n

    = 25 maka besar angka penolakan

    hipotesis nol dinyatakan dalam tabel

    adalah 0,396.

  • Kenyataan ini menunjukan bahwa

    nilai “r x y” yang diperoleh dari hasil

    analisis data sebesar 0,941 berada diatas

    angka batas penolakan hipotesis nol yang

    besarnya 0,396 (Nilai hitung r x y =

    0,941>, r tabel 0,396). Maka dapat

    disimpulkan bahwa ada korelasi yang

    signifikan kelipatan lari spirit 50 Meter

    terhadap prestasi lempar lembing pada

    siswa putra kelas VIII SMP N 4 Woha

    Tahun Pelajaran 2012/2013.

    D. PEMBAHASAN Penelitian tentang faktor-faktor

    yang mempengaruhi prestasi lempar

    lembing sangat penting dilakukan karena

    berhasil atau tidaknya seorang atlet

    sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

    fisik, tehnik dan mental serta faktor yang

    paling utama yang sangat mempengaruhi

    adalah kecepatan lari spirit yang

    berpengaruh positif terhadap kemampuan

    seorang atlet dalam melakukan lempar

    lembing.

    Penelitian yang bertujuan untuk

    mengetahui tentang korelasi antara lari

    spirit 50 Meter dengan prestasi lempar

    lembing pada siswa putra kelas VIII SMP

    N 4 Woha Tahun Pelajaran 2012/2013 ini

    menunjukan bahwa ada korelasi yang

    signifikan antara lari spirit 50 M dengan

    prestasi lempar lembing pada subjek yang

    diteliti, hal ini menjadi informasi yang

    sangat penting dan berharga bagi guru

    pendidikan jasman kesehatan dan

    rekreasi serta pelatih dalam melakukan

    pemanduan bakat terhadap para siswa.

    Namun demikian untuk menjadi seorang

    atlet lempar lembing yang berhasil

    ditentukan menguasai faktor-faktor yang

    sangat mendukung seperti tehknik,

    praktik dan mental yang diperoleh dari

    latihan terus menerus.

    E. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisis

    data maka dapat disimpulkan bahwa

    ada korelasi yang signifikan antara

    lari spirit 50 meter dengan prestasi

    lempar lembing pada siswa kelas VIII

    SMP N 4 Woha Tahun Pelajaran

    2012/2013.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi, 1995. Metodelogi

    Penelitian Suatu pendekatan

    Praktis. Jakarta. Bina aksara.

    Agus Mukholid. 2005. Pendidikan

    jasmani. Indonesia Printing. Jakarta

    Harsosno. 1993. Prinsip-Prinsip

    Pelatihan. Jakarta. Pusat

    Pendidikan dan Penataran.

    Konipusat.

    IAAF.2001. Pendidikan pelatihan &

    system setifikasi.Jakarta.staf

    secretariat RDC

    Kosasi S. 1997. Metodelogi Penelitian.

    Aneka Cipta. Jakarta

    Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori

    Dan Praktek. Erlangga. Jakarta

    Margono, S. Drs, 2001. Metodelogi

    Penelitian Pendidikan. Rineka

    Cipta. Jakarta

    Netra IB. 1990. Statistik

    Inferensial.Usaha nasional.

    Surabaya.

    Riyadir, Tamsir.1985.Petunjuk

    Atletik.Yogyakarta. FPOK IKIP

    Yogyakarta

    Suharno HP. 19995. Olahraga Tehnik

    dan Program Pelatihan. Akademik

    Apessindo. Jakarta

    Sujana, Nana dan ibrahim. 2001.

    Penelitian dan penilaian

    pendidikan. Bandung Sinar baru

    Algesindo.

    Syarifudin AIP.1990. Pendidikan

    Jasmani dan Kesehatan. Jakarta PT

    Gramedia

  • Yahya Yasmaya. 1984. Olahraga Lari

    Berprestasi. Pradya Paramita.

    Jakarta

    Yusuf Ahyar Sutaryono, Pedoman

    Penulisan Skripsi, IKIP Mataram.

    Yousda Ine Amirman. Statistik

    Pendidikan. jakarta bina aksara.

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKTIVITAS RITMIK DENGAN GERAK

    IRAMA MARS MELALUI MEDIA BANTU GAMBAR DAN MUSIK

    Ahmadin dan Samsudin

    Program Studi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

    [email protected]

    Abstrak

    Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah ada peningkatan hasil

    belajar aktivitas ritmik dengan gerak irama mars melalui media bantu gambar dan musik

    pada siswa kelas V SDN Simpasai Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian yang

    digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Jumlah populasi dan sampel penelitian

    adalah 18 orang siswa kelas V SDN Simpasai. Teknik pengumpulan data menggunakan

    dokumentasi dan tes perbuatan. Teknik analisis data menggunakan rumus regresi

    sederhana, korelasi product moment dan F Statistik. Kesimpulan dari penelitian ini “ada

    peningkatan hasil belajar aktivitas ritmik dengan gerak irama mars melalui media bantu

    gambar dan gerak pada siswa kelas V di SDN Simpasai Tahun Pelajaran 2012/2013”.

    Kata kunci : Aktivitas ritmik, Gerak irama mars, Media bantu gambar dan musik

    mailto:[email protected]

  • A. Pendahuluan 1. Latar belakang

    Pendidikan Jasmani

    hakikatnya merupakan proses

    pendidikan via gerak insani (human

    movement) yang dapat berupa

    aktivitas jasmani, permainan atau

    olahraga untuk mencapai tujuan

    pendidikan (Rusli Lutan, 1995/

    1996: 7).

    Pada praktiknya

    pembelajaran pendidikan jasmani

    di sekolah menengah saat ini

    cenderung masih bernuansakan dan

    bersuasanakan pendidikan

    olahraga, guru masih menjadikan

    bahan ajar sebagai tujuan, tidak

    menjadikannya sebagai alat/ media

    belajar, suasana belajar masih kaku

    dengan metode-metode yang

    berpusat pada guru, sementara

    murid hanya dijadikan sebagai

    objek belajar. Penggunaan metode

    konvensional seperti demonstrasi,

    komando, bahkan drill sangat

    dominan dilakukan guru. Domain

    Psikomotor sangat mendominasi

    tatanan keberhasilan belajar. Siswa

    kurang diberi kesempatan untuk

    menggali, mengembangkan potensi

    dan membuat keputusan sehingga

    domain pengetahuan dan sikap

    kurang terkembangkan.

    Hasil observasi dan diskusi

    dengan para guru pendidikan

    jasmani di sekolah menengah yang

    menyangkut ketersediaan,

    keterlaksanaan dan ketercapaian

    kurikulum ditemukan sejumlah

    pelanggaran dan keterbatasan

    kompetensi. Hal yang paling

    mendasar adalah ditemukan

    kebiasaan universal menganulir

    beberapa materi ajar. Salah satu

    materi ajar yang paling sering dan

    paling umum mendapat kesulitan

    dalam pembelajarannya adalah

    materi Senam Irama atau materi

    Aktivitas Ritmik. Hal ini

    dikarenakan peserta harus

    mengikuti setiap gerakan yang ada

    pada gambar sesuai dengan aturan

    dan teknik-tekniknya.

    Kurang optimalnya

    pembelajaran aktivitas ritmik ini

    akan mengurangi optimalisasi

    kemampuan siswa akan

    terbentuknya nilai-nilai estetika

    pada tatanan fisik, yang meliputi

    kawasan organik dan motorik. Pada

    tatanan kognitif akan mengurangi

    kepekaan perasaan siswa pada

    perilaku berpikir dan penentuan

    sikap. Sedangkan pada tatanan

    afektif akan mengurangi kepekaan

    perasaan siswa pada pengendalian

    emosional dan kepekaan sosial.

    Kemudian penggunaan alat

    bantu dan sarana mengajar pada

    pembelajaran penjasorkes lebih

    banyak disediakan untuk cabang-

    cabang atletik maupun permainan,

    sementara untuk cabang senam

    masih sangat minim dan sangat

    terbatas. Ini menandakan bahwa

    pengelola sekolah belum secara

    menyeluruh melengkapi sarana

    pada pembelajaran penjasorkes.

    Padahal ruang lingkup

    pembelajaran penjasorkes meliputi:

    pendidikan jasmani, olahraga dan

    kesehatan. Artinya ketiga

    komponen tersebut harus memiliki

    sarana dan alat bantu mengajar

    yang bervariasi antara satu sama

    lainnya.

    Media pendidikan jasmani

    ialah segala sesuatu yang dapat

    mempermudah dan memperlancar

    kegiatan pendidikan jasmani yang

    bersifat relatif permanen atau susah

    untuk dipindah-pindahkan. Secara

    garis besar sarana atau fasilitas

    pendidikan jasmani terdiri dari dua

    macam, yakni sarana pendidikan

    jasmani yang ada di dalam ruangan

    (indoor facilities) dan yang ada di

    luar ruangan (outdoor facilities)

    (Abdul Kadir Ateng, 1992: 12).

  • Yang termasuk fasilitas

    ruangan meliputi ruang serbaguna

    atau hall untuk kegiatan senam,

    bulutangkis, tenis meja, basket,

    voli, olahraga beladiri, ruang ganti

    pakaian dengan tempat pakaiannya,

    ruang mandi dan lain-lain. Ruangan

    untuk kegiatan pendidikan jasmani

    tersebut akan lebih baik dan akan

    terasa luas bila pada dinding

    bagian-bagian tertentu dipasangi

    cermin yang cukup besar.

    Media-media yang ada di luar

    ruangan banyak ragam dan

    kegunaanya. Mulai dari lapangan

    olahraga yang tersedia, sampai

    lahan lain yang bisa dimanfaatkan

    seperti: halaman, taman, lorong

    lorong, kebun, parit, bukit yang

    semuanya ada di sekitar sekolah.

    Aktivitas pendidikan jasmani

    tidak selalu harus dilakukan di

    lapangan atau ruangan yang sesuai

    dengan jenis cabang olahraganya

    maupun ukuran dan aturannya.

    Namun di tempat atau lapangan dan

    ruangan apapun dimana kegiatan

    tersebut bisa dilakukan dengan

    mempertimbangkan unsur-unsur

    penting yaitu keselamatan dan

    kesehatan anak didik.

    Tidak sedikit kegiatan

    pendidikan jasmani yang tidak

    terlaksana dengan baik karena

    hambatan sarana yang tidak

    memadai. Dalam hal ini kreativitas

    para guru penjas sangat dituntut

    untuk bisa mensiasati keadaan yang

    demikian. Karena hakikat

    pendidikan jasmani adalah

    pendidikan melalui aktivitas

    jasmani yang tidak terlepas dari

    konsep bermain, bergerak, ceria,

    maka lapangan/ruangan/tempat

    apapun mestinya bisa digunakan

    untuk kegiatan pendidikan jasmani

    (Aip Syarifuddin, 1996: 34).

    Untuk materi senam yang

    akan diberikan, baik senam dasar,

    senam irama, senam lantai maupun

    senam alat. Pada senampun gerak-

    gerak dasar jalan, lari, lompat,

    berayun, berjalan dengan tangan,

    keseimbangan tangan dan kaki,

    berguling ke depan, ke belakang, ke

    kiri atau kenanan dan sebagainya

    dapat dilakukan di segala tempat.

    Di dalam ruangan, ruang kelas,

    halaman sekolah, lapangan atau di

    taman atau kebun sekolah dapat

    digunakan untuk kegiatan

    pembelajaran senam.

    Dalam rangka menunjang

    pelaksanaan dan meningkatkan

    hasil belajar pendidikan jasmani

    khususnya senam, perlu

    keterlibatan media dan alat bantu

    yang cukup memadai dan sesuai

    dengan karakteristik dari materi

    senam tersebut. salah satu materi

    senam yang diajarkan di SMP

    adalah senam ritmik. Senam ritmik

    akan efektif apabila didukung oleh

    media bantu belajar berupa audio

    visual maupun media gambar dan

    selingan alunan musik yang

    menyertainya (Soetoto

    Pontjopoetra, dkk. 2002: 18).

    Senam ritmik sangat intrik

    dengan gerakan-gerakan yang

    teratur dan berirama, sehingga

    untuk efektivitas dan keberhasilan

    pembelajarannya perlu diselingi

    dan dukungan musik yang berirama

    mars, walts atau cha-cha. Dengan

    dasar pemikiran tersebut, peneliti

    tertarik untuk melakukan suatu

    penelitian yang berjudul:

    “Peningkatan Hasil Belajar

    Aktivitas Ritmik dengan Gerak

    Irama Mars Melalui Media Bantu

    Gambar dan Musik Pada Siswa

    Kelas V SDN Simpasai Tahun

    Pelajaran 2012/2013”.

    2. Kajian Pustaka a. Pendidikan Jasmani

    1) Pengertian Pendidikan Jasmani

    Pendidikan jasmani

    atau physical education

  • sebagai bagian dari

    pendidikan yang

    bermaknakan pendidikan.

    Pendidikan jasmani

    merupakan bagian integral

    dari sistem pendidikan,

    pendidikan jasmani

    merupakan bagian yang tak

    terpisahkan dari program

    pendidikan. Seperti

    dikemukakan oleh Aip

    Syarifudin, (1997: 125)

    bahwa, pendidikan jasmani

    merupakan bagian integral

    dari pendidikan secara

    keseluruhan melalui berbagai

    kegiatan jasmani yang

    bertujuan mengembangkan

    individu secara organik,

    neuromuscular, intelektual

    dan emosional. Selanjutnya

    Aip Syarifudin (1997: 125)

    menyatakan, Pendidikan

    Jasmani adalah suatu proses

    aktivitas jasmani, yang

    dirancang dan disusun secara

    sistematis, untuk merangsang

    pertumbuhan dan

    perkembangan, meningkatkan

    kemampuan dan keterampilan

    jasmani, kecerdasan dan

    pembentukan watak serta

    nilai dan sikap yang positif

    bagi setiap warga Negara

    dalam rangka mencapai

    tujuan pendidikan. Selaras

    dengan Aip Saripudin,

    Kurikulum Pendidikan

    Jasmani (2004: 2)

    menjelaskan, pendidikan

    jasmani adalah proses

    pendidikan yang

    memanfaatkan aktivitas

    jasmani yang direncanakan

    secara sistimatis bertujuan

    untuk meningkatkan individu

    secara organik,

    neuromuscular, perseptual,

    kognitif dan inovatif.

    Selanjutnya Balitbang

    Kurikulum Depdiknas (2002:

    1) mengemukakan bahwa,

    pendidikan jasmani adalah

    proses pendidikan melalui

    penyediaan pengalaman

    belajar kepada siswa, berupa

    aktifitas jasmani, bermain dan

    berolahraga, yang

    direncanakan secara

    sistematis, guna merangsang

    pertumbuhan dan

    perkembangan fisik,

    keterampilan berfikir,

    emosional, sosial dan moral.

    Dari berbagai

    pengertian atau definisi di

    atas, terdapat beberapa

    kesamaan pengertian, yaitu

    pendidikan jasmani jasmani

    dilaksanakan melalui

    aktivitas gerak atau fisik,

    direncanakan secara

    sistematis dan untuk

    mengembangkan aspek-aspek

    kognitif, afektif, emosional

    dan psikomotor.

    2) Tujuan Pendidikan Jasmani Tujuan Pendidikan

    Jasmani sering didefinisikan

    berbeda oleh para ahli

    pendidikan tergantung situasi

    dan kepentingan pada saat

    definisi itu dibuat, namun

    demikian Adang Suherman

    (1998: 4) mensarikannya

    sebagai berikut: a)

    Perkembangan Fisik.

    Tujuan ini berhubungan

    dengan kemampuan

    melakukan aktivitas aktivitas

    yang melibatkan kekuatan

    kekuatan fisik dari berbagai

    organ tubuh seseorang

    (physical fitness), b)

    Perkembangan Gerak. Tujuan

    ini berhubungan dengan

    kemampuan melakukan gerak

    secara efektif, efisien, halus,

    indah, sempurna (skill-full),

    c) Perkembangan Mental.

  • Tujuan ini berhubungan

    dengan kemampuan berpikir

    dan menginterpretasikan

    keseluruhan pengetahuan

    tentang pendidikan jasmani

    ke dalam lingkungannya, d)

    Perkembangan Sosial. Tujuan

    ini berhubungan dengan

    kemampuan siswa dalam

    menyesuaikan diri pada suatu

    kelompok atau masyarakat.

    Pendidikan jasmani

    menekankan aspek

    pendidikan yang bersifat

    menyeluruh yaitu kesehatan,

    kebugaran jasmani,

    keterampilan, berfikir kritis,

    stabilitas emosional,

    keterampilan sosial,

    penalaran dan tindakan

    moral, yang merupakan

    tujuan pendidikan pada

    umumnya (Balitbang

    Kurikulum, 2002: 1).

    Tujuan umum

    pendidikan jasmani di

    Sekolah Dasar adalah

    mengacu kepada

    pertumbuhan dan

    perkembangan jasmani,

    mental, emosional, dan sosial

    yang selaras dalam upaya

    membentuk dan

    mengembangkan kemampuan

    gerak dasar, mananamkan

    nilai, sikap dan membiasakan

    hidup sehat (Syarifudin dan

    Muhadi, 1992: 5).

    Kutipan-kutipan

    tersebut mempertegas bahwa

    betapa luas dan kompleksnya

    esensi pendidikan

    dikembangkan melalui

    pendidikan jasmani secara

    totalitas yang menyangkut

    esensi fisiologis maupun

    esensi psikologis. Dengan

    demikian para guru

    pendidikan jasmani dituntut

    mampu memanfaatkan

    aktivitas jasmani sebagai

    media untuk meraih tujuan

    pendidikan secara

    keseluruhan dengan

    menciptakan lingkungan

    pengajaran pendidikan yang

    kondusif melalui berbagai

    pendekatan teori berlajar.

    3) Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

    (SD)

    Sebagian dari

    kompetensi guru adalah

    kemampuan merencanakan

    pembelajaran, kemampuan

    mengelola pembelajaran, dan

    kemampuan mengevaluasi

    pembelajaran. Kemampuan-

    kemampuan ini harus dapat

    melahirkan konsep prilaku

    belajar pada siswa, yang

    selama ini guru lebih banyak

    berfikir bagaimana saya harus

    mengajar, bukan bagaimana

    agar anak mampu belajar.

    Azas ketercernaan dan

    kebermaknaan atau

    Developmentally Appropriate

    Practice (DAP) harus

    menjadi pertimbangan pokok

    dalam merencanakan,

    mengelola dan mengevaluasi

    pembelajaran. Pertimbangan

    kematangan siswa, tingkat

    kesulitan materi, tujuan

    belajar, ketersediaan sarana

    prasarana, dan unsur-unsur

    pendukung lainnya senantiasa

    direncanakan dan dibuat

    secara matang.

    Azas DAP yang

    menjadi azas pembelajaran

    pendidikan jasmani di SD,

    dikembangkan menjadi

    beberapa azas yang terdiri

    dari : a) Azas pendidikan

    yang menyeluruh, b) Azas

    perumusan tujuan yang

    realistis, c) Azas

    Individualitas, d) Azas

  • partisipasi merata dan

    menyeluruh, e) Azas

    mengutamakan kesenangan

    dan kebebasan bergerak, f)

    Azas mengutamakan

    pengalaman sukses, dan g)

    Azas modifikasi tugas ajar.

    b. Aktivitas Ritmik Aktivitas ritmik adalah

    bagian dari senam atau senam

    irama, dengan kategori gerak

    stabilisasi, lokomosi dan

    manipulasi baik tertutup maupun

    terbuka. Sebagai bagian dari

    senam dalam pengajarannya

    siswa dituntut untuk

    memberikan respon yang relatif

    stabil, terkontrol berbeda dengan

    pembelajaran permainan,

    sebagaimana ditulis Sukarma

    (2001: 6) bahwa, lam hal belajar

    senam siswa dituntut untuk

    menguasai teknik gerakan

    dengan benar, jadi semua siswa

    diharapkan memberikan respon

    yang sama. Maka pada fase ini

    guru akan lebih baik

    menggunakan pendekatan

    formal dengan gaya komando.

    Pendekatan informal

    merupakan pendekatan yang

    menekankan agar siswa belajar.

    Pada situasi belajar diharapkan

    agar seluruh pribadi siswa

    berkembang. Aktivitas ritmik

    terstruktur bebas merupakan

    aktivitas berirama yang

    dilakukan secara bebas, tidak

    dibatasi dengan rambu-rambu

    gerak yang baku atau rambu-

    rambu musik yang baku

    sebagaimana SKJ yang

    dibakukan secara nasional.

    Aktivitas ini dapat

    dikembangkan secara mandiri

    oleh siswa atau diciptakan siswa

    bersama guru dengan musik

    pengiring yang dibuat sendiri

    dan untuk dinikmati sendiri atau

    orang lain.

    Dengan karakteristik

    demikian harus tercipta situasi

    belajar yang mencerminkan

    belajar kelompok, kerja sama

    untuk mencapai hasil belajar

    yang diharapkan, sebagaimana

    ditulis Sukarma (2001:6)

    bahwa;” ...apabila yang menjadi

    tujuan adalah memupuk kerja-

    sama, inisiatif, kreativitas dan

    keorganisasian siswa, maka

    pendekatan informal dengan

    gaya penugasan, kelompok

    kecil, dan pemecahan masalah

    dan lain sebagainya akan lebih

    mencapai sasaran.

    Penerapan pendekatan

    formal-informal ini meliputi

    penerapan metoda ceramah,

    metoda demonstrasi metoda

    komando, metode tugas, metode

    diskusi, metode tanya jawab,

    metoda penemuan dan metoda

    eksplorasi kelompok kecil.

    Pembelajaran aktivitas

    ritmik menggunakan pendekatan

    formal-informal akan

    memperoleh hasil yang optimal

    dengan pertimbangan bahwa,

    pembentukan gerak dasar

    aktivitas ritmik cukup rumit

    sehingga pada awal

    pembelajaran memerlukan

    proses pembelajaran yang

    seksama, disiplin dan

    bertanggungjawab, sehingga

    diperlukan pendekatan belajar

    yang mencerminkan suasana

    yang serius dan disiplin. Untuk

    itu pendekatan yang relevan

    dengan kondisi demikian adalah

    pendekatan formal yang terdiri

    dari metode ceramah,

    demonstrasi dan komando.

    Dalam rangka

    mengembangkan kreativitas

    siswa berdasarkan potensi siswa

    secara individual, kolektif dan

    memberikan kebebasan seluas-

    luasnya untuk belajar dengan

  • modal kemampuan teknik dasar

    gerak yang telah dimiliki, maka

    penerapan pendekatan informal

    akan memberikan peluang yang

    besar pada anak untuk

    mengembangkan bahan ajar

    secara mandiri dan kelompok.

    Musik adalah “bunyi yang

    diterima oleh individu dan

    berbeda-beda berdasarkan

    sejarah, lokasi, budaya dan

    selera seseorang” (Anonymous,

    2008). Di antara definisi sejati

    tentang musik adalah “Segala

    bunyi yang dihasilkan secara

    sengaja oleh seseorang atau

    kumpulan dan disajikan sebagai

    musik” (Anonymous, 2008).

    “Irama Cha-cha dan Poco-poco

    adalah sama dengan irama Mars,

    yakni memiliki birama 4/4, yang

    berarti bahwa pada setiap di

    antara dua garis birama dalam

    lagu tersebut mempunyai empat

    (4) hitungan 1,2,3,4 (Sutoto dkk,

    1993: 355).

    Pendekatan pembelajaran

    aktivitas ritmik terstruktur bebas

    melalui pendekatan formal-

    informal dan penggunaan media

    musik, diprediksi dapat

    menutupi kekurangan-

    kekurangan kompetensi guru,

    dan sekaligus akan lebih

    menghidupkan suasana/iklim

    belajar pendidikan jasmani di

    sekolah dasar serta akan

    menyelesaikan kesulitan belajar

    siswa, sesuai dengan konsep

    pendidikan jasmani yang

    menurut Rusli Lutan (1995/

    1996: 1-2) sebagai berikut :

    Pertama; penjaskes merupakan

    upaya sistematis untuk

    mengembangkan kepribadian

    anak, seperti pengembangan

    hormat diri (self esteem),

    kepercayaan diri, toleransi

    sesama kawan, dan lain-lain.

    Kedua; isi dari tugas ajar

    (learning tasks) diselaraskan

    dengan perkembangan anak.

    Suasana kegiatan lebih bebas

    untuk menyatakan diri dan

    bermain secara leluasa untuk

    mengenal lingkungan dalam

    situasi yang menggembirakan.

    Ketiga; Jika arah pengajaran

    pada keterampilan cabang

    olahraga, arahkan tekanan pada

    pengembangan gerak umum

    yang menyeluruh, namun tugas

    gerak, alat dan pelaksanaannya

    diubah sesuai dengan

    kemampuan anak.

    Keempat; Model pembelajaran

    lebih banyak ditandai oleh

    pemberian kesempatan bagi

    anak untuk mengekspresikan

    diri, berinisiatif dan

    memecahkan masalah secara

    kreatif, guru berperan mengelola

    PBM.

    Kelima; Meskipun TIU dan TIK

    adalah sasaran belajar, tetapi

    upaya dampak pengiring positif

    seperti pengembangan nalar,

    disiplin, kejujuran dan lain-lain

    dikembangkan.

    c. Pembelajaran Aktivitas Ritmik dengan Irama Mars

    1) Hakikat Pembelajaran Aktivitas Ritmik dengan

    Irama Mars

    Irama atau Ritme

    mengandung suara musik

    yang berjalan secara teratur,

    sehingga menjadi sebuah

    pola. Setiap lagu selalu

    mengandung iramanya

    sendiri-sendiri yang dapat

    dibedakan antara yang cepat,

    lambat dan sedang. Dilihat

    dari kecepatan irama tersebut,

    maka beberapa irama

    dinamakan secara berbeda,

    misalnya irama-irama yang

    cepat dinamakan irama Mars,

    sedang beberapa irama yang

  • lamban di sebut irama Wals

    dan lain-lain. Irama Mars

    termasuk ke dalam irama

    yang cepat dan umumnya

    bersuasana semangat, serta

    bersifat riang dan gembira.

    Oleh karena itu lagu-lagu

    Mars cocok untuk menjadi

    pengiring dalam

    pembelajaran aktivitas ritmik,

    terutama dalam

    memperkenalkan irama

    ketika mempelajari berbagai

    pola langkah yang sudah

    diuraikan dalam bagian

    sebelumnya.

    Sebagian besar tanda

    irama pada lagu-lagu

    berirama Mars menggunakan

    tanda irama 2/4, meskipun

    ada juga yang berirama 4/4,

    yang berirama sedang.. Tanda

    irama pada setiap lagu

    mempunyai arti sebagai

    berikut, misalnya : tanda

    Irama 2/4. Angka 2

    mempunyai arti bahwa di

    antara dua garis berirama

    dalam lagu tersebut terdapat 2

    ketukan/hitungan. Angka 4

    atau lengkapnya 1/4

    mengandung arti bahwa not

    itu harganya 1/4 dan

    mendapat 1 hitungan/

    ketukan. Dengan begitu

    hitungan dari irama 2/4 cukup

    dibunyikan dengan hitungan

    1-2, 1-2 dan seterusnya

    (ditandai oleh tangan dirigen

    yang hanya naik turun). Ini

    memungkinkan setiap

    ketukan ketika menyebut satu

    dan dua diwakili oleh

    masing-masing satu langkah.

    Lagu-lagu daerah dan

    lagu perjuangan kita banyak

    yang berirama Mars. Dengan

    demikian, kita tidak akan

    kehabisan sumber lagu yang

    dapat digunakan untuk

    mengajak anak-anak di

    sekolah untuk mempelajari

    berbagai aktivitas ritmik

    dengan memanfaatkan lagu-

    lagu kita sendiri.

    Beberapa contoh lagu

    yang bertempo Mars baik

    yang berirama 2/4 dan 4/4

    adalah : Contoh lagu

    berirama 2/4: (1) Manuk

    Dadali, (2) Hari Merdeka, (3)

    Si Patokaan, (4) Bambu

    Runcing, dan (5) Huhatee.

    Sedangkan contoh lagu

    berirama 4/4 adalah: (1) Maju

    Tak Gentar, (2) Halo-halo

    Bandung, (3) Berkibarlah

    Benderaku, (4) Apuse, dan

    (5) Dari Sabang sampai

    Merauke. Alangkah amat

    membantu jika semua

    mahasiswa berupaya

    memiliki buku-buku

    kumpulan lagu-lagu nasional

    dan daerah, yang biasanya

    dapat dengan mudah

    didapatkan di toko-toko buku

    di kota Anda. Di dalam buku

    tersebut, di samping ditulis

    syair lagunya secara utuh,

    juga dilengkapi oleh tanda

    nada serta not baloknya.

    Carilah tutor yang dapat

    memberikan petunjuk tentang

    bagaimana menyanyikan lagu

    tersebut secara benar. Ingat,

    guru Penjas idealnya harus

    juga menguasai pelajaran seni

    suara, serta mampu bernyanyi

    dan menari.

    Pembelajaran

    berbagai bentuk pola langkah

    dapat dilakukan dengan

    memilih lagu-lagu di atas,

    dan guru dapat menentukan,

    kira-kira pola langkah yang

    mana yang akan diberikan

    pertama kali. Sebagai

    panduan, pertama-tama tentu

    saja guru harus memilih pola

  • langkah 1 bagi-anak dari

    kelas rendah, atau bagi anak-

    anak kelas tinggi sekalipun,

    jika mereka baru memulai

    pembelajaran pola langkah

    ini.

    Pola langkah ini

    cocok untuk dijadikan awal

    pembelajaran karena sifatnya

    sangat alamiah dan sudah

    pasti dikuasai oleh semua

    anak. Pola langkah 1 adalah

    langkah biasa seperti pada

    orang berjalan biasa,

    langkahnya sederhana dan

    mudah dipahami. Karenanya,

    pembelajaran pola langkah 1

    tidak akan menimbulkan

    kesulitan sama sekali, karena

    tidak memerlukan lagi

    pemikiran seperti kalau harus

    mempelajari hal baru. Yang

    harus ditekankan oleh guru

    adalah, anak harus mencoba

    melakukan langkah 1 dengan

    mengikuti irama dan secara

    perlahan-lahan mengisi setiap

    langkahnya dengan

    kandungan ekspresi perasaan

    sehingga gerakan langkah

    anak menjadi gerak ekspresif.

    Setelah pola langkah 1

    dikuasai, atau sebagai variasi,

    guru dapat meminta anak

    untuk mencoba irama yang

    sama dengan pola langkah 2

    dan pola langkah 4. Tidak ada

    perbedaan yang mencolok

    dalam hal iramanya ketika

    menggunakan pola langkah 1

    dengan ketika menggunakan

    pola langkah 2 atau langkah

    4. Perbedaannya hanya

    terletak pada keharusan

    melakukan penutupan

    langkah pada hitungan yang

    diminta. Misalnya, selalu

    melakukan langkah penutup

    (mempertemukan kedua kaki

    pada satu titik) pada hitungan

    kedua ketika melakukan pola

    langkah 2. Demikian juga

    pada pola langkah 4.

    Konsekuensinya, biasanya

    jumlah langkah ke depan dan

    atau ke belakang serta ke

    samping, harus di tambah.

    Irama Mars yang

    bersemangat serta riang harus

    mampu menyebabkan anak

    merasakan suasana semangat

    dan riang dalam melakukan

    langkahnya. Ajaklah anak-

    anak tersenyum, dan

    yakinkan bahwa setiap

    langkahnya semakin dipenuhi

    oleh semangat yang semakin

    besar. Ajaklah semua anak

    bernyanyi bersama, sambil

    melakukan langkah-langkah

    sederhana dari pola langkah

    1.

    Sebagai pemula, awali

    pembelajaran langkah ini

    dengan langkah di tempat

    secara klasikal. Ini juga untuk

    membiasakan koordinasi

    antara menyanyi dan

    melakukan gerak langkah.

    Jika hal ini masih

    menyulitkan siswa, guru

    harus membagi anak ke

    dalam minimal dua

    kelompok, sehingga satu

    kelompok bertugas menyanyi,

    dan kelompok kedua

    melakukan gerak langkah.

    Setelah beberapa kali, tugas

    menyanyi tadi dapat

    bergantian, sehingga berperan

    saling melengkapi.

    2) Langkah Dasar Irama Mars Langkah Dasar yang

    digunakan pada Irama Mars

    adalah sebagai berikut:

    1) Langkah Dasar Maju Sikap Awal: Berdiri tegak

    dengan kedua kaki sejajar

    dengan jarak kurang lebih

    10 cm dan kedua tangan

  • bebas di samping badan.

    Hitungan 1: Langkahkan

    kaki kiri ke depan satu

    langkah. Hitungan 2:

    Langkahkan kaki kanan ke

    depan satu langkah sejajar

    dengan kaki kiri tetapi

    agak ke depan sedikit.

    Selanjutnya diteruskan

    oleh kaki kiri hingga

    hitungan ke 8 dan kembali

    ke sikap awal.

    2) Langkah Dasar Mundur Sikap Awal: Berdiri tegak

    dengan kedua kaki sejajar

    dengan jarak kurang lebih

    10 cm dan kedua tangan

    bebas di samping badan.

    Hitungan 1: Langkahkan

    kaki kiri ke belakang atau

    mundur satu langkah.

    Hitungan 2: Langkahkan

    kaki kanan ke belakang

    atau mundur satu langkah

    tidak sejajar dengan kaki

    kiri tetapi lebih ke

    belakang sedikit.

    Selanjutnya diteruskan

    oleh kaki kiri hingga

    hitungan ke 8 dan kembali

    ke sikap awal.

    3) Langkah Dasar Samping Kiri Sikap Awal

    Langkah dasar samping

    kiri sikap awal terdiri dari:

    Berdiri tegak dengan

    kedua kaki sejajar dengan

    jarak kurang lebih 10 cm

    dan kedua tangan bebas di

    samping badan. Hitungan

    1: Langkahkan kaki kiri ke

    samping kiri satu langkah.

    Hitungan 2: Langkahkan

    kaki kanan ke samping kiri

    satu langkah rapat dengan

    kaki kiri. Selanjutnya

    diteruskan oleh kaki kiri

    hingga hitungan ke 8 dan

    kembali ke sikap awal.

    4) Langkah Dasar Samping Kanan Sikap Awal

    Berdiri tegak dengan

    kedua kaki sejajar deagan

    jarak kurang lebih 10 cm

    dan kedua tangan bebas di

    samping badan. Hitungan

    1: Langkahkan kaki kanan

    ke samping kanan satu

    langkah. Hitungan 2:

    Langkahkan kaki kiri ke

    samping kanan satu

    langkah rapat dengan kaki

    kanan Selanjutnya

    diteruskan oleh kaki kanan

    hingga hitungan ke 8 dan

    kembali ke sikap awal.

    5) Langkah Dasar di Tempat Sikap Awal: Berdiri tegak

    dengan kedua kaki sejajar

    dengan jarak kurang dari

    10 cm dan kedua tangan

    bebas di samping badan.

    Hitungan 1: Angkat kaki

    kiri setinggi 10 cm dari

    lantai dan letakkan

    kembali di samping kaki

    kanan. Hitungan 2: Angkat

    kaki kanan setinggi 10 cm

    dari lantai dan letakkan

    kembali di samping kaki

    kiri. Selanjutnya

    diteruskan oleh kaki kiri

    hingga hitungan ke 8 dan

    kembali ke sikap awal.

    6) Langkah dasar gabungan dalam berbagai posisi

    Setelah setiap langkah

    dasar di atas dikuasai

    anak, tiba saatnya bagi

    mereka untuk

    menggabungkan

    semuanya. Langkah

    penggabungan bisa

    dilakukan secara bertahap,

    misalnya mintalah anak

    untuk menggabungkan

    antara langkah ke depan

    dan ke belakang dulu.

    Artinya setelah delapan

  • hitungan langkah ke

    depan, berikutnya

    sambung dengan langkah

    ke belakang delapan

    hitungan. Lakukan sambil

    bernyanyi bersama. Ulang

    beberapa kali, sampai

    mayoritas anak dianggap

    guru menguasai

    penggabungan tersebut.

    Berikutnya tambahkan

    delapan hitungan langkah

    ke samping kiri dan ke

    samping kanan, di antara

    dua kali ke depan dan ke

    belakang. Berikutnya

    gabungkan pula langkah di

    tempat. Setelah semua

    langkah dasar tadi

    digabung dalam pola yang

    sederhana, berikutnya ajak

    anak untuk melakukan

    penggabungan tersebut

    dalam berbagai posisi.

    Langkah dasar dalam

    berbagai posisi dapat

    dilakukan oleh siswa

    beregu atau kelompok,

    setiap kelompok dapat

    berjumlah 10 sampai 25

    orang dan dapat pula

    dilakukan oleh kelompok

    campuran putra dan putri

    atau sekelompok dari jenis

    kelamin yang sama, seperti

    contoh di bawah ini: Dua

    baris membujur, pada

    posisi gerakan ini dapat

    dilakukan gerakan-gerakan

    dasar maju/mundur,

    langkah samping

    kiri/kanan dan langkah di

    tempat.

    d. Media Pendidikan Senam Secara umum media bisa

    diartikan sebagai alat atau sarana

    komunikasi atau untuk

    menyampaikan informasi dari

    suatu pihak ke pihak lain (Aip

    Syarifuddin, 1996: 71). Media

    pendidikan jasmani artinya

    sarana yang bisa digunakan

    untuk menyampaikan informasi

    atau pesan yang berkaitan

    dengan pendidikan jasmani.

    Media dimaksud harus

    menunjang tujuan proses belajar

    mengajar dan juga membantu

    proses berpikir siswa agar dapat

    dengan segera memahami

    informasi dimaksud. Media

    pendidikan jasmani secara

    umum juga bisa disampaikan

    melalui berbagai macam media

    seperti: Surat kabar, majalah,

    radio, televisi, film, video, OHP,

    gambar-gambar dan sebagainya

    (Abdul Kadir Ateng, 1992: 21).

    Untuk kepentingan

    kegiatan pembelajaran

    pendidikan jasmani, alat seperti

    tersebut di atas kalau ada dan

    bisa diadakan memang akan

    sangat membantu guru maupun

    siswa. Misalnya film

    intruksional tentang

    pembelajaran suatu rangkaian

    gerak lompat jauh gaya jonggok,

    dapat dilihat dengan jelas oleh

    para siswa dan dapat diulang

    beberapa kali. Video camera

    dapat memperlihatkan kembali

    kegiatan atau gerakan yang telah

    dilakukan oleh siswa kita, dan

    dapat dijadikan sebagai bahan

    untuk mengkoreksi kegiatan

    selanjutnya.

    Untuk kepentingan dalam

    kegiatan pendidikan jasmani

    bukan berarti guru tidak bisa

    menyampaikan informasi dalam

    bentuk gambar kepada siswa

    karena tidak mempunyai kamera

    video atau TV. Namun masih

    bisa dibuat alat bantu untuk

    menyampaikan informasi

    kepada siswanya dengan

    memodifikasi. Media yang

    sederhana itu dapat dibuat

    sendiri oleh guru atau juga dapat

  • menugaskan kepada siswanya.

    Media yang dimaksud tersebut

    adalah berupa foto atau gambar.

    Misalnya gambar yang

    menunjukkan rangkaian gerak

    lompat jauh atau rangkaian

    gerak lari mulai start sampai

    finish. Gambar yang ditampilkan

    tersebut sebaiknya gambar

    berupa rangkaian gerak secara

    keseluruhan. Agar anak punya

    landasan pengetahuan tentang

    gerak yang harus ia lakukan dari

    awal sampai selesai.

    Pengadaan media

    pembelajaran pendidikan

    jasmani di sekolah dirasakan

    perlu, sebab hal tersebut akan

    membantu guru maupun siswa

    dalam persiapan maupun

    pelaksanaan PBM pendidikan

    jasmani. Media pengajaran

    penjaskes adaptif disesuaikan

    dengan kebutukan untuk setiap

    jenis kelainan, apalagi bila

    media yang disediakan, berupa

    media pembelajaran yang lebih

    canggih. Sehingga kegiatan

    apapun yang akan, sedang

    maupun yang sudah dilakukan

    bisa direview ulang sebagai

    umpan balik untuk kegiatan

    selanjutnya.

    3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai

    dalam penelitian ini adalah ingin

    mengetahui apakah ada

    peningkatan hasil belajar aktivitas

    ritmik dengan gerak irama mars

    melalui media bantu gambar dan

    musik pada siswa kelas V SDN

    Simpasai Tahun Pelajaran

    2012/2013.

    B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian yang

    digunakan adalah penelitian

    kuantitatif deskriptif. Penelitian

    kuantitatif adalah suatu metode

    penelitian yang menggunakan

    angka-angka dan skala-skala

    tertentu yang akan diukur

    (Arikunto, 2006: 326). Sedangkan

    penelitian deskripsi adalah suatu

    bentuk penelitian yang paling

    dasar. Penelitian ini mengkaji

    bentuk aktivitas, karakteristik,

    perubahan, hubungan, kesamaan

    dan perbedaannya dengan

    fenomena lain (Nanah S.

    Sukmadinata, 2010: 72).

    Adapun rancangan penelitian

    yang digunakan dalam ini

    menggunakan Paradigma

    Sederhana. Rancangan penelitin

    tersebut di gambarakan sebagai

    berikut (Sugiyono, 2010: 66) :

    Gambar 1. Paradigma Sederhana

    Keterngana:

    X = Aktivitas Ritmik

    Y = Gerak Irama Mars

    2. Instrumen Penelitian a. Laptop b. LCD Proyektor c. Video dan Audio d. Format Penilaian Gerak Irama

    Mars

    3. Sumber Data a. Data primer

    Data primer adalah sumber data

    yang langsung memberikan data

    kepada pengumpul data atau

    data yang dikumpulkan sendiri

    oleh perseorangan atau suatu

    organisasi langsung melalui

    obyeknya. Contoh: Observasi

    tentang keadaan lokasi

    penelitian, tes perbuatan,

    maupun penyebaran angket.

    b. Data Sekunder Data sekunder adalah adalah

    sumber yang tidak langsung

    memberikan data kepada

    pengumpul data, contohnya

    lewat orang lain atau lewat

    dokumen. Contoh: Buku,

    X

    Y

    r

  • majalah, surat-surat, dokumen

    sekolah dan informasi lain yang

    berkaitan dengan penelitian.

    4. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

    a. Teknik Pengumpulan Data Langkah-langkah pelaksanaan

    tes sebagai berikut:

    1. Melakukan pre test atau tes awal untuk mengukur hasil

    belajar gerak ritmik siswa

    dengan bantuan media

    gambar dan musik (LCD

    Proyektor).

    2. Memberikan waktu 1 menit (60 detik) untuk melakukan

    latihan pemanasan untuk

    melemaskan otot-otot yang

    kaku.

    3. Cara pelaksanaan tes adalah dengan menyuruh siswa

    secara satu persatu

    memperagakan gerak ritmik

    sesuai dengan panduan dalam

    media LCD Proyektor yang

    diputar.

    4. Cara memberikan skor adalah dengan melihat 5 aspek

    penilaian, yaitu: (1)

    penguasaan koordinasi gerak

    langkah,(2) penguasaan gerak

    rangkaian keseluruhan, (3)

    ekspresi dan penghayatan, (4)

    kesungguhan pelaksanaan

    gerakan, dan (5) kesan

    keseluruhan.

    5. Memberikan treatment (latihan) selama 1 minggu

    dengan melakukan latihan-

    latihan gerak ritmik, baik di

    sekolah maupun di rumah

    masing-masing siswa.

    6. Melakukan post test atau tes akhir setelah diberikan

    treatment (latihan)

    Adapun petugas yang

    berperan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut: Guru

    Penjasorkes SDN Simpasai

    bertugas sebagai koordinator

    pelaksana tes, Ahmadin

    (peneliti) bertugas sebagai

    pengamat dan pengambil nilai,

    Siswa dan siswi SDN Simpasai

    sebagai obyek yang akan dinilai.

    Aspek yang dinilai yaitu : 1)

    penguasaan koordinasi gerak

    langkah, 2) penguasaan gerak

    rangkaian keseluruhan, 3)

    ekspresi dan penghayatan, 4)

    kesungguhan pelaksanaan

    gerakan, dan 5) kesan

    keseluruhan.

    Skala penilaian 1-5 aspek

    tersebut adalah:

    1 = Gerakan yang dilakukan

    tidak sesuai dengan konsep

    2 = Gerakan yang dilakukan

    sebagian kecil sesuai dengan

    konsep

    3 = Gerakan yang dilakukan

    sebagian sesuai dengan konsep

    4 = Gerakan yang dilakukan

    sebagian besar sesuai konsep

    5 = Gerakan yang dilakukan

    sesuai dengan konsep

    b. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis

    data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah dengan

    menggunakan rumus regresi

    sederhana yaitu:

    Rumus : Y = a + b X

    Keterangan :

    Y = Variabel dependen

    A = Intercept atau nilai Y pada

    saat X = 0

    X = Variabel Independen

    b = Slope/kemiringan

    (Sugiyono, 2008 : 262).

    Dengan rumus persamaan

    product moment sebagai berikut:

    rxy =

    22 yx

    xy

    Keterangan :

    r xy = koefisien korelasi

    ∑xy = jumlah hasil kali skor x

    dengan skor y

  • ∑x2 = jumlah skor yang

    dikuadratkan dalam

    variabel x

    ∑y2 = jumlah skor yang

    dikuadratkan dalam

    variabel y

    N = banyak subyek skor x

    dan y yang berpasangan

    (Arikunto, 2006: 274)

    Pengujian hipotesis

    menggunakan taraf signifikasi

    5% tabel nilai Product Moment

    dengan kriteria sebagai bentuk :

    Bila r hitung .> r tabel maka ha

    diterima, Bila r hitung .< r tabel

    maka ho ditolak (Arikunto,

    2006: 276).

    Kemudian Untuk menguji

    keberartian regresi linier

    sederhana digunakan rumus F

    statistik sebagai berikut:

    F reg =

    2

    2

    1

    2

    r

    nr

    F reg = Keberartian Regresim

    Linear Sederhana

    r2 = Nilai regresi yang

    dikuadratkan

    n-2 = Jumlah sampel

    dikurangi 2

    1-r2 = 1 dikurangi nilai

    regresi kuadrat

    C. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data

    diperoleh garis persamaan regresi

    antara hasil belajar aktivitas ritmik

    dengan gerak irama mars melalui

    media bantu gambar dan musik yaitu

    Y= 321,76+(-19,92)X, nilai koefisien

    korelasi antara kedua variabel tersebut

    menunjukan r hitung > r tabel (0,997 >

    0,378), serta nilai Fhitung =2654,67

    setelah dikonsultasikan dengan F tabel

    pada taraf signifikan 5% dengan

    deraja kebebasan 18 – 2 = 16 (db =

    16) yaitu 0,400, menunjukkan bahwa

    Fhitung = 2654,67 > Ftabel = 0,400. Hal

    ini menunjukkan bahwa persamaan

    regresi yang diperoleh yaitu Y=

    321,76+(-19,92) X dapat digunakan

    untuk menganalisis hasil belajar

    aktvitas ritmik dengan gerak irama

    mars melalui media bantu gambar dan

    musik. Di samping itu, dari hasil

    perhitungan diperoleh nilai koefisien

    korelasi (r) yaitu 0,997 serta koefisien

    determinasi (r2) yang diperoleh yaitu

    0,994009 yang berarti bahwa hasil

    belajar gerak ritmik dengan gerak

    irama mars yaitu 99% keberhasilannya

    ditentukan oleh ketersediaan atau

    keterlibatan media bantu dalam belajar

    yaitu media gambar dan musik

    maupun intensitas latihan yang teratur.

    Dengan demikian maka hipotesis

    alternatif (Ha) yang diajukan yaitu

    “Ada peningkatan hasil belajar

    aktivitas ritmik dengan gerak irama

    mars melalui media