20140424133746_6839
-
Upload
tuti-alawiyah -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of 20140424133746_6839
SINOPSIS TESIS
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP
PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI PUSTU
TAMANSARI MUMBULSARI TAHUN 2014
Disusun untuk memenuhi persyaratan seleksi masuk Pascasarjana Kebidanan Universitas Brawijaya Malang
Oleh :
DIAN ABY RESTANTY
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi (AKB) masih jauh dari target Millenium Development
Goal's (MDGs) yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di
Indonesia berdasarkan hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2013 mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingkan
2007, yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi, angka kematian bayi
(AKB) di Indonesia masih tetap tergolong tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN seperti Singapura (3 per 1000 kh), Brunei Darussalam (8
per 1000 kh), Malaysia (10 per 1000 kh), Vietnam (18 per 1000 kh), dan Thailand
(20 per 1000 kh).
Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak
disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma lahir,
kelainan kongenital dan hyperbilirubin. (SDKI dalam http://www.poltekes-
pontianak.ac.id.2010). Penyakit terbesar yang menyebabkan morbiditas dan
mortalitas pada bayi dan balita di Indonesia antara lain : ISPA dan pneumonia,
diare, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 29%, afiksia (kesulitan bernafas
saat lahir) sebesar 27%, masalah nutrisi dan infeksi sebesar 10%, DHF, bronkitis,
kejang demam, hiperbilirubin, tetanus neonatorum. Angka kematian tersebut bisa
diturunkan dengan cara pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu memberikan ASI
saja pada bayi selama 6 bulan.
Salah satu cara meningkatkan produksi ASI pada ibu nifas adalah dengan
cara pemberian suplemen vitamin A. Vitamin ini berfungsi untuk pertumbuhan
epitel seluruh tubuh diantaranya epitel otak dan payudara. Di otak vitamin A
merangsang sekresi hormon prolaktin sebagai prekusor proses laktasi. Selain itu
vitamin A berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi pembentukan kekebalan
dan fungsi reproduksi (Adriani, 2012). Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas
dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga pemberian
kapsul vitamin A (200.000 unit) pada ibu nifas sangatlah penting. Manfaat
vitamin A selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat juga meningkatkan
kelangsungan hidup anak serta membantu pemulihan kesehatan ibu nifas yang
erat kaitannya dengan anemia dan mengurangi resiko buta senja pada ibu
menyusui yang sering terjadi karena kekurangan vitamin A. (Saleha, 2009).
Tercukupinya vitamin A dalam tubuh ibu akan meningkatkan kualitas ASI.
Pada bulan Desember 2002, The International Vitamin A Consultative Group
(IVACG) mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya
menerima 400.000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200,000 SI. Pemberian
kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan
satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu
kemudian. Sebagai tambahan atau sebagai alternatif, ibu pasca melahirkan dapat
mengkonsumsi vitamin A dosis 10.000 SI setiap harinya atau 25.000 SI sekali
seminggu selama 6 bulan pertama, guna meningkatkan status vitamin A dalam
tubuhnya. Ibu menyusui membutuhkan vitamin A yang tinggi bagi produksi ASI
(Adriani, 2012). Menurut Kurnia Dewi (2013) faktor- faktor yang mempengaruhi
produksi ASI adalah status gizi ibu, posisi menyusui, inisiasi ASI, posisi
menyusui, gangguan emosi, kontrasepsi hormon, puting susu nyeri, serta kualitas
dan kuantitas asupan makanan. Status gizi ibu selama menyusui berhubungan
dengan pemenuhan kalori, protein, mineral dan vitamin yang sangat tinggi. Pada
ibu nifas atau menyusui kebutuhan vitamin A yang dibutuhkan adalah 850 RE
atau 2805 SI. 2 kapsul vitamin A 2 kali @ 200.000 SI untuk ibu nifas perlu di
terapkan dalam program.
Fenomena yang terjadi di wilayah kerja pustu Tamansari Mumbulsari
banyak ibu yang mengeluh produksi ASI nya tidak lancar pada minggu pertama.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di pustu Tamansari cakupan pemberian
kapsul vitamin A bagi ibu nifas hanya 80% dari target cakupan (2011/2012) yaitu
100 %. Dari 10 responden yang telah diberi kapsul vitamin A hanya 8 responden
yang meminumnya dan 2 lainnya tidak meminumnya. Kurangnya cakupan
tersebut menurut responden yaitu salah satunya disebabkan karena ketidaktahuan
ibu tentang pentingnya vitamin A pada masa nifas terutama yang berhubungan
dengan produksi ASI.
Cakupan ibu nifas yang mendapatkan vitamin A di wilayah Puskesmas
Mumbulsari tahun 2009 hanya 49,24%, masih sangat rendah dibandingkan target
Nasional sebesar 90%. Tidak tercapainya target dikarenakan faktor kurangnya
pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A, kurangnya dukungan dari tenaga
kesehatan dan distribusi vitamin A. Hasil studi pendahuluan di wilayah
puskesmas Mumbulsari, dari 10 orang ibu nifas, terdapat 80% tidak mengetahui
pentingnya pemberian kapsul vitamin A setelah melahirkan dan bidan tidak
memberikan vitamin A pada ibu nifas sebesar 90%, karena tidak tersedianya
kapsul vitamin A di puskesmas.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “Pengaruh pemberian vitamin A terhadap produksi ASI di Pustu
Tamansari Mumbulsari tahun 2014”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut,
“Apakah pengaruh pemberian vitamin A terhadap produksi ASI di Pustu
Tamansari Mumbulsari tahun 2014 ? ”.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin A terhadap produksi
ASI di Pustu Tamansari Mumbulsari tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi produksi ASI pada ibu post partum yang
tidak diberi vitamin A di Pustu Tamansari Mumbulsari.
1.3.2.2. Mengidentifikasi produksi ASI pada ibu post partum yang
diberi vitamin A di pustu Tamansari Mumbulsari.
1.3.2.3. Menganalisa pengaruh pemberian vitamin A terhadap
produksi ASI ibu post partum di pustu Tamansari
Mumbulsari
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Bagi Peneliti
Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pandangan dan pengetahuan peneliti tentang bagaimana cara
meningkatkan produksi ASI serta sebagai pengalaman proses belajar
mengajar khususnya dalam bidang metodologi penelitian.
1.4.2. Bagi IPTEK
Diharapkan penelitian ini disajikan sebagai referensi dan masukan
untuk pengembangan ilmu dan bahan pengajaran bagi instansi
pendidikan, khususnya mengenai pengaruh pemberian vitamin A
terhadap produksi ASI ibu post partum.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca dan masyarakat luas umumnya dan khususnya
pada ibu post partum tentang bagaimana cara meningkatkan
produksi ASI pada ibu post partum dan pentingnya vitamin A
terhadap produksi ASI.
1.4.4. Bagi Pengembang Penelitian Selanjutnya
Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian agar lebih baik
lagi dan menggunakan alat ukur yang lebih canggih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Vitamin A
2.1.1 Definisi Vitamin A
Vitamin A atau retinol adalah suatu substansi yang larut dalam
lemak dan terdapat pada hati (terutama hati ikan), kuning telur dan
produk susu. Terdapat sejumlah ikatan organik yang mempunyai
aktivitas vitamin A yang semuanya mengandung gelang beta ionon di
dalam struktur molekulnya. Ikatan kimia yang mempunyai aktivitas
vitamin ini disebut preformed vitamin A, sebagai lawannya ialah
provitamin A atau prekusor vitamin A, yang terdiri atas ikatan- ikatan
karoten. Deretan homolog preformed vitamin A ialah vitamin A
alkohol, vitamin A aldehida dan vitamin A asam. Preformed vitamin
A sekarang diberi nama retinol, dan homolgnya retinal dan retinoic
acid (Sediaoetama,2010).
Terdapat dua jenis vitamin A, yaitu vitamin A1 dan vitamin A2
yang disebut dehydro vitamin A. Perbedaan dalam struktur keduanya
ialah adanya dua ikatan tak jenuh dalam cincin beta ionon pada
vitamn A2, sedangkan vitamin A1 hanya mengandung satu ikatan
kembar pada cincin tersebut. Preformed vitamin A terdapat khusus
dalam bahan makanan hewani, sedangkan bahan makanan nabati
hanya mengandung provitamin A, yang disebut ikatan karoten. Kita
dapatkan karoten alpha, beta dan gamma sebagai prekursor vitamin A,
sedangkan karoten delta, tidak bersifat provitamin A. Semua prekursor
vitamin A mengandung gelang beta ionon, bahkan beta karoten
mngandung dua gelang beta ionon (Sediaoetama, 2010) Bila
menyebut vitamin A saja, biasanya yang dimaksud ialah vitamin A1
alkohol. Sumber vitamin A performed ialah hati, ginjal, minyak ikan
merupakan sumber vitamin A performed yang dipekatkan dan biasa
dipergunakan sebagai obat sumber vitamin A dan vitamin D
(Sediaoetama, 2010).
2.1.2 Fungsi Vitamin A
2.1.2.1 Fungsi vitamin A pada metabolisme umum
Pada metabolisme umum fungsi ini tampaknya erat berkaitan
dengan metabolisme protein.
a. Integritas epitel
Pada defisiensi vitamin A terjadi gangguan struktur maupun
fungsi epitelium, terutama yang berasal ektoderm. Epitel kulit
menebal dan terjadi hyperkeratosis. Kulit menunjukkan xerosis
(kering) dan garis- garis gambaran kulit tampak tegas. Pada
mulut folikel rambut terjadi gumpalan kreatin yang dapat diraba
keras, memberikan kesan berbonjol- bonjol seperti kulit kodok
tanah (toadskin). Kondisi ini disebut juga phrenoderma atau
hyperkeratosis follicularis. Permukaan kulit tersebut sering pula
terasa gatal (pruritus).
b. Pertumbuhan
Pada defisiensi vitamin A terjadi hambatan pertumbuhan.
Rupanya dasar hambatan pertumbuhan ini karena hambatan
sintesa protein. Gejala in tampak terutama pada anak- anak
(BALITA), yang sedang ada dalam periode pertumbuhan yang
sangat pesat. Tampaknya sintesa protein memerluka vitamin A,
sehingga pada defisiensi vitamin ini terjadi hambatan sintesa
protein yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan. Telah
dilaporkan bahwa pada defisiensi vitamin A terdapat penurunan
sintesa RNA, sedang RNA merupakan satu faktor penting pada
proses sintesa protein.
c. Permeabilitas membran
Berbagai percobaan in vitro maupun in vivo menunjukkan
bahwa vitamin A berperan dalam mengatur permeabilitas
membran sel maupun membran dari suborganel selular. Melalui
pengatura permeabilitas membran sel, vitamin A mengatur
konsentrasi zat- zat gizi di dalam sel yang diperlukan untuk
metabolisme sel.
d. Pertumbuhan Gigi
Ameloblast yang membentuk email sangat dipengaruhi oleh
vitamin A. Pada kondisi kekurangan vitamin A ketika bakal gigi
dibentuk, terjadi hambatan pada fungsi ameloblast, sehingga
terbentuklah email gigi yang defektif dan sangat peka terhadap
pengaruh faktor- faktor cariogenik.
e. Produksi Hormon Steroid
Diketahui bahwa vitamin A berperan di dalam sintesa hormon-
hormon steroid. Terdapat sejumlah hormon steroid yang
bersangkutan dengan proses kehamilan dan proses pengaturan
keseimbangan garam dan cairan tubuh. Berbagai penelitian dan
percobaan menunjukkan bahwa pada defisiensi vitamin A terjadi
hambatan pada sintesa hormon- hormon steroid.
2.1.3 Sumber dan Metabolisme Vitamin A
Telah dibicarakan bahwa preformed vitamin A terdapat di dalam
bahan makan makanan hewani, sedangkan provitamin A di dalam
bahan makanan nabati. Sumber yang kaya akan preformed vitamin A
adalah hati dan ginjal, sedangkan jumlah yang lebih rendah terdapat di
dalam jantung dan paru- paru. Minyak ikan merupakan pekatan
sumber vitamin A dan vitamin D, dan sering dipergunakan sebagai
obat yang mengandung vitamin A dan vitamin D, dan sering
dipergunakan sebagai obat yang mengandung vitamin A dan vitamin
D konsentrasi tinggi. Sumber nabati ialah sayur yang berwarna hijau
dan buah- buahan dengan daging berwarna kuning, merah sampai
biru. Semakin hijau warna sayur, semakin tinggi kandungannya akan
aktivitas vitamin A. Dalam bahan makanan nabati ini kegiatan vitamin
A terdapat dalam bentuk provitamin, campuran berbagai jenis karotin,
dengan kadar terbanyak beta karotin. Preformed vitamin A dalam
bahan makanan hewani terdapat dalam bentuk ester dengan asam
lemak, terutama asam stearat, asam palmitat dan asam oleat. Vitamin
A aldehida terdapat di dalam telur, baik telur unggas (ayam, bebek)
maupun telur ikan. Di dalam bahan makanan tidak terdapat asam
vitamin A secara alamiah. Di dalam saluran pencernaan, ester vitamin
dihidrolisa dan retinol yang terbebas diserap dengan proses
penyerapan aktif melalui epitel dinding saluran usus halus.
Provitamina diserap sambil diubah menjadi vitamina (retinol) di
dalam sel epitel usus. Untuk menghidrolisa ester vitamina diperlukan
enzim hydrolases dan untuk pengubahan karotin menjadi vitamin A
diperlukan enzim 5,5’hidrolase. Enzim ini terdapat terutama di dalam
sel epithel mukosa usus dan sel hati.
Untuk penyerapan karotin diperlukan adanya empedu,
sedangkan empedu tidak esensial bagi penyerapan preformed vitamin
A, tetapi adanya empedu meningkatkan penyerapan preformed
vitamin A ini. Setelah diabsorpsi vitamin A dijadikan ester kembali
dan ditranspor oleh khylomikron melalui ductus thoracicus, masuk ke
aliran darah di anggulus venosus. Vitamin A kemudian ditangkap oleh
sel- sel parenchym hati. Sebagian vitamin A disimpan di sel hati, dan
sebagian lagi dihidrolisa menjadi retinol dan dikonjugasikan dengan
pRBP (plasma retinol binding protein) dan dikeluarkan lagi dari sel
hati ke dalam aliran darah. Di dalam plasma diikat lagi oleh
prealbumin dan sebagai komplek retinol- pRBP-PA vitamin A ini
ditranspor dari tempat penimbunan di hati ke sel- sel target yang
memerlukan vitamin A di seluruh jaringan tubuh. Bentuk transpor
vitamin A di dalam plasma terdapat dua jenis, ialah vitaminA ester di
dalam VLDL dan LDL (very low density lipoprotein=chylomikron;
low density lipoprotein) sebagai bentuk transpor dari usus ke hati dan
retinol –pRBP- PA kompleks merupakan bentuk transpor dari tempat
penimbunan di hati ke jaringan sel- sel target yang memerlukan
vitamin tersebut. Vitamin A diabsorpsi sempurna pesat, praktis dan
sempurna. Kadar dalam plasma mencapai puncak setelah 4 jam,
reabsorpsinya lebih cepat jika dalam bentuk larutan air daripada
minyak. (Sediaoetama, 2010)
2.1.4 Kebutuhan vitamin A pada ibu nifas
Pada ibu nifas atau menyusui kebutuhan vitamin A yang
dibutuhkan adalah 850 RE atau 2805 SI. 2 kapsul vitamin A 2 kali @
200.000 SI untuk ibu nifas perlu di terapkan dalam program.
Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan panduan yang berisi informasi
yang berkaitan dengan vitamin A untuk praktisi kesehatan di
lapangan. Perilaku tenaga kesehatan dalam pemberian vitamin A bagi
ibu nifas yaitu pada ibu nifas diberikan vitamin A sebanyak 2 x
200.000 SI dalam kurun waktu 2 (dua) hari berturut-turut pada masa
nifas (0-42 hari) yang diberikan 1 (satu) kapsul. Vitamin A 200.000 SI
warna merah pertama diminum segara setelah melahirkan dan 1 (satu)
kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah kedua diminum pada hari
berikutnya minimal 24 jam sesudah kapsul pertama. Target
pemerintah pemberian vitamin A pada ibu nifas 100%. (Depkes RI,
UNICEF, HKI, 2005).
2.1.5 Waktu Paruh Vitamin A
Vitamin A setelah dilarutkan di dalam air minum dapat
berkurang kadarnya sebanyak 50% dalam waktu 6 jam. Oleh
karenanya perlu penanganan sedemikian rupa (misalnya vitamin
diberikan selama 2 jam) agar vitamin tidak rusak selama pemberian.
2.2 Konsep Dasar ASI
2.2.1 Definisi ASI
ASI adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
wanita melalui proses laktasi dan merupakan makanan bernutrisi,
berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan
yang dapat membantu penyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal saat
bayi dalam kondisi yang paling rentan. Komposisi ASI tidak selalu
sama, komposisinya bervariasi menurut usia bayi, dan bervariasi dari
awal hingga akhir menyusui, komposisinya juga bervariasi di antara
waktu-waktu menyusui (Afifah, 2009). Air Susu Ibu (ASI) adalah
bahan makanan alami, ideal, dan fisiologis, mengandung nutrien
lengkap dengan komposisi yang sesuai bagi bayi yang lahir dengan
cukup umur dalam bulan –bulan pertama kehidupan mereka
(Handayani D,2007). ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan yang utama bagi
bayi (Roesli, 2000). ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, antialergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Purwanti,2004).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan ASI adalah cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi
mengandung nutrien lengkap dan komposisi yang sesuai dengan bayi.
2.2.2 Proses Pembentukan ASI
2.2.2.1. Anatomi Payudara
Payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan bagian
dalam (internal). Bagian luar terdiri dari :
a. Sepasang buah dada yang terletak di dada
b. Puting susu
c. Daerah kecoklatan disekitar puting susu (areola mammae).
d. Kelenjar susu (mammary alveoli), merupakan pabrik susu
berbentuk seperti buah anggur. Dinding terdiri dari sel-sel
yang memproduksi ASI bila dirangsang oleh hormon
Prolaktin.
e. Gudang susu (sinus lactiferous) yang berfungsi menampung
ASI terletak dibawah daerah kecoklatan disekitar puting
susu.
f. Saluran susu (ductus lactiferous) yang menyalurkan ASI
dari pabrik susu ke gudang.
g. Jaringan penunjang dan pelindung (otot polos Myoepithel)
bila dirangsang oleh hormon oksitosin,otot yang melingkari
pabrik ASI akan mengkerut menyemprotkan ASI di
dalamnya, mengalir ke dalam saluran payudara berakhir
pada gudang susu (Purwanti,2004).
2.2.2.2. Hormon dan Refleks yang Menghasilkan ASI
ASI diproduksi atas kerja gabungan antara hormon dan
refleks. Selama kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon
yang berfungsi menyiapkan jaringan kelenjar susu untuk
memproduksi ASI. Segera setelah lahir, bahkan kadang-
kadang mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi
perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai
memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap akan
terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar pada
saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula, yaitu refleks
pembentukan/produksi ASI atau reflek prolaktin yang
dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran atau
pelepasan ASI atau let dowm reflex.
2.2.2.3. Hormon Prolaktin
Kelenjar hipofisa bagian depan yang berada didasar otak
menghasilkan hormon prolaktin. Prolaktin akan menghasilkan
kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Prolaktin ini akan
keluar kalau terjadi pengosongan ASI dari gudang ASI. Makin
banyak ASI yang dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara
makin banyak ASI yang diproduksi. Proses penghisapan bayi
akan merangsang ujung saraf disekitar payudara selanjutnya
dibawa ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi
prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan oleh darah ke
kelenjar payudara guna merangsang pembentukan ASI,
kejadian ini disebut refleks pembentukan ASI atau reflek
prolaktin.
2.2.2.4. Hormon Oksitosin
Setelah diproduksi oleh pabrik susu, ASI akan dikeluarkan
dari pabrik susu dan dialirkan kegudang susu. Pengeluaran ASI
ini terjadi karena otot- otot halus disekitar payudara mengkerut
sehingga memeras ASI keluar. Yang membuat otot-otot
mengkerut adalah hormon oksitosin. Oksitosin masuk kedalam
darah menuju payudara sama halnya dengan prolaktin,
oksitosin juga dihasilkan bila ujung saraf sekitar payudara
dirangsang oleh isapan. Kejadian ini disebut refleks
pengeluaran atau refleks oksitosin. Bayi tidak akan
mendapatkan ASI cukup jika hanya mengandalkan
pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja, harus dibantu
refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak
akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi
ASI cukup. Faktor-faktor yang meningkatkan dan menghambat
refleks oksitosin yaitu pikiran, perasaan dan sensasi seorang
ibu (Roesli,2005).
2.2.3 Produksi ASI
Produksi ASI adalah nilai komulatif berdasarkan apa yang
dilihat di lapangan yang dapat diukur dengan menggunakan
banyaknya volume ASI yang diminum bayi selama satu hari. Bayi
ditimbang dengan baju yang sama sebelum dan sesudah menetek.
Perbedaan penimbangan berat badan ini, menunjukkan banyaknya
ASI yang diminum pada saat itu. Perbedaan berat badan
dikonversikan ke volume ASI dengan perkiraan kasar 1 gr berat badan
= 1ml ASI. Jika sehari bayi menetek 6 kali, maka penimbangan berat
badan dilakukan 12 kali. Apabila total penambahan berat badan satu
hari= 850 g, berarti setara dengan 850 ml ASI (Husaini, 1992).
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI beberapa kriteria
yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI
cukup atau tidak cukup menurut (Soetjiningsih,1997) adalah :
2.2.3.1. Tanda bayi cukup ASI
a. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting
b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang
c. Jika ASI cukup setelah bayi menyusu, bayi akan tertidur
tenang selama 3-4 jam.
d. Bayi BAK 6- 8 kali dalam satu hari
e. Bayi paling sedikit menyusu 8- 10 kali dalam 24 jam
f. Bayi BAB 3-4 kali sehari
g. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali
bayi mulai menyusui
h. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika
bayi menelan ASI
i. Urine bayi biasanya kuning pucat
2.2.3.2. Tanda Bayi tidak cukup ASI
a. Bayi tidak puas setiap selesai menyusu, sering sekali
menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi
terkadang bayi lebih cepat menyusu diduga produksinya
berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai
menyusui.
b. Bayi sering menangis atau menolak menyusu
c. Tinja bayi keras, keringat atau berwarna hijau
d. Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan
yang jarang) atau ASI tidak keluar pasca lahir
Menurut Kurnia Dewi (2013) faktor- faktor yang
mempengaruhi produksi ASI adalah :
a. Status gizi ibu
Status gizi ibu selama menyusui berhubugan dengan
pemenuhan kalori, protein, mineral dan vitamin yang
sangat tinggi. Pada ibu nifas atau menyusui kebutuhan
vitamin A yang dibutuhkan adalah 850 RE atau 2805 SI.
2 kapsul vitamin A 2 kali @ 200.000 SI untuk ibu nifas
perlu di terapkan dalam program. Pada ibu menyusui
berisiko mengalami kekurangan vitamin A (KVA)
karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A
yang tinggi untuk produksi ASI bagi bayinya. Status gizi
dan kesehatan pada ibu menyusui sangatlah penting,
karena sering kali status gizi pada ibu menyusui
terabaikan terlebih pada keluarga yang ekonominya
menengah kebawah, hal ini menunjukan bahwa KVA
merupakan masalah potensial bagi ibu serta bayi yang
disusuinya.
b. Posisi menyusui
Kesalahan dalam posisi menyusui dapat menyebabkan
terganggunya proses menyusui.
c. Inisiasi ASI
Pengenalan ASI sejak dini sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Seperti yang kita ketahui, secara refleks
bayi akan menyedot air susu walaupun ibu belum bisa
memproduksi ASI . Hal ini membawa efek yang positif
karena menstimulasi kelenjar air susu untuk
memproduksi ASI sehingga waktu yang dibutuhkan ibu
untuk memproduksi ASI jauh lebih cepat.
d. Gangguan emosi
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh gangguan emosi
misalnya kegelisahan, kurang percaya diri, rasa tertekan
dan berbagai bentuk ketenangan emosional. Semuanya
itu bisa membuat ibu tidak berhasil menyusui. Jika ibu
mengalami gangguan emosi maka kondisi itu bisa
mengganggu proses let down reflek yang berakibat ASI
tidak keluar, sehingga bayi tidak mendapatkan ASI
dalam jumlah yang cukup dan ia pun akan menangis
terus menerus. Tangisan bayi membuat ibu gelisah.
Semakin tertekan perasaan ibu karena tangisan bayi
semakin sedikit air susu yang dikeluarkan.
e. Kontrasepsi hormon
Penggunaan alat kontrasepsi kombinasi estrogen dan
progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi
ASI, sebaliknya bila alat kontrasepsi hanya mengandung
progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI.
Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil
progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi, alat kontrasepsi lain yang dianjurkan adalah
AKDR karena AKDR dapat merangsang uterus ibu
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
kadar hormon oksitosin yaitu hormon yang dapat
merangsang produksi ASI
f. Keadaan puting susu Puting susu ynag nyeri akan
menimbulkan keengganan ibu untuk menyususi bayinya,
sehingga jika ibu enggan menyusui bayinya maka
produksi ASI akan berkurang karena frekuensi
penyusuan berpengaruh terhadap prduksi ASI.
g. Kualitas dan kuantitas asupan makanan Kualitas dan
kuantitas asupan makanan sebenarnya dapat dilihat dari
gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang
dapat menjadi faktor dominan yang berpengaruh
terhadap volume produksi ASI
2.2.5 Waktu Keluarnya ASI
Waktu keluarnya ASI dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:
a. Kolostrum ASI yang keluar pada hari pertama sampai
hari ketiga setelah bayi lahir.
b. ASI transisi / peralihan ASI peralihan adalah ASI yang
keluar setelah kolostrum keluar sampai sebelum menjadi
ASI matang yaitu pada hari keempat sampai hari ke- 10.
c. ASI matang / mature merupakan ASI yang dikeluarkan
pada sekitar hari ke-10 dan seterusnya (Roesli,2005).
2.3 Pengaruh Pemberian Vitamin A terhadap Produksi ASI
Pembentukan ASI dipengaruhi hormon prolaktin tetapi selama
terbentuk hormon estrogen maka pembentukan hormon prolaktin terhambat.
Dengan berhentinya pengaruh estrogen setelah persalinan, produksi prolaktin
meningkat dan mengaktifasi kelenjar buah dada memproduksi ASI. Karena
adanya pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan prolaktin selama
kehamilan, dimana penyemprotan air susu dari puting susu terjadi akibat
pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior sebagai respon terhadap hisapan
pada puting payudara yang telah berada di bawah pengaruh prolaktin.
Oksitosin merangsang kontraksi otot polos duktus payudara yang
menyebabkan keluarnya air susu., dimana oksitosin berada di bawah kontrol
hipotalamus dan dipengaruhi oleh faktor emosi maupun fisik.
Vitamin A mempunyai aktivitas mirip hormon yaitu mengadakan
interaksi dengan reseptor spesifik intraseluler pada jaringan target yaitu
merangsang pertumbuhan epitel- epitel pada seluruh tubuh diantaranya adalah
epitel otak dan payudara. Pada epitel otak vitamin A membantu hipofise
anterior untuk merangsang sekresi hormon prolaktin, pada payudara vitamin
A bekerja mengaktifkan sel-sel epitel pada alveoli untuk menampung air
susu. (Astawan,2008). Vitamin A diabsorpsi sempurna, pesat dan praktis
sempurna, kecuali bila dosis terlampau tinggi. Kadar dalam plasma mencapai
puncak setelah 4 jam. Resorpsinya lebih cepat dalam bentuk larutan air
(emulsi homogen) daripada larutan minyak. Zat ini terikat ditranspor dengan
RBP (Retinol Binding Protein) sebagian dioksidasi menjadi retinal dan asam
retinoat yang bersama glukoronidanya diekskresi lewat kemih dan tinja. Pada
ibu menyusui berisiko mengalami kekurangan vitamin A (KVA) karena pada
masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk produksi ASI
bagi bayinya. Status gizi dan kesehatan pada ibu hamil sangatlah penting,
karena sering kali status gizi pada ibu menyusui terabaikan terlebih pada
keluarga yang ekonominya menengah kebawah, hal ini menunjukan bahwa
KVA merupakan masalah potensial bagi ibu serta bayi yang disusuinya.
Manfaat vitamin A untuk ibu nifas sangat penting. Kondisi pemenuhan
vitamin A harus sangat diperhatikan terlebih saat seseorang tengah
menyusui/masa nifas. Jika kondisi ibu tidak memenuhi standar dan beresiko
kekurangan vitamin A maka anaknya secara otomatis akan beresiko
kekurangan vitamin A pula. Ibu menyusui membutuhkan vitamin A yang
tinggi bagi produksi ASI. Untuk pencegahan defisiensi vitamin A pemberian
dianjurkan untuk mengikuti kebutuhan yang meningkat pada bayi, yaitu dosis
yang dianjurkan bagi ibu laktasi (Adriani, 2012)
Faktor yang mempengaruhi produksi ASI:
Status gizi ibu
b. Posisi menyusui
g. Kualitas dan kuantitas asupan makanan
c. Inisiasi menyusu dini
d. Gangguan emosi
e. Kontrasepsi hormonal
f. Puting susu nyeri
Pemberian Vitamin A:Vitamin A sebanyak 2 x 200.000 SI dalam kurun waktu 2 (dua) hari berturut- turut pada masa nifas (0-42 hari)
Vitamin A merangsang pertumbuhan epitel otak dan epitel payudara
Vitamin A merangsang sekresi hormon prolaktin dan oksitosin
sebagai prekusor
Pada epitel otak vitamin A membantu hipofise
anterior untuk merangsang sekresi hormon prolaktin
Pada epitel payudara vitamin A bekerja
mengaktifkan sel- sel epitel pada alveoli untuk
merangsang oksitosin
Oksitosin membuat otot- otot halus mengkerut sehingga memeras ASI keluar
Prolaktin menghasilkan kelenjar payudara untuk
produksi ASI
ASI ditampung di gudang susu menunggu
isapan dari bayi
ASI banyak yang keluar, produksi ASI semakin
meningkat
Ibu post partum + vitamin A
Peningkatan Produksi ASI
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Gambar kerangka konsep
Keterangan :
Tidak diteliti
Diteliti
3.2. Keterangan Kerangka Konsep
Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi produksi ASI pada
ibu nifas antara lan : status gizi ibu, posisi menyusui, dilakukan atau
tidaknya inisiasi menyusu dini, gangguan emosi pada ibu, alat kontrasepsi
yang dipakai, puting susu nyeri dan kualitas dan kuantitas asupan gizi.
Faktor status gizi ibu sangat mempengruhi prouksi ASI. Salah
satunya dengan pemberian vitamin A pada ibu nifas dengan dosis 2 x
200.000 SI dalam kurun waktu 2 (dua) hari berturut-turut pada masa
nifas.Vitamin A akan merangsang epitel otak dan epitel payudara sehingga
bisa merangsang sekresi hormon prolaktin dan oksitosin. Rangsangan
terhadap hormon prolaktin mengakibatkan produksi ASI semain
meningkat dan rangsangan hormon oksitsin mengakibatkan otot-otot halus
di payudara mengkerut sehingga memeras ASI kelar lebih banyak.
3.3. Hipotesis
Hipotesa Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah: Ha : Ada pengaruh vitamin A terhadap
produksi ASI
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain (rancangan) penelitian
eksperimental, dengan jenis penelitian quasiexperimental. Rancangan pada
penelitian ini menggunakan rancangan Control group post-test only dimana
peneliti melihat perbedaan pencapaian antara produksi ASI pada ibu post
partum yang diberikan vitamin A dengan yang tidak diberikan vitamin A di
pustu Tamansari Mumbulsari.
4.2. Desain Sampling
4.2.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di
Bulan Mei 2016 di Pustu Tamansari
4.2.2. Sampel
4.2.3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non probability
samplingdenganjenisrandom sampling yaitu pengambilan sampel
secara acak sederhana. Hakikat dari pengambilan sampel secara acak
sederhana (Simple random sampling) adalah bahwa setiap anggota
atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk di
seleksi sebagai sampel yang dilakukan memiih subjek berdasarkan
kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. (Notoatmodjo, 2005).
4.2.4. Kriteria Sampel
4.2.4.1. Kriteria Inklusi
Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah :
1. Ibu post partum hari ke 4- 10 di pustu Tamansari yang
bersedia diteliti, menandatangani infomed consent dan
kooperatif.
2. Ibu post partum hari ke 4- 10 yang bersalin di Pustu
Tamansari pada bulan Mei 2016
3. Ibu post partum hari ke 4- 10 yang menyusui bayinya.
4.2.4.2. Kriteria Eksklusi
Pada penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :
1. Ibu post partum di Pustu Tamansari yang tidak bersedia
menjadi responden
2. Ibu post partum kurang dari hari ke 4 atau lebih dari hari
ke 10 di Pustu Tamansari sehingga tidak sesuai dengan
kriteria penelitian.
3. Ibu Post partum hari 4- 10 yang tidak menyusui bayinya.
4.3. Variabel Penelitian
4.3.1.Variabel Independen
Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah vitamin A.
(Sugiyono, 2012)
4.3.2.Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2012). Variabel
dependen pada penelitian ini adalah :
1. Produksi ASI pada ibu post partum yang diberi vitamin A
2. Produksi ASI pada ibu post partum yang tidak diberi vitamin A
4.4. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Indikator Alat
Ukur
Skala Hasil
Independent Vitamin A
Vitamin A atau
retinol adalah
suatu substansi
yang larut dalam
lemak dan
terdapat pada hati
(terutama hati
ikan) dan pada
kuning telur dan
Ya : di berikan vitamin A sebanyak 2 x 200.000 SI dalam kurun waktu 2 (dua) hari berturut-turut pada masa nifas (0-42 hari) yang diberikan 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah pertama di minum segara setelah melahirkan dan 1 (satu) kapsul vitamin A
SOP Skala
nominal 1.
Produksi
ASI yang
diberi
vitamin A
2. Produksi
ASI yang
tidak diberi
Ya
Tidak
produk susu.
Terdapat sejumlah
ikatan organik
yang mempunyai
aktivitas vitamin
A yang semuanya
mengandung
gelang beta ionon
di dalam struktur
molekulnya
200.000 SI warna merah kedua di minum pada hari berikutnya minimal 24 jam sesudah kapsul pertama Tidak : tidak diberikan vitamin A
vitamin A
Dependen
Produksi
ASI
1.Produksi
ASI Ibu
post
partum
yang
diberi
vitamin A
2.Produksi
ASI Ibu
post
partum
yang
tidak
diberi
vitamin A
Produksi
ASIadalahjumlah
air susu yang
diperolehdariselis
ihpenimbanganbe
ratbadan
sebelumdansesud
ahmenyusuidalam
waktusatuhari
Bayi ditimbang dengan
baju yang sama sebelum
dan sesudah menetek.
Selisih berat badan ini,
menunjukkan
banyaknya Asi yang
diminum pada saat itu.
Selisihberatbadan
dikonversikan ke
volume ASI dengan
perkiraan kasar 1 gr
berat badan = 1ml ASI.
Lemb
ar
obser
vasi
Rasio Hasil
penimba
ngan berat
badan
bayi.
Kemudian
hasilnya
dikonversi
kan
dengan
nilai ASI
1 gr BB=
1 ml ASI
Populasi :Semua Ibu post partum di Pustu Tamansari bulan Mei 2016
Random Sampling
Sampel
Produksi ASI
Diberikan 2 kali :segera setelah lahir dan 1 hari setelah pemberian pertama tidak > 6 minggu
Diberi vitamin A Tidak diberi vitamin A
Teknik pengambilan data :lembar observasi
Teknik Pengolahan data dananalisa data
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
Laporan/ Publika
4.5. Kerangka Operasional
Gambar 2.2 : Kerangka Operasional
4.6. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Tempat atau lokasi : Pustu Tamansari Mumbulsari Kabupaten Jember
Waktu penelitian ini : Dilaksanakan pada bulan Mei 2016
4.7. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah melakukan Observasi /
pengamatan terhadap produksi ASI setelah mengkonsumsi vitamin A
Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
1. Mendapat izin untuk melakukan penelitian
2. Memberikan surat persetujuan untuk menjadi responden
3. Memberikan inform consent
4. Responden diberi vitamin A selama 2 hari dan ada responden yang
tidak diberi vitamin A
5. Responden yang diberi vitamin A atau tidak diberi vitamin A
dilakukan pengamatan produksi ASI nyadengan cara penimbangan
berat badan bayi sebelum dan sesudah disusui, pada hari ke 4 sampai
10 hari post partum dan dilakukan pencatatan.
4.8. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunakan
instrumen penelitian berupa timbangan dan lembar observasi.
4.9. Pengolahan Data Dan Analisa Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data sebagai berikut :
4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data sebagai
berikut :
4.9.1.1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan apakah semua
prosedur sudah dijalankan oleh peneliti.
4.9.1.2. Coding
Coding adalah mengubah data yang berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
4.9.1.3. Penilaian Lembar Observasi
Untuk menentukan Produksi dilakukan penimbangan
dalam waktu 4 sampai 10 hari post partum. Penimbangan
itu dilakukan pada bayi sebelum dan sesudah bayi disusui
selisih perbedaan berat badan dikonversikan ke volume
ASI dengan perkiraan kasar 1 gr berat badan = 1ml ASI.
Setelah itu hasilnya dicatat pada lembar observasi
4.9.1.4. Tabulasi Data
Tabulasi data merupakan suatu kegiatan untuk
mengelompokkan data sesuai dengan item yang ditentukan
oleh peneliti. Pengumpulan data dengan melakukan
observasi terhadap produksi ASI. Kemudian dilakukan
pencatatan sesuai dengan pengelompokannya.
4.9.2 Analisa Data
Penggunaan analisis data tergantung pada jenis data yang di
analisis.Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data interval dan ratio sedangkan statistik
nonparametris digunakan untuk mengnalisis data nominal dan
ordinal. Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan
statistik parametris yaitu digunakan rumus t-test 2 sampel tidak
berkorelasi. Untuk dapat menggunakan t test maka diberlakukan
syarat jenis datanya harus nominal atau rasio, variabel yang akan
dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan dilakukan
pengujian uji normalitas data. (Sugiyono, 2012)
4.9.2.1 Uji normalitas data
Uji normalitas data adalah uji yang dimaksudkan untuk
memperlihakan bahwa data sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal (Sugiyono, 2012).Bila data tidak
normal, maka teknik statistik parametris tidak dapat
digunakan untuk analisis. Sebagai gantinya harus
digunakan teknik statistik lain yang tidak harus berasumsi
bahwa data berdistribusi normal. Suatu data yang
membentuk distribusi normal bila jumlah data di atas dan
di bawah rata- rata adalah sama, demikian juga simpangan
bakunya sehigga jika uji normalitas data menggunakan
kurva normal 55 menghasilkan kurva yang berbentuk
simetris dan tidak memotong garis horizintal.
4.9.2.2 Uji t test
Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
komparasi dua sampel yang berbentuk skala rasio dan
tidak berkolerasi, maka digunakan rumus t-test 2 sampel
tidak berkorelasi
RUMUS = _ - _
_ _
Keterangan :
t = Nilai t hitung
_ = Rata-rata sampel kelompok 1
_ = Rata-rata sampel kelompok 2
_ _ = standar eror kedua kelompok
Untuk meninterpretasikan terlebih dulu harus ditentukan nilai a Degree og
freedom (df) = N-2 Membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel
Kesimpulan : Ho ditolak jika t-hitung > t-tabel berbeda secara signifikan
Ho diterima jika t-hitung < t-tabel tidak berbeda secara signifikan
(Sugiyono, 2010)
4.10. Etika Penelitian
4.10.1 Surat Pengantar
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan ijin kepada institusi
pendidikan untuk mendapatkan surat ijin meneliti.
4.10.2 Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden dengan tujuan
supaya responden mengetahui maksud dan tujuan dari diadakannya
penelitian ini. Jika responden bersedia diteliti, maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak
maka peneliti tidak dapat memaksakan kehendaknya.
4.10.3 Anominity ( tanpa nama )
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek yang diteliti/
responden peneliti tidak mencantumkan nama.
4.10.4 Confidentality ( kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi yang telah didapat harus dijaga
kerahasiaannya sehingga melindungi privacy responden.
(Nursalam, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat Edisi Pertama. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
---------, Merryana. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Afifah. 2009. Inisiasi Menyusu Dini Dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Diakses 17 Maret 2013. Jam 20.00
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta
Depkes RI. 2005. Pedoman Akselerasi cakupan Kapsul Vitamin A. Jakarta : Depkes RI
Febri, Ayu Bulan. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Handayani, Dini .2007. Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Sukawarna Kota Bandung Periode Desember 2006. Diakses tanggal 19 Februari 2013. Jam 15.15 WIB
Husaini, Yayah K. 1992. Makanan Bayi Bergizi Cet. 4. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
JNPK-KR. 2002.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO
Kurnia, Dewi. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan Edisi Pertama. Yogykarta : GrahaIlmu
Leveno, J. Kenneth. 2009. Obstetri Williams :Panduan Ringkas. Jakarta : EGC
Maryunani, Anik. 2011. Senam Hamil, Senam Niifas dan Terapi Musik. Jakarta : CV. Trans Info Media
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, an Instrumen penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Purwanti, Huberti.2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Untuk Bidan Cetakan I. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Riordan, Jan. 2011. Buku Saku Menyusui danLaktasi. Jakarta : EGC 76 Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara