20140312 rilis pers bp redd+ di sumbar
Click here to load reader
-
Upload
septianm -
Category
News & Politics
-
view
108 -
download
0
Transcript of 20140312 rilis pers bp redd+ di sumbar
BADAN PENGELOLA PENURUNAN GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT (BP REDD+)
Hutan Nagari Sumatra Barat siap menjalani program REDD+
SIARAN PERS
Padang, 12 Maret 2014 – Kepala Badan Pengelola Penurunan Gas Rumah Kaca dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut (REDD+) Heru Prasetyo dan Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno pada hari Rabu (12/3) sepakat untuk mengurangi emisi gas rumahkaca dari kerusakan hutan di sejumlah kabupaten di Sumatra Barat.
Komitmen ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (MoU) antara BP REDD+ dan Gubernur Sumatra Barat serta tujuh Bupati dan Walikota Padang untuk pelaksanaan serangkaian program-‐program REDD+ di Sumatra Barat sebagai kabupaten dan kota percontohan.
“Sumatra Barat telah menunjukkan visi dan komitmen yang sama dalam mengurangi kerusakan hutan. Hal ini sejalan dengan visi BP REDD+ dalam mewujudkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumahkaca sampai dengan 41% pada tahun 2020,” ujar Kepala BP REDD+ Heru Prasetyo.
Ditegaskan oleh Pak Heru bahwa terdapat delapan penyebab kerusakan hutan, antara lain permasalahan tata ruang dan hak tenurial, manajemen hutan yang tidak efektif, tata kelola yang korup, serta dasar hukum dan penegakan hukum yang lemah.
“Pemerintah Pusat harus mendengarkan apa yang disuarakan oleh daerah yang memang lebih tahu dan Sumatra Barat punya kearifan lokal yang memungkinkan kita untuk memasuki era baru dalam pengelolaan hutan yang lebih baik,” lanjut Pak Heru.
Rombongan yang dipimpin langsung oleh Kepala BP REDD+ menjalani serangkaian agenda di Sumatra Barat termasuk penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Gubernur Sumatra Barat dan menyampaikan Pidato Kunci dalam Seminar Publik yang diselenggarakan oleh Rainforest Foundation Norway (RFN), serta kuliah umum di Universitas Andalas. Bapak Heru Prasetyo juga melanjutkan perjalanan dengan meninjau langsung hutan-‐hutan nagari yang telah mendapatkan pendampingan dari Pemerintah Daerah Sumatra Barat.
“Hutan hanya bisa terpelihara dari kerusakan bila masyarakat sekitarnya sejahtera. Sampai sekarang Pemda Sumbar telah mengalokasikan dana untuk pembinaan 102 hutan nagari,” jelas Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno. Terdapat lebih dari 600 hutan nagari di Sumatra Barat.
“Sumatra Barat siap menjadi yang terdepan dalam pengelolaan hutan dengan skema REDD+,” lanjutnya.
Kabupaten-‐kabupaten dan kota yang telah menyatakan siap untuk melaksanakan program REDD+ adalah Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Padang.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi: Hening Parlan (di Padang) 0813 10360759; email: [email protected] Nabiha Shahab (di Jakarta) 0813 14213432; email: [email protected]
BADAN PENGELOLA PENURUNAN GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT (BP REDD+)
Catatan Redaksi:
(1) Indonesia berkomitmen secara sukarela untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 sebesar 26% atau sampai dengan 41% dengan bantuan internasional. Untuk mewujudkan komitmen ini Pemerintah membentuk Badan Pengelola REDD+ yang dikukuhkan oleh Presiden pada tanggal 31 Agustus 2013 yang lalu melalui Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2013.
(2) Badan Pengelola REDD+ mempunyai tugas untuk membantu Presiden melaksanakan tugas koordinasi, sinkronisasi, perencanaan, fasilitasi, pengelolaan, pemantauan, pengawasan serta pengendalian REDD+ di Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengelola REDD+ menyelenggarakan fungsi antara lain: a. Penyusunan dan pengembangan strategi nasional REDD+ untuk melaksanakan REDD+ di Indonesia; b. Penyusunan dan pengembangan kerangka pengaman REDD+ di bidang sosial, lingkungan dan pendanaan; c. Koordinasi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan REDD+ serta pengarusutamaan REDD+ dalam pembangunan nasional; d. Pengelolaan bantuan dana maupun bantuan lain yang sah terkait REDD+ sesuai ketentuan peraturan perundang-‐undangan; e. Penyiapan rekomendasi dalam penentuan posisi Indonesia terkait REDD+ dalam forum internasional; dan f. Koordinasi penegakan hukum terkait pelaksanaan program, proyek dan/atau kegiatan REDD+.