2013-1_Inisiasi_7

5
1 Modul 12 ini membahas tentang unclear sentence (kalimat yang tidak jelas) yang meli- puti Sentence Fragment (di Kegiatan Belajar 1), Run-on Sentence (di Kegiatan Belajar 2), Shift and Mix Contruction (di Kegiatan Belajar 3), dan Dangling and misplaced Modifier (di Kegiatan Belajar 4). Kegiatan Belajar 1: Fragment Kalimat adalah sekelompok kata-kata yang mengandung suatu pemikiran yang utuh , yang strukturnya minimal terdiri dari Pokok kalimat (Subyek) dan Predikat. Predikat ini bisa terdiri dari kata kerja ditambah dengan pelengkap atau cukup kata kerja sa- ja. Ini satu perbedaan dengan struktur bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Inggris, suatu kalimat itu wajib memiliki kata kerja 1 . Tanpa kata kerja berarti bukan kali- mat. Pehatikan contoh kalimat berikut. 1. She was in her class. 2. I was writing a letter when somebody knocked at the door. Kedua kalimat di atas memiliki subject dan verb. Kedua kalimat di atas mengungkapkan isi pikiran yang lengkap, yang tuntas, yang langsung dipahami tanpa pertanyaan. Kalimat 2 juga sama, namun terdiri dari dua pemikiran yang diungkapkan melalui independent clause (I was writing a letter) dan dependent clause (when somebody knocked at the door). Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat berikut ini: 3. Although he is not stupid 4. A man who is always questioning every step Kalimat #3 dan #4 ini bukan kalimat karena tidak memberikan pemahaman yang tuntas. Pada kali- mat #3 ada subject dan verb, tetapi secara keseluruhan masih menyisakan ketidak-jelasan, makna yang masih menggantung. Penyebab utama ketidak-jelasan ini adalah karena kalimat #3 itu meru- pakan dependent clause, dan dependent clause tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat (yang bisa berdiri sendiri hanya independent clause). Kalimat #4 sepertinya memiliki subject dan verb, tetapi sebenarnya hanya memiliki subject saja karena kata-kata “who is always questioning every stepadalah adjective clause yang menerangkan subject (A man). Di dalam kegiatan 1 ini si penulis juga menjelaskan tentang tense 2 dan jenis kalimat (kalimat tunggal, majemuk, dsb.). Saya tidak terlalu jelas melihat keterkaitan bahasan ini dengan pokok bahasan Sen- tence Fragment, tapi mungkin si penulis menyajikan ini karena sentence fragment bisa datang ketika orang mau menulis berbagai hal, yang seharusnya dituliskan dalam satu kalimat, tetapi dituliskan da- lam lebih dari satu kalimat. Perhatikan contoh kalimat #5 ini. 5. Because of you, she thinks that I was the one who stole her purse. Mungkin karena terburu-buru, atau juga karena sebab lain, si penulis kalimat itu menuliskannya de- ngan cara berikut pada kalimat #6. 6. Because of you. She thinks that I was the one who stole her purse. 1 Dalam bahasa Indonesia, suatu kalimat tidak memerlukan kata kerja. Contoh kalimat: Saya sakit. Kalimat ini tidak memi- liki katakerja; predikat kalimat ini hanya terdiri dari kata sifat (sakit). 2 Tense adalah kata kerja yang terkait dengan waktu (ingat Present Continuous Tense, Simple Past Tense, dsb.)

description

structure

Transcript of 2013-1_Inisiasi_7

Page 1: 2013-1_Inisiasi_7

1

Modul 12 ini membahas tentang unclear sentence (kalimat yang tidak jelas) yang meli-

puti Sentence Fragment (di Kegiatan Belajar 1), Run-on Sentence (di Kegiatan Belajar

2), Shift and Mix Contruction (di Kegiatan Belajar 3), dan Dangling and misplaced

Modifier (di Kegiatan Belajar 4).

Kegiatan Belajar 1: Fragment

Kalimat adalah sekelompok kata-kata yang mengandung suatu pemikiran yang utuh,

yang strukturnya minimal terdiri dari Pokok kalimat (Subyek) dan Predikat. Predikat

ini bisa terdiri dari kata kerja ditambah dengan pelengkap atau cukup kata kerja sa-

ja. Ini satu perbedaan dengan struktur bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Inggris,

suatu kalimat itu wajib memiliki kata kerja1. Tanpa kata kerja berarti bukan kali-

mat. Pehatikan contoh kalimat berikut.

1. She was in her class.

2. I was writing a letter when somebody knocked at the door.

Kedua kalimat di atas memiliki subject dan verb. Kedua kalimat di atas mengungkapkan isi pikiran

yang lengkap, yang tuntas, yang langsung dipahami tanpa pertanyaan. Kalimat 2 juga sama, namun

terdiri dari dua pemikiran yang diungkapkan melalui independent clause (I was writing a letter) dan

dependent clause (when somebody knocked at the door).

Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat berikut ini:

3. Although he is not stupid

4. A man who is always questioning every step

Kalimat #3 dan #4 ini bukan kalimat karena tidak memberikan pemahaman yang tuntas. Pada kali-

mat #3 ada subject dan verb, tetapi secara keseluruhan masih menyisakan ketidak-jelasan, makna

yang masih menggantung. Penyebab utama ketidak-jelasan ini adalah karena kalimat #3 itu meru-

pakan dependent clause, dan dependent clause tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat (yang bisa

berdiri sendiri hanya independent clause). Kalimat #4 sepertinya memiliki subject dan verb, tetapi

sebenarnya hanya memiliki subject saja karena kata-kata “who is always questioning every step”

adalah adjective clause yang menerangkan subject (A man).

Di dalam kegiatan 1 ini si penulis juga menjelaskan tentang tense2 dan jenis kalimat (kalimat tunggal,

majemuk, dsb.). Saya tidak terlalu jelas melihat keterkaitan bahasan ini dengan pokok bahasan Sen-

tence Fragment, tapi mungkin si penulis menyajikan ini karena sentence fragment bisa datang ketika

orang mau menulis berbagai hal, yang seharusnya dituliskan dalam satu kalimat, tetapi dituliskan da-

lam lebih dari satu kalimat. Perhatikan contoh kalimat #5 ini.

5. Because of you, she thinks that I was the one who stole her purse.

Mungkin karena terburu-buru, atau juga karena sebab lain, si penulis kalimat itu menuliskannya de-

ngan cara berikut pada kalimat #6.

6. Because of you. She thinks that I was the one who stole her purse.

1 Dalam bahasa Indonesia, suatu kalimat tidak memerlukan kata kerja. Contoh kalimat: Saya sakit. Kalimat ini tidak memi-

liki katakerja; predikat kalimat ini hanya terdiri dari kata sifat (sakit). 2 Tense adalah kata kerja yang terkait dengan waktu (ingat Present Continuous Tense, Simple Past Tense, dsb.)

Page 2: 2013-1_Inisiasi_7

2

Kata “Because of you” bukanlah kalimat, tetapi bagian dari kalimat. Jadi, setelah frasa “Because of

you” seharusnya tidak diberi tanda baca titik (seperti pada kalimat #6) tetapi tanda baca koma (se-

perti pada kalimat #5).

Bagian ini mengupas Run-on Sentence yang, menurut saya, merupakan kebalikan dari fragment sen-

tence. Kalau fragment sentence adalah kalimat yang tidak lengkap, tidak tuntas, maka run-on Sen-

tence adalah kalimat yang “kebablasan”3.

Perhatikan contoh kalimat berikut ini yang saya ambil dari modul halaman 12.13.

7. The ship was huge. Its mast was thirty feet high.

Contoh #7 ini terdiri dari dua kalimat yang saling berhubungan. Kalimat pertama menyatakan bahwa

kapal itu sangat besar dan kalimat ke 2 menyatakan bahwa tiang bendera (dari kapal itu) tingginya 30

kaki (berapa meter?). Kenapa ini dijadikan dua kalimat? Karena masing-masing membawa pokok pi-

kirannya sendiri; satu kalimat satu pokok pikiran.

Cara penulisan seperi kalimat itu bisa juga dengan cara lain dari yang diungkapkan oleh contoh kali-

mat #7. Perhatikan contoh kalimat #8 ini.

8. The ship was huge; its mast was thirty feet high.

Penggunaan titik koma (semi colon) menyatakan bahwa sebenarnya kata-kata “The ship was huge”

sudah selesai, tetapi masih ada penjelasan yang perlu diberikan, yaitu “its mast was thirty feet high”.

Contoh nomor 8 ini bisa diterima.

Namun demikian, bisa terjadi seorang penulis mengungkapkan pikiran di atas dengan pendekatan

yang berbeda. Perhatikan kalimat #9 ini.

9. The ship was huge, its mast was thirty feet high.

Terasa ada yang tidak enak ketika membaca kalimat ini, karena meskipun “The ship was huge” dan

“its mast was thirty feet high” mempunyai keterkaitan yang erat, tetapi tidak bisa dipaksankan ber-

ada di dalam satu kalimat yang dipisahkan dengan koma. Dalam hal ini, contoh 9 mengalami penem-

patan koma yang tidak tepat, dan karenanya kalimat ini bisa dianggap sebagai kalimat yang tidak bisa

diterima.4

Lebih jauh lagi, mungkin ada seseorang yang mengungkapkan kalimat di atas dengan cara seperti pa-

da contoh kalimat #10 berikut ini.

10. The ship was huge its mast was thirty feet high.

Di dalam contoh #10 ini ada dua pemikiran (“The ship was huge” dan “its mast was thirty feet high”)

yang sama sekali tidak dipisahkan oleh tanda apapun juga, padahal sebenarnya kalimat ini seharus-

nya ditulis dalam dua kalimat (seperti contoh nomor #7). Contoh nomor 10 inilah yang disebut de-

ngan “run-on sentence”. Ibarat kereta api yang seharusnya berhenti di stasiun besar (dalam hal ini

adalah tanda baca titik), tetapi tetapi terus saya menerabas aturan.

Selanjutnya giliran Anda untuk melihat kembali modul halaman 12.13 sampai akhir pembahasan ke-

giatan Belajar 2 ini.

3 Ini bahasa Jawa yang artinya “keterusan”, seharusnya berhenti tapi terus menabrak bagian lainnya yang seharusnya bukan

bagiannya. 4 Karena penggunaan koma yang tidak tepat, maka kalimat ini, bagi saya, bisa dilihat sebagai “kebablasan”, dan bisa dikate-

gorikan “run-on sentence”.

Page 3: 2013-1_Inisiasi_7

3

Kegiatan Belajar 3: Shift & Mixed Construction

Kegiatan ini mengupas kesalahan yang sering terjadi karena adanya keterkaitan yang tidak nyambung

dalam suatu kalimat karena adanya ketidak-konsistenan. Ketidak-nyambungan ini bisa berupa pro-

noun, nouns (tunggal dan jamak), ataupun verb ataupun oleh sebab lainnya. Kesalahan ini bisa juga

menyinggung parellelism (topik parallelism nanti dibahas di Modul 8)

Saya ambil contoh kalimat dari modul halaman 12.25. Perhatikan frasa yang diberi garis bawah.

11. A warthog may appear ungainly, but these animals can run at a speed of 30 miles

an hour.

Dua frasa yang diberi garis bawah merupakan dua hal atas satu benda yang sama, jadi seharusnya ke-

dua kata ini konsisten. Namun, dalam kalimat di atas, yang satu adalah kata benda berbentuk tung-

gal (a warthog) sedangkan lainnya berbentuk jaman (these animals). Kalimat #11 ini seharusnya

berbunyi seperti kalimat #12:

12. A warthog may appear ungainly, but this animal can run at a speed of 30 miles an

hour.

Atau seperti #13 ini:

13. Warthogs may appear ungainly, but these animals can run at a speed of 30 miles

an hour.

Kita ambil contoh lain dari modul yang terdapat di halaman 12.26. Kalimat #14 ini adalah contoh

nomor 9 di modul.

14. First brown the onions in butter, and then you should add them to the beef stock.5

Kesalahan kalimat ini adalah karena tidak paralel antara “brown” dan “you should add”. Supaya kon-

sisten, maka kalimat ini harus diperbaiki menjadi kalimat #15 berikut di bawah ini:

15. First brown the onions in butter, and then add them to the beef stock.

Kesalahan kalimat bisa karena tense yang tidak sesuai dengan time. Perhatikan contoh kalimat #16

berikut (juga diambil dari modul). Perhatikan kata kerja yang diberi garis bawah.

16. They double-checked the result of their experiment because they made an error.

Kata kerja “double-checked” menyatakan bahwa kegiatan ini sudah lampau (past tense) yang dise-

babkan oleh “they made an error” yang mereka lakukan sebelum kegiatan “double-checked”. De-

ngan kata lain, terjadi “they made an error” dulu, kemudian dilakukan “They double-checked”. Jadi,

kejadian “error” itu lebih lampau dari “They double-checked” yang juga terjadi di waktu lampau. Ka-

lau seperti ini kejadiannya, maka kejadian yang lebih lampau dari waktu lampau harus diungkapkan

dalam bentuk The Past Perfect Tense. Jadi, kalimat itu seharusnya berbunyi:

17. They double-checked the result of their experiment because they had made an

error.

5 Di modul, contoh ini tertulis “First brown the onions in butter. Then you should add them to the beef stock”. Ini contoh

kalimat yang salah, karena kalimat kedua itu adalah fragment. Ini mungkin terjadi karena kesalahan ketik, karena yang me-

ngetik bukan penulis modulnya.

Strukturnya campur aduk dan tidak konsisten; yang satu hanya terdiri dari kata kerja, yang

lainnya ada subyek dan kata kerja. Contoh ini terkait dengan parallelism.

Ururan waktu kejadian menjadi kacau karena penggunaan tense yang tidak tepat.

Ururan waktu kejadian menjadi jelas karena penggunaan tense yang tepat.

Page 4: 2013-1_Inisiasi_7

4

Kegiatan Belajar 4: Dangling Modifiers

Karena adanya masalah pengetikan, uraian di modul menjadi tidak jelas dan membingungkan. Saya

coba untuk menguraikannya menurut cara saya sendiri.

Apa itu dangling modifers? Mengutip definisi dari Wikipedia, dangling modifers adalah sebagai beri-

kut.

A dangling modifier, (a specific case of which is the dangling participle) is an error in

sentence structure whereby a grammatical modifier is associated with a word other

than the one intended, or with no particular word at all. For example, a writer may

have meant to modify the subject, but word order makes the modifier seem to modify

an object instead. Such ambiguities can lead to unintentional humor or difficulty in

understanding a sentence.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Dangling_modifier May 8, 2012)

Secara singkat, dangling modifiers adalah suatu kesalahan struktur kalimat di mana suatu modifier di-

hubungkan dengan kata yang tidak seharusnya (salah menghubungkan modifier). Misalnya, si penu-

lisnya bermaksud memberikan modifier bagi subyek kalimat tetapi jadi keliru ke obyek kalimat. Saya

mau memberikan contoh dalam bahasa Indonesia dulu, agar konsepnya dapat dipahami dengan mu-

dah. Perhatikan contoh ini:

18. Setelah selesai membaca, semua buku dibereskan. �

Sekilas sepertinya tidak ada yang salah dalam kalimat, namun secara tatabahasa kalimat ini memiliki

kesalahan serius. Perhatikan kata-kata “Setelah selesai membaca”; siapa yang selesai membaca?

Buku? Atau seseorang? Yang membaca itu mestinya manusia, bukan? Kalau saya ada di depan ke-

las, saya akan menggambarkan ketidak-nyambungan kalimat #18 seperti ini:

Setelah selesai membaca, semua buku dibereskan. �

Kita umpamakan saja bahwa yang membaca itu si Rina, maka kalimat di atas itu kalau diperbaiki akan

berbunyi seperti ini pada kalimat #19:

19. Setelah selesai membaca, Rina membereskan semua buku. �

Kalimat #18 itu mengandung dangling modifier (karena di kalimat #18 itu bermakna bahwa yang se-

lesai membaca itu adalah semua buku), sedangkan kalimat #19 adalah kalimat yang benarnya. Di pa-

pan tulis, saya akan menuliskanya seperti ini

Setelah selesai membaca, Rina membereskan semua buku. �

Perhatikan bahwa struktur kalimat setelah koma pun mengalami perubahan dengan masuknya Rina

sebagai subyek. Logis, bukan?

Kita beralih ke Bahasa Inggris. Perhatikan kalimat #20 berikut yang saya ambil dari modul pada

halaman 12.39 (contoh nomor 5).

20. Being very tired, the alarm was not heard.

Tidak nyambung

Ini baru nyambung

Page 5: 2013-1_Inisiasi_7

5

Kalau begini struktur kalimatnya, maka yang mengalami “Being very tired” adalah “the alarm”, pada-

hal pasti bukan itu maksudnya (Alarm tidak mungkin mengalami kelelahan). Masalahnya, kalimat ini

menjadi tidak jelas siapa yang menjadi subyeknya. Yang mengalami kelelahan pastinya harus mahluk

hidup, bukan? Manusia adalah salah satunya. Jadi, yang mengalami kelelahan itu, kita ambil misal,

adalah “Alice”, maka kalimat itu dapat menjadi seperti pada kalimat #21 di bawah ini:

21. Being very tired, Alice did not hear the alarm.

Contoh lain dari modul (dari halaman 12.40)6

22. As a young girl, my grandfather told me stories of his life in Korea.

Kalau begini strukturnya, maka yang menjadi “young girl” itu adalah si “grandfather”. Ini hal yang ti-

dak mungkin, bukan? Mungkin kalimat # 22 ini seharusnya seperti kalimat #23:

23. As a young girl, I always listened to my grandfather telling me stories of his life in

Korea.

Satu contoh lagi.

24. I saw the trailer peeking through the window.

Pertanyaannya, siapa yang melakukan “peeking through the window”? Si subyek (I) atau the trailer?

Kalau the trailer tidak mungkin melakukan peeking; yang bisa melakukan peeking adalah si subyek

(saya = I). Jadi, kalimat #24 di atas seharusnya berbunyi seperti pada kalimat #25 di bawah ini.

25. Peeking through the window, I saw the trailer.

Dan ini satu contoh yang lucu.

26. One morning I shot an elephant in my pyjamas.7

Secara structural, kalimat ini mengandung makna bahwa si gajah itu ada di dalam piyama dan si saya

menembak gajah yang ada di dalam piyama itu; padahal yang dimaksud sebenarnya adalah si pelaku-

nya yang memakai piyama waktu menembak si gajah. (ada-ada saja! Bagaimana tuh memperbaiki

kalimatnya?)

OK. Saya kira uraian saya cukup sampai di sini. Mudah-mudahan uraian ini dapat mem-

berikan manfaat bagi Anda. Buat yang mengalami kesulitan dengan modul, mudah-

mudahan penjelasan ini dapat membantu pemahaman Anda.

6 Contoh ini sebenarnya diambil dari latihan 1, tetapi saya menjadikannya contoh, karena kunci jawaban yang terdapat di

modul salah (mungkin karena kesalahan ketik atau kesalahan editing). 7 “Pyjamas” adalah ejaan menurut versi British English. Ejaan menurut American English adalah “pajamas”.