2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

117
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR KEPABEANAN DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI 2011 Disusun Oleh: Adang Karyana Syahbana, S.ST. (Widyaiswara Madya)

Transcript of 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Page 1: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR

KEPABEANAN DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

2011

Disusun Oleh:

Adang Karyana Syahbana, S.ST. (Widyaiswara Madya)

Page 2: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR

KEPABEANAN DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

2011

Disusun Oleh:

Adang Karyana Syahbana, S.ST. (Widyaiswara Madya)

Page 3: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai

i

Page 4: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai

ii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL …………………………………………... v

PETA KONSEP MODUL …………………………………………………………. vi

MODUL KLASIFIKASI BARANG

A. Pendahuluan ………………………………………………………………… 1

1. Deskripsi Singkat ……………………...................................................... 1

2. Prasyarat Kompetensi ………………...................................................... 1

3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ........................ 2

4. Relevansi Modul ...........……………………………………..……………. 3

B. KEGIATAN BELAJAR …........................................................................... 4

1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ……………...................................................... 4

KLASIFIKASI BARANG

Indikator Keberhasilan ..…………………………………………………… 4

1.1. Uraian dan contoh .......................................................................... 4

A. Identifikasi dan Klasifikasi Barang ............………………….......

1) Identifikasi dan Klasifikasi Barang ………………………......

2) Langkah-Langkah Dalam Mengklasifikasi Barang …………

B. Harmonized System ………………………………………………

1) Pengantar ………………………………………………………

2) Tujuan Harmonized System ………………………………...

3) Publikasi Pelengkap HS ………………………………………

4) Sistem Pengkodean ………………………………………….

C. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia ………………………………….

1) Dasar Hukum …………………………………………………..

2) Struktur BTBMI …………………………………………………

3) Kode Penomoran dan Pentakikan ……………………………

4) Arti kata “lain-lain” ……………………………………………..

5

5

8

10

10

11

13

14

16

16

18

21

24

1.2. Latihan 1 …………………………………………………………........ 27

Page 5: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai

iii

1.3. Rangkuman …………………………………………………………... 27

1.4. Tes Formatif 1 ……………………………………………………….... 29

1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………........................ 32

2. Kegiatan Belajar (KB) 2 ……………....................................................... 33

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG

Indikator Keberhasilan ..………………………………………………… 33

2.1. Uraian dan contoh ........................................................................... 33

A. Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized

System ....................................................................................

1) ketentuan umum untuk menginterpretasi harmonized

system nomor 1 ………………………………………………..

2) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 2a dan 2b ………………………………………………

3) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 3a, b dan c ……………………………………………..

4) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 4 …………………………………………………………

5) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 5 …………………………………………………………

6) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 6 …………………………………………………………

B. Tahapan Mengklasifikasi Barang ..............................................

C. Nota Penelitian …………………………………………………….

1) Pengantar ………………………………………………………

2) Nota Penelitian Klasifikasi Barang …………………………..

3) Praktek Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi Barang……

33

33

35

37

41

42

44

45

47

47

47

49

2.2. Latihan 2 …….……………………………………………………........ 52

2.3. Rangkuman ………………………………………………………….... 53

2.4. Tes Formatif 2 ……………………………………………………….... 54

2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………........................ 57

Page 6: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai

iv

3. Kegiatan Belajar (KB) 3 ……………....................................................... 58

CATATAN PENTING DALAM

BUKU TARIF BEA MASUK INDONESIA

(BTBMI)

Indikator Keberhasilan …..………………………………………………… 58

3.1. Uraian dan contoh ........................................................................... 58

A. Jenis Catatan pada BTBMI ........................................................

1) Catatan definitive ………………………………………………

2) Catatan Eksklusif ……………………………………………..

3) Catatan Ilustratif ……………………………………………….

4) Catatan lain-lain ……………………………………………….

B. Struktur Pengelompokan Barang Pada BTBMI .........................

1) Gambaran per bagian …………………………………………

2) Hubungan antar BAB ………………………………………….

3) BAB pada BTBMI ……………………………………………….

C. Catatan Penting Pada BTBMI …………………………………...

58

59

59

60

60

62

62

67

69

81

3.2. Latihan 3 …….……………………………………………………........ 89

3.3. Rangkuman ………………………………………………………….... 89

3.4. Tes Formatif 3 ……………………………………………………….... 90

3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………........................ 93

PENUTUP …………………………………………………………………………….. 94

TES SUMATIF …………………………................................................................ 95

KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) …………………… 99

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 104

Page 7: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai

v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Untuk dapat memahami modul ini secara benar, maka peserta diklat

diharapkan mempelajari modul ini secara urut mulai dari Kegiatan Belajar 1

sampai dengan Kegiatan Belajar 3.

Cara mempelajari setiap kegiatan belajar adalah mengikuti tahap-tahap

berikut ini:

1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut;

2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar (dengan cara

membaca materi minimal 3 kali membaca isi materi kegiatan belajar

tersebut);

3. Lakukan review materi secara umum, dengan cara membaca kembali

ringkasan materi untuk mendapatkan hal-hal penting yang menjadi fokus

perhatian pada kegiatan belajar ini;

4. Kerjakanlah Tes Formatif pada kegiatan belajar yang sedang dipelajari;

5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang terletak

pada bagian akhir modul ini.

6. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut, apabila ternyata

hasil Tes Formatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah yang

benar x 100/15), maka kegiatan belajar dapat dilanjutkan pada kegiatan

belajar berikutnya, namun apabila diperoleh angka di bawah 67, maka

peserta diklat diharuskan mempelajari kembali kegiatan belajar tersebut agar

selanjutnya dapat diperoleh angka minimal 67.

7. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan

belajar telah dilakukan.

8. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul ini

9. Cocokkan hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila

ternyata hasil tes sumatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah

yang benar x 100/25), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus dari

kegiatan belajar

Page 8: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai

vi

PETA KONSEP Dalam mempelajari modul ini, agar lebih mudah dipahami maka disarankan

kepada peserta diklat untuk mempelajari peta konsep modul. Dengan demikian

pola pikir yang sistematik dalam mempelajari modul dapat terjaga secara

berkesinambungan selama mempelajari modul.

Kegiatan Belajar 1 – KLASIFIKASI BARANG Materi : Identifikasi dan Klasifikasi Barang: Identifikasi dan Klasifikasi

Barang, Langkah-Langkah Dalam Mengklasifikasi Barang; Harmonized System : Pengantar, Tujuan Harmonized System, Publikasi Pelengkap

HS, Sistem Pengkodean; Buku Tarif Bea Masuk Indonesia : Dasar Hukum, Struktur BTBMI, Kode Penomoran dan Pentakikan, Arti kata

“lain-lain”

Kegiatan Belajar 2 – TEKNIK KLASIFIKASI BARANG Materi : Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System : ketentuan umum untuk menginterpretasi harmonized system nomor 1, 2a, 2b, 3a, 3b, 3c, 4, 5, 6; Tahapan Mengklasifikasi Barang; Nota Penelitian : Pengantar; Nota Penelitian Klasifikasi Barang; Praktek

Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi Barang

Kegiatan Belajar 3 – CATATAN PENTING DALAM BUKU TARIF BEA MASUK INDONESIA (BTBMI)

Materi : Jenis Catatan pada BTBMI : Catatan definitive, Catatan Eksklusif, Catatan Ilustratif, Catatan lain-lain; Struktur

Pengelompokan Barang Pada BTBMI : Gambaran per bagian, Hubungan antar BAB, BAB pada BTBMI; Catatan Penting Pada

BTBMI

Page 9: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 1111

PENDAHULUAN

MODUL

KLASIFIKASI BARANG

1. Diskripsi singkat

Seorang Pegawai Ditjen Bea dan Cukai harus menjadi seorang klasifikator

dibidang kepabeanan Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu

memahami pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang.

Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan

mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi

dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang pada akhirnya menentukan

ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.

2. Prasyarat Kompetensi

Peserta yang akan ditunjuk untuk mengikuti Diklat Teknis Substantif Dasar

A

Page 10: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 2222

adalah pegawai lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan pernah bertugas

sebagai pelaksana pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai ketentuan

Kepegawaian Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Persyaratan tersebut penting

karena pengalaman kerja sangat perlu bagi kelancaran pelaksanaan tugas

sebagai pemeriksa dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Diklat Teknis Substantif Dasar merupakan Diklat yang bertujuan mencetak

pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai pelaksana pemeriksa yang

mempunyai kemampuan melaksanakan tugas dalam pemeriksaan barang dan

tugas pemeriksaan lainnya untuk menjamin dipenuhinya visi, misi dan tujuan

organisasi pada organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Dengan pengalaman dan dasar pendidikan tersebut diharapkan peserta

diklat akan mempunyai gambaran awal tentang klasifikasi barang impor / ekspor

pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sehingga diharapkan lebih mudah

mencerna dan memahami modul Klasifikasi Barang.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, para Siswa diharapkan mampu memahami

landasan dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi barang berdasarkan Buku

Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI); para siswa diharapakan mampu menerapkan

ketentuan umum untuk menginterpretasi Harmonized System, tahapan dalam

engklasifikasi barang dan membuat nota penelitian klasifikasi barang berdasarkan

BTMBI; para siswa mampu menjelaskan pengelompokkan barang dan jenis catatan

berdasarkan BTBMI.

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari Modul ini para siswa diharapkan dapat menjelaskan :

1. Identifikasi dan klasifikasi barang

Page 11: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 3333

2. Harmonized System (HS)

3. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI ) 2007.

4. Ketentuan umum untuk menginterpretasi Harmonized System

5. Tahapan dalam engklasifikasi barang

6. Nota penelitian klasifikasi barang

7. Jenis catatan pada BTBMI

8. Struktur pengelompokan barang

9. Catatan penting dalam BTBMI

4. Relevansi Modul

Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta

diklat adalah sebagai berikut :

a. Setelah mempelajari materi modul ini diharapkan peserta mendapat

pemahaman yang benar tentang klasifikasi barang, Harmonize System,

Buku Tarif Bea Masuk Indonesia, Ketentuan Umum untuk

Menginterpretasikan Harmonized System, Tahapan Mengklasifikai Barang,

Nota Penelitian, serta Catatan Penting dalam Buku Tarif Bea Masuk

Indonesia (BTBMI).

b. Materi modul ini terkait pada mata pelajaran lain, dan diharapkan dapat

memberikan gambaran secara utuh tugas pegawai Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai dalam pengklasifikasian barang.

Page 12: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 4444

KEGIATAN BELAJAR

1. Kegiatan Belajar (KB) 1

KLASIFIKASI BARANG

1.1. Uraian dan Contoh

Seorang Pegawai Ditjen Bea dan Cukai harus menjadi seorang klasifikator

dibidang kepabeanan Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu

memahami pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang.

Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan

mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi

B

Indikator Keberhasilan :

Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan: :

1. Identifikasi dan klasifikasi barang

2. Harmonized System (HS)

3. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI ) 2007

Page 13: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 5555

dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang pada akhirnya menentukan

ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.

A. IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI BARANG

1) Identifikasi dan Klasifikasi Barang

Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk dapat mengklasifikasi

suatu barang dengan benar? Biasanya klasifikasi tersebut dilakukan dengan

mencari langsung pos tarif yang dianggap sesuai. Cara seperti ini tidak akurat dan

sering menyebabkan terjadinya kesalahan klasifikasi yang mengakibatkan negara

dirugikan.

Dalam buku ini akan dijelaskan dengan singkat langkah-langkah praktis

dalam mengklasifikasi barang. Diharapkan dengan menggunakan metode ini para

siswa dapat dengan mudah mengklasifikasi barang. Namun sekali lagi perlu

diingat, klasifikasi yang benar hanya dapat dilakukan apabila mengetahui jenis

barang dan memahami aturan-aturan mengklasifikasi dengan benar.

Langkah pertama dalam mengklasifikasi adalah apa yang akan

diklasifikasikan. Sebelum mengklasifikasi suatu barang, kita harus tahu lebih dulu

spesifikasi barang itu. Langkah ini dinamakan Identifikasi barang . Keakuratan

mengklasifikasi tergantung dari keakuratan dalam mengidentifikasi barang.

Seorang klasifikaotr tidak mungkin dapat mengklasifikasikan suatu barang dengan

benar bila ia tidak tahu spesifikasi barang tersebut.

Setelah kita mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan melalui

identifikasi barang, barulah kita dapat melakukan langkah kedua yaitu Klasifikasi

barang . Perlu diingat bahwa setelah melakukan tahap klasifikasi, baru diketahui

bahwa informasi yang ada belum lengkap sehingga kita harus kembali melakukan

identifikasi barang untuk memperoleh informasi yang diperlukan tersebut.

Informasi apa yang diperlukan untuk mengidentifikasi suatu barang dan

darimana informasi tersebut diperoleh? Informasi yang diperlukan sebenarnya

tergantung dari uraian yang ada pada BTBMI yang berkaitan dengan barang

Page 14: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 6666

bersangkutan. Semakin sederhana dan rinci uraian barang pada BTBMI, semakin

mudah bagi kita untuk mengklasifikasikan barang karena tidak dibutuhkan informasi

yang terlalu rumit (misalnya, informasi yang diperlukan untuk mengklasifikasikan

kuda hidup, hanyalah kuda bibit, untuk tujuan olah raga, atau kuda untuk sirkus).

Bagaimana seandainya yang akan kita klasifikasikan adalah suatu bahan

kimia? Barangkali sebelum mengklasifikasi kita memerlukan berbagai informasi

mengenai barang kimia tersebut: apakah organik atau anorganik, apakah bentuk

asal atau preparat, apa komposisinya, apa kegunaannya, bagaimana bentuknya,

dan sebagainya. Informasi yang diperlukan tentunya semakin banyak dan rumit.

Demikian juga apabila barang tersebut berupa barang elektronik. Berapa watt dan

voltage tenaga listrik yang dibutuhkan, kegunaan, buatan, dan keterangan lainnya.

Darimana kita dapat memperoleh informasi yang kita perlukan untuk

mengklasifikasi suatu barang? Mari menjawab pertanyaan tesebut dengan

memperhatikan bagan di bawah ini:

Untuk mengetahui spesifikasi barang yang akan kita klasifikasikan, banyak

sumber informasi yang dapat kita gunakan. Fisik barang itu sendiri sudah

memberikan beberapa informasi yang kita butuhkan, misalnya apakah bentuknya

cair atau padat, butiran atau bongkahan, bagaimana pengemasnya, dan

sebagainya. Informasi lain dapat kita peroleh dari berbagai sumber di atas.

Semakin banyak informasi yang kita miliki tentang barang tersebut, semakin akurat

kita mengklasifikasikannya.

Page 15: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 7777

Identifikasi barang diperlukan untuk menjawab setidak-tidaknya empat

pertanyaan dasar di bawah ini:

• What is it?

Barang apa yang diimpor? ⇒ bahan baku, setengah jadi, atau barang jadi?

produk pertanian, kimia, elektronik, mesin?

• What is it made of?

Dibuat dari apa barang tersebut? ⇒ komposisi, campuran, bahan yang

dominan?

• What for?

Digunakan untuk apa? ⇒ kegunaan tertentu, bagian dari barang lain,

aksesoris, lebh dari satu macam kegunaan?

• How is it imported?

Bagaimana saat diimpor? ⇒ kemasan? belum lengkap? terurai? dalam bentuk

set?

Pertanyaan di atas harus dijawab sebelum kita memulai tahap klasifikasi.

Apabila kita sudah mempunyai jawaban, barulah kita berusaha mencari pos yang

Page 16: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 8888

tepat. Dengan kata lain, setelah 3W + 1H ⇒ What are the classifiable codes?

Mengapa “What are classifiable codes?” (pos-pos, bukan satu pos

tertentu?). Kita dapat menemukan satu pos tertentu bila pos dimaksud dengan

spesifik menguraikan jenis barangnya. Namun pada umumnya suatu pos

mencakup atau menguraikan satu kelompok barang sehingga sepintas lalu

seakan-akan ada satu barang yang dicakup oleh dua atau lebih pos. Untuk itu kita

perlu mengantisipasi semua pos tarif yang mungkin untuk dipilih satu pos yang

paling sesuai.

Keterangan pabrik atau produsen barang perlu diperhatikan, dari jenis pabrik

apa, misalnya apakah pabrik farmasi atau pabrik produksi pipa plastik. Hal ini untuk

mengetahui grade atau kemurnian dari bahan tersebut. Kalau dari pabrik farmasi

kecenderungannya grade farmasi atau kemurnian mendekati 100 %. Keterangan

kemurnian barang akan berkaitan dengan harga barang tersebut, Demikian juga

negara asal barang akan berpengaruh terhadap mutu atau harga barang.

2) Langkah-Langkah Dalam Mengklasifikasi Barang

a. Prosedur Umum Klasifikasi

Dalam mengklasifikasi barang menggunakan BTBMI, prosedur yang

digunakan adalah sebagai berikut :

i. identifikasi barang yang akan diklasifikasikan;

ii. mempelajari jenis, fungsi, bahan baku dan semua informasi mengenai barang;

iii. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut;

iv. melihat buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI);

v. menentukan klasifikasi barang ke dalam BTBMI (dapat dimulai baik dari segi

bahan baku menjadi barang jadi, proses sederhana dan proses

canggih/kompleks, pertanian, mineral, kimia, mesin, dan seterusnya).

b. Tahapan Mengklasifikasi Barang

Page 17: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 9999

Dalam penjelasan ini disajikan tahapan mengklasifikasi barang secara garis

besar. Tahapan lebih rinci akan dijelaskan kemudian setelah memahami apa itu

Harmonized System, Buku Tarif Bea Masuk Indonesia, Ketentuan Umum Untuk

Menginterpretasi Harmonized System dan teori pendukung lainnya.

1. Kita identifikasi dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui

spesifikasi barang, misalnya barang tersebut produk pertanian, barang kimia,

atau mesin, kita bisa memilih bab-bab yang lebih spesifik. Identitas barang

meliputi : nama, guna, fungsi, bauatan, berat, kemasan dan informasi lain yang

bergunauntuk mengklasifikasi barang.

2. Pilih bab atau bab-bab yang berkaitan dengan spesifikasi barang tersebut. Bila

sudah kita tentukan, baca dan perhatikan baik-baik catatan Bagian dan catatan

Bab yang berkaitan dengan pilihan bab atau bab-bab pada butir 1.

3. Perhatikan penjelasan-penjelasan dalam catatan Bagian maupun catatan Bab

yang berkaitan dengan barang yang akan kita klasifikasi. Apabila ada catatan

yang mengeluarkan barang tersebut dari Bab atau Bagian yang kita pilih,

perhatikan pada Bagian, Bab, atau pos mana barang tersebut diklasifikasikan.

Pada tahap ini, biasanya kita sudah mempunyai gambaran umum apakah

barang tersebut diklasifikasikan di bab tersebut atau di bab lainnya.

4. Setelah menemukan satu bab yang paling sesuai berdasarkan kajian di atas,

maka kita mulai menelusuri pos-pos yang mungkin mencakup barang yang

akan kita klasifikasikan dalam bab tersebut. Pada tahap ini kadang-kadang kita

sudah dapat menemukan pos yang mencakup barang tersebut dengan rinci.

Bila sudah kita temukan satu pos yang tepat, maka langkah selanjutnya tinggal

menentukan sub-pos (6-digit) dan pos tarif (9-digit) yang sesuai. Ingat, dalam

penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul permasalahan klasifikasi

yang sama dengan penentuan pos (4-digit). Dalam tahap ini tentunya

menggunakan kaidah-kaidah seperti yang ada dalam nomor 1 sampai dengan

10 Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System

5. Apabila sudah dipilih satu pos tarif yang benar-benar sesuai dengan uraian

barang, langkah selanjutnya adalah melihat pembebanannya (BM, PPN,

PPnBM, atau cukai) dan ada atau tidak peraturan tata niaganya (IT, IP,

Pertamina, dan lain-lain.). Karena pembebanan tersebut sering berubah,

Page 18: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 10101010

jangan lupa selalu menggunakan pembebanan yang up to date berdasarkan

ketentuan yang terbaru.

B. HARMONIZED SYSTEM

1) Pengantar

Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat

secara sistematis dengan tujuan untuk mempermudah pentarifan transaksi

perdagangan, pengangkutan dan statistik. Berdasarkan pasal 14 ayat 2 Undang-

undang Kepabenan Indonesia Nomor 10 tahun 1995, penetapan klasifikasi

barang diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. Pada saat ini sistem

pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan pada Harmonized System dan

dituangkan dalam bentuk suatu daftar tarif yang kita kenal dengan sebutan Buku

Tarif Bea Masuk Indonesia.

a. Sejarah Sistem Klasifikasi di Indonesia

Page 19: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 11111111

Sebelum diberlakukannya Harmonized System, Indonesia telah

menggunakan beberapa sistem klasifikasi untuk barang impor, yaitu :

a. Sistem Jenewa (Geneve Nomenclature), yang berlaku sejak kemerdekaan

Republik Indonesia sampai dengan 31 Desember 1972.

b. Sistem Brussel (Brussel Tariff Nomenclature atau BTN), mulai berlaku sejak

tanggal 1 Januari 1973 sampai dengan 30 Juni 1975.

c. Sistem Brussel Edisi 1975 (BTN 1975). Penetapan tarif ini merupakan

penyempurnaan dari penetapan tarif sebelumnya dan mulai diberlakukan pada

tanggal 1 Juli 1975 sampai dengan 30 september 1980.

d. Sistem Customs Cooperation Council (CCCN). Pada dasarnya sistem

pentarifan ini sama dengan sistem sebelumnya, hanya pada sistem CCCN ini

terdapat penyempurnaan sistem penomoran pada sub-pos dari dua digit

menjadi tiga digit atau semula 6 digit menjadi 7 digit. Sistem CCCN ini mulai

diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1980 sampai dengan 31 Maret 1985.

e. Sistem CCCN Edisi 1985 (CCCN 1985). Sistem ini merupakan

penyempurnaan dari sistem CCCN sebelumnya dan mulai diberlakukan pada

tanggal 1 April 1987 sampai dengan 31 desember 1988.

f. Sistem Harmonisasi (Harmonized System). Sistem ini diterapkan di Indonesia

berdasarkan PP No. 26 tahun 1988 dan diwujudkan dalam bentuk Buku Tarif

Bea Masuk Indonesia 1989 dan dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Januari

1989.

b. Mengapa HS ?

Sejak tahun 1970, Customs Cooperation Council (CCC) yang sekarang

dikenal dengan nama World Customs Organisation (Organisasi Pabean Dunia)

telah membentuk suatu kelompok studi yang berusaha untuk menciptakan suatu

nomenklatur klasifikasi barang yang tidak semata-mata untuk keperluan pabean,

tetapi juga digunakan untuk kepentingan lain seperti statistik, pengangkutan, dan

negosiasi perdagangan.

Pada akhir tahun 1986, kelompok studi tersebut berhasil menyusun suatu

Page 20: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 12121212

nomenklatur (daftar klasifikasi barang berdasarkan kelompok-kelompok) yang

dinamakan Harmonized Commodity Description and Coding System atau

lebih dikenal dengan sebutan Harmonized System (HS) . Untuk memberikan

kekuatan hukum yang pasti, nomenklatur tersebut disahkan dalam suatu konvensi

yang dikenal dengan nama Konvensi HS.

Pada awalnya, konvensi HS ditandatangani oleh 70 negara yang sebagian

besar adalah negara Eropa. Namun sekarang hampir seluruh negara di dunia

telah meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia yang telah meratifikasi konvensi

HS dengan Keppres Nomor 35 tahun 1993. Meskipun baru meratifikasi pada

tahun 1993, sebenarnya Indonesia telah menggunakan BTBMI berdasarkan HS

sejak tanggal 1 Januari 1989.

2) Tujuan Harmonized System

Adanya perbedaan sistem klasifikasi tarif antara negara di dunia,

mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam mengantisipasi kemajuan teknologi,

perkembangan masyarakat industri dan pola perdagangan Internasional.

Menyadari hal yang demikian WCO pada tanggal 14 Juni 1983 meluncurkan HS

yang mulai berlaku secara internasional pada tanggal 1 Januari 1988, dengan

tujuan :

i. Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat

secara sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean secara mendunia.

ii. Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik perdagangan

dunia.

iii. Memberikan Sistem Internasional yang resmi untuk pemberian Kode, Pen

jelasan dan penggolongan barang untuk tujuan perdagangan seperti tarif

pengangkutan, keperluan pengangkutan, dokumentasi dan sebagainya.

iv. Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebelumnya, untuk memberikan

perhatian kepada perkembangan teknologi dan masyarakat industri serta

pola perdagangan Internasional.

Mengapa HS dijadikan dasar klasifikasi secara internasional? Ada beberapa

Page 21: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 13131313

keuntungan yang didapat setiap negara yang mengadopsi HS sebagai pedoman

klasifikasi barang, yaitu:

1. HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang

diperdagangkan secara internasional.

2. HS menggunakan dasar yang seragam untuk keperluan pentarifan secara

internasional.

3. Menggunakan “bahasa pabean” sehingga dapat dengan mudah dimengerti

oleh importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan aparat bea dan cukai.

4. Sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan interpretasi

yang benar dan sama untuk keperluan negosiasi.

5. Merupakan kumpulan data yang seragam secara internasional sehingga

dapat digunakan untuk mendukung analisis dan statistik perdagangan

internasional.

HS telah dibuat sedemikian rupa sehingga standard klasifikasi barang dan

sistem kode penomoran barang dapat dijadikan acuan untuk berbagai kebutuhan

oleh berbagai lembaga internasional yang berkaitan dengan perdagangan,

misalnya:

a. World Customs Organization (WCO).

b. The International Chamber or Shipping (ICS).

c. The International Air Transport Association (IATA).

d. The International Union Railway (IUR).

e. The Standard International Trade Classificatioan (SITC)

3) Publikasi Pelengkap HS

Harmonized System mempunyai beberapa publikasi pelengkap yang

digunakan untuk lebih mempermudah klasifikasi barang. Publikasi-publikasi

tersebut juga diterbitkan oleh WCO. Publikasi dimaksud adalah:

a. The Explanatory Notes to the Harmonized System (EN)

Page 22: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 14141414

Explanatory Notes bukan merupakan bagian yang integral dari HS, namun

sebagaimana disetujui WCO, explanatory notes merupakan interpretasi resmi

(official interpretation) dari HS pada level internasional dan merupakan pelengkap

yang sangat penting dari HS.

Explanatory Notes adalah referensi yang sangat diperlukan untuk

mendapatkan interpretasi yang benar dari HS. Karena pentingnya Explanatory

Notes ini, sebagian negara anggota WCO mensahkannya sebagai dokumen yang

berkekuatan hukum

Seiring perkembangan teknologi, Explanatory Notes juga mengalami

perubahan (amandemen) untuk menyesuaikan isinya dengan struktur HS. Untuk

itu membaca Explanatory Notes harus selalu disesuaikan dengan konteksnya

dalam HS.

Explanatory Notes yang digunakan saat ini adalah edisi kedua (tahun 1996)

yang terdiri dari empat volume, yaitu Vol. 1 (Bab 1 - 29), Volume 2 (Bab 30- 63),

Volume 3 (Bab 64 - 84), dan Volume 4 (Bab 85 - 97).

b. The Alphabetical Index

Untuk mempermudah mengklasifikasikan suatu barang pada pos-pos atau

sub-sub pos dalam nomenklatur HS atau Explanatory Notes, WCO juga

menerbitkan buku indeks yang dikenal dengan nama the Alphabetical Index.

Alphabetical Index terdiri dari dua volume, yaitu Volume I (A - L) dan Volume II (M -

Z).

c. Publikasi lain

Publikasi lain yang merupakan pelengkap HS adalah the Compendium of

Classification Opinions, the Harmonized System Commodity Data Base (dalam

bentuk CD-ROM), Dispute Settled Classification Opinion, the Training Modules,

dan Correlation Tables.

4) Sistem Pengkodean

Page 23: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 15151515

Harmonized System mempunyai dua karakteristik yang sangat mendasar,

yaitu:

a. Multipurpose nomenclature

HS yang mempunyai 6 digit penggolongan, dirancang tidak hanya untuk

keperluan kepabeanan, namun juga dipergunakan secara internasional dalam

bidang lain seperti negosiasi perdagangan, pengangkutan, statistik, dan

sebagainya. Masing-masing negara penandatangan konvensi (contracting party)

dapat mengembangkan penggolongan 6-digit tersebut menjadi kelompok yang lebih

spesifik sesuai dengan kebijaksanaan ekonomi dan industrinya. Dengan tetap

berdasar kepada HS 6-digit, semua negara mempunyai kesatuan persepsi tentang

pengklasifikasian suatu barang.

b. Structured nomenclature

HS adalah nomenklatur yang terdiri dari 21 Bagian, 96 Bab (+ Bab 77), dan

1.241 pos. HS yang tersusun dari pos dan sub-pos, bersama dengan Ketentuan

Umum Menginterpretasi, Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos,

merupakan pedoman mengklasifikasi barang yang sistematik dan seragam.

Ada tiga Bab yang belum digunakan dalam HS yang ada saat ini, yaitu Bab

77, 98, dan 99. Bab 77 dipersiapkan untuk keperluan di masa mendatang,

sedangkan Bab 98 dan 99 digunakan untuk keperluan khusus bagi masing-masing

contracting party, misalnya untuk barang pos atau peralatan pelayaran. Indonesia

juga menggunakan Bab 98 untuk keperluan ekspor barang tertentu yang pada

bulan April 1999 dicabut kembali.

Seperti telah disinggung sebelumnya, Harmonized System mempunyai tiga

bagian utama atau integral, yaitu:

1. Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System (General Rules

for the Interpretation of the HS). Ketentuan Umum Menginterpretasi

Harmonized System (KUM HS) merupakan bagian terpenting yang harus

Page 24: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 16161616

dipahami sebelum melangkah lebih jauh untuk meng klasifikasikan barang

menggunakan HS. KUM HS berisi enam prinsip dasar yang harus dipatuhi

dalam mengklasifikasi barang. Mengingat pentingnya memahami KUM HS,

bagian ini akan dibahas tersendiri.

2. Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos.

3. Pos (4-digit) dan Sub-pos (6-digit) yang disusun dengan sistematik.

HS menggunakan kode nomor dalam mengklasifikasikan barang. Kode-kode

nomor tersebut mencakup uraian barang yang tersusun secara sistematis. Sistem

penomoran dalam HS terbagi menjadi Bab (2-digit), pos (4-digit), dan sub-pos (6-

digit) dengan penjelasan sebagai berikut:

0 1 01 1 1

__ Bab (Chapter) 1

_______ Pos (Heading) 01. 01

______________ Sub-pos (Sub-heading) 0101. 11

• Dua angka pertama untuk menunjukkan pada bab mana barang itu

diklasifikasikan. Pada contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada

Bab 1.

• Empat angka pertama menunjukkan Pos atau Heading dalam setiap bab. Pada

contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada pos 01.01.

• Enam angka pertama menunjukkan Sub Pos dalam setiap Pos. Pada contoh di

atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada sub-pos 0101.11.

Untuk keperluan nasional, Indonesia menggunakan sistem penomoran 10

digit dalam BTBMI yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-sub pos dalam

HS. Penjelasan mengenai hal ini akan dibahas lebih rinci pada penjelasan

berikutnya.

C. BUKU TARIF BEA MASUK INDONESIA

1) Dasar Hukum

Page 25: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 17171717

Pada akhir tahun 1995, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

telah berhasil membahas dan menyetujui Rancangan Undang-Undang

Kepabeanan, yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1995 tentang Kepabeanan saat ini telah diamandemend dengan UU no. 17

tahun 2006 . Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang ini menyebutkan bahwa “Untuk

penetapan tarif Bea Masuk, barang dikelompokkan berdasarkan sistem

klasifikasi barang”. Selanjutnya berdasarkan pasal 14 ayat 2 Undang-undang

tersebut, penetapan klasifikasi barang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

Pengaturan lebih lanjut penentuan klasifikasi barang dilakukan dengan

memperhatikan:

a) Upaya peningkatan daya saing produk Indonesia dipasar Internasional.

b) Perlindungan terhadap konsumen dalam negeri.

c) Pengurangan hambatan dalam perdagangan Internasional guna mendukung

terciptanya perdagangan bebas.

d) Pemenuhan perjanjian serta kesepakatan Internasional.

Atas dasar pertimbangan di atas, Pemerintah menerbitkan Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 440/KMK.05/1996 tanggal 21 Juni

1996 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea

Masuk Atas Barang Impor. Dalam Pasal 1 Keputusan ini disebutkan “Untuk

penetapan tarif Bea Masuk, barang barang dikelompokkan berdasarkan sistem

klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 1993 tentang Pengesahan International Convention

The Harmonized Commodity Description and Coding System beserta protocol-

nya”.

Indonesia telah menjadi anggota World Customs Organization, yang

sebelumnya dikenal dengan nama Customs Cooperation Council sejak tanggal 30

April 1957. Sebagai anggota WCO, Indonesia telah menunjukkan peran serta yang

aktif dalam kegiatan WCO dan telah banyak menarik manfaat dari organisasi ini.

Berbagai bantuan teknis dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan sistem

dan prosedur kepabeanan Internasional, telah diterima oleh Indonesia.

Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 35 tahun 1993,

Page 26: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 18181818

Indonesia telah menjadi Contracting Party dari “International Convention on the

Harmonized Commodity Description and Coding Sistem”. Sebagai tindak lanjutnya

, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 81/KMK.05/1994 tanggal 16

Maret 1994 telah ditetapkan bahwa terhitung sejak 1 April 1994 , struktur

Klasifikasi barang dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) mengacu

kepada sistem klasifikasi dari HS Convention.

Berdasarkan Artikel XVI HS Convention, World Customs Organization telah

mengesahkan amandemen lampiran konvensi, yang semula mempergunakan HS

versi 1992, menjadi “HS versi 1996”.

Menindaklanjuti adanya amandemen HS 1996 tersebut, Pemerintah pada

tanggal 29 Desember 1995 telah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 639/KMK. 01/1995 yang merupakan:

1. Dasar penggunaan sistem klasifikasi barang berdasarkan HS versi 1996.

2. Dasar penetapan besarnya tarif bea masuk (bea masuk tambahan dilebur

bersama bea masuk) untuk barang bersangkutan.

3. Penyempurnan Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 26 Tahun 1988 tentang Perubahan dan Tambahan atas

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1969 tentang

Pembebasan atas Impor dan Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 47 Tahun 1986 tentang Bea Masuk Tambahan Atas Barang

Impor.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 639/KMK.01/1995 di atas selanjutnya

dijabarkan dalam bentuk penerbitan BTBMI edisi tahun 1996. Hingga saat ini

BTBMI 1996 dimaksud telah beberapa kali diubah atau direvisi sesuai dengan

perkembangan kebijaksanaan nasional. BTBMI terakhir dengan BTBMI tahun 2007

menggunakan HS ver 2007 berdasarkan AHTN.

2) Struktur BTBMI

Page 27: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 19191919

Pada bab terdahulu kita telah mempelajari gambaran umum tentang

Harmonized System. Sekarang kta akan mempelajari tentang BTBMI. BTBMI

adalah buku tarif bea masuk yang digunakan di Indonesia semenjak 1989 yaitu,

beberapa tahun sebelum Indonesia meratifikasi HS Convention dan saat ini yang

berlaku adalah BTBMI 2007 berdasarkan AHTN.

BTBMI tidak lain adalah HS yang dimodifikasi atau dijabarkan lebih lanjut

untuk digunakan dalam pentarifan dan penanganan barang impor ke Indonesia.

BTBMI mempunyai struktur sebagai berikut:

1. Kolom :

a. Kolom pertama adalah kolom “Pos/Subpos/Pos Tarif” yang mencantumkan

nomor pos/subpos sebagai berikut :

1) 4 (empat) dan 6 (enam) digit pertama berasal dari teks Harmonized

System-World Customs Organization (HS-WCO);

2) 8 (delapan) digit berasal dari teks AHTN;

3) 10 (sepuluh) digit merupakan teks berasal dari uraian barang dalam

bahasa Indonesia, kecuali:

♦ yang 2 digit terakhirnya 00 ( misalnya 8709.10.21.00 ) berasal dari

teks AHTN;

♦ yang 4 digit terakhirnya 00.00 ( misalnya 8709.11.00.00 ) berasal dari

teks HS – WCO.

4) 4 (empat), 6 (enam) dan 10 (sepuluh) digit pada bab 98 merupakan teks

berasal dari uraian barang dalam bahasa Indonesia.

b. Kolom kedua adalah kolom “Uraian Barang” dalam bahasa Indonesia yang

disusun dengan pola sebagai berikut:

1) Uraian barang pada pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan

terjemahan dari teks HS-WCO;

2) Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan terjemahan dari

teks AHTN;

3) Uraian barang pada pos tarif nasional (10 digit) merupakan teks berasal

dari uraian barang dalam bahasa Indonesia, kecuali:

Page 28: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 20202020

♦ yang 2 digit terakhirnya 00 ( misalnya 8709.10.21.00 ) berasal dari

teks AHTN;

♦ yang 4 digit terakhirnya 00.00 ( misalnya 8709.11.00.00 ) berasal dari

teks HS – WCO.

4) Khusus uraian barang dalam bab 98 merupakan teks berasal dari uraian

barang dalam bahasa Indonesia.

c. Kolom ketiga adalah kolom “Description of Goods” dalam bahasa Inggris

yang disusun dengan pola sebagai berikut :

1) Uraian barang pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan teks HS-

WCO dalam bahasa Inggris;

2) Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan teks AHTN

dalam bahasa Inggris;

3) Uraian barang pada pos tarif nasional (10 digit) merupakan terjemahan

dari teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, kecuali :

♦ yang 2 digit terakhirnya 00 ( misalnya 8709.10.21.00 ) merupakan teks

AHTN;

♦ yang 4 digit terakhirnya 00.00 ( misalnya 8709.11.00.00 ) merupakan

teks asli HS – WCO.

4) Khusus uraian barang dalam bab 98 merupakan teks berasal dari uraian

barang dalam bahasa Indonesia.

d. Kolom keempat adalah kolom “Bea Masuk Umum” yang mencantumkan

pembebanan tarif bea masuk atas barang impor berlaku umum berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 547/KMK.01/2003

tanggal 18 Desember 2003;

e. Kolom kelima adalah kolom “Bea Masuk CEPT” yang mencantumkan

pembebanan tarif bea masuk yang berlaku untuk impor barang dari negara-

negara ASEAN dalam rangka Skema CEPT berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 546/KMK.01/2003 tanggal 18

Desember 2003;

Page 29: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 21212121

f. Kolom keenam adalah kolom “PPN” yang mencantumkan pembebanan tarif

PPN berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000;

g. Kolom ketujuh adalah kolom “PPnBM” yang mencantumkan pembebanan

tarif PPnBM yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 569/KMK.04/2000 dan Nomor 570/KMK.04/2000

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/KMK.03/2003 tanggal 28 Januari

2003 dan Nomor 355/KMK.03/2003 tanggal 11 Agustus 2003;

h. Kolom kedelapan adalah kolom “Larangan/Pembatasan” yang

mencantumkan ketentuan larangan atau pembatasan barang impor

berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

230/MPP/KEP/7/1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 62/MPP/KEP/02/2001 dan

tata niaga impor dan peredaran bahan berbahaya tertentu ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

254/MPP/KEP/7/2000, serta ketentuan instansi teknis lainnya;

i. Kolom kesembilan adalah kolom “Keterangan” yang disediakan untuk

mencantumkan keterangan tambahan yang dianggap perlu dan ketentuan

lain yang belum ditampung pada kolom-kolom sebelumnya.

2. Pencantuman tanda strip (-) pada kolom pembebanan tarif ditujukan untuk

hal-hal sebagai berikut :

a. Tanda strip (-) pada kolom Bea Masuk CEPT berarti komoditi pada pos tarif

bersangkutan tidak termasuk dalam skema CEPT;

b. Tanda strip (-) pada kolom PPN atau PPnBM berarti komoditi pada pos tariff

bersangkutan tidak dikenakan pembebanan PPN atau PPnBM.

3. Pencantuman tanda asterisk (*) pada kolom pembebanan tarif ditujukan

untuk hal-hal sebagai berikut :

a. Pencantuman tanda satu asterisk (*) pada kolom “Bea Masuk Umum” berarti

pembebanan impornya mengikuti tarif pada pos tarif 87.01 sampai dengan

87.05;

Page 30: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 22222222

b. Pencantuman tanda satu asterisk (*) pada kolom “PPN”, “PPnBM” dan

“Larangan/Pembatasan” berarti pengenaan PPN, PPnBM dan pemberlakuan

ketentuan larangan/pembatasan berlaku hanya terhadap sebagian jenis

barang atau sebagian kelompok barang dalam pos tarif bersangkutan;

4 Catatan Penjelasan Tambahan (SEN) merupakan pedoman dalam

menginterpretasikan pengertian maupun istilah teknis barang yang tercantum

dalam Subpos pos tarif tertentu. Apabila terdapat keraguan dalam

menginterpretasikan teks yang tercantum dalam Catatan Penjelasan Tambahan

(SEN), maka yang mengikat secara hukum adalah teks asli SEN dalam bahasa

Inggris.

Nomor Pos tarif (10-digit) dan uraiannya, besarnya BM, PPN, dan PPnBM

ditetapkan oleh Menteri Keuangan. PTNI (Peraturan Tata Niaga Impor) ditetapkan

oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Perlu diingat bahwa selain BM yang

tercantum dalam BTBMI, terdapat juga BM Anti Dumping yang ditetapkan tersendiri

oleh Menteri Keuangan. Bea Masuk Anti Dumping berlaku di Indonesia sejak

tanggal 1 April 1996 berlandaskan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995

tentang Kepabeanan sesuai pasal 18, 19 dan 20.

3) Kode Penomoran dan Pentakikan

a. Sistem Penomoran

Sistem penomoran klasifikasi dalam BTBMI menggunakan 10-digit dengan

susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS, 2 digit selanjutnya mengacu

kepada AHTN dan 2 digit terakhir adalah pecahan pos tarif nasional. Untuk

memahami sistem penomoran tersebut, perhatikan contoh berikut:

0705.11.00.00 Selada kubis (selada bongkahan)

(1) Dua digit pertama (07) menunjukkan Bab.

Bab 07 : Sayuran, akar dan bonggol tertentu yang dapat dimakan.

(2) Empat digit pertama (0705) menunjukkan Pos.

Pos 07.05: Selada (Lactuca sativa) dan chicory (Chicorium spp.), segar atau

Page 31: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 23232323

dingin.

(3) Enam digit pertama (0705.10) menunjukkan Sub-pos yaitu selada.

Sub-pos 0705.10 dipecah menjadi 0705.11 dan 0705.19:

0705.10: - Selada

(4) Sepuluh digit pertama (0705.11.00.00) menunjukkan Pos Tarif

0705.19.00.00 : - - Lain-lain)

b. Sistem Takik

Selain menggunakan sistem nomor, HS/BTBMI juga menggunakan sistem

takik (dash, -) untuk mengklasifikasi barang, dengan penjelasan sebagai berikut:

(1) Pos (4-digit) tidak diberi takik.

(2) Penggunaan satu takik (-) dimulai pada uraian Sub-pos (6-digit).

(3) Bila uraian pada butir b dipecah, digunakan dua takik (- -).

(4) Bila uraian pada butir c dipecah lagi, digunakan tiga takik (- - -), demikian

seterusnya sehingga diperoleh pengelompokan barang yang lebih rinci.

Di bawah ini disajikan contoh sistem takik dengan menggunakan contoh yang

sudah ada (pos tarif 0705.11.000):

07.05 Selada (Lactuca sativa) dan chicory (Chicorium spp.), segar atau dingin).

0705.10 - Selada

* Ingat, dalam HS/BTBMI sub-pos 0705.10 tidak dican tumkan karena sub-pos

tersebut dipecah lagi menjadi sub-pos 0705.11 dan 0 705 19.

0705.11.00.00 -- Selada kubis (selada bongkolan).

Apabila pos tarif 0705.11 dipecah lagi menjadi pos tarif yang lebih rinci, khusus

untuk negara Indonesia, maka digunakan pemecahan menggunakan tiga takik

pada digit 9 dan 10, misalnya :

0705.11.00.10 - - - Segar

0705.11.00.20 - - - Dingin

Page 32: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 24242424

Namun apabila ASEAN misalnya akan membagi dari subpos 0705.11. maka :

0705.11.10.00 - - - Segar

0705.11.20.00 - - - Dingin

Perlu diperhatikan bahwa kadang-kadang nomor sub-pos atau pos tarif yang

dipecah lebih lanjut tidak dicantumkan secara eksplisit dalam BTBMI, contoh :

1) sub-pos 0705.10, dalam BTBMI tidak dicantumkan (hanya dicantumkan uraian

barangnya yaitu: - selada) karena sub-pos tersebut dipecah lebih lanjut menjadi

0705.11 dan 0705.19.

2) Dalam HS/BTBMI hanya ada dua jenis barang, yaitu barang tertentu dan lain-

lain. Kedua jenis barang tersebut dapat dipecah kembali lagi menjadi dua

kelompok di atas (barang tertentu dan lain-lain) yang lebih spesifik.

3) Setiap kelompok barang di atas (baik dalam pos, sub-pos, maupun pos tarif)

dibagi atau dirinci dengan dua cara, yaitu barang tertentu A - barang tertentu

B atau barang tertentu A - barang lainnya (lain-lain).

Contoh:

Barang tertentu A - barang tertentu B :

Pos 07.07 (Ketimun dan ketimun acar, segar atau dingin) dibagi menjadi

ketimun dan ketimun acar saja. Barang tertentu A - barang lainnya (lain-lain).

Pos 07.01 (Kentang, segar atau dingin) dibagi menjadi bibit dan lain-lain.

4) Bila pos dipecah menjadi sub-sub pos, perhatikan digit kelima dan keenam.

Barang tertentu mempunyai kode 10, 20, 30, ..., 80.

5) Pemecahan pos tarif (10-digit) juga mengikuti pola di atas. Mari kita lihat

contoh berikut:

39.01 -- Polimer dari etilena, dalam bentuk asal.

3901.10 -- Polietilena berat jenis kurang dari 0,94:

3901.10.10.00 -- Dalam bentuk padat

-- Butiran

3901.10.21.00 --- Mutu farmasi

Page 33: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 25252525

3901.10.22.00 --- Mutu kabel

3901.10.23.00 --- Lain-lain, digunakan dalam pembuatan kabel telepon

atau kabel listrik

3901.10.29.00 --- Lain-lain

3901.10.30.00 -- Cair atau pasta

-- Bentuk lain :

3901.10.91.00 --- Digunakan dalam pembuatan kabel telepon atau kabel

listrik

3901.10.99.00 --- Lain-lain

Untuk pemecahan pos tarif,perhatikan dua digit terakhir.

• Barang tertentu mempunyai kode 10, 20, ..., 30;

• Barang lainnya (lain-lain) diberi kode 90.

• Bila kode 10 dipecah lagi menjadi lebih rinci, digunakan digit kesembilan,

yaitu menjadi 11, 12, ..., 19.

• Demikian juga kode 900 bila dipecah menjadi 91, 92, ..., 99.

4) Arti kata “lain-lain”

Dalam klasifikasi BTBMI dengan sistem HS kata “Lain-lain”, berfungsi untuk

menampung barang yang belum disebut pada uraian jenis barang sebelumnya.

Kata “lain-lain” terdapat pada Bab, Pos, Sub-Pos dan Pos Tarif Nasional

Untuk dapat memahami arti kata “Lain-lain” , perhatikan hal-hal berikut ini:

a) bandingkan kelompok barang “lain-lain” dimaksud dengan kelompok barang

yang setara.

b) apabila kata “lain-lain” dimaksud terdapat pada bab, bandingkan dengan uraian

barang pada bab-bab terdahulu.

c) apabila kata “lain-lain” dimaksud terdapat pada pos, bandingkan dengan uraian

barang pada pos-pos terdahulu dalam bab yang sama.

d) apabila kata “lain-lain” dimaksud terdapat pada sub-pos, bandingkan dengan

uraian barang pada sub-sub pos terdahulu, dalam pos yang sama.

Page 34: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 26262626

e) apabila kata “lain-lain” dimaksud terdapat pada pos tarif, bandingkan dengan

uraian barang pada pos-pos tarif terdahulu, pada sub-pos yang sama.

Metode di atas dapat difahami dengan lebih mudah apabila kita dapat

menggambarkannya dalam bentuk diagram pohon, sehingga akan jelas kelompok

barang mana yang akan dibandingkan dengan barang lain-lain barang lain-lain

yang ingin kita ketahui.

Di bawah ini disajikan mengetahui kelompok barang yang termasuk lain-lain

dengan menggunakan metode diagram pohon dengan contoh sebagai berikut:

• Barang A dibagi menjadi barang A1, A2, dan Lain-lain (1);

• Barang Lain-lain (1) dibagi menjadi barang B1, B2, dan Lain-lain (2).

• Barang Lain-lain (2) dibagi menjadi barang C1, C2, dan Lain-lain (3).

Cara membaca:

• Lain-lain (3): barang selain C1 dan C2, yang termasuk dalam Lain-lain (2).

• Lain-lain (2): barang selain B1 dan B2, yang termasuk dalam Lain-lain (1).

• Lain-lain (1): barang selain A1 dan A2, yang termasuk dalam barang A.

Jadi, Lain-lain (3) adalah termasuk kelompok barang A selain A1 dan A2, selain

B1 dan B2, selain C1 dan C2. Lain-lain (2) adalah termasuk kelompok barang A

selain A1 dan A2, selain B1 dan B2. Lain-lain (3) adalah termasuk kelompok

barang A selain A1 dan A2.

Dengan sedikit latihan menggunakan BTBMI, pengertian kata lain-lain

Page 35: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 27272727

tersebut akan dapat dengan mudah dimengerti. Dalam diktat ini pengertian lain-

lain dibatasi pemahamannya sebatas berkaitan dengan uraian jenis barang pada

judul Bab, Pos, Sub-pos maupun Pos tarif nasional, tanpa dikaitkan dengan

catatan Bagian, catatan Bab, maupun catatan Sub-pos.

Di bawah ini disajikan beberapa contoh pengertian kata lain-lain yang terdapat

dalam BTBMI:

a) Judul Bab.

Bab 63: Barang tekstil sudah jadi lainnya ....

Secara singkat makna kata lainnya berfungsi untuk menampung barang tekstil

sudah jadi yang belum disebutkan pada bab-bab sebelumnya dalam Bagian XI.

Secara lebih rinci judul bab tersebut dapat diuraikan menjadi “Tekstil dan

barang tekstil, selain yang telah disebutkan pada Bab 50 sampai

dengan Bab 62 ”.

b) Judul Pos.

Pos 01.06: Binatang hidup lainnya.

Kata lainnya dalam pos ini berfungsi untuk menampung binatang hidup yang

belum disebutkan pada pos-pos sebelumnya. Secara lebih rinci uraian pos

tersebut dapat diuraikan menjadi:

Binatang hidup,

6) selain kuda, keledai, bagal dan hinnies, selain binatang sejenis

lembu, selain babi

7) selain biri-biri dan kambing

8) selain unggas dari jenis : ayam spesies Gallus d omesticus, bebek,

kalkun dan ayam mutiara

c) Judul Sub Pos

Sub-pos 0102.90 : - Lain-lain

Kata lain-lain dalam sub-pos ini berfungsi untuk menampung binatang sejenis

lembu, hidup yang belum disebutkan pada sub-sub pos sebelumnya. Secara

lebih rinci uraian dalam sub-po stersebut dapat diuraikan menjadi:

Binatang hidup,

Page 36: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 28282828

9) selain kuda, keledai, bagal dan hinnies,

10) termasuk binatang sejenis lembu, namun bukan untuk bibit

1.2. Latihan 1

1. Mengapa kita harus mengidentifikasi barang sebelum mengklasifikasinya

?

2. Bila akan diimpor sebuah pompa air yang menggunakan tenaga listrk,

data apa yang diperlukan mengenai pompa tersebut ?

3. Bagaimana langkah-langkah dalam meng klasifi kasi barang ?

4. Apa yang dimaksud dengan Harmonized System ?

5. Apa tujuan Harmnized System

6. Bagaimana sistem penomoran Harmonized System ?

7. Pasal berapa dalam Undang-undang no. 10 tahun 1995 yang berkaitan

dengan klasifikasi barang ?

8. Apa isi Buku Tarif Bea Masuk Indonesia ?

9. Apa yang dimaksud dengan sistem pentakikan dalam penomoran HS?

10. Bagaimana cara membaca pengertian kata “Lain-lain” dalam BTBMI ?

1.3. Rangkuman

1. Dalam kegiatan belajar ini telah dijelaskan dengan singkat langkah-langkah

Page 37: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 29292929

praktis dalam mengklasifikasi barang. Bagaimana seandainya yang akan

kita klasifikasikan adalah suatu bahan kimia? Sebelum mengklasifikasi kita

memerlukan identifikasi untuk mendapatkan informasi mengenai: : organik

atau anorganik, bentuk asal atau preparat, komposisinya, kegunaannya,

bentuknya, dan sebagainya.

2. Dalam mengklasifikasi barang menggunakan BTBMI, prosedur yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. identifikasi barang,

b. mempelajari jenis, fungsi, bahan baku dan semua informasi

mengenai barang;

c. merumuskan identitas;

d. melihat BTBMI ;

e. menentukan klasifikasi barang.

3. Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat

secara sistematis dengan tujuan untuk mempermudah pentarifan transaksi

perdagangan, pengangkutan dan statistik. Berdasarkan pasal 14 ayat 2

Undang-undang Kepabenan Indonesia Nomor 10 tahun 1995. Pada saat

ini sistem pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan pada

Harmonized System dan dituangkan dalam bentuk suatu daftar tarif yang

kita kenal dengan sebutan Buku Tarif Bea Masuk Indonesia.

4. Perbedaan sistem klasifikasi tarif antara negara di dunia, mengakibatkan

timbulnya kesulitan dalam mengantisipasi kemajuan teknologi,

perkembangan masyarakat industri dan pola perdagangan Internasional.

WCO meluncurkan HS yang mulai berlaku secara internasional pada

tanggal 1 Januari 1988. HS menggunakan kode nomor dalam

mengklasifikasikan barang. Kode-kode nomor tersebut mencakup uraian

barang yang tersusun secara sistematis. Untuk keperluan nasional,

Indonesia menggunakan sistem penomoran 10 digit dalam BTBMI yang

merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-sub pos dalam HS.

5. Indonesia telah menjadi Contracting Party dari “International Convention on

the Harmonized Commodity Description and Coding Sistem”. berdasarkan

keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 35 tahun 1993. Sebagai

Page 38: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 30303030

tindak lanjutnya struktur Klasifikasi barang dalam Buku Tarif Bea Masuk

Indonesia (BTBMI) mengacu kepada sistem klasifikasi dari HS Convention

6. Sistem penomoran klasifikasi dalam BTBMI menggunakan 10-digit dengan

susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS dan 2 digit terakhir

adalah pecahan pos tarif nasional. Selain menggunakan sistem nomor,

HS/BTBMI juga menggunakan sistem takik (dash, -) untuk mengklasifikasi

barang

7. Dalam klasifikasi BTBMI dengan sistem HS kata “Lain-lain”, berfungsi

untuk menampung barang yang belum disebut pada uraian jenis barang

sebelumnya. Kata “lain-lain” terdapat pada Bab, Pos, Sub-Pos dan Pos

Tarif Nasional. Dengan sedikit latihan menggunakan BTBMI, pengertian

kata lain-lain tersebut akan dapat dengan mudah dimengerti

1.4. Test Formatif 1

A. Lingkarilah huruf B apabila pernyataan ini Saudara anggap benar dan

huruf S apabila pernyataan Saudara anggap salah.

1. ( B - S ) Untuk mengklasifikasi barang diperlukan data mengenai nama,

jenis dan spesifikasi lainnya secara akurat. Informasi mengenai

barang tersebut dapat kita peroleh melalui : kondisi fisik, brosur,

sertificate of analysis, label kemasan dan data lainnya.

2. ( B - S ) Customs Cooperation Council di Brussels pada tanggal 14 Juni

1983 menghasilkan Konvensi Internasional tentang The

Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dan

mulai berlaku di Indonesi sejak tanggal 1 Januari 1988.

3. ( B - S ) HS bersifat harmonis karena standard klasifikasi dan sistem kode

penomoran barang digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti

Pabean, statistik, perdagangan internasional dan pengangkutan

laut, udara dan kereta api. Salah satu tujuan HS adalah untuk

Page 39: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 31313131

memberikan ketidak seragaman secara internasional

penggolongan barang dalam tarif pabean.

4. ( B - S ) Apabila terdapat perbedaan sistem klasifikasi pada setiap negara

akan memperpanjang waktu untuk penetapan bea masuk dan

pengeluaran barang impor di pelabuhan. Fungsi dasar HS adalah

untuk memberikan keseragaman dalam mengklasifikasi barang

guna memberikan kemudahan pada perdagangan internasional.

5. ( B - S ) Ditinjau dari fungsi pengklasifikasian, struktur HS terdiri dari : KUM

HS ; Catatan Bagian, Bab dan Subheading ; Heading, sub-heading

dan penomoran hingga ke Pos tarif (10 digit). Demikian dalam

kekuatan hukumnya sama, karena yang utama adalah uraian

barangnya.

B. Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari

huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d )

1. Untuk penetapan tarif bea masuk, barang dikelompokkan berdasarkan sistem

klasifikasi barang. Bunyi kalimat diatas sesuai dengan bunyi UU no. 10 tahun

1995 tentang Kepabeanan pada :

a. pasal 16

b. pasal 115

c. pasal 14

d. pasal 116

2. The Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) mulai

berlaku secara internasional sejak :

a. tanggal 1 Januari 1989

b. tanggal 1 Agustus 1988

c. tanggal 31 Januari 1988

d. tanggal 11 Januari 1989

3. Untuk mengklasifikasi barang, dikenal prosedur umum untuk mengklasifikasi

Page 40: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 32323232

barang. Prosedur tersebut secara umum ialah .........

a. mengidentifikasi barang dengan mempelajari jenis dan spesifikasinya

b. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut

c. melihat Buku Tarif Bea Masuk Indonesia dan menentukan

klasifikasinya

d. pernyataan a, b dan c benar

4. Dalam pengamatan sementara untuk mengklasifikasi barang, maka sebutkan

pernyataan dibawah ini yang tidak benar

a. Jenis suatu jenis barang dimungkinkan tidak ada dalam HS

b. Dapat terkait dengan beberapa bab

c. Mengklasifikasi barang seluruhnya harus tepat secara eksak

d. Barang tidak dapat diklasifikasikan, karena uraian jenis barangnya

tidak ada dalam BTBMI

5. Pencantuman besarnya Bea Masuk pada Buku tarif Bea Masuk Indonesia :

a. hanyalah sementara (mengikuti surat Keputusan Menteri Keuangan

RI)

b. harus mengacu kepada perkembangan terakhir besarnya penetapan

Bea Masuk

c. selalu berubah

d. pernyataan a, b dan c benar

C. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan benar

1. Sebutkan 3 Sistem dalam mengklasifikasi barang yang pernah digunakan

Pemerintahan Republik Indonesia, sebelum HS !

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konvensi HS ?

3. Mengapa kita memilih suatu system seperti HS dalam menentukan

klasifikasi barang ?

4. Sebutkan tujuan Harmonized System ?

5. Apakah besarnya tarif bea masuk Indonesia secara hukum sesuai seperti

apa yang tertulis dalam BTBMI tersebut ?

Page 41: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 33333333

1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada

di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau sejauh

mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan rumus di

bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap terhadap materi

kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan

Untuk kelompok A dan B :

Jumlah Jawaban yang benar dibagi 10 kemudian dikali 100 % = ............

Untuk kelompok C :

Apabila benar seluruhnya nilai menjadi 100

Page 42: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 34343434

Untuk nilai keseluruhan maka dibagi rata-rata dari (A+B) dan C

Arti tingkat penguasaan :

* 90 % - 100 % = Baik sekali

* 80 % - 89 % = Baik

* 70 % - 79 % = Cukup

* 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan

kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat

penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca Modul

kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

2. Kegiatan Belajar (KB) 2

TEKNIK KLASIFIKASI

BARANG

Indikator Keberhasilan :

Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan

1. Ketentuan umum untuk menginterpretasikan Harmonized System

2. Tahapan dalam mengklasifikasi barang

3. Nota Penelitian Klasifikasi Barang

Page 43: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 35353535

2.1. Uraian dan Contoh

Seorang klasifikator dibidang kepabeanan harus dapat mengidentifikasi dan

mengklasifikasi barang dengan terampil. Oleh karena itu, seorang klasifikator

harus terlebih dahulu memahami pengetahuan barang dan pengetahuan mengenai

klasifikasi barang. Seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam

mengidentifikasi dan mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan

pengisian Pemberitahuan Impor Barang yang pada akhirnya menentukan

ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.

A. KETENTUAN UMUM UNTUK MENGINTERPRETASI

HARMONIZED SYSTEM

1) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 1

Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System (KUM HS)

merupakan pintu gerbang untuk memasuki klasifikasi barang. Mengingat begitu

kompleksnya teknik klasifikasi barang, KUM HS mutlak diperlukan sebagai

pedoman dasar yang tidak boleh ditinggalkan. Setiap kali melakukan kegiatan

klasifikasi barang, sadar atau tidak, salah satu ketentuan dalam KUM HS harus

dipergunakan. Untuk itu, marilah kita pelajari satu-persatu enam butir KUM HS

tersebut.

KUM HS 1 :

Judul Bagian, Bab dan Sub-bab hanya dimaksudkan untuk memudahkan

referensi saja; untuk tujuan hukum, klasifikasi harus ditentukan menurut uraian

yang terdapat dalam pos dan berbagai Catatan Bagian atau Bab yang berkaitan

serta menurut ketentuan-ketentuan berikut ini, asalkan pos atau Catatan tersebut

tidak menentukan lain;

Page 44: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 36363636

Penjelasan:

HS adalah nomenklatur yang bersifat sistematik. Namun mengingat

banyaknya jenis barang, tidak mungkin semua jenis barang dapat dicakup dengan

persis pada setiap bab. Contohnya, sutera adalah produk hewani, tetapi karena

sifatnya yang khusus dalam HS tidak diklasifikasikan pada bab 5 (produk hewani

tidak dirinci atau termasuk dalam pos lainnya), tetapi diklasifikasikan khusus pada

bab 50.

Uraian pada bab hanya untuk referensi saja, tidak mempunyai kekuatan

hukum. Karena itu perlu diingat agar selalu mempertimbangkan semua bab atau

pos yang mungkin mencakup suatu barang. Yang mempunyai kekuatan hukum

adalah pos (heading), catatan bagian, catatan bab, dan catatan sub-pos. Uraian

pos dan catatan-catatan tersebut merupakan pertimbangan utama. Apabila pos

dan catatan-catatan tersebut tidak menentukan lain, dalam hal KUM HS 1 tidak

bisa digunakan barulah digunakan KUM HS 2, 3, 4, dan 5. Contohnya, catatan 2

Bab 31 menjelaskan pos 31.02 hanya untuk produk tertentu. Batasan ini tidak

boleh diperluas dengan menggunakan KUM HS 2(b).

Perhatikan gambar keledai yang biasa digunakan untu k sirkus.

Spesifikasi keledai : - jenis keledai - umur 2 tahun - dapat mendemontrasikan

beberapa permainan dalam pertunjukan sirkus

Pengklasifikasian apakah

pada bab 1 atau bab 95

Page 45: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 37373737

Bagaimana pengklasifikasiannya bila keledai tersebu t diimpor oleh grup

sirkus dari jerman ?

2) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 2a dan 2 b

KUM HS 2 a :

Setiap referensi untuk suatu barang dalam suatu pos harus dianggap meliputi

juga referensi barang tersebut dalam keadaan tidak lengkap atau belum rampung,

asalkan pada saat diajukan, barang yang tidak lengkap atau belum rampung

tersebut memiliki karakter utama dari barang itu dalam keadaan lengkap atau

rampung. Referensi ini harus dianggap juga meliputi refensi untuk barang tersebut

dalam keadaan lengkap atau rampung (atau yang berdasarkan ketentuan ini dapat

digolongkan sebagai lengkap atau rampung) yang diajukan dalam keadaan belum

dirakit atau terbongkar.

Penjelasan:

Barang tidak lengkap atau tidak rampung dianggap sebagai barang lengkap

atau rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat utama sebagai

barang lengkap atau rampung Sebagai contoh beberapa set sepeda yang

diimpor dalam keadaan terurai, dan tiap setnya tidak ada sadel dan ban

dalamnya. Namun tetap dianggap set sepeda karena sifat utamanya sebagai

sepeda telah dimiliki.

Page 46: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 38383838

:

Perhatikan gambar sepeda diatas. Bagaimana pengklas ifikasiannya bila

sepeda tersebut : a) tidak dicat ,b) tidak ada sa delnya c) dalam keadaan

terurai

KUM HS 2 b :

Setiap referensi untuk suatu bahan atau zat dalam pos, harus dianggap juga

meliputi referensi untuk campuran atau kombinasi dari bahan atau zat itu dengan

bahan atau zat lain. Setiap referensi untuk barang dari bahan atau zat tertentu

harus dianggap juga meliputi referensi untuk barang yang sebagian atau

seluruhnya terdiri dari bahan atau zat tersebut. Barang yang terdiri lebih dari satu

jenis bahan atau zat harus diklasifikasikan sesuai prinsip dari Ketentuan 3.

Penjelasan:

Campuran atau kombinasi dua atau lebih bahan atau zat diklasifikasikan

berdasarkan KUM HS 1. Sebagai contoh suatu susu yang telah ditambah sedikit

vitamin, maka pengklasifikasiannya tetap sebagai susu. Mengapa demikian ?

karena sifat sebagai susunya tidak berubah. Ingat, ketentuan ini hanya berlaku

apabila pos atau catatan bagian atau catatan bab tidak menentukan lain. Contoh,

pos 15.03 (-lard oil, ...tidak diemulsi atau dicampur...); karena uraian posnya sudah

menyebutkan bahwa produk dalam pos tersebut tidak dicampur, maka KUM HS

Spesifikasi : - Sepeda merk

:”Bamby” - Ada alat

perubah kecepatan

- memiliki laher dalam as ban

- bisa dikendarai oleh orang tua maupun anak-anak

Page 47: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 39393939

2(b) tidak berlaku.

Apabila tambahan atau campuran bahan atau zat menghilangkan sifat

barang seperti diuraikan pada pos, KUM HS 2(b) tidak dapat digunakan (harus

digunakan KUM HS 3).

Perhatikan sumbat botol diatas, bagaimana bila sumb at botol bagian atas

dilapis plastik ?

3) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 3a, b dan c

KUM HS 3 :

Apabila dengan menerapkan Ketentuan 2 (b) atau untuk berbgaia alasan lain,

barang yang dengan pertimbangan awal dapat diklasifikasikan dalam dua pos atau

lebih, maka klasifikasiannya harus diberlakukan sebagai berikut :

Penjelasan:

KUM HS 3 hanya dipergunakan bila KUM HS 2 tidak bisa dipergunakan.

Penggunaan KUM HS 3 harus urut dari KUM HS 3(a), KUM HS 3(b), baru

kemudian KUM HS 3(c). Sekali lagi diingatkan, KUM HS 3 baru dipergunakan

Spesifikasi tutup botol : - Terbuat dari gabus - bagian luarnya dilapisi plastik. Bagaimana pengklasifikasian tutup botol tersebut, apakah pada bab 45 atau bab 39

Page 48: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 40404040

apabila uraian pos, catatan bagian, atau catatan bab tidak menentukan lain.

Contoh, catatan 4(b) bab 97 menentukan bahwa barang yang dirinci pada pos

97.01 sampai dengan 97.05 dan juga dirinci pada pos 97.06, harus diklasifikasikan

pada pos terdahulu awal (berarti bertentangan dengan KUM HS 3c ). Dalam hal ini

KUM HS 3(c) tidak berlaku.

KUM HS 3 a :

Pos yang memberikan uraian yang paling spesifik, harus lebih diutamakan

dari pos yang memberikan uraian yang lebih umum. Namun demikian, apabila dua

pos atau lebih yang masing-masing pos hanya merujuk kepada bagian dari bahan

atau zat yang terkandung dalam barang campuran atau barang komposisi,atau

hanya merujuk kepada bagian dari bahan atau zat terkandung dalam campuran

atau barang komposisi atau hanya merujuk kepada bagian dari barang dalam set

yang disiapkan untuk penjualan eceran, maka pos-pos tersebut harus dianggap

setara sepanjang berkaitan dengan barang tersebut, walaupun salah satu dari pos

tersebut memberikan uraian yang lebih lengkap atau lebih tepat.

Penjelasan:

Pos dengan uraian lebih spesifik lebih diutamakan dari pos dengan uraian

yang lebih umum. Pos yang menyebutkan nama barang lebih diutamakan dari pos

yang menyebutkan kelompok barang. Contoh shavers/hair clippers diklasifikasikan

pada pos 85.10, bukan pada pos 85.09 (self-contained motor). Saringan oli walau

sebagai bagian dari mesin pada pos 8409, namun pos 8421 uraian barangnya

lebih rinci.

Pos yang menyebutkan barang yang disebutkan secara rinci lebih

diutamakan dari pos yang menyebutkan bagian suatu barang. Contoh, tufted

textile for motor cars diklasifikasikan pada pos 57.03, bukan pada pos 87.08.

Apabila dua atau lebih pos menguraikan hanya bagian dari bahan atau zat

yang terkandung dalam suatu barang campuran atau komposit, atau bagian dari

item dalam satu set barang untuk penjualan eceran, maka KUM HS 3(a) tidak

Page 49: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 41414141

berlaku dan digunakan KUM HS 3(b) atau 3(c), meskipun salah satu pos lebih

rinci dari pos lainnya.

KUM HS 3 b :

Barang campuran dan barang komposisi yang terdiri dari bahan yang

berbeda atau yang dibuat dari komponen yang berbeda, serta barang yang

disiapkan dalam set untuk penjualan eceran, yang tidak dapat diklasifikasikan

berdasarkan referensi 3 (a), harus diklasifikasikan berdasarkan bahan atau

komponen yang memberikan karakter utama barang tersebut, sepanjang kriteria ini

dapat diterapkan.

Penjelasan:

KUM HS 3(b) hanya berlaku untuk campuran, barang komposit yang terdiri

dari bahan yang berbeda, barang komposit yang terdiri dari komponen yang

berbeda, dan barang yang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan eceran, dan

bila KUM HS 3(a) tidak bisa digunakan.

Yang dimaksud dengan karakter utama (Essential character) pada KUM

HS ini mengacu pada bahan atau komponen, kemasan, jumlah, berat atau nilai,

dan bahan utama yang berkaitan dengan penggunaan barang.

KUM HS 3(b) berlaku juga untuk komponen yang terpisah, asalkan satu

sama lain adapted to the other, mutually complementary, dan bersama-sama

membentuk barang jadi yang secara normal tidak diperdagangkan terpisah.

Contoh, rak bumbu dengan beberapa botol tempat bumbu kosong.

Yang dimaksud dengan barang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan

eceran yaitu:

• Paling sedikit dua produk yang berbeda pos (sembilan sendok bukan set).

• Beberapa produk/barang bersama-sama untuk keperluan/kegiatan tertentu.

• Bisa langsung dijual tanpa perlu dibungkus/dikemas kembali (contoh, ready-to-

eat-meal).

Contoh set: hairdressing set yang terdiri dari electric hair clipper (85.10), sisir

Page 50: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 42424242

(96.15), gunting (82.13), sikat (96.03), dan handuk dari tekstil (63.02), dikemas

dalam tas kulit (42.02) � diklasifikasikan pada pos 85.10 (berdasarkan

komponen yang memberikan sifat utama).

KUM HS 3(b) tidak berlaku untuk barang yang terdiri dari beberapa bagian

yang dikemas terpisah (baik kemasan yang biasa digunakan maupun tidak), dalam

proporsi tertentu untuk keperluan industri (contoh, minuman).

Perhatikan mie instan yang sudah mask diatas. Tahuk ah Saudara ketika

belum dimasak yang bungkusannya terdiri dari : mie, saus, kecap,

bumbudan bahan lainnya. Bagaimana Saudara mengklasi fikasi bila dalam

keadaan mentah atau dalam bungkusan ?

KUM HS 3 c:

Apabila barang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi 3 (a) atau

3(b), maka barang tersebut harus diklasifikasikan dalam pos tarif terakhir

berdasarkan urutan penomorannya di antara pos tarif yang mempunyai

pertimbangan yang setara.

Penjelasan:

Bila KUM HS 3(a) dan 3(b) tidak dapat digunakan, barang diklasifikasikan

pada pos terakhir . Contohnya, suatu bingkai berbentuk bujur sangkar yang 2 sisi

terbuat dari kayu dan dua sisi lainnya terbuat dari logam. Bingkai ini ditinjau dari

bahan baku memiliki bahan yang sama dan seimbang antara pos 44.14 dan pos

Spesifikasi Mie :Instan :

- Supermi instan bungkus

- merk :”Mi Enak” - Mengandung

mie, bumbu, saus, bawang dan cabe

Page 51: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 43434343

83.06, namun karena menurut KUM HS 3c, maka bingkai tersebut harus

diklasifikasikan pada pos terakhir, yaitu pos 83.06.

Perhatikan vanbelt ini, bagaimana pengklasifikasian nya bila terbuat dari

bahan plastik dan karet yang sama tebalnya ?

4) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 4

KUM HS 4:

Barang yang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi diatas,

harus diklasifikasikan ke dalam pos yang sesuai untuk barang yang paling

menyerupai.

Penjelasan:

a) KUM HS 4 baru digunakan apabila KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 3 tidak

dapat digunakan. Berdasarkan KUM HS 4, klasifikasi berdasarkan barang

yang sifatnya paling sesuai (misalnya uraian barangnya, sifatnya, tujuannya).

b) Ketentuan ini mengenai barang-barang yang tidak dapat diklasifikasikan ke

dalam salah satu pos dalam HS, karena tidak ada uraian yang sesuai

(misalnya yang baru muncul di pasaran dunia). Ketentuan ini menetapkan

bahwa barang-barang tersebut harus digolongkan kedalam pos atas barang

Spesifikasi barang : - Van belt merk :

:”Ando” - mengandung

bahan plastik dan karet yang sama tebal

- memiliki kekuatan sama pada lapisan karet dan plastikas ban

Page 52: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 44444444

yang memiliki persamaan terbanyak.

c) Pada waktu menerapkan ketentuan No.4, barang yang akan diklasifikasikan

harus diperbandingkan dengan uraian barang dalam beberapa pos HS yang

memiliki kesamaan jenis atau karakternya. Hal tersebut dilakukan untuk

meneliti pada pos mana yang memiliki unsur kesamaan terbanyak.

d) Persamaan dapat tergantung dari beberapa faktor seperti nama, sifat,

penggunaan, dan seterusnya.

Perlu diingatkan, KUM HS 4 baru digunakan apabila benar-benar tidak ada

lagi data atau informasi yang dapat diperoleh untuk mengidentifikasi barang

dimaksud. Untuk itu, sebelum memutuskan menggunakan KUM HS 4, sangat

disarankan untuk mencari lebih dulu informasi tentang barang dimaksud dari

berbagai sumber yang ada, seperti literatur, data teknis, internet, dan sebagainya.

5) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 5

KUM HS 5 :

Sebagai tambahan dari aturan di atas, Ketentuan berikut ini harus

diberlakukan terhadap barang tersebut di bawah ini :

Tas kamera, tas instrumen musik, koper senapan, tas instrumen gambar,

kotak kalung dan kemasan semacam itu, dibentuk secara khusus atau pas untuk

menyimpan barang atau perangkat barang tertentu, cocok untuk penggunaan

jangka panjang dan diajukan bersama barangnya, harus diklasifikasikan menurut

barangnya, apabila kemasan tersebut memang biasa dijual dengan barang

tersebut. Namun demikian, ketentuan ini tidak berlaku untuk kemasan yang

memberikan seluruh karakter utamanya;

Penjelasan:

KUM HS 5(a) berlaku untuk Peti (cases), kotak (boxes), dan tempat

semacam itu yang:

Page 53: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 45454545

• khusus dibuat untuk barang tertentu.

• digunakan untuk jangka waktu lama.

• dimasukkan bersama barangnya (bila dimasukkan terpisah diklasifikasikan

pada pos tersendiri).

• biasa dijual bersama dengan barangnya.

• tidak memberikan sifat utama.

Contoh: tempat perhiasan, tempat teleskop, tempat alat musik, tempat senjata, dan

sebagainya.

Perhatikan gambar guitar dan kemasannya diatas. Bag aimana Saudara

mengklasifikasiguitar beserta kemasan diatas ?

KUM HS 5 b :

Berdasarkan aturan dari ketentuan nomor 5 (a) di atas, bahan pembungkus

dan kemasan pembungkus yang diajukan bersama dengan barangnya harus

diklasifikasikan menurut barangnya, apabila bahan atau kemasan pembungkus

tersebut memang biasa untuk membungkus barang tersebut. Namun demikian

ketentuan ini tidak mengikat apabila bahan atau kemasan pembungkus tersebut

secara nyata cocok untuk dipakai berulangulang.

Penjelasan:

Mengacu pada KUM HS 5(a), pembungkus/tempat simpan diklasifikasikan

Spesifikasi barang : - gitar dengan

kemasannya - merk :”Refly” - Terbuat dari karet

yang dilapisi tekstil tebal

Page 54: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 46464646

dengan barangnya bila biasa dipakai untuk barang tersebut.

Ketentuan ini tidak berlaku untuk pembungkus/tempat simpan yang

digunakan berulang-ulang (repetitive use), contohnya gas yang diimpor bersama

pengemasnya (tabung gas di bawah tekanan), maka gasnya diklasifikasikan pada

pos tarif gas, sedangkan pengemasnya diklasifikasikan pada pos tarif tabung gas.

Ketentuan ini tidak berlaku untuk tempat simpan yang nilainya jauh lebih tinggi

dari barang yang disimpan di dalamnya. Tempat semacam itu harus

diklasifikasikan tersendiri Sebagai contoh, tempat teh dari perak dan tempat

permen dari porselin berdekorasi China

Bagaimana pengklasifikasian suatu gas beserta tabungnya yang dapat diisi ulang ?

Tabung gas LPG dengan isinya LPG pada pos berapa dalam Harmonized System

?

6) Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

nomor 6

KUM HS 6 :

Untuk tujuan hukum klasifikasi barang dalam sub pos dari suatu pos harus

ditentukan berdasarkan uraian dari subpos tersebut dan catatan subpos

bersangkutan, serta ketentuan ini di atas dengan penyesuaian seperlunya, dengan

Spesifikasi barang : - tabung gas berisi

gas - merk :”Reflon” - Terbuat baja tahan

karat

Page 55: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 47474747

pengertian bahwa hanya subpos yang setara yang dapat diperbandingkan. Kecuali

apabila konteksnya menentukan lain, untuk keperluan ketentuan ini diberlakukan

juga catatan Bagian dan catatan Bab.

Penjelasan:

KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 5 berlaku mutatis mutandis (secara

langsung) untuk subsub pos pada satu pos yang sama (perbandingan pada takik

yang sama).

KUM HS 6 berlaku sepanjang konteksnya tidak menentukan lain. Artinya,

catatan bagian, catatan bab, atau catatan subpos harus tetap menjadi

pertimbangan utama. Contohnya, Platinum pada catatan 4(b) Bab 71 tidak

sama dengan Platinum pada catatan subpos 2 (khusus untuk sub-pos 7110.11

dan 7110.19).

B. TAHAPAN MENGKLASIFIKASI BARANG

Secara lebih rinci, langkah-langkah berikut ini dapat digunakan untuk

mengklasifikasi barang:

1. Kita identifikasi dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui

spesifikasi barang, misalnya barang tersebut produk pertanian, barang kimia,

atau mesin, kita bisa memilih bab-bab yang lebih spesifik.

2. Pilih bab atau bab-bab yang berkaitan dengan spesifikasi barang tersebut. Bila

sudah kita tentukan, baca dan perhatikan baik-baik catatan Bagian dan catatan

Bab yang berkaitan dengan pilihan bab atau bab-bab pada butir 1.

3. Perhatikan penjelasan-penjelasan dalam catatan Bagian maupun catatan Bab

yang berkaitan dengan barang yang akan kita klasifikasi. Apabila ada catatan

yang mengeluarkan barang tersebut dari Bab atau Bagian yang kita pilih,

perhatikan pada Bagian, Bab, atau pos mana barang tersebut diklasifikasikan.

4. Baca dan cermati catatan Bagian atau Bab (atau catatan Sub-pos dalam hal

tertentu) yang ditunjuk oleh penjelasan pada butir 3. Kita ulangi proses

pengklasifikasian pada butir 3. Pada tahap ini, biasanya kita sudah mempunyai

gambaran umum apakah barang tersebut diklasifikasikan di bab tersebut atau

Page 56: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 48484848

di bab lainnya.

5. Setelah menemukan satu bab yang paling sesuai berdasarkan kajian di atas,

maka kita mulai menelusuri pos-pos yang mungkin mencakup barang yang

akan kita klasifikasikan dalam bab tersebut. Pada tahap ini kadang-kadang kita

sudah dapat menemukan pos yang mencakup barang tersebut dengan rinci.

Bila sudah kita temukan satu pos yang tepat, maka langkah selanjutnya tinggal

menentukan sub-pos (6-digit) dan pos tarif (9-digit) yang sesuai. Ingat, dalam

penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul permasalahan klasifikasi

yang sama dengan penentuan pos (4-digit). Sampai tahap ini sebenarnya kita

sedang menggunakan KUM HS 1.

6. Apabila sepintas lalu ada beberapa pos yang sesuai dengan spesifikasi

barang, kita mulai menggunakan KUM HS 2. Ingat, kita baru dapat

menggunakan KUM HS 2 apabila KUM HS 1 benar-benasr tidak dapat

digunakan. Cara untuk meyakinkan bahwa KUM HS 1 gugur adalah dengan

berusaha membuktikan bahwa hanya ada satu pos yang sesuai untuk barang

tersebut. Dalam hal KUM HS 1 tidak bisa diterapkan karena informasi atau

data spesifikasi barang kurang lengkap, maka yang harus dikerjakan adalah

mencari informasi atau data tersebut lebih dulu. Jangan terburu-buru

menggunakan KUM HS 2 sebelum kita benar-benar yakin KUM HS 1 tidak

dapat digunakan.

7. Dalam hal menggunakan KUM HS 3 (b), perlu diperhatikan bahwa yang

dimaksud dengan sifat utama (essential character) meliputi berbagai aspek.

Beberapa aspek yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan sifat utama

adalah fungsi/kegunaan, nilai (value), dan bentuk fisik (appearance).

Usahakan paling tidak selalu mempertimbangkan ketiga aspek tersebut

sebelum menentukan sifat utama suatu barang campuran.

8. Dalam membandingkan pos-pos, sub-sub pos, atau pos-pos tarif, harus selalu

diingat bahwa yang dibandingkan adalah pos-pos , sub-sub pos, atau pos-

pos tarif yang setara (perhatikan takiknya). Ingat, dalam mengklasifikasi,

perbandingan dimaksud tidak berdasarkan pembebanan impornya!.

Apabila sudah dipilih satu pos tarif yang benar-benar sesuai dengan uraian

Page 57: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 49494949

barang, langkah selanjutnya adalah melihat pembebanannya (BM, PPN, PPnBM,

atau cukai) dan ada atau tidak peraturan tata niaganya (IT, IP, Pertamina, dan lain-

lain.). Karena pembebanan tersebut sering berubah, jangan lupa selalu

menggunakan pembebanan yang up to date berdasarkan ketentuan yang terbaru.

C. NOTA PENELITIAN KLASIFIKASI BARANG

1) Pengantar

Berkaitan dengan klasifikasi barang, setidaknya ada dua fihak yang

berkepentingan yaitu aparat DJBC dan importir/PPJK. Sebagaimana selama ini

telah berjalan, dalam rangka pengimporan importir/PPJK memberitahukan sendiri

jenis barang, klasifikasi, dan pembebanan impornya. Selanjutnya DJBC akan

meneliti dan menetapkan klasifikasi barang tersebut.

Dalam mekanisme ini tidak jarang timbul perbedaan pendapat mengenai

klasifikasi barang antara importir/PPJK dan aparat DJBC. Dalam mempertahankan

pendapatnya, aparat DJBC diharuskan membuat uraian rinci yang menjelaskan

dasar klasifikasi barang dimaksud. Dalam diktat ini disajikan cara membuat uraian

rinci klasifikasi barang tersebut.

Untuk memudahkan, uraian rinci klasifikasi barang dimaksud kita sebut saja

Nota Penelitian Klasifikasi Barang. Kerangka nota penelitian klasifikasi barang

sebenarnya tidak baku, bisa singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang

tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Namun dalam diktat ini pembuatan

nota penelitian klasifikasi barang tersebut diarahkan untuk mengikuti ketentuan-

ketentuan dasar mengklasifikasi barang sesuai HS/BTBMI.

2) Nota Penelitian Klasifikasi Barang

Pada bagian akhir diktat ini disajikan juga contoh soal klasifikasi barang

menggunakan nota penelitian klasifikasi barang. Soal tersebut dapat dijawab

dengan menggunakan contoh nota penelitian di bawah ini:

Page 58: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 50505050

Contoh 1.

Contoh 2.

(Contoh ini umumnya diterapkan pada penelitian klasifikasi di Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai):

Page 59: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 51515151

3) Praktek Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi Barang

1. Nama dan Jenis barang :

Norit mengandung arang aktif dari arang kayu dalam bentuk tablet 5 gram

dipergunakan untuk mengatasi keracunan atau perut kembung. Bahan tersebut

telah terdaftar dalam Farmakope Indonesia

Alasan Klasifikasi :

- Arang kayu masuk Bab 44.

- Menurut catatan 1 (d) Bab 44 tidak meliputi arang aktif masuk pos 3802

- Bab 38 catatan 1 (d) tidak meliputi barang untuk obat …masuk Bab 30

Uraian klasifikasi :

- Bab 30..Produk farmasi

- Pos 3004. Obat dalam dosis tertentu..

- Subpos 3004.90 Lain-lain

Page 60: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 52525252

- Subpos 3004.90.90 Lain-lain

- Pos tarif 3004.90.99.00 Lain-lain

Kesimpulan :

Norit diklasifikasikan pada pos tarif 3004.90.99.00

BM …. % .PPN … % PPh %.

2. Nama dan Jenis barang :

Shampo merk : KAO dalam tube 100 ml mengandung obat anti ketombe dan anti

jamur atau kerontokan rambut

Alasan Klasifikasi :

- Shampo termasuk kosmetik Bab 33, shampo Pos 3305. ;

- Bila mengandung obat Bab 30 Lihat Bab 30 catatan 1(d) :Bab ini tidak

meliputi pos 3303-3307 walau mengandung obat

Uraian klasifikasi :

- Bab 33..kosmetika…

- Pos 3305 preparat digunakan pada rambut..

- Subpos 3305.10 shampo

- Pos tarif 3305.10.90.00..shampo

Kesimpulan :

Shampo mengandung obat anti kerontokan diklasifikasikan pada pos tarif

3305.10.90.00 BM …. % .PPN … % P

3. Nama dan Jenis barang :

Sosis daging sapi yang dimasak

Alasan Klasifikasi :

- Makanan olahan masuk Bagian IV

- Olahan dari ikan masuk Bab 16, lihat cat 1 “..diolah selain dari bab 2 dan 3

masuk Bab 16…”

- Lihat Bab 16 catatan 2 “Bab 16 meliputi olahan makanan mengandung

daging lebih dari 20 %

Page 61: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 53535353

Uraian klasifikasi :

- Bab 16 ...Olahan dari daging

- Pos 1601 ...sosis

- Subpos 1601.00.10. sosis

- Pos tarif 1601.00.12.00…mengandung daging sapi

Kesimpulan :

Sosis daging sapi tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 1601.00.12.00 BM

…. % .PPN … % PPh %.

4. Nama dan Jenis barang :

Bahan untuk membuat cat besi mengandung bahan alkyd resin (poliester resin)

55 %, bahan pelarut yang mudah manguap 28 % dan bahan lainnya 13%.

Alasan Klasifikasi :

- Bahan cat termasuk produk kimia bagian VI, cat masuk bab 32

- Lihat catatan 4 bab 32 ....... pos 3208 meliputi bahan yang mengandung

bahan pelarut mudah menguap lebih dari 50 %

- pelarut kurang dr 50 % ke pos 3907..

Uraian klasifikasi :

- Bab 39..polimer

- Pos 3907 poliester (alkid resin)

- Subpos 3907.50 alkid (poliester) dari poliester

- Pos tarif 3907.50.10.00 cair

Kesimpulan :

Bahan cat tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 3907.50.10.00

BM …. % PPN … % PPh %.

5. Nama dan Jenis barang :

Kawat pilinan dari baja terdiri dari 5 buah yang dipilin tidak diisolasi ukuran

diameter 2,5 cm digunakan untuk penarik mobil derek

Alasan Klasifikasi :

- Barang dari logam tidak mulia masuk Bagian XV.

Page 62: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 54545454

- Lihat Bagian XV catatan 2 “kawat dipilin masuk bagian untuk pemakaian

umum pos 7312 ….Mobil derek masuk bab 87

- Lihat Bagian XVII catatan 2(B) bagian untuk pemakaian umum tidak boleh

masuk Bab 87

- Barang dari logam tidak mulia masuk Bab 73, (walau bagian untuk mobil

derek)

Uraian klasifikasi :

- Bab 73..barang dari baja

- Pos 7312 ..kawat

- Subpos 7312.10. kawat dipilin

- Pos tarif 7312.10.90.00 ukuran 25 mm

Kesimpulan :

Kawat tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 7312.10.90.00

BM ….% PPN …% PPh….%.

6. Nama dan Jenis barang :

Bagian dari kendaraan bermotor berupa : Radiator untuk mobil bus mini untuk

pengangkutan 15 orang dengan mesin diesel dalam keadaan CKD masa total

10 ton

Alasan Klasifikasi :

- Kendaraan yang bergerak selain diatas rel… masuk Bagian XVII,

Kendaraan Bab 87

- Radiator bagian dari kendaraan bermotor berjalan bukan di rel. Bagiannya

masuk pos 8708.

Uraian klasifikasi :

- Bab 87 Kendaraan yang bergerak selain diatas rel …

- Pos 8708 bagian untuk kendaraan bermotor..

- Sub pos 8708.90 bagian dan aksesori lainnya ….

- Sub pos 8708.91. radiator

- Pos tarif 8708.91.30.00 untuk bus mini

Kesimpulan :

Page 63: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 55555555

Radiaotor tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 8708.91.30.00

BM …. % .PPN … % PPh %.

2.2. Latihan 2

1. Dalam mengklasifikasi barang gantungan kunci yang terdiri dari ring baja,

rantai baja dan hiasan dari plastik, harus menggunakan KUM HS nomor

berapa ?

2. Sebutkan contoh barang yang dalam mengklasifikasinya menerapkan KUM

HS nomor 3a (selain yang telah disebutkan contoh diatas)

3. Bagaimana menurut pendapat Saudara mengenai penggunaan KUM HS

nomor 4 dalam prakteknya ?

4. Mengapa sebelum mengklasifikasi barang, diperlukan data mengenai

barangnya ? Sebutkan contoh kasus !

5. Bagaimana tahapan dalam mengklasifikasi barang agar menghasilkan pos

tarif yang akurat ?

6. Mengapa dalam mengklsifikasi barang harus memperhatiakan bagian dan

bab serta catatan bagian dan catatan babnya yang terkait dengan barang

tersebut ?

7. Sebutkab tahapan dalam membuat nota penelitian klasifikasi barang ?

8. Nota penelitian klasifikasi barang seyogyanya memuat hal-hal apa saja ?

9. Mengapa dalam mengklasifikasi barang tidak hanya menyebutkan 9

digitnya atau kesimpulannya saja ?

2.3. Rangkuman

1. Dalam mengklasifikasi barang dalam BTBMI diperlukan suatu pedoman.

Pedoman tersebut adalah Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized

System (KUM HS) merupakan ketentuan untuk memasuki klasifikasi

barang. Saat ini KUM HS hanya terdiri dari nomor 1 sampai dengan nomor

6. Dahulu sampai dengan 10, nomor 7 sampai 10 dihilangkan dan

Page 64: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 56565656

beberapa diantaranya menjadi surat keputusan Dirjen Bea dan Cukai

2. Dalam proses mengklasifikasi barang diperlukan tahapan yang sesuai,

agar menghasilkan keputusan yang tepat sesuai aturan yang benar. Pada

prinsipnya meliputi identifikasi barang, mendeskripsikan jenis barang,

kemudian melihat uraian barang dalam BTBMI sesuai dengan yang akan

diklasifikasi. Pengamatan uraian barang dalam BTBMI dengan melihat

bagaian, bab dan catatan yang berkaitan dengan barang yang akan

diklasifikasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut baru ditentukan pos tarif

yang tepat.

3. Proses dalam mengklasifikasi barang harus seuai dengan aturan, demikian

juga hasil penelitian klasifikasi barang harus disajikan dalam bentuk format

yang benar. Pada umumnya hsil penelitian dituangkan dalam suatu format

yang berisikan komponen : nama dan jenis barang, alas an klasifikasi,

uraian klasifikasi dan kesimpulan. Dalam membuat nota penelitian

klasifikasi barang ada yang sederhana dengan hanya menggunakan

BTBMI, namun dilapangan nama barang berdasarkan hasil pemeriksaan,

ditambah informasi barang dari brosur, hasil analisa laboratorium atau

sumber informasi lainnya

2.4. Test Formatif 2

A. Lingkarilah huruf B apabila pernyataan ini Saudara anggap benar dan

huruf S apabila pernyataan Saudara anggap salah.

1. ( B - S ) Judul Bagian, Bab dan Sub-bab pada Buku tarif Bea Masuk

Page 65: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 57575757

Indonesia hanya dimaksudkan untuk memudahkan

penyebutan saja. Tidak mengikat secara hukum dalam

mengklasifikasi

2. ( B - S ) Pernyataan 2b pada KUM HS adalah Barang tidak lengkap

atau tidak rampung dianggap sebagai barang lengkap atau

rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat

utama sebagai barang lengkap atau rampung

3. ( B - S) Pernyataan 3a pada KUM HS adalah Pos yang memuat

uraian yang paling terinci harus lebih diutamakan daripada

pos yang memuat uraian yang lebih umum sifatnya

4. ( B - S ) Pernyataan 5b pada KUM HS adalah Peti kamera, peti

instrumen dan tempat simpan yang semacam, dengan bentuk

atau kelengkapan khusus untuk menyimpan barang tertentu

atau seperangkat barang tertentu, cocok untuk pemakaian

jangka panjang dan diimpor lengkap dengan isinya, harus

diklasifikasikan dengan barang tersebut jika biasa dijual

dengan barang itu

5. ( B - S ) Sebelum mengklasifikasi barang, sebaiknya kita identifikasi

dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui

spesifikasi barang maka akan lebih mendekati keakuratan

dalam mengklasifikasi barang

B. Pililihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari

huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut

1. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan kerangka

yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang tergantung pada

permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota tersebut setidak-tidaknya

memuat tentang :

a. nama barang dan uraian jenis barang

b. alasan atau catatan yang digunakan

c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit

Page 66: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 58585858

d. pernyataan a, b dan c benar

2. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang, diklasifikasikan

sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor :

a. 2b

b. 3a

c. 3b

d. 5a

3. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %

dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan :

a. Definitif

b. esklusif

c. ilustrasi

d. pengertian

4. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun diklasifikasikan

pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor :

a. 1

b. 2a

c. 2b

d. 3a

5. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi stu

pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor :

a. 3b

b. 3c

c. 5a

d. 5b

C. Jawablah dengan benar dan lengkap

1. Mengapa olahan makanan yang terbuat dari daging sapi yang dikukus tidak

diklasifikasikan pada bab 2

Page 67: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 59595959

2. Mengapa sabun mandi mengandung obat pembasmi kuman walaupun

mengandung obat tidak diklasifikasikan pada bab 30 sebagai produk farmasi.

3. Mengapa tutup kepala (topi) pengaman untuk pengendara sepeda motor yang

terbuat dari bahan plastik tidak diklasifikasikan pada bab 39 ?

4. Automatic voltage regulator yang digunakan sebagai stabilizer otomatis untuk

komputer harus diklasifikasikan pada pos 85.04 atau 90.32 . Sebutkan

alasannya

5. Benang tenun terbuat dari campuran 70 % kapas (cotton) dan 30 % nilon,

merupakan benang tunggal, dari serat disisir dengan nomor benang 150

decitex, tidak dikelantang dan tidak dimerserisasi.Ketentuan dan catatan apa

yang digunakan dalam mengklasifikasi barang tersebut

2.5. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada

Page 68: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 60606060

di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau sejauh

mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan rumus di

bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap terhadap materi

kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan

Jumlah Jawaban Anda yang benar dibagi 15 kemudian dikali 100 % = ............

Arti tingkat penguasaan :

* 90 % - 100 % = Baik sekali

* 80 % - 89 % = Baik

* 70 % - 79 % = Cukup

* 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan

kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat

penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca Modul

kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

3. Kegiatan Belajar (KB) 3

Page 69: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 61616161

CATATAN PENTING DALAM BUKU TARIF

BEA MASUK INDONESIA

(BTBMI)

3.1. Uraian dan Contoh

Untuk menjadi menjadi seorang klasifikator dibidang kepabeanan yang

handal harus dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi barang dengan terampil.

Oleh karena itu, seorang klasifikator harus terlebih dahulu memahami pengetahuan

barang dan pengetahuan mengenai klasifikasi barang. Seorang klasifikator harus

memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi barang karena

akan menentukan ketepatan pengisian Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang

pada akhirnya menentukan ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan impor

lainnya yang harus dibayar.

A. JENIS CATATAN PADA BTBMI

Disamping KUM HS, catatan-catatan dalam HS merupakan bagian integral

yang harus diperhatikan benar-benar. Catatan-catatan tersebut mempunyai

kekuatan hukum sama seperti uraian pos atau sub-pos. HS mempunyai Catatan

Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-pos. Catatan-catatan tersebut dapat dibagi

berdasarkan jenisnya, yaitu:

Indikator Keberhasilan :

Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu menjelaskan:

1. Jenis catatan pada BTBMI

2. Struktur pengelompokkan barang

3. Catatan penting dalam BTBMI

Page 70: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 62626262

1) Catatan Definitif

Catatan yang menjelaskan pengklasifikasian suatu barang pada pos atau

sekumpulan pos tertentu.

Contoh: Catatan 4 Bab 30:

Pos no. 30.04 hanya berlaku untuk hal berikut ini, yang harus diklasifikasikan

dalam pos tersebut dan tidak dalam pos lainnya dari Nomenklatur ini:

(a) Catgut bedah steril, bahan jahit bedah steril yang semacam itu dan

perekat kertas steril untuk penutup luka bedah;

(b) Laminaria steril dan laminaria steril yang dapat menggembung;

(c) Hemostatik bedah atau gigi steril yang dapat menyerap;

(d) …

(e) …

(f) …

(g) …

(h) Preparat kontrasepsi kimia dengan bahan dasar hormon atau pembunuh

sperma.

2) Catatan Eksklusif

Catatan yang mengeluarkan barang tertentu dari suatu pos atau sub-pos dan

memasukkannya dalam pos atau sub-pos tertentu lainnya.

Contoh: Catatan 1 Bab 2:

Bab ini tidak meliputi:

(a) Produk dari jenis yang diuraikan dalam pos No. 02.01 sampai dengan

02.08, atau 02.10, yang tidak layak atau tidak sesuai untuk konsumsi

manusia;

(b) Usus, kandung kemih atau perut dari binatang (pos No. 05.04) atau

darah binatang (pos No. 05.11 atau 30.02); atau

(c) Lemak hewani, selain produk dari pos No. 02.09 (Bab 15).

Page 71: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 63636363

3) Catatan Ilustratif

Catatan yang memberikan gambaran terhadap pengertian atau istilah yang

perlu dijabarkan lebih lanjut.

Contoh : Catatan 3 Bab 42:

Untuk keperluan pos no. 42.03, istilah “barang pakaian dan perlengkapan

pakaian” berlaku, antara lain, untuk sarung tangan (termasuk sarung tangan

olah raga), apron dan pakaian pelindung lainnya, tali penahan celana, ikat

pinggang, tali sandang dan semua jenis gelang, tetapi tidak termasuk arloji

tangan (pos no. 91.13).

4) Catatan Lain-lain

Catatan yang menguraikan pengertian-pengertian yang bersifat

teknis.Contoh:

i. Catatan 2 Bab 3:

Dalam Bab ini pengertian “pellet” adalah produk-produk yang telah

diaglomerasi baik secara langsung dengan cara dikompresi atau dengan

penambahan sejumlah kecil bahan pengikat.

ii. Catatan 1 Bab 9:

Campuran dari produk dimaksud dalam pos no. 09.04 sampai dengan

09.10 harus diklasifikasikan sebagai berikut:

(a) Campuran dua produk atau lebih dari pos yang sama harus

digolongkan dalam pos itu;

(b) Campuran dua produk atau lebih dari pos yang berlainan harus

digolongkan dalam pos no. 09.10.

Tambahan dari bahan lainnya ke dalam produk dari pos no. 09.04 sampai

Page 72: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 64646464

dengan 09.10 (atau campuran seperti yang dimaksud dalam (a) atau (b) di

atas) tidak mempengaruhi penggolongannya asalkan…..

iii. Catatan 2 Bagian XV:

Dalam seluruh Nomenklatur, istilah “bagian untuk pemakaian umum”

berarti:

(a) Barang dari pos no. 73.07, 73.12, 73.15, 73.17 atau 73.18 dan barang

semacam itu dari logam tidak mulia lainnya;

(b) Pegas dan lembaran untuk pegas, dari logam tidak mulia, selain

pegas untuk lonceng atau arloji (pos no. 91.14); dan

(c) Barang dari pos no. 83.01, 83.02, 83.08, 83.10 dan bingkai serta kaca

dari logam tidak mulia, dari pos no. 83.06.

Dalam Bab 73 sampai dengan 76 dan 78 sampai dengan 82 (tetapi bukan

dalam pos no. 73.15) apa yang disebut bagian dari barang tidaklah

termasuk uraian tentang bagian untuk pemakaian umum seperti diuraikan

di atas.

Dengan memperhatikan ketentuan dalam ayat di atas dan Catatan 1 Bab

83, barang dari Bab 82 atau 83 tidak termasuk dari Bab 72 sampai dengan

76 Bab 78 sampai dengan 81.

Membaca dengan teliti dan memahami catatan-catatan di atas, termasuk

KUM HS, Explanatory Notes, dan uraian pada pos, sub-pos, dan pos tarif yang

berkaitan dengan barang yang akan diklasifikasikan merupakan syarat mutlak yang

harus dilakukan agar klasifikasi yang dilakukan benar-benar akurat.

Mengklasifikasi barang tidak dapat dilakukan dengan hanya sekedar mencari satu

pos tertentu saja. Untuk beberapa hal cara seperti ini mungkin berhasil namun

labih banyak risiko kegagalannya. Tatacara mengklasifikasi harus diikuti dengan

urut agar benar-benar diperoleh hasil yang akurat.

Page 73: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 65656565

B. Struktur Pengelompokan Barang Pada BTBMI

1) Gambaran Per Bagian

Dalam Harmonized System (HS), barang dikelompokkan dalam 96 bab (dan

bab 77 sebagai persiapan masa mendatang) yang dikelompokkan dalam 21

bagian. Pengelompokan tersebut berdasarkan urutan tingkat pengerjaannya, yaitu

bahan baku (raw material), bahan yang tidak/belum dikerjakan (unworked

products), barang setengah jadi (semi-finished products), dan barang jadi (finished

products). Sebagai contoh, binatang hidup diklasifikasikan pada Bab 1, jangat dan

kulit binatang pada Bab 41, sepatu dari kulit binatang pada Bab 64. Urutan

pengelompokan ini juga berlaku untuk bab dan pos.

Di bawah ini disajikan urutan pengelompokan barang dalam HS/BTBMI:

Bagian I

mencakup binatang hidup dan produk dari binatang (daging, ikan, produk susu,

telur, madu, produk yang dapat dimakan lainnya, dan produk yang tidak dapat

dimakan). Namun beberapa jenis minyak dan lemak dikeluarkan dari bagian I dan

diklasifikasikan pada bab 15, demikian juga halnya dengan jangat, kulit, bulu dan

barang terbuat daripadanya (diklasifikasikan pada bagian VIII). Bab 1 sampai

dengan bab 24 (Bagian I sampai dengan Bagian IV) mencakup produk-produk

pertanian dalam arti luas.

Bagian II

Page 74: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 66666666

mencakup produk sayuran, baik yang bisa dimakan atau tidak (tanaman, biji-bijian,

sayuran, buah, sereal, tepung, dsb.), kecuali beberapa jenis minyak dan lemak

tertentu (bab 15) dan kayu (bab 44). Produk-produk yang termasuk bagian I dan II

belum mengalami proses pengerjaan kecuali sampai tahap tertentu (dengan

beberapa pengecualian). Terhadap produk yang telah mengalami proses lebih

lanjut diklasifikasikan pada bab 19, bab 20 atau bab 21. Contohnya, produk

makanan siap saji yang diawetkan diklasifikasikan pada Bagian IV.

Bagian III

hanya terdiri dari bab 15 yang mencakup lemak dan minyak hewani dan nabati dan

produk terbuat daripadanya (misalnya malam/wax).

Minyak pada Bab II baik dalam keadaan mentah, telah diproses, misalnya minyak

goreng atau margarine yang siap dikonsumsi. Umumnya minyak tidak menguap,

karena minyak nabati yang mudah menguap masuk Bab 33 sebagai minyak atsiri.

Bagian IV

mencakup produk minuman, minuman keras, cuka,dan tembakau, bersama-sama

dengan produk industri makanan yang tidak dicakup bab-bab sebelumnya. Bab 16

meliputi daging atau ikan yang telah mengalami proses lebih lanjut, diantaranya

digoreng, dikukus atau diawetkan secara permanen. Bab 17 meliputi gula dan

bahan lainnya seperti sirop, madu tiruan dan karamel. Berbagai jenis gula yang

murni secara kimiawi diklasifikasikan pada Bab 29. Demikian juga bahan pemanis

tiruan masuk Bab 29, seperti saccharin dan dulcin.

HUBUNGAN BAGIAN I DAN II DENGAN BAGIAN IV

BAGIAN I & II

BAGIAN IV

*BAB 2 (DAGING) BAB 3 (IKAN)

*BAB 16

DIPROSES

LEBIH LANJUT

Page 75: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 67676767

Bagian V

Mencakup produk mineral, baik sumber mineral anorganik seperti tanah, batuan

pada Bab 25 atau bijih logam pada Bab 26, dan sumber bahan organik pada Bab

27 seperti batu bara, dan minyak bumi.

Kecuali kalau susunannya mensyaratkan lain, maka Bab 25 meliputi produk

tambang, seperti garam, belerang dan batuan lainnya hanya dalam keadaan

mentah (crude), telah dicuci, hancur, hasil tumbuk, hasil gilingan atau saringan.

Hasil pertambangan yang telah diolah secara lain, misalnya dimurnikan sebagai

bahan kimia anorganik masuk Bab 28, sedangkan apabila merupakan hasil

bentukan atau pahatan masuk Bab 68 dan kalau bahan tersebut merupakan hasil

pembakaran maka masuk Bab 69. Batu-batuan setengah permata atau batu

permata digolongkan pada Bab 71.

Bagian VI

Mencakup produk-produk kimia, baik yang berbentuk asal (primary form) maupun

produk-produk industri kimia seperti produk farmasi, pupuk, sabun, kosmetik, cat,

bahan peledak, dan lain-lain.

Bagian VII

Mencakup plastik dan produk dari plastik (bab 39) dan karet dan produk dari karet

(bab 40). Komoditi plastik, karet buatan serta barang dari plastik dan karet buatan

banyak diimpor Indonesia. Sesuai dengan kemajuan teknologi, maka produk

barang-barang tersebut semakin bervariasi dan bertambah jenisnya. Karena

*BAB 4 (SUSU) BAB 10 (GANDUM- GANDUMAN) BAB 11 (PRODUK-GILINGAN)

*BAB 19

*BAB 7 (SAYURAN) BAB 8 (BUAH-BUAHAN) BAB 11 (PRODUK GILINGAN, KENTANG)

*BAB 20

Page 76: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 68686868

kemajuan teknologi pembuatan barang, maka pengenalan dan proses

pengidentifikasi barang tersebut semakin sulit, khususnya dalam rangka klasifikasi

barang.

Bagian VII

Mencakup plastik/barang dari plastik serta karet/barang dari karet. Bagian ini terdiri

dari 2 bab, yaitu bab 39 (Plastik dan Barang Dari Plastik) dan bab 40 (Karet dan

Barang Dari Karet).

Struktur dalam Bab 39 secara garis besar adalah :

BAB 39 BAB 40

PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK KARET DAN BARANG DARI

KARET

SUB-BAB 1

3901-3911 : POLIMER BUATAN 4001-4002 : BAHAN KARET

3912-3913 : POLIMER ALAMI 4003 : KARET PUGARAN

3914 : PENUKAR ION 4004 : SISA, REJA

SUB-BAB II

4005 : COUMPOND

3915 : SISA, REJA.... 4006 :TIDAK DIVULKANISASI

3916-3921 : BARANG SETENGAH JADI 4007-40016 : BARANG SETENGAH JADI

3922-3924 : BARANG JADI 4017 : KARET KERAS

Bagian VIII

Mencakup produk-produk tertentu yang berasal dari binatang seperti jangat dan

kulit (bab 41), barang dari kulit atau usus binatang (bab 42), kulit berbulu, termasuk

kulit berbulu imitasi (bab 43). Perlu dicatat bahwa pos 42.01 dan 42.02 juga

mencakup produk-produk tertentu terbuat bukan dari kulit.

Page 77: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 69696969

Bagian IX

Mencakup produk yang berasal dari tumbuhan, seperti kayu dan barang dari kayu

(bab 44), gabus dan barang dari gabus (bab 45), dan barang kerajinan tangan (bab

46). Namun, beberapa produk seperti furniture diklasifikasikan di bab lain (bab

94).

Bagian X

Juga masih mencakup produk yang berasal dari tumbuhan, yaitu pulp (bab 47),

kertas, kertas karton dan barang terbuat daripadanya (bab 48), dan produk industri

percetakan (bab 49).

Bagian XI

Mencakup produk tekstil mulai dari sutera (bab 50) sampai dengan pakaian dan

permadani (bab 63). Bahan dasar tekstil adalah serat. Serat bila diproses akan

menjadi benang, kemudian dari benang menjadi kain atau produk tekstil lainnya.

Serat dapat berasal dari tumbuhan, hewani, mineral dan buatan manusia. Serat

dari tumbuhan atau disebut serat nabati, misalnya serat kapas, flaks, rami,

henneps, goni dan sisal. Serat yang berasal dari hewan misalnya bulu domba atau

bulu anak domba, bulu unta, bulu kelinci, bulu kambing Angora (Mohair) dan sutera.

Serat buatan manusia atau man made fiber terbagi dua, yaitu serat sintetik dan

serat artificial (tiruan). Serat buatan adalah serat hasil industri kimia. Untuk

memahami ini lihat Catatan 1 Bab 54. Istilah sintetik digunakan dalam hubungan

bahan polimer seperti poliamida, poliester, poliurethan dan lainnya, sedangkan

serat tiruan digunakan dalam hubungan untuk bahan dari rayon viskosa, asetat

sellulosa, dan semacam itu.

Melalui data nomor benang, bisa dilihat besar atau kecilnya suatu benang. Ada dua

sistem yang dipakai dalam penomoran benang, yaitu :

1. Sistem penomoran benang langsung (Direct Yarn Number)

2. Sistem penomoran benang tidak langsung (Indirect Yarn Number)

Kain yang terbuat dari benang dengan cara tenun, dibuat dengan mesin tenun

melalui cara menyilangkan kelompok benang satu terhadap yang lain. Benang

tersebut biasa disebut sebagai lusi dan pakan, benang pakan kalau dalam mesin

rajut adalah yang bergerak menyilang benang lusi atau sesuai arah lebar kain. Kain

rajut dibuat dengan jalan menjeratkan benang satu dengan yang lain atau pada

Page 78: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 70707070

benang itu sendiri, contohnya kaos, T shirt dan kain katun (lihat Bab 60 tentang

jenis kain ini).

Bagian XII

Mencakup produk alas kaki (bab 64), tutup kepala (bab 65), payung, tongkat jalan,

dll. (bab 66), juga produk-produk tertentu dari bulu, bunga buatan, dan barang dari

rambut manusia (bab 67).

Bagian XIII

Mencakup produk-produk yang diperoleh dari batu, gips, plaster, semen, dll. (bab

68), keramik (bab 69), dan kaca/barang dari kaca (bab 70).

Bagian XIV

Mencakup hanya bab 71 yaitu mencakup mutiara dan batu mulia, logam mulia,

perhiasan, dan uang logam.

Bagian XV

Mencakup logam tidak mulia dan barang terbuat daripadanya. Namun demikian

bagian ini tidak mencakup barang dari logam dasar yang termasuk dalam bab-bab

di belakangnya (seperti mesin dan kendaraan).

Bagian XVI

Mencakup mesin, peralatan mekanik, dan peralatan listrik. Bagian ini mempunyai

pos dan sub-pos yang sangat besar dibandingkan dengan bagian lainnya.

Bagian XVII

Mencakup kendaraan, pesawat terbang, dan alat transportasi lainnya (kereta api,

kapal laut, pesawat ruang angkasa, dll.).

Bagian XVIII

Mencakup perlatan optik, fotografi, sinematografi, ukuran, kontrol, medis, atau

bedah (bab 90), jam (bab 91), dan perlatan musik (bab 92).

Bagian XIX

Hanya terdiri dari bab 93 yang mencakup senjata dan amunisi.

Bagian XX

Mencakup furniture, lampu, perlengkapan penerangan, papan nama iluminasi, dan

bangunan prefabrikasi (bab 94), mainan, peralatan permainan, dan peralatan

olahraga (bab 95), dan bermacam-macam barang hasil pabrik (bab 96).

Page 79: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 71717171

Bagian XXI

Hanya terdiri dari bab 97 yang mencakup hasil karya seni, barang kegemaran

kaum pengumpul, dan barang antik.

2) Hubungan Antar Bab

Apabila kita mempelajari Bab demi Bab Harmonized System, akan kita dapati

bahwa terdapat keterkaitan antara bab tertentu dengan bab atau beberapa bab

lainnya. Hal ini dapat difahami mengingat antara bab satu dengan bab lainnya

kadang-kadang mencakup barang yang mengandung bahan yang sama atau

merupakan proses lebih lanjut dari barang dalam bab sebelumnya.

Selain itu, judul bab dalam HS sebagian besar bersifat umum. Perlu diingat

bahwa judul bab bukan merupakan uraian yang bersifat mengikat secara hukum.

Dengan demikian dapat dimengerti apabila suatu barang yang sepintas termasuk

dalam suatu bab ternyata diklasifikasikan pada bab lain.

Sebagai contoh, di bawah ini disajikan gambaran keterkaitan antar bab

dalam HS:

• Bab 1 mencakup antara lain binatang hidup. Namun kuda hidup yang digunakan

dalam sirkus tidak klasifikasikan pada bab 1, melainkan pada bab 95 (pos

95.08).

• Daging pada Bab 2 hanya terhadap pengolahan terbatas seperti : segar,

dingin, diasap dan dipanggang. Produk yang dikemas dalam kedap udara dan

mengalami pengolahan lebih jauh selain pengolahan dari Bab 2 maka

diklasifikasikan pada bab 16.

• Bab 6 meliputi semua tanaman hidup yang umumnya dimaksud untuk dijual oleh

tukang bibit atau yang bergerak dibidang hortikultura yang serasi untuk

ditanam atau dijadikan pajangan. Pada Bab 6 tidak termasuk benih, buah atau

buah berbonggol dan umbi-umbian tertentu. Sayuran atau buah yang diawetkan

dengan cuka atau dengan cara lain misalnya masuk Bab 20.

• Kembang gula (sugar confectionery) diklasifikasikan pada bab 17. Tetapi

apabila kembang gula tersebut mengandung kokoa, maka harus

Page 80: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 72727272

diklasifikasikan olahan makanan mengandung kokoa pada bab 18 (pos 18.06).

• Bahan kimia etilena diklasifikasikan pada Bab 29 (bahan kimia organik).

Namun apabila etilene terpolimerisasi menjadi polietilena dengan jumlah unit

monomer (n) 5 atau lebih, maka harus diklasifikasikan pada Bab 39 (plastik).

Barang dari plastik diklasifikasikan pada Bab 39. Bila sudah berbentuk barang

yang khusus dibuat untuk keperluan tertentu, barang tersebut diklasifikasikan di

bab-bab lain. Sebagai contoh, frame kacamata dari plastik (bab 90), kotak jam

dari plastik (bab 91), furniture dari plastik (bab 94), dan sebagainya.

• Mesin dan peralatan mekanis diklasifikasikan pada bab 84 sedangkan mesin

dan peralatan listrik diklasifikasikan pada bab 85. Namun demikian, beberapa

mesin dan peralatan tertentu tetap diklasifikasikan pada bab 84 meskipun

elektrik, seperti mesin dengan motor listrik, mesin pada pos 84.03 (electric

central heating boiler) dan pos 84.19 (wood dryer), dan beberapa mesin

lainnya.

Contoh-contoh di atas adalah sebagian kecil contoh keterkaitan antar bab

dalam HS. Adalah tidak mungkin untuk menggambarkan dengan rinci keterkaitan

antas bab dalam diktat ini. Untuk mengetahui keterkaitan antara bab satu dengan

bab lainnya, kita dapat melihat di catatan bab maupun catatan bagian. Untuk itu

membaca catatan bab maupun catatan bagian merupakan kewajiban sebelum kita

mengklasifikasikan suatu barang pada pos tertentu.

3) Bab Pada BTBMI

BAGIAN I

BINATANG HIDUP;

PRODUK HEWANI

BAB

Page 81: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 73737373

1. Binatang hidup

2. Daging & sisanya yang dapat dimakan

3. Ikan dan udang-udangan, binatang lunak dan binatang air lainnya

yang tidak bertulang belakang

4. Produk pabrik susu; telur unggas; madu alam; produk hewani yang

dapat dimakan, tidak dirinci atau termasuk dalam pos lain.

5. Produk hewani, tidak dirinci atau termasuk dalam pos lainnya

BAGIAN II PRODUK NABATI

BAB

6. Pohon hidup dan tanaman lainnya; umbi akar dan yang semacam itu; bunga potong dan

daun untuk hiasan

7. Sayuran, akar dan bonggol tertentu yang dapat dimakan

8. Buah & buah berbatok yang dapat dimakan; kulit dari buah jeruk dan melon

9. Kopi, teh, mate dan rempah-rempah

10. Gandum-ganduman

11. Produk industri penggilingan ; malti ; pati; inulin ; gluten gandum.

12. Biji mengandung minyak dan buah mengandung minyak ; bermacam-macam butir, biji

dan buah; tanaman industri atau obat ; jerami dan makanan ternak.

13. Lak, getah, damar dan air, ekstrak nabati lainnya

14. Bahan nabati untuk anyam-anyaman; produk nabati tidak dirinci atau termasuk

pos lainnya

Page 82: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 74747474

BAGIAN III MINYAK DAN LEMAK HEWANI ATAU NABATI DAN

PRODUK DISOSIASINYA; LEMAK OLAHAN YANG

DAPAT DIMAKAN;

MALAM HEWANI ATAU NABATI

BAB

15. (Judul Bab sama dengan Bagian)

BAGIAN IV BAHAN MAKANAN OLAHAN; MINUMAN, MINUMAN KERAS

DAN CUKA, TEMBAKAU DAN TEMBA KAU PENGGANTI BUATAN

BAB

16. Olahan dari daging, dari ikan atau dari udang-udangan, binatang lunak atau

dari binatang air yang tidak bertulang belakang

17. Gula dan kembang gula

18. Kakao & olahan kakao

19. Olahan dari gandum-ganduman, tepung, pati atau susu; produk industri

kue.

20. Olahan dari sayuran, buah, kacang atau bagian lain dari tanaman.

21. Bermacam-macam olahan yang dapat dimakan

22. Minuman, minuman keras dan cuka

23. Ampas, dan sisa dari industri makanan; olahan makanan hewan

24. Tembakau dan tembakau pengganti buatan.

Page 83: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 75757575

BAGIAN V

PRODUK MINERAL

BAB

25. Garam; belerang; tanah dan batu; bahan plester; kapur dan semen.

26. Bijih logam, terak dan abu

27. Bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk sulingannya;

bahan mengandung bitumen; malam mineral

BAGIAN VI PRODUK INDUSTRI KIMIA DAN INDUSTRI YANG ADA

HUBUNGANNYA DENGAN INDUSTRI KIMIA

BAB

28. Bahan kimia anorganik; senyawa organik atau organik dari logam

mulia, dari logam tanah langka, dari unsur radio aktif dan dari isotop

29. Bahan kimia organik

30. Produk farmasi

31. Pupuk

32. Ekstrak bahan samak atau bahan celup; bahan samak dan

turunannya; bahan celup, pigmen dan bahan pewarna lainnya; cat dan

vernis; dempul dan damar lainnya; tinta

33. Minyak atsiri dan resinoida; wangi-wangian, kosmetika atau preparat

pewangi

34. Sabun bahan organik penggiat permukaan, preparat pencuci, preparat

pencuci, preparat pelumas, malam tiruan, malam olahan, preparat pelumas

Page 84: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 76767676

BAGIAN VII PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK; KARET DAN

BARANG DARI KARET

BAB

39. Plastik dan Barang dari plastik 40. Kulit dan Barang dari Kulit

Page 85: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 77777777

BAGIAN VIII

JANGAT DAN KULIT MENTAH, KULIT SAMAK, KULIT BERBULU

DAN BARANGNYA; PELANA TERMASUK PERLENGKAPANNYA DAN

PAKAINAN KUDA; BARANG UNTUK BERPERGIAN, TAS TANGAN

DAN TEMPAT SIMPAN SEMACAMNYA; BARANG DARI USUS

(LAIN DARI USUS ULAT SUTERA)

BAB

41. Jangat dan kulit mentah (lain dari kulit berbulu) dan kulit samak

42. Barang dari kulit samak; pelana termasuk perlengkapan dan pakaian

kuda; barang untuk bepergian, tas tangan dan wadah yang semacam itu; barang

dari usus hewan (lain dari pada usus ulat sutera)

43. Kulit berbulu dan kulit berbulu tiruan

BAGIAN IX

KAYU DAN BARANG DARI KAYU; ARANG KAYU; GABUS

DAN BARANG DARI GABUS; BARANG DARI JERAMI, RUMPUT

ESPARTO ATAU DARI BAHAN ANYAMAN LAINNYA; KERANJANG

DAN BARANG ANYAMAN

BAB

44. Kayu dan barang dari kayu; arang kayu

45. Gabus dan barang dari gabus

46. Barang dari jerami, dari rumput esparto atau dari bahan anyaman

lainnya; keranjang dan barang anyaman

Page 86: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 78787878

BAGIAN X

PULP DARI KAYU ATAU DARI BAHAN SELLULOSA BERSERAT LAINNYA; KERTAS ATAU

KERTAS KARTON (BEKAS DAN SISA) YANG DIPEROLEH KEMBALI; KERTAS DAN

KERTAS KARTON DAN BARANGNYA

BAB

47. Pulp dari kayu atau dari bahan sellulosa berserat lainnya, kertas atau kertas karton (bekas dan sisa) yang diperoleh

48. Kertas dan kertas karton; barang dari pulp kertas, dari kertas atau kertas karton

49. Barang cetakan, surat kabar, gambar dan produk lainnya dari industri

percetakan; naskah tulisan tangan, naskah ketikan dan rencana

BAGIAN XI

TEKSTIL DAN BARANG TEKSTIL

BAB

50. Sutera

51. Wool, bulu hewan halus

atau kasar; benang bulu kuda

dan kain tenunan

52. Kapas

53. Serat tekstil dari nabati lainnya ; benang kertas dan

tenunan dari benang kertas

56. Gumpalan, kain kempa dan bukan

tenunan; benang khsusu; benang pintal,

tali tambang dan kabel dan barang-

barangnya

57. Permadani dan tekstil penutup lantai

lainnya

58. Kain tenunan khusus; kain tekstil berjumbai; renda; permadani; hiasan;

sulaman

Page 87: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 79797979

61. Barang dan perlengkapan pakaian, rajutan atau kaitan

62. Barang dan perlengkapan pakaian, tidak dirajut atau dikait

63. Barang tekstil sudah jadi lainnya, setelan; pakaian bekas dan barang tekstil bekas; gombal

BAGIAN XII ALAS KAKI, TUTUP KEPALA, PAYUNG, PAYUNG PANAS, TONGKAT JALAN,

TONGKAT DUDUK, CAMBUK, PECUT DAN BAGIANNYA; BULU UNGGAS; OLAHAN

DAN BARANGNYA; BUNGA TIRUAN; BARANG DARI RAMBUT MANUSIA

BAB

64. Alas kaki, pelindung kaki dan yang semacam itu ; bagian dari barang

semacam

65. Tutup kepala dan bagiannya

66. Payung, payung panas, tongkat jalan, tongkat duduk, cambuk, pecut dan

bagiannya

67. Bulu unggas dan bulu unggas olahan serta barang terbuat dari bulu

unggas atau bullu unggas tiruan; bunga tiruan; barang dari rambut manusia

Page 88: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 80808080

BAGIAN XIII BARANG DARI BATU, GIPS, SEMEN, ASBES, MIKA ATAU DARI BAHAN

SEMACAM ITU; PRODUK KERAMIK; KACA DAN BARANG DARI KACA

BAB

68. Barang dari batu, gips, semen, asbes, mika atau

bahan semacam itu

69. Produk keramik

70. Kaca dan barang dari kaca

BAGIAN XIV MUTIARA ALAM DAN MUTIARA BUDIDAYA, BATU PERMATA

ATAU SEMI PERMATA, LOGAM MULIA, LOGAM MULIA

KERAJANG DAN BARANGNYA; PERHIASAN IMITASI; MATA

UANG LOGAM

BAB

Page 89: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 81818181

71. (Judul Bab sama dengan Bagian)

BAGIAN XV

LOGAM TIDAK MULIA DAN BARANG DARI LOGAM TIDAK MULIA

BAB

72. Besi dan baja 73. Barang dari besi dan baja

74. Tembaga dan barang terbuat dari

tembaga

75. Nikel dan barang terbuat dari

nikel

76. Aluminium dan barang terbuat

dari aluminium

78. Timah hitam dan barang terbuat

dari timah hitam

79. Seng dan barang terbuat dari seng

80. Timah dan barang terbuat dari

timah

81. Logam tidak mulia lainnya;

sermet; barangnya

82. Perkakas, peralatan, barang tajam,sendok dan garpu, dari logam

tidak mulia;bagian bagiannya dari

logam tidak mulia

83. Bermacam-macam barang dari

logam tidak mulia

BAGIAN XVI MESIN DAN PESAWAT MEKANIK; PERLENGKAPAN LISTRIK; BAGIANNYA

PESAWAT PEREKAM DAN PESAWAT REPRODUKSI SUARA, PESAWAT

PEREKAM ATAU REPRODUKSI SUARA DAN GAMBAR UNTUK TELEVISI, DAN

BAGIAN SERTA PERLENGKAPAN DARI BARANG YANG SEMACAM ITU

BAB

Page 90: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 82828282

84. Reaktor nuklir, ketel uap, mesin dan pesawat mekanik; bagiannya

85. Mesin dan alat listrik serta bagiannya; pesawat perekam dan

pesawat reproduksi suara, pesawat perekam dan reproduksi gambar dan

suara untuk televisi, dan bagian serta perlengkapan dari barang yang

semacam itu

BAGIAN XVII KENDARAAN, PESAWAT TERBANG, KENDARAAN AIR

DAN PERLENG KAPAN PENGANGKUTAN YANG BERKAITAN

BAB

86. Lokomotif kereta api atau trem, kendaran yang bergerak diatas rel dan

bagiannya; alat pemasang dan perlengkapan rel kereta api atau trem dan

bagiannya; perlengkapan isyarat lalu lintas mekanik dari segala jenis (termasuk

elektronik)

87. Kendaraan selain yang begerak diatas rel kereta api atau trem, dan bagian

serta perlengkapannya

88. Kapal udara, pesawat ruang angkasa, serta bagiannya

89.

BAGIAN XVIII ALAT DAN APARAT OPTIK, POTOGRAFI, SINEMATOGRAFI, UKUR, PENELITI,

PRESISI, KEDOKTERAN DAN BEDAH; LONCENG DAN ARLOJI; INSTRUMEN

MUSIK; BAGIAN DAN PERLENGKAPANNYA

BAB

Page 91: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 83838383

90. Alat dan aparat optik, fotografi, sinematografi, ukur, peneliti, presisi,

kedokteran dan bedah; bagian dan perlengkapannya

91. Lonceng dan arloji dan bagiannya

92. Instrumen musik ; bagian dan perlengkapan dari barang seperti itu

BAGIAN XIX

SENJATA DAN AMUNISI; BAGIAN DAN KELENGKAPANNYA

BAB

93. (Judul Bab sama dengan Bagian)

BAGIAN XX

BERMACAM-MACAM BARANG HASIL PABRIK

BAB

Page 92: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 84848484

C. Catatan Penting Pada BTBMI

Disamping KUM HS, catatan-catatan dalam HS merupakan bagian integral yang

94. Perabot rumah; kasur tempat tidur, kasur, lapik kasur, bantal dan

kelengkapannya; lampu dan perlengkapan penerangan, tidak dirinci atau

termasuk dalam pos manapun; isyarat iluminasi, papan nama iluminasi

dan semacam itu; bangunan prefabrikasi

95. Mainan, keperluan permainan dan keperluan olah raga; bagian dan

kelengkapannya

96. Bermacam-macam barang hasil pabrik lain

BAGIAN XXI

HASIL KARYA SENI, BARANG KEGEMARAN KAUM PENGUMPUL DAN BARANG ANTIK

BAB

97. (Judul Bab sama dengan Bagian)

Page 93: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 85858585

harus diperhatikan benar-benar. Catatan-catatan tersebut mempunyai kekuatan

hukum sama seperti uraian pos atau sub-pos. HS mempunyai Catatan Bagian,

Catatan Bab, dan Catatan Sub-pos. Catatan-catatan penting tersebut adalah :

1) Bagian II

Bab 7 Catatan 2

2) Bagian II

Bab 16 Catatan 2

3) Bagian IV

Bab 19 Cacatan 1

4) Bagian IV

2.- Dalam pos 07.09, 07.10, 07.11 dan 07.12 kata "sayuran" meliputi

jamur, cendawan tanah, buah zaitun, kaper, labu sumsum, labu kuning,

terong, jagung manis (Zea mays var. saccharata), buah dari genus

Capsicum atau dari genus Pimenta, adas pedas, parsley, chervil,

tarragon, cress dan marjoram manis (Majorana hortensis atau

Origanum majorana) yang dapat dimakan.

2.- Olahan makanan digolongkan dalam Bab ini asalkan mengandung sosis, daging, sisa daging, darah, ikan atau krustasea, moluska atau invertebrata air lainnya, atau berbagai kombinasinya, lebih dari 20% menurut beratnya. Dalam hal apabila olahan mengandung dua atau lebih produk yang disebut di atas, diklasifikasikan dalam pos pada Bab 16 yang sesuai dengan komponen atau komponen-komponen yang mendominasi menurut beratnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk produk diisi dari pos 19.02 atau olahan dari pos 21.03 atau 21.04.

1.- Bab ini tidak meliputi :

(a) Kecuali dalam hal produk diisi dari pos 19.02, olahan makanan mengandung

sosis, daging, sisa daging, darah, ikan atau krustasea, moluska atau

invertebrata air lainnya, atau berbagai kombinasinya, lebih dari 20%

menurut beratnya (Bab 16);

(b) Biskuit atau barang lain yang dibuat dari tepung atau dari pati, diolah

secara khusus untuk makanan hewan (pos 23.09); atau

(c) Obat-obatan dan produk lain dari Bab 30.

Page 94: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 86868686

Bab 20 catatan subpos 2

5) Bagian VI

Bagian VI catatan 3

2.- Untuk keperluan subpos 2007.10, istilah "olahan homogen" berarti

olahan buah, dihomogenisasi secara halus, disiapkan untuk penjualan

eceran sebagai makanan bayi atau untuk keperluan diet, dalam

kemasan dengan berat bersih tidak melebihi 250 g. Untuk penerapan

definisi ini tidak memperhitungkan sejumlah kecil berbagai bahan yang

ditambahkan pada olahan tersebut sebagai penyedap, pengawet atau

keperluan lain. Olahan ini dapat mengandung sejumlah kecil buah yang

dapat dilihat. Subpos 2007.10 harus dipertimbangkan lebih dahulu

daripada subpos lain dari pos 20.07.

3.- Barang yang disiapkan dalam set yang terdiri dari dua atau lebih

unsur yang terpisah, beberapa atau seluruhnya yang digolongkan

dalam Bagian ini dan dimaksudkan untuk dicampur bersama untuk

memperoleh produk dari Bagian VI atau VII, harus diklasifikasikan

dalam pos yang sesuai dengan produk tersebut, asalkan unsur

tersebut :

(a) berdasarkan penyiapannya jelas dapat dikenal untuk digunakan

bersamasama tanpa dibungkus ulang sebelumnya;

(b) diajukan bersama; dan

(c) pada saat diajukan, dapat dikenali sebagai unsur yang saling

melengkapi satu sama lain, baik berdasarkan sifat atau

perbandingan relatifnya.

Page 95: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 87878787

6) Bagian VII

Bab 39 catatan 4

7) Bagian VII

Bab 40 catatan 4 (a)

4.- Istilah "kopolimer" meliputi semua polimer yang unit monomer

tunggalnya tidak ada yang beratnya 95% atau lebih menurut berat

total kandungan polimer tersebut.

Untuk keperluan Bab ini, kecuali apabila konteksnya menentukan

lain, kopolimer (termasuk kopolikondensasi, produk kopoliadisi,

block copolymer dan graft copolymer) dan campuran polimer harus

diklasifikasikan dalam pos yang mencakup polimer dari unit

komonomer tersebut yang beratnya mendominasi berat unit

komonomer tunggal lainnya. Untuk keperluan Catatan ini, bagian

unit komonomer dari polimer yang termasuk dalam pos yang sama

harus digolongkan bersama.

Dalam hal tidak terdapat unit komonomer tunggal yang

mendominasi, maka kopolimer atau campuran polimer harus

diklasifikasikan dalam pos terakhir berdasarkan urutan penomoran

di antara pos yang mempunyai pertimbangan yang setara.

4.- Dalam Catatan 1 Bab ini dan dalam pos 40.02, istilah "karet sintetik"

berlaku untuk :

(a) Zat sintetik tidak jenuh yang dapat diubah dengan tidak kembali

ke sifat semula melalui vulkanisasi menggunakan belerang

menjadi zat non termoplastik, yang pada suhu antara 18 C dan

29 C tidak akan putus bila di rentang hingga tiga kali panjang

aslinya, dan setelah direntang hingga dua kali panjang aslinya

selama lima menit, panjangnya akan kembali menjadi tidak lebih

dari satu setengah kali panjang aslinya. Untuk keperluan

pengujian ini, dapat ditambahkan zat yang diperlukan untuk

ikatan silang, seperti pengaktif dan akselerator vulkanisasi;

keberadaan zat yang dimaksud oleh Catatan 5 (b) (ii) dan (iii)

juga diperkenankan. Namun demikian, keberadaan berbagai zat

yang tidak diperlukan untuk ikatan silang, seperti perentang,

peliat dan pengisi, tidak diperkenankan;

Page 96: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 88888888

8) Bagian XI

Bagian XI catatan 2 (A-B)

9) Bagian XV

Bagian XV catatan 2

2.- (A) Barang yang dapat diklasifikasikan dalam Bab 50 sampai dengan 55 atau

dalam pos 58.09 atau 59.02 dan dari campuran dua bahan tekstil atau

lebih harus diklasifikasikan seolah-olah seluruhnya terdiri dari satu

bahan tekstil yang beratnya mendominasi berat setiap bahan tekstil

lainnya.

Apabila tidak satupun bahan tekstil yang mendominasi menurut

beratnya, barang tersebut harus diklasifikasikan seolah-olah

seluruhnya terdiri dari satu bahan tekstil yang termasuk dalam pos

terakhir berdasarkan urutan penomoran di antara pos-pos dengan

pertimbangan yang setara.

(B) Untuk keperluan ketentuan di atas :

(a) Benang lilit dari bulu kuda (pos 51.10) dan benang berlogam (pos

56.05) harus diperlakukan sebagai bahan tekstil tunggal yang

beratnya dianggap seperti berat keseluruhan komponennya;

untuk pengklasifikasian kain tenunan, benang berlogam harus

dianggap sebagai bahan tekstil;

(b) Pilihan pos yang sesuai harus dilakukan, pertama, dengan

menentukan Babnya, dan kemudian pos yang tepat dalam Bab

tersebut, tanpa memperhatikan berbagai bahan yang tidak

diklasifikasikan dalam Bab tersebut;

(c) Apabila Bab 54 dan 55 berkaitan dengan berbagai Bab lainnya,

maka Bab 54 dan 55 harus diperlakukan sebagai Bab tunggal;

(d) Apabila Bab atau pos merujuk pada barang dari bahan tekstil yang

berbeda , maka bahan tersebut harus diperlakukan sebagai bahan

2. Dalam Nomenklatur ini, istilah "bagian untuk pemakaian umum" berarti:

(a) Barang dari pos 73.07, 73.12, 73.15, 73.17 atau 73.18 dan barang

semacam itu dari logam tidak mulia lainnya;

(b) Pegas dan lembaran untuk pegas, dari logam tidak mulia, selain

pegas jam atau arloji (pos 91.14); dan

(c) Barang dari pos 83.01, 83.02, 83.08, 83.10 dan bingkai serta cermin

dari logam tidak mulia, dari pos 83.06.

Dalam Bab 73 sampai dengan 76 dan Bab 78 sampai dengan 82 (tetapi

tidak dalam pos 73.15) referensi untuk bagian barang tidak meliputi

referensi untuk bagian pemakaian umum sebagaimana dirinci di atas.

Page 97: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 89898989

10) Bagian XVI

Bagaian XVI catatan 3, 4 dan 5

11) Bagian XVI

Bab 84 catatan 5

3.- Kecuali apabila konteksnya menentukan lain, mesin gabungan yang

terdiri dari dua atau lebih mesin yang dipasang bersama untuk

membentuk satu kesatuan dan mesin lainnya yang dirancang untuk

keperluan melakukan dua fungsi atau lebih yang saling melengkapi

atau fungsi alternatif, harus diklasifikasikan seolah-olah terdiri

hanya dari komponen tersebut atau sebagai mesin tersebut yang

melakukan fungsi utama.

4.- Apabila mesin (termasuk kombinasi mesin) terdiri dari komponen

tersendiri (terpisah atau saling dihubungkan dengan pipa, dengan

peralatan penggerak, dengan kabel listrik atau dengan peralatan

lainnya) yang dimaksudkan untuk digunakan bersama untuk

melakukan fungsi tertentu secara jelas, yang termasuk dalam salah

satu pos dalam Bab 84 atau 85, seluruhnya harus diklasifikasikan

dalam pos yang sesuai dengan fungsi tersebut.

5.- Untuk keperluan Catatan ini, istilah " mesin " berarti berbagai mesin,

permesinan, instalasi, perlengkapan, aparatus atau peralatan yang

disebut dalam pos pada Bab 84 atau 85.

5.- (A) Untuk keperluan pos 84.71, istilah "mesin pengolah data otomatis"

berarti mesin yang dapat :

(i) Menyimpan program atau programprogram pengolahan dan

sekurang-kurangnya data yang diperlukan segera untuk

pelaksanaan program tersebut;

(ii) Diprogram secara bebas menurut kebutuhan pemakai;

(iii) Mengerjakan perhitungan aritmatika yang ditentukan oleh

pemakai; dan,

(iv) Tanpa intervensi manusia, melaksanakan program pengolahan

yang memerlukan modifikasi pelaksanaannya, dengan keputusan

yang logis, selama berlangsungnya pengolahan;

Page 98: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 90909090

12) Bagian XVI

Bab 84 catatan 7

13) Bagian XVI

Bab 85 catatan 5

7.- Untuk keperluan klasifikasi, mesin yang digunakan untuk lebih dari satu

kegunaan, harus diperlakukan seolah-olah kegunaan utamanya adalah

kegunaan satu-satunya.

Berdasarkan Catatan 2 pada Bab ini dan Catatan 3 pada Bagian XVI,

suatu mesin yang kegunaan utamanya tidak diuraikan dalam pos

manapun atau yang tidak ada satupun kegunaannya merupakan

kegunaan utama, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, harus

diklasifikasikan dalam pos 84.79. Pos 84.79 juga meliputi mesin untuk

membuat tali atau kabel (misalnya, mesin penjalin, mesin pemilin atau

mesin pembuat kabel) dari kawat logam, benang tekstil atau berbagai

bahan lainnya atau dari kombinasi bahan bahan tersebut.

5.- Untuk keperluan pos 85.34 "sirkit tercetak" adalah sirkit yang

diperoleh dengan pembentukan di atas dasar pengisolasi, melalui

berbagai proses pencetakan (misalnya, pencetakan timbul,

penyepuhan, pengetsaan) atau melalui teknik "sirkit film" berupa

elemen konduktor, kontak atau komponen tercetak lainnya (misalnya,

induktansi, resistor, kapasitor), tersendiri atau saling berhubungan

menurut pola yang ditetapkan sebelumnya, selain elemen yang dapat

memproduksi, menyearahkan, memodulasi atau memperkuat sinyal

elektris (misalnya, elemen semi konduktor).

Istilah " sirkit tercetak " tidak meliputi sirkit yang dikombinasi

dengan elemen selain yang diperoleh selama proses pencetakan, juga

tidak meliputi resistor, kapasitor, atau induktansi khusus. Namun

demikian, sirkit tercetak dapat dilengkapi dengan elemen

penghubung tidak dicetak. Sirkit film tipis atau tebal yang terdiri dari

elemen pasif dan aktif yang diperoleh selama proses teknologis yang

sama, harus diklasifikasikan dalam pos 85.42.

Page 99: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 91919191

14) Bagaian XVII

Bagian XVII catatan 2 dan 3

2.- Istilah "bagian" serta "bagian dan aksesori" tidak berlaku untuk

barang berikut, dapat diidentifikasi sebagai barang dari Bagian ini

maupun tidak :

(a) Sambungan, cincin pipih atau sejenisnya dari berbagai bahan

(diklasifikasikan menurut bahan utamanya atau dalam pos

84.84) atau barang lainnya dari karet divulkanisasi selain karet

keras (pos 40.16);

(b) Bagian untuk pemakaian umum, sebagaimana dirinci dalam

Catatan 2 Bagian XV, dari logam tidak mulia (Bagian XV), atau

barang semacam itu dari plastik (Bab 39);

(c) Barang dari Bab 82 (perkakas);

(d) Barang dari pos 83.06;

(e) Mesin atau aparatus dari pos 84.01 sampai dengan 84.79,

atau bagiannya; barang dari pos 84.81 atau 84.82 atau barang

dari pos 84.83, asalkan barang tersebut merupakan bagian

integral dari mesin atau motor;

(f) Mesin atau perlengkapan elektris (Bab 85);

(g) Barang dari Bab 90;

(h) Barang dari Bab 91;

(ij) Senjata (Bab 93);

(k) Lampu atau alat kelengkapan penerangan dari pos 94.05; atau

(l) Sikat dari jenis yang digunakan sebagai bagian dari kendaraan

(pos 96.03).

3.- Referensi untuk "bagian" atau "aksesori" dalam Bab 86 sampai

dengan 88 tidak berlaku untuk bagian atau aksesori yang tidak

cocok untuk digunakan sematamata atau terutama dengan barang

dari Bab-bab tersebut. Bagian atau aksesori yang memenuhi

uraian dalam dua pos atau lebih dari pos pada Bab-bab tersebut,

harus diklasifikasikan menurut pos yang sesuai dengan

penggunaan utama dari bagian atau aksesori tersebut.

Page 100: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 92929292

15) Bagian XVIII

Bab 90 catatan 7

16) Bagian XXI

7.- Pos 90.32 berlaku hanya untuk :

(a) Instrumen dan aparatus untuk mengontrol arus, tinggi

permukaan, tekanan atau variabel lainnya dari cairan atau gas

secara otomatis, atau untuk mengontrol suhu secara otomatis,

yang penggunaannya tergantung maupun tidak pada fenomena

elektris yang berubah-ubah menurut faktor yang harus dikontrol

secara otomatis, yang dirancang untuk memberi faktor tersebut

untuk, dan mempertahankannya pada nilai yang dikehendaki,

distabilkan terhadap gangguan, dengan pengukuran nilai aktual

secara konstan atau periodik; dan

(b) Regulator besaran listrik otomatis dan instrumen atau aparatus

untuk mengontrol besaran bukan listrik secara otomatis, yang

pengoperasiannya tergantung pada fenomena listrik yang

berubah-ubah menurut faktor yang dikontrol, yang dirancang

untuk memberi faktor ini untuk, dan mempertahankannya pada

nilai yang dikehendaki, distabilkan terhadap gangguan, dengan

pengukuran nilai aktual secara konstan atau periodik.

Page 101: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 93939393

Bab 97 catatan 5

3.2. Latihan 3

1. Sebutkan contoh catatan definitif pada Bab 39 ?

2. Sebutkan contoh catatan ekslusif pada Bab 71 ?

3. Sebutkan catatan ilustratif pada pada Bagian ?

4. Sebutkan pos saja untuk barang mentega dan margarin ?

5. Daging sapi yang diolah sederhana masuk pos berapa ? Bagaimana bila

telah dikukus masuk Bab berapa ?

6. Sebutkan posnya saja batu pualam yang masih bongkahan dan yang telah

jadi ubin ?

7. Sebutkan 3 contoh barang termasuk bagian untuk pemakaian umum ?

8. Bagaimana syarat komputer menurut Harmonized system pada Bab 84 ?

9. Bagaimana pengklasifikasian motor untuk mobil mainan ?

10. Saringan udara untuk mesin diklasifikasikan pada pos berapa ?

11. Apakah bingkai dan gambar yang sama mahal harganya diklasifikasikan dalam

satu pos tarif ?

3.3. Rangkuman

5.- Bingkai yang terpasang pada lukisan, gambar, gambar pastel, kolase atau

plakat hiasan semacam itu, ukiran, barang cetakan atau litograf harus

diklasifikasikan dengan barang tersebut, asalkan dari jenis dan nilai yang

wajar untuk barang tersebut. Merujuk pada Catatan ini, bingkai yang

bukan merupakan jenis atau nilai yang wajar untuk barang tersebut, harus

diklasifikasikan terpisah.

Page 102: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 94949494

1. Catatan merupakan pintu gerbang dalam memasuk bagian dan bab dalam

BTBMI. Secara garis besarnya pintu gerbang tersebut akan mengatur

tentang suatu barang yang boleh dimasukan, dikeluarkan, atau dikeluarkan

sebagian serta penjelasan lainyya. Hal ini diperlukan agar jangan sampai

salah dalam menempatkan pengelompokan barang sesuai Harmonized

system. Secara singkat jenis catatan tersebut meliputi, catatan definitive,

eksklusive, illustratif, dan penjelasan.

2. BTBMI terdiri dari 21 Bagian, Bab 1 sampai dengan 77 dan bab 78 sampai

dengan bab 98. Urutan pengelompokan barang umumnya didasarkan atas

bahan dasar, proses setengah jadi dan barang jadi. Pengelompokan

barang ini berawal dari binatang, hewani, nabati mineral dan selanjutnya

kepada bahan kimia dan produknya. Terakhir dengan mesin, kendaraan,

barang presisi, barang untuk kemanan dan barang kelontong. Pemahaman

pengelompokan barang akan mempermudah dan mempercepat dalam

mengklasifikasi.Sebaiknya seorang klasifikator yang bak akan memahami

pengelompokan jenis barang dalam BTBMI

3. Salah satu syarat menjadi seorang klasifikator yang baik adalah harus

dapat memahami catatan penting. Catatan merupakan salah satu syarat

penting dalam mengklasifikasi barang. Bahkan dalam KUM HS nomor satu

dinyatakan bahwa hal yang mengikat dalam mengklasifikasi barang adalah

catatan, baik catatan bagian, bab maupun subpos. Berbagai jenis barang

akan dijelaskan dengan catatan dalam bagian, bab maupun subpos yang

bersifat mengikat.

3.4. Test Formatif 3

A. Lingkarilah huruf B apabila pernyataan ini Saudara anggap benar dan

huruf S apabila pernyataan Saudara anggap salah.

1. ( B - S ) Judul Bagian, Bab dan Sub-bab pada Buku tarif Bea Masuk

Page 103: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 95959595

Indonesia hanya dimaksudkan untuk memudahkan

penyebutan saja. Tidak mengikat secara hukum dalam

mengklasifikasi

2. ( B - S ) Pernyataan 2b pada KUM HS adalah Barang tidak lengkap

atau tidak rampung dianggap sebagai barang lengkap atau

rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat

utama sebagai barang lengkap atau rampung

3. ( B - S) Pernyataan 3a pada KUM HS adalah Pos yang memuat

uraian yang paling terinci harus lebih diutamakan daripada

pos yang memuat uraian yang lebih umum sifatnya

4. ( B - S ) Pernyataan 5b pada KUM HS adalah Peti kamera, peti

instrumen dan tempat simpan yang semacam, dengan bentuk

atau kelengkapan khusus untuk menyimpan barang tertentu

atau seperangkat barang tertentu, cocok untuk pemakaian

jangka panjang dan diimpor lengkap dengan isinya, harus

diklasifikasikan dengan barang tersebut jika biasa dijual

dengan barang itu

5. ( B - S ) Sebelum mengklasifikasi barang, sebaiknya kita identifikasi

dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui

spesifikasi barang maka akan lebih mendekati keakuratan

dalam mengklasifikasi barang

B. Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari

huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut

1. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan kerangka

yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang tergantung pada

permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota tersebut setidak-tidaknya

memuat tentang :

a. nama barang dan uraian jenis barang

b. alasan atau catatan yang digunakan

c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit

Page 104: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 96969696

d. pernyataan a, b dan c benar

2. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang, diklasifikasikan

sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor :

a. 2b

b. 3a

c. 3b

d. 5a

3. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %

dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan :

a. definitif

b. esklusif

c. ilustrasi

d. pengertian

4. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun diklasifikasikan

pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor :

a. 1

b. 2a

c. 2b

d. 3a

5. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi stu

pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor :

a. 3b

b. 3c

c. 5a

d. 5b

C. Jawablah pertanyaan soal dibawah ini dengan ringkas

1. Mengapa olahan makanan yang terbuat dari daging sapi yang dikukus tidak

diklasifikasikan pada bab 2

2. Mengapa sabun mandi mengandung obat pembasmi kuman walaupun

mengandung obat tidak diklasifikasikan pada bab 30 sebagai produk farmasi.

Page 105: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 97979797

3. Mengapa tutup kepala (topi) pengaman untuk pengendara sepeda motor yang

terbuat dari bahan plastik tidak diklasifikasikan pada bab 39 ?

4. Automatic voltage regulator yang digunakan sebagai stabilizer otomatis untuk

komputer harus diklasifikasikan pada pos 85.04 atau 90.32 . Sebutkan

alasannya

5. Benang tenun terbuat dari campuran 70 % kapas (cotton) dan 30 % nilon,

merupakan benang tunggal, dari serat disisir dengan nomor benang 150

decitex, tidak dikelantang dan tidak dimerserisasi.Ketentuan dan catatan apa

yang digunakan dalam mengklasifikasi barang tersebut

3.5. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada

di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau sejauh

mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan rumus di

bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap terhadap materi

kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan

Jumlah Jawaban Anda yang benar dibagi 15 kemudian dikali 100 % = ............

Arti tingkat penguasaan :

* 90 % - 100 % = Baik sekali

Page 106: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 98989898

* 80 % - 89 % = Baik

* 70 % - 79 % = Cukup

* 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan

kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat

penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca Modul

kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

PENUTUP

Setelah Saudara selesai mempelajari Modul ini (membaca serta

mengerjakan latihan soal, maupun tes formatif yang tersedia) diharapkan Saudara

telah memahami bagaimana cara bahan / barang kimia anorganik – organic

maupun produk yang terbuat daripadanya; mengidentifikasi Plastik dan Barang dari

Plastik; Karet dan Barang dari Karet; dan Jangat, Kulit dan Barang dari Kulit;

mengidentifikasi Serat, Benang dan Kain; Penomoran Benang; dan Identifikasi

Serat; mengidentifikasi Barang dari Batu, Produk Keramik dan Barang dari Kaca;

Page 107: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 99999999

Mutiara, Intan dan Logam Mulia; dan Logam Mulia dan mengidentifikasi mesin –

mesin serta barang – barang dari elektronika

Dengan kemampuan Saudara mengidentifikasi barang-barang tersebut

diharapkan Saudara nantinya dapat mengklasifikasikannya kedalam Buku Tarif

Bea Masuk Indonesia.

Modul ini merupakan dasar dari pengetahuan dan identifikasi barang yang

minimal harus Saudara ketahui. Untuk hal yang lebih “complicated” Saudara harus

mencari tambahan pengetahuan sendiri melalui informasi di media masa, baik buku

pengetahuan, koran, majalah serta media internet.

TES SUMATIF

Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari

huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d )

1. Untuk penetapan tarif bea masuk, barang dikelompokkan berdasarkan sistem

klasifikasi barang. Bunyi kalimat diatas sesuai dengan bunyi UU no. 10 tahun

1995 tentang Kepabeanan pada :

a. pasal 16

Page 108: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 100100100100

b. pasal 115

c. pasal 14

d. pasal 116

2. The Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) mulai

berlaku secara internasional sejak :

a. tanggal 1 Januari 1989

b. tanggal 1 Agustus 1988

c. tanggal 31 Januari 1988

d. tanggal 11 Januari 1989

3. Untuk mengklasifikasi barang, dikenal prosedur umum untuk mengklasifikasi

barang. Prosedur tersebut secara umum ialah .........

a. mengidentifikasi barang dengan mempelajari jenis dan spesifikasinya

b. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut

c. melihat Buku Tarif Bea Masuk Indonesia dan menentukan

klasifikasinya

d. pernyataan a, b dan c benar

4. Dalam pengamatan sementara untuk mengklasifikasi barang, maka sebutkan

pernyataan dibawah ini yang tidak benar

a. Jenis suatu jenis barang dimungkinkan tidak ada dalam HS

b. Dapat terkait dengan beberapa bab

c. Mengklasifikasi barang seluruhnya harus tepat secara eksak

d. Barang tidak dapat diklasifikasikan, karena uraian jenis barangnya

tidak ada dalam BTBMI

5. Pencantuman besarnya Bea Masuk pada Buku tarif Bea Masuk Indonesia :

a. hanyalah sementara (mengikuti surat Keputusan Menteri Keuangan

RI)

b. harus mengacu kepada perkembangan terakhir besarnya penetapan

Bea Masuk

c. selalu berubah

d. pernyataan a, b dan c benar

6. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan kerangka

yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang tergantung pada

Page 109: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 101101101101

permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota tersebut setidak-tidaknya

memuat tentang :

a. nama barang dan uraian jenis barang

b. alasan atau catatan yang digunakan

c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit

d. pernyataan a, b dan c benar

7. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang, diklasifikasikan

sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor :

a. 2b

b. 3a

c. 3b

d. 5a

8. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %

dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan :

a. Definitif

b. esklusif

c. ilustrasi

d. pengertian

9. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun diklasifikasikan

pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor :

a. 1

b. 2a

c. 2b

d. 3a

10. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi stu

pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor :

a. 3b

b. 3c

c. 5a

d. 5b

11. Dalam membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang maka diperlukan kerangka

yang singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang tergantung pada

Page 110: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 102102102102

permasalahan yang dihadapi. Namun demikian nota tersebut setidak-tidaknya

memuat tentang :

a. nama barang dan uraian jenis barang

b. alasan atau catatan yang digunakan

c. Uraian klasifikasi mulai 2 digit sampai dengan 9 digit

d. pernyataan a, b dan c benar

12. Suatu kemasan mengandung mie, bumbu, saos dan bawang, diklasifikasikan

sebagai mie pada bab 19, berdasarkan KUM HS nomor :

a. 2b

b. 3a

c. 3b

d. 5a

13. Larutan dengan kandungan asam cuka (acetic acid) lebih dari 10 %

dikeluarkan dari bab 22 berdasarkan catatan :

a. definitif

b. esklusif

c. ilustrasi

d. pengertian

14. Walalupun etil alkohol merupakan bahan kimia organik, namun diklasifikasikan

pada bab 22 dikarenakan KUM HS nomor :

a. 1

b. 2a

c. 2b

d. 3a

15. Tabung gas LPG yang berisi gas LPG tidak dapat diklasifikasikan menjadi stu

pos tarif karena ketentuan menurut KUM HS nomor :

a. 3b

b. 3c

c. 5a

d. 5b

Page 111: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 103103103103

KUNCI JAWABAN

I. KUNCI JAWABAN TEST FORMATIF 1, 2, 3

1. TEST FORMATIF 1

Page 112: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 104104104104

A. Kelompok Pernyataan Benar (B) atau Salah (S)

1 B.

2. S

3. B.

4. B

5. S

B. Kelompok Pilihan Ganda

1. a

2. b

3. d

4. c

5. d

C. Kelompok Essay

Nomor 1

a) Sistem Brussel Edisi 1975 (BTN 1975). Penetapan tarif ini

merupakan penyempurnaan dari penetapan tarif sebelumnya dan

mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1975 sampai dengan 30

september 1980.

b) Sistem Customs Cooperation Council (CCCN). Pada dasarnya

sistem pentarifan ini sama dengan sistem sebelumnya, hanya pada

sistem CCCN ini terdapat penyempurnaan sistem penomoran pada

sub-pos dari dua digit menjadi tiga digit atau semula 6 digit menjadi 7

digit. Sistem CCCN ini mulai diberlakukan pada tanggal 1 Oktober

1980 sampai dengan 31 Maret 1985.

c) Sistem CCCN Edisi 1985 (CCCN 1985). Sistem ini merupakan

penyempurnaan dari sistem CCCN sebelumnya dan mulai

diberlakukan pada tanggal 1 April 1987 sampai dengan 31 desember

Page 113: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 105105105105

1988.

Nomor 2

Pada akhir tahun 1986, kelompok studi tersebut berhasil menyusun suatu

nomenklatur (daftar klasifikasi barang berdasarkan kelompok-kelompok)

yang dinamakan Harmonized Commodity Description and Coding

System atau lebih dikenal dengan sebutan Harmonized System (HS) .

Untuk memberikan kekuatan hukum yang pasti, nomenklatur disahkan

dalam Konvensi HS

Nomor 3

a) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang

yang diperdagangkan secara internasional.

b) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang

yang diperdagangkan secara internasional.

c) HS menggunakan dasar yang seragam untuk keperluan pentarifan

secara internasional.

d) Menggunakan “bahasa pabean” sehingga dapat dengan mudah

dimengerti oleh importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan aparat

bea dan cukai.

e) Sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan

interpretasi yang benar dan sama untuk keperluan negosiasi.

f) Merupakan kumpulan data yang seragam secara internasional

sehingga dapat digunakan untuk mendukung analisis dan statistik

perdagangan internasional.

Nomor 4

a) Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang

dibuat secara sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean secara

mendunia.

b) Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik

perdagangan dunia, dan ;

Page 114: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 106106106106

c) Memberikan Sistem Internasional yang resmi untuk pemberian

Kode, Pen jelasan dan penggolongan barang untuk tujuan

perdagangan seperti tarif pengangkutan, keperluan pengangkutan,

dokumentasi dan sebagainya.

d) Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebelumnya, untuk

memberikan perhatian kepada perkembangan teknologi dan

masyarakat industri serta pola perdagangan Internasional.

Nomor 5

Buku tarif Bea Masuk Indonesia hanyalah suatu referensi praktis agar

dapat secara optimal digunakan di lapangan. Ketentuan hukum yang legal

adalah sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang perubahan

Tarif Bea Masuk Indonesia

(lihat Kata Pengantar pada BBTBMI)

2. TEST FORMATIF 2

A. Kelompok Pernyataan Benar (B) atau Salah (S)

1. B

2. S

3. B

4. S

5. B

B. Kelompok Pilihan Ganda

1. d

2. c

3. b

4. a

5. d

Page 115: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 107107107107

C. Kelompok Essay

Diberitahukan hanya 6 digitnya (sub posnya)

1. Daging sapi hasil olahan sesuai bab 2 (pengolahan sementara/terbatas)

diklasifikasikan pada bab 2. Bentuk pengolahan bukan sederhana, seperti

dipanggang, dikukus dan pengolahan selain pada bab 2 diklasifikasikan

pada bab 16. Lihat catatan 1 bab 16. Perhatikan pos tarif 1602.50.000.

2. Lihat catatan 1(e) Bab 30

3. Lihat catatan 1(n) Bab 39

4. Lihat catatan 2(A) Bagian XI

5. Lihat catatan 6(b) Bab 90

Perhatikan sub-pos 5206.24.

3. TES FORMATIF 3

A. Kelompok Pernyataan Benar (B) atau Salah (S)

1. B

2. S

3. B

4. S

5. B

B. Kelompok Pilihan Ganda

1. d

2. c

3. b

4. a

5. d

C. Kelompok Essay

Page 116: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 108108108108

Diberitahukan hanya 6 digitnya (sub posnya)

1. Daging sapi hasil olahan sesuai bab 2 (pengolahan sementara/terbatas)

diklasifikasikan pada bab 2. Bentuk pengolahan bukan sederhana,

seperti di panggang, dikukus dan pengolahan selain pada bab 2

diklasifikasikan pada bab 16. Lihat catatan 1 bab 16. Perhatikan pos

tarif 1602.50.000

2. Lihat catatan 1(e) Bab 30

3. Lihat catatan 1(n) Bab 39

4. Lihat catatan 2(A) Bagian XI

5. Lihat catatan 6(b) Bab 90

Perhatikan sub-pos 5206.24.

II. KUNCI JAWABAN TES SUMATIF

1. a

2. b

3. d

4. c

2. d

3. d

4. c

5. b

6. a

7. d

8. d

9. c

10. b

11. a

12. d

Page 117: 2011_DTSD_Klasifikasi_Barang

Klasifikasi Barang

DTSDTSDTSDTSD Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai D Kepabeanan dan Cukai 109109109109

DAFTAR PUSTAKA

Harmonized System, Wordl Customs Organization, 2007 version

Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (2007) Departemen Keuangan RI, Jakarta

Explanatory Notes, World Customs Organization, 2007

Pengantar Klasifikasi Barang. (1995) Pusdiklat Bea dan Cukai. Jakarta

Classification Disputes Settled by The Harmonized System Committee. World

Organization (1994)

***