20080605110430SKRIPSI 02513139

123
TA / TL / 2008 / 0256 TUGAS AKHIR PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI PERUMAHAN DAYU PERMAI YOGYAKARTA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 pada Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Disusun Oleh : Nama : RIZKY RIZALDI No. MHS : 02 513 139 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Transcript of 20080605110430SKRIPSI 02513139

Page 1: 20080605110430SKRIPSI 02513139

TA / TL / 2008 / 0256

TUGAS AKHIR

PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADUDI PERUMAHAN DAYU PERMAI

YOGYAKARTA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar sarjana S1 pada Jurusan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Disusun Oleh :

Nama : RIZKY RIZALDINo. MHS : 02 513 139

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA

2008

Page 2: 20080605110430SKRIPSI 02513139
Page 3: 20080605110430SKRIPSI 02513139

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kususun Tugas Akhir ini,

dengan ilmu yang kupelajari selama ini

dengan materi, tenaga, fasilitas, dukungan moral,

serta bimbingan dan anugrah ALLAH SWT dan,

kupersembahkan hasil karyaku ini

kepada orang-orang yang selalu membimbing dan melindungi

diriku,

yang selalu mengingatkan pada misi studiku,

kepada Ayahku terhormat Bapak H. Achmad Putro, S.Ag., M.Si,

Ibuku tercinta, dan Saudara-saudaraku tersayang.

Page 4: 20080605110430SKRIPSI 02513139

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Yang Maha

Suci, Maha Kuasa, Yang Maha Sempurna. Hanya dengan rahmat dan karunia-Nya

lah Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga selalu

tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, para pejuang

kebenaran dan kaumnya. Amin.

Pada kesempatan kali ini penulis mengangkat permasalahan menyusun

perencanaan pengelolaan sampah secara terpadu melalui penelitian dan uji sampel

untuk melihat potensi sampah yang dihasilkan oleh Perumahan Dayu Permai

Yogyakarta. Alternatif yang dipertimbangkan salah satunya adalah dengan

menggunakan metode pengomposan. Pertimbangan inilah yang kemudian penulis

angkat menjadi topik dalam tugas akhir ini.

Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya atas bantuan, pengarahan dan bimbingan yang telah

diberikan kepada kami dalam menyusun laporan ini, yaitu kepada :

1. Kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan motivasi dan

semangat bagi kami.

2. Bapak Luqman Hakim, ST. M.Si.; selaku Ketua Jurusan Teknik

Lingkungan.

3. Bapak Ir. H. Widodo Brontowiyono, M.Sc.; selaku dosen pembimbing I

yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan hati dalam

membimbing penulis.

4. Bapak Eko Siswoyo, ST; selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan hati dalam membimbing penulis.

5. Seluruh dosen Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia.

Page 5: 20080605110430SKRIPSI 02513139

v

6. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Lingkungan yang telah

memberikan dukungannya. Khususnya untuk Ari, Insan, Wahyu, Asep,

dan Nug terima kasih atas kekompakannya.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dan berperan dalam penulisan

laporan ini baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat lagi

disebutkan satu persatu.

Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun kami berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Teknik

Lingkungan.

Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi

penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkannya.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Yogyakarta, Maret 2008

Penulis

Page 6: 20080605110430SKRIPSI 02513139

vi

PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU DI PERUMAHAN DAYU PERMAIYOGYAKARTA

INTISARI

Pencemaran Lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah merupakansumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampahdengan pengolahannya dan semakin menurun daya dukung alam sebagai tempat pembuangansampah. Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, sedangkan dilain pihak kemampuan pengolahan sampah masih belum memadai. Sesuai sumber penghasil sampahdan kegiatan di sumber timbulan adalah pemukiman penduduk sebagai tempat tinggal masyarakat,maka komponen sampah yang paling dominan adalah sampah organik. Pengelolaan yang palingsesuai dengan jenis sampah organik adalah dengan cara komposting. Penelitian ini bertujuan untukmerencanakan manajemen persampahan dan merencanakan suatu reaktor kompos dan mengujiparameter unsur N, P, K dan C/N dari hasil pengomposan. Penelitian ini dilakukan di Perumahan Dayu Permai Yogyakarta. Pada penelitian ini sampahdipilah langsung dari sumbernya berdasarkan jenis yakni organik, anorganik, dan non 3R. Darisampah organik dilakukan komposting secara aerobik dengan penambahan starter EM4.Menggunakan reaktor dari drum plastik yang telah dilubangi bagian sampingnya. Untuk sampahanorganik dan non 3R dikelola mulai dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,hingga ke TPS dan seterusnya dibuang ke TPA. Penelitian menggunakan 10 titik sampling rumah dan didapat jumlah timbulan sampahadalah 0,223 kg/orang/hari dengan berat sampah organik perumahan Dayu Permai adalah 0,14Kg/orang/hari, volume sampah organik adalah 0,99 L/orang/hari, berat sampah anorganik adalah0,08 Kg/orang/hari, volume sampah anorganik adalah 1,49 L/orang/hari, berat sampah non 3 Radalah 0,003 Kg/orang/hari, volume sampah non 3 R adalah 0,1 L/orang/hari dan dihasilkan reaktorkompos dengan kapasitas 147,93 liter untuk 1 rumah. Dilihat dari parameter karakteristik komposstandar SNI yang terdiri dari pH, suhu, rasio C/N, N, P, K, kualitas kompos yang dihasilkan padapenelitian ini cukup baik dengan kandungan pH sebesar 6,9, Nitrogen = 0,905 %, Phospor = 2,07 %,Kalium = 2,3 %, dan rasio C/N = 51,707. Waktu pematangan kompos adalah 30 hari.

Kata kunci : kompos, sampah, Dayu Permai

Page 7: 20080605110430SKRIPSI 02513139

vii

INTEGRATED SOLIDWASTE MANAGEMENT AT DAYU PERMAI HOUSINGYOGYAKARTA

ABSTRACTION

Environment contamination closely related with solidwaste, because solidwaste representthe source of contamination. Solidwaste problems caused by the unbalanced solidwaste produceswith its processing and decreasing the nature support progressively as place for solidwaste toexile. The amount of solidwaste continue to increase fastly, while on the other side, the ability ofsolidwaste processing is still not yet adequate. According to the solidwaste source and the activitybeneath it, is a settlement place for society residence, hence most dominant solidwaste componentis organic matter. The most appropriate management with organic matter type are composting.This research aim is to plan solidwaste management, designing an compost reactor, and thentesting the element parameter of N, P, K and C/N from result of composting.

At this research, solidwaste are classified from its type, they are organic, anorganic, andnon 3R. For organic solidwaste will processed with composting which conducted in aerobic withaddition of EM4 starter. Using plastic drum reactor with a number of hole on its side and thebottom. For the anorganic and non 3R matter is processed with sorting, packaging, gathering,transporting, TPS, and then thrown to TPA.

This research using 10 sample place and the amount of soildwaste arise obtained is 0,223kg/people/day with the mass amount of organic 0,14 Kg/people/day and the volume 0,99L/people/day, the anorganic amount 0,08 Kg/people/day and the volume 1,49 L/people/day, thenon 3R amount 0,003 Kg/people/day and the volume 0,1 L/people/day , and creating reactor withcapacities of 147,93 litres. Comparing with the characteristic in SNI such as pH, temperature, C/Nratio, N, P, K, the compost quality is good enough with content of pH 6,9, Nitrogen (N) = 0,905 %,Phospor (P) = 2,07 %, Kalium (K) = 2,3 % and C/N ratio = 51,707. Compost maturation time is30 days.

Keyword : compost, solidwaste, Dayu Permai

Page 8: 20080605110430SKRIPSI 02513139

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Halaman Pengesahan ii

Halaman Persembahan iii

Kata Pengantar iv

Abstraksi vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Batasan Masalah 6

1.5 Manfaat Penelitian 6

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Sampah 7

2.2 Sumber Sampah 7

2.3 Jenis Sampah 9

2.4 Karakteristik Sampah 9

2.5 Komposisi Sampah 10

2.6 Timbulan Sampah 10

2.7 Pengolahan Sampah 11

2.7.1 Sistem Pengelolaan Persampahan 13

2.7.2 Penyimpanan/Pewadahan Sampah 14

2.7.3 Pengumpulan Sampah 15

2.7.4 Pengangkutan Sampah 15

2.8 Standarisasi Pengelolaan Sampah 17

Page 9: 20080605110430SKRIPSI 02513139

ix

2.9 Efek Samping Terhadap Manusia dan Kesehatan 18

2.10 Kompos 20

2.10.1 Prinsip Pengomposan 20

2.10.2 Manfaat Kompos 24

2.10.3 Proses Pengomposan 28

2.10.4 Waktu Pembalikan 32

2.10.5 Persyaratan Kompos 33

2.10.6 Pengaruh Kompos Terhadap Tanaman 35

2.10.7 Effective Microorganism 4 (EM4) 36

2.11 Klasifikasi Wilayah dari Pusat Kota ke Pedesaan 39

2.12 Hipotesa 39

Bab III Gambaran Umum Perencanaan

3.1 Lokasi 41

3.2 Kondisi Topografi 41

3.3 Batas Wilayah 41

3.4 Kependudukan 42

3.5 Potensi yang Sudah Ada 42

3.6 Pola Operasional Pengelolaan Sampah 42

3.7 Fasilitas Pengelolaan Sampah 43

3.8 Peran Serta Masyarakat 43

Bab IV Metode Penelitian

4.1 Ide Tugas Akhir 45

4.2 Studi Pustaka 45

4.3 Pengumpulan Data 45

4.4 Penelitian atau Sampling 46

4.5 Pengolahan Data 48

4.6 Tahapan Perencanaan Pengelolaan 49

4.7 Diagram Tahapan Perencanaan 50

Page 10: 20080605110430SKRIPSI 02513139

x

Bab V Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil Penelitian 51

5.2 Perhitungan Komposisi Sampah 53

5.3 Reaktor Kompos 54

5.4 Proses Pembuatan Kompos 56

5.5 Pengukuran pH 58

5.6 Pengukuran Suhu 60

5.7 Pengamatan Hubungan Suhu dan pH 61

5.8 Pengukuran Kualitas Kompos 62

5.9 Data Responden 68

5.10 Manajemen Sampah 70

5.11 Pengolahan Data Statistik 76

5.12 Perencanaan Pengelolaan Sampah 83

5.12.1 Teknik Operasional 86

5.12.2 Pemilahan 88

5.12.3 Pewadahan 90

5.12.4 Pengumpulan 95

5.12.5 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) 97

5.12.6 Pengangkutan 97

5.12.7 Pengolahan 98

5.13 Implementasi Manajemen Sampah 100

Bab VI Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan 104

6.2 Saran 106

Daftar Pustaka 107

Lampiran

Page 11: 20080605110430SKRIPSI 02513139

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komponen dan Komposisi Bahan Organik Sampah Kota 2

2.1 Analisis Kimia Kompos 27

2.2 Fungsi Mikroorganisme di Dalam Larutan EM4 36

5.1 Data Hasil Perhitungan Berat, Volume dan Berat Jenis

Sampah Organik

51

5.2 Data Hasil Perhitungan Berat, Volume dan Berat Jenis

Sampah Anorganik

52

5.3 Data Hasil Perhitungan Berat, Volume dan Berat Jenis

Sampah non 3R

52

5.4 Hasil Pengukuran Rata-Rata Komposisi Sampah di

Perumahan Dayu Permai

53

5.5 Perbandingan Pengomposan Aerob dan Anaerob 54

5.6 Hasil Pengukuran pH pada Reaktor Kompos 58

5.7 Hasil Penelitian Perubahan Suhu pada Reaktor Kompos 60

5.8 Hasil Pengukuran Kualitas Kompos 62

5.9 Standar Kualitas Kompos SNI 63

5.10 Perbandingan Kompos Hasil Penelitian dengan SNI dan

Produk Kompos di Pasaran

63

5.11 Descriptive untuk Tingkat Pendidikan dengan Kesadaran

untuk Memilah Sampah

77

5.12 Homogenitas Variansi untuk Tingkat Pendidikan dengan

Kesadaran untuk Memilah Sampah

77

5.13 Analysis of Variance (ANOVA) untuk Nilai Kesadaran

untuk Memilah Sampah

78

5.14 Post Hoc Tests 79

5.15 Descriptive untuk Nilai Tingkat Penghasilan dengan

Timbulan Sampah

80

5.16 Homogenitas Variansi untuk Nilai Tingkat Penghasilan

dengan Timbulan Sampah

81

Page 12: 20080605110430SKRIPSI 02513139

xii

5.17 Analysis of Variance (ANOVA) untuk Nilai Tingkat

Penghasilan dengan Timbulan Sampah

81

5.18 Post Hoc Tests 83

Page 13: 20080605110430SKRIPSI 02513139

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan 13

3.1 Denah Perumahan Dayu Permai Yogyakarta 44

4.1 Diagram Tahapan Perencanaan 50

5.1 Komposisi Sampah Perumahan Dayu Permai 54

5.2 Reaktor Kompos 55

5.3 Pencacahan Sampah Organik 56

5.4 Effective Microorganism 4 (EM4) 57

5.5 Reaktor Berisi Materi Kompos 57

5.6 Kompos yang Telah Matang 57

5.7 Grafik Hubungan Suhu dan pH 61

5.8 Jumlah Anggota Keluarga Responden 68

5.9 Jumlah Penghasilan Responden per Bulan 69

5.10 Pendidikan Terakhir Responden 70

5.11 Pembuangan Sampah oleh Responden 71

5.12 Pemilahan Sampah Rumah Tangga 72

5.13 Banyaknya Sampah yang Dibuang Setiap Hari 73

5.14 Jenis Sampah yang Sering Dibuang Setiap Hari 74

5.15 Pengetahuan Responden tentang Pemanfaatan Sampah 75

5.16 Peran Serta Responden terhadap Pengelolaan Sampah

Terpadu

76

5.17 Skema Community Based Solidwaste Management 85

5.18 Pola Pengelolaan Sampah Mulai dari Sumber Sampai ke

TPA di Perumahan Dayu Permai Yogyakarta

87

5.19 Neraca Persentase Sampah dari Sumber Sampai ke TPA di

Perumahan Dayu

90

5.20 Keranjang Plastik Rumah 91

5.21 Drum Plastik Pengomposan 93

5.22 Bin Fibre Glass 94

5.23 Gerobak Sampah 96

Page 14: 20080605110430SKRIPSI 02513139

xiv

5.24 Mobil Pick Up Pengangkut 98

Page 15: 20080605110430SKRIPSI 02513139

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan

mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas

manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang

mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara lain adalah :

jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi,

musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi.

Penanganan sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap

memikirkan proses daur ulang atau menggunakan ulang sampah tersebut.

Penanganan sampah yang selama ini dilakukan hanya mengangkutnya dari tempat

sampah di permukiman kota dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah

akhir atau membakarnya. Cara seperti ini kurang bisa mengatasi masalah sampah

karena masih dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pencemaran Lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah

merupakan sumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena tidak

seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin menurun daya

dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Di satu pihak, jumlah sampah

terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, sedangkan di lain pihak

kemampuan pengolahan sampah masih belum memadai.

Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan sampah sebagai berikut :

1. Sampah yang tercecer dan masuk ke dalam selokan akan menyumbat

saluran dan mengakibatkan banjir pada musim hujan. Keadaan seperti ini

sudah sering terjadi di beberapa kota di Indonesia.

2. Peningkatan jumlah sampah akan menimbulkan masalah dalam mencari

tempat pembuangan sampah yang baru. Tempat yang dijadikan lokasi

penimbunan sampah akan menjadi tempat berkembangnya organisme

Page 16: 20080605110430SKRIPSI 02513139

2

patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Tempat ini juga akan

menjadi sarang hewan liar atau lalat. Padahal, hewan liar ini dapat

mempercepat penyebaran bibit penyakit.

3. Sampah yang terlalu lama ditimbun akan menghasilkan bau yang tidak

enak dan akan mengganggu kesehatan orang yang tinggal di sekitarnya.

Air yang dikeluarkan dari timbunan sampah juga dapat mencemari air

sungai, air sumur, dan air tanah.

Komponen dan komposisi bahan organik sampah kota dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 1.1

Komponen dan Komposisi bahan organik sampah kota

Bahan Organik Komposisi

Serat Kasar (%)

Lemak (%)

Abu (%)

Air (%)

Amonium (mg/g sampah)

N organik (mg/g sampah)

Total nitrogen (mg/g sampah)

Protein (mg/g sampah)

Keasaman (pH)

4,1 – 6,0

3,0 – 9,0

4,0 – 20,0

30,0 – 60,0

0,5 – 1,14

4,8 – 14,0

4,0 – 17,0

3,1 – 9,3

5,0 – 8,0

Sumber : Hadiwiyoto (1983)

Sistem pengelolaan persampahan di daerah perkotaan perlu mendapatkan

perhatian khusus, selain karena pengelolaan sampah didaerah perkotaan sangat

penting karena melihat dari timbulan sampah yang dihasilkan besar (kepadatan

penduduk tinggi) tidak adanya lahan baik sebagai tempat pengolahan dimana

akhirnya menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Persampahan

merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek

kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan.

Page 17: 20080605110430SKRIPSI 02513139

3

Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang

disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.

Pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Sedangkan dalam ilmu

kesehatan lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah

tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah

tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat

lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari

udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan

kebakaran dan lain sebagainya. Sehingga jelas bahwa pentingnya pengelolaan

sampah, karena melihat perkembangan waktu yang senantiasa diiringi dengan

pertambahan penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah semakin

meningkat sementara lahan yang ada tetap. Sehingga jelas bahwa pentingnya

pengelolaan sampah, karena melihat perkembangan waktu yang senantiasa

diiringi dengan pertambahan penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah

semakin meningkat sementara lahan yang ada tetap.

Faktor utama yang akan membedakan jenis dan karakteristik terdapat pada

tingkat sosial budaya ekonomi masyarakat, hal ini terlihat perbedaan yang sangat

besar antara karakteristik, volume dan lain-lain. Sampah antara negara-negara

maju dan berkembang sangat berbeda jauh. Biasanya pada negara maju, sistem

manajemen pengolahan sampah sangat baik tanpa mengalami kesulitan dalam

pengelolaannya. Hal ini di dukung dengan hal-hal berikut ini:

a. Tingkat kesejahteraan nasional yang tinggi dan akan masih terus

bertambah.

b. Sistem perpajakan yang baik sehingga pendanaan untuk sampah teralokasi

pada perpajakan tersebut.

c. Kesejahteraan hidup bersih dan manajemen persampahan yang baik.

d. Partisipasi masyarakat yang baik dalam hal penanganan sampah.

Adapun perbaikan sistem pengelolaan persampahan adalah dengan

menggunakan sistem composting, karena sebagian besar sampah yang dihasilkan

Page 18: 20080605110430SKRIPSI 02513139

4

berasal dari bahan organik, yaitu dengan pemanfaatan ulang sampah organik

melalui proses pembusukan.

Namun, yang menjadi masalah adalah masyarakat belum mengetahui

proses pengomposan limbah organik secara sederhana dan cepat, kurang

memahami nilai kompos, dan kurang memahami dampak negatif pencemaran

lingkungan. Mungkin faktor ini juga yang membuat masyarakat masih enggan

menggunakan kompos.

Untuk memahami permasalahan tersebut, perlu dilihat beberapa aspek

yang menaungi sistem pengelolaan persampahan tersebut, meliputi :

1. aspek teknis

2. aspek kelembagaan

3. aspek manajemen dan

4. keuangan.

Dengan melakukan peninjuan beberapa aspek diatas, dapat disimpulkan

perlunya suatu rencana tindakan (action plan) yang meliputi:

1. Melakukan pengenalan karekteristik sampah dan metode

pembuangannya.

2. Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan secara

terpadu (pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir).

3. Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang

ada dengan fungís operator pemberi layanan, agar lebih tegas dalam

melaksanakan reward & punishment dalam pelayanan.

4. Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R) agar dapat

tercapai program zero waste pada masa mendatang.

5. Melakukan pembaharuan struktur tarif dengan menerapkan prinsip

pemulihan biaya (full cost recovery) melalui kemungkinan penerapan

tarif progresif, dan mengkaji kemungkinan penerapan struktur tarif

yang berbeda bagi setiap tipe pelanggan.

6. Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih

bersahabat dengan lingkungan dan memberikan nilai tambah ekonomi

bagi bahan buangan.

Page 19: 20080605110430SKRIPSI 02513139

5

Salah satu alternatif pengolahan sampah adalah memilih sampah organik

dan memprosesnya menjadi kompos atau pupuk hijau. Namun, proses

pengomposan ini juga kadang-kadang masih mengundang masalah. Selama proses

pengomposan, bau busuk akan keluar dari kompos yang belum jadi. Keadaan ini

yang merupakan salah satu penyebab masyarakat enggan membuat kompos.

Mereka lebih senang membuang sampahnya ke sungai karena mereka lebih

praktis, tanpa memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan. Sebenarnya

mengubah sampah menjadi kompos masih jauh lebih baik daripada membuangnya

ke sungai dan akan memberikan nilai ekonomis lebih..

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan pengelolaan sampah antara

lain :

1. Berapa besar volume sampah yang dihasilkan dan bagaimana

karakteristik, komposisi, timbulan berdasarkan sifatnya.

2. Manajemen persampahan yang meliputi sistem pewadahan/pemilahan,

pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan yang bagaimanakah yang

paling cocok untuk daerah penelitian.

3. Bagaimanakah partisipasi dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan

sampah.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Maksud penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah mengevaluasi dan

merencanakan kembali sistem pegelolaan sampah domestik, meliputi :

1. Untuk mengetahui volume, karakteristik, komposisi, dari timbulan sampah

rata-rata per orang per hari sebagai dasar perencanaan pengelolaan sampah

terpadu.

Page 20: 20080605110430SKRIPSI 02513139

6

2. Untuk mengetahui dan merencanakan sistem manajemen persampahan

yang meliputi sistem pewadahan/pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,

dan pengolahan.

3. Untuk mengetahui partisipasi dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan

sampah.

1.4 BATASAN MASALAH

Batasan-batasan dan ruang dari pelaksanaan perencanaan pengelolaan

sampah adalah sebagai berikut :

1. Daerah yang akan diteliti adalah Perumahan Dayu Permai Yogyakarta.

2. Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan dari sumber timbulan

sampah, tempat penampungan sementara dan pembuatan reaktor kompos.

3. Akan diberikan alternatif pengolahan ditempat penampungan sementara

berdasarkan hasil penelitian.

4. Pengelolaan yang akan direncanakan adalah pengelolaan terhadap sampah

yang dihasilkan.

5. Menghitung besaran timbulan sampah dan mengukur volume sampah per

hari.

6. Tidak dilakukan perhitungan biaya yang diperlukan dalam pengelolaan.

7. Jenis sampling yang digunakan adalah metode random sampling.

1.5 MANFAAT

Manfaat dari penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Dapat mengetahui dan merencanakan tempat sampah/bak sampah serta

bahan yang digunakan.

2. Memberikan pengetahuan mengenai pengelolaan persampahan.

3. Secara umum penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi peneliti yang

berminat untuk mengkaji lebih lanjut tentang pengelolaan persampahan.

Page 21: 20080605110430SKRIPSI 02513139

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SAMPAH

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah

umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting

pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb

(SNI 19-2454-1991).

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan

limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-

perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena

pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial

ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan

pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).

Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari

bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam,

yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda

tersebut dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya

(Anonim,1986).

Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas

manusia dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika tak

dikehendaki atau sia-sia (Tchobanoglous, 1993).

2.2 SUMBER SAMPAH

Menurut Anonim (1986), sumber sampah antara lain :

a. Sampah pasar, tempat-tempat komersil.

Page 22: 20080605110430SKRIPSI 02513139

8

Terdiri dari berbagai macam dan jenis sampah seperti sisa sayuran, daun

bekas bungkus, sisa makanan dan sebagainya. Ciri-ciri sampahnya

biasanya mempunyai berbagai macam dan jenis sampah, yang masing-

masing volumenya hampir sama.

b. Sampah pabrik atau industri.

Benda-benda sisa atau bekas dari proses industri, atau merupakan ampas-

ampas dari pengolahan bahan baku.misalnya pabrik gula tebu akan

membuang ampas tebu. Ciri-cirinya tidak banyak macam dan jenisnya,

menonjol jumlahnya pada beberapa jenis saja. Sampah ini berasal dari

keseluruhan kegiatan proses produksi (bahan-bahan kimia

serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas,

kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan).

Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan

perlakuan khusus sebelum dibuang.

c. Sampah rumah tinggal, kantor, institusi, gedung umum dan lainnya serta

pekarangan.

Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,

perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah

kebun/halaman dan lain-lain. Karakteristiknya hampir sama dengan

sampah dari pasar, kecuali ada sampah dari pengurasan septic tank.

d. Sampah kandang hewan dan pemotongan hewan.

Terdiri dari sisa-sisa makanan hewan dan kotorannya, sisa-sisa daging dan

tulang-tulangnya.

e. Sampah jalan, lapangan dan pertamanan.

Sampah ini terdiri dari pengotoran oleh pelewat jalanan atau pemakai

jalan, pemakai lapangan dan pertamanan, pemotong rumput, reruntuhan

bunga dan buah.

f. Sampah selokan, riol dan septic tank.

Terdiri dari endapan-endapan dan benda-benda yang hanyut sebagai

penyebab tersumbatnya selokan selokan riol. Isi septic tank merupakan

lumpur tinja yang biasanya diambil dan diangkut dengan mobil tangki

tinja yang dilengkapi dengan pompa hisap.

Page 23: 20080605110430SKRIPSI 02513139

9

2.3 JENIS SAMPAH

Berdasarkan jenis sampah pada prinsipnya dibagi 3 bagian besar, yaitu :

a. Sampah padat.

b. Sampah cair.

c. Sampah dalam bentuk gas.

Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :

1. Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa

organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll,

(umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh

mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit,

sampah halaman).

2. Sampah anorganik : sampah yang bahan kandungan non organik,

umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya

kaca, kaleng, alumunium, debu, logam-logam lain (Hadiwiyoto, 1983).

2.4 KARAKTERISTIK SAMPAH

Menurut Anonim (1986) karakteristik sampah adalah sebagai berikut :

a. Garbage, yakni jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan

atau sayuran hasil pengolahan dari dapur rumah tangga, hotel, restoran,

semuanya mudah membusuk.

b. Rubbish, yakni pengolahan yang tidak mudah membusuk. Pertama yang

mudah terbakar, seperti kertas, kayu dan sobekan kain. Kedua yang tidak

mudah terbakar, misalnya kaleng, kaca dan lain-lain.

c. Ashes, yakni semua jenis abu dari hasil pembakaran baik dari rumah

maupun industri.

d. Street sweeping, yakni sampah dari hasil pembersihan jalanan, seperti

halnya kertas, kotoran, daun-daunan dan lain-lain.

Page 24: 20080605110430SKRIPSI 02513139

10

e. Dead animal, yakni bangkai binatang yang mati karena alam, kecelakaan

maupun penyakit.

f. Abandoned vehicle, yakni bangkai kendaraan, seperti sepeda, motor,

becak, dan lain-lain.

g. Sampah khusus, yakni sampah yang memerlukan penanganan khusus,

misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif, sampah pembasmi serangga,

obat-obatan dan lain-lain.

2.5 KOMPOSISI SAMPAH

Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa

makanan, kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi-non

besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu, dan keramik).

Menurut Tchobanoglous dkk. (1993) komponen sampah-sampah terdiri

dari :

1. Organik :

a. Sisa makanan. e. Karet .

b. Kertas. f. Kain

c. Karbon. g. Kulit

d. Plastik h. Kayu

2. Anorganik :

a. Kaca.

b. Alumunium.

c. Kaleng.

d. Logam.

e. Abu, debu

2.6 TIMBULAN SAMPAH

Kuantitas sampah yang dihasilkan suatu kota sangat tergantung dari

jumlah penduduk dan aktifitas masyarakat yang ada di daerah tersebut. Kuantitas

Page 25: 20080605110430SKRIPSI 02513139

11

sampah dari pasar atau pertokoan tergantung dari luas bangunan dan jenis

komoditi yang dijual oleh pasar tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pemukiman yang

bekerjasama dengan LPPM ITB pada tahun 1989, didapatkan laju timbulan

sampah seperti tercantum dibawah ini, laju timbulan sampah kota diekivalensikan

menjadi L/org/hari (perhitungan dilakukan pada sumber sampah).

Menurut SNI 19-3964-1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia,

maka untuk menghitung besaran, sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah

sebagai berikut :

a. Satuan timbulan sampah pada kota besar : 2 – 2,5 L/org/hari atau 0,4 – 0,5

kg/org/hari.

b. Satuan timbulan sampah pada kota sedang/kecil : 1,5 – 2 L/org/hari atau

0,3 – 0,4 kg/org/hari.

2.7 PENGOLAHAN SAMPAH

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah

atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara

pembakaran, pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan.

(SNI T-13-1990-F).

Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut :

1. Pengomposan (Composting).

Adalah suatu cara pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan

aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses

pematangan).

2. Pembakaran sampah.

Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya

lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun

demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang,

sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ketempat-tempat

sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang

paling baik dilakukan disuatu instalasi pembakaran, yaitu dengan

Page 26: 20080605110430SKRIPSI 02513139

12

menggunakan insinerator, namun pembakaran menggunakan insinerator

memerlukan biaya yang mahal.

3. Recycling.

Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan

pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik,

karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa

sehingga dapat digunaklan kembali baik dalam bentuk yang sama atau

berbeda dari bentuk semula.

4. Reuse.

Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan

recycling, bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan

terlebih dahulu.

5. Reduce.

Adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya tidak

menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.

Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang

biodegradable, sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing

(vermicomposting) sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang dihasilkan

sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah, karena kandungan unsur hara dan

kemampuannya menahan air. Pengomposan dengan menggunakan system agitasi

dapat mempercepat proses pengomposan awal daripada sistem statis dan dalam

proses metro waste diperlukan waktu kurang lebih 7 hari, cara pengomposannya

yaitu dengan memberikan agitasi periodik dengan diputar. Proses pengomposan

secara agitasi dapat dilakukan secara aerobik dananaerobik, tetapi pengomposan

secara aerobic lebih banyak dilakukan karena tidak menimbulkan bau, waktu

pengomposan cepat, menghasilkan temperatur tinggi, serta kompos yang

dihasilkan lebih higienis. Proses stabilisasi pada komposting secara aerobik dapat

digambarkan sebagai berikut: Mikroorganisme yang bekerja pada proses

pengomposan dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok Mesophilic

(mikroorganisme yang hidup pada temperatur 23°-45° C, seperti: jamur,

Actinomycetes, cacing tanah, cacing kremi, keong kecil, semut, kumbang tanah)

Page 27: 20080605110430SKRIPSI 02513139

13

dan Thermopilic (mikroorganisme yang hidup pada temperatur 45°-65° C, seperti:

cacing pita, Protozoa, Rotifera, kutu jamur).(Damanhuri, 2004).

2.7.1 SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan

pengendalian bagaimana sampah dihasilkan, penyimpanan, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah yangmenggunakan suatu

cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip pewadahan, pengumpulan, TPS. Bila

salah satu kegiatan tersebut terputus atau tidak tertangani dengan baik, maka akan

menimbulkan masalah kesehatan, banjir/genangan, pencemaran air tanah, dan

estetika.

Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada

gambar 2.1 dibawah ini :

Gambar 2.1

Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

PENGOLAHAN

PENGUMPULAN

TPA

TIMBUNAN SAMPAH

PEWADAHAN PEMILAHAN

PENGANGKUTAN

Page 28: 20080605110430SKRIPSI 02513139

14

2.7.2 PENYIMPANAN/PEWADAHAN SAMPAH

Penyimpanan/pewadahan sampah adalah tempat sampah sementara,

sebelum sampah tersebut terkumpul, untuk kemudian diangkat serta dibuang

(dimusnahkan). Jelaslah untuk ini perlu disediakan suatu tempat sampah, yang

lazimnya ditemui di rumah tangga, kantor, restoran, hotel, dan lain sebagainya.

Penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini sebaiknya disediakan

tempat sampah yang berbeda untuk macam atau jenis sampah tertentu. Idealnya

sampah basah hendaknya dikumpulkan dengan sampah basah, demikian pula

sampah kering, sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak mudah terbakar

dan lain sebagainya hendaknya ditempatkan secara terpisah (Anonim, 1995).

Dalam pewadahannya sampah umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Individual : dimana disetiap sumber timbulan sampah terdapat tempat

sampah. Misalnya didepan setiap rumah dan pertokoan.

b. Komunal : yaitu timbulan sampah dikumpulkan pada suatu tempat

sebelum sampah tersebut diangkut ke TPA. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan sampah secara komunal biasanya, yaitu :

1. Depo sampah, biasanya dipergunakan untuk menampung sampah dari

perumahan padat. Depo dibuat dari pasangan bata/batu dengan volume

antara 12 – 25 m3, atau ekivalen dengan pelayanan terhadap 10 ribu

jiwa. Jarak maksimum untuk mendapatkan depo adalah 150 m.

2. Bak dengan pintu tertutup, pewadahan komunal yang paling umum.

Biasanya terbuat dari kayu atau bata atau beton dengan pintu.

Kapasitas antara 1 -10 m3. Untuk bak dengan kapasitas 2 m3 mampu

melayani 2 ribu orang. Biasanya ditempatkan di pinggir jalan besar

atau ditempat terbuka.

3. Bak sampah tetap, biasanya pewadahan ini terbuat dari balok beton,

perbedaan jenis ini dengan bak pintu penutup adalah tidak adanya

pintu pembuangan. Kapasitas biasanya tidak lebih dari 2 m3.

4. Bak dari bis beton, biasanya digunakan didaerah dengan kepadatan

relatif rendah, ukuran relatif kecil dan relatif murah. Ukuran yang

biasa digunakan adalah diameter 1 m.

Page 29: 20080605110430SKRIPSI 02513139

15

5. Drum 200 liter, pemanfaatan dari bekas drum minyak atau

semacamnya. Bagian dalam drum di cat dengan bitumen. Untuk jenis

ini pengambilan dilakukan setiap hari.

6. Bin baja yang mudah diangkat, biasanya dipergunakan di daerah

pemukiman kalangan atas, bin digalvanis dengan kapasitas 100 liter

untuk 10 keluarga.

2.7.3 PENGUMPULAN SAMPAH

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara

pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat

pembuangan sampah sementara, atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan,

atau (3) langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan

(Damanhuri, 2004).

Cara pengambilan sampah dari wadah umumnya dilakukan secara :

a. Langsung : kendaraan pengangkut mengambil sampah dan langsung di

bawa ke tempat pengolahan.

b. Tidak langsung : sampah diangkut dari wadahnya dengan gerobak

pengangkutan sampah atau sejenisnya untuk terlebih dahulu dikumpulkan

dan kemudian diambil oleh kendaraan pengangkut.

Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan juga adalah jarak antara tempat-

tempat pengumpulan sementara. Jarak tersebut akan menentukan cara apa yang

akan digunakan, apakah menggunakan kendaraan bermotor, gerobak, atau tenaga

manusia.

2.7.4 PENGANGKUTAN SAMPAH

Pengangkutan sampah adalah proses memindahkan sampah dari suatu

tempat atau berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan sampah tersebut

(Anonim, 1986).

Page 30: 20080605110430SKRIPSI 02513139

16

Operasi pengangkutan yang ekonomis ditentukan oleh beberapa faktor,

antara lain :

a. Dipilih rute yang sependek-pendeknya dan sedikit hambatan.

b. Mempergunakan truck yang kapasitas daya angkutan maksimal yang

memungkinkan.

c. Mempergunakan kendaraan yang hemat bahan bakar.

d. Jumlah trip pengangkutan sebanyak mungkin dalam waktu yang di

izinkan.

Jenis peralatan pengangkutan sampah adalah sebagai berikut :

a. Truck biasa.

a). Harga lebih murah dan peralatan relatif murah.

b). Waktu operasi agak lama dan estetika kurang.

b. Dump truck.

a). Tidak banyak memerlukan tenaga terutama waktu penurunan, efektif

dan efisien.

b). Harga masih mahal, peralatan masih agak mahal.

c. Truck container.

a). Praktis dalam operasional, lebih bersih, sehat dan tidak banyak

memerlukan tenaga operasional.

b). Harga dan biaya operasional mahal.

c). Dioperasionalkan pada jalan-jalan yang cukup besar.

Persyaratan untuk kendaraan pengangkutan sampah adalah :

a. Sampah harus tertutup selama pengangkutan, minimal ditutup dengan

jaring.

b. Tinggi bak maksimum 1,6 m.

c. Sebaiknya ada alat ungkit.

d. Disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dilalui.

Page 31: 20080605110430SKRIPSI 02513139

17

2.8 STANDARISASI PENGELOLAAN SAMPAH

Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah

diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi Nasional

yaitu :

1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota

kecil dan kota sedang di Indonesia, standar ini mengatur tentang jenis

sumber sampah, besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber

sampah serta timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota.

2. SNI 19-2454-1991, tentang Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah

Perkotaan.

Standar ini mengatur tentang Persyaratan Teknis yang meliputi :

a. Teknik operasional.

b. Daerah pelayanan.

c. Tingkat pelayanan.

d. Pewadahan sampah.

e. Pengumpulan sampah.

f. Pemindahan sampah.

g. Pengangkutan sampah.

h. Pengolahan.

i. Pembuangan akhir.

Kriteria penentuan kualitas operasional pelayanan adalah :

1. Penggunaan jenis peralatan.

2. Sampah terisolasi dari lingkungan.

3. Frekuensi pelayanan.

4. Frekuensi penyapuan.

5. Estetika.

6. Tipe kota.

7. Variasi daerah pelayanan.

8. Pendapatan dari retribusi.

9. Timbulan sampah musiman.

Page 32: 20080605110430SKRIPSI 02513139

18

3. SNI 03-3241-1994, tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat

Pembuangan Akhir Sampah. Standar ini mengatur tentang ketentuan

pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang meliputi kriteria

reional dan kriteria penyisih.

4. SNI 19-3964-1994, tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh

Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Standar ini mengatur tentang

tentang tata cara pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah

yang meliputi lokasi, cara, pengambilan, jumlah contoh, frekuensi

pengambilan, serta pengambilan dan perhitungan.

2.9 EFEK SAMPING TERHADAP MANUSIA DAN KESEHATAN

A. Dampak Terhadap Kesehatan.

Lokasi dan pengolahan sampah yang kurang memadai (pembuangan

sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa

organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat

menjangkitkan peyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah

sebagai berikut :

a. Penyakit jamur yang dapat menyebar (misalnya jamur kulit).

b. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang

berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air

minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga

meningkat dengan sepat didaerah yang pengelolaan sampahnya kurang

memadai.

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu

contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita

(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang

ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

d. Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang

meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminansi oleh

Page 33: 20080605110430SKRIPSI 02513139

19

raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh

pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

B. Dampak Terhadap Lingkungan.

a. Lindi (leachate) yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan

mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga

beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya

ekosistem perairan biologis.

b. Selain mencemari air permukaan, lindi juga berpotensi mencemari air

dalam tanah.

c. Sampah yang dibuang ke saluran drainase atau sungai akan menyumbat

atau menghambat aliran air.

d. Sampah yang kering menjadi relatif lebih mudah terbakar. Hal ini dapat

menimbulkan bahaya kebakaran.

C. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi.

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang

kurang menyenangkan bagi masyarakat. Bau yang tidak sedap dan

pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

c. Pengelolaan dampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya

pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan

pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya

produktifitas).

d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan

akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,

jembatan, drainase dan lain-lain.

e. Infrastruktur lain dapat juga dipengarui oleh pengelolaan sampah yang

tidak memadai, seperti tingginya biaya yangdiperlukan untuk pengelolaan

air. Jika sarana penampugan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan

Page 34: 20080605110430SKRIPSI 02513139

20

cenderung membuang sampah dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu

lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.10 KOMPOS

Ada beberapa pengertian kompos dan pengomposan yang dijadikan dasar

teori dalam penelitian ini :

1. Pengomposan adalah suatu cara untuk menghancurkan sampah secara

biologis menjadi pupuk alami sehingga dapat mengembalikan sampah ke

tanah dimana telah terdegradasi oleh mikroorganisme pengurai dan

hasilnya tidak berbahaya bagi lingkungan (Polprasert,1989).

2. Kompos adalah bentuk akhir dari bahan bahan organik setelah mengalami

pembusukan, dekomposisi melalui proses biologis yang dapat berlangsung

secara aerobik dan anaerobik (Anonim, 2001).

3. Kompos adalah sejenis pupuk kandang dimana kandungan unsur N, P, dan

K tidak terlalu besar sehingga berbeda dengan pupuk buatan seperti Fe, B,

Ca, Mg dan lainnya dalam kompos relatif besar (Anonim, 2001).

4. Pengomposan adalah dekomposisi dan stabilisasi substrat organik dalam

kondisi yang diikuti kenaikan suhu termofilik sebagai akibat dari panas

yang dihasilkan, dengan hasil akhir yang cukup stabil untuk penyimpanan

dan pemakaian pada tanah tanpa memberi efek merugikan pada

lingkungan (Polprasert, 1989).

2.10.1 PRINSIP PENGOMPOSAN

Nilai C/N tanah sekitar 10-12 apabila bahan organik mempunyai

kandungan C/N mendekati tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau

diserap oleh tanaman, (Djuarnani, 2004). Prinsip pengomposan adalah

menurunkan C/N rasio bahan organik dengan demikian semakin tinggi C/N bahan

maka proses pengomposan akan semakin lama. Faktor – faktor yang

menyebabkanya adalah :

Page 35: 20080605110430SKRIPSI 02513139

21

1. Rasio C/N

C (karbon) merupakan sumber energi bagi mikroorganisme, sedangkan N

(nitrogen) digunakan untuk membangun sel-sel tubuh bagi mikroorganisme. Jika

rasio C/N terlalu tinggi dekomposisi berjalan lambat. Jika rasio C/N rendah

meskipun pada awalnya terjadi dekomposisi yang sangat cepat, tetapi

berikutnyakecepatannya akan menurun karena kekurangan karbon sebagai sumber

energi dan itrogen akan hilang melalui penguapan ammonia.

Dalam melakukan dekomposisi bahan organik mikroorganisme

memerlukan sejumlah nitrogen dan karbon untuk pertumbuhannya, jumlah

optimal nitrogen yang dibutuhkan mikroorganisme bervariasi sesuai dengan jenis

substrat dan mikroorganisme itu sendiri. Besarnya perbandingan C/N optimum

untuk pengomposan adalah 22-35. Sedangkan rasio C/N yang disarankan pada

awal pengomposan adalah 20-40.

2. Ukuran Bahan

Ukuran bahan yang baik adalah 2,5-5 cm. Sedngkan untuk bahan yang

keras sebaiknya dicacah dengan ukuran 2,5-7,5 cm. Ukuran bahan sangat

menentukan ukuran dan volume pori – pori dalam bahan jika ukuran partikel

bertambah kecil, maka pori-pori semakin kecil. Pori-pori yang kecil dapat

menghambat pergerakan udara yang biasanya merupakan masalah dalam proses

pengomposan. Ukuran partikel yang semakin kecil menyababkan luas permukaan

bahan semakin luas sehingga makin luas pula permukaan yang terbuka terhadap

aktivitas mikroorganisme.

3. Tinggi Tumpukan

Dalam tumpukan mikroorganisme melakukan aktivitas yang menimbulkan

energi dalam bentuk panas. Sebagian panas akan tersimpan dalam tumpukan dan

sebagian lainnya digunakan untuk proses penguapan atau terlepas ke lingkungan

sekitar. Semakin besar tumpukan, semakin besar tumpukan, semakin tinggi daya

isolasinya sehingga panasyang dihasilkan dalam tumpukan semakain sulit terlepas

dan suhu tumpukan menjadi lebih panas, tumpukan bahan yang terlalu rendah

akan membuat bahan lebih cepat kehilangan panas sehingga temperatur yang

Page 36: 20080605110430SKRIPSI 02513139

22

lebih tinggi tidak bisa dicapai. Selain itu, mikroorganisme patogen tidak akan mati

dan proses dekomposisi oleh mikroorgsnisme termofilik tidak akan tercapai.

Ketinggian tumpikan yang baik dari berbagai jenis bahan adalah 1-1,2 m, dan

tinggi maksium 1,5-1,8 m.

4. Komposisi Bahan

Seringkali untuk mempercepat dekomposisi ditambahkan kompos yang

sudah jadi atau kotoran hewan sebagai aktivitas, ada juga yang menambahkan

bahan makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme sehingga

selain dari bahan organik mikroorganisme juga mendapatkan bahan tersebut dari

luar.

5. Jasad-Jasad Pembusuk

Proses pengomposan tergantung pada berbagai jasad renik. Nerdasarkan

kondisi habitatnya (terutama suhu), jasad renik terdiri dari 2 golongan yaitu

mesofilia dan thermofilia, masing-masing jenis membentuk koloni atau habitatnya

sendiri. Jasad renik golongan mesofilia hidup padasuhu 100-450 C, contoh

mikroorganisme tersebut adalah jamur jamuran, actinomycetes, cacing tanah,

cacing kremi, keong kecil, lipan, semut, dan kumbang tanah. Jasad renik

thermofilia hidup pada suhu 450-650 C, contohnya cacing pita (hematoda),

protozoa (binatang bersel satu), rotifera, kutu jamur dan sebagainya dilihat dari

fungsinya, mikroorganisme mesofilik berfungsi untuk memperkecil ukuran

partikel bahan organik sehingga luas permukaan bahan bertambah dan

mempercepat proses pengomposan. Sementara itu, bakteri termofilik yang tumbuh

dalam waktu terbatas berfungsi untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein

sehingga bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.

6. Kelembaban dan Oksigen

Kelembapan yang ideal antara 40 %- 60 % dengan tingkat yang terbaik

adalah 50 %, kisaran ini harus dipertahankan untuk memperoleh jumlah popilasi

jasad renik yang terbesar. Karena semakin besar jumlah populasi jasad pembusuk,

berarti semakin cepat proses pembusukan.

Page 37: 20080605110430SKRIPSI 02513139

23

Jika tumpukan terlalu lembab maka proses pengomposan akan terhambat.

Kelebihan akan menutupi rongga udara di dalam tumpukan, sehingga akan

membatasi kadar oksigen dalam tumpukan tersebut. Kekurangan udara akan

membatasi kadar oksigen dalam tumpukan tersebut. Kekurangan udara akan

meyebabkan jasad renik mati dan sebaliknya merangsang berkembang-biaknya

jasad pembusukan yang anaerobik. Sebaliknya jika bahan organik tersebut terlalu

kering maka proses pengomposan akan terganggu. Jasad renik membutuhkan air

sebagai habitatnya, sehigga kurangnya kadar air dalam tumpukan akan membatasi

ruang hidup jasad renik tersebut. Kadar air antara 505-705 dan rata-rata 605

sangat cocok untuk proses pengomposan harus dijaga selama periode reaksi aktif,

yaitu fase mesofilik dan thermofilik.

Persyaratan konsentrasi optimum dari oksigen di dalam messa kompos

antara 5-15 % volume. Peningkatan kandungan oksigen melewati 15 %misalnya

akibat pengaliran udara yang terlalu cepat atau terlalu sering dibalik akan

menurunkan temperatur dari sistem. Setidaknya diperlukan kandungan oksigen >5

% untuk menjaga kestabilan kondidi aerobik, meskipun pada kondisi konsentrasi

oksigen didalam tumpukan yang hanya ~0,5 % tidak didapati adanya kondisi

anaerobik.

7. Derajat keasaman (pH)

Kondisi pH optimum pertumbuhan bakteri pada umumnya adalah antara

6.0-7.5 dan 5.5-8.0 untuk fungi. Selama proses dan dalam tumpukan umumnya

kondisi pH bervariasi dan akan terkontrol dengan sendirinya. Kondisi pH awal

yang relatif tinggi, misalnya akibat penggunaan CaO pada sludge, akan

melarutkan nitrogen dalam kompos dan selanjutnya akan diemisikan sebagai

ammoniak. Tidaklah mudah untuk mengatir kondisi pH dalam tumpukan massa

kompos untuk pencapaian pertumbuhan biologis yang optimum, dan untuk itu

juga belum ditemukan kontrol operasional yang efektif.

Seperti faktor lainnya, pH perlu dikontrol selama proses pengomposan

berlangsung. Jika pH terlalu tinggi atau terlalu basa, konsumsi oksigen akan naik

dan akan memberikan hasil yang buruk bagi lingkungan. pH yang terlalu tinggi

juga akan menyebabkan unsurnitrogen dalam bahan kompos akan berubah

Page 38: 20080605110430SKRIPSI 02513139

24

menjadi amonia, sebaliknya dalam keadaan pH rendah akan menyebabkan

sebagian mikroorganisme mati. pH yang terlalu tinggi dapat dituruunkan dengan

penambahan kotoran hewan, urea atau pupuk nitrogen, jika pH rendah bisa

ditingkatkan dengan menambahkan kapur atau abu dapur kedalam bahan kompos.

8. Suhu

Untuk tumpukan kisaran ideal adalah 550-650, tetapi harus <800 dengan

suhu minimum 450 selama proses pengomposan. Kondisi temperatur tersebut juga

diperlukan untuk peroses inaktivasi dari bakteri pathogen didalam sludge (jika

ada). Moisture content, kecepatan aerasi, ukuran dan bentuk tumpukan, kondisi

lingkungan sekitar dan kandungan nutrisi sangat mempengarui distribusi

temperatur dalam tumpukan kompos. Sebagai contoh, kecenderungan temperatur

akan lebih rendah jika kondisi kelembapan berlebih karena panas yang dihasilkan

akan digunakan untuk proses penguapan. Sebaliknya kondisi kelembapan yang

rendah akan menurunkan aktivitas mikroba dan menurunkan kecepatan

pembentukan panas.

2.10.2 MANFAAT KOMPOS

Kompos mempunyai beberapa manfaat penting terutama dalam bidang

pertanian :

a. Meningkatkan kondisi kehidupan dalam tanah.

Organisme dalam tanah memanfaatkan bahan organik sebagai nutriennya

sedangkan berbagai organisme tersebut mempunyai fungsi penting bagi

tanah.

b. Mengandung nitrogen bagi tumbuhan.

Nutrien dalam tanah hanya sebagian yang dapat diserap oleh tumbuhan,

bagian yang penting kadang kala bahwa tersedia sesudah bahan organik

terurai.

c. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.

Bahan organik mempunyai daya absorbsi yang besar terhadap tanah,

karena itu kompos memberikan pengaruh positif pada musim kering.

Page 39: 20080605110430SKRIPSI 02513139

25

d. Memperbaiki struktur tanah.

Pada waktu terjadi penguraian bahan organik dalam tanah, terbentuk

produk yang mempunyai sifat sebagai perekat, dan kemudian mengikat

butiran pasir menjadi butiran yang lebih besar.

e. Meningkatkan kesuburan tanah.

Suatu kondisi yang sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan

tanaman adalah persediaan unsur hara yang memadai dan seimbang secara

tepat waktu yang bisa diserap oleh akar tanaman. Produksi tanaman dapat

terhalang jika unsur hara yang terkandung di dalam tanah kurang atau

tidak seimbang, terutama di daerah yang kadar unsur haranya buruk atau

tanahnya terlalu asam atau basa.

Upaya yang dapat dilakukan untuk membatasi hilangnya unsur hara dan

mengembalikan kesuburan tanah adalah dengan mendaur ulang limbah

organik, seperti limbah dari kandang peternakan, kotoran manusia, sisa

tanaman, atau sisa pengolahan tanaman menjadi kompos. Dengan

memanfaatkan pupuk organik, unsur hara dalam tanah bisa diperbaiki atau

ditingkatkan. Sehingga, kehilangan unsur hara akibat terbawa air hujan

atau menguap ke udara dapat ditekan (Djuarnani, 2004).

f. Mengurangi pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan erat hubungannya dengan sampah karena sampah

merupakan sumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena

tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin

menurun daya dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Salah

satu alternatif pengolahan sampah adalah memilih sampah organik dan

memprosesnya menjadi kompos atau pupuk hijau. Namun, proses

pengomposan ini juga terkadang masih bermasalah. Selama proses

pengomposan, bau busuk akan keluar dari kompos yang belum jadi.

Meskipun demikian pembuatan kompos akan lebih baik dan berguna bagi

tanaman (Djuarnani, 2004).

g. Mempengaruhi sifat fisik tanah.

Warna tanah dari cerah akan berubah menjadi kelam. Hal ini akan

berpengaruh baik pada sifat fisik tanah, karena bahan organik membuat

Page 40: 20080605110430SKRIPSI 02513139

26

tanah menjadi gembur dan lepas. Lepas sehingga aerasi dan agregat tanah

menjadi lebih baik serta lebih mudah di tembus perakaran tanaman. Pada

tanah yang bertekstur pasiran, bahan organik akan meningkatkan

pengikatan antar partikel dan meningkatkan kapasitas mengikat air.

h. Mempengaruhi sifat kimia tanah.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan ketersediaan hara meningkat dengan

penggunaan bahan organik. Asam yang dikandung humus akan membantu

meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.

i. Mempengaruhi sifat biologi tanah.

Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan

mikroorganisme tanah. Tanah yang kaya bahan organik akan mempercepat

perbanyakan fungsi, bakteri, mikro flora dan mikro fauna tanah lainnya.

j. Mempengaruhi kondisi sosial.

Daur ulang limbah perkotaan maupun pemukiman akan mengurangi

dampak pencemaran dan meningkatkan penyediaan pupuk organik.

Meningkatkan lapangan kerja melalui daur ulang yang menghasilkan

pupuk organik sehingga akan meningkatkan pendapatan.

k. Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman.

l. Menggemburkan tanah.

m. Mempebaiki porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah.

n. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.

o. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman.

p. Menyimpan air tanah lebih lama.

q. Mencegah lapisan kering pada tanah.

r. Mencegah beberapa penyakit akar.

s. Menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk buatan.

t. Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia.

u. Menjadi salah satu alternatif pengganti (substansi) pupuk kimia karena

harganya lebih murah, berkualitas dan akrab lingkungan.

v. Bersifat multiguna karena bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar pupuk

organik yang diperkaya dengan mineral, inokulum bakteri.

Page 41: 20080605110430SKRIPSI 02513139

27

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu :

A. Unsur hara makro.

a. Unsur hara makro primer.

1. Nitrogen (N).

2. Fosfor (P).

3. Kalium (K).

b. Unsur hara makro sekunder.

1. Kalsium (Ca).

2. Magnesium (Mg).

3. Belerang (S).

B. Unsur hara mikro.

1. Besi (Fe).

2. Mangan (Mn).

3. Tembaga (Cu).

4. Seng (Zn).

Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap sifat kimiawi tanah

adalah kadungan humusnya. Humus dalam kompos mengandung unsur hara yang

dibutuhkan tanaman. Humus yang menjadi asam humat atau jenis asam lainnya

dapat melarutkan zat besi (Fe) dan Alumunium (Al) sehingga fosfat yang terikat

besi dan alumunium akan lepas dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, humus

merupakan penyangga kation yang dapat mempertahankan unsur hara sebagai

bahan makanan untuk tanaman. Kandungan kimiawi kompos dapat dilihat di

dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Analisis Kimia Kompos

Bahan Kadar

Nitrogen (%) 1,33

P2O5 (%) 0,83

K2O (%) 0,36

Humus (%) 53,70

Page 42: 20080605110430SKRIPSI 02513139

28

Bahan Kadar

Kalsium (%) 5,61

Zat Besi (%) 2,1

Seng (ppm) 285

Timah (ppm) 575

Tembaga (ppm) 65

Kadmium 5

pH 7,2

Sumber : Djuarnani, 2004

2.10.3 PROSES PENGOMPOSAN

Pemahaman dasar pada proses pengomposan dapat membantu

meningkatkan hasil kompos yang berkualitas tinggi, mencegah beberapa masalah

yang biasanya terjadi, mikroorganisme dalam kompos, pemenuhan udara, air,

makan yang cocok dan suhu dapat menciptakan pengomposan yang baik.

Pengomposan adalah proses aerobik, yang berarti itu bisa terjadi dengan adanya

oksigen. Oksigen dapat disediakan dengan 2 (dua) jalan, yakni :

a. Dengan membalik tumpukan kompos.

b. Dengan aerasi buatan, yaitu dengan membuat pipa udara yang masuk ke

dalam tumpukan kompos.

Proses pengomposan dapat diklasifikasikan dalam 2 sistem, yaitu :

1. Sistem terbuka (Unconfined process).

a. Windrow (turned windrow)

Sistem terbuka, proses windrow dan aerated static pile, banyak

dilakukan di USA. Tahapan dasar dari kedua proses adalah serupa,

hanya teknologi prosesnya yang berbeda. Pada metode windrow,

kontak oksigen dengan tumpukan kompos berlangsung secara

konveksi alami dengan pembalikan, sedangkan pada static pile aerasi

dilakukan dengan pengaliran udara. Sistem terbuka bukanlah tidak

tertutup sama sekali tetapi masih memerlukan atap untuk perlindungan

Page 43: 20080605110430SKRIPSI 02513139

29

terhadap hujan. Pada sistem terbuka umumnya digunakan

peralatan/mesin yang portable untuk proses pencampuran dan

pengadukan/pembalikan (Yuwono, 2006).

Proses windrow, umumnya dilakukan pada kondisi terbuka sehingga

cukup ventilasi dengan melakukan pengadukan/pembalikan tumpukan

masa kompos untuk menjaga kondisi aerobik. Pada area dengan curah

hujan tinggi dibutuhkan penutup. Pada proses ini campuran yang akan

dikomposkan ditumpuk memanjang berbaris secara paralel.

Penampang melintangnya dapat berbentuk trapesium ataupun segitiga,

tergantung dari peralatan dan cara yang akan digunakan untuk

pencampuran dan pembalikan. Lebar dasar pada umumnya ~ 5 m dan

ketinggian ditengah ~ 1 – 2 m.

Sistem windrow dapat digunakan untuk pengomposan sludge cake

yang masih basah dengan mencampurkan bahan organik lain dan/atau

bulking agent seperti serbuk gergaji, jerami/sekam padi, kulit padi.

Penambahan tersebut dapat diatur untuk mencapai kondisi campuran

dengan moisture content ~ 50 – 60 %. Penggunaan bahan tambahan

tersebut juga akan meningkatkan integritas struktural dari campuran

untuk menjaga bentuk windrow. Porositas campuran juga meningkat

yang berarti meningkatkan karateristik aerasi. Disamping itu, material

tambahan tersebut juga berfungsi sebagai sumber karbon yang

diperlukan untuk proses pengomposan. C/N ratio dari wastewater

sludge yang relatif rendah < 10; dapat ditingkatkan mencapai 20 – 30

dalam campuran.

Perencanaan sistem windrow yang optimum adalah sebagai berikut :

a). Minimalisasi handling dan biaya.

b). Maksimalisasi penggunaan peralatan operasional.

c). Minimalisasi penggunaan bahan tambahan lain yang menambah

beban biaya dan tidak dapat didaur ulang.

d). Minimisasi moisture content dari wastewater sludge untuk

minimisasi penggunaan recycled compost dan juga mengurangi

Page 44: 20080605110430SKRIPSI 02513139

30

bahan tambahan lain yang dibutuhkan untuk mengatur moisture

content dalam sistem. Harus diperhatikan bahwa biaya untuk

maksimalisasi proses dewatering harus tidak lebih besar

dibandingkan biaya yang dapat dihemat dari fasilitas

pengomposan.

b. Aerated static pile (forced aeration static windrow).

a). Individual pile.

b). Extended pile.

Proses Aerated static pile, sistem ini dikembangkan dalam rangka

mengeliminasi masalah kebutuhan lahan dan masalah sulit lain pada

sistem windrow. Tahapan proses ini adalah sebagai berikut :

a). Pencampuran wastewater sludge dengan bulking agent.

b). Pembentukan tumpukan massa kompos.

c). Proses pengomposan.

d). Pengayakan dan pemisahan campuran kompos.

e). Curing dan storage (penyimpanan).

Penggunaan/pengaliran uidara tekan memberikan kemudahan

operasional dan ketepatan pengaturan kandungan oksigen dan kondisi

temperatur di dalam tumpukan, yang tidak akan dijumpai pada sistem

windrow. Dalam hal ini porositas sangat berperan dan diatur dengan

penggunaan bulking agent yang akan didaur –ulang setelah proses

pengomposan sempurna. Meskipun porositas memegang peranan pada

proses pengomposan sistem aerated pile, pengaturan moisture content

juga tetap masih memegang peranan, yaitu antara 50-60 %. Dengan

kondisi yang lebih terkendali tersebut maka waktu pengomposan

relatif lebih cepat dan kemungkinan kondisi anaerobik juga dapat

dicegah, sehingga masalah resiko bau dapat dikurangi (Yuwono,

2006).

Sistem aerated pile banyak diaplikasikan secara efektif pada skala

besar di beberapa lokasi di USA. Setelah tahap start-up, temperatur

Page 45: 20080605110430SKRIPSI 02513139

31

rata-rata dapat mencapai 700 C dan setelah kondisi stabil tercapai

temperatur minimum rata-rata mencapai ~ 550 C. Pada konstruksi

penumpukan yang benar, baik curah hujan maupun kondisi temperatur

lingkungan tidaklah berpengaruh terhadap operasional pengomposan.

Dewasa ini pengomposan wastewater sludge umumnya terfokus pada

sistem ini. Aplikasi untuk pengolahan undigested sludge memberikan

keuntungan yang nyata dibanding sistem windrow. Keuntungan-

keuntungan lain adalah :

a). Mengatasi masalah bau dengan lebih baik.

b). Proses inaktivasi bakteri patogen lebih efektif.

c). Keseragaman pemaparan temperatur terhadap seluruh sludge lebih

terjamin.

d). Penggunaan lahan lebih sedikit.

e). Total biaya relatif lebih murah. Pada operasional yang modern,

biaya investasi juga relatif lebih rendah, meskipun biaya dari

bulking agent menjadikan total biaya operasionalnya menjadi

sedikit lebih mahal.

2. Sistem tertutup (Confined processes).

Sistem terbuka bukanlah tidak tertutup sama sekali tetapi masih

memerlukan atap untuk perlindungan terhadap hujan. Pada sistem terbuka

umumnya digunakan peralatan atau mesin yang portable untuk proses

pencampuran dan pengadukan/pembalikan. Sedangkan pada sistem

tertutup digunakan fasilitas kontainer atau reaktor tertutup.

Meskipun setiap teknik pengomposan mempunyai ciri tersendiri, tetapi

proses dasarnya serupa. Tahap dasar proses pengomposan adalah sebagai

berikut :

a. Jika diperlukan, ditambahkan bulking agent sebagai fungsi

pengatur/pengontrol porositas dan kelembaban.

b. Penambahan bahan organik lain sebagai sumber nutrisi, umumnya

sumber senyawa Karbon (contohnya serbuk gergaji, jerami, sekam,

dan kulit padi, enceng gondok, dan lain-lain) yang dicampurkan ke

Page 46: 20080605110430SKRIPSI 02513139

32

blotong untuk mendapatkan campuran yang sesuai bagi kelangsungan

proses pengomposan. Campuran tersebut harus cukup berpori, stabil

secara struktural dan proses pengomposan dapat berlangsung dengan

sendirinya.

c. Temperatur dapat mencapai 550 – 650 sehingga bakteri patogen akan

mati, disamping itu juga untuk mendorong proses penguapan sehingga

kandungan air dari produk akhir akan menurun.

d. Kompos disimpan selama beberapa waktu kemudian untuk stabilisasi

pada temperatur rendah, mendekati temperatur sekeliling.

e. Jika diperlukan, pengaliran udara kering pada kompos yang terlalu

basah untuk kemudahan transportasi dan aplikasi selanjutnya.

f. Pemisahan bulking agent, jika pada awalnya digunakan dan akan

didaur-ulang.

Mekanisasi proses pengomposan berlangsung dalam sistem atau

kontainer/reaktor tertutup. Sistem ini dirancang untuk mengatasi masalah

bau dan mempercepat waktu proses dengan pengaturan kondisi

lingkungan, seperti : aliran udara, temperatur dan konsentrasi oksigen.

Sistem tertutup ini membutuhkan biaya investasi yang jauh lebih mahal

dibandingkan sistem terbuka. Hanya beberapa tempat saja di USA yang

mengoperasikan sistem ini, terutama untuk pengomposan campurah

sampah dengan wastewater sludge (Yuwono, 2006).

2.10.4 WAKTU PEMBALIKAN

Dilakukan pembalikan pada keadaan :

1. Suhu tumpukan diatas 650 C, pembalikan dilakukan untuk mencegah panas

dan pengeluaran H2O dan CO2 yang berlebihan.

2. Suhu tumpukan dibawah 450 C pada tumpukan berusia 1 - 30 hari, suhu

dibawah optimum (kurang dari 450 C) menunjukkan bahwa kegiatan jasad

renik tidak terjadi secara optimum, hal ini disebabkan oleh kekurangan

Page 47: 20080605110430SKRIPSI 02513139

33

oksigen, terlalu basah atau terlalu kering. Usia tumpukan lebih dari 30 hari,

suhu dibawah 450 C bisa berarti kompos telah matang.

3. Tumpukan terlalu basah, pembalikan dilakukan untuk mempercepat

penguapan air dari tumpukan.

4. Tumpukan terlalu padat, kepadatan akan membatasi rongga udara, oksigen

terlalu sedikit atau tanpa oksigen akan menyebabkan pembusukan terjadi

secara anaerobik.

2.10.5 PERSYARATAN KOMPOS

A. Kematangan Kompos.

Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos,

disamping kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi

secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan pertumbuhan tanaman.

Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat menyebabkan

terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dan mikroorganisme tanah.

Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Karakteristik kompos yang telah selesai mengalami proses dekomposisi

menurut Djuarnani (2004), adalah sebagai berikut :

1. Penurunan temperatur diakhir proses.

2. Penurunan kandungan organik kompos, kandungan air, dan rasio C/N.

3. Berwarna coklat tua sampai kehitam-hitaman dan tekstur seperti tanah.

4. Berkurangnya pertumbuhan larva dan serangga diakhir proses.

5. Hilangnya bau busuk.

6. Adanya warna putih atau abu-abu, karena pertumbuhan mikroba.

7. Memiliki temperatur yang hampir sama dengan temperatur udara.

8. Tidak mengandung asam lemak yang menguap.

Kematangan kompos ditunjukkan oleh hal-hal berikut (SNI 19 – 7030 – 2004) :

1. C/N – rasio mempunyai nilai (10 – 20) : 1.

2. Suhu sesuai dengan suhu air tanah.

3. Berwarna kehitaman dan tekstur seperti tanah.

Page 48: 20080605110430SKRIPSI 02513139

34

4. Berbau tanah.

B. Tidak Mengandung Bahan Asing.

Tidak mengandung bahan asing seperti berikut :

1. Semua bahan pengotor organik atau anorganik seperti logam, getas, plastik

dan karet.

2. Pencemar lingkungan seperti senyawa logam berat, B3 dan kimia organik,

seperti pestisida.

C. Unsur Mikro.

Unsur mikro nilai-nilai ini dikeluarkan berdasarkan :

1. Konsentrasi unsur-unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan tanaman

(khususnya Cu, Mo, Zn).

2. Logam berat yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan tergantung

pada konsentrasi maksimum yang diperbolehkan dalam tanah.

D. Organisme Patogen.

Organisme patogen tidak melampaui batas berikut :

1. Fecal coli 1000 MPN/gr total solid dalam keadaan kering.

2. Salmonella sp. 3 MPN / 4 gr total dalam keadaan kering.

Hal tersebut dapat dicapai dengan menjaga kondisi operasi pengomposan pada

temperatur 550 C.

E. Pencemar Organik.

Kompos yang dibuat tidak mengandung bahan aktif pestisida yang

dilarang sesuai dengan KEPMEN PERTANIAN No. 434.1/KPTS/TP.270/7/2001

tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida pada Pasal 6 mengenai jenis-

jenis Pestisida yang mengandung bahan aktif yang telah dilarang.

Page 49: 20080605110430SKRIPSI 02513139

35

2.10.6 PENGARUH KOMPOS TERHADAP TANAMAN

Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik yang dapat

memperbaiki struktur tanah serta meningkatkan pertumbuhan dan resistensi

tanaman. Unsur hara yang terdapat pada kompos ini adalah N, P, K. Adapun

pengaruh masing-masing unsur hara tersebut terhadap pertumbuhan tanaman

adalah sebagai berikut :

A. Pengaruh Nitrogen (N) terhadap tanaman.

Pengaruh Nitrogen terhadap tanaman adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2. Untuk menyehatkan pertumbuhan daun-daun tanaman lebar dengan warna

yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis (pada daun muda

berwarana kuning).

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.

4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun.

B. Pengaruh Posfor (P) terhadap tanaman.

Pengaruh Posfor terhadap tanaman adalah sebagai berikut :

1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai.

2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda

menjadi tanaman dewasa.

3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.

4. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

C. Pengaruh Kalium (K) terhadap tanaman.

Pengaruh Kalium terhadap tanaman adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan protein dan karbohidrat.

2. Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman.

3. Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit.

4. Meningkatkan kualitas biji (buah).

Page 50: 20080605110430SKRIPSI 02513139

36

2.10.7 EFFECTIVE MICROORGANISM 4 (EM4)

Effective Microorganism 4 (EM4) merupakan bahan yang mengandung

beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan.

Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari beberapa mikroba, seperti

mikroba lignolitik, selulotik, proteulitik, nitrogen fiksasi non siliotik, Lubricus

(bakteri asam laktat) serta sedikit bakteri fotosintesis, Acanomycetes,

Streptomyces sp., jamur fermentasi, dan ragi yang dapat digunakan sebagai

inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah dan dapat memperbaiki

kesehatan serta kualitas tanah. Pada gilirannya juga akan memperbaiki

pertumbuhan serta jumlah mutu hasil tanaman.

Berikut ini adalah fungsi dari masing-masing mikroorganisme larutan

EM4 pada tabel 2.2 :

Tabel 2.2

Fungsi Mikroorganisme di Dalam Larutan EM4

Nama Fungsi

Bakteri fotosintesis 1. Membentuk zat-zat yang bermanfaat dari sekresi akar

tumbuhan, bahan organik, dan gas-gas berbahaya

(misalnya hidrogen sulfida) dengan menggunakan

sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi.

Zat-zat bermanfaat itu antara lain asam amino, asam

nukleik, zat-zat bioaktif, dan gula. Semuanya

mempercepat pertumbuhan dan perkembangan

tanaman.

2. Meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

Bakteri asam laktat 1. Menghasilkan asam laktat dari gula.

2. Menekan pertumbuhan mikroorganisme yang

merugikan, misalnya Fusarium.

3. Meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan

organik.

Page 51: 20080605110430SKRIPSI 02513139

37

Nama Fungsi

4. Dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti

lignin dan selulosa, serta memfermentasikan tanpa

menimbulkan pengaruh-pengaruh merugikan yang

diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang terurai.

Ragi 1. Membentuk zat antibakteri dan bermanfaat bagi

pertumbuhan tanaman dari asam-asam amino dan gula

yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintesis.

2. Meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan

akar.

Actinomycetes 1. Menghasilkan zat-zat antimikroba dari asam amino

yang dihasilkan oleh bakteri fotosintesis dan bahan

organik.

2. Menekan pertumbuhan jamur dan bakteri.

Jamur fermentasi 1. Menguraikan bahan organik secara tepat untuk

menghasilkan alkohol, ester, dan zat-zat mikroba.

2. Menghilangkan bau serta mencegah serbuan serangga

dan ulat yang merugikan.

Sumber : Yuwono, 2006

EM4 (Effective Microorganism 4) berupa larutan cair berwarna kuning

kecoklatan, ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas

Ryukyus Jepang. Cairan ini berbau sedap dengan rasa asam manis dan tingkat

keasaman (pH) kurang dari 3,5. Apabila tingkat keasaman, melebihi 4,0 maka

cairan ini tidak dapat digunakan lagi.

Effective Microorganism (EM4) dapat meningkatkan fermentasi limbah

dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta

menekan aktivitas serangga, hama dan mikroorganisme patogen.

Proses penguraian yang dilakukan EM4 adalah kemampuan bakteri yang

terkandung di serbuk itu memisahkan komponen karbon (C), hidrogen (H),

Page 52: 20080605110430SKRIPSI 02513139

38

oksigen (O2), nitrogen (N) dan sulfur (S) yang ada dalam komponen limbah

tersebut sehingga tidak menimbulkan bau.

Ikatan senyawa CHONS yang ada dalam limbah itu, merupakan

bersatunya komponen kimiawi yang menimbulkan racun dan bau tidak sedap.

EM4 yang merupakan himpunan bakteri itu mempunyai kekuatan untuk

menguraikan senyawa tersebut sehingga tidak berbau bahkan tidak beracun dan

menjadi pupuk kompos.

Cara kerja Effective Microorganism 4 (EM4) telah dibuktikan secara

ilmiah dan EM4 dapat berperan sebagai :

a. Menekan pertumbuhan patogen tanah.

b. Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik.

c. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman.

d. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan

seperti Mycorrhiza sp., rhizobium sp. dan bakteri pelarut fosfat.

e. Meningkatkan nitrogen.

f. Mengurangi keutuhan pupuk dan pestisida kimia.

g. Pengurai lignin dan selulosa.

h. Membuka fotosintesa.

Effective Microorganism 4 (EM4) dapat menekan pertumbuhan

mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budi daya monokultur

dan budi daya tanaman sejenis secara terus menerus (continuous cropping). EM4

juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak, hingga lingkungan menjadi

tidak bau, ternak tidak mengalami stres dan nafsu makan ternak meningkat.

EM4 merupakan larutan yang berisi beberapa mikroorganisme yang sangat

bermanfaat untuk menghilangkan bau pada limbah dan mempercepat pengolahan

limbah. Effective Microorganism (EM4) dapat digunakan untuk memproses bahan

limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih cepat dibandingkan dengan

pengolahan limbah secara tradisional. Limbah dari jenis apapun yang mempunyai

bau tidak enak sekalipun, jika diberi EM4 ini akan menjadi netral atau hilang bau

tidak sedapnya, bahkan bangkai hewan yang telah membusuk dengan bau yang

menyengat pun jika diberi cairan ini baunya juga akan hilang. Begitu juga septik

Page 53: 20080605110430SKRIPSI 02513139

39

tank yang berisi kotoran manusia bila diberi EM4 ini, selain bau lenyap kotoran

itupun menjadi kompos.

2.11 KLASIFIKASI WILAYAH DARI PUSAT KOTA KE PEDESAAN

Jika kita umpamakan dengan papan permainan dart atau papan target anak

panah, maka pusat kota berada pada pusat papan dart atau papan target anak

panah dan begitu seterusnya garis-garis lingkaran yang mengelilinginya berurutan

adalah wilayah sub urban atau suburb, kemudian diikuti dengan daerah urban dan

yang terakhir adalah daerah rural yang masih-masing memiliki sifat dan ciri-ciri

tersendiri. Urutan-urutannya adalah sebagai berikut:

1. City adalah pusat kota yang menjadi pusat sub urban, urban, dan rural

area.

2. Suburban/Faubourgh adalah daerah tempat atau area di mana para

penglaju/commuter tinggal yang letaknya tidak jauh dari pusat kota.

penglaju atau kommuter adalah orang-orang yang tinggal di pinggiran kota

yang pulang pergi ke kota untuk bekerja setiap hari.

3. Suburban Fringe adalah area wilayah yang mengelilingi daerah sub urban

yang menjadi daerah peralihan kota ke desa.

4. Urban fring adalah daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki

sifat yang mirip dengan daerah wilayah perkotaan. Urban adalah daerah

yang penduduknya bergaya hidup modern.

5. Rural Urban Fringe adalah merupakan daerah jalur yang berada di antara

desa dan kota.

6. Rural adalah daerah pedesaan atau desa yang penduduknya hidup

sederhana.

2.12 HIPOTESA

Komponen sampah yang paling dominan dihasilkan oleh perumahan Dayu

Permai adalah sampah organik yang mudah membusuk. Pengelolaan yang paling

Page 54: 20080605110430SKRIPSI 02513139

40

sesuai adalah komposting sedangkan sampah anorganik dapat dilakukan proses

3R.

Untuk pewadahan perlu dilakukan pemilahan antara sampah organik,

anorganik dan sampah non 3R. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

diperlukan alat angkut berupa gerobak sampah dan mobil pick-up.

Page 55: 20080605110430SKRIPSI 02513139

41

BAB III

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN

3.1 LOKASI

Perumahan Dayu Permai, merupakan salah satu perumahan yang berada di

Kelurahan Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Berdasarkan letak astronomis terletak di titik 7043’53” LS dan 110023’43” BT

(Google Earth). Dalam perkembangannya wilayah Perumahan Dayu Permai

adalah area suburban yang berarti kegiatan-kegiatan di ruangnya merupakan

pengaruh trend dari kawasan pusat kota. Wilayah suburban Ngaglik, dimana disitu

adalah daerah pinggiran kota yang menjadi lalu lalang orang yang akan ke kota

maupun keluar kota untuk beraktifitas sehari-hari dan banyak pendatang yang

menetap di wilayah tersebut. Dengan penduduk yang cukup padat menyebabkan

banyak sampah yang timbul belum mendapat penanganan secara baik.

3.2 KONDISI TOPOGRAFI

Perumahan Dayu Permai, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman berada pada titik

± 205 m dari permukaan air laut. Kondisi topografi berupa dataran rendah.

Banyaknya curah hujan 2000 s/d 3000 mm/tahun. Dan suhu udara rata-rata adalah

250 s/d 400.

3.3 BATAS WILAYAH

Perumahan Dayu Permai mempunyai batas-batas wilayah, antara lain :

• Sebelah Utara : Perum Merapi View

• Sebelah Selatan : Perum Dayu Asri

• Sebelah Barat : Perum Jaban

Page 56: 20080605110430SKRIPSI 02513139

42

• Sebelah Timur : Dusun Dayu

3.4 KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk menurut :

a. Jumlah : 1120 orang

b. Keluarga : 205 KK

3.5 POTENSI YANG SUDAH ADA

Perumahan Dayu Permai memiliki beberapa kegiatan seperti arisan antar

RT dan arisan antar RW. Dari kegiatan tersebut, kegiatan mengenai pengelolaan

sampah sering juga diselipkan agar warga juga memiliki kesadaran terhadap

lingkungannya. Sebagai perumahan yang juga aktif di bidang keagamaan, banyak

aktifitas keagamaan yang dikembangkan didaerah ini. Aktifitas keagamaan

tersebut antara lain, seperti pengajian, tadarus keliling dan lain-lain. Melalui

kegiatan ini juga ditanamkan kesadaran akan bersih lingkungan kepada warganya.

3.6 POLA OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH

Pola pengelolaan sampah yang telah berjalan di perumahan Dayu Permai

Yogyakarta adalah dengan menggunakan jasa pengambilan sampah, yang

dilakukan dengan menggunakan mobil bak terbuka dan juga jasa gerobak dorong.

Pengambilan sampah dilakukan setiap hari. Dimana untuk pengelolaanya setelah

diambil hanya dilakukan pembuangan di TPS sementara di daerah sebelah barat

perumahan tersebut. Untuk itu setiap bulan warga membayar Rp 15.000,00 untuk

biaya pengambilan sampah.

Page 57: 20080605110430SKRIPSI 02513139

43

3.7 FASILITAS PENGELOLAAN SAMPAH

Setiap KK di perumahan Dayu Permai memiliki tempah sampah sendiri

baik yang berupa drum sampah ataupun bak sampah permanen. Sedangkan dari

pihak pengelola sampah perumahan hanya menyediakan jasa angkut sampah dari

rumah-rumah ke TPS.

3.8 PERAN SERTA MASYARAKAT

Selama ini terlihat bahwa masyarakat belum mempunyai budaya yang baik

dalam masalah sampah, terbukti dengan belum adanya kesadaran penuh akan

pentingnya kebersihan dan pengelolaan sampah yang baik. Warga di perumahan

ini mayoritas hanya berperan serta dalam membayar iuran pembuangan sampah

namun belum mempunyai usaha untuk ikut berperan serta dalam pengelolaan

sampah secara mandiri Sehingga sejauh ini peran serta masyarakat dalam

pengelolaan sampah masih kurang.

Page 58: 20080605110430SKRIPSI 02513139

44

Page 59: 20080605110430SKRIPSI 02513139

45

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 IDE TUGAS AKHIR

Melihat pengelolaan persampahan yang kurang efisien dan tidak inovatif

yang banyak diterapkan di perumahan yang ada di Yogyakarta maka muncul ide

tugas akhir mengenai pengelolaan persampahan secara terpadu yang akan

diterapkan khususnya di Perumahan Dayu Permai Yogyakarta.

4.2 STUDI PUSTAKA

Mencari dan mengumpulkan data-data dengan mempelajari buku-buku,

tulisan ilmiah dan peraturan perundangan yang berhubungan dengan penelitian

ini.

4.3 PENGUMPULAN DATA

Tahap pengumpulan data adalah teknik untuk mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk mendukung penelitian dalam tugas akhir. Jenis data yang

dikumpulkan adalah :

a. Data Primer

1. Pengamatan langsung di lapangan.

2. Hasil pengukuran.

3. Data dari wawancara dan kuisioner.

b. Data sekunder, berupa data fisik lokasi penelitian.

Page 60: 20080605110430SKRIPSI 02513139

46

4.4 PENELITIAN ATAU SAMPLING

Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-3964-1994 :

a. Lokasi

Perumahan Dayu Permai Yogyakarta.

b. Frekwensi

Pengambilan sampel dilakukan dalam 8 hari berturut-turut pada lokasi yang

sama pada setiap pukul 07.00 WIB.

c. Penentuan jumlah sampel

Penentuan jumlah sampel yang akan diambil menggunakan rumus berikut :

a). Bila jumlah penduduk 106 jiwa

PsCdP = ……………………………………………………..4.1

Dimana :

Ps = jumlah penduduk bila 106 jiwa

Cd = koefisien

Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal

Cd <1 bila kepadatan penduduk jarang

Cd >1 bila kepadatan penduduk padat

b). Bila jumlah penduduk > 106 jiwa

PsCjCdP ..= .............................................................................4.2

610pendudukCj Σ

= ..........................................................................4.3

Ps = jumlah penduduk bila ≥ 106 jiwa

Cd = koefisien

Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal

Cd <1 bila kepadatan penduduk jarang

Cd >1 bila kepadatan penduduk padat

Dari jumlah penduduk di perumahan Dayu Permai Yogyakarta = 1120 jiwa.

Maka rumus yang digunakan adalah persamaan 4.1.

Page 61: 20080605110430SKRIPSI 02513139

47

Jumlah titik sampel adalah :

P = PsCd

= 11205,1

= 50,2

Karena 1 rumah di perumahan ini rata-rata terdiri dari 5 orang, maka :

Sample =5

2,50 = 10,04 ≈ 10 titik

Dari jumlah sampel ini, ditentukan titik sampling secara random sampling

berdasarkan dari stratifikasi penghasilan penduduk perumahan. Dengan

klasifikasi sebagai berikut :

• Range 1 = < 500.000

• Range 2 = 500.000 – 1.000.000

• Range 3 = 1.000.000 – 2.000.000

• Range 4 = > 2.000.000

d. Pengukuran sampel timbulan sampah

Sampah terkumpul diukur volumenya dengan wadah pengukur dan ditimbang

beratnya.

e. Peralatan dan perlengkapan

1. Timbangan.

2. Kotak Kayu (20x20x50 cm3).

3. Meteran atau penggaris.

4. Perlengkapan berupa alat pemindah seperti sekop dan sarung tangan.

f. Cara pengambilan dan pengukuran sampel

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel.

2. Menentukan tenaga pelaksana.

3. Menyiapkan peralatan.

4. Melakukan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi

sampah sebagai berikut :

Page 62: 20080605110430SKRIPSI 02513139

48

a). Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber

sampah satu hari sebelum pengumpulan.

b). Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah.

c). Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah.

d). Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran.

e). Menimbang kotak pengukur.

f). Menuangkan secara bergiliran ke kotak pengukur.

g). Menghentak 3 kali dengan ketinggian kotak 20 cm.

h). Mengukur dan mencatat volume sampah.

i). Menimbang dan mencatat berat sampah.

j). Memilah sampah berdasarkan komponen komposisi sampah.

k). Menimbang dan mencatat berat sampah.

l). Menghitung komponen komposisi sampah.

5. Menghitung komponen komposisi sampah sebagai berikut :

a). Menimbang sampah total.

b). Memilah sampah sesuai karakteristik.

c). Menimbang masing-masing sampah.

d). Menghitung komposisi sampah.

g. Menganalisis hasil kualitas kompos.

Uji kualitas hasil kompos dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik MIPA

UGM.

4.5 PENGOLAHAN DATA

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dan digunakan dalam

perencanaan pengelolaan sampah. Tahapan pengerjaan yang harus dilakukan

adalah sebagai berikut :

a. Menghitung berat jenis sampah

Dalam perhitungan berat kenis sampah menggunakan rumus sebagai berikut :

Berat jenis sampah =)(

)(3mahvolumesamp

KghBeratsampa ...............................................4.4

Page 63: 20080605110430SKRIPSI 02513139

49

Dimana berat sampah didapat dengan cara menimbang sample, sedangkan

volumenya diukur dengan kotak kayu berukuran 20 x 20 x 50 cm3.

Rumus yang digunakan dalam mengukur volume sampah dalam kotak

sampling adalah :

Volume sampah = luas kotak x tinggi sampah………………………………4.5

b. Menghitung prosentase komposisi

Komposisi sampah dihitung dengan menggunakan rumus :

% komponen = %100xsampahBerattotal

nenBeratkompo ………….……………………….4.6

c. Menganalisa data kuisioner dengan membandingkan 2 hal yaitu karakteristik

responden dan deskriptif variabel pada kuisioner. Analisa statistik digunakan

metode one-way ANOVA untuk menyimpulkan hasil kuisioner.

4.6 TAHAPAN PERENCANAAN PENGELOLAAN

Perencanaan meliputi pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

pengolahan, dan sosialisasi. Perencanaan dilakukan berdasarkan analisa dari hasil

penelitian, meliputi :

a. Perhitungan jumlah timbulan dan karakteristik sampah Perumahan Dayu

Permai Yogyakarta.

b. Merencanakan jumlah pewadahan untuk :

1. Pewadahan sampah organik, anorganik, dan non 3R di dalam rumah.

2. Pewadahan sampah organik untuk proses pengomposan.

3. Pewadahan sampah anorganik dan non 3R diluar rumah sebelum

dilakukan pengumpulan.ke TPS.

c. Menghitung jumlah alat pengangkut untuk pengumpulan sampah ke TPS.

d. Merencanakan pengolahan sampah organik perumahan. Metode yang

digunakan adalah komposting.

e. Desain reaktor kompos untuk tiap KK.

Page 64: 20080605110430SKRIPSI 02513139

50

f. Kegiatan sosialisasi dan implementasi sistem pengelolaan sampah terpadu

di perumahan Dayu Permai.

4.7 DIAGRAM TAHAPAN PERENCANAAN

Secara garis besar perencanaan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai

berikut :

Gambar 4.1

Diagram Tahapan Perencanaan

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Penelitian / Sampling

Mengolah Data :§ Menghitung volume dan berat jenis sample§ Menghitung besaran timbulan sampah§ Mengolah data statistik kuisioner

Perencanaan Pengelolaan sampah :§ Pewadahan§ Pengumpulan§ Pengangkutan§ Pengolahan

Pengolahan Sampah• Desain Reaktor• Proses Komposting• Uji kualitas kompos

Page 65: 20080605110430SKRIPSI 02513139

51

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Berikut ini adalah hasil dari pengukuran di lapangan selama 8 hari

pengambilan sampel. Pengukuran volume sampah dari masing-masing dari

sumber menggunakan wadah kotak kayu berbentuk balok yang telah diketahui

ukurannya 20 x 20 x 50 cm3. Berikut adalah tabel hasil perhitungan berat, volume

dan berat jenis sampah yang didapatkan dari pengukuran di lokasi :

Tabel 5.1

Data Hasil Perhitungan Berat, Volume dan Berat Jenis Sampah Organik

No Berat Organik Volume Berat JenisSampel (Kg/orang/hari) (Liter/Orang/hari) (Kg/m3)

I 0,15 1,35 104,65II 0,09 0,84 91,26III 0,10 1,15 105,21IV 0,19 0,93 175,18V 0,11 0,88 94,13VI 0,04 0,48 29,58VII 0,28 0,98 293,30VIII 0,23 1,17 200,74IX 0,13 1,23 94,21X 0,08 0,86 100,46

Jumlah 1,40 9,86 1288,71Rata-rata 0,14 0,99 128,87

Page 66: 20080605110430SKRIPSI 02513139

52

Tabel 5.2

Data Hasil Perhitungan Berat, Volume dan Berat Jenis Sampah Anorganik

No Berat Anorganik Volume Berat JenisSampel (Kg/orang/hari) (Liter/Orang/hari) (Kg/m3)

I 0,03 1,88 13,72II 0,07 1,64 46,57III 0,08 1,36 50,87IV 0,17 1,39 102,30V 0,23 1,51 164,88VI 0,04 1,50 48,12VII 0,04 1,26 34,00VIII 0,04 1,36 27,98IX 0,07 1,63 47,74X 0,04 1,35 42,73

Jumlah 0,82 14,88 578,92Rata-rata 0,08 1,49 57,89

Tabel 5.3

Data Hasil Perhitungan Berat, Volume dan Berat Jenis Sampah Non 3R

No Berat non 3R Volume Berat JenisSampel (Kg/orang/hari) (Liter/Orang/hari) (Kg/m3)

I 0,015 0,55 21,88II 0 0 0III 0,01 0,26 9,86IV 0 0 0V 0,003 0,06 6,25VI 0 0 0VII 0 0 0VIII 0 0 0IX 0,004 0,09 19,53X 0 0 0

Jumlah 0,03 0,96 57,51Rata-rata 0,003 0,10 5,75

Sumber : Data Primer

Pengambilan sampel yang dilakukan di Perumahan Dayu Permai dengan

jumlah sampling 10 KK. Berdasarkan hasil pengambilan sampel pada 10 KK,

maka berat sampah rata-rata per hari untuk sampah organik 0,14 kg/orang/hari

dan volume sampah organik rata-rata per hari adalah 0,99 L/orang/hari. Untuk

sampah anorganik berat rata-rata per hari adalah 0,08 kg/orang/hari dan volume

sampah anorganik rata-rata per hari adalah 1,49 L/orang/hari. Untuk sampah non

Page 67: 20080605110430SKRIPSI 02513139

53

3R rata-rata per hari adalah 0,003 kg/orang/hari, dan volume sampah non 3R rata-

rata per hari adalah 0,1 L/orang/hari.

Untuk timbulan sampah rata-rata per orang per hari adalah :

= berat sampah organik + berat sampah + berat non 3R

= 0,14 kg/orang/hari + 0,08 kg/orang/hari + 0,003 kg/orang/hari

= 0,223 kg/orang/hari

5.2 PERHITUNGAN KOMPOSISI SAMPAH

Komposisi sampah ditentukan berdasarkan pengambilan sampel di lokasi.

Hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4

Hasil Pengukuran Rata-Rata Komposisi Sampah di Perumahan Dayu Permai

Hari Berat total Organik Anorganik Non 3R ( kg ) ( kg ) ( % ) ( kg ) ( % ) ( kg ) ( % )1 11,60 7,25 62,50 4,05 34,91 0,30 2,592 9,45 7,00 74,07 2,45 25,93 0,00 0,003 10,25 6,00 58,54 4,00 39,02 0,25 2,444 11,35 6,55 57,71 4,80 42,29 0,00 0,005 11,00 8,55 77,73 2,45 22,27 0,00 0,006 10,80 6,00 55,56 4,50 41,67 0,30 2,787 8,60 5,10 59,30 3,35 38,95 0,15 1,748 12,10 8,45 69,83 3,65 30,17 0,00 0,00

Jumlah 85,15 54,90 64,47 29,25 34,35 1,00 1,17Sumber : Data Primer

Berikut adalah gambar grafik komposisi sampah di Perumahan Dayu Permai :

Page 68: 20080605110430SKRIPSI 02513139

54

Organik65%

Anorganik34%

Non 3R1%

Gambar 5.1

Komposisi Sampah Perumahan Dayu Permai

Komposisi sampah pada lokasi penelitian ini adalah komponen organik 65 %,

komponen anorganik 34 %, dan komponen non 3R 1 %.

5.3 REAKTOR KOMPOS

Reaktor yang akan digunakan menggunakan sistem aerobik dengan

mempertimbangkan berbagai karakteristik.

Tabel 5.5

Perbandingan Pengomposan Aerob dan Anaerob

No Karakteristik Aerob Anaerob

1 Reaksi

pembentukannya

Eksotermis, butuh energi

luar, dihasilkan panas

Endotermis, tidak butuh energi

luar, dihasilkan gas bio- sumber

energi

2 Produk Akhir Humus, CO2,H2O Lumpur,CO2,CH4

3 Reduksi Volume Lebih dari 50 % Lebih dari 50 %

4 Waktu proses (20-30) hari (20-40)hari

5 Tujuan utama Reduksi volume Produksi energi

Page 69: 20080605110430SKRIPSI 02513139

55

6 Tujuan sampingan Produksi kompos Stabilisasi buangan

7 Estetika Tidak menimbulkan bau Menimbulkan bau

Sumber : Diktat Kuliah-Departemen Teknik Lingkungan ITB-2004

Untuk menentukan dimensi reaktor diperlukan data dari hasil perhitungan

volume sampah organik, kapasitas dimensi, waktu pengomposan. Selama proses

penimbunan bahan organik ke reaktor dianggap proses pengomposan mulai

berlangsung sehingga waktu pematangan berbeda-beda dari penimbunan awal

hingga akhir. Diperkirakan kompos akan jadi selama 30-60 hari dari awal

penimbunan bahan organik kedalam reaktor atau bisa lebih.

Cara menentukan kapasitas reaktor sebagai berikut :

• Volume sampah organik = 0,99 liter/orang/hari.

• Dimensi reaktor dapat diketahui dengan memperkirakan waktu pematangan

kompos yaitu 30-60 hari atau bisa lebih.

• Rata – rata 1 rumah memiliki 5 orang anggota keluarga.

• Digunakan waktu 30 hari, sehingga volume reaktor = 0,99 liter/orang/hari ×

30 hari ×5 orang = 147,93 liter/KK ≈ 150 liter/KK.

Gambar 5.2

Reaktor Kompos

Di dalam pelaksanaan desain reaktor disesuaikan juga dengan bahan yang

digunakan dan ada tidaknya bahan reaktor dipasaran. Reaktor menggunakan tong

bekas bahan kimia cair yang telah dibersihkan dengan kapasitas 150 liter.

Page 70: 20080605110430SKRIPSI 02513139

56

Bahan reaktor yang digunakan menggunakan tong plastik bekas wadah

bahan kimia cair dengan diberi lubang udara pada sisi-sisinya dan dibawah untuk

mengalirkan cairan lindi dan juga untuk mengalirkan udara kedalam tong/reaktor.

Lubang ini berfungsi sebagai aerasi agar jumlah udara cukup untuk semua bagian

tumpukan kompos agar dapat memasok oksigen pada organisme dan

mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan.

5.4 PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Langkah – langkah pembuatan kompos adalah sebagai berikut :

1. Sampah organik yang telah diukur dicacah/dirajang agar materi bahan ukuran

sama sekitar 1-5 cm.

2. Dicampur dengan aktifator (EM4) dengan cara disiram atau disemprot hingga

merata dengan tingkat kebasahan sekitar 50 %.

3. Sampah organik yang sudah dicampur EM4 dimasukkan ke reaktor, reaktor

ditutup agar bau tidak terlalu menyengat dan masuk hewan/serangga yang

dapat menggangu proses pengomposan.

4. Langkah ke-1 hingga ke-3 diulangi hingga reaktor penuh sekitar 8 hari.

5. Setelah proses penumpukan sampah organik selesai, setiap 3 hari sekali

diperiksa pH, suhu, dan kelembaban dan dilakukan pembalikan.

Gambar 5.3

Pencacahan Sampah Organik

Page 71: 20080605110430SKRIPSI 02513139

57

Gambar 5.4

Effective Microorganism 4 (EM4)

Gambar 5.5

Reaktor Berisi Materi Kompos

Gambar 5.6

Kompos yang telah matang

Kegiatan penelitian diatas dilakukan pada akhir bulan Agustus hingga

bulan September 2007 setiap hari dimulai pada pagi hari antara pukul 07.00-08.00

WIB di 10 titik sampel penelitian.

Page 72: 20080605110430SKRIPSI 02513139

58

Sampah yang terkumpul langsung dirajang/dipotong-potong dengan

ukuran 1-5 cm. Semakin kecil ukuran bahan organik, proses pengomposan akan

berjalan semakin cepat, karena bagian partikel lebih banyak kontak dengan udara

yang memasok oksigen untuk membantu dekomposisi bahan Untuk ukuran

partikel, tumpukan yang menggunakan aliran udara alami yang cocok adalah 50

sampai 80 mm. Untuk sistem aliran udara buatan ukurannya 10 mm.

Kelembaban perlu juga dikontrol karena semua organisme memerlukan air.

Pengomposan dapat berlangsung dengan baik apabila kandungan air antara 30 %

sampai 60 %. Tetapi apabila kandungan air dibawah 30 % reaksi biologis dalam

tumpukan kompos menjadi lambat. Kelembaban di cek 2 hari sekali dan

dilakukan penambahan air dicampur EM4 sebanyak 3 kali, yaitu hari 8,13,21.

Agitasi atau pembalikan, biasanya pada daerah tumpukan bawah pada

proses pembuatan kompos mungkin kekurangan oksigen, karena kurangnya

jumlah udara yang bergerak dalam tumpukan. Agitasi membantu memecahkan

masalah ini dengan cara membalik tumpukan bahan tersebut. Biasanya cara ini

dilakukan pada proses pembutan kompos yang tergantung pada aliran udara

alami. Agitasi dilakukan pada hari ke-5, 8,13, dan 21..

5.5 PENGUKURAN pH

Salah satu parameter yang mempengaruhi kelangsungan hidup

mikroorganisme dalam pembentukan kompos adalah pH. Pengukuran pH

dilakukan setiap 3 hari sekali menggunakan alat pH soil analyzer. Tabel

pengukuran pH selama proses pengomposan berlangsung dapat dilihat melalui

tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6

Hasil Pengukuran Perubahan pH Pada Reakor Kompos

Hari Pengukuran Ph

1 5,14 5,37 5,5

10 5,8

Page 73: 20080605110430SKRIPSI 02513139

59

13 5,916 619 6,122 6,425 6,628 6,531 6,834 6,837 6,940 6,9

Sumber : Data Primer

Kisaran pH yang memungkinkan aktifitas mikroorganisme berjalan

optimal pada proses pembentukan kompos antara 6-7,5 (Yuwono, 2006).

Kenaikan pH yang berangsur-angsur disebabkan hasil dekomposisi bahan

organik dikonversikan sebagai metan dan CO2 berlangsung lebih lama. Selain itu

peningkatan pH juga disebabkan oleh protein dan nitrogen organik yang

menghasilkan ammonium yang dapat menaikkan pH. Selanjutnya akan terjadi

tahap nitrifikasi, yaitu nitrosomonas dan nitrobacter tumbuh secara optimal dala

am range ini Proses nitrifikasi ini ditunjukkan dengan penurunan nilai rasio C/N,

karena bahan karbon berkurang dengan pelepasan CO2 dilain sisi ada peningkatan

N-organik dalam bentuk yang lebih sederhana. Selanjutnya pada akhir proses

setelah tercapai fase pendinginan, nilai pH bersifat netral dan nilai rasio C/N

turun. (Polprasert, 1989).

Dari pengamatan pH selama proses pengomposan berlangsung pada

minggu pertama kompos berkisar 5,0-5,5; setelah minggu pertama pada kondisi

aerob pH terus menngkat karena pada saat penguraian bahan menjadi kompos

terjadi pola perubahan nilai pH sejalan dengan waktu pengamatan. Nilai pH pada

minggu pertama yaitu pada awal penguraian bahan organik adalah asam organik

sederhana. Pada minggu kedua dan ketiga nilai pH meningkat namun tidak terlalu

mencolok.

pH yang terlalu basa akan mengeluarkan ammonia yang berbau tidak

sedap. pH yang terlalu basa maupun terlalu asam akan mengeluarkan bau dan ini

akan mengundang lalat.

Page 74: 20080605110430SKRIPSI 02513139

60

5.6 PENGUKURAN SUHU

Suhu merupakan indikator proses yang berkaitan dengan aktifitas

mikroorganisme. Dari tabel dapat dilihat bahwa suhu optimal untuk proses

pengomposan dapat tercapai. Suhu optimal yang dibutuhkan dalam keadaan

thermofilik berkisar antara 45-65 0C dan sedapat mungkin dipertahankan

sekurang-kurangnya 3 hari agar mikroorganisme patogen mati (Djuarnani, 2004).

Untuk pengamatan suhu selama proses pengomposan berlangsung dapat dilihat

melalui Tabel 5.6 berikut ini :

Tabel 5.7

Hasil penelitian perubahan suhu pada reaktor kompos

Hari Pengukuran Suhu (Celcius)

1 474 497 50

10 4813 4616 4319 4022 3825 3528 3131 2934 2837 2740 27

Sumber : Data Primer

Pada awal proses pengomposan, temperatur reaktor kompos sesuai dengan

temperatur lingkungan. Pada awal proses yaitu pada tahap organisme yang

terdapat pada reaktor berkembang-biak, menyebabkan temperatur naik. Pada saat

temperatur mencapai 300C cendawan mesofilik berhenti bekerja dan aktifitas

penguraian digantikan oleh cendawan thermofilik.

Page 75: 20080605110430SKRIPSI 02513139

61

Pada proses pembentukan kompos, cendawan thermofilik sangat berperan

hal ini disebabkan setelah mencapai suhu diatas 300C, aktivitas penguraian

dibantu oleh mikroorganisme yang mampu bertahan hidup pada temperatur tinggi.

Pada hari ke-31 suhu mulai turun pada temperatur 290C terjadi proses

pendinginan, jumlah aktivitas mikroorganisme thermofilik juga berkurang,

sehingga temperatur di dalam kompos terus menurun, dan organisme mesofilik

yang sebelumnya bersembunyi di bagian tumpukan yang agak dingin mulai

beraktivitas kembali. Organisme mesofilik akan merombak selulosa dan

hemiselulosa yang tersisa dari proses sebelumnya.

Tercapainya suhu 500C di hari ke-7 proses pengomposan diakibatkan

karena tumpukan yang cukup tinggi sehingga mampu menyimpan panas dengan

baik. Tinggi tumpukan kompos pada saat tercapainya temperatur maksimum pada

penelitian ini adalah antara 30-35 cm.

5.7 PENGAMATAN HUBUNGAN SUHU DAN pH

Hubungan antara suhu dan pH dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

0

10

20

30

40

50

60

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40

Waktu (hari)

Nila

i Suh

u da

n pH

Nilai SuhuNilai pH

Gambar 5.7

Grafik Hubungan suhu dan pH

Page 76: 20080605110430SKRIPSI 02513139

62

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa hubungan suhu dan pH berbanding

terbalik, suhu dari kondisi yang tinggi menjadi semakin rendah, sedangkan pH

dari kondisi rendah menjadi semakin tinggi. Kenaikan suhu menunjukkan adanya

kalor yang dilepas dari aktifitas mikroorganisme. Menurut Polprasert (1989), pada

awal proses bakteri bekerja setelah terjadi masa fase laten yaitu penyesuaian diri

terhadap lingkungan baru. Suhu meningkat hingga mesofilik. Pada fase ini

dekomposisi biasanya didominasi oleh bakteri mesofilik dan fungi. Kenaikan pH

hingga netral disertai dengan penurunan suhu berangsur angsur mencapai suhu

tanah. Selanjutnya tercapai fase pendinginan, nilai pH bersifat netral dan rasio

C/N turun.

5.8 PENGUKURAN KUALITAS KOMPOS

Hasil pengukuran dan analisa kompos yang dilakukan setelah kompos

matang adalah sebagai berikut:

Tabel 5.8

Hasil pengukuran kualitas kompos

Hasil PengukuranParameter

I II IIIRata-rata

N (%) 0,919 0,893 0,902 0,905

P (ppm) 21210,086 20335,443 20554,104 20699,878

K (ppm) 21852,202 23398,518 23889,983 23046,901

C/N 50,893 52,381 51,847 51,707

Sumber : Data Primer

Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, di

samping kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi

secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan pertumbuhan tanaman.

Standar kandungan kompos mengacu pada standar nasional Indonesia

dapat dilihat pada tabel 5.8. dibawah ini:

Page 77: 20080605110430SKRIPSI 02513139

63

Tabel 5.9

Standar Kualitas Kompos SNI

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1. Kadar Air % - 50

2. Suhu 0C - Suhu air tanah

3. Warna - Kehitaman

4. Bau - Berbau Tanah

5. pH 6,8 7,49

6. Bahan Organik % 27 58

7. C/N rasio 10 20

8. % N % 0,40 -

9. % P % 0,10 -

10. % K % 0,20 -

Sumber : SNI 19-7030-2004

Dibawah ini merupakan perbandingan kompos hasil penelitian dengan SNI

dan produk kompos dipasaran ditunjukkan pada Tabel 5.11 dibawah ini :

Tabel 5.10

Perbandingan Kompos Hasil Penelitian dengan SNI dan Produk Kompos di

Pasaran

Parameter Reaktor kompos SNI 19-7030-2004 Bokashi Sari Bumi

Temperatur Suhu air tanah Suhu air tanah Suhu air tanah

Warna Kehitaman Kehitaman Kehitaman

Bau Berbau Tanah Berbau Tanah Berbau Tanah

pH 6,8 7,49 7,2

Nitrogen (N) 0,905 % 0,4 % 1,61 %

Phospor (P) 2,07 % 0,1 % 1,05 %

Rasio C/N 51,707 10-20 8,78

Kalium (K) 2,3 % 0,2 % 1,05 %

Page 78: 20080605110430SKRIPSI 02513139

64

1. Unsur N

Unsur N termasuk unsur hara makro, Nitrogen merupakan komponen dari

asam-asam amino (juga protein), klorofil, koenzim dan asam nukleal. Unsur ini

diperlukan oleh tanaman dalam jumlah 1-4 % berat kering tanaman. Unsur

tersebut diperlukan oleh tanaman sebagai penyusun asam amino, protein, dan

klorofil. Apabila tanaman kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara

lain klorosis pada daun. Gejala kekurangan N pertama kali akan muncul pada

daun tertua. (Anonim, 2007)

Dari ketiga kali pengujian kandungan nilai N rata-rata sebesar 0,905 %,

hal ini dipengaruhi oleh sampah organik yaitu sampah sisa makanan dan juga

sayuran sebagai bahan pembuatan kompos, dimana bahan-bahan kompos tersebut

dapat meningkatkan ketersediaan unsur N pada kompos.

Adapun pengaruh Nitrogen terhadap tanaman adalah untuk meningkatkan

pertumbuhan tanaman, untuk menyehatkan pertumbuhan daun, dapat membuat

daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan

khlorosis (pada daun muda berwarna kuning), meningkatkan kadar protein dalam

tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun.

2. Unsur P

Dalam pengomposan jasad-jasad renik menghisap sebagian Phospor untuk

membentuk zat putih telur dalam tubuhnya. Jika pembuatan kompos berlangsung

baik, maka 50-60 % fosfor akan berupa bentuk terlarut sehingga mudah diserap

tanaman. (Murbandono, 2000)

Dari ketiga hasil pengukuran kandungan nilai P berkisar 20699,878 ppm,

hal ini dipengaruhi oleh sampah organik berupa sisa makanan dan juga buah-

buahan, dimana bahan kompos tersebut dapat meningkatkan ketersediaan unsur P

pada kompos.

Adapun pengaruh Phosfor terhadap tanaman adalah dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai, dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

tanaman muda menjadi tanaman dewasa, dapat mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah, biji atau gabah, dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

Page 79: 20080605110430SKRIPSI 02513139

65

3. Unsur K

Dalam proses pengomposan sebagian besar Kalium (K) dalam bentuk

yang mudah larut sehingga sekitar 90-100 % kalium itu mudah diserap oleh

tanaman. (Murbandono, 2000)

Jika bahan organik awal yang digunakan untuk pembuatan kompos cukup

nitrogennya, maka biasanya unsur hara lainnya P dan K akan tersedia dalam

jumlah yang cukup. (Dalzell, 1987)

Dari ketiga hasil pengukuran terbesar pada hasil pengukuran yang ketiga

yaitu sebesar 23046,901 ppm, hal ini dipengaruhi oleh sumber utama bahan

pembuatan kompos berupa sisa makanan, sayuran dan juga buah-buahan.

Adapun pengaruh Kalium terhadap tanaman adalah membantu dalam

pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari

tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan

kualitas biji, buah.

4. Rasio C/N

Proses pengomposan merupakan proses biokimia sehingga setiap faktor

yang mempengruhi mikroorganisme tanah dan akan mempengaruhi laju

dekomposisi tersebut. Laju dekomposisi bahan organik menjadi kompos matang

tergantung dari beberapa faktor salah satunya adalah Rasio C/N. (Simamora,

2006)

Dapat dilihat hasil pengukuran rasio C/N tinggi yaitu berkisar 51,707, hal

ini dikarenakan adanya penumpukan C karena tidak terjadinya respirasi yang juga

diakibatkan oleh kurangnya nitrogen (N). Faktor tidak imbangnya rasio C/N pada

hasil akhir lebih diakibatkan bahan dari kompos itu sendiri lebih banyak berasal

dari sisa makanan yang terdiri dari nasi dan juga sayuran dengan sedikit variasi

sehingga membuat rasio C/N tinggi. Jadi untuk pengaruh kompos ini apabila

digunakan memupuk tanaman, maka tanaman akan sulit untuk menyerap nutrient

yang ada pada kompos.

N, P dan K hasil pengujian laboratorium cukup baik sehingga kompos ini

bagus untuk tanaman penghasil daun ataupun tanaman penghasil buah sekalipun,

akan tetapi akan sulit untuk diserap oleh tanaman karena rasio C/N yang tinggi.

Page 80: 20080605110430SKRIPSI 02513139

66

Berdasarkan kandungan N, P, K yang terdapat pada kompos hasil

penelitian dibandingkan dengan standar kualitas kompos SNI dan standar kualitas

kompos yang beredar di pasaran, maka pupuk kompos hasil penelitian memiliki

kualitas yang cukup baik, karena memiliki kandungan unsur N, P, K yang tinggi,

namun untuk kandungan C/N pupuk hasil penelitian ini belum sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu 10-20 , sehingga memerlukan penanganan

lebih lanjut agar sesuai dengan SNI sehingga apabila dipasarkan akan mampu

bersaing dengan pupuk lainnya.

Pemberian zat N yang banyak akan memiliki dampak yang baik terhadap

tanaman-tanaman penghasil daun, akan tetapi pemberian zat N yang sedemikian

terhadap tanaman-tanaman bukan penghasil daun, seperti tanaman padi akan

merugikan, untuk dampak positifnya antara lain yaitu :

1. Akan banyak menghasilkan daun dan batang.

2. batang akan lembek dan mudah rebah.

3. Kurang sekali menghasilkan buah/gabah.

4. Dapat melambatkan masaknya biji/butir-butir padi.

Untuk tanaman yang memiliki kekurangan unsur hara makro (N, P, K)

dapat berakibat pada penurunan pertumbuhan secara fisik antara lain yaitu :

a. Kekurangan unsur nitrogen (N).

a). Warna daun yang hijau akan berubah menjadi kuning, kering terus

berubah warna menjadi merah kecoklatan.

b). Perkembangan buah tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan cepat

matang.

c). Menimbulkan daun penuh dengan serat.

b. Kekurangan unsur Fosfor (P).

a). Pada tanaman gandum menimbulkan gejala pada jeraminya, berwarna

abu-abu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, sistem perakaran

buruk.

b). Pada tanaman serealia (padi-padian, rumput-rumputan penghasil biji

yang dapat dimakan, jewawut, gandum jagung), daun-daunya

berwarna hijau tua/abu-abu, mengkilap, sering pula terdapat pigmen

Page 81: 20080605110430SKRIPSI 02513139

67

merah pada daun bagisn bawah, selanjutnya mati. Tangkai-tangkai

daun kelihatan lancip-lancip. Pembetukan buah jelek.

c. Kekurangan unsur kalium (K).

a). Gejala pada daun terjadi secara setempat-setempat. Pada awalnya

tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya

sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna ini tampak pula

diantara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun tampak bergerigi dan

kemudian mati.

b). Gejala pada batang yaitu batangnya lemah dan pendek-pendek,

sehingga tanaman tampak kerdil.

c). Gejala yang tampak pada buah, misalnya buah kelapa dan buah jeruk

banyak yang berjatuhan sebelum masak, sedangkan masaknya buah

berlangsung lambat.

Penyebab pembusukan pada bahan organik diakibatkan adanya karbon dan

nitrogen. Rasio C/N digunakan untuk mendapatkan degradasi biologis dari bahan-

bahan organik yaitu apakah sampah tersebut baik atau tidak untuk dijadikan

kompos, serta untuk menunjukkan umur dan kematangan kompos.

Rasio C/N optimum untuk pengomposan adalah 30-35. Organisme

menggunakan 30 bagian karbon untuk setiap bagian nitrogen. Rasio C/N setelah

menjadi kompos adalah 10-20. Kadar nitrogen yang tinggi terdapat pada sayuran

dengan rasio C/N 24:1, dan kadar karbon yang tinggi dijumpai pada kertas,

jerami, batang tebu, dan sampah kota (30:1).

Hal terpenting dari proses pembentukan kompos ini adalah bahwa dalam proses

pembentukannya, ada kaitan yang sangat erat antara unsur Carbon (C) dan

Nitrogen (N). Pokok permasalahannya justru terletak pada kenyataan bahwa

dalam proses dekomposisi bahan organik oleh jasad-jasad mikro, disamping

karbohidrat yang dijadikan sebagai sumber energi dan pertumbuhan mikroba,

ternyata juga dibutuhkan N dan P. Bahan-bahan yang terakhir ini diasimilir

menjadi bahan tubuhnya. Dengan jalan ini protein tumbuhan dialihkan menjadi

protein mikroba. Perbandingan dari C/N kompos dapat diperhitungkan dari

berbagai senyawa yang menyusun kompos.

Page 82: 20080605110430SKRIPSI 02513139

68

Pada hasil kualitas laboratorium, nilai rata-rata C/N kompos didapat

sebesar 51,707. Untuk menurunkannya dapat digunakan aktivator dekomposisi

kompos yang dapat menurunkan rasio C/N dalam bahan sampah, yang awalnya

tinggi (>50) menjadi setara dengan angka C/N tanah. Dengan rasio antara

karbohidrat dengan nitrogen rendah sebagaimana C/N tanah (< 20) maka bahan

sampah menjadi dapat diserap tanaman. Dalam dekomposisi menggunakan

mikroba, bakteri, fungi dan jamur yang terdapat dalam aktivator dekomposisi

kompos (www.kencanaonline.com), dalam bahan sampah organik terjadi antara

lain : 1) karbohidrat, selulosa, lemak, dan lilin menjadi CO2 dan air; 2) zat putih

telur menjadi amonia, CO2 dan air; 3) peruraian senyawa organik menjadi

senyawa yang dapat diserap tanaman. Kadar karbohidrat akan hilang atau turun

dan sebaliknya senyawa N ( Nitrogen) yang larut ( amonia) meningkat. Atau C/N

rasio semakin rendah dan stabil mendekati C/N tanah.

5.9 DATA RESPONDEN

A. Jumlah Anggota Keluarga Responden.

Berikut adalah grafik jumlah anggota keluarga responden.

21

67

12

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Persen 3

4 - 6 7

Gambar 5.8

Jumlah Anggota Keluarga Responden

Page 83: 20080605110430SKRIPSI 02513139

69

Gambar menunjukkan jumlah anggota keluarga responden. Jumlah

anggota keluarga responden 3 orang sebanyak 21 responden (21 %). 4-6

orang sebanyak 67 responden (67 %). Responden yang 7 orang sebanyak

12 responden (12 %).

B. Penghasilan Rata-Rata Responden.

Berikut ini adalah grafik penghasilan rata-rata responden per bulan :

14 17

35 34

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Persen

< 500000500000 - 10000001000000 - 2000000> 2000000

Gambar 5.9

Jumlah Penghasilan Responden per Bulan

Gambar menunjukkan penghasilan rata-rata responden per bulan. Untuk

responden dengan jumlah penghasilan rata-rata per bulan < 500.000

sebanyak 14 responden (14 %). Untuk responden 500.000-1.000,000

sebanyak 17 responden (17 %). Untuk responden 1.000.000-1.500.000

sebanyak 35 responden (35 %). Sedangkan responden > 2.000.000

sebanyak 34 responden (34 %).

C. Pendidikan Terakhir Responden.

Berikut ini adalah grafik pendidikan terakhir responden :

Page 84: 20080605110430SKRIPSI 02513139

70

04 6

17

73

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Persen

Tidak SekolahSDSLTPSLTAAkademi/PT

Gambar 5.10

Pendidikan Terakhir Responden

Gambar menunjukkan pendidikan terakhir responden. Jumlah pendidikan

terakhir yang tidak sekolah sebanyak 0 responden (0 %). SD sebanyak 4

responden (4 %). SLTP sebanyak 6 responden (6 %). SLTA sebanyak 17

responden (17 %). Dan responden Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak

73 responden (73 %).

5.10 MANAJEMEN SAMPAH

A. Pembuangan Sampah Rumah Tangga Setiap Hari.

Berikut ini adalah grafik pembuangan sampah rumah tangga oleh

responden setiap hari :

Page 85: 20080605110430SKRIPSI 02513139

71

83

0

13

4

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Persen

Tempat sampah sendiriSungaiPekaranganLainnya

Gambar 5.11

Pembuangan Sampah oleh Responden

Gambar menunjukkan pembuangan sampah oleh responden setiap hari.

Jumlah responden yang membuang sampah pada tempat sampah sendiri

sebanyak 83 responden (83 %). Sungai sebanyak 0 responden (0 %).

Pekarangan sebanyak 13 responden (13 %). Lainnya sebanyak 4

responden (4 %). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan pada lokasi

perumahan tersebut, mayoritas masing-masing KK sudah memiliki tempat

sampah sendiri walaupun sebagian kecil juga masih ada yang

memanfaatkan pekarangan rumah mereka sendiri untuk dijadikan tempat

pembuangan sampah. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa warga sudah

memiliki kesadaran untuk memiliki tempat sampah sendiri di rumah

mereka masing-masing.

B. Pemilahan Sampah oleh Responden.

Berikut ini adalah grafik pemilahan sampah oleh responden :

Page 86: 20080605110430SKRIPSI 02513139

72

16

84

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

PersenYaTidak

Gambar 5.12

Grafik Pemilahan Sampah Rumah Tangga

Gambar menunjukkan pemilahan sampah oleh responden setiap hari.

Jumlah responden yang memilah sampah sebanyak 16 responden (16 %).

Yang tidak memilah sampahnya sebanyak 84 responden (84 %). Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa warga perumahan mayoritas masih

belum melakukan pemilahan terhadap sampah yang mereka buang setiap

harinya. Ini dapat disebabkan karena kesibukan mereka dalam pekerjaan

atau juga masih kurangnya kesadaran untuk memilah sampah tersebut.

Dan dari jumlah kecil responden yang sudah melakukan pemilahan dapat

terlihat bahwa mereka sudah mengerti fungsi dari pemilahan tersebut.

Disini juga dapat disimpulkan bahwa responden wanita lebih aktif dalam

melakukan aktifitas pemilahan dengan dibantu peranan pembantu rumah

tangga yang juga cukup aktif dan bermanfaat dalam melakukan pemilahan.

C. Banyaknya Sampah yang Dibuang Setiap Hari.

Berikut ini adalah grafik banyaknya sampah yang dibuang setiap hari oleh

responden :

Page 87: 20080605110430SKRIPSI 02513139

73

61

33

51

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Persen

< 1 Kg2 - 3 Kg4 - 6 Kg> 6 Kg

Gambar 5.13

Banyaknya Sampah yang Dibuang Setiap Hari

Gambar menunjukkan banyaknya sampah yang dibuang setiap hari.

Jumlah responden yang membuang sampah < 1 kg sebanyak 61 responden

(61 %). 2 – 3 kg sebanyak 33 responden (33 %). 4 – 6 kg sebanyak 5

responden (5 %). > 6 kg sebanyak 1 responden (1 %). Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa warga perumahan tidak terlalu sering membuang

sampah berat. Ini disebabkan karena lokasi perumahan bukan merupakan

lokasi industri ataupun komplek pertokoan dimana dapat dihasilkan

sampah dan limbah berat. Warga perumahan lebih sering membeli

makanan berupa makanan cepat saji sehingga sampah yang dihasilkan

hanya berupa sisa-sisa makanan ataupun wadah pembungkusnya beserta

sampah-sampah lain berupa kertas dan plastik yang tidak memiliki massa

ataupun beban yang terlalu berat.

D. Jenis Sampah yang Sering Dibuang Setiap Hari.

Berikut ini adalah grafik jenis sampah yang sering dibuang setiap harinya

oleh responden :

Page 88: 20080605110430SKRIPSI 02513139

74

2520

35

20

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Persen

PlastikKertasOrganikLainnya

Gambar 5.14

Jenis Sampah yang Sering Dibuang Setiap Hari

Gambar menunjukkan jenis sampah yang sering dibuang setiap harinya.

Jumlah responden yang membuang sampah plastik sebanyak 25 responden

(25 %). Kertas sebanyak 20 responden (20 %). Organik sebanyak 35

responden (35 %). Lainnya sebanyak 20 responden (20 %). Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah yang sering dihasilkan di

perumahan tersebut adalah sampah organik. Walaupun perbedaannya

jumlahnya tidak terlalu mencolok. Sampah organik ini mayoritas berupa

sisa-sisa makanan yang dibuang. Dapat dilihat bahwa warga perumahan

lebih sering membeli makanan cepat saji. Untuk sampah kertas dan plastik

mayoritas berupa wadah pembungkus makanan. Dan untuk lainnya berupa

kain potongan sisa, karena ada beberapa responden yang memiliki usaha

Penjahit Busana di rumahnya yang menghasilkan sampah kain sisa.

E. Pengetahuan Responden tentang Pemanfaatan Sampah.

Berikut ini adalah grafik mengenai pengetahuan responden tentang

sampah yang bisa dimanfaatkan :

Page 89: 20080605110430SKRIPSI 02513139

75

66

34

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

PersenYaTidak

Gambar 5.15

Pengetahuan Responden tentang Pemanfaatan Sampah

Gambar menunjukkan apakah responden mengetahui bahwa sampah bisa

dimanfaatkan. Jumlah responden yang mengetahui bahwa sampah bisa

dimanfaatkan sebanyak 66 responden (66 %). Yang tidak mengetahui

sebanyak 34 responden (34 %). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa mayoritas warga perumahan sudah mengetahui pemanfaatan

sampah lebih lanjut. Hasil ini cukup bagus, karena mereka memberi

tanggapan yang positif terhadap metode pengomposan yang akan

diterapkan untuk pemanfaatan sampah organik. Dan dari hasil

pengomposan tersebut dapat mereka gunakan untuk pupuk tanaman

ataupun sebagai sumber penghasilan baru.

F. Peran Serta Responden terhadap Pengelolaan Sampah Terpadu.

Berikut ini adalah grafik kesediaan responden jika dilakukan pengelolaan

sampah secara terpadu di Perumahan Dayu Permai :

Page 90: 20080605110430SKRIPSI 02513139

76

79

21

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

PersenYaTidak

Gambar 5.16

Peran Serta Responden terhadap Pengelolaan Sampah Terpadu

Gambar menunjukkan kesediaan responden jika dilakukan pengelolaan

sampah secara terpadu di Perumahan Dayu Permai. Jumlah responden

yang bersedia berperan serta sebanyak 79 responden (79 %). Yang tidak

bersedia sebanyak 21 responden (21 %). Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa respon warga perumahan cukup bagus karena latar

pendidikan mereka yang cukup mendukung untuk menggerakkan mereka

dalam mengolah sampah-sampah sisa yang dapat dimanfaatkan kembali.

Dan dari hasil ini juga dapat disimpulkan bahwa warga sudah mulai sadar

akan arti pentingnya lingkungan bersih, sehat, dan nyaman untuk tempat

tinggal.

5.11 PENGOLAHAN DATA STATISTIK

A. Pengolahan Data Tingkat Pendidikan dengan Kesadaran untuk Memilah

Sampah dengan Metode Statistik One Way ANOVA

Pengolahan untuk data lebih dari 2 sampel sebaiknya menggunakan uji

ANOVA dengan asumsi populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal.

Varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama, serta sampel tidak

Page 91: 20080605110430SKRIPSI 02513139

77

berhubungan satu dengan yang lain. Uji dilakukan untuk mengetahui apakah rata-

rata nilai tingkat pendidikan memiliki perbedaan yang signifikan. Adapun

ringkasan statistik dari data tingkat pendidikan dengan pengetahuan pemanfaatan

sampah dapat dilihat pada tabel 5.11 :

Tabel 5.11

Descriptive untuk tingkat pendidikan dengan kesadaran untuk memilah sampah

Test of Homogeneity dilakukan untuk menguji berlaku atau tidaknya

asumsi pada ANOVA, yaitu apakah keseratus sampel mempunyai tingkat

pendidikan yang sama. Adapun hasil perhitungan probabilitas dengan tes

homogenitas tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.12 di bawah ini:

Tabel 5.12

Homogenitas variansi untuk tingkat pendidikan dengan kesadaran untuk memilah

sampah.

Test of Homogeneity of Variances

PMLHN_1

7,762 3 96 ,000

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Hipotesis :

H0 : Keempat tingkat pendidikan identik

H1 : Keempat tingkat pendidikan tidak identik

Pengambilan keputusan :

§ Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Descriptives

PMLHN_1

4 ,50 ,577 ,289 -,42 1,42 0 16 ,17 ,408 ,167 -,26 ,60 0 1

17 ,18 ,393 ,095 -,03 ,38 0 173 ,05 ,229 ,027 ,00 ,11 0 1

100 ,10 ,302 ,030 ,04 ,16 0 1

SDSMPSMAAkademi/PTTotal

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Page 92: 20080605110430SKRIPSI 02513139

78

§ Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5.12 terlihat bahwa levene test hitung adalah 7,762,

dengan nilai probabilitas 0,000. Oleh karena itu probabilitas < 0,05, maka H0

ditolak atau tingkat pendidikan adalah tidak identik.

Setelah tingkat pendidikan telah terbukti tidak identik maka asumsi untuk

ANOVA tidak berlaku. Sedangkan untuk menguji apakah keseratus sampel

mempunyai rata-rata (mean) yang sama, maka uji ANOVA (Analysis of Variance)

dilakukan. Hasil analisis dengan menggunakan ANOVA dapat dilihat pada tabel

5.13 dibawah ini :

Tabel 5.13

Analysis of Variance (ANOVA) untuk nilai kesadaran untuk memilah sampah

ANOVA

PMLHN_1

,915 3 ,305 3,623 ,0168,085 96 ,0849,000 99

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Hipotesis :

H0 : Keempat tingkat pendidikan identik

H1 : Keempat tingkat pendidikan tidak identik

Pengambilan keputusan :

a. Berdasarkan Perbandingan F hitung dengan F tabel :

§ Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima

§ Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak

b. Berdasarkan nilai probabilitas :

§ Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

§ Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Page 93: 20080605110430SKRIPSI 02513139

79

Berdasarkan Tabel 5.13 diatas maka dapat terlihat bahwa F hitung adalah

3,623 dengan probabilitas 0,016. Oleh karena probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

atau rata-rata nilai kesadaran untuk memilah sampah pada tingkat pendidikan

tidak identik, berarti tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesadaran

untuk memilah sampah di perumahan Dayu Permai. Setelah diketahui bahwa ada

perbedaan nilai kesadaran untuk memilah sampah yang nyata diantara keempat

tingkat pendidikan, maka dapat diketahui mana saja tingkat pendidikan yang

berbeda dan mana saja yang tidak berbeda. Hal ini akan dibahas pada analisis

Bonferroni dan Tukey dalam Post hoc. Hasil analisis dengan test Post Hoc dapat

dilihat pada tabel 5.14 berikut ini :

Tabel 5.14

Post Hoc Tests

Dari tabel 5.14 diatas dapat terlihat bahwa hasil uji tukey diketahui bahwa

rata-rata probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, atau perbedaan rata-rata nilai

kesadaran untuk memilah sampah memiliki perbedaan yang signifikan. Karena

Multiple Comparisons

Dependent Variable: PMLHN_1

,33 ,187 ,290 -,16 ,82,32 ,161 ,193 -,10 ,75,45* ,149 ,018 ,06 ,83

-,33 ,187 ,290 -,82 ,16-,01 ,138 1,000 -,37 ,35,11 ,123 ,801 -,21 ,43

-,32 ,161 ,193 -,75 ,10,01 ,138 1,000 -,35 ,37,12 ,078 ,408 -,08 ,33

-,45* ,149 ,018 -,83 -,06-,11 ,123 ,801 -,43 ,21-,12 ,078 ,408 -,33 ,08,33 ,187 ,470 -,17 ,84,32 ,161 ,286 -,11 ,76,45* ,149 ,021 ,04 ,85

-,33 ,187 ,470 -,84 ,17-,01 ,138 1,000 -,38 ,36,11 ,123 1,000 -,22 ,44

-,32 ,161 ,286 -,76 ,11,01 ,138 1,000 -,36 ,38,12 ,078 ,737 -,09 ,33

-,45* ,149 ,021 -,85 -,04-,11 ,123 1,000 -,44 ,22-,12 ,078 ,737 -,33 ,09

(J) PNDDKN_1SMPSMAAkademi/PTSDSMAAkademi/PTSDSMPAkademi/PTSDSMPSMASMPSMAAkademi/PTSDSMAAkademi/PTSDSMPAkademi/PTSDSMPSMA

(I) PNDDKN_1SD

SMP

SMA

Akademi/PT

SD

SMP

SMA

Akademi/PT

Tukey HSD

Bonferroni

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Page 94: 20080605110430SKRIPSI 02513139

80

nilai rata-rata dari variasi tingkat pendidikan tidak identik. Selain itu dari dari

hasil uji pun ditemukan tanda * pada kolom Mean Difference maka perbedaan

tersebut nyata atau signifikan.

B. Pengolahan Data Tingkat Penghasilan dengan Timbulan Sampah dengan

Metode Statistik One Way ANOVA

Pengolahan untuk data lebih dari 2 sampel sebaiknya menggunakan uji

ANOVA dengan asumsi populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal.

Varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama, serta sampel tidak

berhubungan satu dengan yang lain. Uji dilakukan untuk mengetahui apakah rata-

rata nilai tingkat penghasilan memiliki perbedaan yang signifikan. Adapun

ringkasan statistik dari data tingkat penghasilan dengan timbulan sampah dapat

dilihat pada tabel 5.15 :

Tabel 5.15

Descriptive untuk nilai tingkat penghasilan dengan timbulan sampah

Test of Homogeneity dilakukan untuk menguji berlaku atau tidaknya

asumsi pada ANOVA, yaitu apakah keseratus sampel mempunyai tingkat

penghasilan yang sama. Adapun hasil perhitungan probabilitas dengan tes

homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 5.16 di bawah ini:

Descriptives

TIMBLN_1

14 1,14 ,363 ,097 ,93 1,35 1 217 1,82 1,015 ,246 1,30 2,35 1 435 1,49 ,507 ,086 1,31 1,66 1 234 1,79 ,410 ,070 1,65 1,94 1 2

100 1,60 ,620 ,062 1,48 1,72 1 4

<500000500000-10000001000000-2000000>2000000Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Page 95: 20080605110430SKRIPSI 02513139

81

Tabel 5.16

Homogenitas variansi untuk nilai tingkat penghasilan dengan timbulan sampah

Test of Homogeneity of Variances

TIMBLN_1

10,542 3 96 ,000

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Hipotesis :

H0 : Keempat tingkat penghasilan identik

H1 : Keempat tingkat penghasilan tidak identik

Pengambilan keputusan:

§ Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

§ Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5.16 terlihat bahwa levene test hitung adalah 10,542,

dengan nilai probabilitas 0,000. Oleh karena itu probabilitas < 0,05, maka H0

ditolak atau tingkat pengahasilan adalah tidak identik.

Setelah tingkat penghasilan telah terbukti tidak identik maka asumsi untuk

ANOVA tidak berlaku. Sedangkan untuk menguji apakah keseratus sampel

mempunyai rata-rata (mean) yang sama, maka uji ANOVA (Analysis of Variance)

dilakukan. Hasil analisis dengan menggunakan ANOVA dapat dilihat pada tabel

5.17 dibawah ini :

Tabel 5.17

Analysis of Variance (ANOVA) untuk nilai tingkat penghasilan dengan timbulan

sampah

ANOVA

TIMBLN_1

5,513 3 1,838 5,431 ,00232,487 96 ,33838,000 99

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 96: 20080605110430SKRIPSI 02513139

82

Hipotesis :

H0 : Keempat rata-rata populasinya identik

H1 : Keempat rata-ratanya tidak identik

Pengambilan keputusan :

a. Berdasarkan Perbandingan F hitung dengan F tabel :

§ Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima

§ Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak

b. Berdasarkan nilai probabilitas :

§ Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

§ Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5.17 diatas maka dapat terlihat bahwa F hitung adalah

5,431 dengan probabilitas 0,002. Oleh karena probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

atau rata-rata nilai timbulan sampah pada tingkat penghasilan tidak identik, berarti

tingkat penghasilan memiliki pengaruh terhadap timbulan sampah di perumahan

Dayu Permai. Setelah diketahui bahwa ada perbedaan nilai timbulan sampah yang

nyata diantara keempat tingkat penghasilan, maka dapat diketahui mana saja

tingkat penghasilan yang berbeda dan mana saja yang tidak berbeda. Hal ini akan

dibahas pada analisis Bonferroni dan Tukey dalam Post hoc. Hasil analisis dengan

test Post Hoc dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini :

Page 97: 20080605110430SKRIPSI 02513139

83

Tabel 5.18

Post Hoc Tests

Dari tabel 5.18 diatas dapat terlihat bahwa hasil uji tukey diketahui bahwa

rata-rata probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, atau perbedaan rata-rata nilai

timbulan sampah memiliki perbedaan yang signifikan. Karena nilai rata-rata dari

variasi tingkat penghasilan tidak identik. Selain itu dari dari hasil uji pun

ditemukan tanda * pada kolom Mean Difference maka perbedaan tersebut nyata

atau signifikan.

5.12 PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Kinerja sistem pengelolaan akan sangat menentukan wajah dari suatu

kawasan perumahan. Apabila kinerja sistem pengelolaan sampah baik, maka

wajah perumahan tersebut akan menjadi bersih dan demikian juga sebaliknya.

Nilai penting dari unjuk kerja sistem pengelolaan sampah tidak saja terhadap nilai

estetika lingkungan, tetapi juga meliputi manfaatnya terhadap :

Multiple Comparisons

Dependent Variable: TIMBLN_1

-,68* ,210 ,009 -1,23 -,13-,34 ,184 ,251 -,82 ,14-,65* ,185 ,004 -1,13 -,17,68* ,210 ,009 ,13 1,23,34 ,172 ,209 -,11 ,79,03 ,173 ,998 -,42 ,48,34 ,184 ,251 -,14 ,82

-,34 ,172 ,209 -,79 ,11-,31 ,140 ,130 -,67 ,06,65* ,185 ,004 ,17 1,13

-,03 ,173 ,998 -,48 ,42,31 ,140 ,130 -,06 ,67

-,68* ,210 ,010 -1,25 -,12-,34 ,184 ,392 -,84 ,15-,65* ,185 ,004 -1,15 -,15,68* ,210 ,010 ,12 1,25,34 ,172 ,314 -,13 ,80,03 ,173 1,000 -,44 ,49,34 ,184 ,392 -,15 ,84

-,34 ,172 ,314 -,80 ,13-,31 ,140 ,181 -,69 ,07,65* ,185 ,004 ,15 1,15

-,03 ,173 1,000 -,49 ,44,31 ,140 ,181 -,07 ,69

(J) PNGHSL_1500000-10000001000000-2000000>2000000<5000001000000-2000000>2000000<500000500000-1000000>2000000<500000500000-10000001000000-2000000500000-10000001000000-2000000>2000000<5000001000000-2000000>2000000<500000500000-1000000>2000000<500000500000-10000001000000-2000000

(I) PNGHSL_1<500000

500000-1000000

1000000-2000000

>2000000

<500000

500000-1000000

1000000-2000000

>2000000

Tukey HSD

Bonferroni

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Page 98: 20080605110430SKRIPSI 02513139

84

- Perlindungan kesehatan masyarakat.

- Perlindungan pencemaran lingkungan.

- Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

- Peningkatan nilai sosial budaya masyarakat.

Pengelolaan yang dikembangkan adalah pengelolaan sampah terpadu

berdasarkan atas konsep community based development, yang merupakan upaya

untuk meminimalkan sampah yang akan diangkut ke TPA sebanyak mungkin,

dengan melibatkan swadaya masyarakat dalam daur ulang sampah. Beberapa

keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem pengelolaan sampah terpadu ini,

diantaranya :

1. Biaya pengangkutan dapat ditekan karena dapat memangkas mata

rantai pengangkutan sampah.

2. Tidak memerlukan lahan besar untuk TPA;

3. Dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi

barang yang memiliki nilai ekonomis;

4. Dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan;

5. Bersifat lebih ekonomis dan ekologis;

6. Dapat menambah lapangan pekerjaan dengan berdirinya badan usaha

yang mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat ;

7. Dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan

kota.

Page 99: 20080605110430SKRIPSI 02513139

85

Gambar 5.17

Skema community based solid waste management

Nilai penting dari unjuk kerja sistem pengelolaan sampah ini tidak mudah

untuk disadari kemanfaatannya, kecuali apabila sistem pengelolaan sampah

perumahan sudah benar-benar lumpuh dan menimbulkan bencana kota.

Lingkungan yang dikelola sampahnya agar tercipta kondisi yang bersih

berkelanjutan adalah :

- Lingkungan pemukiman.

- Sarana umum (lapangan olahraga, poskamling, dan lain-lain).

- Prasarana (jalan, drainase, sungai, taman, instalasi perumahan lainnya).

- Sarana pengelolaan kebersihan (lokasi pemindahan sementara, tempah

pengolahan/daur-ulang (TPA)).

Sosialisasi

Pendampingan

Pembentukanlembaga

Percontohan

Penyiapan perlengkapan

Drum, genthong dll TPS Alat angkut

Gerakan masyarakat

Evaluasi

Page 100: 20080605110430SKRIPSI 02513139

86

Dalam pengembangan sistem pengelolaan kebersihan juga diterapkan

prinsip umum, diantaranya yaitu :

Ø Mengutamakan citra pusat pengelolaan sampah TPS/TPA juga bersih.

Ø Seluruh prasarana dan sarana kebersihan mengisolasi sampah dari

lingkungannya.

Ø Mengutamakan penambahan kapasitas sarana dan prasarana kebersihan.

Ø Mengutamakan perluasan daerah pelayanan dan secepatnya sampah

terangkut.

Ø Sampah terkendali tidak selalu harus diangkut, bisa dikurangi, bisa

digunakan ulang, bisa dikomposkan, bisa didaur-ulang.

Ø Pengomposan di sumber untuk pengkondisi lahan halaman rumah.

Ø Pemilahan di sumber merupakan kunci efisiensi.

5.12.1 TEKNIK OPERASIONAL

Peningkatan pelayanan dilakukan melalui peningkatan penyelenggaraan

penyapuan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembuangan akhir

(termasuk pemeliharaan sarana) sampah dari seluruh sumber sampah.

• Pewadahan tertutup untuk mengatasi problem cuaca dilakukan secara

terpisah antara sampah organik dan non organik.

• Upayakan pemilahan di sumbernya untuk sampah organik dan non

organik.

• Pengumpulan menggunakan gerobak dengan perkiraan rasio 1 gerobak

untuk 70 rumah atau 200-300 jiwa.

• Pengangkutan sampah dari TPS menggunakan mobil pick-up ke TPA

dengan catatan jarak TPA tidak lebih dari 20 Km dengan lokasi TPS

perumahan.

Berikut ini adalah teknik operasional pengelolaan sampah mulai dari

sumber sampai pemrosesan akhir yang akan direncanakan di Perumahan Dayu

Permai Yogyakarta adalah seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :

Page 101: 20080605110430SKRIPSI 02513139

87

Gambar 5.18

Pola Pengelolaan Sampah Mulai dari Sumber Sampai ke TPA di Perumahan

Dayu Permai Yogyakarta

Sumber Sampah

Timbulan Sampah

Pemilahan diSumber

SampahOrganik

SampahAnorganik

SampahNon 3R

Residu PewadahanPewadahan

Pengumpulan

Pengangkutan

TPA

Pengomposan

Pewadahan

Pengumpulan

TPS

Pengangkutan

TPA

Pengumpulan

TPS

DipakaiWarga

Page 102: 20080605110430SKRIPSI 02513139

88

5.12.2 PEMILAHAN

Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber sampah dihasilkan,

jadi pemilahan dilakukan di tiap-tiap rumah warga perumahan Dayu Permai.

Dimana pada skala rumah tangga, setiap individu harus melakukan pemisahan

dalam pengumpulan sampah, yaitu dibagi menjadi:

1. Sampah organik, seperti sisa-sisa makanan, sayuran, daun.

2. Sampah anorganik, seperti plastik, kertas, logam, kaca, kaleng,

alumunium, kain.

3. Sampah non 3R, seperti obat-obatan, baterai.

Sumber sampah yang paling besar di perumahan Dayu Permai adalah

sampah organik, dimana komposisi dari sampah organik sebesar 64,47 %,

sedangkan untuk sampah anorganik sebesar 34,35 % dan 1,17 % untuk sampah

non 3R.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil volume sampah organik sebesar 0,99

lt/org/hari, sedangkan untuk sampah anorganik 1,49 lt/org/hari dan untuk sampah

non 3R volume 0,1 lt/org/hari, sehingga didapatkan :

a. Organik

Volume organik = 0,99 lt/org/hari x 1120 jiwa

= 1105 lt/hari

= 1,105 m3/hr

o Sampah organik yang dapat dijadikan kompos yaitu bekas sayur –sayuran,

buah-buahan, daun-daunan dan sisa makanan.

o Sedangkan sampah organik yang dibuang ke TPA adalah 8% dari

keseluruhan volume sampah organik, yaitu :

= 8% ×1,105 m3/hr = 0,088 m3/hr

o Sampah organik yang tidak bisa dijadikan kompos adalah tulang, batang

pohon, batok kelapa dll.

b. Anorganik

Volume anorganik = 1,49 lt/org/hari x 1120 jiwa

Page 103: 20080605110430SKRIPSI 02513139

89

= 1667 lt/hari

= 1,667 m3/hr

o Residu yang akan dibuang ke TPA adalah 10% dari volume sampah an

organik adalah :

= 10% x 1,667 m3/hari

= 0,167 m3/hr

c. Non 3R

Volume non 3R = 0,1 lt/org/hr x jumlah penduduk

= 0,1 lt/org/hr x 1120 Jiwa

= 108 lt/hr

= 0,108 m3/hr

o Total residu yang dibuang ke TPA adalah :

= Volume residu sampah organik + Volume residu sampah anorganik+

volume sampah non 3 R

= 0,088 m3/hr + 0,167 m3/hr + 0,108 m3/hr

= 0,363 m3/hr

o Untuk pemanfaatan adalah =

= Pengomposan + Pemanfaatan Anorganik

= 1,016 m3/hr + 1,5 m3/hr

= 2,516 m3/hr

Berikut ini adalah neraca persentase sampah mulai dari sumber sampai ke TPA

seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :

Page 104: 20080605110430SKRIPSI 02513139

90

Gambar 5.19

Neraca Persentase sampah dari sumber sampai ke TPA di Perumahan Dayu

Permai

5.12.3 PEWADAHAN

§ Jenis pewadahan : komunal, individual.

§ Kriteria wadah sampah :

- Bertutup, mudah dikosongkan, mudah dibersihkan, dan tahan terhadap

perubahan cuaca.

Organik1,105 m3/hari

(38,37 %)

Anorganik1,667 m3/hari

(57,89 %)

Pengomposan1,016 m3/hari

(92 %)

Residu0,088 m3/hari

(8 %)

Residu0,167 m3/hari

(10 %)

Pemanfaatan1,500 m3/hari

(90 %)

TPA0,363 m3/hari

(12,6 %)

Pemanfaatan2,516 m3/hari

(87,4 %)

Non 3 R0,108 m3/hari

(3,74 %)

Sampah Domestik2,879 m3/hr

(100 %)

Page 105: 20080605110430SKRIPSI 02513139

91

- Bukan perhiasan perumahan, tidak mengganggu lalu lintas kendaraan dan

pejalan kaki.

- Diupayakan terpilah untuk organik dan non organik.

- Operasional : pengosongan 1 – 2 hari, harus bersih.

§ Pewadahan di rumah – rumah dilakukan dengan 3 jenis, yaitu :

1. Pewadahan sampah organik, anorganik, dan non 3R di dalam rumah.

Pewadahan timbulan sampah bertujuan untuk memisahkan sampah

yang bersifat organik, anorganik, dan non 3R agar memudahkan dalam

proses pengolahan selanjutnya, dengan ketentuan sebagai berikut.

Wadah yang digunakan untuk sampah didalam rumah ini atau sampah

rumah tangga dengan menggunakan keranjang plastik. Alasan kenapa

yang dipakai adalah keranjang plastik, karena sehat, mudah, praktis,

dan cepat dalam operasi, dan dapat dipakai lebih dari satu kali. Untuk

membedakan mana sampah yang bersifat organik, anorganik dan non

3R, maka keranjang plastik dibedakan warnanya.

- Keranjang plastik berwarna hijau untuk sampah yang bersifat

organik.

- Keranjang plastik yang berwarna merah untuk sampah yang

bersifat anorganik.

- Keranjang plastik yang berwarna ungu untuk sampah non 3R.

Gambar 5.20

Keranjang Plastik rumah

Page 106: 20080605110430SKRIPSI 02513139

92

Dari hasil pengukuran volume sampah perumahan Dayu Permai,

didapatkan volume untuk sampah organik 0,99 lt/orang/hari, untuk

sampah anorganik 1,49 lt/orang/hari, dan sampah non 3R 0,1

lt/orang/hari. Maka ukuran keranjang plastik yang digunakan untuk

pewadahan sampah adalah :

- Rata – rata 1 rumah memiliki 5 orang anggota keluarga.

- Banyaknya sampah organik adalah 0,99 lt/orang/hari x 5 orang

= 4,95 lt/hari.

- Banyaknya sampah anorganik adalah 1,49 lt/orang/hari x 5 orang

= 7,45 lt/hari.

- Banyaknya sampah non 3R adalah 0,1 lt/orang/hari x 5 orang

= 0,5 L/hari.

- Waktu pengambilan sampah dalam kantong plastik 2 hari sekali

maka :

Ukuran keranjang plastik untuk sampah organik atau keranjang yang

berwarna hijau adalah :

= 4,95 lt/hari x 2 hari = 9,9 liter

Ukuran keranjang plastik untuk sampah anorganik atau keranjang

berwarna merah adalah :

= 7,45 lt/hari x 2 hari = 14,9 liter

Ukuran keranjang plastik untuk sampah non 3R atau keranjang

berwarna ungu adalah :

= 0,5 lt/hari x 2 hari = 1 liter

Jadi keranjang plastik yang digunakan untuk ketiga sampah organik,

anorganik, dan non 3R adalah diambil ukuran yang terbesar yaitu

kapasitas 15 liter. Digunakannya keranjang plastik seragam

berkapasitas 15 liter adalah untuk mempermudah dalam

pengadaannya.

Page 107: 20080605110430SKRIPSI 02513139

93

2. Pewadahan sampah organik untuk proses pengomposan.

Pewadahan untuk pengomposan dilakukan dengan menggunakan drum

plastik dengan ukuran :

- Dari hasil pengukuran didapatkan volume sampah organik 0,99

lt/orang/hari.

- Waktu pematangan kompos 30 hari.

- Rata – rata 1 rumah memiliki 5 orang anggota keluarga.

- Ukuran drum plastik :

= volume sampah organik x waktu pematangan kompos x jumlah

keluarga

= 0,99 lt/org/hr x 30 x 5

= 147,93 liter

Gambar 5.21

Drum plastik untuk pengomposan

3. Pewadahan sampah anorganik dan non 3R diluar rumah sebelum

dilakukan pengumpulan.ke TPS.

Maksud dari pewadahan ini adalah memilahkan antara sampah plastik,

kertas, logam, dan sampah non 3R sebelum dibawa ke tempat

pengumpulan atau ke TPS, sehingga di TPA tidak melakukan

Page 108: 20080605110430SKRIPSI 02513139

94

pemilahan lagi. Wadah ini menggunakan bin fiberglass tertutup,

dengan alasan :

- Sehat.

- Dapat dipakai umum/pribadi.

- Tahan terhadap perubahan cuaca, masa pakai lama (awet).

Pewadahan dibagi menjadi 4 macam dengan diberi tanda atau kode :

1. Untuk sampah plastik.

2. Untuk sampah kertas.

3. Untuk sampah logam dan kaca.

4. Untuk sampah non 3R.

Gambar 5.22

Bin fibre glass

Penggunaan wadah ini diberlakukan untuk tiap 10 KK, dan

penempatan wadah ini di pinggir jalan, dengan tujuan agar

memudahkan dalam pengambilan untuk proses pengumpulan.

- Dari hasil pengukuran didapat volume sampah anorganik untuk

tiap KK, yaitu sebesar 7,45 lt/hari dan volume sampah non 3R

sebesar 0,1 lt/hari.

- Pengambilan dilakukan tiap 2 hari sekali.

- Jumlah rumah yang dilayani 10 rumah.

- Maka desain untuk wadah ini adalah :

Sampah anorganik = 7,45 lt/hari x 10 rumah x 2 hari

= 149 liter

Page 109: 20080605110430SKRIPSI 02513139

95

Karena sampah anorganik dibagi menjadi 3 macam, yaitu

sampah kertas; plastik; logam dan kaca, maka volume bin = 149

liter : 3 = 49.67 liter ≈ 50 liter, sehingga untuk sampah kertas,

plastik, logam dan kaca menggunakan bin fiberglass dengan

ukuran 50 liter untuk faktor keamanan.

Sampah non 3R = 0,1 lt/hari x 10 rumah x 2 hari

= 2 lt/hari

Untuk sampah non 3R tetap menggunakan bin fiberglass dengan

ukuran 50 L sama dengan bin anorganik untuk faktor keamanan

dan juga kemudahan dalam pengadaannya.

- Banyaknya bin fiberglass yang digunakan untuk satu perumahan,

yaitu :

Karena penempatan wadah ini setiap 10 kk atau 10 rumah, maka

=10

205rumah = 21 lokasi.

Banyaknya bin yang diperlukan = 21 lokasi x 4 unit

= 84 unit

5.12.4 PENGUMPULAN

Pengumpulan dilakukan dengan mengambil sampah yang telah

ditempatkan dalam wadah yang telah dipilah menjadi menjadi 4 bagian, yaitu

untuk sampah kertas, sampah plastik, sampah logam dan kaca, dan sampah non

3R, yang penempatannya diletakkan dipinggir jalan agar mudah dalam

pengambilannya untuk kemudian diangkut ke TPS.

Pengumpulan sampah dilakukan setiap 2 hari sekali. diangkut dengan

menggunakan gerobak dengan kapasitas 1 m3, dengan alasan :

1. Operasi lebih mudah, luwes, dan murah.

2. Jenis sampah berukuran besar dapat terangkut.

Page 110: 20080605110430SKRIPSI 02513139

96

3. Pemanfaatan volume cukup besar.

4. Mudah dan murah pemeliharaannya.

Untuk pelaksanaan pengumpulan adalah sebagai berikut :

- Bin yang akan diambil sampahnya berjumlah 84 : 4 (setiap lokasi bejumlah 4

unit) = 21 lokasi.

- Volume sampah anorganik (plastik, kertas, logam dan kaca) setiap 10 KK

adalah 149 liter dan 2 liter untuk sampah non 3R, jadi volume sampah total =

149 liter + 2 liter = 151 liter = 0,151 m3 untuk satu lokasi.

- Frekuensi pengambilan = 2 hari.

- Dengan faktor pemadatan 1,1, maka :

Volume tiap pengambilan =1,1

151,0 = 0,137 m3 untuk satu lokasi (10 rumah).

- Volume gerobak sampah 1 m3 = 1000 liter.

1 gerobak melayani = 1 m3 : 0,137 m3/lokasi pengambilan.

= 7 lokasi pengambilan.

- Jumlah gerobak sampah yang dibutuhkan

=lokasilokasi

721 = 3 gerobak.

Gambar 5.23

Gerobak Sampah

Page 111: 20080605110430SKRIPSI 02513139

97

5.12.5 TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA (TPS)

Tempat Penampungan Sampah Sementara berfungsi untuk mengumpulkan

sampah warga perumahan Dayu Permai, dimana sampah yang telah dikumpulkan

diangkut dengan gerobak ke TPS untuk dilakukan penyortiran lebih khusus lagi.

Untuk sampah yang masih bisa digunakan atau masih bisa dimanfaatkan kembali

dilakukan pengepakan untuk selanjutnya dijual pada pengepul sampah. Hasil dari

penjualan sampah tersebut digunakan untuk biaya operasional petugas dan sisanya

masuk ke kas warga untuk dana pengembangan dan pembangunan.

Berdasarkan dari hasil survey penelitian, pada perumahan ini sampah

anorganik yang dihasilkan terdapat hampir ± 30 % nya berupa potongan kain sisa.

Ini disebabkan karena pada perumahan terdapat 3 usaha Penjahit Busana yang

seharinya dapat mengahasilkan sampah atau sisa potongan kain yang cukup

banyak. Padahal dari hasil potongan kain sisa tersebut dapat digunakan kembali

sebagai kerajinan tangan ataupun menjadi barang yang bermanfaat lainnya. Untuk

itu, hal ini dapat dijadikan sebagai keuntungan lebih bagi pihak swasta pengelola

TPS apabila mereka ingin memanfaatkan kembali limbah sampah tersebut.

Sampah yang tidak bisa digunakan atau dimanfaatkan kembali akan

dibuang ke TPA yang bekerjasama dengan pihak swasta, dengan

mempertimbangkan :

1. Penetapan tarif retribusi berdasar kualitas pelayanan.

2. Keharmonisan dan kerjasama dengan mitra swasta untuk menjalankan kontrak

yang saling menguntungkan.

3. Penetapan tingkat kualitas layanan dan kualitas sarana dan prasarana.

5.12.6 PENGANGKUTAN

Pengangkutan sampah yang dilakukan mulai dari TPS ke TPA

menggunakan mobil bak terbuka. Alasan penggunaan mobil bak terbuka adalah

praktis dan cepat dalam pengoperasian, tidak memerlukan tenaga kerja yang

banyak, lebih bersih dan sehat, serta armada sudah terbiasa mengangkut sampah

warga perumahan Dayu Permai. Sampah yang terangkut ke TPA adalah sisa

Page 112: 20080605110430SKRIPSI 02513139

98

sampah yang tidak diolah yaitu sejumlah 0,363 m3/hari. Untuk pengambilan per 2

hari menggunakan gerobak, jumlah sampah = 0,363 m3/hari × 2 = 0,726 m3.

- Frekuensi pengangkutan sampah adalah 4 hari sekali.

- Volume sampah terangkut adalah :

= 0,726 m3 × 2

= 1,452 m3.

Gambar 5.24

Mobil Pick up pengangkut

5.12.7 PENGOLAHAN

Pada bagian ini, pengolahan sampah yang kita gunakan adalah metode

pemanfaatan kembali sampah organik untuk dijadikan kompos. Metode ini

digunakan berdasarkan dari jumlah sampah organik rumah tangga yang cukup

memadai untuk dilakukannya proses pengomposan. Berikut ini adalah langkah-

langkah pengolahannya :

1. Langkah 1 : Pemilahan Sampah

Sampah yang masuk ke lokasi pengomposan dipilah terlebih dahulu untuk

mendapatkan bahan organik pilihan sebagai bahan baku kompos. Untuk

mempermudah pekerjaan, akan lebih baik lagi bila sampah yang masuk sudah

dalam keadaan terpilah (pemilahan di sumber sampah). Satu hal yang harus

diperhatikan adalah, sampah yang akan diolah menjadi kompos harus sampah

segar dan pemilahan harus segera dilakukan. Bila hal ini tidak dilaksanakan

dengan baik, maka pembusukan liar akan terjadi dan akan timbul bau yang

dapat mengganggu lingkungan sekitarnya.

Page 113: 20080605110430SKRIPSI 02513139

99

2. Langkah 2 : Pemotongan Sampah Organik Pilihan

Untuk mempercepat proses pengomposan, sebaiknya ukuran sampah

diperkecil terlebih dahulu. Pemotongan sampah dapat menggunakan alat

pemotong/pencacah (shredder), dan dapat pula dicacah secara manual.

3. Langkah 3 : Penumpukan Sampah Organik Pilihan

Proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat dan baik bila perbandingan

antara kandungan karbon dan nitrogen dalam sampah atau rasio C/N adalah

30 : 1. Secara teoritis rasio C/N sampah rumah tangga adalah 15 : 1, maka

untuk mendapatkan rasio C/N ideal sampah tersebut harus dicampur dengan

material yang memiliki rasio C/N lebih tinggi, seperti serbuk gergaji. Langkah

ini dapat berlangsung selama dua hari, misalnya karena bahan/sampah tidak

mencukupi.

4. Langkah 4 : Inokulasi EM Melalui Penyiraman Larutan Effective

Microorganism 4 (EM4)

Larutan EM4 yang telah disiapkan disiramkan secara perlahan-lahan ke dalam

adonan secara merata sampai kandungan air mencapai ± 30%. Kemudian

tumpukan tersebut ditutup dengan tutup plastik. Penyemprotan dengan larutan

EM dilakukan setiap penumpukan sampah organik dilakukan.

5. Langkah 5 : Pemantauan pH dan Suhu

Pada tahap ini suhu tumpukan perlahan-lahan akan meningkat mencapai

500C. Suhu setinggi ini selama 1-2 hari diperlukan untuk mematikan gulma

dan mikroba patogen, serta membantu memperlunak bahan yang

dikomposkan. Suhu tinggi ini tidak boleh dipertahankan lama (lebih dari 2

hari), karena akan mematikan jasad renik yang diperlukan untuk proses

pengomposan. Pemantauan suhu dilakukan setiap hari, dan dipertahankan

antara 40 - 500C. Bila suhu mencapai lebih dari 500C, maka penutup harus

dibuka dan gundukan adonan dibolak balik, kemudian ditutup kembali.

Page 114: 20080605110430SKRIPSI 02513139

100

Perlakuan ini berlangsung selama ± 2 minggu, sampai suhu mendekati suhu

kamar dan stabil.

6. Langkah 6 : Pematangan Kompos

Untuk meyakinkan bahwa kompos telah matang dan dapat menjamin bahwa

kompos benar-benar aman ketika dipakai oleh pengguna kompos, maka perlu

dilakukan langkah pematangan kompos. Pematangan ini ditandai dengan

suhu rata-rata tumpukan semakin menurun dan stabil mendekati suhu kamar

(27 - 300C), bahan telah lapuk dan menyerupai tanah dengan warna coklat

kehitaman. Tahap pematangan memerlukan waktu 5 – 7 hari dan suhu

tumpukan tetap diukur.

5.13 IMPLEMENTASI MANAJEMEN SAMPAH

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di

masa yang akan datang akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman

yang sehat. Dari aspek persampahan maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi

yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih

dari lingkungan permukiman dimana manusia beraktivitas di dalamnya. Secara

umum, daerah perumahan yang mendapatkan pelayanan persampahan yang baik

akan dapat ditunjukkan memiliki kondisi sebagai berikut :

a. Seluruh masyarakat memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan

dari aktivitas sehari-hari.

b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah

yang dihasilkan dapat ditangani secara benar.

c. Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah

yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diarhea, thypus,

disentri, dan lain-lain; serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran

udara, air, atau tanah.

d. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi

dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh manfaat bagai

kesejahteraannya.

Page 115: 20080605110430SKRIPSI 02513139

101

Kondisi tersebut di atas akan dapat tercapai bila visi pengembangan sistem

pengelolaan persampahan dapat dicapai yaitu :

Permukiman sehat yang bersih dari sampah

Visi di atas merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai dimasa depan

secara mandiri melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara sinergis antar

pemangku kepentingan yang terkait secara langsung maupun tidak dalam

pengelolaan persampahan. Visi tersebut di atas selanjutnya dirumuskan dalam

beberapa misi sebagai terjemahan lebih lanjut arti visi yang telah ditetapkan; untuk

dapat mengidentifikasi arah kebijakan yang akan ditempuh.

Untuk dapat mewujudkan visi pengembangan sistem pengelolaan

persampahan maka dirumuskan beberapa misi yaitu sebagai berikut :

1. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan persampahan yang

berkelanjutan.

Data penelitian sampah menunjukkan kecenderungan semakin besarnya

timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Hal ini

menyebabkan beban pelayanan persampahan di perumahan menjadi semakin

berat dari waktu ke waktu. Di pihak lain kemampuan pendanaan tidak

menunjukkan peningkatan yang signifikan khususnya untuk bidang

persampahan. Agar pengelolaan persampahan dapat dilaksanakan secara

berkesinambungan maka sangat diperlukan adanya upaya untuk mengurangi

timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.

2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan

persampahan.

Pelayanan sistem pengelolaan persampahan haruslah mampu menjangkau

setiap anggota masyarakat yang ada di perumahan, baik masyarakat golongan

mampu maupun mereka yang kurang mampu. Jumlah anggota masyarakat

yang terjangkau oleh pelayanan juga harus meningkat dari waktu ke waktu

untuk dapat mencapai sasaran pelayanan yang diharapkan. Disamping itu

pelayanan juga harus disediakan/diberikan dengan kualitas yang baik sehingga

Page 116: 20080605110430SKRIPSI 02513139

102

mampu menjamin tidak ditimbulkannya berbagai masalah gangguan,

pencemaran, atau bahkan perusakan lingkungan; baik pada tahap

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, maupun pembuangan akhir.

3. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia usaha/swasta

Masyarakat merupakan penghasil sampah; karenanya masyarakat merupakan

aktor utama dalam pengelolaan sampah; yang perlu diberdayakan agar mampu

melakukan berbagai upaya penanganan yang bermanfaat bagi pengelolaan

secara umum. Dalam kondisi keterbatasan kapasitas pelayanan Pemerintah,

maka dunia usaha/swasta juga dapat dijadikan sebagai mitra untuk

mewujudkan pelayanan pengelolaan sampah yang baik.

4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem

pengelolaan persampahan yang berupa :

a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam pengelolaan

persampahan.

b. Penyelenggaraan pengelolaan persampahan yang transparan, partisipatif,

serta akuntabel dalam pengelolaannya.

c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan.

d. Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien, dan profesional.

e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan kewenangan

kelembagaan pengelola persampahan.

5. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan utk meningkatkan

sistem pengelolaaan persampahan

a. Penegakan hukum dan pemberlakuan sanksi bagi pelanggaran

penyelenggaraan pengelolaan persampahan sebagai upaya pembinaan bagi

masyarakat, aparat, dan stakeholder terkait.

b. Melengkapi/meningkatkan produk hukum yang diperlukan bagi landasan

penyelenggaraan pengelolaan persampahan baik di tingkat Pusat, Provinsi,

maupun Kota / Kabupaten.

Kegiatan sosialisasi dan implementasi sistem pengelolaan sampah terpadu

di perumahan Dayu Permai. Proses sosialisasi dan implementasi sistem melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

Page 117: 20080605110430SKRIPSI 02513139

103

1. Menyampaikan gagasan sistem pengelolaan sampah secara mandiri dan

produktif kepada tokoh masyarakat perumahan Dayu Permai antara lain

Kepala Dusun, Wakil Badan Perwakilan Desa (BPD), Ketua RW, Ketua-ketua

RT, Dasa Wisma, Takmir Masjid, Pengurus Pengajian dan Pemuda.

Momentum ini sangat diperlukan guna mengetahui tanggapan awal tokoh

masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap sistem pengelolaan

sampah yang ditawarkan.

2. Pembentukan Tim Pengelola Sampah perumahan. Tim ini sangat penting

peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah

yang akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim

sebaiknya dipilih mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan,

berdedikasi tinggi, bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan

masyarakat. Bersama tokoh-tokoh masyarakat yang ada, tim ini bertugas

melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus

kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah

swakelola. Tim Pengelola Sampah menjadi bagian dari struktur organisasi

kampung.

3. Sosialisasi, edukasi dan motivasi ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat

(anak-anak hingga orang tua) dengan metode demonstrasi, tanya jawab,

permainan, membuat mural dan perlombaan-perlombaan. Lomba-lomba yang

diadakan meliputi lomba memisahkan sampah antar anak, lomba kebersihan

lingkungan antar kelompok dasawisma, lomba membuat mural, lomba

membuat kompos dan lomba kreasi daur ulang. Pemuda diberi peran besar

dalam sosialisasi ini antara lain menjadi organizer sosialisasi kepada pemuda/i

dan anak-anak.

Page 118: 20080605110430SKRIPSI 02513139

104

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian, berat sampah organik perumahan Dayu Permai

adalah 0,14 Kg/orang/hari, volume sampah organik adalah 0,99 L/orang/hari,

berat sampah anorganik adalah 0,08 Kg/orang/hari, volume sampah anorganik

adalah 1,49 L/orang/hari, berat sampah non 3 R adalah 0,003 Kg/orang/hari,

volume sampah non 3 R adalah 0,1 L/orang/hari. Timbulan sampah yang

dihasilkan adalah 0,223 Kg/orang/hari.

2. Persentase timbulan sampah di perumahan Dayu Permai adalah 64,47 %

organik; 34,35 % anorganik; dan 1,17 % non 3 R.

3. Dilihat dari parameter karakteristik kompos standar SNI yang terdiri dari pH,

suhu, rasio C/N, N, P, K dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas kompos

yang dihasilkan pada penelitian ini cukup baik dengan kandungan pH sebesar

6,9, Nitrogen 0,905 %, Phospor 2,07 %, Kalium 2,3 %, dan rasio C/N 51,707.

Tingginya rasio C/N didapat karena komposisi mayoritas kompos yang terdiri

dari sisa-sisa sayuran segar dan kering. Dan untuk menurunkannya dapat

digunakan aktivator dekomposisi kompos.

4. Perencanaan pengelolaan sampah secara terpadu di perumahan Dayu Permai

adalah :

a. Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari masing – masing rumah

penduduk dengan memilahkan antara sampah organik, anorganik, dan

sampah non 3R.

b. Pewadahan dilakukan dengan 3 jenis :

• Pewadahan sampah organik, anorganik, dan non 3R di rumah-rumah,

dengan menggunakan keranjang sampah plastik. Untuk sampah

organik dengan volume 9,9 liter, sampah anorganik volume 14,9

Page 119: 20080605110430SKRIPSI 02513139

105

liter, dan sampah non 3R 1 liter. Jadi keranjang plastik yang

digunakan adalah diambil ukuran yang terbesar yaitu kapasitas 15

liter. Digunakannya keranjang plastik seragam berkapasitas 15 liter

adalah untuk mempermudah dalam pengadaannya.

• Pewadahan sampah organik untuk proses pengomposan dilakukan

dengan drum plastik.yang dapat menampung sampah organik yang

dihasilkan dari rata-rata 1 rumah dengan waktu pematangan kompos

selama 30 hari.

• Pewadahan sampah diluar rumah sebelum dibawa ke TPS dengan

menggunakan bin fibre glass yang dibagi menjadi 4 macam, yaitu

untuk sampah plastik, kertas, logam, dan non 3R dengan volume 50

liter.

c. Pengumpulan sampah dilakukan setiap 2 hari sekali dan diangkut dengan

menggunakan gerobak dengan kapasitas 1 m3. Diperlukan 3 gerobak

untuk beroperasi.

d. Tempat Pembuangan Sementara digunakan untuk melakukan

penyortiran lebih khusus lagi. Untuk sampah yang masih bisa digunakan

atau masih bisa dimanfaatkan kembali dilakukan pengepakan untuk

selanjutnya dijual pada pengepul sampah.

5. Desain reaktor dibuat dengan kapasitas 147,93 liter.

6. Pendekatan masyarakat dilakukan melalui kuisioner, dan hasilnya dilakukan

uji statitistik yang menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh

terhadap kesadaran warga untuk memilah sampah, dan tingkat penghasilan

berpengaruh dengan besarnya jumlah timbulan sampah.

Page 120: 20080605110430SKRIPSI 02513139

106

6.2 SARAN

1. Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

pengelolaan sampah, agar tercipta lingkungan yang bersih.

2. Perlu dilakukan sosialisasi secara intensif dalam pengelolaan sampah secara

terpadu.

3. Perlu mengadakan koordinasi secara terpadu dari instansi yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan sampah dengan semua instansi dan masyarakat.

4. Perlu adanya penelitian kualitas lindi yang dihasilkan dari proses

pengomposan.

5. Perlu dilakukan pengujian kandungan makro pada kompos seperti kandungan

logam berat yang kemungkinan terdapat dalam kompos.

Page 121: 20080605110430SKRIPSI 02513139

107

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan

komposisi sampah perkotaan (SNI 19-3964-1995). Badan Standar Nasional.

Jakarta.

Anonim, 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik (SNI 19–

7030–2004). Badan Standar Nasional. Jakarta

Anonim, 1995. Teknologi Persampahan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Anonim, 1994. Tata cara pengelolaan sampah di pemukiman (SNI 19-3242-

1994). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Anonim, 1991. Tata cara pengolahan teknik sampah perkotaan (SNI T-13-1990-

F). Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB. Bandung.

Anonim, 2007. Hara Mineral dan Transport Air Serta Hasil Fotosintesis Pada

Tumbuhan. Available from URL: www.google.co.id.

Anonim, 1986. Materi training untuk tingkat staf teknis proyek PLP sektor

persampahan. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta.

Anonim, 1991. Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, (SNI 19-2454-

1991). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Anonim, 1991. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Besar di

Indonesia (SNI S-04-1991-03). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Anonim, 1994. Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (SNI

03-3241-1994). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Anonim, 2001. Pupuk Kompos Untuk Meningkatkan Produksi Padi Sawah.

Departemen Pertanian.

CPIS (Center of Policy and Implementation Studies), 1992. Panduan Teknik

Pembuatan Kompos Dari Sampah.

Dalzell, H.W, 1987. Soil Management Compost Production and Use in Tropical

and Subtropical Environment. Rome.

Damanhuri. E. & Tri. P, 2004. Diktat Kuliah Teknik Lingkungan Pengelolaan

Sampah. Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

Darmasetiawan. M, 2004. Daur Ulang Sampah dan Pembuatan Kompos.

Ekamitra Engineering. Jakarta.

Page 122: 20080605110430SKRIPSI 02513139

108

Darmasetiawan. M, 2004. Perencanaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Ekamitra Enginering. Jakarta.

Djuarnani, 2004. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hadiwiyoto. S, 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu.

Jakarta.

Kardin, D, 2007. Humus Sebagai Teladan Sumber Bahan Organik. Available

from URL: www. jiwantoro.com

Murbandono, H.S, 2000. Membuat Kompos Edisi Revisi. Penebar. Surabaya.

Polprasert. C, 1989. Organik Waste Recycling. Inc. Indonesia.

Simamora. S, 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sudarso, 1985. Pembuangan Sampah. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga

Sanitasi Pusat, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.

Surabaya.

Supriyanto, 2001. Aplikasi Waste Water Sludge dari Industri Bahan Baku Obat

Antibiotik Golongan Penicillin Untuk Proses Pengomposan Serbuk Gergaji.

PT Novartis Biochemie. Bogor.

Tchobanoglous. G. Theisen. H & Vigil. S.A, 1993. Integrated Solid Waste

Management Engineering Principles and Management Issues. Mc Graw-

Hill. Singapore.

Yuwono. D, 2006. Kompos Cara Aerob dan Anaerob Menghasilkan Kompos

Berkualitas. Seri Agritekno. Jakarta.

Page 123: 20080605110430SKRIPSI 02513139

LAMPIRAN