2 Tinjauan Pustaka - · PDF fileSimbol Nama Unsur No. Atom Simbol Nama Unsur No. Atom Y...
Transcript of 2 Tinjauan Pustaka - · PDF fileSimbol Nama Unsur No. Atom Simbol Nama Unsur No. Atom Y...
4
2 Tinjauan Pustaka
2.1 Logam Tanah Jarang (LTJ)
LTJ merupakan 15 unsur yang terletak pada baris keenam dalam tabel periodik ditambah
beberapa unsur lain yang memiliki kemiripan sifat, yaitu yttrium, torium dan skandium. LTJ
biasanya disebut sebagai lantanida. LTJ ditemukan di dalam kerak bumi dengan kelimpahan
sebesar 18 ppm. Jumlah ini hampir setara dengan dengan jumlah tembaga atau seng di alam.
Akan tetapi, LTJ keberadaannya menyebar di dalam kerak bumi. Selain itu, LTJ tidak pernah
ditemukan sebagai unsur bebasnya di dalam kerak bumi. Secara umum, LTJ ditemukan
dalam bentuk senyawa kompleks fosfat dan karbonat seperti monasit, bastnasit, gadolinit,
fergusomit, samarskit, senotim, yttroserit, serit dan allanit (Soe, et al., 2008). Di bawah ini
adalah beberapa contoh mineral yang banyak mengadung LTJ (www.wikipedia.org).
a. Bastnasit (CeFCO3) merupakan sebuah fluoro-karbonat serium yang mengandung 60–
70% oksida LTJ seperti Lanthanum and Neodymium. Mineral bastnasit merupakan
sumber LTJ yang utama di dunia. Bastnasit dtemukan dalam batuan cabonatite,
dolomite breccia, pegmatite dan amphibole skarn.
b. Monasit ((Ce,La,Y,Th)PO4) merupakan senyawa phospat LTJ yang mengandung 50-
70% oksida LTJ. Monasit diambil dari mineral pasir berat yang merupakan hasil
samping dari senyawa logam berat lain. Monasit memiliki kandungan torium yang
cukup tinggi. Sehingga mineral tersebut memiliki sifat radioaktif.
c. Senotim (YPO4) merupakan senyawa yttrium phosphat yang mengandung 54-65%
LTJ termasuk erbium, serium dan torium. Senotim juga mineral yang di temukan
dalam mineral pasir berat seperti pegmatite dan batuan leleh (igneous rocks)
d. Zirkon, merupakan senyawa a zirkonium silikat yang di dalamnya ditemukan torium,
yttrium dan serium.
5
Unsur yang termasuk dalam LTJ ditunjukan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Nama-nama Unsur Logam Tanah Jarang.
Simbol Nama Unsur No. Atom Simbol Nama Unsur No. Atom
Y Yttrium 39 Gd Gadolinium 64
Sc Scandium 21 Tb Terbium 65
La Lanthanum 57 Dy Dysprosium 66
Ce Cerium 58 Ho Holmium 67
Pr Praseodymium 59 Er Erbium 68
Nd Neodymium 60 Tm Thulium 69
Pm Promethium 61 Yb Ytterbium 70
Sm Samarium 62 Lu Lutetium 71
Eu Europium 63 Th Torium 90
Ion logam lantanida, Ln3+ , merupakan asam Lewis keras, karena elektron pada orbital f ini
hampir tidak dipengaruhi ligan. Ada kecendrungan jari-jari atom dan ion lantanida menurun
dengan kenaikan nomor atom, dan fenomena ini disebut kontraksi lantanida. Kontraksi ini
disebabkan kecilnya efek perisai elektron 4f, yang menyebabkan inti atom menarik elektron
dengan kuat dengan meningkatnya nomor atom. Kompleks lantanida biasanya berkoordinasi
antara 6-12. Secara umum bilangan oksidasinya 3+, kecuali Eu(3+/2+) dan Ce (4+/3+)
(Rohiman, 2008).
Adanya kemiripan sifat fisika dan kimia dari LTJ menyebabkan proses pemisahan unsur-
unsur LTJ menjadi lebih sulit dan mahal. Namun demikian kebutuhan industri akan logam
tanah jarang semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dicari teknik pemisahan yang
sederhana, murah dan dapat dilakukan dalam skala industri.
2.2 Monasit
Monasit ((Ce,La,Y,Th)PO4) merupakan senyawa phospat logam tanah jarang yang
mengandung 50-70% oksida LTJ. Monasit diambil dari mineral pasir berat yang merupakan
hasil samping dari senyawa logam berat lain. Monasit memiliki kandungan torium yang
cukup tinggi. Sehingga mineral tersebut memiliki sifat radioaktif. Di alam monasit terbagi ke
dalam empat kelompok yang berbeda, yaitu (Heyes, 1998)
6
a. Monasit-Ce (Ce, La,Pr,Nd,Th,Y)PO4
b. Monasit-La (La, Ce, Nd, Pr)PO4
c. Monasit-Nd (Nd, La, Ce, Pr )PO4
d. Monasit-Pr (Pr, Nd, Ce, La)PO4
Tabel 2.2 Komposisi oksida LTJ (% berat) dalam sampel referensi monasit Bangka yang
dianalisis secara spektrometri pendarflour sinar-X (XRF)
Komponen
(bentuk oksida)
Monasit Komponen
(bentuk oksida)
Monasit
Y2O3 2,48 Lu2O3 <0,01
La2O3 12,42 ThO2 7,55
CeO2 26,85 Cl3O8 0,37
Pr6O11 2,48 SiO2 2,45
Nd2O3 11,71 TiO2 0,42
Sm2O3 0,05 Fe2O3 0,10
Eu3O3 0,28 CaO 0,93
Gd2O3 1,21 MgO <0,01
Tb2O3 0,06 P2O5 24,36
Dy2O3 0,63 Nb2O5 0,19
Ho2O3 0,01 Sc2O3 0,04
Er2O3 0,28 Ta2O5 0,03
Tm2O3 <0,01 WO3 0,03
Yb2O3 0,21 ZrO2 1,00
Hilang pijar (HP) 0,31
Total 99,77
Total oksida tanah jarang
60,67
7
2.3 Yttrium
Gambar 2.1 Unsur yttrium (Paul Alan freshney Education Periodic Table v3.7, 2004).
Yttrium ditemukan di semua mineral LTJ dan dalam bijih uranium tapi tidak pernah
ditemukan di alam sebagai unsur bebasnya. Yttrium secara komersial diperoleh dari pasir
monasit (3%, [(Ce, La, Y, Th)PO4]) dan dari bastnasit (0,2%, [(Ce, La, Y)(CO3)F]). Cara
lain yang digunakan untuk memproduksi yttrium secara komersial dilakukan dengan
mereduksi yttrium flourida dengan logam kalsium. Yttrium sangat sulit dipisahkan dari
unsur logam tanah jarang yang lainnya (Paul Alan freshney Education Periodic Table v3.7,
2004).
Sebagai logam transisi trivalen, yttrium dapat membentuk berbagai macam jenis senyawa
anorganik, secara umum yttrium mempunyai bilangan oksidasi +3. Salah satu contoh
senyawa yttrium adalah yttrium(III) oksida (Y2O3) yang dikenal juga sebagai yttria.
Sejarah yttrium dimulai pada tahun 1787, ketika Carl Axel Arrhenius menemukan mineral
baru dekat Yttereby di Swedia, kemudian menamai mineral tersebut dengan nama ytterebite.
Pada tahun 1789 Johan Gadolin menemukan oksida yttrium dalam sampel Arrhenius dan
Anders Gustaf Ekaberg menamainya oksida baru yttria. Unsur yttrium pertama kali diisolasi
pada tahun 1828 oleh Friedrich Wöhler (Paul Alan freshney Education Periodic Table v3.7,
2004).
Pada saat ini yttrium mempunyai aplikasi yang cukup luas dalam bidang industri. Yttrium
dapat dikombinasikan dengan europium untuk membuat fosfor merah untuk TV berwarna.
Yttrium oksida dan besi oksida dikombinasikan membentuk kristal garnet yang digunakan
untuk radar. Yttrium juga digunakan untuk meningkatkan kekuatan dari paduan logam
aluminium dan magnesium. Yttrium juga digunakan dalam laser, lensa kamera, dan batu bata
tahan api. Yttrium aluminium garnet (YAG) memiliki kekerasan 8,5 dan digunakan sebagai
pengganti dari intan (Kuroda, et al., 1993; Vasconcellos, et al., 2004).
Yttrium digunakan sebagai elemen “rahasia” dalam pengembangan superkonduktor di
universitas Houston, YBaCuO. Superkonduktor ini beroperasi pada temperatur di atas 90 K,
8
ini adalah prestasi yang menakjubkan karena dapat beroperasi di atas titik didih nitrogen cair
(Paul Alan freshney Education Periodic Table v3.7, 2004).
Tabel 2.3 Karakteristik unsur yttrium
2.4 Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan yang berdasarkan pada distribusi suatu
zat terlarut dari satu fasa ke fasa lain. Dalam ekstraksi pelarut, dua larutan yang tidak saling
campur ditempatkan pada tempat yang sama dan dilakukan pengadukan untuk meningkatkan
luas permukaan kontak antara kedua fasa. Setelah proses ekstraksi selesai kedua cairan
dibiarkan memisah. Larutan dengan kerapatan yang lebih besar akan berada pada bagian
bawah, sedangkan larutan yang mempunyai kerapatan yang lebih kecil akan berada pada
bagian atas. Zat terlarut sebelum dilakukan ekstraksi hanya terdapat dalam satu fasa. Setelah
dilakukan ekstraksi, zat terlarut akan terpartisi diantara dua fasa. Ekstraksi pelarut digunakan
untuk pemisahan ataupun pemekatan larutan (David, 2000). Dalam ekstraksi pelarut dikenal
fasa air dan fasa organik. Pada penelitian ini fasa organik berupa kloroform dan fasa air
berupa larutan HNO3 0,1M.
2.4.1 Koefisien Partisi (KD)
Koefisien partisi merupakan suatu tetapan yang menggambarkan distribusi suatu zat terlarut
diantara kedua fasa. Dalam hal ini hanya digunakan satu bentuk zat terlarut dalam
mendefinisiakan koefisien partisi (KD).
Apabila suatu fasa kedua ditambahkan ke dalam fasa pertama yang di dalamnya terdapat
suatu zat terlarut (S), maka S terpartisi diantara kedua fasa tersebut.
1 2fasa fasaS S⇌ (Pers. 2.1)
Karakteristik Keterangan
Lambang Y
Nomor atom 39
Ar 88.90585 g/mol
Konfigurasi elektron [Kr] 4d1 5s2
Jari-jari atom 180 pm
Valensi 3
9
Pada keadaan ini terdapat suatu tetapan kesetimbangan yang disebut koefisien partisi.
fasa 2D
fasa 1
[S ]K =
[S ] (Pers. 2.2)
Jika nilai KD cukup besar, maka zat terlarut sebagian besar berpindah dari dari fasa 1 ke fasa
2. Sebaliknya, jika nilai KD kecil, maka zat terlarut cendrung berada pada fasa 1. Apabila
kedua fasa mengandung dua jenis zat terlarut dan salah satu zat tersebut lebih cendrung larut
dalam fasa ke dua, maka dapat dilakukan pemisahan diantara kedua zat terlarut tersebut.
2.4.2 Angka Banding Distribusi
Angka banding distribusi (D) adalah perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam kedua
fasa. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut:
fasa 2 total
fasa 1 total
[S ]D =
[S ] (Pers. 2.3)
Nilai KD akan sama dengan nilan D apabila zat terlarut hanya terdapat dalam satu spesi
dalam masing-masing fasa.
Tingkat pemisahan suatu ion logam dengan menggunakan proses ekstraksi pelarut dapat
diketahui berdasarkan nilai faktor pemisahan (α) yang merupakan suatu perbandingan antara
angka banding distribusi logam yag satu dengan logam yang lain.
α = D1 / D2 (Pers. 2.4)
2.5 Spektrofotometer UV-Vis
Suatu senyawa dapat menyerap suatu energi yang berasal dari radiasi sinar. Besarnya energi
yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi, ∆E
= hc/λ. Radiasi sinar UV maupun sinar tampak akan menyebabkan terjadinya transisi
elektronik, yaitu promosi elektron dari orbital keadaan dasar berenergi rendah ke orbital
yang tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Transisi yang terjadi bisa berupa σ-σ*, n-σ*, π-
π* dan n-π*. Kebanyakan penggunaan UV-daerah tampak berdasarkan transisi π-π* atau n-
π*. Transisi π-π* atau n-π* terjadi pada senyawa organik yang mengandung gugus
khromofor di dalam molekulnya. Transisi ini terjadi pada rentang panjang gelombang 200-
700 nm (Day & Underwood, 1990). Sedangkan panjang gelombang ultraviolet dan daerah
tampak adalah 180-850 nm.
10
Radiasi elektronik di daerah UV-Vis jika dikenakan terhadap suatu molekul akan
menyebabkan transisi elektron ikatan. Pada proses ini sebagian energi radiasi
elektromagnetik akan diserap dan sebagiannya lagi akan diteruskan seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.2
Hubungna antara sinar datang dan intensitas yang diteruskan untuk yang monokromatis
dikemukakan oleh Lambert dan Beer (Pers. 2.5 )
A= - log I/Io = - ε.b.c atau A= a.b.c (Pers. 2.5)
Gambar 2.2 Pengurangan intensitas sinar karena absorpsi sinar oleh suatu molekul
(Rohiman, 2008).
Keterangan
a = tetapan absorptivitas
b = tebal kuvet
c = konsentasi sampel yang diukur
Persyaratan prosedur analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah: (Rohiman, 2008)
a. Pembentukan analit menjadi molekul yang dapat menyerap sinar tampak dengan kuat
misalnya denga cara mereaksikan suatu unsur dengan pereaksi organik.
b. Pemilihan panjang gelombang bila tidak ada zat-zat lain yang mengganggu yaitu
panjang gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum.
c. Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah larutan zat yang
dianalisis dengan berbagai konsentrasi yang diketahui. Absorban larutan diukur pada
panjang gelombang maksimumnya, kemudian dibuat kurva absorbansi terhadap
konsentrasi.
d. Pengukuran absorban analit. Pembentukan warna pada cuplikan harus dilakukan pada
kondisi yang sama seperti pembentukan warna pada kurva standar.
11
Pereaksi organik yang dapat menimbulkan warna dengan unsur yang dianalisis harus
memiliki syarat sebagai berikut: (Rohiman, 2008)
a. Reaksi dengan analit harus selektif dan sensitif untuk rentang konsentrasi analit
b. Tidak membentuk warna dengan zat lain yang ada dalam larutan selain zat yang akan
dianalisis.
c. Reaksinya dengan analit harus berlangsung cepat dan kuantitatif boleh ulang.
d. Warna yang dihasilkan harus stabil paling tidak untuk jangka waktu yang tidak terlalu
pendek.
e. Pengaruh pH terhadap kompleks warna harus diketahui.
Pada penelitian ini senyawa organik yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah alizarin
sulfonat.
Gambar 2.3 Struktur molekul alizarin sulfonat (Panahi, et al., 2008).
2.6 Senyawa Pirazolon dan Turunannya
Senyawa pirazolon dan senyawa turunannya merupakan senyawa yang memiliki sifat
sebagai basa Lewis keras. Senyawa- senyawa ini merupakan senyawa yang dikenal sebagai
senyawa heterosiklik β-diketon yang dapat membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam.
Karena sifatnya tersebut senyawa pirazolon dan turunannya dapat digunakan sebagai
ekstraktan ion LTJ yang memiliki sifat sebagai asam Lewis keras. Senyawa 4-asilbis-5-
pirazolon (Gambar 2.5) yang dibentuk oleh dua 4-asil-5-pirazolon (Gambar 2.4) yang
dihubungkan oleh rantai polimetilen yang panjang rantainya bervariasi –(CH2)n-. Senyawa 4-
asilbis-5-pirazolon memiliki beberapa keunikan, seperti nilai pKa yang lebih rendah dan
koefisien partisi yang lebih besar dibandingkan dengan 4-asil-5-pirazolon. Pada saat ini
senyawa turunan dari 4-asil-5-pirazolon yang mempunyai dua bagian donor β-diketon pada
kedua sisi rantai polimetilennya diharapkan mampu membentuk kompleks yang spesifik
tergantung kepada panjang rantai polimetilennya (Reddy, et al., 2000). Penelitian yang
12
berkenaan dengan hal ini telah banyak dilakuakan seperti untuk mengekstrak Cu(II), Ni(II),
Zn(II), Am(III), Cm(III), Cf(III), UO 22+, Th(IV), Np(IV) and Pu(IV) (Pavithran & Reddy,
2005). Dalam penelitian ini senyawa turunan pirazolon yang digunakan adalah 4-
adipoilbis(1-fenil-3-metil-5-pirazolon) (H2AdBP ) yang panjang rantai polimetilennya
dibentuk oleh 4 buah metilen dan 4-sebakoilbis(1-fenil-3-metil-5-pirazolon) (H2SbBP ) yang
panjang rantai polimetilennya dibentuk oleh 8 buah metilen.
Gambar 2.4 Struktur molekul 4-asil-5-pirazolon.
Gambar 2.5 Struktur molekul 4-asilbis-5-pirazolon (H2AdBP n=4 dan H2SbBP n=8).
2.7 Ekstraksi ion Logam dengan Senyawa Kelat
Dalam ekstraksi suatu logam dengan menggunakan senyawa kelat reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut:
Mn+ + nHL � M(L)n + nH+
Gambar 2.6 Skema ekstraksi pelarut ion logam oleh senyawa pengkelat (David, 2000).
13
Dengan melihat suatu ion logam sebagai zat terlarut dalam fasa air dan senyawa kelat
terlarut dalam pelarut organik. Maka perbandingan distribusi dapat dituliskan
untuk logamnya
Morg
Mair
CD
C=
(Pers. 2.6)
Jika ligan yang digunakan berlebih maka nilai D yang diperoleh adalah
3
[ ]
[ ]
n nDMLn f a org
n nDHL air
K K K HLD
K H O+= (Pers. 2.7)
Dengan mengumpulkan semua nilai K menjadi satu konstanta baru yaitu Keks
nDMLn f a
eks nDHL
K K KK
K=
(Pers. 2.8)
maka akan diperoleh hubungan angka banding distribusi sebagai berikut
3
[ ]
[ ]
neks org
nair
K HLD
H O+= (Pers. 2.9)
Kalau diambil logaritmanya maka persamaannya menjadi
log log log[ ]eks orgD K n HL npH= + + (Pers. 2.10)
Maka grafik log D terhadap pH seharusnya merupakan suatu garis lurus dengan kemiringan
n dan memotongan sumbu log D sebesar log log[ ]eks orgK n HL+ . Makin tinggi muatan ion
logam, makin curam kemiringan garis. Dengan mengubah-ubah konsentrasi pereaksi kelat
dapat digeser kurva sepanjang sumbu pH (David, 2000). Efisiensi dari ekstraksi ion logam
dapat ditingkatkan dengan melakukan pengaturan derajat keasaman, perbandingan fasa dan
konsentrasi dari ion logam atau ligan (Mishra, et al., 2000).