2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB...

12
2. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Secara umum, musim penghujan di Kepulauan Seribu mulai terjadi pada bulan November hingga April dengan 10-20 hari hujan per bulan. Bulan Januari merupakan bulan dengan curah hujan terbesar. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga Oktober dengan 4-10 hari hujan per bulan dan bulan Agustus merupakan bulan terkering. Musim pancaroba terjadi antara bulan April-Mei dan bulan Oktober-November (Dinas Hidro-Oseanografi 1986 in Pratama 2005). Pada Kepulauan Seribu berhembus dua jenis musim, yaitu musim angin barat dan musim angin timur. Pada bulan Desember hingga Maret angin barat berhembus dengan arah berkisar antara Barat Daya hingga Barat Laut. Kecepatan angin berhembus rata-rata 7-20 knot, dimana pada bulan Desember hingga Februari kecepatan angin dapat melebihi 20 knot. Pada musim timur, berhembus angin timur mulai bulan Juni hingga September dengan kecepatan 7-15 knot. Angin berhembus dengan arah berkisar antara Timur Laut dan Tenggara. Untuk musim pancaroba mulai terjadi antara bulan April sampai bulan Mei dan bulan Oktober sampai November (Dinas Hidro-Oseanografi 1986 in Pratama 2005). 3.2. Makrozoobentos Organisme bentos merupakan organisme yang melekat atau menetap pada dasar atau hidup di dasar endapan. Bentos meliputi organisme nabati (fitobentos) dan organisme hewani (zoobentos). Organisme bentos dapat dibagi berdasarkan cara makannya menjadi suspension feeder dan deposit feeder (Odum 1993). Bentos laut ditandai oleh jumlah sessile yang sangat banyak, atau organisme yang secara relatif tidak aktif yang memperagakan ciri zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas garis pasang naik, organisme pasti sanggup menahan kekeringan dan perubahan temperatur, karena hanya sebentar saja tertutup atau tersiram air. Sebaliknya pada kawasan bawah pasang surut (subtidal), oganisme selalu tertutup air (Odum 1993). Berdasarkan tempat hidupnya, bentos dapat dibagi menjadi dua, yaitu epifauna, jenis bentos yang hidup di permukaan dasar laut, baik yang hidup melekat,

Transcript of 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB...

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Secara umum, musim penghujan di Kepulauan Seribu mulai terjadi pada bulan

November hingga April dengan 10-20 hari hujan per bulan. Bulan Januari

merupakan bulan dengan curah hujan terbesar. Musim kemarau terjadi pada bulan

Mei hingga Oktober dengan 4-10 hari hujan per bulan dan bulan Agustus

merupakan bulan terkering. Musim pancaroba terjadi antara bulan April-Mei dan

bulan Oktober-November (Dinas Hidro-Oseanografi 1986 in Pratama 2005).

Pada Kepulauan Seribu berhembus dua jenis musim, yaitu musim angin barat

dan musim angin timur. Pada bulan Desember hingga Maret angin barat berhembus

dengan arah berkisar antara Barat Daya hingga Barat Laut. Kecepatan angin

berhembus rata-rata 7-20 knot, dimana pada bulan Desember hingga Februari

kecepatan angin dapat melebihi 20 knot. Pada musim timur, berhembus angin timur

mulai bulan Juni hingga September dengan kecepatan 7-15 knot. Angin berhembus

dengan arah berkisar antara Timur Laut dan Tenggara. Untuk musim pancaroba

mulai terjadi antara bulan April sampai bulan Mei dan bulan Oktober sampai

November (Dinas Hidro-Oseanografi 1986 in Pratama 2005).

3.2. Makrozoobentos

Organisme bentos merupakan organisme yang melekat atau menetap pada

dasar atau hidup di dasar endapan. Bentos meliputi organisme nabati (fitobentos)

dan organisme hewani (zoobentos). Organisme bentos dapat dibagi berdasarkan cara

makannya menjadi suspension feeder dan deposit feeder (Odum 1993).

Bentos laut ditandai oleh jumlah sessile yang sangat banyak, atau organisme

yang secara relatif tidak aktif yang memperagakan ciri zonasi di kawasan pantai.

Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas garis pasang naik, organisme pasti

sanggup menahan kekeringan dan perubahan temperatur, karena hanya sebentar saja

tertutup atau tersiram air. Sebaliknya pada kawasan bawah pasang surut (subtidal),

oganisme selalu tertutup air (Odum 1993).

Berdasarkan tempat hidupnya, bentos dapat dibagi menjadi dua, yaitu

epifauna, jenis bentos yang hidup di permukaan dasar laut, baik yang hidup melekat,

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

6

merangkak ataupun merayap di permukaan dasar laut. Jenis bentos lainnya adalah

infauna, yaitu bentos yang membenamkan diri dalam dasar laut atau menggali

lubang dalam dasar laut (Nybakken 1988).

Menurut McIntyre (1978) in McLusky dan McIntyre (1988),

mengklasifikasikan bentos berdasarkan ukuran saringan yang terangkum pada Tabel

1.

Tabel 1. Klasifikasi bentos berdasarkan ukuran saringan (sieve size) (McIntyre 1978 in McLusky dan McIntyre 1988).

Kategori Ukuran

Mikrobentos Melewati ukuran saringan terkecil

Meiobentos Melewati ukuran saringan 0,5 sampai 1,0 mm

Makrobentos Tersaring pada ukuran saringan 0,5 sampai 1,0 mm

Menurut Nybakken (1988) kelompok organisme dominan yang menyusun

makrofauna di dasar lunak sublitoral terbagi dalam empat kelompok taksonomi;

filum Annelida, filum Arthropoda, filum Ekinodermata, dan filum Moluska. Cacing

polychaeta (filum Annelida) banyak terdapat sebagai spesies pembentuk tabung dan

penggali. Krustasea yang dominan adalah ostrakoda, ampipoda, isopoda, dan

dekapoda (Hemminga dan Duarte 2000). Umumnya mereka menghuni permukaan

pasir dan lumpur. Moluska biasanya terdiri dari berbagai spesies bivalvia penggali

dengan beberapa gastropoda di permukaan. Ekinodermata biasanya sebagai bentos

subtidal, terutama terdiri dari bintang laut dan ekinoid (bulu babi dan dollar pasir).

Menurut Mac Arthur (1960) in Nybakken (1988) dikenal dua pola daur hidup

organisme yang agak berbeda pada habitat manapun juga. Tipe yang pertama

disebut Oportunistik, dimana spesies ini memiliki ciri masa hidup yang pendek,

perkembangan yang cepat untuk bereproduksi sehingga terdapat banyak periode

reproduksi per tahun, larva terdapat hampir atau sepanjang tahun di perairan, dan

angka kematiannya yang tinggi. Biasanya mereka merupakan hewan kecil dan sering

menetap atau sessile. Tipe yang kedua yaitu Ekuilibrium dengan ciri daur hidup

yang panjang, perkembangan mencapai dewasa yang relatif lama, terdapat satu atau

lebih periode reproduksi per tahun dan angka kematiannya rendah. Biasanya ukuran

spesies ini lebih besar dari spesies Oportunistik dan sering aktif bergerak.

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

7

Zoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik.

Hewan bentos terutama yang bersifat herbivor dan detritivor dapat menghancurkan

makrofita akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam

perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah

mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan (Nybakken

1988).

3.3. Komunitas Makrozoobentos

Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup pada suatu lingkungan

tertentu atau habitat fisik tertentu yang saling berinteraksi dan secara bersama-sama

membentuk trofik (Odum 1993). Struktur komunitas memiliki lima tipologi atau

karakteristik yang dapat diukur atau dipelajari yaitu keanekaragaman spesies,

dominansi, bentuk dan struktur pertumbuhan, kelimpahan relatif, serta struktur trofik

(Krebs 1989 in Odum 1993).

Organisme bentos memiliki beberapa peranan di dalam komunitas perairan

meliputi kemampuannya mendaur ulang bahan organik yang masuk dari luar,

membantu proses mineralisasi, dan kedudukannya penting dalam berbagai posisi

penting dalam rantai makanan (Lind 1979 in Fahliza 2007). Menurut APHA (1976),

respon komunitas makrozoobentos secara umum disebabkan oleh masukan bahan

organik, bahan kimia beracun dan perubahan substrat dasar. Hubungan antara

perubahan lingkungan dengan kestabilan suatu komunitas makrozoobentos dapat

dianalisa secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisa kuantitatif dilakukan dengan

melihat keanekaragaman jenis organisme yang hidup di lingkungan tersebut dan

hubungannya dengan kelimpahan tiap jenisnya. Analisa kualitatif adalah dengan

melihat jenis-jenis organisme yang mampu beradaptasi pada lingkungan tertentu.

3.4. Lamun

Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang tumbuh

mencolok dan sering merupakan komponen utama yang dominan di lingkungan

pesisir (Kuo dan McComb 1989 in Tomascik et al. 1997).

Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya hidup di

lingkungan laut, yaitu (1) mampu hidup di media air asin, (2) mampu berfungsi

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

8

normal dalam keadaan terbenam, (3) mempunyai sistem perakaran jangkar yang

berkembang baik, (4) mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam

keadaan terbenam (Den Hartog 1970 in Irawan 2003). Selain itu, lamun juga

memiliki sistem internal untuk transportasi gas dan nutrien (Fortes 1990).

Lamun di Indonesia terdiri dari 7 marga (genera) lamun. Tiga diantaranya

(Enhalus, Thalassia, dan Halophila) termasuk suku Hydrocaritaceae, sedangkan

empat marga lainnya (Halodule, Cymodoceae, Syringodium, dan Thalassodendron)

termasuk suku Pomatogetonaceae (Nontji 1987). Zonasi sebaran dan karakteristik

lamun di perairan pesisir Indonesia dapat dikelompokkan menurut (1) genangan air

dan kedalaman; (2) kualitas air; (3) komposisi jenis; (4) tipe substrat; (5) asosiasi

dengan sistem lain (seperti terumbu karang, mangrove, dan estuaria) (Dahuri 2003).

Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia tenggara, hanya 13 jenis

lamun yang umum dijumpai di perairan Indonesia, yaitu Cymodocea serrulata, C.

rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, H. pinifolia, Halophila minor, H.

ovalis, H. decipiens, H. spinulosa, H. beccari, Thalassia hemprichii, Syringodium

isoetifolium, dan Thalassodendron ciliatum (Den Hartog 1970 in Irawan 2003;

Kiswara 2009). Penyebaran lamun di Indonesia mencakup perairan Jawa, Sumatera,

Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua.

Komunitas lamun yang dijumpai di alam sering berasosiasi dengan flora dan

fauna akuatik lainnya, seperti algae, meiofauna, moluska, ekinodermata, krustasea,

dan berbagai jenis ikan. Asosiasi tersebut membentuk suatu ekosistem yang

kompleks yaitu ekosistem lamun.

Ekosistem lamun berfungsi sebagai penyuplai energi baik pada zona bentik

maupun pada zona pelagis dalam bentuk rantai makanan. Detritus daun lamun yang

tua didekomposisi oleh sekumpulan jasad bentik (seperti teripang, kerang, kepiting,

dan bakteri), sehingga dihasilkan bahan organik baik yang tersuspensi maupun yang

terlarut dalam bentuk nutrien. Nutrien tersebut tidak hanya bermanfaat bagi

tumbuhan lamun, tetapi juga bermanfaat untuk pertumbuhan fitoplankton dan

selanjutnya zooplankton, dan juvenile ikan/udang, dapat dilihat pada Gambar 2.

Dalam suatu komunitas lamun, 1 are (1.000 m2) lamun dapat menghasilkan

lebih dari 10 ton daunnya per tahun. Biomassa ini dapat menyediakan makanan,

tempat hidup, dan daerah pemijahan untuk puluhan ribu vertebrata maupun

invertebrate, baik juvenile maupun dewasa (Mukhida 2007 in Kiswara 2009).

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

9

Gambar 2. Rantai makanan di ekosistem lamun (Fortes 1990)

Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi

wilayah pesisir dan laut, yaitu:

1. Lamun berperan sebagai produsen primer.

Lamun memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasuki

rantai makanan, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun

melalui dekomposisi sebagai serasah. Lamun juga memberikan sumbangan

terhadap produktivitas terumbu karang. Serasah yang diproduksi oleh lamun

dapat membantu meningkatkan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di

perairan terumbu karang sehingga energi yang diambil lamun akan dialihkan ke

ekosistem terumbu karang (Azkab 2006).

2. Lamun sebagai penangkap sedimen.

Lamun dapat mengikat sedimen dan menstabilkan substrat lunak dengan sistem

perakaran yang padat dan saling menyilang. Daun lamun yang lebat akan

memperlambat aliran air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga

perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rizhome dan akar lamun

dapat menahan serta mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan

menstabilkan dasar perairan (Bengen 2001).

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

10

3. Lamun sebagai habitat biota.

Lamun berperan sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan

memijah bagi beberapa jenis biota laut. Beberapa organisme hanya

menghabiskan sebagian dari siklus hidupnya di padang lamun dan beberapa dari

mereka adalah ikan dan udang yang mempunyai nilai ekonomis penting. Lamun

dapat dimakan langsung oleh organisme avertebrata seperti bulu babi serta

berbagai jenis ikan dari famili Scaridae dan Acanthuridae. Selain itu lamun

juga dapat dimakan oleh penyu dan duyung (Azkab 2006).

4. Lamun berperan sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang

lamun dari sengatan matahari (Azkab 2000).

5. Lamun memegang peranan yang berarti dalam daur berbagai zat hara dan

elemen-elemen langka di lingkungan bahari (Azkab 2000).

6. Lamun sebagai makanan dan kebutuhan lain.

Selain peranan-peranan lamun yang telah dibahas di atas juga masih ada

beberapa hal yang tidak kalah penting khususnya lamun sebagai makanan, baik

makanan hewan maupun manusia, serta kegunaan lain seperti sebagai bahan

baku dalam pembuatan kertas (Azkab 2000).

7. Lamun dapat menjadi objek wisata bahari dan wisata pendidikan.

3.5. Parameter Fisika dan Kimia Air

Kondisi perairan dapat diketahui, salah satunya melalui pengukuran parameter

fisika dan kimia air, antara lain djelaskan sebagai berikut:

3.5.1. Suhu

Cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan akan mengalami penyerapan

dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung

secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu

yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil daripada lapisan bawah

(Effendi 2003).

Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme dalam suatu perairan. Pada

umumnya peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan mempercepat

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

11

perkembangbiakan organisme perairan. Perubahan suhu dapat menjadi isyarat bagi

organisme untuk memulai atau mengakhiri berbagai aktifitas, misalnya reproduksi

(Nybakken 1988).

Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,

evaporasi, dan volatilisasi. Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan

peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya

mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar

100 C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme

akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan

penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen seringkali tidak

memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses

metabolisme dan respirasi (Effendi 2003).

3.5.2. Arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkan oleh

tiupan angin, perbedaan densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh gerakan

periodik jangka panjang. Arus yang disebabkan oleh gerakan periodik jangka

panjang ini antara lain arus yang disebabkan oleh pasang surut (pasut) (Nontji

1987).

Arus merupakan faktor fisika perairan yang paling mempengaruhi zona

intertidal. Keberadaan arus memperluas zona intertidal, mempengaruhi sebaran dan

jenis organisme yang dapat ditemukan (Webber dan Thurman 1991).Kecepatan arus

perairan berpengaruh pada produktivitas padang lamun. Turtle grass dapat

menghasilkan hasil tetap (standing crop) maksimal pada kecepatan arus 0,5 m/det

(Dahuri et al.1996).

2.5.3. Kecerahan

Kecerahan perairan menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus

lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat penting

karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Semakin tinggi nilai kecerahan,

maka semakin tinggi pula tingkat penetrasi cahaya ke kolom perairan. Penetrasi

cahaya matahari atau kecerahan sangat penting sekali bagi tumbuhan lamun. Hal ini

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

12

terlihat dari sebaran lamun yang terbatas pada daerah yang masih menerima cahaya

matahari (Supriharyono 2009).

2.5.4. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd 1988 in

Effendi 2003). Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua

karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh

klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi 2003).

Menurut Nybakken (1988), salinitas mempunyai peranan yang penting dalam

kehidupan organisme, misalnya dalam ditribusi biota akuatik. Salinitas merupakan

salah satu besaran yang berperan dalam lingkungan ekologi laut.

2.5.5. Derajat Keasaman (pH)

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai

nilai ph sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,

misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Effendi 2003).

Sedangkan menurut Nybakken (1988) lingkungan perairan laut memiliki pH

yang bersifat relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar

antara 7,5-8,4.

2.5.6. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, dan

turbulensi air. Kadar oksigen terlarut berkurang dengan semakin meningkatnya

suhu, ketinggian (altitude) dan berkurangnya tekanan atmosfer (Effendi 2003).

Kelarutan oksigen penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan

komunitas dan kehidupan organisme perairan. Selain itu kandungan oksigen terlarut

mempengaruhi keanekaragaman organisme suatu ekosistem perairan. Menurut

Effendi (2003) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya

memiliki kadar oksigen tidak kurang dari 5 mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari

4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan bagi semua organisme

akuatik.

Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

13

atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton

(Novonty dan Olem 1994 in Effendi 2003).

2.5.7. Nutrien (Nitrat dan Ortofosfat)

Nutrien atau senyawa inorganik esensial terlarut berperan dalam fungsi

metabolik biota laut, terutama untuk kehidupan dan pertumbuhan produktivitas

primer (Sanusi 2006). Beberapa nutrien yang penting dalam perairan laut adalah

nitrogen dan fosfor.

Nitrogen dalam perairan laut berasal dari beberapa sumber, antara lain : hasil

difusi dari atmosfir melalui permukaan perairan, hasil fiksasi, hasil degradasi bahan

organik, dan buangan limbah organik dari aktivitas manusia. Distribusi nitrogen

dalam laut dipengaruh oleh : proses fotosintesis, gerakan massa air (adveksi-difusi),

dan gerakan gravitasi residu organisme air (Sanusi 2006).

Nitrat dan amonium adalah sumber utama nitrogen di perairan. Namun,

amonium lebih disukai oleh tumbuhan. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar

biasanya lebih tinggi daripada kadar amonium. Kadar nitrat-nitrogen pada perairan

alami hampir tidak pernah lebih dari 0.1 mg/liter (Effendi 2003).

Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,

melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat)

dan senyawa organik yang berupa partikulat. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor

yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan

polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu,

sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor (Effendi 2003).

Sumber utama fosfat terutama berasal dari daratan, yaitu melalui pelapukan

batuan (aloton) yang masuk ke laut terutama melalui transportasi sungai. Selain itu,

buangan limbah organik seperti deterjen yang masuk ke laut atau perairan estuari

akan memberikan sumbangan fosfat dalam bentuk polifosfat (Sanusi 2006).

Dalam perairan laut yang normal, rasio N/P adalah sebesar 15:1. Rasio N/P

yang meningkat (~ 17:1) potensial menimbulkan blooming atau eutrofikasi perairan,

dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali (Sanusi 2006).

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

14

2.6. Sedimen

Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil

pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa-sisa

rangka dari organisme laut. Sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi oleh jenis

partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus, sedangkan hampir

semua pantai ditutupi oleh partikel yang berukuran besar yang terdiri dari sedimen

kasar (Hutabarat dan Evans 1984). Jenis-jenis partikel tersebut sangat menentukan

jenis hewan bentos yang mendiami sedimen tersebut sebagai habitatnya, seperti

untuk jenis sedimen pebbles (kerikil) dan granules (butiran) setidaknya akan ditemui

hewan-hewan gastropoda. Sedangkan untuk jenis sedimen sand (pasir) akan ditemui

hewan kerang-kerangan (bivalvia) dan untuk jenis sedimen silt (lumpur) biasanya

dapat ditemukan cacing. Hal tersebut masih sebagai kemungkinan, sedang

kenyataannya masih dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya tingkat kesuburan, ada

tidaknya pencemaran sekunder yang dialami oleh sedimen, kecepatan arus dan

sebagainya (Wibisono 2005).

Bentos yang dominan hidup di substrat berlumpur tergolong dalam suspension

feeders (penyaring suspensi sebagai sumber makanan). Diantara yang umum

ditemukan adalah kelompok polychaeta, bivalvia, krustasea, ekinodermata, dan

bakteri. Disamping itu juga ditemukan gastropoda dengan indeks keanekaragaman

yang rendah serta lamun yang berperan meningkatkan kehadiran bentos (Nybakken

1988).

Adapun substrat berpasir umumnya miskin akan organisme, tidak dihuni oleh

kehidupan makroskopik, selain itu kebanyakan bentos pada pantai berpasir

mengubur diri dalam substrat. Produksi primer pantai berpasir rendah, meskipun

kadang-kadang dijumpai populasi diatom yang hidup di pasir intertidal. Pantai

berpasir tidak menyediakan substrat yang tetap untuk melekat bagi organisme,

karena aksi gelombang secara terus-menerus menggerakkan partikel substrat

(Nybakken 1988).

Pada jenis sedimen berpasir, kandungan oksigen relatif lebih besar

dibandingkan pada sedimen yang halus karena pada sedimen berpasir terdapat pori

udara yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang lebih intensif dengan air di

atasnya, tetapi pada sedimen ini tidak banyak nutrien, sedangkan pada substrat yang

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

15

lebih halus walaupun oksigen terbatas namun nutrien tersedia dalam jumlah yang

berlimpah (Wood 1987).

Bahan organik berasal dari hewan atau tumbuhan yang membusuk lalu

tenggelam ke dasar perairan dan bercampur dengan lumpur. Bahan organik yang

mengendap di dasar perairan merupakan sumber bahan makanan bagi organisme

makrozoobentos. Jumlah dan laju penambahan bahan organik dalam sedimen

mempunyai pengaruh yang besar terhadap populasi organisme dasar. Sedimen yang

kaya akan bahan organik sering didukung oleh melimpahnya organisme bentik

tersebut (Wood 1987). Dengan demikian, rendahnya kandungan bahan organik (C-

organik) dalam sedimen juga akan mempengaruhi komposisi dan kepadatan

makrozoobentos.

Wood (1987) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara kandungan

bahan organik dengan ukuran partikel sedimen. Pada sedimen halus, persentase

bahan organik lebih tinggi daripada sedimen yang kasar. Hal ini berkaitan dengan

kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen lumpur

yang diikuti oleh akumulasi bahan-bahan organik dasar perairan.

Berdasarkan ukuran dan besar butir, maka sedimen dapat diklasifikasikan

seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 2.

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62710/4/BAB II... · ... zonasi di kawasan pantai. Dalam keadaaan ekstrim pada atau di atas

16

Tabel 2 . Ukuran besar butir untuk sedimen menurut skala Wentworth (Wentworth 1922 in Mckenzie dan Yoshida 2009)

Nama Partikel Ukuran (mm)

Batu (Stone)

Bongkah (boulder) > 256 Krakal (coble) 64 – 256 Kerikil (peble) 4 – 64 Butiran (granule) 2- 4

Pasir (Sand)

Pasir sangat kasar (v. coarse sand) 1 – 2

Pasir kasar (coarse sand) ½ - 1 Pasir sedang (medium sand) ¼ - ½ Pasir halus (fine sand) 1/8 - ¼ Pasir sangat halus (v. fine sand) 1/16 - 1/8

Lumpur (Silt)

Lumpur kasar (coarse silt) 1/32 - 1/16 Lumpur sedang (medium silt) 1/64 - 1/32 Lumpur halus (fine silt) 1/128 - 1/64 Lumpur sangat halus (v. fine silt)

1/256 - 1/128

Lempung (Clay)

Lempung kasar (coarse clay) 1/640 - 1/256 Lempung sedang (medium clay) 1/1024 - 1/640 Lempung halus (fine clay) 1/2360 - 1/1024 Lempung sangat halus (v. fine clay)

1/4096 - 1/2360