Makalah Cokelat (Theobroma cacao) sebagai Bahan Penyegar - Universitas Jenderal Soedirman -
2. Pertumbuhan Dan Evaluasi Kandungan Nitrogen Melalui Indikasi Warna Daun Pada Tanaman Kakao...
-
Upload
moh-yusup-ridho-putro -
Category
Documents
-
view
82 -
download
0
description
Transcript of 2. Pertumbuhan Dan Evaluasi Kandungan Nitrogen Melalui Indikasi Warna Daun Pada Tanaman Kakao...
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
65
PERTUMBUHAN DAN EVALUASI KANDUNGAN NITROGEN MELALUI
INDIKASI WARNA DAUN PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
BELUM MENGHASILKAN
GROWTH AND EVALUATION OF NITROGEN CONTENT THROUGH THE
LEAF COLOUR INDICATION AT COCOA (Theobroma cacao L.)
NOT YET YIELDED
Nasaruddin1 dan Ismaya N.R. Parawansa
2
1Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
2Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan kandungan nitrogen daun
tanaman kakao belum menghasilkan (umur 6 bulan) melalui indikasi warna daun pada
berbagai dosis pemupukan nitrogen. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan menjadi
bahan informasi untuk pelaksanaan pemupukan khususnya pupuk nitrogen tanaman kakao
umur 1 tahun bagi petani. Penelitian disusun berdasarkan pola rancangan Acak Kelompok.
Perlakuan dosis pemupukan nitrogen terdiri dari 7 taraf yaitu tanpa pemupukan sebagai
kontrol, 0.9 g, 1,8 g, 2,7 g, 3,6 g, 4,5 g dan 5,4 g. pohon-1
. Setiap perlakuan terdiri dari
empat tanaman dan diulang sebanyak 3 kali. Komponen yang diamati adalah tinggi
tanaman, jumlah daun, luas daun, indeks luas daun, luas daun spesifik dan warna daun
serta kandungan hara nitrogen daun tua di bawah flush. Hasil penelitian diperoleh bahwa
pemupukan 5,4 g N pohon-1
memberikan pengaruh terbaik pada semua parameter
pengamatan dan kadar N daun 2,66 %. Pemupukan 3,6 g sampai 5,4 g N menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan kadar nitrogen daun normal antara 2,08–
2,66%. Pemupukan 0,9–2,7 g N pohon-1
, kandungan N daun rendah dan pertumbuhan
tanaman terhambat dengan kandungan N daun antara 1,71% sampai 1,96%. Tanaman yang
tidak dipupuk mengalami defisiensi nitrogen dengan kandungan N daun 1,41%. Analisis
warna daun tanaman kakao dengan Photoshop dari pengambilan gambar dengan kamera
digital 7,0 MP diperoleh nilai kehijauan (green) daun tua di bawah flush sebagai berikut:
Nilai green <120,00 tanaman mengalami defisiensi nitroge. Nilai green >120,00– 140,00,
kadar N tanaman rendah, pertumbuhan terhambat dan Nilai green >140,00 kadar N
tanaman tinggi dan pertumbuhan tanaman normal.
Kata kunci: Tanaman kakao, nitrogen, warna daun
ABSTRACT
This research aims to study the uptake efficiency of nitrogen fertilizer on cocoa crops six
month age through the leaf color indication. The usefulness of this research is expected to
get into the material information to farmers in the cocoa plantation and as a basis for
further research. Research using randomized block design with treatment dose of nitrogen
fertilizer that consists of 7 levels: control 0.9 g, 1.8 g, 2.7 g, 3.6 g, 4.5 g and 5.4 g. each
treatment was repeated 3 times so that there were 21 trials. The components measured
were plant height, leaf number, leaf area, leaf area index, specific leaf area and leaf color.
Result of research was obtained that fertilization 5,4 g N pohon-1
give the best influence at
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
66
all of parameter and N leaf content 2,66%. Fertilization 3,6 g until 5,4 g N have the better
growth with the normal leaf nitrogen content between 2,08–2,66%. Fertilization 0,9–2,7 g
N plant-1
, the low content N of leaf and crop growth was restricted with N leaf content
between 1,71% until 1,96%. Crop which not fertilized have nitrogen deficiencies with N
Leaf content 1,41%. analysis of Colour leaf of cocoa by Photoshop from photograph using
digital camera 7,0 MP obtained green value of old leaf under flush: value of green <120,00
crops have deficiencies of nitrogen. value of green >120,00-140,00 low content of N,
growth of crop was restricted and value of green >140,00 high content of N and crop
growth with normal.
Keywords: Cocoa plants, nitrogen, colour of leaf
PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditi
unggulan Indonesia yang telah memberi-
kan sumbangan devisa bagi negara karena
telah lama menjadi komoditi ekspor. Ke-
beradaan Indonesia sebagai produsen ka-
kao di dunia, cukup diperhitungkan dan
berpeluang untuk menguasai pasar global.
Seiring terus meningkatnya permintaan
pasar terhadap kakao maka perlu dilaku-
kan upaya-upaya peningkatan ekspor me-
lalui peningkatan produksi nasional dan
mutu produksi. Pada masa yang akan da-
tang, komoditas kakao Indonesia diha-
rapkan memperoleh posisi yang sejajar
dengan komoditas perkebunan lainnya.
Sumbangan nyata biji kakao terhadap per-
ekonomian Indonesia dalam bentuk de-
visa dari ekspor biji kakao dan hasil
industri kakao relatif besar. Tanaman ka-
kao saat ini di Indonesia mempunyai arti
penting dalam aspek kehidupan sosial
ekonomi. Selain sebagai sumber devisa
Negara, tanaman kakao juga merupakan
penyedia lapangan kerja dan sumber
penghasilan bagi para petani kakao, ter-
utama di derah-daerah sentra produksi.
Indonesia merupakan daerah yang mem-
punyai potensi yang baik untuk pengem-
bangan kakao, tetapi hingga saat ini pro-
duksi kakao Indonesia hanya merupakan
sebagian kecil dari produksi kakao dunia
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008).
Sulawesi Selatan sebagai sentra pengem-
bangan kakao terbesar di Indonesia terus
mengalami perkembangan areal, tetapi
produksi dalam 4 tahun terkhir terus me-
ngalami penurunan. Pada tahun 2004, luas
areal pertanaman hanya 215.252,64 ha
dengan produksi 184,470 ton, tahun 2007
luas areal telah mencapai 250,706,64 ha,
tetapi produksinya mengalami penurunan
ke angka 117,119 ton. Areal pertanaman
mengalami pertumbuhan dari tahun 2006
ke tahun 2007 sebesar 11,55%, sedangkan
petumbuhan produksi dan produktivitas
mengalami penurunan pada tahun yang
sama sebesar masing-masing -25,84% dan
-24,19% (Statistik Perkebunan Sulawesi
Selatan, 2008). Pada tahun 2009 areal
pertanaman kakao Sulawesi Selatan telah
mencapai sekitar 263.153,05 ha dengan
produksi total sekitar 163.001,47 ton
(Statistik pertanian Sulawesi Selatan,
2010).
Salah satu aspek budidaya yang sangat
penting dalam pengelolaan tanaman kakao
adalah penyediaan nutrisi mineral melalui
pemupukan. Perkembangan umur tanaman
sejalan dengan perputaran waktu yang
melampaui umur produktivitas maksimum
tanaman. perkembangan hama PBK yang
sampai saat ini belum mampu diatasi,
penyebaran penyakit busuk buah dan VSD
yang terus menggerogoti produktivitas
dan mutu produksi serta kematian tanam-
an, kelangkaan pupuk dan peningkatan
harga pupuk dalam 10 tahun terakhir
mengakibatkan aplikasi pupuk pada per-
tanaman kakao semakin menurun. Kondisi
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
67
yang demikian mengakibatkan penurunan
produksi, produktivitas dan mutu produksi
semakin rendah. Usahatani Tanaman ta-
hunan sperti kakao, kurangnya input pu-
puk, pencucian dan erosi pada daerah tro-
pis telah memberikan kontribusi penu-
runan kesuburan tanah secara nyata.
Ribeiro at. al. (2008) menyatakan bahwa
pada kondisi lapangan, defisiensi hara
yang paling umum terjadi pada tanaman
kakao adalah nitrogen (N), Fosfor (P),
kalium (K), seng (Zn), besi (Fe), dan
boron (B).
Untuk mencukupi unsur hara yang telah
hilang maka dilakukan pemupukan. Pe-
mupukan secara umum bertujuan untuk
menjaga tetap terpeliharanya keseimba-
ngan unsur hara dalam tanah, mengurangi
bahaya erosi serta meningkatkan pertum-
buhan dan produksi tanaman (Fageria dan
Baligar, 2005).
Nitrogen merupakan unsur hara yang pa-
ling banyak digunakan dalam aplikasi pe-
mupukan pada tanaman. Penggunaan pu-
puk pada tanaman kakao rakyat saat ini
sangat rendah dan pupuk yang paling ba-
nyak di gunakan oleh petani saat ini hanya
pupuk nitrogen (Nasaruddin et al., 2010b).
Hasil penelitian sekitar 50% petani hanya
menggunakan urea, 30% petani menggu-
nakan urea dan SP36 dan urea dan sisanya
menggunakan SP36 dan KCl atau pupuk
NPK. Pengelolaan pupuk N pada tanaman
kakao dapat dilakukan secara efektif dan
efisien melalui indikasi warna daun. Ta-
naman kakao yang mengalami difisiensi N
akan memperlihatkan warna daun hijau
pucat terutama pada daun-daun yang tidak
ternaumgi dan ukuran daun lebih kecil
dibanding dengan ukuran daun normal
(Nasaruddin dan Padjung, 2007).
Pada tanaman kakao yang berumur satu
tahun dianjurkan menggunakan 20–35 g
urea dalam satu tahun. Tanaman kakao
tidak dapat tumbuh dan berproduksi de-
ngan baik jika mengalami defisiensi hara
(Siregar et al., 2009).
Photoshop adalah salah satu software
yang sangat baik untuk pengolahan gam-
bar standar professional. Photoshop mam-
pu membuat tulisan dengan bermacam-
macam karakteristik dan pengaplikasi pe-
ngolah gambar yang memberikan banyak
kontribusi bagi perkembangan dunia digi-
tal (Anonim, 2010). Pengambilan gambar
objek dengan menggunakan kamera di-
gital resolusi tinggi 10–12 megapixel
(MP) akan menghasilkan kualitas gambar
yang sempurna untuk selanjutnya diolah
dalam program photoshop.
Pengenalan gejala defisiensi hara khusus-
nya N pada tanaman kakao dapat me-
ningkatkan efektivitas penggunaan pupuk
N. Penggunaan indikasi warna daun pada
tanaman kakao yang di peroleh dari ka-
mera digital 10 MP dan diolah dalam pro-
gram photosohp diharapkan mampu me-
ngenali gejala difisiensi N pada tanaman
kakao secara praktis. Hasil dari pengelo-
laan gambar warna daun selanjutnya di-
harapkan dapat dimanfaatkan untuk me-
ngelola penggunaan pupuk N secara bi-
jaksana. Warna daun dapat dikenali secara
baik melalui penggunaan pada program
Photoshop. Namun demikian, sebelum di-
gunakan untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan pupuk N pada tanaman kakao
perlu dilakukan pengujian secara teliti
pada tanaman kakao yang berumur satu
tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari efisiensi serapan pupuk nitro-
gen pada tanaman kakao belum mengha-
silkan melalui indikasi warna daun.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan
Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng yang
berlansung dari Maret sampai Juni 2010.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pe-
nelitian ini antara lain bibit klonal PBC
125 PBC 125 (Sulawesi I) berumur satu
tahun, pupuk kompos sebagai pupuk
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
68
dasar, pupuk urea sebagai sumber N, pe-
lepah pisang sebagai naungan.
Alat-alat yang digunakan antara lain cang-
kul, ember, mistar, oven listrik, tim-
bangan, software Adobe photoshop, lap-
top, kamera Mpix 7.0 MP, dan alat tulis
menulis.
Penelitian dilaksanakan dalam bentuk per-
cobaan yang disusun berdasarkan Ran-
cangan Acak Kelompok (RAK). Perlaku-
an terdiri dari:
N0 = Kontrol (tanpa pupuk nitrogen)
N1 = 0,9 g N pohon-1
(2 g urea pohon-1
)
N2 = 1,8 g N pohon-1
(4 g urea pohon-1
)
N3 = 2,7 g N pohon-1
(6 g urea pohon-1
)
N4 = 3,6 g N pohon-1
(8 g urea pohon-1
)
N5 = 4,5 g N pohon-1
(10 g urea pohon-1
)
N6 = 5,4 g N pohon-1
(12 g urea pohon-1
)
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali
masing-masing unit terdapat 8 tanaman
sehingga terdapat 168 bibit kakao.
Sebelum dilakukan penanaman lubang ta-
nam telah dipersiapkan 3 bulan sebelum-
nya dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm,
menggunakan jarak tanam 2,5 x 2,5 m
dengan pola sistem segitiga. 2 minggu se-
belum penanaman lubang tanam sudah
tertutup kembali dan tanah penutup di-
campur dengan pupuk bokashi sekam padi
sebanyak 1 kg tanaman-1
sebagai pupuk
dasar. Sebelum penaman bibit disiapkan
di sekitar ajir tanam kemudian dilakukan
penyiraman tanah pada titik penanaman
sampai jenuh air.
Setelah penanaman, tanaman di naungi
sementara dari pelepah batang pisang dan
daun kelapa agar intensitas cahaya mata-
hari yang diterima sesuai dengan kebu-
tuhan tanaman kakao tersebut.
Perlakuan pemupukan nitrogen dilakukan
dua minggu sebelum tanam dengan mem-
berikan ½ dosis dari perlakuan dan pemu-
pukan berikutnya dengan memberikan ½
dosis pada bulan berikutnya. Pemberian
pupuk dilakukan secara tugal dengan jarak
10–15 cm dari tiap tanaman.
Pengamatan dilakukan pada empat tanam-
an contoh setiap perlakuan. Parameter pe-
ngamatan terdiri dari parameter pertum-
buhan, parameter fisiologis tanaman, dan
parameter warna dan kadar hara nitrogen
daun.
Komponen pengamatan meliputi:
1. Pertambahan tinggi tanaman (cm), di-
ukur setiap dua minggu sekali dengan
cara mengukur tinggi tanaman dari
batang bawah di atas permukaan tanah
sampai pada titik tumbuh degan meng-
gunakan mistar.
2. Pertambahan jumlah daun (helai), di-
hitung daun yang berbentuk sempurna
dan diukur setiap dua minggu sekali.
3. Luas daun, diamati pada akhir pene-
litian dengan cara mengukur panjang
dan lebar setiap daun. Cara menghi-
tungnya yaitu :
LD = P x L x k
Keterangan:
LD = luas daun
P = Panjang daun
L = Lebar daun
k = konstanta (0,76)
4. Rata-rata Indeks Luas Daun (ILD),
dihitung pada akhir penelitian dengan
menggunakan rumus (Nasaruddin,
2010a):
tegakanLuas
daun total Luas ILD
5. Rata-rata Luas Daun Spesifik (LDS),
dihitung pada akhir penelitian dengan
menggunakan rumus (Nasaruddin,
2010a):
(mg)daun Berat
) (cmdaun Luas LDS
2
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
69
Komponen warna daun dan kadar hara
nitrogen daun yang terdiri dari:
1. Warna daun, diamati pada satu helai
daun pertanaman yang berbeda di
bawah flush dengan menggunakan
kamera digital. Pada saat pengambilan
gambar, tanaman ditutup dengan pa-
yung, dimaksudkan agar gambar yang
diambil tidak terkena cahaya matahari.
Pengambilan gambar diambil dengan
jarak 30 cm. kemudian gambar dima-
sukkan ke dalam program photoshop
untuk menghitung nilai hijau (green)
yang terlihat pada gambar. Peng-
amatan ini dilakukan pada akhir pene-
litian (3MST).
2. Analisis kadar hara nitrogen pada
daun dilakukan pada akhir penelitian
(13 MST).
3. Analisis kadar hara media tumbuh
(tanah) untuk menentukan tingkat ke-
suburan tanah yang digunakan yang
dilakukan sebelum perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa per-
lakuan pemupukan nitrogen berpengaruh
nyata terhadap rata-rata pertumbuhan
tinggi tanaman, jumlah daun dan luas
daun (Tabel 1). Makin tinggi dosis yang
diberikan makin baik pengaruhnya terha-
dap parameter tinggi tanaman, jumlah
daun dan luas daun bersifat linier dengan
mengikuti persamaan masing-masing y =
0,33x + 19,23; R² = 0,94, y = 0,363x +
21,34; R² = 0,68, y = 3,220x + 73,44; R² =
0,97 (Gambar 1). Parameter pengamatan
tinggi tanaman, jumlah daun dan luas
daun menunjukkan bahwa perlakuan pem-
berian pupuk nitrogen sebanyak 5,4 g
pohon-1
(N6) menghasilkan rata-rata ter-
tinggi.
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (lembar) dan luas daun (cm2) tanaman
pada umur 4 bulan setelah tanam
Perlakuan
(g N pohon-1
)
Tinggi
Tanaman
(cm)
NP.
JBD0,01
Jumlah
Daun
(lembar)
NP
JBD0,01
Luas
Daun
(cm2)
NP
JBD0,01
0,0 (n0) 19,76b 1,23 22,00
b 1,75 75,89
c 11,83
0,9 (n1) 19,92b 1,29 22,33
b 1,84 80,42
bc 12,46
1,8 (n2) 19,95b 1,33 22,33
b 1,90 81,82
abc 12,82
2,7 (n3) 20,57ab
1,34 22,42 b 1,93 87,9
abc 13,04
3,6 (n4) 20,67ab
1,35 22,67 b 1,96 90,87
ab 13,26
4,5 (n5) 21,36a 1,36 23,00
b 1,99 92,56
ab 13,48
5,4 (n6) 21,64a 24,83
a 94,84
a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom, tidak berbeda nyata
pada taraf uji Duncan α 0,01
Perkembangan ILD dan LDS tanaman pa-
da Tabel 2 seirama dengan pola perkem-
bangan jumlah daun dan luas daun ta-
naman dengan mengikuti persamaan ma-
sing-masing y = 5,506x + 85,79, R² =
0,921; y = 0,151x + 0,875 R² = 0,904
(Gambar 2). Perlakuan pemupukan nitro-
gen 5,4 g N pohon-1
(N6) memperlihat-kan
ILD dan LDS tertingi dan berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan kontrol
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
70
N1, N2, N3 dan N4 tetapi tidak berbeda
nyata di bandingkan dengan perlakuan 4,5
g (N5).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ta-
naman kontrol yang tidak dilakukan pe-
mupukan mengalami defisiensi nitrogen,
sedang perlakuan pemupukan nitrogon 0,9
g, 1,8 g dan 2,7 g N pohon-1
kandungan
nitrogen daun rendah. Pada perlakuan pe-
mupukan nitrogen 3,6 g, 4,5 g dan 5,4 g N
pohon-1
kandungan N daun normal (Gam-
bar 4). Nasaruddin (2010a) mengemuka-
kan bahwa tanaman kakao mengalami
difisiensi nitrogen bila kadar hara dalam
daun tua kurang dari 1,50%, rendah bila
kandungan nitrogen dalan daun tua 1,50–
2,00% dan normal bila kandungan hara
nitrogen daun tua lebih dari 2,00% ter-
hadap berat kering jaringan sampel.
Gambar 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun
Tabel 2. Rata-rata indeks luas daun dan luas daun spesifik (cm2 mg
-1) tanaman pada umur
4 bulan setelah tanam
Perlakuan
(g N pohon-1
)
Indeks Luas
Daun NP. JBD0,01
LD Spesifik
(cm2 mg
-1)
NP JBD0,01
0,0 (n0) 1,09c 0,50 94,60
c 21,16
0,9 (n1) 1,24 c 0,53 98,57
bc 22,29
1,8 (n2) 1,29 c 0,54 100,34
bc 22,92
2,7 (n3) 1,41bc
0,55 102,36bc
23,32
3,6 (n4) 1,44 bc
0,56 111,13 abc
23,71
4,5 (n5) 1,84 ab
0,57 118,94 ab
24,10
5,4 (n6) 2,05a 128,82
a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom, tidak berbeda nyata
pada taraf uji Duncan α 0,01
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
71
Nitrogen merupakan hara makro utama ta-
naman yang dapat mempercepat pertum-
buhan vegetatif tanaman (Nasaruddin,
2010). Nitrogen merupakan nutrisi yang
paling banyak membatasi pertumbuhan
dan produksi tanaman di daerah tropis,
dan penggunaannya secara efisien dan
bijaksana merupakan faktor penting bagi
keberlanjutan sistem produksi tanaman
(Fageria dan Baligar, 2005). Pemberian
pupuk dengan kadar nitrogen yang tinggi
dapat mempercepat pertumbuhan dan per-
kembangan organ tanaman sehingga lebih
cepat mengalami pertambahan jumlah
daun dan ukuran luas daun. Ribeiro et al.
(2008) mengemukakan bahwa tanaman
kakao sangat respon terhadap perlakukan
pemupukan N, P, dan K.
Gambar 2. Grafik rata-rata ILD dan LDS
Pemberian nitrogen pada dosis 5,4 g (N6)
menunjukkan hasil terbaik pada setiap
parameter. Ini disebabkan karena kebutuh-
an pupuk nitrogen yang dibutuhkan ta-
naman kakao terpenuhi dengan baik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sarief (1989)
menyatakan bahwa jika nitrogen tersedia
lebih banyak maka akan dihasilkan pro-
tein dan daun dapat tumbuh dengan baik.
Gardner et al. (1991) mengemukakan bah-
wa pemupukan nitrogen mempunyai pe-
ngaruh yang nyata terhadap perluasan
daun. Pemberian dosis yang tepat akan
mempercepat pertumbuhan dan mening-
katkan produksi yang tepat, sedangkan
pemberian pupuk yang tepat dapat meng-
efisiensikan ketersediaan unsur hara. Se-
bagaimana dikemukakan Sutejo (1987),
bahwa pemberian harus sesuai jumlah dan
waktu yang tepat pada tanaman.
Nitrogen yang diberikan pada perlakuan
5,4 g (N6) memberikan hasil terbaik di-
antara perlakuan N lainnya, walaupun
tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
perlakuan pemupukan nitrogen 4,5 g N
pohon-1
. Hal ini menunjukkan bahwa pada
tanaman kakao dengan dosis 4,5 sampai
5,4 g pohon -1
telah memenuhi kebutuhan
N tanaman kakao muda umur 6 bulan.
Nasaruddin 2010b mengemukakan bahwa
nitrogen merupakan unsur hara utama ba-
gi pertumbuhan tanaman dan apabila ta-
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
72
naman kekurangan nitrogen maka akan
menyebabkan pertumbuhan menjadi ter-
hambat. Selanjutnya dikemukakan juga
bahwa nitrogen merupakan penyusun
asam amino, protein, klorofil dan ikatan-
ikatan peptida (purin dan pirimidin) yang
terdapat dimana-mana dalam jumlah yang
banyak. Keterbatasan penyediaan nitrogen
pada tanah sebagai media pertumbuhan
tanaman segera akan menghambat atau
menghentikan pertumbuhan tanaman
(Nasaruddin, 2010a).
Analisis statistika ILD dan LDS terlihat
bahwa perlakuan 5,4 g menunjukkan hasil
yang tertinggi. Makin tinggi dosis pupuk
yang diberikan makin baik pengaruhnya
terhadap ILD dan LDS (Gambar 2). ILD
mencerminkan besarnya intersepsi cahaya
oleh tanaman. Meskipun bagian batang
juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi
lebih efektif terjadi pada daun. ILD me-
ningkat dengan meningkatnya intensitas
cahaya sampai batas optimum tanaman
mengintersepsi cahaya. ILD juga akan
meningkat sejalan dengan pertambahan
umur tanaman. Makin tinggi nilai ILD
makin tinggi pula penaungan sesama
daun, akibatnya proses distribusi energi
kebagian dalam tajuk makin rendah. Pada
kondisi nilai ILD yang terlalu tinggi justru
akan merugikan bagi hasil bersih foto-
sintesis (Gardner et al., 1991). Pertum-
buhan dan perkembangan daun pada fase
awal pertumbuhan tanaman akan terus
bertambah sejalan dengan pertambahan
umur tanaman. Dengan demikian maka
luas daun pada tajuk tanaman dan tingkat
penutupan lahan akan terus bertambah
yang mengakibatkan peningkatan ILD
(Nasaruddin, 2010a).
Warna daun tanaman kakao menunjukkan
bahwa berbagai dosis N pohon-1
sangat
berpengaruh nyata terhadap nilai green
(Tabel 3). Makin tinggi dosis yang di-
berikan makin baik pengaruhnya terhadap
parameter nilai green dengan mengikuti
persamaan y = 0,151x + 0,875; R² = 0,904
(Gambar 3).
Tabel 3. Rata-rata nilai green tanaman kakao
Perlakuan Rat-rata NPJBD0,01
0 g N pohon-1
(n0) 118,33c 21,0443
0,98 g N pohon-1
(n1) 128,33bc
22,1647
1,8 g N pohon-1
(n2) 130,33abc
22,7980
2,7 g N pohon-1
(n3) 134,67abc
23,1877
3,6 g N pohon-1
(n4) 143,67 ab
23,5774
4,5 g N pohon-1
(n5) 141,33 ab
23,9671
5,4 g N pohon-1
(n6) 152,00a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom, tidak berbeda nyata
pada taraf uji Duncan α 0,01.
Warna daun atau tingkat kehijauan daun.
Tabel 3, menunjukkan bahwa dosis 5,4 g
pohon-1
(N6) menghasilkan rata-rata warna
daun tertinggi (152,00) tetapi tidak ber-
beda nyata dengan dosis 3,6 g pohon-1
(N4) dan 4,5 g pohon-1
(N5) serta sangat
berbeda nyata dengan dosis N lainnya.
Tanaman kakao yang mengalami keku-
rang nitrogen khususnya pada daun yang
menerima lansung sinar matahari akan
memperlihatkan ukuran daun yang lebih
kecil dan kuning pucuk (Nasaruddin,
2010b). Warna daun atau tingkat kehijauan
daun, adapun angka-angka yang menjadi
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
73
persentase tingkat kehijauannya diperoleh
dari nilai green daun melalui program
photoshop. Daun sampel selanjutnya di
lakukan analisis jaringan daun untuk
dilakukan pengujian kadar N daun.
(Gambar 4).
Gambar 3. Grafik rata-rata nilai green tanaman kakao
Nilai green warna daun tertinggi terlihat
pada perlakuan N6 (5,4 g) yaitu sebesar
152,00 dan terendah pada perlakuan tanpa
pemupukan. Berdasarkan hasil analisis
kadar nitrogen daun dan nilai green daun
yang diperoleh, terlihat bahwa tanaman
kakao tanpa pemupukan mengalami de-
fisiensi nitrigen dengan kadar N daun 1,
42 % dan nilai green analisis warna daun
dengan photoshop sebesar 118,33. Pada
perlakuan pemupukan nitrogen 0,9 g
sampi 2,7 g N pohon -1
, kadar N dalam
jarngan daun tergolong rendah yaitu 1,71
% sampai 1,96 % dan nilai green daun
antara 128,33–134,67. Pada perlakuan 3,6
g sampai 5,4 g N pohon -1
kadar nitrogen
daun tanaman tergolong normal antara
2,08–2,66% dan nilai green yang diper-
oleh antara 141,33–152,66.
Nilai green yang diperoleh pada setiap
dosis yang diberikan merupakan hasil dari
pengambilan gambar kamera digital de-
ngan resolusi 7,0 MP. Jika pengambilan
gambar dengan menggunakan resolusi
yang lebih tinggi misalkan 12 MP, 14 MP,
atau 20 MP maka memungkinkan akan
mempengaruhi nilai kehijauan yang ber-
beda-beda. Karena tingkat resolusi yang
tinggi lebih baik dari segi ketajaman
gambar yang diperoleh.
Warna daun sangat berpengaruh pada
pemberian pupuk, semakin tinggi dosis
pupuk nitrogen yang diberikan maka
warna daun yang diperoleh sangat hijau
akan tetapi jika dosis yang diberikan
dalam jumlah yang sedikit atau tidak
sesuai dengan kebutuhan maka hasil
warna daun yang diperoleh kekuningan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Novizan
(2005), jika terjadi kelebihan nitrogen
tanaman tampak terlalu subur, ukuran
daun menjadi lebih besar, batang menjadi
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
74
lunak dan berair, sehingga mudah patah
dan mudah diserang penyakit. Sutejo
(2008) juga menambahkan, gejala ke-
kurangan unsur hara nitrogen terlihat di-
mulai dari daunnya, warna daunnya yang
hijau agak kekuning-kuningan selanjutnya
berubah menjadi kuning lengkap. Jaringan
dau mati dan inilah yang menyebabkan
daun selanjutnya menjadi kering dan ber-
warna merah kecoklatan. Kandungan un-
sur N yang rendah dapat menimbulkan
daun penuh dengan serat, hal ini di-
karenakan menebalnya membrane sel
daun sedangkan selnya sendiri berukuran
kecil-kecil.
Gambar 4. Nilai green daun tua dari pengambilan gambar menggunakan kamera digital
7,0 MPdan kandungan N daun (% berat kering) pada setiap perlakuan.
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
75
KESIMPULAN
1. Pemupukan 5,4 g N pohon-1
mem-
berikan pengaruh terbaik pada semua
parameter pengamatan dan kadar N
daun 2,66%.
2. Pemupukan 3,6 g sampai 5,4 g N
menghasilkan pertumbuhan tanaman
yang lebih baik dengan kadar nitrogen
daun normal antara 2,08–2,66% .
3. Pemupukan 0,9–2,7 g N pohon-1
,
kandungan N daun rendah dan per-
tumbuhan tanaman terhambat dengan
kandungan N daun antara 1,71%
sampai 1,96%.
4. Tanaman yang tidak dipupuk meng-
alami defisiensi nitrogen dengan kan-
dungan N daun 1,41%
5. Analisis warna daun tanaman kakao
dengan Photoshop dari pengambilan
gambar dengan kamera digital 10 MP,
diperoleh nilai kehijauan (green) daun
dibawah flush sebagai berikut:
a. Nilai green <120,00, kadar N
tanaman mengalami defisiensi nit-
rogen.
b. Nilai green >120,00–140,00, kadar
N tanaman rendah, pertumbuhan
terhambat.
c. Nilai green >140,00 kadar N
tanaman dan pertumbuhan tanam-
an normal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2010. Photoshop [diakses 26
November 2010 pada situs htpp:
//stefanustmcf.wordpress.com/kelebi
han-kelebihan photoshop-cs5/.].
Anonimb, 2010. Photoshop [diakses 20
November 2010 pada situs
htpp://docs.google.com/cache:acVrx
lgU6.].
Dinas Perkebunan Prop Sul-sel, 2008.
Gerakan perbaikan produksi produk-
tivitas dan mutu kakao Sulawesi
Selatan. Kampus Unhas Tamalanrea.
Makasar.
Direktorat Jendral Perkebunan, Direktorat
Bina Produksi, 2008. Petunjuk
Teknis Budidaya Kakao. Jakarta.
Fageria, N.K and V.C. Baligar, 2005.
Enhancing nitrogen use efficiency in
crop plants. Advances in Agronomy
88: 97–185.
Gardner, F.P., BV.R. Pearce and R.L.
Mitchell, 1991. Physiologi of Crop
Plants (terjemahan Herawati
Susilo). Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Nasaruddin, 2010a. Dasar-dasar Fisio-
logi Tumbuhan. Yayasan Forest
Indonesia dan Fakultas Pertanian
Unhas. Jakarta
Nasaruddin. 2010b. Kakao, Budidaya
dan Beberapa Aspek Fisiologis-
nya. Yayasan Forest Indonesia dan
Fakultas Pertanian Unhas. Jakarta
Nasaruddin, Y Musa, A. Sulili, M. Farid,
2010. Strategi peningkatan pro-
duksi dan mutu produksi Kakao
Sulawesi Selatan. Kerjasama Fak.
Pertanian Unhas dengan Balitbanda
Propinsi Sulawesi Selatan.
Nasaruddin dan R. Padjuang, 2007.
Kondisi pertanaman kakao Kabupa-
ten Pinrang Sulawesi Selatan prog-
ram Kerjasama dengan JICA Jepang.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan
yang Efektif. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Ribeiro a
; J.O. da Silva b
; W.M. Aitken c
;
R.C.R. Machado c
; V.C. Baligar d
,
2008. Nitrogen use efficiency in
cacao genotypes. Jour. of Plant
Nutrition, 31(2): 239–249.
Sarief, S., 1989. Kesuburan dan
Pemupukan Tanah Pertanian.
Pustaka Buana, Bandung.
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330
76
Setyamidjaja. D., 1986. Pupuk dan
Pemupukan. Sipelex, Jakarta.
Siregar, T.H., S. Riyadi, L. Nuraeni, 2009.
Budidaya, Pengolahan dan Pema-
saran Coklat. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Statistik Perkebunan Sulawesi Selatan,
Direktorat jendral Perkebunan. 2008.
Statistik Perkebunan Indonesia.
Sutejo, M.M. 1987. Pupuk dan Cara
pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutejo, M.M. dan Kartosapoetro. 1988.
Pupuk dan Pemupukan. Bina
Aksara, Jakarta