2. PERKOLASI

download 2. PERKOLASI

of 31

Transcript of 2. PERKOLASI

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    1/31

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat

    dan karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan

    lengkap praktikum farmakognosi II ini. Tidak lupa juga kita sanjung sajikan

    selawat beriringkan salam kepada nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW yang

    membawa kita dari alam kebodohan hingga alam yang penuh pengetahuan yang

    seperti kita sarakan pada saat ini.

    Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kewajiban

    penulis sebagai mahasiswa jurusan farmasi, Politeknik Kesehatan Kementrian

    Kesehatan Makassar.

    Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-

    teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis

    menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu

    Kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun motivasi.

    Semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-

    teman. Amin.

    Makassar, Juni 2013

    Penulis

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    2/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Ilmu farmakognosi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan

    bidang terhadap farmasi yang secara teoritis dan praktis membahas tentang

    bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat. Selain persyaratan-

    persyaratan yang harus dipenuhi terhadap sumber bahan alam, misalnya

    jenis tumbuhan, cara pengolahan bahan baku, cara identifikasi kandungan

    senyawa kimia serta kegunaan maupun cara penggunaan bahan-bahan

    tersebut.

    Kata farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, Pharmakon yang

    artinya obat (obat dalam tanda petik yang dimaksud adalah senyawa

    obat dari alam).

    Praktikum farmakognosi secara praktis mengutamakan

    keterampilan pengolahan sumber bahan alam yang dapat digunakan

    sebagai obat bahan alam:

    a. Bahan alam nabati : berasal dari tumbuhan

    b. Bahan alam hewani : berasal dari hewan

    c. Bahan alam mineral/pelican

    Diantara ketiga sumber bahan alam tersebut, maka bahan alam

    nabati paling banyak digunakan, sediaan bahan alam dapat berbentuk

    simplisia. Selain pengolahan, diperlukan pula cara-cara identifikasi

    kandungan zat aktif yang terdapat dalam simplisis.

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    3/31

    Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengolahan sumber bahan

    alam yang berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan sebagai obat-

    obatan, yaitu Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus).

    I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

    I.2.1 Maksud Percobaan

    Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

    memahami cara ekstraksi dan identifikasi komponen kimia yang

    terdapat dalam suatu tumbuhan dengan menggunakan metode

    tertentu.

    I.2.2 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengekstraksi

    bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) secara perkolasi serta

    mengidentifikasi komponen kimia yang terkandung di dalamnya

    secara KLT.

    I.3 Tujuan Percobaan

    I.3.1 Prinsip Ekstraksi secara Perkolasi

    Prinsip ekstraksi secara perkolasi adalah serbuk simplisia

    ditempatkan dalam suatu silinder yang bagian bawahnya diberi

    sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari serbuk tersebut, cairan

    penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang

    dilalui sampel mencapai keadaan jenuh. Gerakan ke bawah

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    4/31

    disebabkan oleh kekuatan gaya bertahannya sendiri dan tekanan

    penyari dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang

    cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.

    I.3.2 Prinsip Ekstraksi secara Cair-Cair

    Prinsip ekstraksi secara cair-cair yaitu dengan

    menggunakan corong pisah yang merupakan pemisahan komponen

    kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana

    sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut

    pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi

    di kocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan

    terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah

    ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya

    dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

    I.3.3 Prinsip Ekstraksi secara Kromatografi Lapis Tipis

    Prinsip kromatografi lapis tipis yaitu metode pemisahan

    bahan alam secara fisikokimia berdasarkan prinsip absorbs

    (penyerapan pada permukaan sel) dan partisi (penyerapan zat

    dalam fase diam).

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    5/31

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Teori Ringkas

    Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat, yang

    belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, simplisia

    berupa bahan yang telah dikeringkan.

    Simplisia nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat berupa

    tumbuhan utuh, organ atau bagian dari tumbuhan tersebut, atau berupa zat

    yang secara spontan keluar dari bagian tumbuhan karena suatu sebab

    misalnya ranting patah, luka terkena benda tajam. Zat tersebut dikenal

    dengan nama eksudat tumbuhan (misalnya: Gom, Lateks, Oleoresin,

    tragakan, dsb).

    II.2 Pembuatan Simplisia

    Proses pembuatan simplisia terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

    Pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, pengecilan ukuran/volume,

    pengeringan sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan, serta

    pemeriksaan kualitas. Selain tahapan yang telah disebutkan di atas,

    pembuatan simplisia dapat juga dengan fermentesi (peragian) penyulingan

    pengentalan pengeringan sari air.

    1. Pengumpulan Bahan

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    6/31

    Pada proses pengumpulan/panen, faktor yang perlu diperhatikan

    agar bahan baku anbati yang diambil dapat memenuhi standar sesuai

    yang disyaratkan untuk memperoleh simplisia yang baik adalah :

    a. Bagian tanaman yang akan digunakan

    - Bila yang diambil biji, diambil bila buah telah kering, maka

    selayaknya dipilih yang tidak buah pecah.

    - Bila yang diambil buah, telah terjadi perubahan kekerasan

    atau telah terjadi perubahan warna kulit buah lebih

    kecoklatan, telah terjadi perubahan perubahan kandungan air,

    telah terjadi perubahan bentuk.

    - Bila yang diambil daun pucuk, telah terjadi peruabahn

    pertumbuhan vegetatif ke generatif.

    - Bagian yang diambil daun, daun telah membuka sempurna

    dan dipilih yang mendapat sinar matahari penuh.

    - Bila yang diambil batangnya, tanaman sudah cukup umur.

    - Bagian yang diambil rhizoma/bulbus/tuber, tanda-tandanya

    adalah organ tanaman di atas tanah telah mulai kering.

    -

    Bila yang dambil bunga, maka dianjurkan untuk bunga

    kuncup menjelang mekar.

    b. Umur tanaman

    c. Waktu panen (pagi, siang, sore)

    d. Lingkungan tempat tumbuh

    2. Sortasi Basah, pemisahan bahan dari pencemar.

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    7/31

    3. Pencucian, menghilangkan sisa tanah atau pencemar yang melekat dan

    mengurangi jumlah mikroba awal.

    4. Perajangan, mempercepat pengeringan dan mempermudah pemrosesan

    dan penyimpanan/pengepakan. Perhatikan adanya zat yang mudah

    menguap, reaksi bahan dengan alat dan jumlah mikroba tak bertambah.

    5. Pengeringan, dilakukan dengan cepat, suhu tidak terlalu tingg.

    Tujuan hasil panen segera dikeringkan, yaitu untuk mengurangi

    kadar air agar tidak busuk dan tidak terjadi reaksi enzimatik.

    Kandungan air bahan sampai

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    8/31

    7. Pengepakan

    Wadah tidak beracum/tidak bereaksi dengan bahan, melindungi

    simplisia dari dehidrasi. Penyerapan air, kehilangan zat aktif,

    menghindarkan simplisia dari pencemar/kerusakan oleh serangga dan

    hewan lain.

    8. Penyimpanan

    Ditempatkan pada ruang yang aman dan terlindung dari matahari

    langsung, untuk menghindarkan kerusakan simplisia serta pengaruh

    luar. Faktor yang berpengaruh terhadap simplisia, yaitu: cahaya,

    oksigen, reaksi kimia intern, penyerapan air, dehidrasi, pencemaran,

    pengrusakan oleh serangga/hewan lain.

    9. Pemeriksaan Mutu dan Metode Standardisasi Simplisia.

    II.3 Metode Penyarian

    Secara teknis, metode ekstraksi dapat dibedakan dalam 2 cara,

    yaitu cara dingin dan cara panas. Termasuk cara dingin yaitu maserasi,

    perkolasi, dan sokletasi, sedang cara panas, yaitu refluks, infusidasi, dan

    destillasi.

    1. Maserasi

    Proses maserasi merupakan metode yang paling kuno, alatnya

    paling sederhana, yaitu cukup menggunakan bejana atau toples kaca

    atau logam anti karat. Bahan baku yang sudah dibuat serbuk

    dilembabkan terlebih dahulu, baru kemudian dituangi cairan penyari.

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    9/31

    Jumlah penyari pada umumnya ditetapkan sebanyak yang diperlukan

    untuk cukup merendam bahan baku hingga di atas bahan baku setinggi

    2-3 cm dari serbuk yang direndam dalam bejana maserasi.

    2. Perkolasi

    Perkolasi adalah proses penyarian granul atau serbuk dengan

    menarik bahan/senyawa aktifnya menggunakan pelarut yang sesuai,

    terjadinya ekstraksi pada saat pelarut turun melaluinya. Pada teknik

    perkolasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan secara khusus yang

    apabila tidak dikerjakan secara tepat hasilnya dapat menyimpang jauh

    bahkan sama sekali tidak tersari, hal yang harus diperhatikan antara

    lain adalah bersamaan turunnya penyari, kandungan yang disari dan

    terlarut terbawa ke bawah dan agar tidak terlalu banyak penyari

    digunakan, maka aliran atau tetesan harus diatur.

    Prinsip kerjanya adalah serbuk ditempatkan dalam suatu silinder

    (perkolator) dalam keadaan yang porus (mudah dilewati penyari) dari

    atas dituangi penyari, maka dengan mekanisme kapilarisasi penyari

    melewati serbuk sambil menyari bahan aktif.

    3.

    Sokletasi

    Penyarian dengan alat ini masih termasuk penyarian secara

    dingin, bahkan boleh dikatakan secara perkolasi juga. Penyarian

    menggunakan alat Soklet pada dasarnya adalah penyari yang

    dipanaskan pada labu alas bulatnya menguap melalui sifon (cabang

    yang berhubungan langsung dari labu ke kondensor) uap penyari

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    10/31

    (kebanyakan pelarut organic) akan mengalami kondensasi

    (pengembunan) di dalam kondensor (pendingin bola). Destilat pelarut

    dingin ini menetes membasahi serbuk dalam ruang penyarian, jadi

    penyarian serbuk dilakukan oleh penyari dingin, oleh sebab itu

    penyarian ini termasuk penyarian dingin.

    4. Infus (Infudasi)

    Farmakope Indonesia menyatakan bahwa infus adalah penyarian

    yang dilakukan secara panas dengan panic infus yang dilakukan pada

    suhu 90-98C selama 15 menit dengan sekali-sekali diaduk. Untuk

    melihat suhu infundasi sesuai ketentuan maka dilakukan pengadukan,

    selanjutnya diukur suhunya dengan thermometer.

    5. Reflux

    Metode ini tidak termasuk cara resmi, akan tetapi sangat cocok

    untuk menyari bahan yang keras seperti kayu (lignum) dan akar

    (radix), tetapi cara ini tidak boleh apabila bahan aktifnya mudah

    menguap atau terurai atau rusak oleh pemanasan. Bahan dipotong-

    potong saja atau kalau dibuat serbuk, buatlah serbuk kasar (misalnya

    serbuk yang diayak dengan nomor kecil, dapat dilihat di buku FI ed. III

    dan IV).

    Penyarian ini termasuk cara panas, karena bahan baku yang

    disari dipanaskan bersama-sama penyari (umumnya penyari organik)

    dalam labu alas bulat. Supaya cairan penyari tidak banyak menguap,

    maka di atas labu alat bulat dipasang pendingin libieg atau pendingin

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    11/31

    bola yang sesuai panjangnya sesuai dengan titik didih penyari organik

    yang digunakan. Semakin rendah titik didihnya, harus digunakan

    pendingin semakin panjang.

    II.4 Metode Ekstraksi secara Cair-Cair

    Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupaka pemisahan komponen

    kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana

    sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase

    kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,

    didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan

    fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut

    sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi

    yang tetap.

    II.5 Metode Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography)

    Pada kromatografi lapis tipis komponen kimia dapat terpisah karena

    disebabkan oleh pelarut tiap-tiap komponen dalam cairan (eluent) tidak

    sama dan daya serap adsorben terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak

    sama, maka komponen kimia bergerak dengan kecepatan yang berbeda-

    beda dan hal ini yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

    II.6 Uraian Sampel Bunga Rosella (H ibiscus sabdar if fa L . )

    II.6.1 Klasifikasi

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    12/31

    Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

    Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

    Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

    Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

    Sub Kelas : Dilleniidae

    Ordo : Malvales

    Famili : Malvaceae (suku kapas-kapasan)

    Genus : Hibiscus

    Spesies : Hibiscus sabdariffa L.

    II.6.2 Deskripsi

    Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mempunyai

    bunga berwarna cerah, Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna

    merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga

    raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan merupakan

    bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat 1

    (satu) bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang

    berbulu, panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan

    berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga

    oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai

    bahan makanan dan minuman.

    II.6.3 Kandungan Kimia

    http://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Malvaceaehttp://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Hibiscushttp://om-tani.blogspot.com/http://nandagokilz1.wordpress.com/tag/klasifikasi-tanaman/http://nandagokilz1.wordpress.com/category/dunia-pertanian/http://nandagokilz1.wordpress.com/category/dunia-pertanian/http://nandagokilz1.wordpress.com/tag/klasifikasi-tanaman/http://om-tani.blogspot.com/http://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Hibiscushttp://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Malvaceae
  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    13/31

    Kelopak bunga rosela adalah bagian tanaman yang bisa

    diproses menjadi produk pangan. Kelopak bunga tanaman ini

    berwarna merah tua, tebal, dan berair (juicy), serta banyak

    mengandung vitamin A, vitamin C, dan asam amino. Kelopak

    bunga rosela merah yang rasanya sangat masam ini biasanya dibuat

    menjadi jeli, saus, teh, sirup, selai, puding, dan manisan. Selain itu,

    bahan penting yang terkandung dalam kelopak bunga rosela adalah

    grossy peptin, anthocyanin, dan gluside hibiscin. Kelopak bunga

    rosela merah juga mengandung asam organik, polisakarida, dan

    flavonoid yang bermanfaat mencegah penyakit kanker,

    mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah, dan

    melancarkan buang air besar.

    II.6.4 Kegunaan

    Secara tradisional, tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk

    mengatasi batuk, lesu, demam, dan gusi berdarah. Ekstrak kuncup

    bunga rosela merahjuga dipercaya mampu bekerja sebagai penahan

    kekejangan (antispasmodik), anticacing (anthelmintik), antibakteri,

    anti septik, sedatif dan tonik. Khasiat lain dari herba ini adalah

    dapat mengatasi lemah syahwat, penyejuk (astringent), dan

    menurunkan kadar penyerapan alkohol. Selain itu baik juga untuk

    menurunkan kadar kolesterol dalam darah, asam urat. Untuk kasus

    asam urat pengobatannya tidak tunggal artinya tidak cukup hanya

    dengan mengkonsumsi rosela, dan memang harus ada herbal lain

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    14/31

    yang diperlukan. Pengalaman lain juga menyebutkan dapat

    digunakan untuk penyakit maag, tapi diminum satu jam sesudah

    makan. Untuk anakanak rosela cukup baik sebagai pereda batuk

    dan disarankan tidak mengkonsumsinya dengan gula. Secara

    umum rosella dapat digunakan sebagai obat herbal tambahan

    dalam pengobatan berbagai penyakit.

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    15/31

    BAB III

    METODE KERJA

    III.1 Alat dan Bahan

    III.1.1 Alat yang digunakan

    1. Timbangan

    2. Botol Infus

    3. Infus Set

    4. Beker gelas

    5. Rotavapor

    6. Penangas air

    7. Pipet tetes

    8. Botol vial

    9. Statif dan klem

    10. Corong pisah

    11. Botol semprot

    12. Blender

    13. Gelas ukur 10 ml, 25 ml

    14. Cutter

    15. Lap

    16. Masker

    17. Chumber dan penutup chumber

    18. Lampu ultraviolet

    19. Lempeng KLT ukuran 7 cm x 2 cm

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    16/31

    20. Penotol (pipa kapiler)

    21. Pensil

    22. Pinset

    23. Pensil warna

    24. Kaki Tiga

    25. Bunsen

    26. Asbes

    III.1.2 Bahan yang digunakan

    1. Sampel bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

    2. Aluminium foil

    3. Methanol

    4. Kapas

    5. Label

    6. Tissue

    7. Aquadest

    8. Dietil eter

    9. n-butanol

    10. Asam Sulfat 10%

    11. Benzen

    12. Etanol 96%

    13. Kloroform

    14. Etil Asetat

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    17/31

    III.2 Cara Kerja

    III.2.1 Pengambilan Sampel

    Sampel berupa bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

    diambil dengan cara memetik dengan menggunakan gunting dan

    dianjurkan untuk memilih bunga kuncup menjelang mekar. Sampel

    diambil pada pagi hari pukul 08.00-09.00 WITA.

    III.2.2 Pengolahan Sampel

    Sampel berupa bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang

    telah dikumpulkan, kemudian dibersihkan dengan cara dicuci

    dengan air lalu dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar

    matahari pagi pada pukul 07.00 09.00. Setelah kering, disimpan

    untuk selanjutnya diekstraksi dengan metode perkolasi.

    III.2.3 Ekstraksi Sampel

    1. Ekstraksi Sampel dengan Metanol secara Perkolasi

    Simplisia yang telah dikeringkan diserbukkan dengan

    cara diblender lalu ditimbang sebanyak 51 gram, kemudian

    dimasukkan ke dalam botol infus, setelah itu dimasukkan

    cairan penyari methanol sampai penuhdan ditutup, kemudian

    didiamkan 1 x 24 jam, setelah itu slang perkolator dibuka dan

    ekstrak yang keluar ditampung dalam botol, sementara cairan

    penyari ditambah pula ke dalam perkolator secara kontinyu.

    Perkolator dikumpulkan sebagai ekstrak cair dan diuapkan di

    rotavapor hingga diperoleh ekstrak methanol kental.

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    18/31

    2. Ekstraksi Sampel dengan Dietil Eter

    Ekstraksi methanol yang sudah kental dari bunga

    rosella (Hibiscus sabdariffa L.) disuspensikan dengan 20 ml

    kemudian diekstraksi dengan eter 2 kali masing-masing 20 ml

    dalam corong pisah lalu didiamkan selama 15 menit sehingga

    terjadi pemisahan fase air dan fase eter. Ekstraksi dietil eter

    yang diperoleh dimasukkan ke dalam vial kemudian

    diidentifikasi dengan KLT dan lapisan air yang diperoleh

    diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-butanol.

    3. Ekstraksi Sampel dengan n-Butanol Jenuh Air

    Lapisan air dari ekstrak eter diekstraksi dengan

    menggunakan n-butanol jenuh air sebanyak 2 kali masing-

    masing 20 ml dalam corong pisah kemudian dikocok dan

    dibiarkan 15 menit sampai terjadi pemisahan. Ekstrak n-

    butanol yang diperoleh dalam vial lalu identifikasi

    kromatografi lapis tipis dengan pelarut polar.

    III.2.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    III.2.4.1 Penyiapan KLT

    Untuk cairan pengelusi polar digunakan CHCl 3-

    MeOH-H 2O (16:5:1). Dan untuk cairan pengelusi non

    polar digunakan Benzen-EtOAc (8:2).

    Chumber kaca dibersihkan terlebih dahulu

    kemudian dimasukkan cairan pengelusi sesuai batas

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    19/31

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    20/31

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Pengamatan

    IV.1.1 Hasil Ekstraksi

    NoBerat Sampel

    Kering

    Jumlah Cairan

    Penyari

    Berat Ekstrak

    Kering

    1.

    IV.1.2 Hasil KLT

    No Nama

    EkstrakEluen

    Jumlah Noda

    Lampu

    UV

    H2SO 4

    10%

    1. Metanol

    CHCl 3-MeOH-

    H2O(16:5:1)

    2. MetanolBenzen-EtOAc

    (8:2)

    3. EterBenzen-EtOAc

    (8:2)

    4. N-BuOH

    CHCl 3-MeOH-

    H2O(16:5:1)

    IV.2 Pembahasan

    Pada praktikum ini, dilakukan ekstraksi dari bahan-bahan alam

    yang mengandung zat berkhasiat yang berada di lingkungan sekitar. Bahan

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    21/31

    alam yang digunakan pada percobaan ini adalah bunga rosella (Hibiscus

    sabdariffa L.) .

    Percobaan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan

    memahami cara mengekstraksi dan mengidentifikasi komponen kimia

    yang terkandung dalam bahan alam atau simplisia. Pada praktikum ini,

    ekstraksi komponen kimia dilakukan dengan metode perkolasi kemudian

    diisolasi dengan cara ekstraksi cair-cair setelah itu di KLT.

    Adapun pemilihan metode untuk ekstraksi simplisia, disesuaikan

    dengan tekstur dari bahan alam yang akan diekstraksi. Bunga rosella

    (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki tekstur daun lunak sehingga diekstraksi

    dengan metode perkolasi.

    Pengolahan simplisia dilakukan sebelum dilakukan ekstraksi,

    seluruh sampel disortasi basah terlebih dahulu. Bunga rosella (Hibiscus

    sabdariffa L.) dipotong kecil-kecil untuk memudahkan keluarnya zat aktif

    yang berada dalam sel, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari

    pada pagi hari pukul 07.00-10.00 dan pengeringan selanjutnya pada pukul

    15.00-17.00. Pengeringan pada waktu tertentu ini dilakukan agar zat aktif

    dalam simplisia berupa minyak-minyak yang mudah menguap tidak

    hilang/menguap oleh pemanasan sinar matahari.

    Simplisia yang telah dikeringkan diserbukkan dengan cara

    diblender lalu ditimbang sebanyak 51 gram, kemudian dimasukkan ke

    dalam botol infus, setelah itu dimasukkan cairan penyari methanol sampai

    penuhdan ditutup, kemudian didiamkan 1 x 24 jam, setelah itu slang

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    22/31

    perkolator dibuka dan ekstrak yang keluar ditampung dalam botol,

    sementara cairan penyari ditambah pula ke dalam perkolator secara

    kontinyu. Perkolator dikumpulkan sebagai ekstrak cair dan diuapkan di

    rotavapor hingga diperoleh ekstrak methanol kental.

    Prinsip ekstraksi cair-cair adalah menggunakan 2 fase pelarut yang

    tidak bercampur, yaitu pelarut polar (air) dan pelarut nonpolar (eter),

    sehingga kedua pelarut akan terpisah di dalam corong pisah. Pada keadaan

    tersebut, zat aktif atau komponen kimia yang bersifat polar tertarik ke

    dalam air dan yang bersifat non polar tertarik ke dalam eter. Pelarut n-

    butanol bersifat polar sehingga harus dijenuhkan dengan air agar di dalam

    corong pisah n-butanol tidak lagi menarik air, sehingga kedua pelarut tetap

    terpisah.

    Ekstrak methanol, ekstrak eter, dan ekstrak n-butanol dari masing-

    masing simplisia kemudiaan diidentifikasi komponen kimianya secara

    kromatografi lapis tipis. Metode KLT didasarkan pada prinsip adsorbs dan

    partisi, komponen kimia akan teradsorbsi pada fase diam (silika gel) dan

    terpartisi oleh fase gerak (eluen). Lempeng KLT yang telah ditotol dengan

    masing-masing ekstrak dimasukkan ke dalam eluen sesuai kepolarannya.

    Untuk ekstrak eter yang bersifat non polar dimasukkan dalam

    chamber berisi eluen Benzan-EtOAc (8:2) bersama ekstrak methanol.

    Ekstrak n-butanol yang bersifat polar dimasukkan ke dalam chamber berisi

    eluen CHCl 3-MeOH-H 2O (16:5:1) bersama ekstrak methanol. Kemudian

    lempeng dibiarkan hingga terelusi sampai batas atas. Adanya perbedaan

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    23/31

    kepolaran setiap komponen kimia menyebabkan terjadinya pemisahan.

    Komponen kimia ini akan tampak sebagai noda pada lempeng KLT jika

    dilihat dengan lampu UV dan disemprot dengan asam sulfat 10%,

    kemudian dipanaskan di atas bunsen.

    Pada sampel bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) , ekstrak

    methanol menggunakan eluen non polar yaitu Benzan-EtOAc (8:2)

    terdapat . noda dan eluen polar CHCl 3-MeOH-H 2O (16:5:1) terdapat .

    noda. Untuk ekstrak eter dengan eluen Benzan- EtOAc (8:2) terdapat .

    Noda. Untuk ekstrak n-butanol dengan menggunakan eluen CHCl 3-

    MeOH-H 2O (16:5:1) terdapat . noda.

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    24/31

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Setelah dilakukan pengamatan di laboratorium, maka dapat

    disimpulkan bahwa sampel bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan:

    a. Ekstrak methanol

    Pada eluen polar yaitu CHCl 3-MeOH-H 2O (16:5:1): terdapat . noda.

    Pada eluen non polar yaitu Benzan- EtOAc (8:2): terdapat . noda.

    b. Ekstrak eter

    Pada eluen non polar yaitu Benzan- EtOAc (8:2): terdapat . noda.

    c. Ekstrak n-butanol

    Pada eluen polar yaitu CHCl 3-MeOH-H 2O (1 6:5:1): terdapat . noda.

    V.2 Saran

    Kami sebagai praktikan menginginkan agar prosedur penyiapan

    sampel hingga analisis dengan KLT yang ada sebaiknya diperbaharui dan

    diperbaiki, sebaiknya pembimbing mengawasi praktikan agar pada saat

    pemisahan cair-cair, sehingga diperoleh ekstrak yang benar-benar murni.

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    25/31

    LAMPIRAN

    Skema Kerja

    Bersifar semi polar

    Diuapkan hingga kental

    Diidentifikasi komponen kimia KLT Disuspensi dengan air

    Diekstrasi dengan pelarut eterdalam corong pisang (diulangi 3x)

    diperoleh

    Bersifat non polar air

    Diuapkan sampai kental

    Diekstraksi dengan pelarutn-butanol jenuh air dalam

    dalam corong pisah (diulangi 3x)Diidentifikasi komponen kimiasecara KLT diperoleh

    Bersifat polar air

    Diuapkan hingga kental

    Diidentifikasi komponen kimia secara KLT

    Ekstrak Metanol

    Ekstrak Eter

    Ekstrak n-BuOH

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    26/31

    Skema Kerja Perkolasi

    Simplisia kering BungaRosella (g)

    Dimasukkan ke dalam perkolator

    Ditambahkan pelarut(methanol), didiamkan

    selama 1 x 24 jam

    Keran perkolator dibuka(kecepatan tetesan 1

    ml/menit)

    Perkolat ditampung dandiuapkan

    Filtrat diuapkan sampaikering kembali

    Diidentifikasi komponenkimia dengan KLT

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    27/31

    Tabel Daftar Nilai Rf

    No Nama Ekstrak No Noda Nilai Rf Warna NodaLampu UV H 2SO 4 10%

    1 MetanolEluen: CHCl 3-MeOH-H2O (16:5:1)

    2 MetanolEluen: Benzan-EtOAc(8:2)

    3 EterEluen: Benzan-EtOAc(8:2)

    4 N-BuOHEluen: CHCl 3-MeOH-H2O (16:5:1)

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    28/31

    Kromatografi Lapis Tipis

    Ekstraksi methanol polar Ekstraksi methanol non polar

    Ekstraksi Eter Ekstraksi n-BuOH

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    29/31

    Gambar Alat dan Sampel

    Bunga Rosella Perkolator Rotavapor

    Ekstrak Metanol Ekstrak Kering Corong Pisah

  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    30/31

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim: http://www.plantamor.com/ diakses pada tanggal 31 Mei 2013

    Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia . Jakarta: DirektoratJenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

    Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik . Jakarta: Bakti Husada.

    Tim Pengajar.2013. Teori dan Praktek Farmakognosi II . Makassar: PoliteknikKesehatan Kemenkes Makassar.

    http://www.plantamor.com/http://www.plantamor.com/http://www.plantamor.com/http://www.plantamor.com/
  • 8/10/2019 2. PERKOLASI

    31/31

    LAPORAN PRAKTIKUM

    FARMAKOGNOSI II

    BUNGA ROSELLA (H ibiscus sabdar if fa L.)

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK A2-1

    LENI MARLINA (PO.71.3.251.11.1.027)

    MEILATRI RIBER (PO.71.3.251.11.1.028)

    MUH. SYARIFURISMAN (PO.71.3.251.11.1.029)

    MUSFIRAH (PO.71.3.251.11.1.030)

    NUR FAUZIAH KASIM (PO.71.3.251.11.1.031)

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

    JURUSAN FARMASI

    2013