2-Membangun Kecerdasan Spiritual

21
Shared by: Dr. Taufik., S.Psi., M.Si MEMBANGUN KECERDASAN SPIRITUAL

description

2-Membangun Kecerdasan Spiritual

Transcript of 2-Membangun Kecerdasan Spiritual

Shared by: Dr. Taufik., S.Psi., M.Si

MEMBANGUNKECERDASAN SPIRITUAL

kecerdasan• Intellectual Quotient (IQ)

• Emotional Quotient (EQ)• Spiritual Quotient (SQ)

• Kapasitas yang menggambarkan kegiatan mental:berpikir, mencari penjelasan, dan memecahkan masalah secara logis.

• Berdasarkan tes IQ, dapat ditentukan kemampuan terkait dengan angka, kata-kata, visualisasi, daya ingat, penjelasan deduktif-induktif, dan kecepatan persepsi.

quotient

• Menjelaskan kemampuan seseorang untuk mendeteksi dan mengelola emosi.

• 4 level kecerdasan emosi (Goleman):

quotient

• Self awareness• Self management• Social awareness• Relationship management

• Kemampuan memahami makna dan nilai dalam kehidupan (Danah Zohar & Ian Marshal)

• IQ dan EQ terintegrasi dengan SQ. • Kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan

tercapainya kehidupan berimbang antara karier dan pribadi/keluarga, serta kepuasan hidup yang diwujudkan dalam bentuk memberikan kontribusi positif pada lingkungan.

quotient

IQ EQ SQ HASIL

integrasi

BUTA HATI

DIKTATOR

PERTAPA

INSAN PARIPURNA

jurus

• Informasi• Inteligensi• Inovasi• Inisiatif• Insyaallah

5i

spiritual

Zohar & Marshal:• Saat ini era “bodoh secara spiritual” ditandai dengan:

materialisme, egoisme, kehilangan makna dan komitmen.

• Bahkan kekeringan spiritual terjadi karena produk IQ manusia yang tinggi.

• Krisis spiritual terjadi karena kebutuhan makna tidak terpenuhi sehingga hidup manusia terasa hampa dan dangkal.

• Menyadari di mana saya saat ini• Merasakan keinginan untuk berubah• Merenungkan apa motivasi yang paling dalam• Menemukan dan mengatasi rintangan• Menggali banyak kemungkinan untuk maju• Menetapkan hati pada sebuah jalan• Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan

cerdas spiritual

• Bersikap fleksibel• Kesadaran diri tinggi• Mampu menghadapi & memanfaatkan penderitaan• Mampu menghadapi dan melampaui rasa sakit• Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai• Enggan melakukan perbuatan sia-sia• Berpandangan holistik• Cenderung bertanya “mengapa dan bagaimana”• Kemudahan bekerja melawan konvensi

cerdas spiritual

Zohar & Marshal:• Walau mengandung kata spiritual SQ tidak selalu

terkait dengan kepercayaan atau agama. SQ lebih kepada kebutuhan dan kemampuan manusia untuk menemukan arti dan menghasilkan nilai melalui pengalaman yang mereka hadapi.

• Hanya saja, SQ akan berprinsip pada apa?

• Beberapa penelitian menunjukkan seseorang yang menjalankan agama, umumnya memiliki tingkat SQ lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalankannya.

• Dalam bukunya “Handbook of Religion and Health”, Harold G. Koenig menyatakan orang yang melakukan ibadah, ternyata hidup lebih lama (7-14 tahun) dan memiliki kesehatan fisik yang lebih baik dibandingkan orang yang tidak melakukan ibadah.

• Orang dengan SQ tinggi biasanya lebih cepat pulih dari suatu penyakit, baik fisik maupun mental. Ia lebih mudah bangkit dari penderitaan, lebih tahan menghadapi stres, lebih mudah melihat peluang karena memiliki sikap mental positif, serta lebih ceria, bahagia dan merasa puas dalam menjalani kehidupan.

• Kisah “mantan mahasiswa bengal”

• Orang dengan SQ rendah, keberhasilan dalam hal karier, pekerjaan, penghasilan, status dll ternyata tidak selalu mampu membuatnya bahagia. Persaingan dan perbedaan kepentingan yang berlangsung begitu ketat membuat manusia kehilangan arah dan identitas.

• Kemajuan zaman dapat membutakan manusia dengan SQ rendah untuk menjalankan visi dan misi hidupnya, membuat ia lupa melakukan refleksi diri dan lupa menjalankan perannya sebagai bagian dari komunitas.

• Kesibukan kerja dan keberhasilan yang dicapai tidak diamalkannya untuk penciptaan arti dan nilai bagi lingkungan.

• Delapan tahun lalu, seorang kawan datang ke kontrakan saya, ia minta ditunjukkan bagaimana menghabiskan uangnya. Sejak beberapa tahun terakhir usaha meubelnya laku keras, ia punya penghasilan perbulan sekitar Rp. 110.000.000,-

• Permohonan dia: “MAS TOLONG AKU, UANGKU MAU DIGUNAKAN UNTUK APA?”

• Seorang isteri di daerah pantura menuturkan kepada saya, bahwa suaminya mengeluarkan zakat mal pertahun minimal Rp. 60.000.000,- artinya ia memiliki penghasilan bersih pertahun 60.000.000 X 40 = 2.400.000.000,- tetapi ia mengaku hidupnya kosong tanpa makna.

• Seorang guru SD di pedesaan Boyolali, memperoleh gaji perbulan Rp. 75.000,- rupiah. Meski gajinya kecil ia mengaku bersyukur dan uang itu bisa digunakan untuk kebutuhan keluarga, disamping juga mengandalkan hasil kebunnya yang tidak seberapa.

• Bahkan ia menuturkan kedua anaknya berprestasi di sekolah.

sekian