2. Jenis & Karakteristik Bencana
-
Upload
benny-chandra-portnoy -
Category
Documents
-
view
268 -
download
3
description
Transcript of 2. Jenis & Karakteristik Bencana
A
A. Pokok Bahasan :
Manajemen Penanggulangan Bencana
B. Sub Pokok Bahasan -1 :
Jenis & Karakteristik BencanaC. Tujuan Pembelajaran :
D. Waktu :
6 x 45 menitE. Media :
Kertas flipchart, LCD/OHP, Bahan bahan presentasi.
F.Metode :Ceramah informatif, Curah pendapat, Diskusi kelompok, Penugasan.G.Proses Pembelajaran :
1. Pengantar :
Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan energizer.
Fasilitator menggali pengalaman peserta dan mengajak peserta untuk berbagi pengalaman mereka sebagai anggota masyarakat dalam kejadian bencana, musibah, kejadian penyakit, maupun kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah masing-masing.2. Kegiatan Belajar :
a. Sessi 1
Fasilitator melakukan curah pendapat dengan peserta tentang jenis jenis ancaman/bahaya. Jawaban ditulis dalam flipchart oleh peserta. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk memperdalam diskusi dengan menanyakan kepada peserta tentang ciri ciri dan sifat setiap ancaman.
Fasilitator menyajikan presentasi tentang jenis jenis ancaman/bahaya beserta ciri dan sifatnya. b. Sessi 2
Fasilitator menampilkan format matriks untuk memudahkan peserta memahami jenis bencana, faktor penyebabnya, ciri-ciri dan sifatnya masing-masing;
c. Sessi 3
Fasilitator mengawali sessi 3 dengan menanyakan kepada peserta tentang tahap tahap dalam penanggulangan bencana.menjelaskan tentang siklus bencana sambil mengajak peserta untuk curah pendapat.
3.Rangkuman :
H.Latihan dan Evaluasi :
Fasilitator menanyakan kembali kepada peserta mengenai pokok bahasan dan
aspek-aspek terkait.
I.Referensi :
1.Federation Training Guidelines
2.Pedoman Penanggulangan Bencana PMI
3.Undang undang PB No. 24 tahun 2007
4. Referensi lain yang terkait
1. Gempa bumi
KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan
Gejala :
Bergesernya kristal batuan disepanjang daerah yang rapuh dan saling bertabrakan;
Karakteristik umum Bergetarnya bumi akibat gelombang dan dibawah permukaan bumi karena:
Permukaan yang bergeser
Hentakan
Tsunami
Getaran
Mencairnya es
Tanah longsor
Hal-hal yang dapat diprediksikan
Kemungkinan terjadinya gempa bumi dapat diramalkan tetapi tidak dapat ditentukan waktunya secara tepat. Ramalan tersebut berdasarkan pemantauan kegiatan seismik (hal-hal yang berhubungan dengan gempa bumi), sejarah bencana, dan observasi.
Faktor penyebab kerentanan
Lokasi wilayah seismik (kedekatan wilayah pemukiman dengan wilayah/pusat gempa)
Struktur yang tidak tahan terhadap pergerakan tanah
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi
Kurangnya akses informasi mengenai resiko gempa bumi
Dampak yang khas
Kerusakan fisik Rusak atau hancurnya struktur dan infrastruktur. Kebakaran, rusaknya bendungan, tanah longsor, dan banjir mungkin saja terjadi.
Korban cenderung banyak, khususnya dekat episenter atau wilayah dengan tingkat populasi tinggi, atau bangunan yang rapuh.
Persediaan air Masalah yang sering muncul biasanya karena rusaknya sistem air, polusi sumur yang terbuka.
Kesehatan kasus luka patah tulang merupakan permasalahan utama. Ancaman lainnya adalah persediaan air atau rusaknya sistem sanitasi.Upaya mengurangi resiko
Pemetaan hazard (wilayah rawan gempa/bencana)
Pelatihan dan program penyadaran masyarakat
Penilaian dan mengurangi struktur tingkat kerentanan
Manajemen dan pemetaan penggunaan tanah dan pengkodean bangunan
Asuransi
Upaya kesiapsiagaan
Mencermati informasi peringatan dini dan kesiapsiagaan gempa bumi
Kebutuhan paska bencana
Pencarian dan penyelamatan
Bantuan medis darurat
Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan
Bantuan pangan
Rekonstruksi/perbaikan
Pemulihan ekonomi
2. Letusan gunung berapi
KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan
Gejala :
Bahan dasar letusan gunung berapi adalah magma dan akumulasi tekanan gas yang meningkat mengakibatkan terjadinya semburan magma, yang disebut sebagai letusan.
Karakteristik umum : Hujan abu
Arus pyroclastic/awan panas
Aliran lumpur atau puing
Lahar
Gas
Tsunami
Hal-hal yang dapat diprediksikan
Ramalan jangka pendek dalam hitungan jam atau bulan, yang dapat dilakukan melalui teknik pemantauan dan observasi seismik, perubahan tanah, pencatatan perubahan hidrotermal, geokimia, dan geoelektrik.
Faktor penyebab kerentanan
Gunung yang kaya tanah (subur) menarik perhatian orang-orang untuk menetap.
Struktur dengan desain atap yang tidak tahan terhadap akumulasi abu, akan sangat rentan bahkan dalam jarak bermil-mil dari gunung berapi.
Dampak yang khas
Korban luka, terbakar, aspaksia, keracunan gas, air terkontaminasi bahan kimia.
Kerusakan struktur Arus pyroclastic akan menghancurkan segala sesuatu yang dilewatinya. Abu dapat merusak struktur bangunan/benda tinggi. Abu panas menyebabkan kebakaran. Banjir merupakan hasil dari terputusnya atau berbeloknya arus air. Arus lumpur dapat menyebabkan kerusakan bangunan atau benda lain.
Persediaan makanan dan hasil panen kerusakan disebabkan karena arus abu, lumpur, pyroclastic atau lahar. Peternakan mungkin juga akan terkena dampaknya
Upaya mengurangi tingkat resiko
Relokasi/penampungan
Manajemen pemanfaatan tanah
Evakuasi
Upaya kesiapsiagaan
Pemantauan aktifitas gunung berapi
Pengembangan rencana kedaruratan gunung berapi
Pelatihan dan partisipasi masyarakat
Kebutuhan paska bencana
Evakuasi
Bantuan medis darurat
Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan
Bantuan pangan, sandang
Relokasi/penampungan
Pemulihan ekonomi
3. Tanah longsor
KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan
Gejala
Miring/longsornya tanah dan batuan akibat getaran, perubahan arah air, beban yang berlebihan, cuaca, bergesernya penopang, komposisi aliran air, rapuhan, berkurangnya unsur pengikat tanah, dan lereng buatan manusia.
Karakteristik umum
Jenis gerakan tanah longsor bervariasi: jatuh, longsor, robohnya penopang bumi, dan mungkin juga karena badai, gempa bumi, dan letusan gunung berapi.
Lebih luas daripada gejala alam lainnya.
Hal-hal yang dapat diprediksikan
Frekuensi kejadian, luas, dan dampak tanah longsor mungkin dapat diramalkan, dan wilayah resiko tinggi juga dapat ditentukan dengan cara memanfaatkan informasi geologi, geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan vegetasi.
Faktor penyebab kerentanan
Perumahan/bangunan di lereng, tanah yang rapuh, karang diatas bukit
Perumahan/bangunan di dasar lereng, atau lembah
Jalur komunikasi dan jalan di wilayah pengunungan
Bangunan berpondasi lemah
Pipa yang mudah rusak, jalur pipa yang terkubur
Kurangnya pemahanan mengenai bahaya dan dampak tanah longsor
Dampak yang khas
Kerusakan fisik Semua yang berada diatas atau sekitar jalur longsor akan mengalami kerusakan. Pecahan batu akan menghalangi jalan, jalur komunikasi atau aliran air. Dampak tidak langsung yang muncul mungkin rusaknya hasil pertanian, hutan, banjir, dan berkurangnya nilai property.
Korban Kefatalan terjadi karena longsornya lereng. Runtuhan puing atau banjir lumpur dapat menyebabkan ribuan korban meninggal
Upaya mengurangi tingkat resiko
Pemetaan hazard
UU penggunaan tanah
Asuransi
Upaya kesiapsiagaan
Pendidikan
Sistem monitoring (pemantauan), peringatan dan evakuasi
Kebutuhan paska bencana
Pencarian dan penyelamatan (menggunakan alat pengerukan tanah)
Bantuan medis
Penampungan darurat
4. Banjir
KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan
Gejala
Secara alamiah terjadi secara cepat, di daerah pinggiran sungai atau pantai, karena curah hujan terus menerus atau bersifat musiman. Ulah manusia dalam hal pemanfaatan lahan dan penampungan air.Karakteristik Umum
Faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya, kedalaman air, durasi, kecepatan air, rata rata kenaikan air, frekuensi kejadian, cuaca.
Banjir bandang bendungan rusak, hujan yang tidak berhenti, curah hujan tinggi secara tiba - tiba.
Banjir sungai lambat dan biasanya musiman
Banjir pantai berhubungan dengan angin tropis, gelombang tsunami, badai.
Hal2 yang dapat diprediksi
Banjir biasanya tergantung pada musim, kapasitas penampungan air serta survey pemetaan wilayah banjir. Beberapa sistem peringatan mungkin sudah dipersiapkan, tetapi kadang hanya sedikit yang dilaksanakan, terutama sebelum banjir bandang atau tsunami terjadi.
Faktor penyebab kerentanan
Perumahan yang berada di daerah rawan banjir.
Kurangnya kesadaran akan adanya bahaya dan dampak banjir.
Berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap air (erosi, bangunan beton)
Pondasi bangunan yang tidak tahan air.
Elemen infrastruktur yang beresiko tinggi.
Persediaan bahan pangan, pertanian dan peternakan yang tidak disimpan dengan baik.
Industri maritim dan perkapalan.
Dampak yang khas
Kerusakan fisik struktur yang menjadi rusak, hanyut, hancur.
Korban meninggal karena tenggelam, atau luka serius.
Persediaan air air tanah atau air sumur yang terkontaminasi. Kesulitn mendapatkan air bersih. Kesehatan gangguan kesehatan atau wabah penyakit yang mungkin muncul, mis : diare, muntaber, malaria, dll.
Pangan hasil pertanian, stok makanan yang rusak/hilang.Upaya mengurangi resiko
Pengendalian banjir pembuatan bendungan, perbaikan saluran air, pengawasan lahan erosi, dll
Penilaian resiko dan pemetaan hazard.
Manajemen penggunaan tanah.
Mengurangi struktur tingkat kerentanan.
Penghijauan
Upaya kesiapsiagaan
Deteksi banjir dan sistem penyadaran.
Pendidikan dan partisipasi masyarakat.
Pengembangan rencana manajemen wilayah rawan banjir.
Kebutuhan pasca banjir
Pencarian dan penyelamatan.
Bantuan kesehatan.
Penyediaan air bersih.
Penyediaan makanan dan minuman jangka pendek.
Pemantauan epidemiologi.
Penampungan sementara.
5. Kekeringan
KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan
Gejala
Sebab utama kurangnya curah hujan
Sebab lain El Nino (serangan air permukaan panas ke air yang lebih dingin di Pasifik timur); makhluk hidup dapat menyebabkan perubahan pada permukaan tanah.
Karakteristik umum
Air dan kelembaban akan berkurang
Kekeringan secara meteorologi curah hujan dibawah harapan (kurang), dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas.
Kekeringan hidrologi terjadi karena defisit air pada permukaan (kondisi dibawah normal) atau frekuensi air tanah yang kurang.
Kekeringan agrikultur terjadi karena kurangnya frekuensi dan sebaran hujan, penyerapan serta penguapan air yang menyebabkan rusak/berkurangnya lahan pertanian atau peternakan Hal-hal yang dapat diprediksikan
Periode kekeringan yang tidak normal biasanya terjadi pada musim panas yang normal. Belum ada metode yang secara tepat dapat meramalkan waktu dan lama kejadian, kapan berakhir dan kapan akan terjadi lagi.
Analisa data klimatologi dapat membantu persiapan penilaian (assessment). Besar skala kekeringan di Fiji terjadi selama episode, yang dikenal sebagai Gangguan Selatan El Nino (El Nino Southern Oscillation). Masa ini merupakan siklus 4 5 tahunan.Faktor penyebab kerentanan
Wilayah dengan kondisi panas, dan meningkat menjadi periode kekeringan
Wilayah pertanian berada ditanah yang berlapis tipis
Kurangnya penghijauan/pepohonan
Kurangnya penanaman
Suatu wilayah tergantung pada hujan sebagai sumber air
Rendahnya daya serap dan kelembaban tanah
Kurangnya kemampuan mengenali sumber hazard kekeringan
Dampak yang khas :
Berkurangnya pendapatan petani
Peternakan dan pertanian rusak
Berkurangnya kualitas dan kuantitas bidang agrikultur (pertanian dan perkebunan)
Meningkatnya harga-harga
Rata-rata inflasi meningkat
Menurunnya status gizi, timbulnya penyakit, kematian, dan kelaparan
Berkurangnya sumber air minum
Migrasi
Upaya mengurangi resiko
Pengembangan rencana respon antar institusi;
Upaya kesiapsiagaan :
Sistem peringatan dini tentang kelaparan dan kekeringan;
Kebutuhan paska bencana
Upaya mempertahankan ketersediaan makanan Harga yang stabil
Subsidi makanan
Program penciptaan lapangan dan tenaga kerja
Distribusi makanan
Program makanan tambahan
Program-program khusus dibidang peternakan dan perkebunan
Program kesehatan dan air
Rehabilitasi
Hazard di Indonesia
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu Negara Kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah 5.176.800 km2 yang membentang dari 6o08LU hingga 11o15LS dan 94o45BT hingga 141o05BT. Luas wilayah laut adalah 3.272.230 km2 dan sisanya (81%) merupakan wilayah daratan.
Indonesia terdiri dari 5(lima) pulau besar dan 30(tigapuluh) kelompok pulau-pulau kecil, total terdapat +17.000 pulau besar dan pulau-pulau kecil. Indonesia juga terletak diantara dua benua, Asia dan Australia, dan dua samudra, Samudra India dan Samudra Pasifik. Oleh karena itu, Indonesia juga menjadi titik pertemuan lempengan bumi, yaitu Circum Mediterania yang membentuk palungan dan garis pegunungan mulai dari P. Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Juga Circum Pasifik yang membentuk palungan dan garis pegunungan di Sulawesi Utara, bagian utara Papua dan wilayah sepanjang laut Banda. Tidaklah mengherankan apabila Indonesia merupakan wilayah rawan gempa bumi, tsunami dan gunung api.
Indonesia juga dilintasi garis khatulistiwa dengan pengaruh iklim tropis. Di beberapa wilayah memiliki curah hujan cukup tinggi seperti : Papua, Sulawesi dan Sumatera. Banjir dan tanah longsor merupakan fenomena yang umum terjadi wilayah tersebut. Sebaliknya di Selatan Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara dan Kalimantan hanya memiliki curah hujan yang sangat rendah.
Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, + 220 juta orang, dimana 60% diantaranya berdiam di P. Jawa, Bali dan Sumatera yang termasuk kategori wilayah rawan bencana. Kota-kota besar di ketiga pulau tersebut juga dipadati oleh migrasi penduduk yang berasal dari wilayah pedesaan (urbanisasi) sehingga turut memberi kontribusi terhadap besarnya jumlah korban bencana.
Uraian tersebut diatas merupakan fenomena umum, baik karena ulah alam maupun manusia yang dihadapi oleh penduduk di Indonesia, oleh karenanya membina Kesiapsiagaan Bencana menjadi sangat penting artinya.
1. Zona Tektonik, Seismik dan Gempabumi
Indonesia berada di zona tektonik mengingat lokasinya yang terletak antara 2 benua dan 2 samudra. Secara geologis, terdapat 3 (tiga) lempengan bumi di wilayah bawah laut Indonesia, yaitu lempengan Eurasian di bagian utara, lempengan India-Australia yang membentang dari bagian barat daya hingga bagian tenggara, dan lempengan Pasifik di bagian Timur Laut.
Setiap pergeseran di perut bumi, atau disebut sebagai Gerakan Seismik, akan menimbulkan gempa yang mungkin juga dapat menimbulkan gelombang tsunami. Gempa yang berdampak bencana tergantung dari tingkat kedalamannya titik episentrum dan jaraknya dengan populasi.
2. Zona Gunung Api Aktif
Sepanjang 7000 km yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Maluku Utara hingga bagian utara Sulawesi Utara merupakan daerah gunung api. Terdapat + 500 gunung api, 128 dalam keadaan aktif, 79 gunung api masih mengeluarkan magma, 29 gunung api berasap dan 21 gunung api yang mengindikasikan menghasilkan asap.
3. Longsor
Longsor sering terjadi di daerah yang memiliki kemiringan yang diperburuk pula oleh kekeliruan dalam penataan dan penggunaan lahan. Longsor biasanya terjadi pada musim penghujan. Daerah yang sangat rawan terjadi longsor adalah sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Pegunungan Jayawijaya di Papua, daerah pegunungan di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara.4. Banjir dan Kekeringan
Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia Bagian Barat yang menerima curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Indonesia Bagian Timur. Disamping itu, terdapat lebih dari 5000 sungai besar dan kecil yang 30% diantaranya melewati kawasan padat penduduk. Adanya faktor perubahan iklim, kekeliruan tata guna lahan, kenaikan permukaan air laut juga berakibat menimbulkan banjir di musim penghujan.
Kekeringan, biasanya terjadi di wilayah Indonesia bagian Timur, khususnya di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat. Di Kalimantan, kekeringan ini seringkali juga mengakibatkan kebakaran hutan.
5. Kerusuhan Sosial
Perkembangan politik di dalam negeri Indonesia yang begitu pesat dewasa ini telah memicu timbulnya beberapa konflik di masyarakat yang sering dibungkus dengan issue-issue perbedaan suku, agama, kesenjangan sosial serta persaingan politik. Lebih dari 200.000 KK korban kerusuhan hingga kini masih berdiam di tempat penampungan sementara di beberapa Propinsi di Indonesia.
Peta Rawan Bencana di Indonesia
Data Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 1907 - 2005
Setelah proses pembelajaran Pokok Bahasan ini, peserta
diharapkan mampu :
Menyebutkan jenis-jenis hazards
Menjelaskan ciri-ciri dan sifat hazard yang dapat berdampak terhadap kehidupan manusia;
Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya bencana.
Menjelaskan jenis-jenis hazards yang ada di Indonesia serta daerah-daerah yang rawan terhadap bencana;
Menjelaskan faktor-faktor geographis, geologis, klimatologis, yang mempengaruhi peristiwa-peristiwa alam di Indonesia.
------Latihan dan Evaluasi-----
Sebutkan jenis jenis ancaman yang ada di Indonesia ?
-----Latihan & Penugasan ---
Identifikasi jenis hazard yang ada di daerah anda. Selanjutnya dari masing-masing hazard yang ada tersebut, identifikasi faktor-faktor kerentanan dan tingkat risiko yang ada. Lakukan analisis secara mendalam, sejauhmana tingkat bahaya dan risiko yang mungkin terjadi.
# ofEventsKilledInjuredHomelessTotalAffectedDamageUS(000's)Drought11 848 0 0 444,929 14,473 Earthquake79 277 2713,58620,63910,142Epidemic30 116 0 0 21,7820 Famine3 87 0 0 54,0000 Flood93 46 2,6962,19654,5095,721Slides31 57 14 953 11,914 646 Volcano43 417 76 407 22,834 8,009 Wave / Surge7 31,667 17 76,253 76,556 635,714 Wild Fires7 9 30 0 433,458 2,462,143 *Data average per event
13