2. Jenis & Karakteristik Bencana

21
A. Pokok Bahasan : Manajemen Penanggulangan Bencana B. Sub Pokok Bahasan -1 : Jenis & Karakteristik Bencana C. Tujuan Pembelajaran : D. Waktu : 6 x 45 menit E. Media : Kertas flipchart, LCD/OHP, Bahan – bahan presentasi. F. Metode : Ceramah informatif, Curah pendapat, Diskusi kelompok, Penugasan. G. Proses Pembelajaran : 1. Pengantar : 1 Setelah proses pembelajaran Pokok Bahasan ini, peserta diharapkan mampu : Menyebutkan jenis-jenis hazards Menjelaskan ciri-ciri dan sifat hazard yang dapat berdampak terhadap kehidupan manusia; Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya bencana. Menjelaskan jenis-jenis hazards yang ada di Indonesia serta daerah-daerah yang rawan terhadap bencana; Menjelaskan faktor-faktor geographis, geologis, klimatologis, yang mempengaruhi peristiwa-peristiwa alam di Indonesia.

description

aa

Transcript of 2. Jenis & Karakteristik Bencana

A

A. Pokok Bahasan :

Manajemen Penanggulangan Bencana

B. Sub Pokok Bahasan -1 :

Jenis & Karakteristik BencanaC. Tujuan Pembelajaran :

D. Waktu :

6 x 45 menitE. Media :

Kertas flipchart, LCD/OHP, Bahan bahan presentasi.

F.Metode :Ceramah informatif, Curah pendapat, Diskusi kelompok, Penugasan.G.Proses Pembelajaran :

1. Pengantar :

Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan energizer.

Fasilitator menggali pengalaman peserta dan mengajak peserta untuk berbagi pengalaman mereka sebagai anggota masyarakat dalam kejadian bencana, musibah, kejadian penyakit, maupun kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah masing-masing.2. Kegiatan Belajar :

a. Sessi 1

Fasilitator melakukan curah pendapat dengan peserta tentang jenis jenis ancaman/bahaya. Jawaban ditulis dalam flipchart oleh peserta. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk memperdalam diskusi dengan menanyakan kepada peserta tentang ciri ciri dan sifat setiap ancaman.

Fasilitator menyajikan presentasi tentang jenis jenis ancaman/bahaya beserta ciri dan sifatnya. b. Sessi 2

Fasilitator menampilkan format matriks untuk memudahkan peserta memahami jenis bencana, faktor penyebabnya, ciri-ciri dan sifatnya masing-masing;

c. Sessi 3

Fasilitator mengawali sessi 3 dengan menanyakan kepada peserta tentang tahap tahap dalam penanggulangan bencana.menjelaskan tentang siklus bencana sambil mengajak peserta untuk curah pendapat.

3.Rangkuman :

H.Latihan dan Evaluasi :

Fasilitator menanyakan kembali kepada peserta mengenai pokok bahasan dan

aspek-aspek terkait.

I.Referensi :

1.Federation Training Guidelines

2.Pedoman Penanggulangan Bencana PMI

3.Undang undang PB No. 24 tahun 2007

4. Referensi lain yang terkait

1. Gempa bumi

KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan

Gejala :

Bergesernya kristal batuan disepanjang daerah yang rapuh dan saling bertabrakan;

Karakteristik umum Bergetarnya bumi akibat gelombang dan dibawah permukaan bumi karena:

Permukaan yang bergeser

Hentakan

Tsunami

Getaran

Mencairnya es

Tanah longsor

Hal-hal yang dapat diprediksikan

Kemungkinan terjadinya gempa bumi dapat diramalkan tetapi tidak dapat ditentukan waktunya secara tepat. Ramalan tersebut berdasarkan pemantauan kegiatan seismik (hal-hal yang berhubungan dengan gempa bumi), sejarah bencana, dan observasi.

Faktor penyebab kerentanan

Lokasi wilayah seismik (kedekatan wilayah pemukiman dengan wilayah/pusat gempa)

Struktur yang tidak tahan terhadap pergerakan tanah

Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi

Kurangnya akses informasi mengenai resiko gempa bumi

Dampak yang khas

Kerusakan fisik Rusak atau hancurnya struktur dan infrastruktur. Kebakaran, rusaknya bendungan, tanah longsor, dan banjir mungkin saja terjadi.

Korban cenderung banyak, khususnya dekat episenter atau wilayah dengan tingkat populasi tinggi, atau bangunan yang rapuh.

Persediaan air Masalah yang sering muncul biasanya karena rusaknya sistem air, polusi sumur yang terbuka.

Kesehatan kasus luka patah tulang merupakan permasalahan utama. Ancaman lainnya adalah persediaan air atau rusaknya sistem sanitasi.Upaya mengurangi resiko

Pemetaan hazard (wilayah rawan gempa/bencana)

Pelatihan dan program penyadaran masyarakat

Penilaian dan mengurangi struktur tingkat kerentanan

Manajemen dan pemetaan penggunaan tanah dan pengkodean bangunan

Asuransi

Upaya kesiapsiagaan

Mencermati informasi peringatan dini dan kesiapsiagaan gempa bumi

Kebutuhan paska bencana

Pencarian dan penyelamatan

Bantuan medis darurat

Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan

Bantuan pangan

Rekonstruksi/perbaikan

Pemulihan ekonomi

2. Letusan gunung berapi

KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan

Gejala :

Bahan dasar letusan gunung berapi adalah magma dan akumulasi tekanan gas yang meningkat mengakibatkan terjadinya semburan magma, yang disebut sebagai letusan.

Karakteristik umum : Hujan abu

Arus pyroclastic/awan panas

Aliran lumpur atau puing

Lahar

Gas

Tsunami

Hal-hal yang dapat diprediksikan

Ramalan jangka pendek dalam hitungan jam atau bulan, yang dapat dilakukan melalui teknik pemantauan dan observasi seismik, perubahan tanah, pencatatan perubahan hidrotermal, geokimia, dan geoelektrik.

Faktor penyebab kerentanan

Gunung yang kaya tanah (subur) menarik perhatian orang-orang untuk menetap.

Struktur dengan desain atap yang tidak tahan terhadap akumulasi abu, akan sangat rentan bahkan dalam jarak bermil-mil dari gunung berapi.

Dampak yang khas

Korban luka, terbakar, aspaksia, keracunan gas, air terkontaminasi bahan kimia.

Kerusakan struktur Arus pyroclastic akan menghancurkan segala sesuatu yang dilewatinya. Abu dapat merusak struktur bangunan/benda tinggi. Abu panas menyebabkan kebakaran. Banjir merupakan hasil dari terputusnya atau berbeloknya arus air. Arus lumpur dapat menyebabkan kerusakan bangunan atau benda lain.

Persediaan makanan dan hasil panen kerusakan disebabkan karena arus abu, lumpur, pyroclastic atau lahar. Peternakan mungkin juga akan terkena dampaknya

Upaya mengurangi tingkat resiko

Relokasi/penampungan

Manajemen pemanfaatan tanah

Evakuasi

Upaya kesiapsiagaan

Pemantauan aktifitas gunung berapi

Pengembangan rencana kedaruratan gunung berapi

Pelatihan dan partisipasi masyarakat

Kebutuhan paska bencana

Evakuasi

Bantuan medis darurat

Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan

Bantuan pangan, sandang

Relokasi/penampungan

Pemulihan ekonomi

3. Tanah longsor

KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan

Gejala

Miring/longsornya tanah dan batuan akibat getaran, perubahan arah air, beban yang berlebihan, cuaca, bergesernya penopang, komposisi aliran air, rapuhan, berkurangnya unsur pengikat tanah, dan lereng buatan manusia.

Karakteristik umum

Jenis gerakan tanah longsor bervariasi: jatuh, longsor, robohnya penopang bumi, dan mungkin juga karena badai, gempa bumi, dan letusan gunung berapi.

Lebih luas daripada gejala alam lainnya.

Hal-hal yang dapat diprediksikan

Frekuensi kejadian, luas, dan dampak tanah longsor mungkin dapat diramalkan, dan wilayah resiko tinggi juga dapat ditentukan dengan cara memanfaatkan informasi geologi, geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan vegetasi.

Faktor penyebab kerentanan

Perumahan/bangunan di lereng, tanah yang rapuh, karang diatas bukit

Perumahan/bangunan di dasar lereng, atau lembah

Jalur komunikasi dan jalan di wilayah pengunungan

Bangunan berpondasi lemah

Pipa yang mudah rusak, jalur pipa yang terkubur

Kurangnya pemahanan mengenai bahaya dan dampak tanah longsor

Dampak yang khas

Kerusakan fisik Semua yang berada diatas atau sekitar jalur longsor akan mengalami kerusakan. Pecahan batu akan menghalangi jalan, jalur komunikasi atau aliran air. Dampak tidak langsung yang muncul mungkin rusaknya hasil pertanian, hutan, banjir, dan berkurangnya nilai property.

Korban Kefatalan terjadi karena longsornya lereng. Runtuhan puing atau banjir lumpur dapat menyebabkan ribuan korban meninggal

Upaya mengurangi tingkat resiko

Pemetaan hazard

UU penggunaan tanah

Asuransi

Upaya kesiapsiagaan

Pendidikan

Sistem monitoring (pemantauan), peringatan dan evakuasi

Kebutuhan paska bencana

Pencarian dan penyelamatan (menggunakan alat pengerukan tanah)

Bantuan medis

Penampungan darurat

4. Banjir

KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan

Gejala

Secara alamiah terjadi secara cepat, di daerah pinggiran sungai atau pantai, karena curah hujan terus menerus atau bersifat musiman. Ulah manusia dalam hal pemanfaatan lahan dan penampungan air.Karakteristik Umum

Faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya, kedalaman air, durasi, kecepatan air, rata rata kenaikan air, frekuensi kejadian, cuaca.

Banjir bandang bendungan rusak, hujan yang tidak berhenti, curah hujan tinggi secara tiba - tiba.

Banjir sungai lambat dan biasanya musiman

Banjir pantai berhubungan dengan angin tropis, gelombang tsunami, badai.

Hal2 yang dapat diprediksi

Banjir biasanya tergantung pada musim, kapasitas penampungan air serta survey pemetaan wilayah banjir. Beberapa sistem peringatan mungkin sudah dipersiapkan, tetapi kadang hanya sedikit yang dilaksanakan, terutama sebelum banjir bandang atau tsunami terjadi.

Faktor penyebab kerentanan

Perumahan yang berada di daerah rawan banjir.

Kurangnya kesadaran akan adanya bahaya dan dampak banjir.

Berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap air (erosi, bangunan beton)

Pondasi bangunan yang tidak tahan air.

Elemen infrastruktur yang beresiko tinggi.

Persediaan bahan pangan, pertanian dan peternakan yang tidak disimpan dengan baik.

Industri maritim dan perkapalan.

Dampak yang khas

Kerusakan fisik struktur yang menjadi rusak, hanyut, hancur.

Korban meninggal karena tenggelam, atau luka serius.

Persediaan air air tanah atau air sumur yang terkontaminasi. Kesulitn mendapatkan air bersih. Kesehatan gangguan kesehatan atau wabah penyakit yang mungkin muncul, mis : diare, muntaber, malaria, dll.

Pangan hasil pertanian, stok makanan yang rusak/hilang.Upaya mengurangi resiko

Pengendalian banjir pembuatan bendungan, perbaikan saluran air, pengawasan lahan erosi, dll

Penilaian resiko dan pemetaan hazard.

Manajemen penggunaan tanah.

Mengurangi struktur tingkat kerentanan.

Penghijauan

Upaya kesiapsiagaan

Deteksi banjir dan sistem penyadaran.

Pendidikan dan partisipasi masyarakat.

Pengembangan rencana manajemen wilayah rawan banjir.

Kebutuhan pasca banjir

Pencarian dan penyelamatan.

Bantuan kesehatan.

Penyediaan air bersih.

Penyediaan makanan dan minuman jangka pendek.

Pemantauan epidemiologi.

Penampungan sementara.

5. Kekeringan

KarakteristikTingkat KerentananHal yang perlu dipertimbangkan

Gejala

Sebab utama kurangnya curah hujan

Sebab lain El Nino (serangan air permukaan panas ke air yang lebih dingin di Pasifik timur); makhluk hidup dapat menyebabkan perubahan pada permukaan tanah.

Karakteristik umum

Air dan kelembaban akan berkurang

Kekeringan secara meteorologi curah hujan dibawah harapan (kurang), dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas.

Kekeringan hidrologi terjadi karena defisit air pada permukaan (kondisi dibawah normal) atau frekuensi air tanah yang kurang.

Kekeringan agrikultur terjadi karena kurangnya frekuensi dan sebaran hujan, penyerapan serta penguapan air yang menyebabkan rusak/berkurangnya lahan pertanian atau peternakan Hal-hal yang dapat diprediksikan

Periode kekeringan yang tidak normal biasanya terjadi pada musim panas yang normal. Belum ada metode yang secara tepat dapat meramalkan waktu dan lama kejadian, kapan berakhir dan kapan akan terjadi lagi.

Analisa data klimatologi dapat membantu persiapan penilaian (assessment). Besar skala kekeringan di Fiji terjadi selama episode, yang dikenal sebagai Gangguan Selatan El Nino (El Nino Southern Oscillation). Masa ini merupakan siklus 4 5 tahunan.Faktor penyebab kerentanan

Wilayah dengan kondisi panas, dan meningkat menjadi periode kekeringan

Wilayah pertanian berada ditanah yang berlapis tipis

Kurangnya penghijauan/pepohonan

Kurangnya penanaman

Suatu wilayah tergantung pada hujan sebagai sumber air

Rendahnya daya serap dan kelembaban tanah

Kurangnya kemampuan mengenali sumber hazard kekeringan

Dampak yang khas :

Berkurangnya pendapatan petani

Peternakan dan pertanian rusak

Berkurangnya kualitas dan kuantitas bidang agrikultur (pertanian dan perkebunan)

Meningkatnya harga-harga

Rata-rata inflasi meningkat

Menurunnya status gizi, timbulnya penyakit, kematian, dan kelaparan

Berkurangnya sumber air minum

Migrasi

Upaya mengurangi resiko

Pengembangan rencana respon antar institusi;

Upaya kesiapsiagaan :

Sistem peringatan dini tentang kelaparan dan kekeringan;

Kebutuhan paska bencana

Upaya mempertahankan ketersediaan makanan Harga yang stabil

Subsidi makanan

Program penciptaan lapangan dan tenaga kerja

Distribusi makanan

Program makanan tambahan

Program-program khusus dibidang peternakan dan perkebunan

Program kesehatan dan air

Rehabilitasi

Hazard di Indonesia

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu Negara Kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah 5.176.800 km2 yang membentang dari 6o08LU hingga 11o15LS dan 94o45BT hingga 141o05BT. Luas wilayah laut adalah 3.272.230 km2 dan sisanya (81%) merupakan wilayah daratan.

Indonesia terdiri dari 5(lima) pulau besar dan 30(tigapuluh) kelompok pulau-pulau kecil, total terdapat +17.000 pulau besar dan pulau-pulau kecil. Indonesia juga terletak diantara dua benua, Asia dan Australia, dan dua samudra, Samudra India dan Samudra Pasifik. Oleh karena itu, Indonesia juga menjadi titik pertemuan lempengan bumi, yaitu Circum Mediterania yang membentuk palungan dan garis pegunungan mulai dari P. Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Juga Circum Pasifik yang membentuk palungan dan garis pegunungan di Sulawesi Utara, bagian utara Papua dan wilayah sepanjang laut Banda. Tidaklah mengherankan apabila Indonesia merupakan wilayah rawan gempa bumi, tsunami dan gunung api.

Indonesia juga dilintasi garis khatulistiwa dengan pengaruh iklim tropis. Di beberapa wilayah memiliki curah hujan cukup tinggi seperti : Papua, Sulawesi dan Sumatera. Banjir dan tanah longsor merupakan fenomena yang umum terjadi wilayah tersebut. Sebaliknya di Selatan Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara dan Kalimantan hanya memiliki curah hujan yang sangat rendah.

Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, + 220 juta orang, dimana 60% diantaranya berdiam di P. Jawa, Bali dan Sumatera yang termasuk kategori wilayah rawan bencana. Kota-kota besar di ketiga pulau tersebut juga dipadati oleh migrasi penduduk yang berasal dari wilayah pedesaan (urbanisasi) sehingga turut memberi kontribusi terhadap besarnya jumlah korban bencana.

Uraian tersebut diatas merupakan fenomena umum, baik karena ulah alam maupun manusia yang dihadapi oleh penduduk di Indonesia, oleh karenanya membina Kesiapsiagaan Bencana menjadi sangat penting artinya.

1. Zona Tektonik, Seismik dan Gempabumi

Indonesia berada di zona tektonik mengingat lokasinya yang terletak antara 2 benua dan 2 samudra. Secara geologis, terdapat 3 (tiga) lempengan bumi di wilayah bawah laut Indonesia, yaitu lempengan Eurasian di bagian utara, lempengan India-Australia yang membentang dari bagian barat daya hingga bagian tenggara, dan lempengan Pasifik di bagian Timur Laut.

Setiap pergeseran di perut bumi, atau disebut sebagai Gerakan Seismik, akan menimbulkan gempa yang mungkin juga dapat menimbulkan gelombang tsunami. Gempa yang berdampak bencana tergantung dari tingkat kedalamannya titik episentrum dan jaraknya dengan populasi.

2. Zona Gunung Api Aktif

Sepanjang 7000 km yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Maluku Utara hingga bagian utara Sulawesi Utara merupakan daerah gunung api. Terdapat + 500 gunung api, 128 dalam keadaan aktif, 79 gunung api masih mengeluarkan magma, 29 gunung api berasap dan 21 gunung api yang mengindikasikan menghasilkan asap.

3. Longsor

Longsor sering terjadi di daerah yang memiliki kemiringan yang diperburuk pula oleh kekeliruan dalam penataan dan penggunaan lahan. Longsor biasanya terjadi pada musim penghujan. Daerah yang sangat rawan terjadi longsor adalah sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Pegunungan Jayawijaya di Papua, daerah pegunungan di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara.4. Banjir dan Kekeringan

Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia Bagian Barat yang menerima curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Indonesia Bagian Timur. Disamping itu, terdapat lebih dari 5000 sungai besar dan kecil yang 30% diantaranya melewati kawasan padat penduduk. Adanya faktor perubahan iklim, kekeliruan tata guna lahan, kenaikan permukaan air laut juga berakibat menimbulkan banjir di musim penghujan.

Kekeringan, biasanya terjadi di wilayah Indonesia bagian Timur, khususnya di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat. Di Kalimantan, kekeringan ini seringkali juga mengakibatkan kebakaran hutan.

5. Kerusuhan Sosial

Perkembangan politik di dalam negeri Indonesia yang begitu pesat dewasa ini telah memicu timbulnya beberapa konflik di masyarakat yang sering dibungkus dengan issue-issue perbedaan suku, agama, kesenjangan sosial serta persaingan politik. Lebih dari 200.000 KK korban kerusuhan hingga kini masih berdiam di tempat penampungan sementara di beberapa Propinsi di Indonesia.

Peta Rawan Bencana di Indonesia

Data Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 1907 - 2005

Setelah proses pembelajaran Pokok Bahasan ini, peserta

diharapkan mampu :

Menyebutkan jenis-jenis hazards

Menjelaskan ciri-ciri dan sifat hazard yang dapat berdampak terhadap kehidupan manusia;

Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya bencana.

Menjelaskan jenis-jenis hazards yang ada di Indonesia serta daerah-daerah yang rawan terhadap bencana;

Menjelaskan faktor-faktor geographis, geologis, klimatologis, yang mempengaruhi peristiwa-peristiwa alam di Indonesia.

------Latihan dan Evaluasi-----

Sebutkan jenis jenis ancaman yang ada di Indonesia ?

-----Latihan & Penugasan ---

Identifikasi jenis hazard yang ada di daerah anda. Selanjutnya dari masing-masing hazard yang ada tersebut, identifikasi faktor-faktor kerentanan dan tingkat risiko yang ada. Lakukan analisis secara mendalam, sejauhmana tingkat bahaya dan risiko yang mungkin terjadi.

# ofEventsKilledInjuredHomelessTotalAffectedDamageUS(000's)Drought11 848 0 0 444,929 14,473 Earthquake79 277 2713,58620,63910,142Epidemic30 116 0 0 21,7820 Famine3 87 0 0 54,0000 Flood93 46 2,6962,19654,5095,721Slides31 57 14 953 11,914 646 Volcano43 417 76 407 22,834 8,009 Wave / Surge7 31,667 17 76,253 76,556 635,714 Wild Fires7 9 30 0 433,458 2,462,143 *Data average per event

13