2. distributed system

11
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012) ISBN 978-602-19837-0-6 Implementasi Metode Model View Controller Menggunakan Framework Code Igniter dalam Pengembangan Aplikasi Manajemen Depo Petikemas pada Unit Usaha Belawan Logistics Center Dudi Rahmadiansyah, Dedy Irwan Dosen Sekolah Tinggi Teknik Harapan Abstrak Dalam pengembangan sistem informasi, fokus utama tidak hanya pada proses bisnis dan fitur yang harus dimiliki oleh sistem, tetapi juga bagaimana aplikasi sistem tersebut mampu mengantisipasi dinamika proses bisnis itu sendiri. Salah satu metode yang memungkinkan untuk dijadikan solusi adalah Model View Controller (MVC) yang diimplementasikan dalam suatu framework pemrograman. Metode MVC membagi lapisan aplikasi menjadi Model, View dan Controller yang memiliki fungsi khusus secara mandiri, namun saling terkait dalam membentuk suatu aplikasi. Untuk mengimplementasikan metode MVC ini, digunakan framework pemrograman berbasis php bernama CodeIgniter (CI) yang telah terbukti mudah dan fleksibel dalam penggunaannya dan akan digunakan dalam mengembangkan aplikasi manajemen Depo Petikemas pada Unit Usaha Belawan Logistics Center. 1. Pendahuluan Dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi khususnya pada elemen aplikasi yang mendukung sistem tersebut, sering kali mengalami kesulitan dalam penambahan, perubahan atau pengurangan modul dan fungsionalitas aplikasi. Kadang-kadang hal ini dapat berakibat pada perubahan besar dan bersifat mendasar dari aplikasi yang dipelihara tersebut. Hal ini tidak dapat terhidarkan karena adanya perubahan-perubahan dalam proses bisnis itu sendiri yang menuntut penyesuaian aplikasi dengan cepat dan tepat. Karena itu, perlu digunakan suatu metode yang dapat digunakan dalam pengembangan dan pemeliharaan aplikasi secara efektif dan efisien sehingga sistem analis dan pemrogram (programmer) dapat lebih berkonsentrasi pada permasalahan yang harus dipecahkan dengan meminimalkan analisa algoritma program. Salah satu model proses bisnis yang memiliki dinamika yang cepat dalam hal perubahan dan variasi kebutuhan proses dan penyajian informasi adalah depo peti kemas. Unit Usaha Belawan Logistics Center sebagai salah satu unit usaha di bawah PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan sebuah depo petikemas yang memiliki kompleksitas proses bisnis karena terkait dengan kontrak dan kebutuhan para Pelanggannya yang menuntut privasi proses dan penyajian informasi. Di samping itu, dinamika persaingan bisnis depo petikemas juga membutuhkan adaptasi yang cepat dari proses bisnis agar bisa unggul dalam persaingan bisnis tersebut. Karena itu, dibutuhkan suatu metode pengembangan aplikasi yang memungkinkan untuk melakukan penyusunan dan pemeliharaan aplikasi dengan cepat dan mudah. Metode yang memungkinkan untuk itu adalah membagi aplikasi ke dalam suatu kerangka kerja yang disebut Model View Controller (MVC). MVC merupakan salah satu arsitektur aplikasi yang memisahkan antarmuka/tampilan (user interface), data, dan proses sehingga memungkinkan untuk melakukan pengembangan atau pemeliharaan aplikasi secara lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan karena pengembang/programmer dapat lebih berkonsentrasi pada proses bisnis dan melakukan isolasi pengembangan/pemeliharaan hanya pada komponen-komponen aplikasi yang terkait dengan proses bisnis yang dimaksud. Metode ini diimplementasikan dalam sebuah aplikasi yang disebut Aplikasi Manajemen Depo Petikemas. Aplikasi tersebut didesain berbasiskan media web dan dikembangkan dengan menggunakan perangkat-perangkat lunak sebagai berikut : 1. Sistem Operasi MS-Windows XP atau Linux. 2. Bahasa script php versi 5.3.1. 3. Database MySQL versi 5.1.41 4. Framework CodeIgniter versi 2.0.2 Distributed System 2-1

Transcript of 2. distributed system

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

Implementasi Metode Model View Controller Menggunakan Framework Code Igniter dalam Pengembangan Aplikasi Manajemen Depo Petikemas

pada Unit Usaha Belawan Logistics Center

Dudi Rahmadiansyah, Dedy Irwan

Dosen Sekolah Tinggi Teknik Harapan

Abstrak

Dalam pengembangan sistem informasi, fokus utama tidak hanya pada proses bisnis dan fitur yang harus dimiliki oleh sistem, tetapi juga bagaimana aplikasi sistem tersebut mampu mengantisipasi dinamika proses bisnis itu sendiri. Salah satu metode yang memungkinkan untuk dijadikan solusi adalah Model View Controller (MVC) yang diimplementasikan dalam suatu framework pemrograman. Metode MVC membagi lapisan aplikasi menjadi Model, View dan Controller yang memiliki fungsi khusus secara mandiri, namun saling terkait dalam membentuk suatu aplikasi. Untuk mengimplementasikan metode MVC ini, digunakan framework pemrograman berbasis php bernama CodeIgniter (CI) yang telah terbukti mudah dan fleksibel dalam penggunaannya dan akan digunakan dalam mengembangkan aplikasi manajemen Depo Petikemas pada Unit Usaha Belawan Logistics Center.

1. Pendahuluan

Dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi khususnya pada elemen aplikasi yang mendukung sistem tersebut, sering kali mengalami kesulitan dalam penambahan, perubahan atau pengurangan modul dan fungsionalitas aplikasi. Kadang-kadang hal ini dapat berakibat pada perubahan besar dan bersifat mendasar dari aplikasi yang dipelihara tersebut.

Hal ini tidak dapat terhidarkan karena adanya perubahan-perubahan dalam proses bisnis itu sendiri yang menuntut penyesuaian aplikasi dengan cepat dan tepat. Karena itu, perlu digunakan suatu metode yang dapat digunakan dalam pengembangan dan pemeliharaan aplikasi secara efektif dan efisien sehingga sistem analis dan pemrogram (programmer) dapat lebih berkonsentrasi pada permasalahan yang harus dipecahkan dengan meminimalkan analisa algoritma program.

Salah satu model proses bisnis yang memiliki dinamika yang cepat dalam hal perubahan dan variasi kebutuhan proses dan penyajian informasi adalah depo peti kemas. Unit Usaha Belawan Logistics Center sebagai salah satu unit usaha di bawah PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan sebuah depo petikemas yang memiliki kompleksitas proses bisnis karena terkait dengan kontrak dan kebutuhan para Pelanggannya yang menuntut privasi proses dan penyajian informasi. Di samping itu, dinamika persaingan bisnis depo petikemas juga membutuhkan adaptasi yang cepat dari proses bisnis agar bisa unggul dalam persaingan bisnis tersebut.

Karena itu, dibutuhkan suatu metode pengembangan aplikasi yang memungkinkan untuk melakukan penyusunan dan pemeliharaan aplikasi dengan cepat dan mudah. Metode yang memungkinkan untuk itu adalah membagi aplikasi ke dalam suatu kerangka kerja yang disebut Model View Controller (MVC). MVC merupakan salah satu arsitektur aplikasi yang memisahkan antarmuka/tampilan (user interface), data, dan proses sehingga memungkinkan untuk melakukan pengembangan atau pemeliharaan aplikasi secara lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan karena pengembang/programmer dapat lebih berkonsentrasi pada proses bisnis dan melakukan isolasi pengembangan/pemeliharaan hanya pada komponen-komponen aplikasi yang terkait dengan proses bisnis yang dimaksud.

Metode ini diimplementasikan dalam sebuah aplikasi yang disebut Aplikasi Manajemen Depo Petikemas. Aplikasi tersebut didesain berbasiskan media web dan dikembangkan dengan menggunakan perangkat-perangkat lunak sebagai berikut : 1. Sistem Operasi MS-Windows XP atau Linux. 2. Bahasa script php versi 5.3.1. 3. Database MySQL versi 5.1.41 4. Framework CodeIgniter versi 2.0.2

Distributed System 2-1

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

2. Metode MVC Model View Controller (MVC) adalah sebuah

sebuah metode untuk membuat sebuah aplikasi dengan memisahkan data dari tampilan dan cara memprosesnya. MVC diperkenalkan pertama sekali oleh para peneliti di XEROC PARAC yang bekerja untuk pembuatan bahasa pemrograman Smalltalk pada tahun 1970 – 1980.

Metode MVC membagi aplikasi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Model, berfungsi sebagai pengelola perilaku

dan data pada domain aplikasi, melakukan tanggapan terhadap permintaan informasi dan merespons instruksi untuk merubah suatu kondisi (state).

2. View, menerjemahkan informasi yang berasal dari model ke dalam sebuah bentuk yang sesuai untuk berinteraksi dengan user. Biasanya berupa satu atau lebih elemen antarmuka user.

3. Controller, menerima masukan dari user dan memicu respons dengan membuat pemanggilan ke objek-objek model. Kelebihan-kelebihan metode MVC adalah

sebagai berikut : 1. Bagian model memberikan penempatan detil

data yang terpisah dan tidak disebar di dalam keseluruhan aplikasi sehingga meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas dalam proses pemeliharaan aplikasi.

2. Pemisahan model juga membuat objek model dapat digunakan oleh aplikasi lain dengan kebutuhan yang sama (reuse)

3. Pemisahan view memudahkan perakitan/integrasi dengan komponen aplikasi lainnya tanpa harus memperhatikan detil proses. Desainer hanya berkonsentrasi pada bentuk dan tampilan antarmuka pemakai (user interface).

4. Penggunaan Controller memungkinkan untuk perubahan proses tanpa harus mengganggu antarmuka pemakai. Detil proses disembunyikan oleh Controller sehingga tidak mengganggu presentasi ke user maupun pengelolaan data/informasi (manajemen database). Di samping kelebihan-kelebihan, di atas,

metode MVC juga memiliki kekurangan, yaitu : 1. Peningkatan kompleksitas aplikasi karena

arsitektur aplikasi yang terbagi menjadi tiga bagian.

2. Menimbulkan loosely coupled (komponen aplikasi yang membuat/mengacu ke komponen lainnya dengan sedikit/tanpa informasi detil dari komponen yang diacu tersebut).

Gambar 1. Konsep MVC

Di dalam aplikasi berbasis web dikenal beberapa jenis MVC, yaitu : 1. Server Side MVC dimana seluruh proses bisnis

dilakukan pada sisi server. 2. Campuran Server Side dan Client Side MVC,

dimana proses dilakukan di sisi client dan sisi server, bisa menggunakan atau tidak menggunakan model dalam koneksi ke server dan biasanya memiliki kompleksitas yang tinggi.

3. Rich Internet Application (RIA), disebut juga Fat Client, merupakan aplikasi web yang memiliki kemampuan dan fungsi yang mirip aplikasi desktop, memiliki bagian yang mengambil data sendiri (MVC tersendiri) dan hanya bagian model yang ada di bagian server.

 

Gambar 2. Prinsip Kerja Metode MVC

3. Framework CodeIgniter Framework adalah abstraksi di dalam sebuah

perangkat lunak yang menyediakan fungsi yang generic sehingga dapat dirubah oleh kode yang dibuat user sehingga dapat menyediakan perangkat lunak untuk aplikasi tertentu.

Metode MVC adalah sebuah arsitektur yang dapat diimplementasikan secara bebas dengan atau tanpa bahasa pemrograman berorientasi objek. Dengan demikian metode MVC dapat diimplementasikan dalam sebuah framework.

CodeIgniter merupakan sebuah framework pemrograman web dengan menggunakan bahasa php. Framework ini ditulis dengan menggunakan

Distributed System 2-2

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

bahas php versi 4 dan versi 5 oleh Rick Ellislab yang menjadi CEO Ellislab, Inc. dan dipublikasikan dengan lisensi di bawah Apache/BSD Open Source. Jadi CodeIgniter adalah framework php dan Open Source.

Manfaat yang dapat diambil dengan menggunakan framework CodeIgniter adalah : 1. Gratis, sesuai dengan semangat Open Source

untuk dapat digunakan dan dikembangkan secara bersama-sama. Dapat di-download pada alamat http://CodeIgniter.com/downloads/ secara gratis, bebas digunakan sesuai persyaratan persetujuan lisensi (lisence agreemen) yang bisa dilihat pada website tersebut di atas.

2. Ditulis dengan menggunakan bahasa php 4 (untuk versi 1.x.x) dan versi 5 (untuk versi 2.x.x) sehingga mendukung pemrograman dengan bahasa php.

3. Menggunakan metode MVC sebagai prinsip kerjanya sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi secara efisien dan dinamis serta lebih memudahkan dalam melakukan pemeliharaan aplikasi.

4. Menggunakan URL (Uniform Resource Locator) yang sederhana, bersih, dan SEF (Search Engine Friendly).

5. Memiliki paket library yang lengkap, mendukung fungsi-fungsi database, html, web, e-mail, session, pagination dan lain-lain.

6. Dokumentasi yang lengkap dan jelas, disertakan dalam website resminya dan dapat di-download bersama-sama dengan framework-nya.

7. Komunitas, framework ini didukung oleh banyak pengguna dan pengembang, walaupun awalnya dikembangkan oleh Ellislab, Inc.

8. Bersifat portabel dan dapat dijalankan pada berbagai platform yang mendukung bahasa pemrograman php. Disamping kelebihan-kelebihan di atas,

framework ini juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu : 1. Longgar dalam penerapan aturan MVC,

sehingga pemrograman masih diberikan kesempatan untuk melanggar kaidah-kaidah MVC.

2. Tidak mendukung konsep ORM (Object Relational Model) yaitu metode pengaksesan database dengan menggunakan relasi antar objek sehingga pemrogram tidak perlu menuliskan atau mengetahui sintaks bahasa SQL.

3. Walaupun dikembangkan oleh komunitas, namun jumlah pengembangnya tidak sebesar framework php lainnya seperti CakePHP,

karena masih di bawah koordinasi Ellislab, Inc, sehingga update core engine-nya lebih lama daripada framework Open Source lainnya.

4. Sebagai framework Open Source, CodeIgniter tidak menyediakan dukungan (support) secara khusus kecuali melalui forum pengguna. Sebagai framework yang menganut metode

MVC, framework CodeIgniter juga terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu : 1. Model, bagian ini berisi kode yang digunakan

untuk koneksi dan mengakses database. 2. View, berisi kode-kode HTML dan php yang

digunakan untuk menampilkan informasi ke layar browser. Biasanya berisi kode-kode yang berhubungan dengan format tampilan, misalnya huruf, form, warna, dan lain-lain.

3. Controller, berisi kode-kode script yang menjalankan fungsi aturan bisnis aplikasi dan menjadi perantara antara Model dan View serta seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk memproses permintaan layanan HTTP untuk ditampilkan dalam halaman web. Prinsip kerja utama framework CodeIgniter

terletak pada file index.php yang diletakkan pada direktori root aplikasi. File ini akan memicu dan mengarahkan permintaan layanan halaman web ke dalam tubuh framework CodeIgniter.

Mekanismenya adalah sebagai berikut : 1. File index.php bertindak sebagai pengendali

utama yang berfungsi memuat kode script utama yang berfungsi menjalankan CodeIgniter.

2. Selanjutnya, modul routing berfungsi menerima permintaan layanan HTTP untuk menentukan arah eksekusi script yang akan dilaksanakan.

3. Jika konfigurasi cache tersedia, maka sistem langsung mengeksekusi untuk ditampilkan di halaman web.

4. Permintaan-permintaan layanan HTTP dan data-data dari form yang dikirimkan ke server, akan di-filter dan diamankan oleh modul security.

5. Selanjutnya data dikirmkan ke modul Controller yang akan mengendalikan akses ke modul Model, Library, Helper, Plugin, dan modul-modul sumber daya lainnya.

6. Kemudian Controller akan mengirimkan data ke modul View untuk ditampilkan ke halaman web. Jika konfigurasi caching diaktifkan, maka sebelum tampilan ini dikirimkan ke web untuk ditampilkan ke browser, maka tampilan ini akan di-cache sehingga permintaan yang sama dapat dilakukan dengan lebih cepat.

Distributed System 2-3

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

Gambar 3. Prinsip kerja Framework CodeIgniter

Struktur folder framework CodeIgniter pada

versi-versi mayor berbeda-beda. Hal ini tercermin dengan perbedaan struktur yang sangat signifikan antara versi 1.x.x dengan versi 2.x.x. Karena dalam pembahasan ini digunakan versi 2.0.2, maka berikut ini akan dijelaskan struktur folder pada framework CodeIgniter versi 2.0.2 seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Struktur Direktori Framework Code

Igniter

Pada prinsipnya, penggunaan metode MVC di dalam framework CodeIgniter adalah berupa kelas. Di dalam folder System terdapat definisi-definisi dari kelas Controller dan Model. Sedangkan view adalah murni file yang disisipkan ke dalam fungsi anggota di dalam pewarisan kelas Controller.

Untuk membuat aplikasi dengan framework ini, maka objek-objek pengendali, berupa aturan bisnis didefinisikan sebagai objek Controller dengan cara melakukan pewarisan kelas (inheritance) ke objek Controller. Sedangkan fungsi-fungsi akses datanya didefinisikan dalam suatu kelas yang mewarisi (inheritance) kelas Model.

4. Proses Bisnis

Belawan Logistics Center (BLC) adalah salah satu unit usaha mandiri yang berada dalam lingkup PT Pelabuhan Indonesia I (Persero). BLC mempunyai tugas pokok menyediakan fasilitas dan peralatan penumpukan petikemas, menyelenggarakan usaha stuffing, stripping, repairing, cleaning, plugging reefer peti kemas,

receiving/delivery dan trucking, serta kegiatan lainnya yang berkaitan denga pelayanan penumpukan petikemas. Unit ini dikepalai oleh seroang General Manager.

Proses pelayanan yang diberikan kepada setiap Pelanggan bisa dan memungkinkan untuk berbeda-beda dan unik untuk setiap Pelanggan. Hal ini didasarkan pada kontrak kerjasama pelayananan antara BLC dengan Pelanggannya.

Kontrak-kontrak tersebut umumnya berlaku satu tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penambahan atau pengurungan tatacara pelayanan. Karena itu, dibutuhkan suatu aplikasi yang dapat dibangun dan dipelihara dengan mudah dan membutuhkan waktu yang sesingkat mungkin.

Perubahan-perubahan umumnya terjadi pada prosedur pelayanan dan tata cara penagihan pembayaran. Secara garis besar pola utama pelayanan antara lain : 1. Layanan ditagih setelah selesai satu siklus yang

terdiri dari gate in, layanan CY (Containter Yard)/penumpukan, dan gateout.

2. Layanan per periode waktu berdasarkan jumlah petikemas yang selesai dilayani, misalnya setiap akhir bulan.

3. Layanan per paket (party) petikemas dimana layanan ditagih jika paket tersebut telah meninggalkan BLC. Perbedaan-perbedaan pola layanan di atas

masih ditambah lagi kesepakatan-kesepakatan di dalam kontrak layanan, yang mencantumkan siapa yang membayar, dan bagaimana pembayaran dilakukan. Dalam setiap periode kontrak, aturan-aturan ini bisa saja berbeda untuk pelanggan yang sama dan kemungkinannya bisa terjadi pada pelanggan lainnya. 5. Desain dan Implementasi

Aplikasi Manajemen Depo Petikemas adalah aplikasi yang digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam mengendalikan operasional depo petikemas yang ada pada BLC. Aplikasi tersebut didesain berbasiskan web dengan menggunakan bahasa pemrograman php dan database MySQL. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan akses dan pemeliharaan dapat dilakukan secara lebih sederhana.

Penggunaan framework CodeIgniter yang mengacu kepada metode MVC dibutuhkan sebagai salah satu metode yang memungkinkan pengembangan aplikasi berbasis php dapat lebih mudah dan lebih efisien dilakukan dengan cara mengorganisasikan aplikasi ke dalam tiga kelompok besar yaitu proses, akses data, dan antarmuka pengguna (user interface).

Distributed System 2-4

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

Pola pendekatan yang digunakan dalam menyusun aplikasi di dalam framework CodeIgniter yang akan diimplemansikan di dalam arsitektur aplikasi tersebut adalah master dan transaksi. Master adalah pelaku-pelaku sistem yang akan diacu oleh transaksi, misalnya pelanggan, alat, jenis layanan, dan lain-lain. Sedangkan untuk aktifitas transaksi, dibuatkan kelas-kelas tersendiri.

Solusi utama untuk mengantisipasi perubahan proses bisnis adalah dengan menerjemahkan proses-proses bisnis tersebut ke dalam sebuah kelas controller sehingga masing-masing proses bisnis akan terbagi ke dalam komponen-komponen yang mudah dilepas dan dipasang kembali ke dalam aplikasi atau melakukan isolasi terhadap suatu modul sehingga memudahkan dalam melokalisasi pemeliharaan.

Untuk masing-masing kelas controller yang dibuat, dilengkapi dengan kelas model yang berfungsi sebagai penghubung antara proses-proses yang terjadi di kelas controller dengan proses-proses yang terjadi pada database. Hal ini dimaksudkan agar kelas-kelas controller lebih difungsikan sebagai pengolah aturan-aturan bisnis, sedangkan kelas model difungsikan sebagai pengolah fungsi-fungsi akses database. Hal ini juga bermanfaat jika suatu kelas controller membutuhkan fungsi akses database dari suatu kelas controller yang lainnya, maka kelas controller tersebut cukup memanggil kelas model yang dibutuhkannya.

Ketergantungan dan hubungan antarkomponen (kelas) dilakukan melalui mekanis antar muka dengan memanfaatkan anggota-anggota public dari kelas, sedangkan data-data lokal di dalam kelas controller maupun kelas model didefinisikan dengan ruang lingkup private.

Kelas-kelas controller dan model yang memiliki fungsi yang hampir sama tetapi harus dimodifikasi sedikit untuk memenuhi kebutuhan suatu proses, maka dibuatkan dalam suatu sub direktori tersendiri di dalam direktori kelas controller atau kelas model. Hal ini bermanfaat ketika muncul kebutuhan penyesuaian proses untuk kasus-kasus khusus dan tidak mempengaruhi seluruh fungsi proses yang umum, misalnya hanya pelanggan PT. A saja yang harus dimodifikasi untuk proses penumpukan petikemas, sedangkan proses penumpukan petikemas untuk pelanggan PT. B tidak terpengaruh.

Gambar 5. Pembagian Kelas pada Controller

Pada umumnya, aplikasi harus dapat memenuhi user requirement khususnya untuk user-interface dengan cepat, berbatas waktu dan berbeda-beda untuk setiap user. Hal ini disebabkan karena aplikasi harus memenuhi : 1. Proses bisnis yang sesuai dengan kontrak

kerjasama untuk jangka waktu tertentu. 2. Kebutuhan-kebutuhan informasi dan data pada

masing-masing pelanggan. 3. Kebutuhan-kebutuhan informasi dan data pada

manajemen. Permasalahan utama dari aplikasi ini adalah

ketikdakkonsistenan proses bisnis dan format data yang harus dilakukan, dibutuhkan dan/atau ditampilkan. Hal ini juga mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan manajemen dalam hal pemrosesan dan penyajian informasi yang disesuaikan dengan kondisi kontrak kerja yang berlaku.

Untuk mengantisipasi perubahah-perubahan kebutuhan yang terjadi, maka bentuk tampilan (user interface) dibuat dalam file tersendiri, yang akan dimuat sesuai dengan proses yang membutuhkannya. Karena perbedaan yang terjadi kadang-kadang tidak signifikan, maka file-file yang berisi format tampilan tersebut diorganisasikan di dalam folder-folder tersendiri sesuai dengan kebutuhannya (untuk kepentingan pelanggan atau kepentingan manajemen) di dalam folder view pada framework. Hal ini untuk memudahkan pencarian dan pemeliharaan user interface tersebut.

Format-format laporan dibuat dalam format read only yaitu menggunakan file pdf. Hal ini dimaksudkan agar laporan-laporan dapat dicetak sesuai dengan yang ditampilkan tanpa perlu melakukan pemformatan ulang untuk printer.

Distributed System 2-5

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

Daftar Pustaka

[1] Anonim, Model-view-controler, http://en.wikipedia.org/wiki/Model-view-controller. Diakses pada Desember 2011.

[2] Anonim, MVC, http://en.wikipedia.org/wiki/Model-view-controller. Diakses pada Desember 2011.

[3] Basuki, Awan Pribadi, Membangun Web Berbasis PHP dengan Framework CodeIgniter, Lokomedia, Yogyakarta, 2010. Gambar 6. Arsitektur Aplikasi

Implementasi aplikasi dilakukan menggunakan komputer server berbasis IBM Xsystem dengan basis prosesor Intel Xeon 5600, RAM 4GB, dengan HD 160 GB yang ditempatkan pada datacenter PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) dan diakses melalui internet. Terminal client yang dapat mengakses aplikasi ini terdiri dari :

[4] Myer, Thomas, Professional CodeIgniter, Wrox, USA, 2008.

[5] Oloan Saut Gurning, ST.MSc, CmarTech, MIMarEST, Raja,dan Drs. Eko Hariyadi Budiyanto, Manajemen Bisnis Pelabuhan, APE Publishing, 2007.

[6] Suranto, SE., Manajemen Operasional Angkutan Laut & Terminal Petikemas Pasca UU Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Gema Ind., Medan, 2011.

1. Personal Computer 2. Mobile Device dengan dukuntan HTML.

Sedangkan untuk perangkat lunaknya antara lain :

[7] Wiswakarma, Komang, 9 Langkah Menjadi Master Framework Codeigniter, Lokomedia, Yogyakarta, 2010. 1. Perangkat lunak Server :

a. Sistem Operasi MS. Windows 2003 Server b. XAMPP Server versi 1.7.3

2. Perangkat lunak Client : a. Sistem Operasi MS. Windows 2003 Server,

Sistem Operasi Linux, atau Sistem Operasi Android

b. Web Browser, misalnya MS Internet

Explorer versi 8 ke atas, Mozilla Firefox versi 3.5 ke atas, dan lain.

6. Kesimpulan Dari hasil definisi, desain, dan implementasi

di atas, dapat disimpulkan antara lain :

1. MVC (Model, View, Controller) adalah suatu metode yang digunakan di dalam arsitektur aplikasi dengan tujuan meningkatkan flesibilitas dan kemudahan dalam melakukan pengembangan serta pemeliharaan aplikasi.

2. Untuk memenuhi kebutuhan waktu

pengembangan minimal dan kemudahan dalam menggunakan metode MVC dalam aplikasi Web berbasis , digunakan framework CodeIgniter sebagai arsitektur aplikasinya.

3. Isolasi dan pengorganisasian kode program di

dalam framework CodeIgniter mempermudah pemrogram di dalam pengembangan dan pemeliharaan karena pemrogram akan lebih berkonsentrasi pada logika aturan bisnis dengan analisa dan desain kode program yang lebih sederhana.

Distributed System 2-6

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

Penggunaan Open Source Software (OSS) Untuk Solusi Murah dan Mudah Implementasi E-Learning Perguruan Tinggi

Muhammad Irwan Padli Nasution

IAIN Sumatera Utara Medan

Abstrak Kebutuhan internet sebagai media untuk

mengakses dan bertukar informasi global dalam berbagai bidang telah merubah perilaku dan budaya masyarakat saat kini. Demikian halnya dengan konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis ICT tidak akan terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan istilah e-learning telah menjadi suatu kebutuhan dalam pengelolaan pendidikan. Berbagai jenis aplikasi e-learning telah banyak beredar di pasaran. Untuk itu diperlukan kebijakan dan pilihan yang tepat dari perguruan tinggi masing-masing untuk memilih aplikasi yang sesuai buat institusinya. Sebagai suatu alternatif pilihan yang mudah dan murah dapat menggunakan Open Source Software (OSS) untuk implementasi e-learning tersebut. Kata kunci : e-learning, ICT, open source,

perguruan tinggi 1. Pendahuluan

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT), telah memicu globalisasi adalah merupakan diantara perubahan lingkungan eksternal yang telah membawa dampak sangat signifikan di dalam bisnis dan perilaku serta budaya masyarakat saat ini. Hal demikian juga terjadi pada dunia pendidikan. Kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis ICT menjadi tidak akan terelakkan lagi.

Konsep yang kemudian terkenal dengan istilah e-learning ini telah membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) maupun sistemnya. Seiring dengan perkembangan jaman, keberadaan internet pada masa kini telah menjadi suatu kebutuhan pokok manusia modern untuk menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Arus pertukaran informasi semakin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global dari dan ke seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk dapat beradaptasi dengan

kecenderungan ini, kalau tidak mau maka akan ketinggalan jaman.

Dengan berkembangnya aplikasi pendidikan jarak jauh berbasis internet telah membawa dampak sangat positif karena tidak akan ada lagi ketergantungan jarak atau lokasi dan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan maupun pelatihan tersebut. Semua yang diperlukan akan dapat disediakan secara online dan real time sehingga dapat diakses oleh siapapun, kapan saja dan dimanapun berada.

Sebuah perguruan tinggi adalah merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Pada beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju telah memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/ perkuliahan kepada para mahasiswanya.

Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas sehari-hari lainnya. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih para mahasiswa tersebut, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.

Seiring dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, sehingga dengan demikian pada setiap perguruan tinggi di Indonesia untuk saat kini sudah seharusnya mengimplementasikan e-learning. Pilihan terhadap berbagai macam aplikasi e-learning dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan perguruan tinggi masing-masing.

Aplikasi e-learning yang beredar di pasaran ada 2 jenis yaitu proprietary software dan open source software. Di tengah gencarnya gerakan penegakan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), penggunaan open source software merupakan suatu pilihan yang tepat. Dengan terbitnya Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika No. 05/SE/M.KOMINFO/10/2005. Serta dengan adanya surat edaran MENPAN No. SE/01/M.PAN/3/2009

Distributed System 2-7

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

tanggal 30 Maret 2009 yang berisi tentang seluruh instansi pemerintah pusat maupun daerah harus sudah menggunakan software legal dan atau open source software.

Adanya aturan-aturan serta surat edaran tentang penggunaan OSS ini cukup memberikan respon yang positif setidaknya pada akhir tahun 2009 dan setelahnya dilakukan rangkaian-rangkaian kegiatan sosialiasi serta pelatihan OSS yang dimotori oleh Kementerian RISTEK, KOMINFO, rekan-rekan dari kalangan swasta serta komunitas OSS, terlihat dibeberapa instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah menyatakan minat dan siap untuk melakukan migrasi ke open source software. Keyakinan memilih OSS merupakan langkah nyata untuk lebih mendorong penggunaan dan pemanfaatan perangkat lunak yang legal. 2. Pengertian dan Manfaat E-learning

E-learning adalah pendekatan pembelajaran melalui perangkat komputer yang tersambung ke internet, dimana peserta didik berupaya memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. E-learning merupakan aplikasi internet yang dapat menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah ruang belajar online (Prakoso, 2005).

E-learning ternyata dapat mengatasi keterbatasan antara pendidik dan peserta didik, terutama dalam waktu dan ruang atau lokasi. Dengan demikian tidak harus berada dalam satu dimensi waktu dan ruang/tempat yang sama. Beberapa pandangan yang mengarah pada definsi e-learning dapat dikemukakan sebagai berikut: a. E-learning adalah konvergensi antara belajar

dan internet (bank of America securities). b. E-learning menggunakan kekuatan dan jalinan

kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellif Tronsen).

c. E-learning adalah mengunakan jalinan kerja teknologi untuk mendisain, mengirim, memilih, mengorganisasikan pembelajaran (Elliot Masie).

d. E-learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cisco System).

e. E-learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu, komprehensif (Greg Priest).

f. E-learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi interaktif, dan cd-rom (Cornelia Weagen).

g. E-learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson and Piper Jafray).

h. E-learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran dimanapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).

Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat disimpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan ICT dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning. Secara sederhana e-learning dapat dipahami sebagai suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana telekomunikasi (internet atau intranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan ada interaksi antara pengajar (guru/dosen) dengan pembelajar (siswa/mahasiswa).

Penelitian tentang e-learning sudah dilakukan orang sejak awal tahun 1990-an sampai sekarang. Hal ini ditandai dengan berdirinya berbagai badan atau lembaga yang melakukan penelitian tentang e-learning. Pada tahun 1988 – 1995 berdiri antara lain AICC, W3C, Dublin Core, ARIADNE. Tahun 1996 – 1998 berdiri IEEE LTSC, IMS, MERLOT, ADL. Sedang pada tahun 1999 sampai sekarang berdiri badan-badan antara lain CEN/ISSS WS-LT, JTC1 SC36, ALIC, OKI, dan CanCore

Manfaat pembelajaran elektronik (e-learning) menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) terdiri atas 4 hal, yaitu: a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran

antara peserta didik dengan dosen atau instruktur (enhance interactivity).

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan saja (time and place flexibility).

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities) dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari guru/dosen/instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar para peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi para peserta didiknya.

3. Perkembangan Aplikasi e-learning

E-learning untuk pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis

Distributed System 2-8

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

komputer (computer assisted instruction) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Berikut ini adalah perkembangan e-learning dari masa ke masa: a. Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based

Training) dimana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC stand alone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) dalam format mov, mpeg-1 atau avi.

b. Tahun 1994: Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.

c. Tahun 1997: LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.

d. Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.

Learning Management System (biasa disingkat LMS) adalah aplikasi perangkat lunak untuk dokumentasi, administrasi, pelacakan, pelaporan program pelatihan, kelas dan kegiatan ‘’online’’, program pembelajaran elektronik (e-learning program), serta isi pelatihan. Sebuah LMS yang kuat dan baik harus dapat melakukan beberapa hal berikut: a. memusatkan dan mengotomatisasi administrasi b. menggunakan layanan ‘’self-service’’ dan

‘’self-guided’’ c. mengumpulkan dan menyampaikan konten

pembelajaran dengan cepat

d. mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis ‘’web scalable’’

e. mendukung portabilitas dan standar f. personalisasi isi (contents) dan memungkinkan

penggunaan kembali pengetahuan. LMS merupakan sistem untuk mengelola

catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘’Students self-service’’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja (misalnya, pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen), penyediaan pembelajaran ‘’online’’ (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca dan memahami), penilaian ‘’online’’, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan). LMS juga digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa keuangan dan biopharma) untuk pelatihan kepatuhan.

Mereka juga digunakan oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan dan mendukung program pengajaran di kelas dan menawarkan kursus untuk populasi yang lebih besar yaitu seluruh dunia. Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem manajemen kinerja" meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi, analisis keterampilan, perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’ (misalnya, review 360 derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi untuk menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi seleksi pelatihan. Sebagian besar LMS berbasis web, dibangun dengan menggunakan berbagai platform pengembangan, seperti Java/J2EE, Microsoft.NET atau PHP. Mereka biasanya mempekerjakan penggunaan database seperti MySQL, Microsoft SQL Server atau Oracle sebagai ‘’back-end’’. Meskipun sebagian besar sistem secara komersial dikembangkan dan memiliki lisensi perangkat lunak komersial ada beberapa sistem yang memiliki lisensi ‘’open source’’. Beberapa LMS yang berlisensi open source antara lain adalah sebagai berikut: a. Moodle ( http://moodle.org) b. Claroline ( http://www.claroline.net ) c. Dokeos ( http://www.dokeos.com ) d. Docebo ( http://www.docebo.com ) e. ATutor ( http://www.atutor.ca ) f. Chamilo ( http://www.chamilo.org )

Distributed System 2-9

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

g. OLAT ( http://www.olat.org ) h. Sakai ( http://sakaiproject.org ) i. Lams (http://www.lamsinternational.com) j. Open Elms (http://www.openelms.org) k. ILIAS ( http://www.ilias.de ) l. Open ACS ( http://openacs.org ) m. Open USS (http://openuss.sourceforge.net)

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan sehingga aplikasi LMS yang baru juga akan terus bertambah. Aplikasi yang sudah ada akan terus mengalami revisi dan perubahan-perubahan. Dengan demikian pada hakekatnya pemilihan LMS harus disesuaikan dengan kebutuhan dan business process yang ada di perguruan tinggi masing-masing. Misalnya ada fiturnya yang sederhana, mungkin tidak cukup sesuai untuk perguruan tinggi yang ingin menerapkan e-learning secara penuh. Di lain pihak LMS yang kompleks dan fiturnya banyak mungkin belum tentu akan sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan. Sebagai contoh IAIN Sumatera Utara memilih menggunakan LMS Claroline untuk implementasi e-learning perguruan tinggi. Adapun beberapa alasan memilih LMS Claroline tersebut, adalah sebagai berikut: a. LMS Claroline merupakan aplikasi berbasis

web dapat diperoleh dengan gratis dan berlisensi open source pada situs http://www.claroline.net

b. Implementasi LMS Claroline tidak membutuhkan hardware dengan kapasitas dan kemampuan yang besar serta aplikasinya juga cukup ringan

c. LMS Claroline dapat diinstall dan mendukung pada server berbasis linux

d. LMS Claroline mudah untuk diinstall dan pengaturan konfigurasinya juga mudah serta dapat dikastomisasi sesuai kebutuhan

e. Mekanisme belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa dengan LMS Claroline mudah dipahami

f. Pemeliharaan sangat mudah dilakukan 4. Claroline

Claroline adalah LMS (Learning Management System) berlisensi 'open source' berbasis PHP dan MySQL yang pada awalnya dikembangkan oleh UCL (Universitas Katolik Louvain) di Belgia pada tahun 2001. Proyek LMS yang dibiayain oleh Yayasan Louvain ini dikembangkan mengikuti pengalaman pedagogi dan kebutuhan pengajar. Sejak tahun 2004 sampai dengan 2007, CERDECAM turut memberikan sumbangsih signifikan terhadap pengembangan Claroline. Claroline memiliki tampilan yang sederhana dan

ukuran file instalasinya juga lebih kecil. LMS ini telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa. Claroline memiliki banyak pengguna dan pengembang di seluruh masyarakat dunia. Penggunaannya di Indonesia juga sudah cukup banyak di sekolah tinggi maupun universitas. Dirilis di bawah lisensi open source, platform claroline memungkinkan ratusan organisasi dari 93 negara untuk membuat dan mengelola kursus dan ruang kolaborasi secara online. Setiap ruang menyediakan daftar alat yang memungkinkan guru/dosen untuk: a. Menulis deskripsi mata kuliah b. Publikasikan dokumen dalam format apapun

(text, PDF, HTML, video, MP3, dll ) c. Administrasi pada forum publik atau privat d. Mengembangkan jalur pembelajaran e. Buat kelompok siswa f. Siapkan latihan online g. Mengelola agenda dengan tugas dan tenggat

waktu h. Publikasi pengumuman (juga dapat dengan e-

mail ) i. Mengusulkan tugas untuk diserahkan secara

online j. Melihat statistik dari aktivitas penggunaan k. Menggunakan wiki untuk menulis dokumen

kolaboratif Claroline mampu untuk hosting pada sejumlah

besar pengguna dengan mudah. Aplikasi ini kompatibel dengan lingkungan Linux, Mac dan Windows. Claroline didasarkan pada teknologi gratis seperti PHP dan MySQL dan menggunakan standar saat ini seperti SCORM (Sharable Content Object Reference Model ) dan IMS / QTI untuk pertukaran isi. Claroline telah dikembangkan dari pengalaman pedagogis guru/dosen dan kebutuhannya. Ia menawarkan antarmuka intuitif dan jelas ruang administrasinya. Pada platform manajemen kegiatan sehari-hari tidak memerlukan keahlian teknis yang spesifik. Platform ini cepat dipasang dan dengan penggunaan web browser memungkinkan untuk mengelola berbagai bagian pengguna terdaftar secara lancar. Untuk mendapatkan software dan segala petunjuknya dapat di unduh dengan gratis pada http://www.claroline.net/. Pada gambar berikut adalah contoh penggunaan LMS Claroline pada e-learning Perguruan Tinggi IAIN Sumatera Utara.

Distributed System 2-10

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978-602-19837-0-6 

Gambar 1. Tampilan E-learning IAIN SU

5. Kesimpulan Saat kini kebutuhan akses internet sudah dapat

dilakukan dimanapun dengan mudah dan biaya yang relatif lebih murah sehingga memungkinkan dengan adanya e-learning dapat ditingkatkan kualitas pembelajaran dan pemerataan pendidikan ke seluruh Indonesia. Penggunaan LMS berlisensi open source software sangat direkomendasikan karena tidak melanggar HAKI, dapat diperoleh serta digunakan dengan gratis serta mudah untuk installasi dan pengelolaannya. Dengan demikian kebutuhan untuk biaya investasi dan sumber daya lainnya akan cukup murah. Oleh sebab itu sudah seharusnya pada setiap perguruan tinggi telah memiliki sebuah e-learning berbasis internet.

Referensi [1] Antonius, Aditya Hartanto dan Onno W.

Purbo, E-Learning berbasis PHP dan MySQL, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002.

[2] Bersin, Josh, Howard, Chris; O'Leonard, Karen; Mallon, David, Learning Management Systems 2009, Bersin & Associates, 2009.

[3] Nasution, Muhammad Irwan Padli, Penggunaan Open Source Software Untuk Menghemat Devisa Negara, Buletin Ilmiah STT Harapan Medan; ISSN:0853-5175; Edisi 012, hal.67-75, Oktober 2011.

[4] Soekartawi, Prinsip Dasar E-Learning: Teori Dan Aplikasinya Di Indonesia, Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003.

[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Claroline diakses pada tanggal 07 Januari 2012.

[6] http://www.claroline.net diakses pada tanggal 07 Januari 2012.

Distributed System 2-11