1_SENINPAGI

88
i LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II Materi : PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU Oleh : Kelompok : I / Senin Pagi Aurora Fitriana NIM : 21030114130192 Faqihudin Mubarok NIM : 21030114120106 Muhammad Airlangga NIM : 21030114130163 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

description

2014

Transcript of 1_SENINPAGI

  • i

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    Materi :

    PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Oleh :

    Kelompok : I / Senin Pagi

    Aurora Fitriana NIM : 21030114130192

    Faqihudin Mubarok NIM : 21030114120106

    Muhammad Airlangga NIM : 21030114130163

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2015

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    1. Materi Praktikum : Panas Pelarutan dan Kelarutan

    Sebagai Fungsi Suhu

    2. Kelompok : I / Senin Pagi

    3. Anggota

    1. Nama Lengkap : Aurora Fitriana

    NIM : 21030114130192

    Jurusan : Teknik Kimia

    Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro

    2. Nama Lengkap : Faqihudin Mubarok

    NIM : 21030114120106

    Jurusan : Teknik Kimia

    Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro

    3. Nama Lengkap : Muhammad Airlangga

    NIM : 21030114130163

    Jurusan : Teknik Kimia

    Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro

    Telah disahkan pada:

    Hari : Senin

    Tanggal : 1 Juni 2015

    Semarang, 1 Juni 2015

    Asisten Laboratorium PDTK II

    Lathifah Kurnia Nur Fitriyana

    NIM 21030113120089

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    rahmat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan

    Resmi Panas Pelarutan dan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. Laporan ini

    disusun sebagai kelengkapan tugas mata kuliah Praktikum Dasar Teknik Kimia

    II.

    Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerjasama

    dari berbagai pihak maka laporan ini tidak akan dapat terselesaikan. Oleh

    karena itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Ir. C. Sri Budiyati, MT. selaku Dosen penanggung jawab Laboratorium

    Dasar Teknik Kimia II

    2. Seluruh Dosen Pengampu Materi Praktikum Dasar Teknik Kimia II

    3. Saudari Lathifah Kurnia Nur Fitriyana selaku asisten pembimbing

    penyusunan laporan resmi materi Panas Pelarutan dan Kelarutan Sebagai

    Fungsi Suhu.

    4. Segenap asisten Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

    5. Seluruh Civitas Akademika Jurusan Teknik Kimia Universitas

    Diponegoro

    6. Seluruh pihak yang tak bisa kami sebutkan satu per satu

    Penyusun mohon maaf jika dalam penyusunan laporan ini masih

    terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh

    penyusun agar ke depannya bisa menjadi lebih baik. Semoga laporan resmi ini

    bisa bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

    Semarang, 1 Juni 2015

    Penyusun

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II iv

    INTISARI

    Panas pelarutan adalah perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n mol

    solvent pada tekanan dan suhu yang konstan, hal ini disebabkan adanya ikatan

    kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan,

    kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan

    gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada

    gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih

    kecil daripada panas reaksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi panas

    pelarutan adalah jenis solute. Solute itu sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu

    solute standar dan solute variabel. Solute standar adalah solute yang telah

    diketahui panas pelarutannya, yang dijadikan dasar untuk mencari besarnya

    tetapan kalorimeter. Sedangkan solute variabel adalah solute yang akan dicari

    besar panas pelarutannya. Dengan mengetahui panas pelarutan suatu zat,

    karakteristik zat tersebut juga dapat diketahui, sehingga di dalam industri kimia

    kerusakan reaktor pada kondisi thermal dapat dihindari.

    Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

    aquades,MgCl 2 .6H2 O, MgSO 4 .7H2 O, KCl, dan NaOH. Alat yang

    digunakan adalah thermometer, gelas ukur, kalorimeter, beaker glass, pipet

    tetes, pipet volume, kompor listrik. Pada percobaan ini dilakukan dalam dua

    tahap, yang pertama adalah penentuan tetapan kalorimeter dengan solute

    standar. Lalu penetuan panas pelaruta masing-masing solute variabel

    Dari percobaan didapat panas pelarutan untuk tiap 3,5,7,9 gram

    MgSO 4 .7H2 O -292056,58kal/mol, -519170,25 kal/mol, -3160670,05 kal/mol

    dan -338091,35 kal/mol. Untuk KCl didapat -87085,53 kal/mol, -260337,11

    kal/mol, -167561,87 kal/mol dan -116014,91 kal/mol. Untuk NaOH didapat -

    327932,83 kal/mol, -333295,30 kal/mol, -311671,46 kal/mol, dan -245324,62

    kal/mol.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II v

    SUMMARY

    Heat dissolution is when the change of 1 mole of a substance in n

    moles that dissolved in the constant pressure and temperature, this is due to

    the existence of a new chemical bonding of the atoms. Similarly, the events of

    dissolution, sometimes a change of energy happens, this is due to the difference

    in the force of attraction between similar molecules. This force is much smaller

    than the tensile force on the chemical bonds, so the heat dissolution is usually

    much smaller than the heat of reaction. One of the factors that influence the heat

    dissolution is the type of solute. Solute itself is divided into two, namely the

    standard solute and solute variables. Solute standard is a known solute

    dissolution heat, which is used as the basis for finding the magnitude of the

    calorimeter constant. While the variable solute is the solute that will look great

    heat dissolution. By knowing the heat dissolution of a substance, the

    characteristics of these substances can also be known, so that in the chemical

    industry on the condition of the reactor thermal damage can be avoided.

    The materials used in this experiment was 80 ml distilled

    water,MgCl 2 .6H 2 O, MgSO 4 .7H2 O, KCl, dan NaOH. The tools used are

    thermometer, measuring cup, calorimeter, beaker glass, pipette, pipette volume,

    and electric stove. In the experiments carried out in two stages, the first is the

    determination of the constant of the calorimeter with standard solutes. Then heat

    pelaruta determination of each solute variables.

    From experiments we get the heat dissolution for 3, 5, 7, 9 gram

    of MgSO 4 .7H 2 O -292056,58kal/mol, -519170,25 kal/mol, -3160670,05

    kal/mol and -338091,35 kal/mol. To obtain KCl are -87085,53 kal/mol, -

    260337,11 kal/mol, -167561,87 kal/mol dan -116014,91 kal/mol. To NaOH

    obtained -327932,83 kal/mol, -333295,30 kal/mol, -311671,46 kal/mol, and -

    245324,62 kal/mol.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................iii

    INTISARI ............................................................................................................iv

    SUMMARY ........................................................................................................v

    DAFTAR ISI .......................................................................................................vi

    DAFTAR TABEL ...............................................................................................ix

    DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................x

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

    I.1 Latar Belakang .....................................................................................1

    I.2 Tujuan Praktikum .................................................................................1

    I.3 Manfaat Praktikum ...............................................................................2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................3

    II.1 Pengertian Panas Pelarutan .................................................................3

    II.2 Panas Pelarutan Integral dan Differensial ...........................................3

    II.3 Penentuan Tetapan Kalorimeter ..........................................................4

    II.4 Penentuan Kadar Pelarutan Zat yang Akan Diselidiki ........................4

    II.5 Efek Panas pada Proses Pencampuran ................................................5

    II.6 Kapasitas Panas dan Enthalpi .............................................................6

    II.7 Kegunaan Panas Pelarutan dalam Industri ..........................................6

    II.8 Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (Hs) dari Beberapa

    Senyawa ..............................................................................................7

    BAB III METODE PRAKTIKUM .....................................................................8

    III.1 Bahan dan Alat ..................................................................................8

    III.2 Gambar Alat Utama ...........................................................................8

    III.3 Cara Kerja ..........................................................................................9

    BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN....................................11

    IV.1 Hasil Praktikum .................................................................................11

    IV.2 Pembahasan .......................................................................................12

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II vii

    BAB V PENUTUP ..............................................................................................19

    V.1 Kesimpulan .........................................................................................19

    V.2 Saran ...................................................................................................19

    DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20

    LAMPIRAN

    A. Lembar Perhitungan .....................................................................................A-1

    B. Lembar Perhitungan Grafik .........................................................................B-1

    INTISARI ............................................................................................................xii

    SUMMARY ........................................................................................................xiii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................21

    I.1 Latar Belakang .....................................................................................21

    I.2 Tujuan Praktikum .................................................................................21

    I.3 Manfaat Praktikum ...............................................................................22

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................23

    II.1 Pengertian Kelarutan ...........................................................................23

    II.2 Pembuktian Rumus .............................................................................23

    II.3 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan ...............................................24

    BAB III METODE PRAKTIKUM .....................................................................25

    III.1 Bahan dan Alat ..................................................................................25

    III.2 Gambar Alat Utama ...........................................................................25

    III.3 Cara Kerja ..........................................................................................26

    BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN....................................28

    IV.1 Hasil Praktikum .................................................................................28

    IV.2 Pembahasan .......................................................................................29

    BAB V PENUTUP ..............................................................................................35

    V.1 Kesimpulan .........................................................................................35

    V.2 Saran ...................................................................................................35

    DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................36

    LAMPIRAN

    A. Data Hasil Praktikum ...................................................................................A-1

    B. Lembar Perhitungan .....................................................................................B-1

    C. Lembar Perhitungan Grafik .........................................................................C-1

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II viii

    D. Lembar Perhitungan Reagen ........................................................................D-1

    E. Lembar Kuantitas Reagen ............................................................................E-1

    REFERENSI

    LEMBAR ASISTENSI

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II ix

    DAFTAR TABEL

    PANAS PELARUTAN

    Tabel 2.1 Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (Hs) ...............................7

    Tabel 4. Hasil Praktikum Temperatur pada Aquadest dan Solute Standar .........11

    Tabel 4.2 Data Panas Pelarutan Solute Variabel MgSO4.7H2O .........................11

    Tabel 4.3 Data Panas Pelarutan Solute Variabel KCl .........................................11

    Tabel 4.4 Data Panas Pelarutan Solute Variabel NaOH .....................................12

    KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Tabel 4.1 Kebutuhan NaOH Saat Penurunan Suhu ............................................28

    Tabel 4.2 Kebutuhan NaOH Saat Kenaikan Suhu ..............................................28

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II x

    DAFTAR GAMBAR

    PANAS PELARUTAN

    Gambar 3.1 Kalorimeter......................................................................................8

    Gambar 3.2 Termometer .....................................................................................9

    Gambar 3.3 Gelas Ukur.......................................................................................9

    Gambar 3.4 Beaker Glass ....................................................................................9

    Gambar 3.5 Pipet Tetes .......................................................................................9

    Gambar 3.6 Pipet Volume ...................................................................................9

    Gambar 3.7 Kompor Listrik ................................................................................9

    Gambar 4.1 Grafik hubungan waktu dengan suhu pada solute standard

    MgCl2.6H2O 3 gram ......................................................................12

    Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu dengan suhu pada solute variable

    MgSO4.7H2O .................................................................................13

    Gambar 4.3 Grafik hubungan waktu dengan suhu pada solute variable KCl .....14

    Gambar 4.4 Grafik hubungan waktu dengan suhu pada solute variable

    NaOH .............................................................................................15

    Gambar 4.5 Grafik hubungan molaritas dengan panas pelarutan pada

    MgSO4.7H2O .................................................................................16

    Gambar 4.6 Grafik hubungan molaritas dengan panas pelarutan pada KCl .......17

    Gambar 4.7 Grafik hubungan molaritas dengan panas pelarutan pada NaOH ...18

    KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Gambar 3.1 Alat Analisa KSFT ..........................................................................25

    Gambar 3.2 Erlenmeyer ......................................................................................26

    Gambar 3.3 Buret, Statif, dan Klem ....................................................................26

    Gambar 3.4 Beaker Glass ....................................................................................26

    Gambar 3.5 Pipet Tetes .......................................................................................26

    Gambar 3.6 Corong .............................................................................................26

    Gambar 3.7 Kompor Listrik ................................................................................26

    Gambar 4.1 Grafik hubungan antara dengan

    pada kenaikan suhu .......29

    Gambar 4.2 Grafik hubungan antara dengan

    pada penurunan suhu .....31

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II xi

    Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara dengan ( ) pada

    kenaikan suhu ................................................................................32

    Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara dengan ( ) pada

    penurunan suhu ..............................................................................33

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Panas pelarutan adalah perubahan satu mol zat dilarutkan dalam n

    mol solvent pada tekanan dan suhu yang tetap, hal ini disebabkan adanya

    ikatan kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan

    akan terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya

    tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada

    gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih

    kecil daripada panas reaksi.

    Salah satu faktor yang mempengaruhi panas pelarutan pada

    praktikum ini adalah jenis solute. Pada praktikum, solute dibedakan

    menjadi 2, yaitu solute standar dan solute variabel. Solute standar adalah

    solute yang telah diketahui panas pelarutannya, yang dijadikan dasar untuk

    mencari besarnya tetapan kalorimeter. Sedangkan solute variabel adalah

    solute yang akan dicari besar panas pelarutannya.

    Dengan mengetahui panas pelarutan suatu zat, karakteristik zat

    tersebut juga dapat diketahui, sehingga di dalam industri kimia kerusakan

    reaktor pada kondisi thermal dapat dihindari. Selain itu, dengan

    mengetahui panas pelarutan suatu zat, kita dapat memilih tungku sesuai

    panas pelarutan zat tersebut dan juga dalam pemilihan bahan bakar yang

    menimbulkan panas seefisien mungkin.

    Dalam dunia industri, dengan mengetahui panas pelarutan banyak

    manfaat yang didapatkan. Sehingga, seorang sarjana teknik kimia yang

    pada umumnya bekerja di bidang industri harus mengetahui analisa panas

    pelarutan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa teknik kimia praktikum

    panas pelarutan ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.

    I.2 Tujuan Praktikum

    1. Menentukan panas pelarutan dari solute variabel yaitu MgSO4.7H2O,

    KCl, NaOH.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 2

    2. Mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu

    larutan.

    3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu terhadap panas

    pelarutan.

    I.3 Manfaat Praktikum

    1. Praktikan mampu menentukan panas pelarutan dari solute variabel

    yaitu MgSO4.7H2O, KCl, NaOH.

    2. Praktikan mengetahui hubungan antara panas pelarutan dengan

    molaritas dan suhu larutan.

    3. Praktikan mengetahui hubungan antara suhu dan waktu terhadap panas

    pelarutan.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Pengertian Panas Pelarutan

    Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang

    terjadi bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu larutan pada

    temperatur tetap dan tekanan 1 atm. Panas pelarutan didefinisikan sebagai

    perubahan panas 1 mol zat dilarutkan dalam n mol solvent pada temperatur

    dan tekanan yang sama, hal ini disebabkan adanya ikatan kimia baru dari

    atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan, kadang-kadang terjadi

    perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-menarik

    antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada gaya tarik pada

    ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada

    panas reaksi.

    II.2 Panas Pelarutan Integral dan Differensial

    Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila

    satu mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent, sehingga

    membentuk larutan dengan konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan

    differensial adalah panas yang menyertai pada penambahan satu mol solute

    ke dalam sejumlah larutan dengan konsentrasi tertentu, sampai penambahan

    solute tersebut tidak mempengaruhi larutan.

    Jika penambahan mol solute terjadi pada sejumlah tertentu larutan

    menghasilkan efek panas pada temperatur dan tekanan tetap. Panas pelarutan

    differensial tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi secara tidak

    langsung dari panas pelarutan dapat ditulis:

    ( )

    *

    ( )

    + ....................(1)

    Dimana d(H) = Hs, adalah perubahan entalpi untuk larutan n2 mol

    dalam n mol solvent. Pada T, P, dan n tetap, perubahan n2 dianggap 0. Karena

    n berbanding lurus terhadap konentrasi m (molal), pada T dan P tetap

    penambahan mol solute dalam larutan dengan konsentrasi m molal

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 4

    menimbulkan entalpi sebesar d(m.Hs) dan panas pelarutan differensial dapat

    dinyatakan dengan persamaan 2 :

    * ( )

    + *

    ( )

    + ......(2)

    II.3 Penentuan Tetapan Kalorimeter

    Tetapan kalorimeter adalah banyak kalor yang diperlukan untuk

    menaikkan suhu kalorimeter beserta isinya 10C. Salah satu cara kalibrasi yang

    dapat dilakukan adalah dengan memasukan sejumlah solute tertentu yang

    telah diketahui panas pelarutan ke dalam kalorimeter yang telah diisi solvent

    lalu perubahan suhu yang terjadi dicatat berdasarkan Asas Black dan dapat

    dinyatakan sebagai persamaan 3 atau 4

    m. H = C. T..(3)

    ................(4)

    Dimana : C = tetapan kalorimeter

    m = jumlah mol solute

    H = panas pelarutan

    T = perubahan suhu yang terjadi

    II.4 Penentuan Kadar Pelarutan Zat yang Akan Diselidiki

    Dalam penentuan ini diusahakan agar volume solvent sama dengan

    volume solvent yang akan dikalibrasi. Berdasarkan Asas Black maka panas

    pelarutan suatu zat di rumuskan sebagai berikut :

    Dimana : H = panas pelarutan

    W = berat solute

    M = berat molekul

    T = suhu tetap 1- suhu tetap 2

    T1 = suhu solute sebelum dilarutkan

    T2 = suhu akhir kalorimeter

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 5

    Cp = panas jenis solute

    II.5 Efek Panas pada Proses Pencampuran

    Efek panas yang timbul pada proses pencampuran atau proses pelarutan

    dapat dinyatakan dengan entalpi. Reaksi kimia kebanyakan dilaksanakan pada

    tekanan sistem tetap yang sama dengan tekanan luar, sehingga didapat :

    E = dQ - P.dV ; P = tekanan sistem

    E2 - E1 = Q - P1.(V2 V1)

    E2 - E1 = Q - P.V2 + P.V1

    Karena P1 = P2 = P maka :

    E2 - E1 = Q - P2.V2 + P1.V1

    (E2 + P2.V2) = (E1 + P1.V1) + Q

    Karena E, P, dan V adalah fungsi keadaan maka E + PV juga

    merupakan fungsi keadaan. Fungsi ini disebut entalpi (H), dimana H = E +

    PV sehingga persamaan diatas menjadi :

    H2 H1 = Q

    H = Q

    H = H2 H1

    Pencampuran dapat dilakukan dalam konsep entalpi :

    E = Q W1

    = Q P.(V2-V1)

    H = H2 H1 = Q.P

    Saat substrat dicampur membentuk suatu larutan biasanya disertai efek

    panas dalam proses pencampuran pada tekanan tetap. Efek panas sesuai

    dengan perubahan entalpi total. Begitu juga dengan reaksi steady state yaitu

    perubahan entalpi kinetik dan potensial dapat diabaikan karena hal ini sudah

    umum dalam proses pencampuran dapat disamakan dengan efek panas.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 6

    II.6 Kapasitas Panas dan Enthalpi

    Kapasitas panas adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk

    menaikkan suhu zat (benda) sebesar jumlah tertentu (missal 1oC) pada

    tekanan tetap. Panas jenis adalah kapasitas bahan tiap massa.

    n.I = m.C

    I = M.C

    Dimana : C = panas jenis

    M = berat molekul

    m = massa

    n = jumlah mol

    Entalpi didefinisikan sebagai :

    H = U + PV

    H = H2-H1 = Q.P

    Dimana : H = Entalpi

    U = Enegi dalam

    Q = Panas yang diserap pada P tetap

    Jadi perubahan entalpi adalah panas yang diserap pada tekanan tetap,

    jadi harganya tergantung pada M untuk mencapai kondisi akhir.

    II.7 Kegunaan Panas Pelarutan dalam Industri

    1. Dapat panas bahan bakar yang semaksimal mungkin, misal suatu zat

    diketahui kelarutannya 4000oC maka bahan bakar yang memberi panas

    4000oC, sehingga keperluan bahan bakar dapat ditekan semaksimal

    mungkin.

    2. Dalam pembuatan reaktor kimia, bila panas pelarutannya diketahui dengan

    demikian perancangan reaktor disesuaikan dengan panas pelarutan zat, hal

    ini untuk menghindari kerusakan pada reaktor karena kondisi thermal

    tertentu dengan kelarutan reaktor tersebut.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 7

    II.8 Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (Hs) dari Beberapa

    Senyawa

    Beberapa data senyawa dengan kapasitas panas dan panas pelarutannya dapat

    dilihat pada Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (Hs)

    Senyawa Kapasitas Panas (cal/mol K) Panas Pelarutan

    (cal/mol)

    KCl 10,3+0,00376T -4.404

    MgSO4.7H2O 89 -3.180

    MgCl2. 6H2O 77,1 3.400

    CuSO4.5H2O 67,2 -2.850

    BaCl2.2H2O 37,3 -4.500

    Sumber : Perry,R.H..1984.Chemical Engineering Hand Book

    Tanda positif (+) pada data Hs menunjukkan bahwa reaksi bersifat

    eksotermis atau reaksi menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan.

    Sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan bahwa reaksi bersifat endotermis

    atau reaksi menyerap panas dari lingkungan ke sistem.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 8

    BAB III

    METODA PRAKTIKUM

    III.1 Bahan dan Alat

    III.1.1 Bahan

    1. Aquades (1615 ml)

    2. Solute standar (MgCl2.6H2O 3 gram)

    3. Solute variabel (MgSO4.7H2O 24 gram, KCl 24 gram, NaOH 24 gram)

    III.1.2 Alat

    1. Thermometer

    2. Gelas ukur

    3. Kalorimeter

    4. Beaker glass

    5. Pipet tetes

    6. Pipet volume

    7. Kompor listrik

    III.2 Gambar Alat Utama

    Keterangan :

    a = Kalorimeter

    b = Thermometer

    Gambar 3.1 Kalorimeter

    a

    b

    b

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 9

    Gambar Alat Tambahan

    Gambar 3.2 Termometer

    Gambar 3.3 Gelas

    Ukur

    Gambar 3.4 Beaker

    Glass

    Gambar 3.5 Pipet Tetes

    Gambar 3.6 Pipet

    Volume

    Gambar 3.7 Kompor

    Listrik

    III.3 Cara Kerja

    III.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

    1. Panaskan 85 ml aquades pada 85oC.

    2. Masukan ke kalorimeter lalu catat suhu tiap 2 menit sampai 3 tetap.

    3. Panaskan lagi 85 ml aquades pada 85oC.

    4. Timbang 3 gram solute standar MgCl2.6H2O yang telah diketahui

    panas pelarutannya.

    5. Masukkan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta

    solute standar yang telah ditimbang.

    6. Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3 tetap.

    III.3.2 Penentuan Panas Pelarutan Solute Variabel

    1. Panaskan 85 ml aquades 85oC

    2. Timbang 3,5,7,9 gram solute variabel.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 10

    3. Masukan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta

    variabel berubahnya.

    4. Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3 tetap.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 11

    BAB IV

    HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Praktikum

    Tabel 4.1 Hasil Praktikum Temperatur pada Aquadest dan Solute Standar

    Waktu

    (t)

    Suhu 0C

    Aquades Aquades + MgCl2.6H2O

    2 56 70

    4 64 72

    6 66 72

    8 67 72

    10 67

    12 67

    Tabel 4.2 Data Panas Pelarutan Solute Variabel MgSO4.7H2O

    Waktu

    (t)

    Suhu Aquades + MgSO4.7H2O 0C

    3 gram 5 gram 7 gram 9 gram

    2 67 71 71 74

    4 69 73 72 74

    6 69 73 72 74

    8 69 73 72

    Tabel 4.3 Data Panas Pelarutan Solute Variabel KCl

    Waktu

    (t)

    Suhu Aquades + KCl 0C

    3 gram 5 gram 7 gram 9 gram

    2 68 76 74 75

    4 69 77 76 75

    6 69 77 76 75

    8 69 77 76

    Tabel 4.4 Data Panas Pelarutan Solute Variabel NaOH

    Waktu

    (t)

    Suhu Aquades + NaOH

    3 gram 5 gram 7 gram 9 gram

    2 74 89 97 97

    4 81 90 97 97

    6 81 90 97 97

    8 81 90

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 12

    IV.2 Pembahasan IV.2.1 Hubungan Waktu terhadap Suhu

    a. MgCl2.6H2O 3 gram

    Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu pada Solute

    Standar MgCl2.6H2O 3 gram

    Pada grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa seiring dengan

    pertambahan waktu, maka suhu campuran aquades dengan solute

    standar MgCl2.6H2O 3 gram mengalami kenaikan. Sedangkan

    berdasarkan perhitungan yang diperoleh sebesar -593616,3

    cal/mol, berbeda dengan teoritis MgCl2.6H2O sebesar +3450

    cal/mol sehingga reaksi ini bersifat eksotermis (melepas panas dari

    sistem ke lingkungan) (Perry, 1984). Sehingga dengan

    bertambahnya waktu, suhu aquades dengan solute standar

    MgCl2.6H2O 3 gram mengalami kenaikan. Jika dilihat dari

    campuran aquadest dengan solute standar MgCl2.6H2O 3 gram

    dari grafik diatas sesuai dengan teori yang ada, yaitu semakin lama

    waktunya, maka suhu juga meningkat.

    y = 0.3x + 70 R = 0.6

    69.5

    70

    70.5

    71

    71.5

    72

    72.5

    73

    0 2 4 6 8 10

    T (

    0C

    )

    Waktu (s)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 13

    b. MgSO4.7H2O

    Gambar 4.2 Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu pada Solute

    Variabel MgSO4.7H2O

    Pada grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa seiring

    dengan bertambahnya waktu, maka suhu campuran antara

    aquadest dengan solute variabel MgSO4.7H2O mengalami

    kenaikan. Hal ini dapat dilihat pada grafik campuran antara

    aquades dengan MgSO4.7H2O pada massa 3 gram, 5 gram dan

    7 gram. Sedangkan pada massa 9 gram campuran tidak

    mengalami kenaikan maupun penurunan.

    Menurut Perry, MgSO4.7H2O sebesar 3180

    cal/mol. Sedangkan, menurut perhitungan yang diperoleh

    pada penambahan 3 gram, 5 gram, 7 gram dan 9 gram solute

    variabel MgSO4.7H2O berturt-turut sebesar 292056,56

    cal/mol, 519170,25 cal/mol, 310678,55 cal/mol dan

    338091,35 cal/mol. Dalam hal ini bernilai negatif pada semua

    variabel massa, maka reaksi bersifat endotermis (reaksi

    menyerap panas dari lingkungan ke system) (Perry, 1984). Hal

    ini menunjukkan bahwa setiap penambahan solute variabel

    MgSO4.7H2O, maka suhunya akan semakin turun. Sedangkan

    dari data menunjukkan hal yang berbeda dikarenakan sistem

    tidak terisolasi dengan baik.

    y = 0,3x + 67

    y = 0,3x + 71

    y = 0,15x + 71

    y = 74

    66

    67

    68

    69

    70

    71

    72

    73

    74

    75

    0 5 10

    T (

    0 C )

    Waktu (s)

    MgSO4.7H2O 3gramMgSO4.7H2O 5gramMgSO4.7H2O 7gramMgSO4.7H2O 9gram

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 14

    c. KCl

    Gambar 4.3 Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu pada Solute

    Variabel KCl

    Pada grafik diatas, dapat dilihat hubungan waktu

    dengan suhu pada solute variabel KCl berbagai variabel massa

    yaitu 3 gram, 5 gram, 7 gram, dan 9 gram. Saat KCl 3 gram

    dilarutkan, untuk mencapai suhu konstan 69C membutuhkan

    waktu 8 menit. Saat KCl 5 gram dilarutkan, untuk mencapai

    suhu konstan 77C membutuhkan waktu 8 menit. Saat KCl 7

    gram dilarutkan, untuk mencapai suhu konstan 76C

    membutuhkan waktu 8 menit. Sedangkan saat penambahan 9

    gram KCl, untuk mencapai suhu konstan 75C membutuhkan

    waktu 6 menit.

    Sedangkan menurut perhitungan, yang peroleh pada

    penambahan solute variabel KCl pada massa 3 gram, 5 gram, 7

    gram, dan 9 gram adalah sebesar -87085,53 cal/mol, -

    260337,11 cal/mol, -167561,87 cal/mol, dan -116014,91

    cal/mol. Dalam hal ini bernilai negatif pada semua variabel

    massa, maka reaksi bersifat endotermis (reaksi menyerap panas

    dari lingkungan ke system) (Perry, 1984). Hal ini menunjukkan

    bahwa setiap penambahan solute variabelnya, maka suhu akan

    semakin dingin (suhu turun). Sedangkan jika dibandingkan

    dengan data yang kami peroleh, grafik menunjukkan hal yang

    y = 0.15x + 68

    y = 0.15x + 76

    y = 0.3x + 74

    y = 75

    66

    68

    70

    72

    74

    76

    78

    0 5 10

    T (

    0C

    )

    Waktu (s)

    KCl 3 gram

    KCl 5 gram

    KCl 7 gram

    KCl 9 gram

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 15

    berbeda. Hal ini dikarenakan sistem tidak terisolasi dengan

    baik.

    d. NaOH

    Gambar 4.4 Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu pada Solute

    Variabel NaOH

    Pada grafik diatas, dapat dilihat hubungan waktu

    dengan suhu pada solute variabel NaOH pada berbagai variabel

    massa yaitu 3 gram, 5 gram, 7 gram, dan 9 gram. Saat NaOH

    dilarutkan sebanyak 3 gram, untuk mencapai suhu konstan

    81C membutuhkan waktu 8 menit. Saat NaOH dilarutkan

    sebanyak 3 gram, untuk mencapai suhu konstan 90C

    membutuhkan waktu 8 menit. Saat NaOH 7 gram dilarutkan ,

    untuk mencapai suhu konstan 97C membutuhkan waktu 6

    menit. Sedangkan saat NaOH 9 gram dilarutkan, untuk

    mencapai suhu konstan 97C membutuhkan waktu 6 menit.

    Menurut Perry, NaOH adalah sebesar +10,18

    kcal/mol. Dalam hal ini bernilai positif, maka reaksi yang

    terjadi adalah reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis

    (menghasilkan panas dari sIstem ke lingkungan) (Perry, 1984).

    Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan solute

    variabelnya, maka suhu akan semakin meningkat (suhu panas).

    Jika dilihat dari grafik yang kami buat dari data yang diperoleh,

    y = 1.05x + 74

    y = 0.15x + 89

    y = 97

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 5 10

    T (

    0C

    )

    Waktu (s)

    NaOH 3 gram

    NaOH 5 gram

    NaOH 7 gram

    NaOH 9 gram

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 16

    pada penambahan NaOH 3 gram dan 5 gram menunjukkan

    kenaikan suhu. Hal ini berarti sesuai dengan teori. Sedangkan

    pada penambahan NaOH 7 gram dan 9 gram tidak

    menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan suhu. Hal ini

    tidak sesuai dengan teori yang ada dikarenakan sistem yang

    tidak terisolasi dengan baik.

    IV.2.2 Hubungan Antara Molaritas dengan Panas Pelarutan

    a. MgSO4.7H2O

    Gambar 4.5 Grafik Hubungan Molaritas dengan Panas

    Pelarutan pada MgSO4.7H2O

    Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa ketika molaritas

    MgSO4.7H2O semakin besar yaitu dari 0,101 ke 0,169 dan dari

    0,237 ke 0,304, panas pelarutannya semakin turun. Jika

    dikaitkan dengan teori bahwa MgSO4.7H2O yang ada di

    Perry sebesar -3,180 cal/mol, maka reaksi ini bersifat

    endotermis (reaksi yang menyerap panas dari lingkungan ke

    sistem) (Perry, 1984). Oleh karena itu, grafik yang kami

    peroleh sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin besar

    molaritas MgSO4.7H2O maka (panas pelarutan) semakin

    rendah.

    y = 103267x - 385935 R = 0.0075

    -600000

    -500000

    -400000

    -300000

    -200000

    -100000

    0

    0 0.1 0.2 0.3 0.4

    De

    lta

    Hs

    (cal

    /mo

    l)

    M (mol/L)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 17

    b. KCl

    Gambar 4.6 Grafik Hubungan Molaritas dengan Panas

    Pelarutan pada KCl

    Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa ketika molaritas

    KCl 0,335 ke 0,559, panas pelarutannya mengalami penurunan.

    Sedangkan ketika molaritas KCl 0,559 ke 0,782, panas

    pelarutannya mengalami kenaikan. Begitu pula dari 0,782 ke

    1,006 molaritas KCl, panas pelarutannya mengalami kenaikan.

    Jika dikaitkan dengan teori bahwa KCl pada Perry sebesar

    -4,404 cal/mol, maka reaksi ini bersifat endotermis (reaksi

    menyerap panas dari lingkungan ke sistem) (Perry, 1984). Oleh

    karena itu, data grafik yang kami peroleh sesuai dengan teori

    ketika molaritas KCl 0,335 ke 0,559 yaitu semakin besar

    molaritas KCl, maka (panas pelarutan) semakin kecil

    (mengalami penurunan). Sedangkan ketika molaritas KCl 0,559

    ke 0,782 dan dari 0,782 ke 1,006 tidak sesuai dengan teori yang

    ada. Hal ini dikarenakan proses isolasi yang kurang baik.

    y = 2554.7x - 159463 R = 9E-05

    -300000

    -250000

    -200000

    -150000

    -100000

    -50000

    0

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

    De

    lta

    Hs

    (cal

    /mo

    l)

    M (mol/L)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 18

    c. NaOH

    Gambar 4.7 Grafik Hubungan Molaritas dengan Panas

    Pelarutan Pada NaOH

    Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa ketika molaritas

    NaOH semakin besar, maka panas pelarutannya semakin

    besar pula. Jika dikaitkan dengan teori bahwa adalah

    sebesar +10,18 kcal/mol, maka reaksinya bersifat endotermis

    (menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan) (Perry, 1984).

    Oleh karena itu, data grafik yang kami peroleh sesuai dengan

    teori yang ada yaitu semakin besar molaritas NaOHnya, maka

    panas pelarutannya semakin besar.

    y = 64641x - 385373 R = 0.7356

    -400000

    -350000

    -300000

    -250000

    -200000

    -150000

    -100000

    -50000

    0

    0 0.5 1 1.5 2

    De

    lta

    Hs

    (cal

    /mo

    l)

    M (mol/L)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 19

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    1. Panas pelarutan MgSO4.7H2O pada 3 gram, 5 gram, 7 gram, dan 9 gram

    berturutturut adalah -292056,58 cal/mol, -519170,25 cal/mol,-316670,05

    cal/mol, -338091,35 cal/mol. Panas pelarutan KCl pada 3 gram, 5 gram, 7

    gram, dan 9 gram adalah -87085,53 cal/mol, -260337,11 cal/mol, -

    167561,87 cal/mol, dan -116014,91 cal/mol. Panas pelarutan pada NaOH

    pada 3 gram, 5 gram, 7 gram, dan 9 gram berturut-turut adalah -327932,83

    cal/mol, -333295,30 cal/mol, dan -311671,46 cal/mol.

    2. Hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas yaitu semakin besar

    molaritas maka panas pelarutannya semakin kecil.

    3. Hubungan antara waktu dengan suhu yaitu semakin lama waktu, maka

    suhu MgSO4.7H2O, KCl, dan NaOH semakin tinggi.

    V.2 Saran

    1. Menjaga suhu di dalam kalorimeter.

    2. Tutup kalorimeter dengan posisi yang tepat agar proses pengisolasian

    sempurna.

    3. Pengukuran suhu larutan harus lebih dulu.

    4. Bersihkan termometer setiap pergantian solute.

    5. Menjaga agar termometer tidak tercelup dalam larutan kalorimeter.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Badger,W.Z, and Bachero,J.F. Introduction to Chemical Engineering

    International Student Edition. Mc Graw Hill Book

    Co.Khogakhusa:Tokyo

    Daniel,F. 1982. Experimental Physical Chemistry 6 th

    ed International Student

    Edition. Mc Graw Hill Book Co. Inc. New York. Khogakhusa.Co.Ltd:

    Tokyo

    Perry, R.M. 1984. Chemical Engineering Handbook 6 th

    ed. . Mc Graw Hill Book

    Co.Khogakhusa.Ltd :Tokyo

    R,A. Day Jr. A,L. Underwood. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif edisi 4.

    diterjemahkan Drs.R.Gendon. Jakarta : Erlangga.

    Sofana, Andy.2008. Pengaruh Variabel Suhu Pada Panas Pelarutan. Jurnal

    Teknik Kimia UNPAD Vol.21-22.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-1

    LEMBAR PERHITUNGAN

    A. Penentuaan Tetapan Kalorimeter

    1. Hs = Hf + CPT2

    T1dT

    = -59724 + 77,1 345

    298

    dT

    =-59724 + 77,1 T 345

    298

    = -59724 + ( 77,1.345-77,1.298 )

    = -59724 + ( 26599,5-22975,8 )

    = -59724 +3623,7

    = -593616,3 cal mol

    2.

    -

    ( )

    B. Penentuan Panas Pelarutan Tiap Variabel

    1. MgSO4.7H2O

    a. MgSO2.7H2O 3 gram.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-2

    ( )

    ( )

    b. MgSO4.7H2O 5 gram.

    ( )

    ( )

    c. MgSO2.7H2O 7 gram.

    ( )

    ( )

    d. MgSO2.7H2O 9 gram.

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-3

    2. KCl

    a. KCl 3 gram.

    ( )

    ( )

    ( )

    [( )

    ( )]

    ( )

    b. KCl 5 gram.

    ( )

    ( )

    ( )

    [( )

    ( )]

    ( )

    c. KCl 7 gram.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-4

    ( )

    ( )

    ( )

    [( )

    ( )]

    ( )

    d. KCl 9 gram.

    ( )

    ( )

    ( )

    [( )

    ( )]

    ( )

    3. NaOH

    ( ) ( )

    [ ( ) ( )]

    [ ( ) ( )]

    [ ( ) ( )]

    [ ( ) ( )]

    * ( ) (

    )+

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-5

    a. NaOH 3 gram.

    [

    ]

    ( )

    [ [ ( )

    ( )] ]

    ( )

    [ ( )]

    b. NaOH 5 gram.

    [

    ]

    ( )

    [ [ ( )

    ( )] ]

    ( )

    [ ( )]

    c. NaOH 7 gram.

    [

    ]

    ( )

    [ [ ( )

    ( )] ]

    ( )

    [ ( )]

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-6

    d. NaOH 9 gram.

    [

    ]

    ( )

    [ [ ( )

    ( )] ]

    ( )

    [ ( )]

    C. Mengitung M

    1. MgSO4.7H2O

    a. MgSO4.7H2O 3 gram

    ( )

    b. MgSO4.7H2O 5 gram

    ( )

    c. MgSO4.7H2O 7 gram

    ( )

    d. MgSO4.7H2O 9 gram

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-7

    ( )

    2. KCl

    a. KCl 3 gram

    ( )

    b. KCl 5 gram

    ( )

    c. KCl 7 gram

    ( )

    d. KCl 9 gram

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-8

    3. NaOH

    a. NaOH 3 gram

    ( )

    b. NaOH 5 gram

    ( )

    c. NaOH 7 gram

    ( )

    d. NaOH 9 gram

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-1

    LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK

    A. Hubungan antara t dengan T0C

    1. Solute Standar MgCl2.2H2O

    t(x) T(y) x2 xy

    2 70 4 140

    4 72 16 288

    6 72 36 432

    8 72 64 576

    20 286 120 1436

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    2. Solute Variabel

    a. MgSO4.7H2O

    MgSO4.7H2O 3 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 67 4 134

    4 69 16 276

    6 69 36 414

    8 69 64 552

    20 274 120 1376

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-2

    MgSO4.7H2O 5 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 71 4 142

    4 73 16 292

    6 73 36 438

    8 73 64 584

    20 290 120 1456

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    MgSO4.7H2O 7 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 71 4 142

    4 72 16 288

    6 72 36 432

    8 72 64 576

    20 287 120 1438

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-3

    MgSO4.7H2O 9 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 74 4 148

    4 74 16 296

    6 74 36 444

    12 222 56 888

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    b. KCl

    KCl 3 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 68 4 136

    4 69 16 276

    6 69 36 414

    8 69 64 552

    20 275 120 1378

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-4

    KCl 5 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 76 4 152

    4 77 16 308

    6 77 36 462

    8 77 64 616

    20 307 120 1538

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    KCl 7 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 74 4 148

    4 76 16 304

    6 76 36 456

    8 76 64 608

    20 302 120 1516

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-5

    KCl 9 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 75 4 150

    4 75 16 300

    6 75 36 450

    12 225 56 900

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    c. NaOH

    NaOH 3 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 74 4 148

    4 81 16 324

    6 81 36 486

    8 81 64 648

    20 317 120 1606

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-6

    NaOH 5 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 89 4 178

    4 90 16 360

    6 90 36 540

    8 90 64 720

    20 359 120 1798

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    NaOH 7 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 97 4 194

    4 97 16 388

    6 97 36 582

    12 291 56 1164

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-7

    NaOH 9 gram

    t(x) T(y) x2 xy

    2 97 4 194

    4 97 16 388

    6 97 36 582

    12 291 56 1164

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    B. Hubungan M terhadap Panas Pelarutan ( )

    1. MgSO4.7H2O

    M(x) (y) x2 xy

    0,101 -292056,58 0,010201 -29497,71458

    0,169 -519170,25 0,028561 -87739,77225

    0,237 -310670,05 0,056169 -73628,80185

    0,344 -338051,35 0,118336 -116289,6644

    0,851 -1459948,23 0,213267 -307155,9531

    ( )

    ( ) ( )

    ( ) ( )

    ( )

    ( ) ( )

    ( ) ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-8

    2. KCl

    M(x) (y) x2 xy

    0,355 -87085,53 0,126025 -30915,36315

    0,559 -260337,11 0,312481 -145528,4445

    0,782 -167561,87 0,611524 -131033,3823

    1,006 -116014,91 1,012036 -116710,9995

    2,702 -630999,42 2,062066 -424188,1894

    ( )

    ( ) ( )

    ( ) ( )

    ( )

    ( ) ( )

    ( ) ( )

    3. NaOH

    M(x) (y) x2 xy

    0,625 -327932,83 0,390625 -204958,0188

    1,042 -333295,3 1,085764 -347293,7026

    1,459 -311671,46 2,128681 -454728,6601

    1,875 -245324,62 3,515625 -459983,6625

    5,001 -1218224,21 7,120695 -1466964,044

    ( )

    ( ) ( )

    ( ) ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-9

    ( )

    ( ) ( )

    ( ) ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II xi

    INTISARI

    Kelarutan merupakan konsentrasi solute dalam larutan jenuh. Suhu

    merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi kelarutan. Tujuan dari

    praktikum ini adalah mengetahui kelarutan suatu zat dan mengetahui pengaruh

    suhu terhadap kecepatan kelarutan. Untuk solute padat, maka larutan jenuhnya

    terjadi kesetimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan

    masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari

    fase cair yang mengkristal menjadi fase padat. Faktor yang mempengaruhi

    kelarutan adalah suhu, besar partikel, pengadukan, tekanan, dan volume.

    Pada praktikum ini, bahan yang digunakan adalah asam boraks, NaOH,

    dan aqudest. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi besar, erlenmeyer,

    termometer, buret, statif, klem, dan lain-lain. Cara kerjanya pertama membuat

    larutan asam boraks 80C. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar

    dan dimasukkan dalam toples kaca. Setelah suhu sesuai dengan variabel, dititrasi

    dengan NaOH.

    Dari hasil praktikum diperoleh bahwa semakin besar suhu larutan asam

    boraks maka kelarutannya juga semakin besar. Hal ini disebabkan nilai H=5,4 kcal/mol, bersifat endotermis sehingga panas diserap dari lingkungan ke sistem.

    Selain itu kenaikan suhu juga berbanding lurus dengan kelarutan. Pada saat

    titrasi, pengamatan terhadap perubahan warna harus cermat.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II xii

    SUMMARY

    Dissolving is the solutes concentration in the satiated liquid. Temperature is one of the factors which influence the dissolving. The purpose of this practicum

    is to know the dissolving of an element and to know the influence of temperature

    to the speed of dissolving. For solide solute, so there is a balance in the satiated

    liquid where solids moleculs are leaving their phase and enter to the liquid phase with the same speed as liquids molecule which crystalyzed into solid. Factors that influence the dissolving are temperature, the size of particle, stirring,

    pressure, and volume.

    In this practicum, the ingredients are boraks acid, NaOh, and aquadest.

    The equipments are big tube reaction, Erlenmeyer, thermometer, buret, statif,

    clem, etc. first, make an acid boraks liquid at 80C. after that, pour the acid

    boraks liquid into the big tube reaction and put it into the glass stoples. When the

    temperature is match with the variabels, do the titration with NaOH.

    From the practicum, its conclude that the much temperature of an acid

    boraks liquid so the dissolving is bigger too. This caused by the value of H=5,4 kcal/mol, it means endoterm so the fever is absorbed from the environment into

    the system. Besides, temperatures increases are in proportion to the dissolving. When the titration, observation of the colours change must be accurate.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Kelarutan merupakan konsentrasi solute dalam larutan jenuh. Dan

    larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai

    maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi.

    Untuk solute padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana

    molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan

    dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang

    mengkristal menjadi fase padat.

    Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan.

    Apabila suhu dinaikkan, kelarutan menjadi semakin besar. Selain suhu,

    faktor faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah besar partikel,

    pengadukan, tekanan dan volume.

    Beberapa contoh kegunaan metode kelarutan sebagai fungsi suhu

    ini dalam industri antara lain, pada pembuatan reaktor kimia. Selain itu

    kegunaan lainnya adalah pada proses pemisahan dengan cara

    pengkristalan. Dan digunakan juga sebagai dasar proses pembuatan

    granal-granal pada industri baja.

    Dalam dunia industri, dengan mengetahui kelarutan sebagai fungsi

    temperatur banyak manfaat yang didapatkan. Sehingga, seorang sarjana

    teknik kimia yang pada umumnya bekerja di bidang industri harus

    mengetahui analisa kelarutan sebagai fungsi temperatur. Oleh karena itu,

    sebagai mahasiswa teknik kimia praktikum kelarutan sebagai fungsi

    temperatur ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.

    I.2 Tujuan Praktikum

    1. Mengetahui kelarutan asam boraks.

    2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 22

    I.3 Manfaat Praktikum

    1. Praktikan mengetahui kelarutan dari asam boraks.

    2. Praktikan mengetahui suhu terhadap kecepatan kelarutan.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 23

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Pengertian Kelarutan

    Jika kelarutan suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan,

    cairan atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh.

    Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai

    maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi.

    Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat

    maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat

    meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama

    dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase

    padat.

    II.2 Pembuktian Rumus

    Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolute atau

    kelarutan dengan temperatur dirumuskan Vant Hoff :

    Dimana :

    H = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)

    R = tetapta gas ideal (1,987 kal/g mol K)

    T = suhu (K)

    S = kelarutan per 1000 gr solute

    Penurunan rumus Vant Hoff :

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 24

    Dimana :

    II.3 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

    1. Suhu

    Pada reaksi endoterm H (+) maka

    berharga (-) sehingga

    . Dengan demikian jika suhu dinaikkan, pangkat dari 10 menjadi

    kecil sehingga S menjadi semakin besar. Dan pada reaksi eksoterm H (-)

    maka

    berharga (+). Juga apabila suhu diperbesar maka S semakin

    besar dan sebaliknya.

    2. Besar Partikel

    Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut.

    3. Pengadukan

    Dengan pengadukan, tumbukan antara molekul-molekul solvent makin

    cepat sehingga semakin cepat larut (kelarutannya besar).

    4. Tekanan dan Volume

    Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin

    cepat.Hal ini berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal

    ini tidak berpengaruh.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 25

    BAB III

    METODA PRAKTIKUM

    III.1 Bahan dan Alat

    III.1.1 Bahan

    1. Asam boraks ( 23,75 gram )

    2. NaOH ( 1,6 gram dalam 100 ml )

    3. Aquades ( 200 ml )

    III.1.2 Alat

    1. Tabung reaksi besar

    2. Erlenmeyer

    3. Thermometer

    4. Buret, statif, klem

    5. Beaker glass

    6. Pipet tetes

    7. Corong

    8. Pengaduk

    9. Toples kaca

    III.2 Gambar Alat Utama

    d

    c

    Keterangan:

    a a : Toples kaca

    b : Es batu

    b c : Tabung reaksi besar

    d : Thermometer

    Gambar 3.1 Alat analisa KSFT

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 26

    Gambar Alat Tambahan

    Gambar 3.1

    Erlenmeyer

    Gambar 3.2 Buret,

    Statif, dan Klem

    Gambar 3.3 Beaker

    Glass

    Gambar 3.4 Pipet

    Tetes

    Gambar 3.5

    Corong

    Gambar 3.6 Pengaduk

    III.3 Cara Kerja

    1. Membuat larutan asam boraks jenuh 80oC 100 ml

    2. Larutan asam boraks jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.

    3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam

    lalu masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.

    4. Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 10oC.

    5. Titrasi dengan NaOH 0,4 N, indikator PP 3 tetes.

    6. Mencatat kebutuhan NaOH

    7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 4 ml

    lagi setiap kenaikan suhu 10oC.

    8. Titrasi dengan NaOH 0,4 N, indikator PP 3 tetes.

    9. Mencatat kebutuhan NaOH

    10. Membuat grafik log S vs 1/T

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 27

    11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan

    volume titran

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 28

    BAB IV

    HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Praktikum

    Tabel 4.1 Kebutuhan NaOH saat Penurunan Suhu

    Suhu V NaOH

    60 0C 4,9 ml

    50 0C 4,4 ml

    40 0C 4,1 ml

    30 0C 3,9 ml

    20 0C 3,4 ml

    10 0C 3 ml

    Tabel 4.2 Kebutuhan NaOH saat Kenaikan Suhu

    Suhu V NaOH

    10 0C 3 ml

    20 0C 3,8 ml

    30 0C 3,6 ml

    40 0C 4,5 ml

    50 0C 3,7 ml

    60 0C 3,1 ml

    70 0C 6,6 ml

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 29

    IV.2 Pembahasan

    IV.2.1 Hubungan antara dengan

    a. Kenaikan Suhu

    Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara dengan

    pada

    Kenaikan Suhu

    Pada saat praktikum, larutan asam jenuh yang dimasukkan

    dalam toples kaca yang berisi es batu untuk mendapatkan suhu

    10C. kemudian larutan diambil 4 ml, lalu dititrasi dengan PP

    sebanyak 3 tetes. Kemudian dititrasi dengan NaOH dan catat

    kebutuhan NaOH untuk mencapai titik ekuivalen. Hal ini

    ditandai dengan berubahnya warna larutan dari bening menjadi

    merah muda. Selanjutnya untuk mendapatkan larutan dengan

    suhu 20C maka tabung reaksi yang berisi larutan asam boraks

    jenuh dikeluarkan dari toples kaca. Sedangkan ketika sudah

    susah untuk menaikkan suhunya maka tabung reaksi dipanaskan

    dengan cara memasukkannya ke dalam beaker glass yang berisi

    air yang diletakkan di atas kompor listrik. Sedangkan langkah

    selanjutnya sama dengan larutan pada suhu 10C.

    Suatu larutan jenuh merupakan keseimbangan dinamis.

    Kesetimbangan tersebut akan bergeser apabila suhu dinaikkan.

    Berdasarkan data di Perry, (panas pelarutan) sebesar -

    5,4 , dimana dijelaskan di Perry bahwa dengan

    tanda negatif menunjukkan reaksi yang terjadi adalah reaksi

    y = 1.8251x + 0.8195 R = 0.218

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    0 0.05 0.1 0.15

    -lo

    g s

    1/T (0C)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 30

    endotermis (reaksi menyerap panas dari lingkungan ke sistem)

    (Perry, 1984). Meurut Van Hoff, jika larutan bersifat endotermis,

    maka kenaikkan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut

    tersebut. Hal ini didasarkan pada rumus :

    Pada reaksi endotermis (+) maka

    berharga (-)

    sehingga =

    . Dengan demikian jika suhu dinaikkan

    pangkat dari 10 menjadi kecil sehingga S menjadi semakin besar.

    Sedangkan menurut data yang kami peroleh bahwa apabila

    dihitung dengan suhu semakin besar maka hasilnya semakin

    kecil, namun nilai log S mengalami fluktuatif (ada yang

    semakin besar atau ada yang semakin kecil). Hal ini tidak sesuai

    dengan teori yang ada yaitu apabila

    dihitung dengan suhu

    semakin besar, maka hasil dari

    semakin kecil, namun nilai

    kelarutannya semakin besar. Hal ini dikarenakan NaOH yang

    higroskopis (mudah menguap). Dalam hal ini, NaOH bersifat

    lembab cair dan secara spontan menyerap CO2 dari udara bebas.

    ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika

    dilarutkan. Dalam hal ini berkaitan pada proses pelarutannya

    dalam air (Anonim, 2014).

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 31

    b. Penurunan Suhu

    Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara dengan

    pada

    Penurunan Suhu

    Pada saat praktikum, untuk mendapatkan suhu yang kita

    inginkan dari 60C ke 10

    C adalah kebalikan dari proses

    kenaikan suhu. Kemudian larutan diambil 4 ml, lalu ditetesi

    dengan PP sebanyak 3 tetes. Kemudian campuran tadi dititrasi

    dengan NaOH untuk mencapai titik ekuivalen. Hal ini ditandai

    dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah

    muda.

    Berdasarkan data di Perry, (panas pelarutan) asam

    boraks sebesar -5,4 kcal/mol, dimana dijelaskan bahwa

    dengan tanda negatif menunjukkan reaksi yang terjadi adalah

    reaksi endotermis (reaksi yang menyerap panas dari lingkungan

    ke sistem) (Perry, 1984). Menurut Van Hoff, jika larutan bersifat

    endotermis, maka kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat

    terlarut tersebut. Hal ini didasarkan pada rumus:

    y = 2.3194x + 0.7918 R = 0.8441

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

    -lo

    g s

    1/T (0C)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 32

    Pada reaksi endoterm ( ) maka,

    berharga (-)

    sehingga=

    . Dengan demikian jika suhu dinaikkan

    pangkat dari 10 menjadi lebih kecil sehingga S menjadi lebih

    besar. Dan pada reaksi menjadi lebih kecil sehingga S menjadi

    lebih besar. Dan pada reaksi eksoterm (-) maka,

    berharga (+). Juga apabila suhu diperbesar maka semakin besar

    dan sebaliknya. Hal ini ditandai dengan terbentuknya kristal

    H3BO3 ditabung reaksi pada saat proses penurunan suhu.

    Sedangkan menurut data yang kami peroleh bahwa apabila

    dihitung dengan suhu yang kecil maka hasil dari

    semakin

    besar, nilai mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan

    teori yang ada yaitu semakin besar nilai

    , maka kelarutannya

    akan semakin menurun (Perry, 1984).

    IV.2.2 Hubungan antara dengan ( )

    a. Kenaikan Suhu

    Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara dengan

    ( ) pada Kenaikan Suhu

    Setelah dilakukan titrasi dapat dihitung kelarutan asam

    boraks pada masing-masing suhu dengan rumus V1N1=V2N2.

    Molaritas zat yang larut disebut kelarutan karena larutan

    y = 0.0337x - 0.002 R = 0.9971

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    3 4 5 6 7

    Ke

    laru

    tan

    (M

    )

    V NaOH (ml)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 33

    tersebut adalah larutan jenuh. Menurut Perry, H3BO3 adalah

    sebesar -5,4 kcal/mol menunjukkan H3BO3 bersifat endotermis

    (menyerap panas). Semakin meningkatnya suhu maka jumlah

    zat yang larut semakin besar (s besar) maka konsentrasi larutan

    makin besar. Ketika konsentrasi larutan tinggi maka volume

    NaOH yang dibutuhkn untuk menitrasi H3BO3 juga semakin

    besar. ini bereaksi dengan jumlah zat yang dapat larut

    dalam H3BO3 (Perry, 1984).

    b. Penurunan Suhu

    Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara dengan

    ( ) pada Penurunan Suhu

    Menurut data grafik yang kami peroleh saat praktikum,

    antara dengan kelarutan pada penurunan suhu mengalami

    penurunan. Berdasarkan data di Perry, dengan tanda negatif

    menunjukkan reaksi endotermis (reaksi menyerap panas dari

    lingkungan ke sistem). Hal ini dapat disimpulkan bahwa

    kelarutan yang diperoleh sebanding dengan . Jika

    dibandingkan dengan data yang kami peroleh, maka hal ini

    sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan banyaknya partikel yang

    larut akan berpengaruh pada konsentrasi larutan. Oleh sebab itu,

    ketika konsentrasi larutan tinggi maka volume titran yang

    dibutuhkan untuk titrasi asam boraks juga semakin banyak

    y = 0.0336x - 0.0011 R = 0.9835

    0

    0.02

    0.04

    0.06

    0.08

    0.1

    0.12

    0.14

    0.16

    0.18

    0 1 2 3 4 5 6

    Ke

    laru

    tan

    (M

    )

    V NaOH (ml)

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 34

    (Perry, 1984). Sedangkan, menurut perhitungan yang kami

    lakukan dengan rumus V1N1 = V2N2 pada penurunan suhu

    memperlihatkan bahwa seiring penurunan suhu, molaritas H3BO3

    juga semakin menurun. Dan ketika molaritas H3BO3 kecil, maka

    kebutuhan NaOH untuk menitrasi juga sedikit. ini

    bereaksi dengan jumlah jumlah zat terlarut dalam H3BO3.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 35

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    1. Bila suhu diturunkan maka kelarutan asam boraks juga akan turun

    karena reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm, sebaliknya, bila

    suhu dinaikkan maka kelarutan asam boraks juga akan naik karena

    reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm.

    2. Bila suhu diturunkan maka kelarutan asam boraks juga akan turun

    sehingga kebutuhan titran NaOH juga semakin kecil karena reaksinya

    endoterm, sebaliknya bila suhu dinaikkan maka kelarutan asam boraks

    juga akan semakin naik sehingga kebutuhan titran NaOH juga semakin

    besar karena reaksinya endoterm.

    V.2 Saran

    1. Sebaiknya dalam membuat larutan asam boraks jenuh praktikan harus

    benar-benar memperhatikan apakah sudah mengendap atau belum

    sehingga tidak terlewat jenuh.

    2. Sebaiknya praktikan mengamati dengan cermat perubahan warna pada

    saat titrasi.

    3. Sebaiknya praktikan berhati-hati saat menurunkan dan menaikkan

    suhu, karena penurunan dan kenaikkan suhu terjadi sangat cepat.

    4. Sebaiknya saat titrasi tidak terdapat kristalin asam boraks yang dapat

    mengganggu proses titrasi.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 36

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim.2014. Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Molekular.

    Daniel,F. 1982. Experimental Physical Chemistry 6 th

    ed International Student

    Edition. Mc Graw Hill Book Co. Inc. New York. Khogakhusa.Co.Ltd:

    Tokyo

    Perry, R.M. 1984. Chemical Engineering Handbook 6 th

    ed. . Mc Graw Hill Book

    Co.Khogakhusa.Ltd :Tokyo

    R,A. Day Jr. A,L. Underwood. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif edisi 4.

    diterjemahkan Drs.R.Gendon. Jakarta : Erlangga.

  • 1

    DATA HASIL PRAKTIKUM

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    MATERI : Panas Pelarutan dan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu

    I. ALAT DAN BAHAN

    Alat

    Panpel KSFT

    1. Thermometer 1. Tabung reaksi besar

    2. Gelas ukur 2. Erlenmeyer

    3. Kalorimeter 3. Thermometer

    4. Beaker glass 4. Buret, statif, klem

    5. Pipet tetes 5. Beaker glass

    6. Pipet volume 6. Pipet tetes

    7. Kompor listrik 7. Corong

    8. Pengaduk

    9. Toples kaca

    Bahan

    Panpel

    1. Aquades ( 1615 ml )

    2. Solute standar ( MgCl2.6H2O 3 gram )

    3. Solute variabel ( MgSO4.7H20 24 gram, KCl 24 gram, NaOH 24 gram)

    KSFT

    1. Asam boraks ( 23,75 gram )

    2. NaOH ( 1,6 gram dalam 100 ml )

    3. Aquades ( 200 ml )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-2

    II. CARA KERJA

    Panpel

    Penentuan Tetapan Kalorimeter

    1. Panaskan 85 ml aquades pada 85oC.

    2. Masukan ke kalorimeter lalu catat suhu tiap 2 menit sampai 3

    tetap.

    3. Panaskan lagi 85 ml aquades pada 85oC.

    4. Timbang 3 gram solute standar MgCl2.6H2O yang telah diketahui

    panas pelarutannya.

    5. Masukkan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta

    solute standar yang telah ditimbang.

    6. Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3 tetap.

    Penentuan Panas Pelarutan Solute Variabel

    1. Panaskan 85 ml aquades 85oC

    2. Timbang 3,5,7,9 gram solute variabel.

    3. Masukan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta

    variabel berubahnya.

    4. Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3 tetap.

    KSFT

    1. Membuat larutan asam boraks jenuh 80oC 100 ml

    2. Larutan asam boraks jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.

    3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam

    lalu masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.

    4. Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 10oC.

    5. Titrasi dengan NaOH 0,4 N, indikator PP 3 tetes.

    6. Mencatat kebutuhan NaOH

    7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 4 ml

    lagi setiap kenaikan suhu 10oC.

    8. Titrasi dengan NaOH 0,4 N, indikator PP 3 tetes.

    9. Mencatat kebutuhan NaOH

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-3

    10. Membuat grafik log S vs 1/T

    11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan

    volume titran

    III. HASIL PRAKTIKUM

    Panpel

    1. Hasil Praktikum Temperatur pada Aquadest dan Solute Standar

    Waktu

    (t)

    SuhuC

    Aquades Aquades + MgCl2.6H2O

    2 56 70

    4 64 72

    6 66 72

    8 67 72

    10 67

    12 67

    2. Data Panas Pelarutan Solute Variabel MgSO4.7H2O

    Waktu

    (t)

    Suhu Aquades + MgSO4.7H2OC

    3 gram 5 gram 7 gram 9 gram

    2 67 71 71 74

    4 69 73 72 74

    6 69 73 72 74

    8 69 73 72

    3. Data Panas Pelarutan Solute Variabel KCl

    Waktu

    (t)

    Suhu Aquades + KClC

    3 gram 5 gram 7 gram 9 gram

    2 68 76 74 75

    4 69 77 76 75

    6 69 77 76 75

    8 69 77 76

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-4

    4. Data Panas Pelarutan Solute Variabel NaOH

    Waktu

    (t)

    Suhu Aquades +

    3 gram 5 gram 7 gram 9 gram

    2 74 89 97 97

    4 81 90 97 97

    6 81 90 97 97

    8 81 90

    KSFT

    Tabel 4.1 Kebutuhan NaOH saat penurunan suhu

    Suhu V NaOH

    60C 4,9 ml

    50C 4,4 ml

    40C 4,1 ml

    30C 3,9 ml

    20C 3,4 ml

    10C 3 ml

    Tabel 4.2 Kebutuhan NaOH saat kenaikan suhu

    Suhu V NaOH

    10C 3 ml

    20C 3,8 ml

    30C 3,6 ml

    40C 4,5 ml

    50C 3,7 ml

    60C 3,1 ml

    70C 6,6 ml

    PRAKTIKAN MENGETAHUI

    ASISTEN

    Aurora F., Faqihudin M., M. Airlangga Lathifah Kurnia N. F.

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-1

    LEMBAR PERHITUNGAN

    A. Penurunan Suhu

    1. Kelarutan pada

    2. Kelarutan pada

    3. Kelarutan pada

    4. Kelarutan pada

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-2

    5. Kelarutan pada

    6. Kelarutan pada

    B. Kenaikan Suhu

    1. Kelarutan pada

    2. Kelarutan pada

    3. Kelarutan pada

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-3

    4. Kelarutan pada

    5. Kelarutan pada

    6. Kelarutan pada

    7. Kelarutan pada

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-1

    LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK

    A Hubungan antara

    dengan

    1. Penurunan Suhu

    (x) (y) x

    2 xy

    0,016667 0,796 0,000278 0,01326693

    0,02 0,824 0,0004 0,01648

    0,025 0,854 0,000625 0,02135

    0,033333 0,886 0,001111 0,02953304

    0,05 0,959 0,0025 0,04795

    0,1 1 0,01 0,1

    0,245 5,319 0,014914 0,22857997

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    2. Kenaikan Suhu

    (x) (y) x

    2 xy

    0,1 1 0,01 0,1

    0,05 0,886 0,0025 0,0443

    0,033333 0,921 0,0011111 0,0306997

    0,025 0,824 0,000625 0,0206

    0,02 0,921 0,0004 0,01842

    0,016667 1 0,0002778 0,016667

    0,014286 0,658 0,0002041 0,0094002

    0,259286 6,21 0,015118 0,2400869

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-2

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    B Hubungan antara dengan kelarutan (M)

    1. Penurunan Suhu

    (x) (y) x2 xy

    4,9 0,16 24,01 0,784

    4,4 0,15 19,36 0,66

    4,1 0,14 16,81 0,574

    3,9 0,13 15,21 0,507

    3,4 0,11 11,56 0,374

    3 0,1 9 0,3

    23,7 0,79 95,95 3,199

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    2. Kenaikan Suhu

    (x) (y) x2 xy

    3 0,1 9 0,3

    3,8 0,13 14,44 0,494

    3,6 0,12 12,96 0,432

    4,5 0,15 20,25 0,675

    3,7 0,12 13,69 0,444

    3,1 0,1 9,61 0,31

    6,6 0,22 43,56 1,452

    28,3 0,94 123,51 4,107

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-3

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II D-1

    LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

    1. Massa NaOH 0,4N, 100 ml

    2. Kelarutan Asam Boraks (H3BO3 ) pada suhu 80C

    Menurut Perrys Chemical Engineers Handbook 8 th edition adalah H3BO3

    pada suhu 80C adalah 23,75 gram pada basis 100 ml.

  • Laboratorium Dasar Teknik Kimia II E-1

    LEMBAR KUANTITAS REAGEN

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    PRAKTIKUM KE : V

    MATERI : Panas Pelarutan dan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

    HARI/TANGGAL : Rabu, 8 April 2015

    KELOMPOK : 1 / Senin Pagi

    NAMA : 1. Aurora Fitriana

    2. Faqihudin Mubarok 3. Muhammad Airlangga

    ASISTEN : Lathifah Kurnia Nur Fitriyana

    KUANTITAS REAGEN

    NO JENIS REAGEN KUANTITAS

    1

    Panas Pelarutan

    Aquades 85 ml 85 0C

    Solute Standar : MgCl2.6H20

    Solute Variabel : MgSO4.7H2O

    KCl

    NaOH

    3 gram

    @ 3,5,7,9 gram

    2

    KSFT

    H3BO3 80 0C

    =70,60,50,40,30,20,10,20,30,40,50,60,70 NaOH 0,4 N

    120 ml

    100 ml

    TUGAS TAMBAHAN

    CATATAN

    Cari masing masing solute

    Cari Kelarutan Asam Boraks

    V Titrat = 4 ml

    PP = 3 tetes

    Bawa malam, lap, dan es batu

    SEMARANG, 9 APRIL 2015

    ASISTEN

    Lathifah Kurnia Nur Fitriyana

    NIM 21030113120089

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

    REFERENSI

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

    DIPERIKSA KETERANGAN TANDA TANGAN

    NO TANGGAL

    1

    2

    30 Mei 2015

    1 juni 2015

    Cek tiap halaman

    ACC