1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

download 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

of 19

Transcript of 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    1/19

    ETNOBOTANI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT

    ETNIS DAYAK MERATUS LOKSADO KALIMANTAN SELATAN

    DAN UPAYA KONSERVASI DI KHDTK SAMBOJA

    Oleh :

    Noorcahyati dan Zainal Arifin

    ABSTRAK

    Etnis Dayak Meratus Desa Haratai di Kalimantan Selatan memiliki

    pengetahuan pengobatan tradisional dengan menggunakan berbagai jenis tumbuhan

    berkhasiat obat yang berada disekitar mereka mulai dari hutan, kebun karet tua, ladang,

    hingga pekarangan. Pengetahuan tersebut, umumnya dikuasai kaum tua dengan

    menggunakan proses transfer pengetahuan secara lisan dari generasi ke generasi tanpa

    ada pendokumentasian secara tertulis. Jika tidak dilakukan pendokumentasian,

    dikhawatirkan pengetahuan pengobatan tradisional akan hilang, bahkan lebih cepat

    dibandingkan dengan hilangnya jenis tumbuhan berkhasiat obat. Untuk itulah peran ilmuetnobotani membantu dalam mendokumentasikan pengetahuan pengobatan tradisional

    tentang jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat, cara meramu, bagian tumbuhan yang

    digunakan, serta habitat atau pun tempat dimana tumbuhan berkhasiat obat diambil.

    Makalah ini memberikan gambaran mengenai jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat, cara

    meramu, dan bagian tumbuhan yang digunakan serta pemanfaatannya untuk mengobati

    penyakit yang digunakan oleh etnis dayak meratus di lokasi penelitian. Tercatat 110 jenis

    tumbuhan dan lebih dari 57 famili yang dimanfaatkan untuk bahan pengobatan. Informasi

    tersebutberguna untuk keperluan pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat

    itu sendiri. Sebagai bentuk upaya konservasi, beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat

    yang diperoleh dari lokasi penelitian juga dibuat koleksi hidup pada Plot TumbuhanBerkhasiat Obat di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja.

    Kata kunci : Etnobotani, dayak meratus, konservasi

    PENDAHULUAN

    Keanekaragaman hayati merupakan aset bangsa yang sangat penting untuk dijaga

    kelestarian dan pemanfaatannya. Kalimantan dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya

    juga didukung oleh potensi pengetahuan tradisional yang dimiliki berbagai etnis asli di

    Kalimantan. Kekayaan keanekaragaman hayati ini memiliki keterikatan dengan budaya

    masyarakat setempat. Salah satunya melalui pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan

    berkhasiat obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional etnis lokal, terutama yang

    berada disekitar kawasan hutan. Pengetahuan pengobatan tradisional ini telah teruji

    secara empiris dari generasi ke generasi. Salah satu etnis di Kalimantan yang masih

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    2/19

    memanfaatkan pengetahuan lokal dalam pengobatan melalui berbagai jenis tumbuhan

    adalah etnis Dayak Meratus (Dayak Bukit) di Desa Haratai Kecamatan Loksado, Kabupaten

    Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.

    Umumnya pengetahuan pengobatan tradisional hanya dikuasai oleh kaum tua.

    Generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan dari kaum tua, dan

    lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab. Kondisi seperti ini,

    menjadikan warisan tradisional lambat laun akan mengalami kepunahan di tempat aslinya

    (Noocahyati, 2012).Karena itu, perlu ada upaya untuk mendokumentasikan pengetahuan

    pengobatan tradisional yang seiring dengan upaya pelestarian tumbuhan berkhasiat obat

    untuk pengetahuan, konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara

    pendokumentasian tersebut adalah melalui kajian etnobotani tumbuhan berkhasiat obat.

    Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani

    (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi,

    dan masyarakat umumnya. Studi etnobotani bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat

    bagi manusia dan lingkungan, dan perlindungan pengetahuan tersebut, melalui

    perlindungan jenis jenis tumbuhan yang digunakan (Suryadarma 2008).Menurut

    Munawaroh dan Purwanto (2000) Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari

    hubungan timbal balik secara menyeluruhantara masyarakat lokal dengan alam

    lingkungannya yang meliputi pengetahuan tentangsumberdaya alam tumbuhan. Karena itu,

    etnobotani berpotensi mengungkapkan sistempengetahuan tradisional dari suatu

    kelompok masyarakat atau etnik mengenai keanekaragamansumberdaya hayati,

    konservasi dan budaya.

    Makalah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Teknologi

    Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja untuk mengungkap pengetahuan

    etnis Dayak Meratus di Desa Haratai dalam memanfaatkan sumber daya alam tumbuhan di

    sekitarnya, khususnya tumbuhan berkhasiat obat. Selain itu, juga tersedianya data

    keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan konsep pengobatan masyarakat lokal serta

    berguna untuk keperluan konservasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    3/19

    METODOLOGI 

    Penelitian merupakan survey eksploratif dengan teknik pengambilan data melalui

    observasi dan wawancara langsung kepada tokoh kunci, serta pengguna tumbuhan

    berkhasiat obat yang ada di lokasi penelitian. Tokoh kunci adalah orang yang dianggap

    memahami tentang pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan. Biasanya mereka adalah kaum tua

    dan memiliki warisan pengetahuan dari generasi sebelumnya yang diturunkan secara lisan.

    Untuk mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat dilakukan survey langsung ke

    habitatnya untuk pengambilan spesimen guna keperluan identifikasi dan pengujian lebih

    lanjut. Identifikasi dilakukan di Herbarium Wanariset Balitek KSDA Samboja. Selain

    keperluan identifikasi, spesimen herbarium yang diperoleh juga sebagai bahan koleksi

    kering serta bukti otentik keberadaan tumbuhan berkhasiat obat di lokasi penelitian.

    Pengambilan data primerdilakukan di Desa Haratai yang berada di kawasanPegunungan Meratus.Secara geografis kawasan Pegunungan Meratus terletak di antara

    115°38’00" hingga 115°52’00" Bujur Timur dan 2°28’00" hingga  20°54’00" Lintang Selatan.

    Pegunungan ini menjadi bagian dari 8 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu:

    Hulu Sungai Tengah (HST), Balangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Kotabaru,

    Tanah Laut, Banjar dan Tapin. Pegunungan Meratus merupakan kawasan berhutan yang

    bisa dikelompokkan sebagai hutan pegunungan rendah.

    Desa Haratai secara administratif berada di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu

    Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Jarak tempuh dari Desa Haratai ke ibukota

    Propinsi (kota Banjarmasin) sekitar 185 km dengan waktu sekitar 5 jam perjalanan. Desa

    yang menjadi lokasi penelitian ini cukup terkenal di Kab. HSS dikarenakan terdapat objek

    wisata air terjun Harataiyang menjadi salah satu tujuan wisata terkenal di Kalimantan

    Selatan.

    Desa Haratai terdiri dari 3 anak desa (dusun) yakni Haratai 1, Haratai 2 dan Haratai

    3. Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Haratai 1 yang menjadi induk dari dua dusun

    lainnya. Lokasi Desa Haratai berada di kaki pegunungan Meratus.Pegunungan Meratus

    merupakan kawasan pegunungan yang membelah Propinsi Kalimantan Selatan menjadi

    dua, membentang sepanjang ± 600 km2  dari arah tenggara dan membelok kearah utara

    hingga perbatasan Kalimantan Timur. Disepanjang pegunungan ini terdapat banyak

    perkebunan karet, begitu juga dengan kondisi Desa Haratai. Selain terdapat perkebunan

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    4/19

    karet tua dan muda, di Haratai juga terdapat hamparan perkebunan kayu manis. Peta

    lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    5/19

     

    Gambar 1. Lokasi penelitian di Kecamatan Loksado, Kab. HSS, Kalsel

    HASIL DAN PEMBAHASANPersepsi Terhadap Penyakit  

    Penduduk di Desa Haratai I adalah etnis Dayak Meratus. Desa ini berada dalam

    bagian Hutan Lindung Haratai yang dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan

    Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Sebagian besar etnis Dayak

    Meratus masih tergantung pada tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi

    kebutuhan hidup sehari-hari. Begitu pula dengan pengobatan tradisional melalui

    pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat. Menurut Setyowati

    (2010)pengobatan tradisional merupakan upayapenyembuhanterhadap penyakit yang

    dilakukanberdasarkan kepercayaan turun-temurun, baikdengan menggunakan bahan

    alami yang tersediadan diyakinimempunyai khasiat dapatmenyembuhkan maupun melalui

    perantaraseseorang (dukun) yang diakui mempunyaikekuatan tertentu di dalam dirinya

    untukmenghilangkan penyakit.

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    6/19

      Rahayu, et.al   (2006) menyebutkan Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan

    kaitannya dengan pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional terbentuk melalui

    sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya. Persepsi etnis

    Dayak Meratus di Desa Haratai terhadap penyakit dibedakan menjadi dua bagian besar,

    yakni : penyakit yang disebabkan oleh makanan dan penyakit yang disebabkan oleh

    perbuatan. Atas dasar ini cara pengobatan yang dilakukan pun akan berbeda. Pengobatan

    dilakukan melalui ramuan obat tradisional yang terdiri dari tumbuhan, mineral dan hewan.

    Ada pula pengobatan yang diakukan melalui pembacaan doa dan mantra yang diikuti ritual

    dalam adat dayak meratus yang dikenal dengan Batandik. Pengobatan dengan

    berbagai jenis tumbuhan ada yang berupa ramuan yakni terdiri dari campuran berbagai

    jenis bagian tumbuhan, bagian hewan dan atau mineral. Selain itu, ada pula bagian

    tumbuhan yang digunakan sebagai obat secara tunggal atau terdiri dari satu jenis

    tumbuhan.

    Keragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat

    Sebagian besar etnis Dayak Meratus (Bukit) di Desa Haratai, Loksado masih tetap

    mempertahankan tradisi pengobatan tradisional yang sudah dipraktekkan nenek moyang

    mereka secara turun temurun. Sehingga secara empiris, pemanfaatan tumbuhan berkhasiat

    obat sudah teruji sejak lama. Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat tersebut selain untuk

    pengobatan penyakit juga untuk perawatan kesehatan. Jauhnya akses masyarakat dengan

    pelayanan kesehatan menjadikan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan

    berkhasiat obat yang ada di sekitar mereka masih mendapat tempat pada etnis ini.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh kunci dan penduduk setempat tercatat

    jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dan

    kosmetika (tabel lampiran). Tumbuhan tersebut terdiri dari berbagai famili yang disajikan

    pada tabel 1.

    Tabel 1. Famili tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan

    No. Famili Spesies Jumlah Spesies

    1 Acanthaceae Nomaphila stricta 1

    2 Ancistrocladaceae  Ancistrocladus tectorius 1

    3 Annonaceae  Annona muricata, Artabotryssuaveolens sp. 2

    4 Apocinaceae  Alstonia scholaris 1

    5 Araliaceae Schefflera sp. 1

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    7/19

    6 Araceae  Alocasia scabriuscula, Amyrum sp.,

    Homalomena sp.

    3 (NN=1)

    7 Arecaceae  Areca catechu, Arenga pinnata, Metroxylon

    sagu

    3

    8 Asteraceae  Ageratum conyzoides 1

    9 Bombacaceae Durio zibethinus 1

    10 Compositae Eupathorium inulaefolium, Wedelia biflora,

    Micania scandens, Blumea balsamifera,

    Blumea sp.

    5

    11 Connaraceae Connarus sp., Cnestis platantha, Rourea

    mimosoides

    3

    12 Convolvulaceae Meremmia peltata 1

    13 Cyatheaceae Cyathea recommutata 1

    14 Cyperaceae Scleria laevis Willd. 1

    15 Dilleniaceae Tetracera sp. 1

    16 Euphorbiaceae Baccaurea lanceolata, Acalypa caturus,

    Macaranga bancana, Macaranga sp1,Macaranga sp2., Cratoxylum tignum

    6

    17 Fabaceae Bauhinia sp., Archidendron jiringa 2

    18 Flacourtiaceae Flacourtia rukam 1

    19 Gesneriaceae Cyrtandra sp. 1

    20 Gleicheniaceae Dicranopteris curranii 1

    21 Graminae Saccharum spontaneum, Bambusa vulgaris 2

    22 Labiatae Hyptis capitata 1

    23 Lamiaceae Ocimum sp. 1

    24 Lauraceae Eusideroxylon zwageri, Luvunga sp.,

    Cinnamomum burmanii, Litsea elliptica

    4

    25 Leaceae Leea indica 126 Leguminosae Mucuna sp., Senna alata, Spatholobus

    sangueneus, Dalbergia discolor, Parkia

    roxburghii, Cajamus cajan, Entanda

    borneensis,

    7 (NN=1)

    27 Liliaceae Cordiline petiolaris 1

    28 Loganiaceae Fagraea racemosa 1

    29 Loranthaceae Helixanthera cylindrical 1

    30 Malvaceae Sida rhombifolia 1

    31 Marantaceae Donax caniformis 1

    32 Menispermaceae Fibraurea tinctoria, Pycnarrhena tumefacta 233 Melastomataceae Melastoma malabathricum 1

    34 Meliaceae Lansium domesticum 1

    35 Moraceae Ficus cf. quercifolia 1

    36 Myrtaceae Tristaniopsis sp. 1

    37 Myristicaceae Myristica maxima 1 (NN=2)

    38 Oleaceae Chionanthus sp 1

    39 Ophioglossaceae Helminthostachys zeylanica 1

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    8/19

    40 Palmae Ceratolobus sp. 1

    41 Piperaceae Piper aduncum, Piper betle, Piper  sp. 3

    42 Poaceae Imperata cylindrica 1

    43 Rhamnaceae  Alphitonia excelsa 1

    44 Rubiaceae Morinda citrifolia, Ixora sp., Oxyceros sp. 3

    45 Rutaceae Melicope glabra 1

    46 Sapindaceae Lepisanthes amoena 1

    47 Schizaeaceae Ligodium circinnatum 1

    48 Selaginellaceae Selaginella plana 1

    49 Simaroubaceae Eurycoma longifolia, Brucea javanica 2

    50 Solanaceae Capsicum sp. 1 (NN=1)

    51 Sterculiaceae Sterculia sp. 1

    52 Taccaceae Tacca sp. 1 (NN=2)

    53 Thelypteridaceae Pronephrium rubicundum 1

    54 Umbelliferae Hydrocotile sibthorpioides 1

    55 Urticaceae Leucosike capitallata, polikilospermum sp.,

    Dendrocnide sp1.,Dendrocnide sp2.,Villebrunea sp.

    5

    56 Verbenaceae Peronema canescens, Lantara camara,

    Clerodendrum sp.

    1

    57 Zingiberaceae Costus speciosus, Zingiber purpureum 2

    Berdasarkan tabel tersebut diketahui terdapat 57 famili tumbuhan yang digunakan

    etnis Dayak Meratus dalam pengobatan tradisional yang mereka lakukan. Jenis-jenis yang

    digunakan tersebut bervariasi mulai dariherba, rumput, liana, parasit hingga pohon.

    Jumlah jenis pada famili leguminosae menempati jumlah terbanyak yakni 8 jenis yang

    terdiri dari 7 jenis telah teridentifikasi spesiesnya dan 1 jenis masih belum teridentifikasi.

    Tumbuhan berkhasiat obat dikumpulkan dari berbagai habitat terutama kebun

    karet tua dan hutan di sekitar desa. Beberapa jenis dapat dijumpai di pekarangan, pinggir

    jalan serta kebun dan ladang. Tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan etnis Dayak

    Meratus digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dari ringan hingga penyakit berat.

    Selain itu terdapat beberapa spesies yang digunakan sebagai afrodisiak, untuk persalinan

    dan pasca melahirkan serta kosmetik. Data selengkapnya disajikan pada lampiran.Dari 110jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, terdapat beberapa jenis

    yang sudah dikategorikan langka/rentan seperti : akar arau/akar kuning (Fibraurea

    tinctoria), Pulantan/Pulai ( Alstonia scholaris), dan Pasak Bumi (Eurycoma longifolia).

    Fibraurea tinctoria termasuk dalam famili Menispermaceae. Tumbuhan yang

    merupakan liana ini dikenal sebagai akar arau pada etnis Dayak Meratus di Desa Haratai.

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    9/19

    Penamaan lokal dari berbagai daerah antara lain akar kuning, merkunyit, akar koneng,

    kukunyit, aka bila. DaerahpersebaranFibraurea tinctoria  meliputi Sumatera, Kalimantan,

    Sulawesi, Halmahera, Filipina, Thailand, Indocina dan Malaya. Termasuk dalam famili

    Menispermaceae. Dapat dijumpai ketinggian tempat yang beragam dari dataran rendah

    sampai ketinggian 1000 m dpl. Umumnya tumbuh secara liar di hutan sekunder atau

    semak belukar. Berdasarkan red list IUCN tumbuhan ini telah dinyatakan langka

    (Setyowati, et.al, 2007).Keberadaan  Fibraurea tinctoria  dan beberapa famili Menisperceae

    lainnya yang juga dimanfaatkan sebagai bahan baku obat terus mengalami penurunan di habitat

    aslinya. 

     Fibraurea tinctoria  secara empiris tidak hanya digunakan etnis Dayak Meratus, hampir

    semua etnis asli di Kalimantan menggunakannya untuk mengobati berbagai penyakit, seperti

    sakit kuning, malaria dan hepatitis (Noorcahyati, 2010). Tidak hanya teruji secara empiris,tumbuhan ini juga telah teruji secara ilmiah melalui beberapa penelitian yang dilakukan. Isolasi

    senyawa aktif dengan metode  Bioassay Guided Isolationtelah dilaporkan oleh Wahyuono dkk

    (2006) bahwa senyawa bioaktifnya mampu menghambat 20%pertumbuhan kanker in vitro.

     Alstonia scholaris  dikenal etnis Dayak Meratus dengan nama lokal Pulantan / Pulai.

    Pohon ini dimanfaatkan sebagai obat bisul dengan menggunakan getah dari batang maupun

    daun. Meskipun pada etnis ini penggunaan getah Alstonia scholaris untuk bisul, sebenarnya jenis

    ini telah dimanfaatkan oleh berbagai etnis untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya

     berpotensi sebagai antidiabetes. Daerah persebaran  Alstonia scholarismeliputi Jawa, Sumatera,

    Kalimantan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tumbuh liar pada hutan primer,

    sekunder dan pinggiran ladang di perkampungan. Dapat dijumpai mulai dari dataran rendah

    sampai ketinggian 1000 m dpl. Di Desa Haratai, tumbuhan ini tumbuh di tempat yang lembab

    dan banyak mengandung humus, berada di ketinggian sekitar 400 m dpl. Berdasarkan redlist

    IUCN saat ini status konservasi Alstonia scholaris tercatat Lower Risk/Least  Concernberdasarkan

    data tahun 1998. Tentu saja saat ini diduga sudah meningkat status kelangkaannya. 

    Pasak bumi (Eurycoma longifolia) merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang

    sudah sangat terkenal di Kalimantan. Penggunaan tumbuhan ini terutama sebagai bahan

    untuk afrodisiak. Daerah persebarannya meliputi Sumatera, Kalimantan, Semenanjung

    Malaya, Birma, Thailand dan Vietnam. Pasak bumi menyukai tanah agak masam dan

    berpasir, pada hutan primer dan sekunder (Setyowati, 2007). Penggunaan Eurycoma

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    10/19

    longifolia di Desa Haratai saat ini tidak banyak karena sudah sulit menemukan Eurycoma

    longifolia di Desa ini, sehinga masyarakat menggantinya dengan Lepisanthes amoena yang

    juga disebut sebagai pasak bumi oleh sebagian masyarakat pada etnis ini. Status

    konservasi Eurycoma longifolia menurut Rifai (1992) berada pada status terkikis.

    Selain ketiga jenis tersebut, jenis lainnya juga sudah mulai sulit ditemukan pada

    habitatnya seperti kedaung (Parkia roxburghii)danSangga Langit (Helmintostachys

     zeylanica).  Kedaung adalah satu diantara 30 spesies tumbuhan obat langka di Indonesia

    yang populasinya terus menurun, bahkan mulai jarang dijumpai di habitat aslinya (Zuhud,

    207).

    Pemanfaatan bagian tumbuhan dari Fibraurea tinctoria dan Eurycoma longifolia

    adalah bagian batang dan akar, juga beberapa spesies lainnya. Sedangkan pulantan atau

     Alstonia scholarisbagian yang dimanfaatkan adalah getah pada batang atau daun.

    Penggunaan bagian tumbuhan seperti akar adalah penggunaan yang sangat mengancam

    kelestarian tumbuhan tersebut. Karena akar dan batang adalah bagian utama dari

    kehidupan tumbuhan. Menurut Norhidayah et al. (2006),pemanenan tumbuhan obat

    langsung dari alam apabila dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian dapat

    menyebabkan kelangkaan dan akhirnya kepunahan.

    Upaya Konservasi Tumbuhan Berkhasiat Obat

    Meskipun etnis Dayak Meratus di Desa Haratai masih memanfaatkan berbagai

    tumbuhan dalam pengobatan tradisional yang mereka praktekkan sehari-hari, lambat laun

    pengetahuan pengobatan tradisional dapat menjadi punah. Hal ini disebabkan beberapa

    hal yakni : adanya sistem pewarisan pengetahuan pengobatan yang hanya melalui lisan

    tanpa ada catatan tertulis dari generasi ke generasi. Selain itu, generasi muda sedikit demi

    sedikit terlihat kecenderungan meninggalkan pengobatan tradisional dan tidak tertarik

    untuk mempelajarinya dari kaum tua. Menurut Caniago dan Siebert (1998) hasil survei di

    perkampungan Dayak Ransa diKalimantan Barat, penduduk yang berusia lebih dari 25

    tahun terutama perempuan berusia tuamempunyai pengetahuan yang lebih banyak

    mengenai pemanfaatan tumbuhan obat dibandingkandengan laki-laki dan perempuan yang

    lebih muda. Di Desa Haratai, usia penduduk yang menguasai pengobatan tradisional

    berkisar 40 tahun ke atas. Bahkan untuk mewariskan pengetahuan pengobatan tradisional

    dari seorang pengobat (tabib), umumnya diberikan pada usia 35 tahun ke atas.

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    11/19

    Dari sisi habitattumbuhan berkhasiat obat, seiring bertambahnya jumlah penduduk

    dan pembukaan lahan akan mempersempit habitat dan berimbas pula terhadap kelestraian

    tumbuhan berkhasiat obat tersebut. Penggunaan dan pemanfaatan tumbuhan tanpa ada

    upaya budidaya akan menyebabkan terganggunya kelestarian tumbuhan. Selain itu

    berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat yang diambil langsung dari alam memiliki

    kemampuan regenerasi alami yang sangat rendah. Regenerasi yang berlangsung lambat

    hendaknya mendapat campur tangan manusia untuk konservasi dan pengembangannya.

    Di Desa Haratai, pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat sebagian besar masih

    mengandalkan dari alam, meskipun sudah ada yang mulai menanam di pekarangan. Jika

    diperlukan, maka anggota keluarga yang bersangkutan akan mencari langsung dari

    habitatnya seperti di hutan sekitar desa, kebun, ladang dan pekarangan. Upaya budidaya

    belum dilakukan maksimal. Dalam etnis Dayak Meratus ada anggapan bahwa tumbuhan

    berkhasiat obat akan memiliki khasiat yang baik jika tumbuh di habitat alaminya. Karena

    itu perlu adanya upaya pelestarian baik terhadap tumbuhan berkhasiat obat maupun

    pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan. Menurut

    Moeljono (1998), tumbuhan obatmerupakan salah satu hasil hutan yangbermanfaat dari

    segi ekologi, sosial budaya,maupun ekonomi yang harus dikelola denganmemperhatikan

    kebutuhan generasi masa kini danmasa mendatang.Melihat kondisi di Desa Haratai,

    diperlukan adanya transfer pengetahuan budidaya berbagai jenis tumbuhan berkhasiat

    obat yang sudah terbukti secara ilmiah dan sesuai dengan kondisi iklim dan habitat

    tumbuhnya. Khusus jenis kayu manis (Cinnamomum burmanii) diperlukan transfer

    pengetahuan mengenai pengolahan produk simplisia agar masyarakat mendapat nilai

    tambah dari perkebunan kayu manis yang telah ada di Desa tersebut. Kayu manis tidak

    hanya bermanfaat sebagai bahan rempah penyedap masakan dan minuman saja. Kayu

    manis juga berguna untuk pengobatan diantaranya sebagai antimikroba, antidiare, demam

    hingga influenza. Secara empiris pun didaerah lainnya digunakan untuk hipertensi, batuk,

    sakit kuning, kolesterol dan diabetes.

    Pelestarian tumbuhan berkhasiat obat dapat dilakukan baik secara in-situ maupun

    eks-situ. Selain perlindungan yang bersifat umum atau menyeluruh, perlindungan yang

    bersifat lebih khususterhadap suatu elemen, tempat atau habitat khusus suatu sasaran

    konservasi perlu dilakukan. Habitatatau tempat khusus tersebut dapat merupakan tempat

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    12/19

    hidup dari suatu jenis tumbuhan tertentu ataudapat juga merupakan tempat hidup atau

    tempat beraktivitasnya jenis-jenis binatang, dan lain-lain (Sidiyasa, dkk., 2006).

    Dalam rangka tersebut, KDHTK Samboja telah merintis pembangunan Plot

    Tumbuhan Berkhasiat Obat seluas 5,6 Ha sebagai upaya konservasi tumbuhan berkhasiat

    obat yang ada di Kalimantan termasuk yang berasal dari Desa Haratai, Loksado. Seperti

    yangdikemukakan Setyawati (2009) bahwa tujuan upaya pelestarian pohon berkhasiat

    obat adalahuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan

    sekitar hutan sertamelestarikan ilmu pengetahuan tradisional tentang ramuan obat yang

    selama ini sudah diwariskansecara turun temurun dari nenek moyang kita. Hendaknya

    konservasi in-situ juga dilakukan di Desa Haratai dengan melibatkan pihak terkait.

    PENUTUP

    Hasil penelitian di Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan,

    Kalimantan Selatan memperoleh data keragaman berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat

    dan kosmetika sebanyak 110 jenis dari 57 famili. Terdapat 3 jenis diantara tumbuhan yang

    dimanfaatkan termasuk kategori langka, sehingga perlu upaya untuk menyelamatkan

    keberadaan tumbuhan berkhasiat obat tersebut.

    Upaya konservasi tumbuhan berhasiat obat yang dilakukan salah satunya melalui

    pembangunan Plot Tumbuhan Berkhasiat Obat di KHDTK Samboja seluas 5,6 Ha. Selain itu,

    sangat penting dilakukan budidaya tumbuhan hutan berkhasiatobat yang terancam punah

    dan jenis-jenis yang diambil akarnya untuk pengobatan.

    Inventarisasi dan pendokumentasian tumbuhan berkhasiat obat serta pengetahuan

    tradisionalnya perlu terus dilakukan untuk kepentingan pengetahuan dan konservasi serta

    kesejahteraan masyarakat pemilik pengetahuan tersebut. Pembuktian secara ilmiah

    berdasarkan bukti empiris yang ada juga sebaiknya terus ditingkatkan.

    Daftar Pustaka

    Caniago, I. and F.S. Siebert. 1998. Medicinal plant ecology, knowledge and conservation in

    Kalimantan, Indonesia. Economic Botany 52(3) : 229-250. The New York Botanical

    Garden.USA.

    Moeljono, S, 1998, ‘Suatu Telaah tentang PemanfaatanKeanekaragaman Jenis Tumbuhan

    olehMasyarakat Suku Menyah Di DaerahPegunungan Arfak Kabupaten

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    13/19

    Manokwari’,Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III 5-6Mei 1998, LIPI, Denpasar-

    Bali

    Munawaroh E. dan I.P. Astuti. 2000. Peran etnobotani dalam menunjang konservasi ex-situ

    KebunRaya.

    http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/253

    6/2537.pdf.

    Noorcahyati. 2010. Kajian Etnobotani Pohon Potensial Berkhasiat Obat Antidiabetes dan

    Kolesterol di Kalimantan. (Laporan hasil penelitian). Samboja: Balai Penelitian

    TeknologiKonservasi Sumber Daya Alam.(Tidak dipublikasikan).

    Noorcahyati. 2012. Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. Balai Penelitian

    Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam. Badan Litbang Kementrian Kehutanan.

    Samboja

    Noorhidayah, K. Sidiyasa& I. Hajar. 2006. Potensi dan keanekaragaman tumbuhan obat di

    hutan Kalimantan dan upaya konservasinya. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 3

    (2):95 – 107. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

    Purwanto, Y. 2000. Etnobotani dan konservasi plasma nutfah hortikultura : peran sistem

    pengetahuan lokal pada pengembangan dan pengelolaannya. Prosiding Seminar

    Hari Cintapuspa dan Satwa Nasional. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle

    /123456789/52308/Daftar_Pustaka.pdf.

    Rahayu, M., Sunarti, S., Sulistiarini, D.,& Prawiroatmodjo, S. (2006). Pemanfaatantumbuhan

    obat secaratradisional oleh masyarakat lokal diPulau Wawonii, Sulawesi

    Tenggara.Biodiversitas 7 (3), 245-250.

    IUCN Red List.org. 2014. Diakses 28 November 2014.

    Setyawati, T. 2009. Potensi, regenerasi dan pemanfaatan pohon obat di Cagar Alam Besowo

    danManggis, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Info Hutan, Vol VI (2): 145-

    157. PusatPenelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

    Setyowati, F.M. 2010. Etnofarmakolgi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung

    Di Kalimantan Timur.

    Setyowati, F.M, Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat TalangMamak di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Jurnal Biodiversitas

    Volume 8 Nomor 3. 228-232.

    Sidiyasa, K., Zakaria, Ramses, I. 2006. Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau,

    Kalimantan Timur, Potensi dan Identifikasi Langkah-Langkah Perlindungan dalam

    Rangka Pengelolaannya Secara Lestari. CIFOR. Bogor.

    http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/download%20DatabyId/%20253http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/download%20DatabyId/%20253

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    14/19

    Suryadarma IGP. 2008. Diktat Kuliah Etnobotani. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi

    FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

    Wahyuono, S., Setiadi, J., Santosa, Dj.,Wahyuningsih, M. S. H., Soekotjo,Widyastuti, S. M.2006. PotensiSenyawa Bioaktif dari Akar Kuning( Fibraurea chloroleuca Miers.)

    Koleksidari hutan Kalimantan Tengah sebagaiAntikanker.  Majalah Obat

    Tradisional ,vol. 11 (36), April-Juni, 22-8

    Zuhud, E.A.M. 2007. Bio-Ekologi Tumbuhan Obat Kedawung ( Parkia timoriana (DC) Merr.) di

    Hutan Alam Taman Nasional Meru Betiri. Artikel. Diakses tanggal 25. November 2014.

    LAMPIRAN

    Tabel 1. Tumbuhan yang dimanfaatkan etnis Dayak Bukit sebagai bahan obat di Desa

    Haratai, Loksado

    No Nama ilmiah Nama lokal Bag yg digunakan KegunaanCara penggunaan

    POACEAE

    1. Imperata cylindrica  Padang;Halalang Akar Sakit pinggang Direbus, minum

    Rebung/Pucuk Sakit dada akibat Ditumbuk,oleskan

    angin duduk

    ASTERACEAE

    2. Ageratum conyzoides  Rumput Sandawa Daun Gatal akibat Digosokkan ke

    ulat bulu kulit

    Daun Mecret Dipanaskan,

    tempel ke puser

    Daun Sakit kepala Dipanaskan, tem

    Pel ke dahi

    BOMBACACEAE

    3. Durio zibethinus  Durian Kulit Btg Sakit sampar Direbus: diminum,

    dimandikan ARECACEAE

    4. Areca catechu  Pinang* Akar Sakit pinggang Direndam, minum5. Arenga pinnata  Aren Akar Sakit pinggang Direndam, minum

    6. Metroxylon sagu  Rumbia Akar Pasca melahirkan Direndam, minum

    LAURACEAE

    7. Eusideroxylon zwageriUlin* Akar Sakit pinggang Direndam, minum

    Akar Sakit gigi Direbus, kumur2

    RUTACEAE

    8. Luvunga sp. Seluang Belum* Akar Sakit pinggang Direndam, minum

    SIMAROUBACEAE

    9. Eurycoma longifolia  Pasak bumi Akar Sakit pinggang Direndam, minum

    10. Brucea javanica  RacunAyam Daun Sakit gigi Diperas ke ubun2

    Akar Sakit kuning Direndam,minum

    Buah Sakit kuning Dicuci,makan

    ZINGIBERACEAE11. Costus speciocus  Tetawar Air batang Panas/demam Disadap

    diminum

    Umbi Mencegah jengkolanDirebus dg

    jengkol

    URTICACEAE

    12. Leucosike capitallata  Ky Yayahi Air batang Panas Disadap, minum

    Kulit batang Gigitan ular berbisa Dikupas,dililitkan

    diatas luka

    PIPERACEAE

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    15/19

    13. Piper aduncumBasirih Daun Gatal Diremas, oleskan

    Daun Perut kembung Diremas, oleskan

    MELASTOMATACEAE

    14. Melastoma malabathricum  Uduk-Uduk Akar Mencegah jengkolan Direbus dg

    jengkol

    URTICACEAE

    15. Polikilospermumsp Kuku-Kuku Pucuk daun Sakit perut Diremas, oleskan

    Pucuk daun Pasca melahirkan Diremas, oleskan

    RUTACEAE16. Melicope glabra Wawangun Pucuk daun Sakit kepala Diremas, diikat ke

    Kepala

    COMPOSITAE

    17. Eupathorium Jelama* Pucuk daun Luka Ditumbuk,

    inulaefolium  tempelkan

    LEGUMINOSAE

    18. Mucuna sp. Akar ulur Air akar Luka Akar dipotong,air

    Oleskan

    19. Senna alata  Gelinggang* Akar Sakit gigi Rebus,kumur

    Daun Gatal (kulit) Diremas, oleskan

    20. Spatholobus sangueneus Carikan Darah Akar Mencret/sakit perut Ditumbuk,minum

    21. Dalbergia discolor   Akar Laka Akar Pasca melahirkan/Nifas Direndam,minum

    22. Parkia roxburghii  Kidaung Biji Malaria Dibakar, diminum

    Biji Kembung Dibakar, minum23. Cajamus cajan  Akar Gudai Akar Spilis Direndam, minum

    Pucuk daun Sakit gigi Dihaluskan,ke lubang

    Gigi

    24. - Tambalikit Akar Sari rapet Direndam, minum

    25. Entanda borneensis  Akar Biluru Akar batang Menghilangkan ketombe Ditumbuk, keramas

    Akar batang Borok Membersihkan borok

    APOCINACEAE

    26. Alstonia scholaris Pulantan Getah daun/batang Bisul Oleskan sekitar

    Bisul

    SOLANACEAE

    27. Capsicum sp. Cabe Rawit Akar Gatal (kulit) Diremas, oleskan

    28. - Terong Hintalu Akar Gatal (kulit) Diremas, oleskan

    PIPERACEAE

    28. Piper sp. Sirih Cambai Daun Sakit perut Digosokkan ke

    Perut

    OPHIOGLOSSACEAE

    29. Helminthostachys Sangga Langit Umbi Kejang Dihaluskan, dioles

     zeylanica  Umbi Kaku persendian Dihaluskan, dioles

    UMBELLIFERAE

    30. Hydrocotile  Jelukap* Daun Pra melahirkan Digosok, oleskan

    sibthorpioides  ke perut

    NN31. - Birik* Kulit batang Pra melahirkan Digosok, oleskan

    ke perut

    MARANTACEAE

    32. Donax caniformis  Bamban Air dalam Sakit mata Diteteskan

    Pucuk daun

    ARALIACEAE33. Schefflera sp. Talimpuh Daun Pasca melahirkan Dipanaskan,

    tempel ke perut

    Akar Stroke Direndam,minum

    NN

    34. ? Kamburah Daun muda Melancarkan ASI Dipanaskan,

    tempelkan

    NN

    35. - Pilungsur Daun Perlancarpersalinan Diremas,mandi

    Sawa

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    16/19

    CONNARACEAE

    36. Connarus sp. Tampurai Kai Akar Pasca melahirkan Rendam, endapkn

    minum

    CYPERACEAE

    37. Scleria laevis Willd. Hiring Umbut daun Maag Dikunyah, telan

    Umbut daun Mual Dikunyah, telan

    Umbut daun Sakit gigi Dikunyah, masuk

    kan lubang gigi

    GRAMINAE

    38. Saccharum spontaneum Perupuk Umbut daun digunakan untuk pengobatan

    NN

    39. - Singkuungan Getah Sakit inrak ????????????

    RUBIACEAE

    40. Morinda citrifolia  Mingkudu Buah Stroke Diperas,minum

    41. Ixora sp. Jarum- Akar Sakit pinggang Direndam,minum

    Jarum

    42. Oxyceros sp. Tatamba Marin Akar Kencing batu Direndam,minum

    LOGANIACEAE

    43. Fagraea racemosa  Mingkudu Akar Stroke Direndam,minum

    Hutan Akar Pasca melahirkan Direndam,minum

    DILLENIACEAE

    44. Tetracera sp. Hampalas Daun digunakan untuk pengobatan

    VERBENACEAE

    45. Peronema canescens Sungkai Lendir dlm Sakit gigi Lendir dimasuk

    Kulit batang kanpd gigi berlubang

    Daun Meriang Diremas, minum

    LAURACEAE

    46. Cinnamomum burmanii  Kayu Manis Kulit batang Sakit pinggang Direbus,minum

    47. Litsea elliptica  Mirawas* Daun Meriang Direbus,mandikan

    STERCULIACEAE

    48. Sterculia sp. Tawia Daun digunakan untuk pengobatan

    CONVOLVULACEAE

    49. Meremmia peltata Balaran Getah Bisul Dioleskan sekitar

    Mata bisul

    MORACEAE

    50. Ficus cf. quercifolia  Ampunini Getah Disengat lebah Dioleskan

    Getah Digigit nyamuk Dioleskan

    Getah Flek pada wajah Digosokkan

    ARACEAE

    51. Alocasia scabriuscula  Keladi Getah Sengatan lebah Dioleskan

    Kijang pelepah

    52. Amyrum sp. Akar Lendir batang Melancarkan Dioleskan ke

    Karamalungan persalinan perut53. - NN 55 Daun Gatal Diremas, oleskan

    54. Homalomena sp. Kamuyang Darah Daun Penawar sakit Dipercikkan dg air

    LEACEAE

    55. Leea indica  Pilancau Daun Tawar sakit Digosokkan ke

    (kepuhunan) badan

    TACCACEAE56.Tacca sp. Tampaisi Umbi Batuk Dikupas,telan

    Umbi Kebagusan Diserut,oleskan

    NN

    57. - Jungkal Umbi batang Bisul Diserut,oleskan

    Kebagusan Panaskan,tempel

    NN

    58. - Keladi Umbi Bisul Dikerik,oleskan

    Bangsul

    COMPOSITAE

    59. Wedelia biflora Pulut Tai Daun muda Demam pd Diperas di ubun2

    Babi anak

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    17/19

      Daun muda Sakit kepala Dihaluskan,ikat

    ke kepala

    Daun Kuku rusak Digosok,oleskan

    Daun Sakit gigi Diremas,tempel

    60.Micania scandens  Akar 91 Daun Luka Digosok,teteskan

    61. Blumea balsamifera  Capa Daun Bengkak Dipanaskan,tempel

    Daun Batuk Diperas, minum

    Daun Pasca melahirkan Ditempelkan perut

    62. Blumea sp. Daun Sakit (kepuhunan) Digosokkan badan

    MELIACEAE

    63. Lansium domesticum  Langsat* Akar Kolesterol Direndam,minum

    Akar Melangsingkan bdn Direndam,minum

    FABACEAE

    64. Bauhinia sp. Pilanggang Akar Melancarkan haid Direndam,minum

    Bulan

    65. Archidendron jiringa  Jaring Akar Pasca melahirkan(nifas) Direndam, minum

    GESNERIACEAE

    66. Cyrtandra sp. Sambung Daun Gatal kulit Diremas,oleskan

    Sekalat

    Daun Masuk angina Diremas, oleskan

    ANNONACEAE

    67. Annona muricata  Nangka Walanda Pucuk daun Sakit perut Dipanaskan,tempel

    ke perut68. Artabotryssuaveolens Blume Akar Larak Air batang Menambah nafsu makan Akar dipotong, airnya

    diminum

    OLEACEAE

    69. Chionanthus sp. Taguh Sahari/ Akar Afrodisiak

    Lalapik Adam

    FLACOURTIACEAE

    70. Flacourtia rukam  Akar Rukam Akar Berak berdarah Direndam,minum

    Akar Ambeien Direndam,minum

    EUPHORBIACEAE

    68.Baccaurea lanceolata  Limpasu Akar Lemah lesu,stamina Direndam, minum

    69. Acalypa caturus  Tampurai Kai Akar Melancarkan persalinan Direndam, minum

    Manik2 Garintingan Daun Penawar sakit Dipercikkan dg air

    70. Macaranga bancana  Mahang Kapur* Daun Sakit ganjil (kepuhunan) Digosok, oleskan

    71. Macaranga sp 1 Mahang Laki Daun Sakit ganjil (kepuhunan) Digosok, oleskan

    72. Macarangasp 2 Mahang Bini Daun Sakit ganjil (kepuhunan) Digosok, oleskan

    URTICACEAE

    73. Dendrocnide sp.1 Jelatang Tulang* Akar Batuk Direndam, minum

    74. Villebrunea sp. Bagintalan Pucuk daun Melancarkan persalinan Diremas,oleskan ke

    Perut

    Batang Bengkak Dikikis, oleskan

    75. Dendrocnide sp.2 Akar Batuk Direndam, minum

    LABIATAE

    76. Hyptis capitata  Pupulut Bai* Akar Sakit perut Dipanaskan,tempel

    ACANTHACEAE

    77. Nomaphila stricta  NN 40* Akar Sakit perut Dipanaskan,tempel

    MALVACEAE

    81. Sida rhombifolia  Manggasang Aing Daun,batang Rambut rontok Direbus, keramas

    CONNARACEA82. Cnestis platantha  Akar Sambung Maut Akar Pasca melahirkan Direndam, minum

    (Kalalah)

    83. Rourea mimosoides  Akar Api-Api* Daun Bengkak Ditumbuk, oleskan

    Daun Sakit urat Ditumbuk, oleskan

    NN

    84.- Akar Papaha Hayam Umbi Bengkak Dipanaskan, keprak

    Ditempelkan

    Umbi Keseleo Dipanaskan, tempel

    MENISPERMACEAE

    85. Fibraurea tinctoria  Akar Arau Akar, batang Sakit kuning Direndam, minum

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    18/19

      Akar, batang Malaria Direndam, minum

    86. Pycnarrhena tumefacta  Sangkuak Akar Malaria Direndam, minum

    SCHIZAEACEAE

    87. Ligodium circinnatum Litu* Akar Melangsingkan badan Direndam, minum

    NN

    88. - Bambu Tantali* Akar Melangsingkan badan Direndam, minum

    LORANTHACEAE89. Helixanthera cylindrical   Kayu Singgah Daun KB Alami Dihaluskan, ditelan

    EUPHORBIACEAE

    91. Cratoxylum tignum  Kamandrah Akar Sakit gigi Dikerik,dimasukkan

    Lubang gigi, kumur2

    LAMIACEAE

    92. Ocimum sp. Kambang Ruku Daun Sakit gigi Diremas, tempelkan

    Daun Kulit gatal Digosokkan ke kulit

    THELYPTERIDACEAE

    93. Pronephrium rubicundum  Singgagai Akar&Daun Sakit perut Digosok, oleskan

    Akar&Daun Masuk angina Digosok, oleskan

    SELAGINELLACEAE

    94. Selaginella plana  Riu-Riu* Daun Meriang Direbus, mandikan

    CYATHEACEAE

    95. Cyathea recommutata  Paku Habu Lendir pucuk Sengatan lebah Dioleskan

    LILIACEAE

    96. Cordiline petiolaris  Halinjuang Pucuk Masuk angin Diremas,dibalurkan

    GLEICHENIACEEA

    97. Dicranopteris curranii  Alang Am Akar Panas Direndam, minum

    ANCISTROCLADACEAE

    98. Ancistrocladus tectorius  Gagasang Akar Pasca melahirkan Direndam, minum

    Minjangan*

    VERBENACEAE

    99. Lantara camara  Sahang-Sahang Daun Masuk angina Digosok,oleskan

    100. Clerodendrum sp. Mata Pilanduk Pucuk daun Step/Kejang Diremas, peras ke

    Bagian ubun-ubun

    RHAMNACEAE 

    100. Alphitonia excelsa Kalindayau/Balik Kulit batang Gatal, terkena ulat Dihaluskan,oleskan

    Angin

    SAPINDACEAE

    101. Lepisanthes amoena  Pasak Bumi Akar Afrodisiak Direndam, minum

    PALMAE

    102. Ceratolobus sp. Pikak/Siit Umbut Pasca melahirkan Direbus, makan

    Umbut Mencret Direbus, makan

    GRAMINEAE

    104. Bambusa vulgaris  Buluh Kuning* Akar Sakit kuning Direndam, minum

    MYRTACEAE

    105. Tristaniopsis sp Palawan Air batang Panas Batang ditebang,

    Minum airnyaKulit batang kering Bekas luka Dibakar,haluskan

    Oleskan

    MYRISTICACEAE

    107. Myristica maxima Badarah Pinang Kulit batang Sakit gigi Direbus,kumur-kumur

    NN

    108. - Kayu Tutulak Batang Bisul Dikikis, oleskan

    NN

    109. - Pilungsur Sawa Daun Melancarkan persalinan Digosok, oleskan

  • 8/16/2019 1_Etnobotani_Tumbuhan_Berkhasiat_Obat.pdf

    19/19

    ZINGIBERACEAE

    110. Zingiber purpureum  Banglai Umbi Bengkak Dikerik, ditempelkan