194358704 desa-siaga-fifi

12

Click here to load reader

Transcript of 194358704 desa-siaga-fifi

Page 1: 194358704 desa-siaga-fifi

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

DESA SIAGA CANDIWULAN

Disusun Oleh:

dr. Luthfiana Syarifah

Pembimbing :

dr. Rahmi Asfiyatul Jannah

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KEBUMEN I

KEBUMEN

2013

Page 2: 194358704 desa-siaga-fifi

BAB I

LATAR BELAKANG

Visi pembangunan kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010 yang

menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan

yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Adapun salah satu usaha untuk menjangkau target tersebut adalah dengan

mengembangkan desa siaga. Desa siaga adalah merupakan gambaran desa yang mana

masyarakatnya mau dan mampu mengenali tanda-tanda sebelum dan saat terjadi

masalah untuk selanjutnya mau dan mampu mencegah serta menanggulangi masalah

sesuai kewenangan dengan memanfaatkan segala potensi sumber daya yang ada

secara mandiri.

Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih meningkatkan

pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat

menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam

mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kegiatan pendekatan

edukatif sebagai upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani

proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang

dihadapinya, sehingga inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat

agar mau dan mampu untuk hidup sehat.

Sesuai dengan kebijakan pembangunan kesehatan dan dalam rangka

mewujudkan Desa Siaga perlu dikembangkan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes ) di

semua Desa / Kelurahan.

Untuk mendukung atau sebagai aplikasi pelaksana terwujudnya menjadi Desa

Siaga tersebut, maka perlu adanya suatu perencanaan sebagai tindak lanjut dari

pengembangan SDM yang sudah dipersiapkan baik di Tingkat Desa / Kelurahan.

Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut

(Depkes, 2006) :

1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-

kurangnya 2 orang kader desa.

Page 3: 194358704 desa-siaga-fifi

2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan

perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal

dengan istilah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang

melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :

Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi

kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.

Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta

kekurangan gizi.

Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.

Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.

Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan

lingkungan dan lain-lain.

8 Kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,

a. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari kesadaran dan keaktifan

Forum Desa dan Kelurahan.

b. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/Kader Kesehatan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif.

c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka

atau memberikan pelayanan setiap hari.

d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans berbasis

masyarakat, (b) kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, (c)

penyehatan lingkungan.

e. Tercakupnya pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta dari

masyarakat dan dunia usaha.

f. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan

kesehatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

g. Peraturan di desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang

pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

h. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga.

Indikator keberhasilan desa siaga

Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator,

yaitu : indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).

Page 4: 194358704 desa-siaga-fifi

1. Indikator Input

a. Jumlah kader desa siaga.

b. Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.

c. Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.

d. Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.

e. Tersedianya dana operasional desa siaga.

f. Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.

g. Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai

dalam warna yang sesuai.

h. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang,

jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).

2. Indikator proses

a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).

b. Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.

c. Berfungsi/tidaknya poskesdes.

d. Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.

e. Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis

masyarakat.

f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

g. Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.

3. Indikator Output

a. Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.

b. Jumlah kunjungan neonates (KN2).

c. Jumlah BBLR yang dirujuk.

d. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.

e. Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.

f. Jumlah balita yang mendapat imunisasi.

g. Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.

h. Jumlah keluarga yang punya jamban.

i. Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.

j. Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.

k. Adanya data kesehatan lingkungan.

l. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi

masalah setempat.

Page 5: 194358704 desa-siaga-fifi

m. Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.

4. Indikator outcome

a. Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.

b. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.

c. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.

d. Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

Page 6: 194358704 desa-siaga-fifi

BAB II

PERMASALAHAN

Desa dan kelurahan siaga aktif merupakan salah satu indikator dalam standar

pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten dan kota. Target yang harus

dicapai pada tahun 2015 adalah 80% desa dan kelurahan (75.410 ) yang ada di

indonesia telah menjadi desa dan kelurahan siaga aktif.

Gerakan dan pembinaan Desa Siaga sebenarnya dimulai sejak tahun 2006

melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Dan hasil evaluasi Kementerian

Kesehatan pada tahun 2009, bahwa dari 75.410 desa dan kelurahan di seluruh wilayah

Indonesia tercatat 42.295 (56,1%) desa dan kelurahan telah memulai upaya

mewujudkan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga. Sedangkan sampai tahun 2011 tercatat

jumlah Desa Siaga sebanyak 51.996 (68%) dari 76.613 desa dan kelurahan di

Indonesia.

Jumlah Desa Siaga di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 adalah 8.577

buah dari 8.576 desa/kelurahan (100%), mengalami sedikit peningkatan dibandingkan

dengan jumlah Poskesdes tahun 2011 sebanyak 8.576.

Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2012, dari 460

desa/kelurahan di Kabupaten Kebumen tercatat 460 (100%). Perubahan strata desa

siaga aktif dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 adalah desa siaga aktif strata

Pratama 63 desa (14%) pada tahun 2011 menjadi 79 desa (17%) atau mengalami

penurunan pada tahun 2012, desa siaga aktif strata Madya 270 desa (59%) pada tahun

2011 menjadi 253 desa (55%) atau mengalami penurunan pada tahun 2012, desa siaga

aktif strata Purnama 120 desa (26%) pada tahun 2011 menjadi 86 desa (19%) atau

mengalami penurunan pada tahun 2012, dan desa siaga aktif strata Mandiri 7 desa

(1%) pada tahun 2011 menjadi 42 desa (9%) atau mengalami peningkatan pada tahun

2012. Sehingga dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa terjadi penurunan strata

desa siaga aktif, yaitu Strata Pratama, Strata Madya, Strata Purnama, dan terjadi

peningkatan jumlah desa siaga aktif Strata Mandiri dari tahun 2011 sampai dengan

2012. Tentu saja penurunan strata desa siaga aktif yang terjadi semenjak tahun 2011

sampai dengan 2012 menjadi masalah yang sangat serius. Karena dibentukan desa

siaga adalah dengan tujuan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dilingkungannya sendiri. Namun apabila

Page 7: 194358704 desa-siaga-fifi

terjadi penurunan pada strata desa siaga aktifnya, maka kesadaran masyarakat akan

kesehatan akan sulit untuk tercapai.

Sebagai upaya pengembangan Desa Siaga Aktif, diperlukan pentahapan

sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan sebagai berikut:

Page 8: 194358704 desa-siaga-fifi

Berikut adalah tabel strata desa siaga di wilayah kerja Puskesmas Kebumen I :

No Nama Desa STRATA DESA SIAGA

Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Bandung √

2. Candimulyo √

3. Candiwulan √

4. Kalijirek √

5. Kawedusan √

6. Kembaran √

7. Muktisari √

8. Murtirejo √

9. Panjer √

10. Sumberadi √

11. Tamanwinangun √

Berdasarkan tabel tersebut di atas, Desa Candiwulan masih menduduki strata

Desa Siaga Madya. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan program Desa Siaga di

Desa Candiwulan adalah belum terbentuknya perangkat desa yang mendukung

sepenuhnya kegiatan-kegiatan dalam Desa Siaga.

Desa Candiwulan memiliki 15 Posyandu dan 3 kader yang aktif. Dengan

adanya kader tersebut diharapkan dapat membantu seluruh kegiatan guna

mewujudkan Desa Siaga Candiwulan yang diharapkan. Namun permasalahan yang

ada disini adalah kendala untuk dapat mengumpulkan masyarakat guna membahas

permasalahan-permasalahan yang ada di desa sendiri.

Page 9: 194358704 desa-siaga-fifi

BAB III

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat

siklus. Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.

1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan Survei Mawas Diri (SMD), dengan

kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk kelompok

masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga desa

untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah

prioritas yang akan diatasi.

2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari

penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah.

Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2).

Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah

masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas

masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya,

pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada masyarakat,

serta koreksi dan persetujuan masyarakat.

3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan berupa

pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.

4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa

pertanggung jawaban.

Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun disesuaikan

dengan kondisi masing-masing desa/kelurahan.

Page 10: 194358704 desa-siaga-fifi

BAB IV

PELAKSANAAN

Oleh karena di Desa Candiwulan belum terjadwal kegiatan-kegiatan /

pertemuan masyarakat, maka kali ini belum dapat dilakukan intervensi. Intervensi

baru dapat dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Desember 2013 berupa sosialisasi

dan pengenalan kondisi desa bersama para kader pada saat diselenggarakannya PKD

di balai desa.

Intervensi diharapkan melibatkan seluruh aparatur negara yang ada di desa

Candiwulan, para tokoh masyarakat, serta suluruh tenaga medis yang ada dikawasan

tersebut, dengan begitu akan ada solusi yang berdasarkan multisektorial. Pada saat

kegiatana yang lebih penting mengedepankan komitmen dari kinerja pemerintah desa

dengan warganya dalam membangun desa. Serta beberapa faktor penting seperti

pendidikan dan kesehatan yang menunjang indeks prestasi manusia (IPM).

Diantaranya potensi umum Masyarakat Desa serta kinerja pemerintahan desa selama

2 tahun serta faktor-faktor pendukungnya.

Page 11: 194358704 desa-siaga-fifi

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Pemantauan terhadap pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, melalui berbagai cara, yaitu:

1. Pemantauan dan pengawasan oleh masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan upaya

pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif terjadi di semua tahapan, mulai

dari perencanaan hingga pelaksanaan. Dalam perencanaan, masyarakat dapat

memantau dan mengawasi jalannya perencanaan karena perencanaan tersebut

bersifat partisipatif. Sedangkan dalam tahap pelaksanaan, masyarakat ikut terlibat

melaksanakan karena semua kegiatan.

2. Pemantauan dan pengawasan oleh Pemerintah

Pemantauan dan pengawasan oleh Pemerintah terutama dilaksanakan melalui

verifikasi laporan kegiatan dan keuangan. Juga melalui Sistem Informasi Desa

Siaga yang berjalan berjenjang dari desa/kelurahan ke kecamatan, kabupaten/kota,

provinsi, dan pusat dalam koridor Sistem Informasi Pembangunan Desa.

3. Pemantauan oleh Fasilitator

Pemantauan dan pengawasan oleh Fasilitator dilaksanakan secara melekat saat

Fasilitator tersebut membantu berbagai pihak dalam pengembangan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif. Pemantauan dan pengawasan difokuskan kepada

pelaksanaan kegiatan, yaitu dengan memantau adanya masalahmasalah atau

hambatan-hambatan yang dihadapi untuk dicarikan jalan mengatasinya. Oleh

sebab itu, pemantauan dan pengawasan ini terutama dilaksanakan melalui

supervisi dan kunjungan/bimbingan ke lapangan.

Evaluasi terhadap kemajuan pengembangan dan pembinaan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif dapat dilakukan secara tahunan, pada tengah periode, yaitu

tahun 2012, dan pada akhir periode, yaitu pada tahun 2014.

Page 12: 194358704 desa-siaga-fifi

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2009. Pedoman Pengembangan Model Operasional Desa Siaga. Dirjen

Bina Kesehatan Masyarakat.

2. Pemprov Jabar. 2010. Buku Pedoman Desa Siaga Aktif. Bandung; Pemerintah

Prov. Jabar.

3. Kemenkes & Kemendagri. 2010. Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta: Kemenkes RI.

4. Dinas Kesehatan Prov Jateng. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2012. Semarang: Dinkes Jateng.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten

Kebumen Tahun 2012. Kebumen: Dinkes Kebumen.