192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

16
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : An. Arilawati Usia : 11 tahun Jenis Kelamin : perempuan Alamat : Bojong Pekerjaan : pelajar SD Tgl berobat : 17 Oktober 2012 ANAMNESA Keluhan utama : leher kanan bengkak sejak ± 2 hari yang lalu. Keluhan tambahan : demam, batuk, pilek, pusing, mual-muntah, nafsu makan menurun. Riwayat penyakit sekarang Dua hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh leher kanan mulai membengkak yang terasa nyeri dan panas saat perabaan. Keluhan bengkaknya leher ini tidak disertai dengan keluhan nyeri teggorokan dan nyeri menelan. Keluhan ini disertai demam yang timbul mendadak semakin meninggi dan terus menerus, tidak disertai menggigil dan kejang. Batuk berdahak, dahak sulit dikeluarkan, pilek, pusing, dan tidak sesak napas. Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah dan nafsu makan menurun. Pasien belum berobat untuk keluhan ini. Ibu pasien mengatakan bahwa ada tetangga yang menderita keluhan yang sama seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit dahulu: Keluhan leher bengkak sebelumnya (-) Riwayat kejang demam (-)

Transcript of 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Page 1: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Arilawati

Usia : 11 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Alamat : Bojong

Pekerjaan : pelajar SD

Tgl berobat : 17 Oktober 2012

ANAMNESA

Keluhan utama : leher kanan bengkak sejak ± 2 hari yang lalu.

Keluhan tambahan : demam, batuk, pilek, pusing, mual-muntah, nafsu makan menurun.

Riwayat penyakit sekarang

Dua hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh leher kanan mulai

membengkak yang terasa nyeri dan panas saat perabaan. Keluhan bengkaknya leher ini tidak

disertai dengan keluhan nyeri teggorokan dan nyeri menelan. Keluhan ini disertai demam

yang timbul mendadak semakin meninggi dan terus menerus, tidak disertai menggigil dan

kejang. Batuk berdahak, dahak sulit dikeluarkan, pilek, pusing, dan tidak sesak napas. Pasien

mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah dan nafsu makan menurun. Pasien belum berobat

untuk keluhan ini. Ibu pasien mengatakan bahwa ada tetangga yang menderita keluhan yang

sama seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu:

Keluhan leher bengkak sebelumnya (-)

Riwayat kejang demam (-)

Page 2: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Campak (-)

TB paru (-), Bronkopneumonia (-)

Riwayat penyakit keluarga

Keluhan yang sama di keluarga disangkal

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya diderita tetangga pasien

Riwayat TB paru (+) tante, tidak serumah

Riwayat kehamilan ibu

Kunjungan ANC teratur di puskesmas, Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama masa

kehamilan, penyulit kehamilan tidak ada.

Riwayat kelahiran

Lahir 2001 dengan persalinan normal dibantu bidan, lahir tunggal, cukup bulan, tidak ada cacat

kongenital, BBL 3000 gram PBL 48 cm, LK ?

Riwayat makanan

ASI sejak usia 0 – 3 bulan

Susu formula sejak usia 3 bulan – 2 tahun

Makanan tambahan (bubur tim) diberikan sejak usia 6 bulan

Kesan : Makanan tidak sesuai usia

Riwayat pertumbuhan

BB : 27 Kg

TB : 130 cm

BB/U = 27/38 x 100% = 71% (gizi kurang)

TB/U = 130/145 x 100% = 89.65% (tinggi kurang)

Kesan : pertumbuhan tidak sesuai usia

Riwayat perkembangan

Bisa tengkurap usia 6 bulan

Merangkak usia 7 bulan

Bisa berjalan usia 1 tahun 5 bulan

Bisa mengucapkan kata dengan jelas usia 2 tahun

Tidak ada kelainan tingkah laku dan emosi

Kesan : perkembangan sesuai usia

Page 3: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Riwayat Imunisasi

BCG

Hepatitis B

DPT

Polio

Campak (-)

Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat Imunisasi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, alergi makanan-susu sapi (-) alergi

cuaca-debu (-)

Riwayat Pengobatan

- Keluhan saat ini belum mendapatkan pengobatan

- Belum pernah dirawat inap di RS sebelumnya

- Pengobatan jangka lama (TB paru) disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis

Vital Sign

Nadi : 84x/menit, irama nadi teratur, regular, kualitas cukup

RR : 20x/menit

Suhu : 37,6 oCelcius

Antropometri

BB : 27 kg

TB : 130 cm

BB/U = 27/38 x 100% = 71% (gizi kurang)

TB/U = 130/145 x 100% = 89.65% (tinggi kurang)

BB/TB = 27/28 x 100% = 96.42% (normal, proporsional)

Page 4: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Status Generalis

Kepala : Normocephal simetris, ubun-ubun sudah menutup, rambut bewarna hitam distribusi rata dan

tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-), sklera ikterik (-), refleks

pupil (+/+), d 3 mm isokor, edema palpebra (-), pergerakan mata kesegala arah baik

Kulit : Kulit warna sawo matang, ikterus pada kulit (-), pucat telapak tangan dan kaki (-), sianosis (-)

ruam-ruam kemerahan di kulit (-), turgor kulit normal, edema (-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (+/+), hidung bagian luar tidak ada kelainan, polip -/-,

konka eutrofi, pernapasan cuping hidung (-)

Telinga : Normotia, nyeri tekan (-/-), serumen (+/+), pendengaran baik

Mulut : Bibir kering (-), stomatitis (-), lidah tidak kotor dan tidak tremor, gangren pulpa

(+), faring hiperemis (-), T1/T1

Leher : lihat status lokalis

Dada : Normochest

Paru

Inspeksi : simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas,

retraksi dinding dada (-), scar (-), otot bantu pernapasan (-)

Palpasi : simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang

tertinggal saat bernapas, nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor pada semua lapang paru, batas sonor-pekak setinggi ICS 6 linea

midclavicularis dextra

Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Page 5: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)

Abdomen

Inspeksi : perut kembung (-), scar (-), ruam makulopapular (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa (-)

Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : bising usus (+) normal

Genitalia : perempuan, tidak ada keluhan

Extremitas

Atas : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik

Bawah : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), udem (-/-), pucat (-), RCT < 2 detik

Status Lokalis

Leher : benjolan a/r cervical dextra, bentuk bulat, difus, permukaan rata, konsistensi

kenyal, batas tidak tegas, terfiksir, nyeri (+), perabaan panas (+).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

RESUME

An. perempuan berumur 11 tahun dengan BB 27 Kg datang ke puskesmas dengan keluhan

leher kanan bengkak, nyeri dan teraba panas sejak 2 hari, nyeri teggorokan dan nyeri menelan

(-). Keluhan disertai demam, batuk berdahak, pilek, pusing, mual, muntah dan nafsu makan

menurun. Riwayat kontak (+). Imunisasi dasar tidak lengkap.

Page 6: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran

composmentis, suhu 37,6 oCelcius, benjolan a/r cervical dextra, bentuk bulat, difus, permukaan

rata, konsistensi kenyal, batas tidak tegas, terfiksir, nyeri (+), perabaan panas (+).

Diagnosis Banding

1. Parotitis dextra

2. Limfadenitis coli

3. Limfadenitis TB

Working Diagnosis

Parotitis dextra

Penatalaksanaan

- Paracetamol tab 3 dd 250 mg

- Prednison tab 3 dd I

- GG tab 3 dd 50 mg

- CTM tab 3 dd 2 mg

- Vitamin B6 tab 2 dd I

Page 7: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

TINJAUAN PUSTAKA

PAROTITIS

1. Definisi

Parotitis epidemika adalah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah

terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas adalah pembesaran kelenjar ludah

terutama kelanjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terdapat kelainan berupa

pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Menyerang anak dibawah usia

15 tahun. (sekitar 85% kasus). 1,2,3,4,5

2. Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus, yang juga

termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease 2. Ukuran

dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus ini mempunyai dua komponen yang

sanggup memfiksasi, yaitu: antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari

nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.1

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama

4 hari pada suhu runagan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 oC oleh formalin, eter

serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.2

3. Epidemiologi

Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus menyebar

melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva dan urin. Epidemi

tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.1

Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar, dan menjadi endemik

setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang

berhubungan erat, yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak tentara, asrama atau sekolah.

Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968.2

Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena

5 – 15 tahun. Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotits kadang juga terjadi pada

usia dibawah 4 tahun dan siatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah yang

terisolasi atau daerah yang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian

Page 8: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun sebesar 70% - 80%.

Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena

parotitis dibandingkan perempuan.2

4. Patogenesis

Masa inkubasi 15 – 21 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas

dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organ-organ

lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal dan

saraf otak.1,2,3,6

Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau

memperbanyak diri dalam sel epitel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak

jaringan serta menuju ke kelenjar ludah dan parotis.1,2,6

Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli

seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.5

Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria biasanya terjadi

dan disertai oleh gangguan ginjal.6

5. Manifestasi klinis

Masa inkubasi berkisar antara 14 – 24 hari, dengan puncak pada 17 – 18 hari dan rata-

rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 – 30 hari. Pada anak,

manifestasi prodormal jarang terjadi tetapi mungkin bersamaan dengan demam, nyeri otot

(terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia dan malaise. 1,2,3,4,5,6,7

Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,5 oC, kemudian timbul pembengkakan

kelenjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral 24. Pembengkakan

tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan

atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis

epidemika. Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis membengkak sampai ke belakang.5,6,7

Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada hari 1 – 3 hari dan

pembengkakan menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal.

Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga ke atas dan keluar dari sudut mandibula

tidak lagi dapat dilihat. Kulit di atas kelenjar yang membengkak tidak hangat atau eritema,

berlawanan dengan tanda yang ditemukan pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-

lahan menghilang dalam 8 – 10 hari. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau

Page 9: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

dua hari sebelum yang lain, tetapi lazimnya pembengkakan terbatas pada satu

kelenjar.1,2,3,4,5,6,7

6. Diagnosis

Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan menurun, sakit kepala,

muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan pembengkana pada

bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan, terlebih bila penderita

makan atau minum sesuatu yang asam. 1,2,3,4,5,6,7,8

Manifestasi Klinis

a. Panas ringan sampai tinggi (38.5 – 39.5 C)

b. Keluhan nyeri dan pembesaran di daerah parotis

c. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas.

d. Kontak dengan penderita kurang lebih 2 – 3 minggu sebelumnya (masa inkubasi 14 – 24

hari)

e. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit

berat

f. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid)

Laboratorium

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarnya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan dengan

limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis

polimorfonuklear tingkat sedang. 1,5,6,7

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan

parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.1,5,7

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukkan adanya infeksi

virus, yaitu:

- Hemaglutination inhibition (HI) test

Page 10: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Uji ini memerlukana dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum

yang satunya diambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama

infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.3

- Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan media fibroblas embrio anak ayam

dan kemudian diuji apakah trejadi hemaabsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah

terjadinya hemabsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemaabsorpsi

dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah

metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan

tidak mahal.1,5,7

- Complement – fixation (CF) test

Tes fiksasi komplemen dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi

terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut.

Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6

bulan berikutnya dan kemudian menrun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang

rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun

menunjukkan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering

mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12

minggu.7

d. Pemeriksaan virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan

biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah.5

Biakan

dinyatakan positif jika terdapat hemarbsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-

NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.5

7. Komplikasi

a. Meningoensepalitis

Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis.

Penderita mula-mula menunjukkan gejala nyeri kepala ringan yang kemudian disusul

oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia).5

Page 11: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak. Insiden yang

sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis sistem sara sentral.

Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita patogenesis

meningoensefalitis parotitis diuraikan sebagai berikut:

- Infeksi primer neuron: parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai ensefalitis

- Ensefalitis pasca infeksi dengan demielinasi. Ensefalitis menyertai parotis pada

sekitar 10 hari.

Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan meningitis

sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain biasanya normal.

Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukkan tekanan yang meninggi, pemeriksaan Nonne

dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi,

glukosa dan cairan serebrospinal biasanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm3 walaupun

kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda

dengan meningitis aseptik enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear sering

mendominasi pada awal penyakit.1,5

b. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1 :

15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli sensorineural unilateral, kehilangan

pendengaran mungkin sementara atau permanen.1,3

c. Orkitis

Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa setelah

puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil, mual, nyeri perut bagian

bawah, gejala sistemik dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau

tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis

biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat

berlangsung dalam 3 – 14 hari.1

Testis yang trekena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnta bengkak dan

merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30 – 40% testis yang terkena menjadi atrofi.

Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.1,3,5

d. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita

pasca pubertas.1,3

Page 12: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

e. Pankreatitis

Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya

gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mula, muntah, demam tinggi, menggigil,

lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps. Mainfestasi klinisya sering

menyerupai gejala – gejala gastroenteritis sehingga kadang diagnosis dikelirukan dengan

gastroenteritis.1,3

Pankreatitis ringan dan asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40%

kasus), terjadi pada akhir minggu pertama.4

f. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita viruria terdeteksi

pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang

mematikan, terjadi 10 – 14 hari sesudah parotitis.1

Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa

meninggalkan kelainan pada ginjal.3

g. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada

umur sekitar 1 minggu sesudah parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi

antitiroid pada penderita.1

h. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui 2. Miokarditis ringan dapat

terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari

miokarditis seperti depresi segmen ST, flattening atau inversi gelombang T. Dapat

disertai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.2,6

i. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan

kemerahan sendi biasanya penyembuhan sempurna.1

Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang

seringkali berpindah – pindah. Gejala sendi mulai 1 sampai 2 minggu setelah

berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau

lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh sempurna.6

Page 13: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

j. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya

bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala

bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan

dalam 10 – 20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar airmata,

kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis,

dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.1

k. Embriopati parotitis

Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin, kemungkinan

hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan

kemungkinan dapat terjadi abortus.1,6

8. Diagnosis banding

a. Parotitis yang disebabkan oleh infeksi HIV, influenza, parainfluenza 1 dan 3,

sitomegalovirus.1

b. Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik

Disebabkan oleh kelainan metabolik dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor,

malnutrisi, obesitas dan sirosis.2

c. Pembesaran kelenjar parotis simptomatik

Pembesaran kelenjar parotis akibat operasi.2

d. Parotitis supuratif

Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari duktus kelennjar.

Penyebabnya dari otitis media dan mastoiditis.1,2

e. Parotitis berulang

Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi mungkin bersifat alergi yang

sering berulang dan mempunyai sialogram khas.1

f. Kalkulus salivarus

Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran submandibularis menyebabkan

pembengkakan intermitten.1

g. Limfosarkoma atau tumor parotis1

h. Adenitis servikal

Disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck, mononukleosis infeksiosa, cat-

scrach disease, angina ludwig dan selulitis kanalis auditorius eksterna.1,6

Page 14: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

i. Reaksi obat

Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan pembengkakan parotis dan

kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan 5. Parotitis iodium biasanya terjadi setelah

prosedur seperti urografi intravena. Obat antihipertensi seperti guanetidin dapat

menyebabkan pembengkakan parotis.6

j. Sindroma sjorgen

Merupakan inflamasi kronis parotis dan kelenjar liur lainnya yang seringkali disertai

dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi pada wanita

pascamenopause.6

9. Penatalaksanaan

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited yang berlangsung kurang lebih

dalam satu minggu 1. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus mumps oleh karena itu

pengobatan seluruhnya simptomatis dan suportif.1,4

a. Penderita rawat jalan4

Penderita baru dapat dirawat jalan bila: tidak ada komplikasi, keadaan umum cukup baik.

- Istirahat yang cukup

- Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

- Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

Metampiron: anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

Parasetamol: 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

b. Penderita rawat inap4

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf

perlu rawat inap di ruang isolasi

- Diet lunak, cair dan TKTP

- Analgetik antipiretik

- Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya4

c. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

10. Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan

imunisasi aktif.

Page 15: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

a. Imunisasi pasif

Gammaglobulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi

komplikasi.1,2

b. Imunisasi aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang

hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck sharp and dohme) diberikan

subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau

reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan

imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella.3,5

Pemberian vaksinasi dengan virus mumls sangat efektif dalam menimbulkan

peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif

sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 – 95%. Proteksi yang baik

sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap

morbilli, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan secara

serenak.7

Kontraindikasi: bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;

individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut;

selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberikan obat-obat

imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapatkan terapi radiasi.7

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah

pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin mumps dalam

situasi ini.7

11. Prognosis

Parotitis merupakan penyakit self-limited. Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh

spontan dan jarang berlanjut menjadi kronis. 1346 sterilitas karena orkitis jarang terjadi.3

Page 16: 192458604-Laporan-Kasus-MUMPS.pdf

DAFTAR PUSTAKA

1. Maldonado Yvonne, Parotitis Epidemika (Gondong, Mumps), dalam Ilmu kesehatan

anak nelson, 1999, Ed XV, EGC, Jakarta, hal. 1074-1076.

2. Franklin H. Top, SR., Paul F. Wehrle, Mumps, dalam Communicable and infectious

disease, Ed IX, The C.V.Mosby company, 1972, hal.427-434.

3. Adam A.Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps (Epidemic

Parotitis), dalam Handbook of Pediatrics, Ed. XVI, Colorado, 1991, hal. 442-444.

4. Komite medis RSUP Dr. Sardjito dan FK UGM Yogyakarta, Parotitis Epidemika, dalam

Standar pelayanan medis, Edisi II, Komite medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 1999,

hal. 62-64.

5. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, Parotitis epidemika, dalam ilmu kesehatan

anak, edisi VI, infomedika, Jakarta 2000, hal. 629-632.

6. Suprohaita, Arif mansjoer, wahyu ika wardhani, wiwiek setiowulan, parotitis epidemika,

dalam kapita selekta kedokteran, edisi III, Jilid II, media Aesculapius FKUI, Jakarta,

2000, hal. 418-419.

7. C.Goerge Ray, parotitis epidemika, dalam buku ajara ilmu penyakit dalam Harrison,

edisi XIII, EGC, Jakarta, 1999, hal: 935-938.