191-All

117
'1< r... LAPORAN AKHIR Produksi Pengemas Aktif Untuk IProduk Pangan Segar Tahan Lama PROGRAM INSENTIF RISTEK KNRT PRKYS-50 Fokus Bidang Prioritas: Ketahanan Pangan Peneliti Utama: Ir. Ismariny, MSc BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL - DEPUTI BIDANG TEKNOLOGIINFORMASI ENERGI DAN MATERIAL (TIEM) Gedung BPPT 2, lantai 22 JI. M, H, Thamrin No, 8 Jakarta 10340 Telp, 021 3169895/HP , 08151661781/Fa x, 021 3169873 Email: [email protected] 25 Juni 2010

Transcript of 191-All

  • '1< r...

    LAPORAN AKHIR

    Produksi Pengemas Aktif Untuk

    IProduk Pangan Segar Tahan Lama

    PROGRAM INSENTIF RISTEK KNRT

    PRKYS-50

    Fokus Bidang Prioritas: Ketahanan Pangan Peneliti Utama: Ir. Ismariny, MSc

    BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

    PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL - DEPUTI BIDANG TEKNOLOGIINFORMASI

    ENERGI DAN MATERIAL (TIEM)

    Gedung BPPT 2, lantai 22 JI. M, H, Thamrin No, 8 Jakarta 10340

    Telp, 021 3169895/HP , 08151661781/Fax, 021 3169873

    Email : [email protected]

    25 Juni 2010

  • I

    LEMBAR ID ENTITAS DAN PENGESAHAN

    Judul penelitian Produksi Pengemas Aktif untuk Produk Pangan Segar Tahan Lama

    Fokus bidang Ketahanan Pangan Lokasi penelitian Jakarta

    Keterangan lembagapelaksana/pengelola penelitian A. Lembaga pelaksana penelitian

    Nama koordinator Ir. Ismariny, MSc Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nama lembaga Direktorat Pusat Teknologi Material Unit organisasi JI. MH Thamrin no 8, Jakarta Pusat Alamat (021 )3169895 I (021 )3169873 I [email protected]/fax/email

    B. Lembaga lain yang terlibat

    Nama koordinator Prof. DR. Ir. Yuri M. Zagloel PT. Samudra Montaz Packaging Industries Nama lembaga

    Unit organisasi Industri Pengemas JI. Pahlawan Revolusi no. 74Klender Jakarta 13430 Alamat 021-8615054 I 021-8612508 I

    Nama koordinator

    Tel~faxlemail

    Henky Wibawa, Dipl. Ing Federasi Pengemas Indonesia Nama lembaga Asosiasi Industri Pengemas Unit organisasi JI. Ir. H. Juanda no. 75, Ciputat Jkt 15419 Alamat 021-70500034 1021-7441775 l !

    Nama koordinator

    Tel~fax/email

    Ora. Guntarti Nama lembaga Balai Besar Kimia dan Kemasan Unit organisasi Sarana Riset Kemasan Alamat JI. Balai Kimia no.1, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13069 Telp/fax/email 021-8717438 1021-8716928 I

    -

    I

  • ---

    'i

    ...... .~.. ... ." , '" ,~ . ;.'.JlflliJaD (Rp) 'I Nq. , 9!ar~,n . . ;;< _ ... n~"" , .. ..... ,,~ I 62.925.000 Gaji dan Upah 1. I 109.895.000Bahan habis pakai 2.

    24.880.000Perjalanan dinas 3. I Lain-lain 27.3000004.

    Jumlah biaya 225.000.000 -

    Setuju diusulkan

    Koordinator Pusat Teknologi Material Kegiatan Direktur,

    Ir. Ismariny. MSc. Dr. fr. Barman Tambunan, MSc NIP 196803111986122001 NIP 196710121986121001

    tN4_

  • " .j"

    RINGKASAN

    PRODUKSI PENGEMAS AKTIF

    UNTUK PRODUK PANGAN SEGAR TAHAN LAMA

    Pengemas aktif didefinisikan sebagai satu sistem yang secara aktif dapat merubah

    kondisi makanan yang dikemas untuk memperpanjang umur simpan atau untuk meningkatkan keamanan pangan atau mempertahankan rasa untuk menjaga kualitas makanan . Sistem ini dapat menyerap atau melepaskan senyawa-senyawa yang ada di sekitar, maupun senyawa yang

    dicampur dalam bahan pengemas. Jadi pengemas ini dapat berinteraksi dengan isi yang

    dikemas (dalam hal ini makanan) dan menjaga kondisi isi yang dikemas. Dengan kata lain pengemas aktif menjaga kualitas nutris i dan keamanan secara mikrobiologi pada makanan yang dikemasnya. Pengembangan pengemas aktif akan sangat menguntungkan pengusaha dan

    konsumen . Produk akan tahan lebih lama dan tetap terlindungi.

    Pengemas aktif memiliki banyak varian tergantung dari isi yang dikemasnya, akan tetapi

    teknologi manufaktur dan formulasinya tetap berbasis material polimer . Varian pengemas aktif

    dibedakan menurut bahan additivenya. Pengembangan pengemas aktif sangat diminati oleh industri pengemas lokal namun masih terbentur dengan biaya teknologi yang harus dibayarkan

    untuk menghadirkan pengemas aktif di Indonesia.

    Pada tahun pertama kegiatan ini, akan dikembangkan pengemas aktif dengan

    menggunakan material polimer polypropylene atau polyethylene yang dicampur dengan bahan

    aditif yang berfungsi sebagai oxygen gas scavenger, ethylene gas scavenger dan antimicrobial

    agent. Semua jenis aditif ini harus memenuhi standar keamanan pangan internasional. Kegiatan ini diawali dengan inventarisasi produksi sayur dan buah-buahan nasional disertai potensi

    ekonominya. Selanjutnya dilakukan kajian tentang karakteristik proses pematangan dari produk sayur atau buah berpotensi ekonomi tinggi untuk kemudian dilakukan desain material yang

    sesuai. Material polimer dan aditif yang diperlukan diblending dan dibuat thin film. Target kegiatan di tahun pertama ini adalah formulasi dan prototipe pengemas aktif untuk produk

    sayur atau buah, di sam ping kajian teknologi pengemas aktif.

  • ' , :; J

    PRAKATA

    Dokumen ini disusun dan disampai kan sebagai laporan kepada Kantor Kementerian

    Riset dan Teknologi (KNRT) berkaitan dengan kegiatan Riset Insentif yang diberi judul : Produksi Pengemas Aktif untuk Produk Pangan Segar Tahan lama, yang sepenuhnya mendapat pembiayaan dari KNRT Tahun Anggaran 2010. Kegiatan ini merupakan program satu tahun

    (10 bulan), sehingga dokumen pelaporan ini merupakan dokumen laporan akhir yang memuat hasil kegiatan mulai dari kajian, pemilihan material dan teknologi serta desain hingga pem buatan pengemas akti f untuk produk pangan segar.

    Pekerjaan ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan

    ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Kantor Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) atas dukungan dana untuk penyelenggaraan program riset insentif ini ;

    2. Pimpinan BPPT, mulai dari Ka BPPT, Deputi TIEM dan Direktur PTM yang telah

    memfasilitasi proses pelaksanaan kegiatan ini .

    3. BPPT Engineering dengan seluruh perangkatnya, yang telah membantu dalam proses

    administrasi dan keuangan dari program ini; 4. Para panelis, penelaah dan penguji yang telah memberikan masukan yang sangat

    berharga dalam pelaksanaan kegiatan ini;

    5. Kepada para kolega di Pusat Teknologi Material atas kerjasama dan sharing nya dan pihak-pihak Jainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Kami sadar bahwa hasil kegiatan dan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami membuka diri terhadap kritik dan masukan yang membangun agar hasil dari kegiatan ini dapat berguna. Akhirnya kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi

    tim kerja kegiatan ini dan bagi pembaca pada umumnya.

    Ir. Ismariny, MSc dan Tim.

    ~H8F5'7Jair591

  • DAFTAR lSI

    Hal

    LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN 2

    RINGKASAN 4

    PRAKATA 5

    DAFTAR lSI 6

    DAFTAR TABEL 7

    DAFTAR GAMBAR 8

    BABI PENDAHULUAN 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 1

    BAB III TUJUAN DAN MANFAAT 37

    BAB IV METODOLOGI 38

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39

    5. I. Kaj ian Karakteristik Produk Segar 39 5.2. Kajian Material Pengemas Aktif 41 5.3. Desain dan Uj i Analisa Pengemas Aktif 44

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 51

    6.1. KESIMPULAN 51

    6.2. SARAN 51

    DAFTAR PUSTAKA 52

    LAMPIRAN 53

  • DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel I. Kelas respirasi dari beberapa produk pertanian pascapanen pada suhu SoC 12

    Tabel2. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju produksi etilena 13

    Tabel3. Komponen mtitu hasil persepsi kelompok berbeda dalam sistem hortikultura 16

    Tabel4. Hasil Uji SampeJ Bahan Pengemas 47

    Tabel5. Umur Simpan Beberapa Buah Segar 49

  • DAFTAR GAMBAR

    Hal Gambar I. Proses pembuatan film pengemas aktif 38

    Gambar 2. Proses pembuatan kemasan 44

    Gambar 3. Sampel kemasan dengan tebal 40 mikron dan 70 mikron 45

    Gambar 4. Alat Uji Transmisi Uap Air 45

    Gambar 5. Alat Uji Transmisi Gas 46

    Gambar 6. Alat Uji tarik dan Elongasi 46

    Gambar 7. Desain Kemasan 48

    Gambar 8. Penyimpanan Produk Segar 49

  • ~ Ii t I j 7" I ' i -~

    BABI PENDAHULUAN

    Produksi pangan dalam negri yang melimpah, terutama pangan segar seperti sayur dan

    buah-buahan, tidak dapat bersaing dengan produk impor dikarenakan salah satunya oleh sistem

    distribusi pangan yang masih berantakan. Hal ini menyebabkan distribusi produk tidak dalam

    kondisi optimum dan terjadi pembusukan produk. Padahal dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan, sayur dan buah-buahan makin diminati dan dituntut kesegarannya

    saat sampai ke konsumen. Untuk menjaga agar sayur dan buah dalam kondisi segar dan matang dalam waktu lebih lama, maka perlu satu penanganan dari produk hortikultura ini. Dengan pengemas yang baik maka masa segarnya (fresh-life) dapat diperpanjang, sekaligus juga dapat memberikan tampilan yang menarik untuk pemasarannya.

    Kondisi segar dan matang merupakan suatu tahapan perkembangan sebelum mencapai

    tahap kelayuan (senesensi). Sayur dan buah yang memiliki laju respirasi yang cepat pada umumnya akan lebih mudah rusak sehingga umur simpannya singkat. Sebaliknya sayur dan

    buah yang memiliki laju respirasi rendah bisa mempunyai umur simpan yang lebih lama. Penghambatan respirasi dapat dilakukan jika faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

    proses tersebut diketahui, yang terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap respirasi adalah

    Suhu ketersediaan oksigen

    karbon dioksida

    uap air

    zat pengatur tumbuh dan kerusakan buah.

    Sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah

    kandungan air,

    fenol

    etilen

    sifat fisiologi produk.

    Untuk itu dalam kegiatan ini dikembangkan jenis pengemas yang secara aktif dapat merubah kondisi makanan yang dikemas untuk memperpanjang umur simpan atau untuk meningkatkan keamanan pangan atau mempel1ahankan rasa untuk menjaga kualitas makanan. Jenis pengemas ini dikenal dengan nama per.gemas aktif. Plastik yang akan jadi bahan baku

  • _:3ma adalah polietilena dan polipropilena tergantung dari kebutuhan karakteristik pengemas

    :ang diperlukan. Sebelum dibuat lembaran plas tik film , polimer ini dicampur dengan additive,

    :- ang teJah memenuhi standar keamanan pangan internasional, sehingga dapat dibuat

    ::-engemasan dengan:

    oxygen gas scavenger

    ethylene gas scavenger

    antimicrobial agent

    biodegradable agent

    Kegiatan ini akan diawali dengan inventarisasi produksi sayur dan buah-buahan nasional disertai potensi ekonominya dan kajian perkembangan teknologi pengemas aktif. Selanjutnya dilakukan kajian tentang karakteristik proses pematangan dari produk sayur atau buah berpotensi ekonomi tinggi untuk kemudian dilakukan desain material yang

    sesuai. Material polimer dan aditifyang diperlukan diblending dan dibuat thinfilm. Target kegiatan di tahun pertama ini adalah formulasi dan prototipe pengemas aktif untuk produk

    sayur atau buah, di samping kaj ian teknologi pengemas aktif.

  • JlI ~, I ,.,. ~

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Setelah dipanen, sayur dan buah-buahan terus hidup dan melakukan proses respirasi.

    :':'ondisi segar dan matang merupakan suatu tahapan perkembangan sebelum mencapai tahap

    ,.;e layuan (senesensi). Sayur dan buah yang memiliki laju respirasi yang cepat pada umumnya :;:"an lebih mudah rusak sehingga umur simpannya singkat. Sebaliknya sayur dan buah yang

    :nemiliki laju respirasi rendah bisa mempunyai umur simpan yang lebih lama. Selain respirasi, faktor yang mempengaruhi masa simpan adalah fotosintesa, transpirasi

    dan pelayuan. Pad a proses fortosintesa terjadi proses kimia antara karbondioksida dan air membentuk karbohidrat, oksigen dan air. Setelah panen, biasanya sinar yang diperlukan untuk

    proses fotosintesa ini sering ditiadakan atau tidak mencukupi, sehingga produksi karbohidrat

    berhenti pasca panen. Karenanya untuk menjaga kesegaran lebih lama, konsumsi karbohidrat cadangan harus diminmalkan karena cadangannya terbatas. Dari proses transpirasi terjadi pelepasan uap air dari jaringan tanaman ke lingkungan untuk mengatur suhu tetap normal melalui proses pendinginan evaporative.

    Jadi untuk mengembangkan pengemas yang dapat memperpanjang masa simpan (bco : masa segar) sayur dan buah-buahan terlebih dahuJu harus mengetahui segala hal ~ a .. = berhubungan dengan bagaimana periJaku buah tanaman setelah dipanen dan segal a ha l

    mengenai penanganan pasca panen juga faktor-faktor yang mempengaruhi laj u re sp ir2si sayuran dan buah. Dari data yang didapat kemudian dirancang karakteristik kemasan untu "

    menjaga kesegaran produk disesuaikan dengan material dan teknologi yang ada.

    I. PENANGANAN PASCA P ANEN PRODUK BUAH DAN SAYURAN

    Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penanganan pasca panen buah dan sayuran antara lain adalah:

    1. Pertimbangan fisiologi

    2. Pertimbangan fisik 3. Pertimbangan patologis 4. Pertimbangan lingkungan 5. Pertimbanganekonomi 6. Pertimbangan waktu

    Ep."mt_mt~1ij

  • I.I. Pertimbangan Fisiologi

    1.1.a. Laju Respirasi Secara fisiologis bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan untuk konsumsi segar

    adalah masih hidup, dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yang dinamakan respirasi .

    Respirasi berlangsung untuk memperoleh energi untuk aktivitas hidupnya. Dalam proses

    respirasi ini, bahan tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk karbohidrat yang paling sederhana (gula) selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan energi. Hasil sampingan dari respirasi ini adalah C02, uap air dan panas (Salunkhe dan Desai, 1984). Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula perombakan-perombakan tersebut yang mengarah pada kemunduran dari produk terse but. Air yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan produk akan cepat menjadi layu. Sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai index yang baik untuk menentukan masa simpan pascapanen produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Berbagai produk mempunyai laju respirasi berbeda, umumnya tergantung pada struktur morfologi dan tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman tersebut (Kays, 1991). Secara urn urn, sel-sel muda yang tumbuh aktif cenderung mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih tua atau sel-sel yang lebih dewasa.

    Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan erat dengan ; kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya

    nilai eita rasa. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya da lam lingkunngan yang dapat memeperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk, mengurangi ketersediaan 02 atau meningkatkan konsentrasi CO2 , dan menjaga kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk tersebut.

    C6H1206 + O2 -------------> CO2 + H20 + Energi + panas

    Tabel I. Kelas respirasi dari beberapa produk pertanian pascapanen pada suhu 5C.

    Kelas respirasi Komoditi Sangat rendah Biji-bijian, kurma, buah kering dan beberapa sayuran Rendah Apel, jeruk, anggur, kiwi, bawang putih dan merah, kentang yang

    telah matang dan ketela ram bat. Moderat Aprikot, pisang, cherry, peach, nectarine, kol, wortel , selada, tomat.

    kentang. Tinggi Strawberry, bunga ko , lima bean, apokat. Sangat tinggi Artichoke, snap bean, green onion, brussel sprout, cut flower. Terlalu tinggi Asparagus, brokoli , jamur pangan, pea, spinach, jagung manis .

  • ~~ p I ~:,'OI . !J'

    Ll .b. Produksi Etilena Etilena adalah senyawa organic hidrokarbon paling sederhana (C 21-14) berupa gas

    berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman. Etilena dikategorikan sebagai hormon alami

    untuk penuaan dan pemasakan dan secara fis iologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat

    rendah 0.005 uLlL) (Wills et al. , 1988). Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasin ya dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Klasifikasi komoditi hortiku ltura berdasarkan laju produksi eti lena

    Klass laju produksi etilena Jeni s komoditi

    Sangat rendah Artichoke, asparagus, bunga kol , cherry, jeruk, delima, strawberry, sayuran daun, sayuran umbi , kentang, kebanyakan bunga potong .

    Rendah Blueberry, cranberry, mentimun, terung, okra, olive, kesemek, nenas, pumpkin, raspberry, semangka.

    Moderat Pisang, jambu biji, melon, mangga, tomat. Tinggi Apel, apricot, alpukat, buah kiwi , nectarine, pepaya,

    peach, plum. Sangat tinggi Markisa, sapote, cherimoya, beberapa jenis ape!.

    Sering selama pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama, dan pada kondisi Inl etilena yang dilepaskan oleh satu komoditi dapat merusak komoditi lainnya. Gas hasil

    bakaran minyak kendaraan bermotor mengandung etilena dan kontaminasi terhadap produk

    yang disimpan dapat menginisiasi pemasakan dalam buah dan memacu kemunduran pada

    produk non-klimakterik dan bunga-bungaan atau bahan tanaman hias. Kebanyakan bunga

    potong sensitive terhadap etilena.

    I.2. Pertimbangan Fisik

    Buah dan sayuran mengandung air sangat banyak antara 80-95% sehingga sangat lah

    mudah mengalami kerusakan karena benturan-benturan fisiko Kerusakan fi sik dapat terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, selanjutnya pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Kerusakan

    yang umum terjadi adalah memar, terpotong, adanya tusukan-tusukan , bagian yang pecah, lecet dan abrasi . Kerusakan dapat pula ditunju kkan oleh dihasilkannya stress metabolat (seperti getah), terjadinya perubahan warn a coklat dari jari ngan rusak, menginduksi produksi gas etilena yang memacu proses kemunduran produ k. Kerusakan fisik juga memacu kerusakan baik fisiologis maupun patologis (serangan mikroorgani sme pembusuk).

    Secara morfologis pada jaringan !uar permukaan produk segar dapat mengandung bukaan-bukaan (Iubang) alami yang di namal-:an stomata dan lentisel. Stomata adalah bukaan

  • I .11: I' \'.

    alami khusus yang memberikan jalan adanya pertukaraan uap air, C02 dan 02 dengan udara sekitar produk. Tidak seperti stomata yang dapat membuka dan menutup, lenticel tidak dapat

    menutup. Melalui lentisel ini pula terjadi pertukaran gas dan uap air. Kehilangan air dari produk secara potensial terjadi melalui bukaan-bukaan alami ini. Laju transpirasi atau kehilangan air dipengaruhi oJeh factor-faktor internal (karakteristik morfologi dan anatomi, nisbah luas permukaan dan volume, pelukaan pada permukaan dan stadia kematangan) , dan factor eksternal atau factor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban, aliran udara dan tekanan atmosfer).

    Pada permukaan produk terdapat jaringan yang mengandung lilin yang dinamakan cuticle yang dapat berperan sebagai barier penguapan air berlebihan, serangan atau infeksi

    mikroorganisme pembusuk. Sehingga secara umum infeksi mikroorganisme pembusuk terjadi melalui bagian-bagian yang luka dari jaringan tersebut. Jaringan tanaman dapat menghasilkan bahan pelindung sebagai respon dari adanya pelukaan. Bahan seperti lignin dan suberin, yang di akumulasikan dan diendapkan mengelilingi bagian luka, dapat sebagai pelindung dari serangan mikroorganisme pembusuk (Eckert, 1978 ; Brown, 1989).

    1.3. Pertimbangan Patologis

    Buah dan sayuran mengandung air dalam jumlah yang banyak dan juga nutrisi yang mana sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Buah yang baru dipanen sebenarnya telah

    dilabuhi oleh berbagai macam mikroorganisme (mikroflora) dari yang tidak menyebabkan pembusukan sampai yang menyebabkan pembusukan. Mikroorganisme pembusuk dapa! tumbuh bila kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan, kondisi suhu dan

    kelembaban yang sesuai dan sebagainya. Adanya mikroorganisme pembusuk pada buah dan

    sayuran adalah merupakan factor pembatas utama di dalam memperpanjang masa simpan buah dan sayuran.

    Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pascapanen buah dan sayuran

    secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan produk terse but masih dilapangan akibat adanya kerusakan

    mekanis selama operasi pemanenan, atau melalui kerusakan fisiologis aki bat dari kondisi

    penyimpanan yang tidak baik. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat infeksi

    jamur sedangkan pada sayur-sayuran le bih banyak diakibatkan oleh bakteri. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh pH yang rendah (kurang dari 4.5) atau keasamannya yang tinggi dibandingkan dengan sayuran yang pH nya rata-rata lebih besar dari 5.

    Infeksi mikroorganisme terhadap produk dapat terjadi semasih buah-dan sayuran terse but tumbuh dilapangan, namun mikroorganisme tersebut tidak tumbuh dan berkembang,

  • ,.

    hanya berada di dalam jaringan. BiJa kondi sinya memungkinkan terutama setelah produk tersebut dipanen dan mengalami penanganan dan penyimpanan lebih lanjut, maka mikroorganisme tersebut segera dapat tumbuh dan berkembang dan menyebabkan pembusukan

    yang serius. Infeksi mikroorganisme di atas di namakan infeksi laten. Contoh mikroorganisme

    yang melakukan infeksi laten adalah Colletotrichul1I !'pp yang menyebabkan pembusukan pada

    buah mangga, pepaya dan pisang. Ada pula mikroorganisme yang hanya berlabuh pada bagian

    permukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila ada

    pelukaan-pelukaan akibat operasi pemanenan, pasca panen dan pendistribusiannya.

    Ada pula mikroorganisme seperti bakteri pembusuk, sepel1i Erwinia carolovora dan

    Pseudomonas marginalis (penyebab penyakit bllsuk lunak) pada sayuran mampu menghasilkan enzim yang mampu melunakkan jaringan dan setelah jaringan tersebut lunak baru infeksi dilakukannya. Jadi jenis mikroorganisme ini tidak perlu menginfeksi lewat pelllkaan, namun infeksi akan sangatjauh lebih memudahkan bila ada pelukaan-pelukaan

    104. Pertimbangan Lingkungan Suhu adalah factor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran

    dari komoditi pascapanen. Setiap peningkatan lOoC laju kemunduran meningkat dua sampai tiga kali . Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanan

    optimal, menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan fisiologis. Suhu juga berpenga ruh terhadap peningkatan produksi etilena, penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak

    baik terhadap komoditi. Perkecambahan spora dan laju pertumbuhan mikroorganisme la i nn~ a sangat dipengaruhi oleh suhu.

    Kelembaban ruang adalah salah satu penyebab kehilangan air setelah panen. Kehilangan

    air berarti kehilangan berat dan kenampakan. Kehilangan air tidak dapat dihindarkan namun

    dapat ditoleransi. Tanda-tanda kehilangan air bervariasi pada produk yang berbeda, dan tanda

    tanda kerusakan baru tampak saat jumlah kehilangan air berbeda-beda pula. Umumnya tandatanda kerusakan jelas terlihat bila kehilangan air antara 3-8% dari beratnya.

    I.5. Pertimbangan Ekonomi Kondisi ekonomis dan standard kehidupan konsumen adalah merupakan factor penting

    di dalam menentukan kompromi-kompromi yang dilakukan melalui metode penanganan dan

    penyediaan fasilitas. Investasi berlebihan untuk penanganan buah dapat mengakibatkan

    economic loss, karena konsumen tidak mampu menyerap biaya tambahan. Sebagai contoh, prosedur penyimpanan dengan atmosfer terkendali yang dikembangkan dengan konsentrasi

  • ..

    ~-~ .::. rendah dapat menjaga mutu buah lebih lama dengan kondisi lebih baik. Diperkirakan -: ~ 0gj ini akan diadopsi secepatnya oleh petani di AS untuk meningkatkan mutu apel yang

    - ..!dian dapat dijual pada saat tidak musimnya. Tetapi dalam realitanya, petani sangat ragu ~--:...i, melakukan investasi untuk mengadopsi metode baru tersebut karena pasar belum siap -7:-:l bayar lebih untuk mutu apel yang tinggi (Liu, 1988). Hal ini menunjukkan bahwa

    :-. ::~apan metode penanganan sangat ditentukan oleh sejauh mana konsumen mau membayar ::oih dengan tingkat penanganan yang lebih baik.

    Jarak antara kebun dan pasar adalah salah satu penentu utama di dalam memutuskan

    .::akah suatu teknologi akan digunakan. Bila jaraknya dekat, maka metode penanganan akan ::bih sederhana. Terkadang interval waktu antara panen dan penjualan hanyalah berlangsung ceberapa jam. Dalam kondisi ini, hanya sedikit perlakuan pascapanen yang diperlukan, dan cara ?aling efektif untuk mengurangi kerusakan adalah mengajarkan petani untuk memanen dan menangani produknya secara hati-hati. B ila interval waktu jauh lebih panjang dengan lika-liku pemasaran yang lebih kompleks, maka diperlukan penanganan-penanganan yang lebih

    kompleks pula atau dilibatkan teknologi yang lebih banyak, dan jumlah yeng lebih besar dari factor manusia dan ekonomi harus dipertimbangkan.

    Tabel 3. Komponen mutu hasi l persepsi kelompok berbeda dalam sistem hortikultura

    Petani Pedagang besar (Wholesaler) Pengecer Konsumen

    Warna Warna Warna Warna Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Hasil tinggi Kekerasan Kekerasan Kelembutan tekstur Tahan penyakit Masa simpan Masa simpan Nilai nutrisi Mudah dipanen Keamanan Keamanan Keamanan Respon terhadap Ada-tidaknya cacat Ada-tidaknya cacat eita rasa pemasakan terkendali Dapat ditransportasi Dapat d i transportasi Dapat d i transportas i Ada-tidaknya cacat

    d~ngan mudah dengan mudah dengan IIJudah -

    1.6. Pertimbangan Waktu

    Setelah produk dipanen, dia harus melalui satu seri proses sampai siap dipasarkan.

    Jumlah dan jenis proses untuk produk secara individu ada lah beragam sesuai dengan kelompok dari produk terse but. Pada dasarnya, produk harus dievaluasi mutunya, diperlakukan bila

    diperiukan, kemudian dikemas untuk pendisrr ibusiannya. Berbagai ragam proses selanjutnya

    I

  • il'.I;-,111 -. II I ! ,JI~ ~'f

    diberikan seperti pendinginan sebelum didi stribus ikan. Teknik pascapanen khusus terkadang

    digunakan tergantung pada bagaimana produk le rsebut dipersiapkan untuk pasar.

    Faktor yang sebenarnya sangat penting berpengaruh terhadap mutu keseluruhan produk

    hortikultura adalah waktu. Karena mutu produk adalah puncaknya pada saat panen, semakin

    lama periode antara panen dan konsumsi , maka semakin besar susut mutunya. Dengan

    demikian dalam pendistribusiannya harus dilakukan dengan baik karena kerusakan mutu

    berlangsung cepat.

    Kematangan suatu produk akan menentukan :

    Mutu

    Masa simpan dan masa pasar

    Cara yang sesuai untuk penanganan, transportasi dan pemasaran prod uk. Kematangan hortikultura adalah berdasarkan pada mana produk telah mencapai stadia

    perkembangan tertentu yang dapat memuaskan konsumen dalam penggunaannya. Perlu adanya

    pembedaan yang jelas antara kematangan fisiologis dan kematangan hortikultura. Untuk lebih jelasnya maka berikut ini adalah definisi dari beberapa terminasi yang

    sering digunakan para ahli dibidang pascapanen hortikultura.

    Perkembangan (development): seri dari proses muJai dari awaJnya pertumbuhan atau inisiasi pertumbuhan sampai pada kematian tanaman atau bagian tanaman. Pertumbuhan (growth): Peningkatan atribut-alribul (karakterislik) fisik dari lanaman alau bagian tanaman ya ng berkembang.

    Kematangan (maturation): Stadia perkembangan yang menuju pada tercapainya kematangan hortikultura atau kematangan fisiologis.

    Kematangan fisiologis (Physiological maturity): Stadia dari perkembangan pada mana tanaman atau bagian tanaman sudah melalui pertumbuhan dan perkembangan alami yang

    memadai(dapat meliputi pemasakan), mutunya paling tidak pada tingkat minimum untuk kebutuhan konsumen.

    Kematangan hortikultura (horticultu-ral maturity): Stadia perkembangan dimana tanaman atau bagian tanaman mempunyai kondisi atau nilai yang dibutuhkan untuk maksud tertentu

    oJeh konsumen. Bebrbagai komoditi dapat matang secara hortikultura pada stadia

    perkembangan yang berbeda. Sebagai contoh, tauge (kecambah) adalah matang secara hortikultura pada awal stadia perkembangannya, sedangkan kebanyakan jaringan vegetatif, bunga, buah dan umbi-umbian mengalami kematangan pad a pertengahan stadia

    perkembangannya, dan pada kacang-kacangan dan biji-bijian stadia kematangannya adalah pada akhir stadia perkembangan.

  • I.

    Pemasakan (ripening): Proses yang terjadi dari stad ia akhir pertumbuhan dan perkembangan

    sampai pada awal stadia pelayuan yang mengakibatkan timbulnya karakteristik mutu .

    Diperlihatkan dengan adanya perubahan komposisi, warna, tekstur atau atribut-atribut

    sensoris lainnya.

    Pelayuan (senescence): Proses yang mengi kuti kematangan fisiologis atau kematangan

    hortikultura dan mengarah pada kematian jaringan.

    II. PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCA P ANEN

    Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penanganan pasca panen agar kesegaran

    sayuran dan buah berlangsung lebih lama adalah:

    11.1. Mengenali sifat biologis hasil tanaman yang akan ditangani

    Penanganan pasca panen harus selalu memperhatikan bahwa hasil pertanian yang telah

    dipanen masih hidup, jadi masih melakukan respirasi dan transpirasi. Karena sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, maka perlakuan pasca panen untuk tiap komod itas akan berbeda.

    Begitu juga bagian tanaman yang dimanfaatkan berbeda-beda sifatnya (daun, batang, bunga, buah, akar).

    Setelah panen harus diperhatikan perubahan fisik (morfologis) dan perubahan komposisi yang terjadi dari bagian tanaman. Perubahan fisik yang bisa terjadi antara lain: daun menguning, bunga melayu, batang memanjang atau mengeras, buah menjadi matang atau ranum bahkan 'bonyok'. Perubahan komposisi yang bisa terjadi antara lain: berkurangnya kadar air, karbohidrat - pati menjadi gula dan sebaliknya, protein terurai , hilangnya vitamin dan mineral, dan timbulnya aroma/bau.

    11.2. Mengetahui jenis kerusakan yang dapat terjadi

    Kerusakan yang terjadi meliputi:

    Kerusakan Fisik - Fisiologis : perubahan yang terjadi pada fisik tanaman karena proses fisiologi (hidup) seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras, alot, keriput, dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman tersebut.

    Kerusakan Mekanis: kerusakan karena benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil

    tanaman tersebut atau dengan bend a lain . Kerusakan ini umumnya disebabkan tindakan

    manusia atau karena kondisi hasil tanaman tersebut (permukaan tidak halus atau merata,

  • berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobol ri nggi, kulit tipis, dl!.). Kerusakan mekanis (primer) sering diikuti dengan kerusakan bio!ogis (sekunder)

    Kerusakan Biologis: kerusakan yang dise babkan dari dalam tanaman, seperti pengaruh

    etilena. Kerusakan biologis juga bisa dari luar seperti hama dan penyakit

    II.3. Melakukan penanganan yang baik Penanganan pasca panen harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti kaidah-kaidah

    yang ditentukan untuk menghindari kerusakan apapun penyebabnya dalam penanganan pasca

    panen dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan tujuan penanganan. Di samping itu harus juga mempertimbangkan hubungan biaya dan pemanfaatan.

    Dalam penanganan pasca panen harus diperhatika faktor biologis dan faktor lingkungan

    yang berpengaruh pada kerusakan hasil tanaman. Factor biologis diantaranya repirasi,

    transpirasi, pertumbuhan lanjut, produksi etilena, ham a penyakit. Sedangkan faktor lingkungan an tara lain temperatur, kelembaban, komposisi udara, cahaya, an gin, tanah/media.

    Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan, baik dalam kualitas maupun kuantitas, mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar

    atau tidak layak dikonsumsi. Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui sifat biologi

    hasil tanaman yang ditangani (struktur dan komposisi hasil tanaman), dasar-dasar fisiologi pasca panen (respirasi, transpirasi, produksi etilena), dan teknologi penangan pasca panen yang sesual.

    Dibanding dengan melakukan usaha peningkatan produksi, melakukan penanganan

    pasca panen yang baik mempunyai beberapa keuntungan antara lain:

    - lumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak

    - Lebih murah melakukan penanganan pasca panen (misalnya dengan penangan yang hatihati, pengemasan) dibanding peningkatan produksi yang membutuhkan input tambahan (seperti pestisida, pupuk, dll) .

    - Risiko kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan pada peningkatan produksi bila gagal

    bisa berarti gagal panen. Pada penanganan pasca panell, bila gagal umumnya tidak menambah "kehilangan".

    - Menghemat energi karen a energi yang digunakan untuk memproduksi hasil yang kemudian

    "hi lang" dapat dihemat.

    Waktu yang diperlukan lebih singkat : pengaruh perlakuan untuk peningkatan produksi baru

    terlihat dalam 1 - 3 bulan, yaitu saat panen; sedangkan pengaruh penanganan pasca panen dapat terlihat 1 - 7 hari setelah perlakuan)

  • - Melakukan penanganan pasea panen yang bai \..; dapat meneegah kehilangan nutrisi, berarti

    perbaikan nutrisi bagi masyarakat.

    Mengurangi sampah, terutama di kota-kola dan ikut mengatasi masalah peneemaran

    lingkungan.

    III. PROSES RESPlRASI

    Proses metabolik yang terpenting sesudah panen adalah respirasi yang meliputi perombakan substrat yang lebih besar. Namun demikian, tidak selalu aktivitas metabolik ini bersifat katabolik yang merugikan, melainkan bisa menguntungkan seperti sintesa pigmen,

    enzim dan senyawa lain khususnya perubahan-perubahan yang terjadi selama pemasakan (Winarno, 1993).

    Respirasi merupakan pemeeahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti gula dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbondioksida dan air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintesa (Wills et al., 1981). Reaksinya bisa dituliskan sebagai berikut:

    C6HI206 + 02 --.~C02 +H20+ Energi (ATP) PANAS Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada

    tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan

    kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu ; 1. Faktor internal

    Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin eepat. Produk yang lebih keei I ukurannya mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan yang lebib luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih

    banyak 02 berdifusi ke dalam jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktifdari padajaringan lebih tua (Pantastic o, 1993).

  • ';

    Faktor eksternal Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan lOC. Pemberian etilena pada tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klil1laterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan karena sel1lakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi sel1lakin cepat. Konsentrasi C02 yang sesuai dapat l1lemperpanjang Ul1lur sil1lpan buah-buahan dan sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya dihindari, karena dapat l1lemacu terjadinya respirasi, sehingga ul1lur simpan prod uk semakin pendek (Pantastico, \993).

    Pengaruh Oksigen Pada Kerusakan Buah Kerusakan akan terjadi pada hasil pertanian selama penyimpanan apabila terdapat

    oksigen, terutama apabila proses anaerobik masih berjalan. Pada umumnya kerusakan tersebut merupakan perubahan bau dan rasa. Tiap-tiap hasil pertanian mempunyai ketahanan sendiri

    sendiri terhadap oksigen. Kebanyakan buah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam udara lebih dari 5%, sedangkan buah jeruk sudah rusak pada kadar oksigen 3% dan apel rusak pada kadar oksigen dibawah 1 % (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).

    Untuk mendukung agar respirasi berlangsung wajar selama proses senescence diperlukan suatu minimal (dalam batas tertentu) pemusatan oksigen, di bawah batas minimal akan terjadi respirasi anaerob dan dihasilkan alkohol, sehingga dapat menyebabkan hilangnya aroma dan terjadinya kerusakan j ika peristiwa berlangsung lama serta alkohol yang dihasilkan itu mencapai 100 mg. Proses aerasi menyebabkan sejumlah kecil alkohol tadi akan hilang dan dengan demikian pergantian/perubahan-perubahan zat-zat akan berlangsung kembali secara

    wajar (Kartasapoetra, 1994). Menurut Pantastico (1993), konsentrasi O2 yang rendah dapat mempunyai pengaruh :

    a. Laju respirasi dan oksidasi substrat menurun

    b. Pematangan tertunda dan sebagai akibatnya umur komoditi menjadi lebih panjang

    c. Perombakan klorofil tertunda

    d. Produksi C2~ rendah

    e. Laju pembentukan asam askorbat berkurang

    f. Perbandingan asam-asam lemak takjenuh berubah

    g. Laju degaradasi senyawa pektin tidak secepat seperti dalam udara

  • , .

    Ketersediaan oksigen akan mempengaruh i laju respirasi, namun besarnya pengaruh :ersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan

    :-ang sama. Fluktuasi normal kandungan di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih kecil dari oksigen yang tersedia di udara (Pradana, 2008 ).

    IV, BAHAN KEMASAN

    Tujuan penyimpanan adalah untuk mengontrol permintaan pasar tanpa menimbulkan banyak kerusakan atau penurunan mutu. Fasilitas penyimpanan diperlukan bila produksi buah meningkat. Penyimpanan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyimpanan buah secara alami dan penyimpanan yang menggunakan sarana-sarana tertentu.

    a. Penyimpanan secara alami dilakukan apa adanya tanpa menggunakan sarana-sarana atau

    perlakuan tertentu. Penyimpanan buah secara alami ini masih dilaksanakan di India. Buah

    pisang yang sedang berbuah dan cukup tua tidak dipanen, tetapi pohonnya dipindahkan dan

    ditanam lagi ditempat lain dengan cara akar-akarnya dipotong terlebih dahulu sehingga keperluan air dan zat hara berkurang. Cara penyimpanan ini sangat ekonomis dan hasilnya

    dapat matang sempurna. b. Penyimpanan menggunakan sarana-sarana tertentu

    Jenis penyimpanan di bagi menjadi 5 macam yaitu penyimpanan pada suhu rendah, pelapisan lilin, KMn04, CaCb dan penyimpanan pada plastik bertekanan rendah (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

    Saat inipermintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah kemasan yang ramah

    lingkungan, dan alami . Industri-industri pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern

    mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya (Julianti dan Nurminah, 2006).

    Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah pengemasan prod uk dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi

    gas didalam kemasan berubah dan in i menyebabkan laju respirasi menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusa ~a n oleh enzim serta memperpanjang masa simpan.

    ,

  • :hlam teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan keberhasilannya _l tuk dapat memperpanjang masa simpan produ k honikultura (Kader dan Watkins, 2000).

    Udara termodifikasi (UT) sering digunakan bergantian dengan udara terkendali. Yang jimaksud dengan cara penyimpanan dalam OT adalah penambahan C02, penurunan 02, dan .;andungan N2 tinggi dibandingkan dengan udara biasa. Cara ini tidak hanya mengurangi

    "~onsentrasi 02 tetapi juga mempercepat difusi etilena keluar dari jaringan buah, dan dengan :emikian memperpanjang umur simpannya (Pantastico, 1993).

    Prinsip pengawetan dengan cara penyimpanan atmosfir terkendali adalah pengaturan

    jumlah gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam ruang penyimpanan yang tertutup rapat sehingga kadar gas oksigen dikurangi dan gas karbondioksida dinaikkan. Dengan keadaan ini

    maka proses pernafasan sayuranfbuah-buahan menjadi terhambat. Pengaturan gas dilakukan dengan cara menyedot udara didalam ruangan dan menggantikannya dengan campuran gas

    oksigen dan karbondioksida dengan perbandingan tertentu. Untuk menyeimbangkan tekanan

    gas di dalam ruangan dimasukkan gas nitrogen (Muchtadi, 2008). Penyimpanan dalam ruangan dengan sistem atmosfir termodifikasi merupakan suatu

    cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (02), karbondioksida (C02), dan nitrogen (N2) dalam ruang penyimpanan sehingga dapat memperlambat proses pernafasan, penguapan dan aktivitas biologis lainnya. Proses-proses tersebut dapat diperlambat dengan

    menurunkan konsentrasi oksigen hingga di bawah 8% dan meningkatkan kandungan

    karbondioksida diatas 2%. Dalam kondisi udara bebas, kandungan oksigen adalah 20,99%, karbondioksida 0,03% dan nitrogen 78,03%. Rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida

    dalam ruang penyimpanan akan memperlambat respirasi, pematangan (rippening) dan pelayuan, menurunkan laju produksi etilena dan memperlambat pembusukan (BooksgoogJe, 2009).

    Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah cara penyimpanan dengan konsentrasi 02 lebih rendah dan konsentrasi C02 lebih tinggi dibanding normal yang dicapai melalui

    kemasan. Ada dua tipe MAP yaitu :

    a. MA aktif yaitu penyimpanan dengan modifikasi atmosfir dimana udara di dalam kemasan

    awalnya dikontrol dengan menarik semua udara dalam kemasan kemudian diisi kembali dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai

    b. MA pasifyaitu keseimbangan antara 02 dan C02 diperoleh melalui pertukaran udara dalam

    kemasan (mengandalkan permeabi litas kemasan) (Zagory dan Kader, 1988).

    ~tffMW

  • IV.l . Penggunaan Kemasan Film

    Polietilena densitas rendah (LDPE= LOll Dens ity Polyethylene) dihasilkan dengan cara _~I imerisasi pada tekanan tinggi, mudah di kel im dan harganya murah. Plastik ini mempunyai .ekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan unruk putus yang tinggi. Polietilena merupakan

    :l lm yang lunak, transparan dan fleksibel, mempun yai kekuatan benturan dan kekuatan sobek

    :. ang baik. Sifat-sifat plastik polietilena adalah : - Tembus pandang (transparan), bersih danjernih - Tahan terhadap suhu tinggi (300 C) - Permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah - Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan, sehingga dapat

    digunakan untuk mengemas minuman sari buah (Julianti dan Nurminah, 2006). Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini perlu

    diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan digunakan. Dalam beberapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan, misalnya pada produk-produk yang

    berespirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya respirasi anaerob (Julianti dan Nurminah, 2006).

    IV.2. Bahan Penjerap Oksigen dan Karbondioksida Penjerap oksigen (oxygen scavenger) digunakan untuk menjerap oksigen yang terJibat

    langsung daJam respirasi. Penurunan konsentrasi 0 2 (atau sebaliknya, peningkatan konsentrasi CO2) hingga konsentrasi yang belum memicu terjadinya fermentasi menjadi salah satu parameter utama teknologi pengemasan buah. Pada umumnya, penurunan O2 akan menurunkan

    laju respirasi , yang selanjutnya akan menghambat pemasakan buah, sehingga mampu memperpanjang masa simpannya. Walaupun bahan pangan dapat dikemas dengan teknologi MAP atau bahkan dalam kemasan vakum, cara-cara tersebut tidak menjamin dapat menghilangkan O2 secara sempurna. Selain itu, O2 yang mampu menembus plastik kemasan

    tidak mampu dihilangkan dengan teknologi kemasan tersebut. Untuk itu diperlukan penjerap oksigen yang mampu menyerap O2 pascakemas didalam kemasan (Food tech 06, 2008).

    IV.3. Asam askorbat (C6H80 6) Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan

    serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah

    teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai

    antioksidan semakin sering dijumpai (\\ ikiped ia . 2009).

  • ' j'-1i';U l - 'q l~

    Pada umumnya teknologi penjerapan oksigen menggunakan satu atau lebih konsep berikut ini: oksidasi asam askorbat, oksidasi serbuk Fe , oksidasi pewarna peka-cahaya, oksidasi

    enzimatik (misalnya enzim glukosaoksidase dan alkoholoksidase), asam lemak tak jenuh (misalnya asam oleat atau linolenat, dan ragi (veost) , Oiantara bahan tambahan tersebut, asam askorbat (vitamin C) di anggap yang paling luas penerimaannya oleh konsumen, Adapun reaksi yang terjadi dengan asam L-askorbat adalah :

    Asam L-askorbat + O2 ---.~ asam dehidro L-askorbat + H20 dengan bantuan enzim (oksidasi atau peroksidase). Artinya, keberadaan asam L-askorbat aktif, O2 di dalam akan menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L-askorbat. Akibatnya

    respirasi buah menurun, dan masa simpan dapat diperpanjang (Muchtadi, 2008). Oi dalam perkembangan penelitian pada buah duku, bahan aditif asam L-askorbat

    ternyata terbukti lebih efektif dibandingkan KMn04. Hal ini didasarkan pada pertimbangan

    bahwa baik bahan aditif asam L-askorbat maupun KMn04 sarna efektifnya dalam

    memperpanjang masa simpan duku dan mempertahankan kandungan asam L-askorbat dalam buah_ Namun tingkat kemanisan buah duku dengan bahan aditif asam L-askorbat terbukti lebih

    tinggi daripada yang berbahan aditif KMn04. Selain itu, dibandingkan dengan KMn04, bahan

    aditif asam L-askorbat tampaknya lebih aman, baik dari segi kesehatan maupun lingkungan

    (Food tech 06, 2008) .

    IVA. Serbuk besi Adsorben oksigen dipasarkan pertama sekali di Jepang tahun 1977 yaitu berupa besi

    yang dimasukkan ke dalam kantung (sachet). Sejak itu desain dan aplikasi dari ad sorber oksigen terus berkembang dan Jepang merupakan negara prodllsen terbesar di dunia. Adsorber

    oksigen yang tersedia saat ini pada umllmnya berupa bubuk besi (iron powder), di mana 1 gram besi akan bereaksi dengan 300 ml 02. Kelemahan dari bes i sebagai adsorber oksigen adalah

    tidakdapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur pengemasan (Julianti dan Nurminah , 2006).

    IV.S. Ba(OHh Barium tidak pernah ditemukan di alam dalam bentuk murni karena sifatnya yang

    reaktif dengan udara. Oapat menyerap air dan karbondioksida dengan efektif dan tidak

    ditemukan sebagai mineral. Pada dosis rendah , barium bertindak sebagai stimulan otot,

    sedangkan dosis yang lebih tinggi mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan penyimpangan jantung, tremor, kelemahan, kegelisahan, dyspnea (Wikipedia, 2006).

    ,'f,~.

  • 11='.i. .1 . 1 ... :'1' \

    IV.6. Ca(OHh Untuk mempertahankan mutu tomat dalam jangka waktu yang relatif lama, cara paling

    lludah, murah dan aman bagi tomat-tomat da lam negeri ada lah menyimpannya dalam kotak

    :';'ayu. Kotak tersebut higroskopis sehingga dapat menyerap H20 dan di bagian bawahnya d iberi ;":apur tohor atau Ca(OH)2 untuk mengikat CO2. Kemasan ini harus di simpan di tempat yang ;";'ering dan teduh sehingga penimbunan etilena dapat ditekan . Bila buah tomat yang disimpan masih berwarna kehijau-hijauan, penyimpanan dengan cara ini dapat menahan kesegaran buah lOmat sampai seminggu (Kanara, 2009).

    v. TEKNOLOGI PENGEMASAN AKTIF Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah teknik pengemasan

    yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet.

    Industri-industri pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari prod uk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modem mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya. Pengemasan atmosfir termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam

    kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. MAP banyak digunakan dalam teknologi olah minimal buah-buahan dan sayuran segar serta

    bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to eat). Saat ini MAP te lah berkembang dengan sangat pesat, hal ini didorong oleh kemajuan fabri kas i film kemasan yang dapat menghasilkan kemasan dengan permeabi litas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk 02, C02, etilena dan air.

    Ahli-ahli pengemasan sering menganggap bahwa MAP merupakan satu dari bentuk kemasan

    aktif, karen a banyak metode kemasan aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan pangan. Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru, tetapi

    keuntungan dari segi mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan terbaru

    dalam industri kemasan bahan pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak

  • I ~ : - roll

    :-lahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai : stetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.

    V.I. PENGERTIAN Istilah lain dari kemasan aktif (active packaging) adalah smart, interactive, clever atau

    :illelligentpackaging. Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai

    sebuah indicator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan prod uk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai kemasan interaktif karena adanya interaksi

    aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau ~ nteraktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.

    Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai :

    - bahan penyerap 02 (oxygen scavangers) - bahan penyerap atau penambah (generator) C02 - ethanol emilers

    - penyerap etilena

    - penyerap air

    - bahan antimikroba - heating/cooling - bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aromalflavor - pelindung cahaya (photochromic)

    Kemasan akti f juga dilengkapi dengan indikator- indikator yaitu : - time-temperature indicator yang dipasang di permukaan kemasan

    - indikator 02

    - indikator C02

    - indikator physical shock (kejutan fisik) - indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang dihasilkan

    dari reaksi-reaksi kimia, enzimatis danJatau kerusakan mikroba pada bahan pangan.

    Jenis-jenis indikator ini disebut indikator ineraktif atau smart indicator karena dapat berinteraksi secara aktif dengan komponen-komponen bahan pangan. Alat pemanas pada

    microwave seperti susceptors dan metode pengaturan suhu lainnya juga dapat digunakan dalam metode pengemasan aktif.

    Fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan aktif saat ini adalah : Mempertahankan integritas dan mencegah secara aktif kerusakan produk (memperpanjang

    umur simpan)

  • Ii ~ . -, ;

    Meningkatkan atribut produk (misalnya penampilan, rasa, f1avor, aroma dan lain-lain) Memberikan respon secara aktif terhadap perubahan prod uk atau lingkungan kemasan

    Mengkomunikasikan informasi prod uk, riwayat produk (product history) atau kondisi untuk penggunanya.

    Memudahkan dalam membuka

    V.2. ABSORBER OKSIGEN Absorben oksigen secara dipasarkan pertama sekali di Jepang tahun 1977 yaitu berupa

    absorber berupa besi yang dimasukkan ke dalam kantung (sachet). Sejak itu disain dan aplikasi .jari aborber oksigen terus berkembang dan Jepang merupakan negara produsen terbesar di dunia dengan produksi 7 biliyun sachet pertahun, sedangkan USA menmproduksi beberapa

    ratus juta sachet pertahun dan beberapa puluh juta di Eropa. Absorber oksigen umumnya digunakan untuk menyerap oksigen pada bahan-bahan

    pangan seperti hamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan sosis), cakes dan roti dengan umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari, kacangkacangan, kopi, herba dan rempah-rempah. Penggunaan kantung absorber 02 memberikan

    keuntungan khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti

    produk bakery dan pizza, daging ham yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan \Varna merupakan masalah utamanya.

    Keuntungan penggunaan absorber oksigen sarna dengan keuntungan dari iv1AP ; airu

    dapat mengurangi konsentrasi oksigen pada level yang sangat rendah (ultra-low leve!) , suatu hal yang tidak mungkin diperoleh pada kemasan gas komersial. Konsentrasi oksigen yang

    tinggi di dalam kemasan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, menurunkan nilai

    gizi bahan pangan, menurunkan nilai sensori (flavor dan warna) serta mempercepat reaksi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan pada bahan pangan berlemak.

    Bahan penyerap oksigen secara aktif akan menurunkan konsentrasi oksigen di dalam

    headspace kemasan hingga 0.01 %, mencegah terjadinya proses oksidasi, perubahan warn a dan pertumbuhan mikrooorganisme. Jika kapasitas absorber mencukupi, maka absorber juga dapat menyerap oksigen yang masuk ke daJam head-space kemasan melalui lubang-Jubang dan

    memperpanjang umur simpan bahan yang dikemas. Keuntungan lain dari penggunaan absorber oksigen adalah biaya investasinya lebih

    murah dibandingkan biaya pengemasan dengan gas. Pada dasarnya untuk pengemasan aktif hanya dibutuhkan sistem sealing. Keuntungan ini menjadi lebih nyata apabila diterapkan untuk kemasan bahan pangan berukuran kecil hingga medium, yang biasanya memerlukan investasi

  • ";1 : . .i l :" P"I.

    ~cralatan yang besar. Sebaliknya, kelemahan dad kemasan aktif adalah kemasan ini visible -::chet atau labelnya terlihat jelas) sedangkan pada kemasan gas , maka gasnya tidak terlihat

    -.bsorber oksigen yang tersedia saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder) , : ~m ana 1 gram besi akan bereaksi dengan 300 ml 02 . Kelemahan dari besi sebagai absorber :. ~ sigen adalah tidak dapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur ;: engemasan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan absorber oksigen berupa

    ~am askorbat atau enzim. Ukuran penyerap oksigen yang digunakan tergantung pada jumlah ':!": sigen pada head-space, oksigen yang terperangkap di dalam bahan pangan (kadar oksigen 3\\'al) dan jumlah oksigen yang akan masuk dari udara di sekitar kemasan selama penyimpanan !aju transmisi oksigen ke dalamkemasan), suhu penyimpanan, aktivitas air, masa simpan yang

    ': iharapkan dari bahan pangan tersebut. Absorber oksigen lebih efektif jika digunakan pada .;cmasan yang bersifat sebagai barrier bagi oksigen, karena j ika tidak maka absorber ini akan :epat menjadi jenuh dan kehilangan kemampuannya untuk menyerap oksigen.

    Ukuran absorber oksigen yang ada di pasar bervariasi dengan kemampuan penyerapan

    :mtara 20-2,000 ml 02, dan digunakan pada suhu ruang, tetapi beberapa jenis lainnya dapat bereaksi pada suhu dingin bahkan suhu beku. Absorber oksigen juga dapat digunakan pada Jerbagai type bahan pangan dari yang kadar airnya rendah, intermediet sampai tinggi selta pada

    ~aban-bahan pangan yang benninyak.

    Di Amerika Serikat absorber 02 juga digunakan pada kemasan botol bertutup, sepeni bir yang sangat sensitif terbadap 02. Teknologi moderen memungkinkan pengisian dan

    penutupan tutup botol dengan menyisakan oksigen < 500 ppb di dalam botol. Tetapi 02 masih

    dapat berpenetrasi ke dalam botol melalui tutup botol, meskipun tekanan di daJam botol

    mencapai 3 atm. Permeasi ini difasilitasi oleb tekanan parsial 02 di dalam kemasan yang rendab. Proses oksidasi flavor bir ini dapat dicegab

    dengan penambaban antioksidan seperti S02 dan asam askorbat, tetapi saat 1111 penggunaan

    absorber oksigen juga telah berbasil mengatasi bal ini . Bahan penyerap 02 seperti asam askorbat, sulfit dan besi dimasukkan ke dalam pol imer dengan

    permeabilitas yang sesuai untuk air dan oksigen seperti polivinil klorida (PVC) , sedangkan polietilena dan polipropilen mempunyai permeabilitas yang sangat rendah terhadap air.

    V.3. BAHAN PENYERAP DAN PENAMBAH C02 (ABSORBER DAN EMITTERS C02)

    Absorber C02 terdiri dari asam askorbat dan besi karbonat sebingga mempunyai fungsi

    ganda dapat memproduksi C02 dengan volume yang sarna dengan volume 02 yang diserap .

  • -....=. ! ini diperlukan untuk mencegah pecahnya kemasan, terutama pada produk-produk yang

    r::sitive terhadap adanya perubahan konsentrasi C02 yang mendadak seperti keripik kentang. C') 2 yang dihasilkan dapat larut di daJam fase cair atau fase lemak dari produk, dan ini akan '- .:,ngakibatkan terjadinya perubahan flavor. Penggunaan lain dari adsorber dan generator C02 - i adalah pad a kopi bubuk. Kopi yang di sangrai (roasted) dapat mengeluarkan sejumlah C02, ':"~ :1 mengakibatkan pecahnya kemasan karena peningkatan tekanan internal. Reaktan yang =.asanya digunakan untuk menyerap C02 adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan ::":~t ivitas air yang cukup, yang dapat bereaksi dengan C02 membentuk kalsium karbonat.

    VA. ABSORBER ETILENA Etilena adalah hom1on tanaman yang dihasilkan selama pematangan buah dan sayuran.

    Etilena dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap prod uk segar, karena etilena akan T:lempercepat proses pematangan pada produk seperti pisang dan tomat, sehingga produk

    ::1enjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti jeruk, maka dapat ",enghilangkan warna hijau (degreening) sehingga dihasilkan jeruk dengan wama kuning yang merata, dan penampilannya lebih baik. Secaraumum, etilena merupakan bahan yang tidak

    diinginkan untuk penyimpanan produk segar, sehingga etilena harus disingkirkan dari

    iingkungan penyimpanan, hal ini disebabkan karena :

    dalam jumlah sedikit sudah dapat menurunkan mutu dan masa simpan produk dapat meningkatkan laju respirasi sehingga akan mempercepat pelunakan Jarmgan dan

    kebusukan buah.

    Mempercepat degradasi klorofil yang kemudian akan menyebabkan kerusakan-kerusakan

    pasca panen lainnya.

    Penyerap etilena yang dapat digunakan adalah potasium pennanganat (Kmn04), karbon aktif dan mineral-mineral lain, yang dimasukkan ke dalam sachet. Bahan yang paling banyak

    digunakan adalah kalium permanganat tang diserapkan pada silika gel. Permanganat akan

    mengoksidasi etilena membentuk etanol dan asetat. Bahan penyerap etilena ini mengandung 5%

    Kmn04 dan dimasukkan ke daJam sachet untuk mencegah keluarnya Kmn04 karena Kmn04

    bersifat racun. Jenis penyerap etilena Jainnya adalah :

    penyerap berbentuk katalis logam seperti pallaidum yang dijerapkan pada karbon aktif. Etilena diserap dan kemudian diuraikan dengan menggunakan katalis

    karbon aktif yang mengandung bromin, tetapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat

    membentuk gas bromin j ika sachet tersentuh dengan air.

  • mineral-mineral yang mempunyai kemampuan menyerap etilena seperti zeolit, tanah liat

    dan batu Oya dari Jepang, dilaporkan telah digunakan sejak ribuan tahun lalu untuk penyimpanan produk segar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produk yang di kemas

    dalam kemasan PE yang di dalamnya terdapat beberapa jenis mineral mempunyai masa simpan yang lebih panjang dibanding yang dikemas tanpa mineral. Hal ini mungkin disebabkan oleh terbukanya pori-pori dari bahan polimer oleh mineral yang terdispersi ,

    sehingga trejadi pertukaran gas di dalamnya. Kombinasi diena dan triena yang defisien elektron pada bahan kemasan. Hasil penelitian

    menunjukkan kombinasi tetrazine yang bersifat hidrofilik dengan polimer PE yang bersifat hidrofobik dapat menurunkan konsnetrasi etilena selama 48 jam. Tetrazine akan berubah warnanya jika sudah jenuh dengan etilena, sehingga dapat digunakan sebagai indikator.

    V.S. ABSORBER AIR DAN UAP AIR

    Akumulasi air pada kemasan dapat disebabkan oleh transpirasi produk hortikultura,

    . 'eluarnya air dari jaringan pada daging atau f1uktuasi suhu pda kemasan yang kadar airnya :inggi. Adanya air pada kemasan dapat memacu pertumbuhan mikrobia serta terbentuknya

    :';'abut pada permukaan film kemasan, sehingga air dan uap air yang ada pada kemasan harus

    :,e luarkan.

    Lapisan absorber untuk uap air (Drip-absorber pad) biasanya digunaka n umu' pengemasandaging dan ayam, terdiri dari granula-granula polimer superabsorbent di antara dua

    lapisan polimer mikroporous atau non-woven yang bagian pinggirnya dikelim. Absorber ini

    akan menyerap air serta mencegah perubahan warna dari produk dan kemasan. Polimer yang

    sering digunakan untuk menyerap air adalah garam poliakrilat dan kopolimer dari patio Polimer

    5uperabsorben ini dapat menyerap 100-500 kali dari beratnya sendiri . Alat yang sama dengan

    skala yang lebih besar digunakan untuk menyerap lelehan es pada transportasi ikan segar dan

    hasillaut lain melalui udara .

    Penurunan kelembaban relatif di sekitar kemasan akan menurunkan aktivitas air di

    permukaan bahan pangan, sehingga dapat memperpanjang umur simpannya. Kondisi ini dapat diperoleh dengan cara menyerap air dalam bentuk fase uapnya sehingga penggunaan humektan

    lebih efektif daripada polimer superabsorbing. Perusahaan Showa Denko Co., di Jepang telah

    mengembangkan film (Pichit) yang dapat menyerap uap air dan digunakan untuk rumah tangga. Film ini dilaminasi dengan propilen glikol dan polivinil alkohol (PVA). Film PYA akan menahan glikol tapi permeabilitasnya terhadap air sangat tinggi. Bahan pangan dibungkus di dalam selofan kemudian dimasukkan ke dalam kantung Pichit dan disimpan dalam refrigerator.

  • Perbedaan aktivitas air antara bahan pangan dan glikol berarti bahwa air ditarik dari permukaan

    bahan pangan dan diabsorbsi oleh film. Pengaruh yang diinginkan, misalnya mengeringnya

    permukaan biasanya akan terjadi dalam waktu 4-6 jam. Masa simpan ikan yang disimpan dikemas dengan bahan penyerap air ini 3-4 hari lebih panjang dari pada ikan yang dikemas tanpa penyerap air. Kantung Pichit dapat digunakan kembali yaitu untuk 10 kali penggunaan

    setelah bahan yang dikemas dikeluarkan dengan cara mencuci kantung di dalam air dan

    dikeringkan.

    Penambahan bahan anti kabut (anti fog) yang dicampur dengan resin polimer sebelum proses ekstrusi dapat mencegah timbulnya kabut dan embun di permukaan kemasan. Bahan

    amfifilik akan menurunkan tegangan permukaan di antara polimer dan konsendasi air, akibatnya tetesan air akan menyebar sebagai lapisan tipis yang transparan di permukaan film polimer. Konsumen akan dapat melihat dengan jelas produk yang ada di dalamnya, tetapi air masih tetap ada dan berpotensi untuk menyebabkan kebusukan. Oleh karena itu, perlakuan ini

    hanya digunakan untuk memperindah bentuk kemasan aktif tapi tidak untuk memperpanjang masa simpannya.

    V.6. ETHANOL EMITTERS Etanol digunakan sebagai bahan pengawet selama berabad-abad lamnya. Pada

    konsentrasi yang tinggi etanol dapat mendenaturasi protein dari kapang dan ragi sehingga dapat

    bersifat sebagai antimikroba walapun pada dosis yang rendah. Penyemprotan etanol pada bahan

    pangan sebelum dikemas dapat memberikan pengaruh yang baik, tetapi pada beberapa kasus pemberian etanol yang dimasukkan ke dalam sachet sehingga dapat mengahsilkan uap etano] lebih baik dari pada penyemprotan etano!.

    Etanol emitters dengan nama dagang Ethicap terdiri dari campuran etanol dan air yang

    dijerap pada bubuk silika oksida, dan dimasukkan ke dalam sachet yang terbuat dari kertas dan kopolimer eti) vinil asetat (EV A). Bau alkohol dapat ditutupi dengan penambahan flavor seperti vanila, pada sachet. Ukuran sachet tergantung pada aktivitas air (aw) bahan pangan dan masa simpan yang diinginkan dari produk. Di Jepang generator uap etanol terutama digunakan untuk

    produk bakery yang berkadar air tinggi dan produk-produk ikan. Cake dengan kadar air tinggi

    masa simpannya 20 kali lebih panjang jika pada kemasannya dimasukkan sachet yang dapat mengeluarkan uap etano!.

    Keuntungan generator uap etanol adalah memperpanjang umur sim pan, menghambat proses staling pada prod uk bakery, dan mencegah tumbuhnya mi krobia. Ethanol emitters

    dimasukkan ke dalam kemasan segera setelah proses pembakaran (bakiilg ) dan pendinginan

    .1

  • ",an kondisi yang steril. Kelemahan dari penggunaan uap etanol untuk tujuan pengawetan - -Iah : pembentukan aroma yang tidak diinginkan pada bahan pangan, absorpsi dari head

    ..:ce oleh bahan pangan, pada beberapa kasus konsentrasinya pada produk meningkat 2 kali

    - '-~ :i konsentrasi awal sehingga menimbulkan masalah dalam standard mutu. Jika sebelum w onsumsi produk dipanaskan terlebih dahulu dengan oven, maka etanol yang terakumulasi : =:lagian besar akan diuapkan . Oleh karena itu produk yang mengandung ethanol emillers .=ndaknya dipanaskan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

    V.7. BAHAN KEMASAN AKTIF

    Komponen-komponen pangan yang tidak diinginkan, dapat dikeluarkan dengan bantuan

    .; cmasan yang didisain khusus, sehingga terjadi interaksi selektif antara kemasan dengan bahan : roduk. Eliminasi komponen pangan lebih dimungkinkan untuk diaplikasikan pada produk cair, : imana molekul-molekulnya bebas bergerak, dan proses pemisahannya tidak dibatasi oleh ~omponen dengan tekanan uap yang tinggi pada suhu penyimpanan. Teknologi ini hendaknya tidak digunakan untuk menutupi kerusakan produk dari konsumen, misalnya untuk menutupi

    adanya perubahan bau oleh mikrobia. Sebaliknya kemasan harus dapat mempertahankan

    Komponenkomponen produk pangan yang diinginkan, misalnya zat gizi.

    V.7.1. Bahan Kemasan Yang dapat Menyerap Oksigen

    Penggunaan bahan penyerap oksigen yang dimasukkan ke dalam sachet dan

    ditempatkan di dalam kemasan prod uk pangan, mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :

    - konsumen harus hati-hati, agar sachet tersebut tidak sampai dimakan, dan ini mengharuskan pihak produsen untuk membuat label "Jangan Dimakan" pada sachet absorber. - sachet harus dibuat dari bahan yang tidak mudah sobek

    Kelemahan ini dapat diatasi dengan membuat absorber oksigen sebagai bag ian dari

    kemasan, dengan cara mengintegrasikan absorber oksigen dengan film polimer, adhesif, tinta

    atau bahan pelapis (coating). Substrat yang mengkonsumsi oksigen dapat berupa polimer itu sendiri atau komponenkomponen lain pada kemasan yang mudah teroksidasi. Absorber oksigen

    yang dapat dicampur dengan film polimer adalah sui pit logam, asam asakorbat dan besi.

    Penggunaan ad sorber oksigen yang dicampur dengan bahan kemasan menimbulkan

    masalah, yaitu film kemasan tersebut harus stabil pada kondisi udara biasa sebelum digunakan

    sebagai bahan kemasan, atau film kemasan tersebut tidak boleh menyerap oksigen sebelum

    bahan pangan dikemas Masalah ini dapat diatasi dengan memasukkan beberapa jenis mekanisme aktivasi yang memicu kemampuan film untuk menyerap oksigen, pada sistem

    5~;~aatt3tdai1;s.91

  • :-;:;n asan. Misalnya dengan menambahkan katalis pad a saat pengisian produk atau memaparkan

    . aya pada kemasan sehingga reaksi penyerapan oksigen dapat terjadi. Hasil penelitian di Australia menunjukkan bahvva reaksi penyerapan oksigen oleh besi

    ":-Tiangsung sangat lambat. Oleh karena itu para peneliti kemudian mengembangkan zat warna

    ::ng sensitif terhadap cahaya yang dicampur dengan film polimer, ketika film diiradiasi dengan --li ar ultra violet, zat pewarna akan mengaktivasi 02 ke bentuk singletnya sehigga reaksi : =ngeluaran oksigen menjadi lebih cepat. Metode lain adalah meningkatkan kadar air untuk - ::micu reaksi penyerapan oksigen. Penggunaan sebuah permukaan reaktor enzim yang terdiri

    ..:ari campuran enzim enzim glukosa oksidase dan katalase juga merupakan cara lain untuk -.1~ngatur konsentrasi 02 di dalam kemasan pangan. Enzim mudah dilekatkan pada permukaan ~,)I iolefin seperti PE dan PP karena kedua kemasan ini merupakan substrat yang baik untuk l:n obilisasi enzim.

    Kemampuan film kemasan yang dicampur dengan bahan penyerap oksigen untuk ~eyerap oksigen lebih kecil daripada absorb en oksigen yang dimasukkan ke dalam sachet. Oleh karena itu aplikasinya sebelum dipasarkan masih harus mempertimbangkan segi-segi

    ~konomisnya.

    V.7.2. Bahan Kemasan dengan Antioksidan

    Industri kemasan menggunakan antioksidan untuk kestabilan kemasan, dan saat ini

    antioksidan yang dikembangkan adalah antioskidan alami untuk menggantikan antioksidan

    sintesis. Di dalam kemasan, antioksidan berfungsi sebagai barrier bagi difusi 02 serta

    mentransfernya ke produk yang dikemas untuk mecegah reaksi oksidasi. Vitamin E dapat digunakan sebagai antioksidan, serta dapat dimigrasikan ke bahan pangan. Pelepasan vitamin E dari kemasan ke bahan pangan dapat menggantikan antioksidan sintesis. Saat ini antioksidan ;.ang banyak dipakai adalah BHT (Butylated hidroxytoluen).

    V.7.3. Bahan Kemasan Enzimatis

    Enzim yang dapat merubah produk secara biokimia dapat digabung dengan bahan

    kemasan Kelebihan kolesetrol dapat menyebabkan penyakit jantung, dan penambahan enzim kolestterol reduktase ke dalam susu akan mengurangi resiko kelebihan kolestero!. Konsumsi

    produk hasil ternak yang mengandung lakosa pada golongan orang tertentu dapat menyebabkan

    lactose intoleran. Penambahan enzim laktase pada bahan kemasan susu dapat mengurangi

    kandungan laktosa pada susu yang dikemasnya.

  • I':_! t .. I ~ rT :.1

    V.7.4. Antimikroba Di Dalam Bahan Kemasan Animikroba yang dicampur atau diberikan pada pennukaan bahan pangan akan

    - emperpanjang umur simpan bahan pangan tersebut. Penambahan antimikroba mungkin juga ~ ~ l akukan dengan cara mencampurnya ke dalam bahan kemasan yang kemudian dalam jumlah :ecil akan bermigrasi ke dalam bahan pangan . Cara ini efektif diberikan pada kemasan vakum "arena bahan kemasan dapat bersentuhan langsung dengan permukaan panan. Bahan yang

    ~empunyai pengaruh antimikroba, misalnya nisin yang diproduksi oleh Lactococcus lactis, "sam organik, ester dan sorbat, serta bahan kemasan yang mengandung kitosan,

    .: !l ilisotiosianatt yang diperoleh dari lobak dan oligosakarida siklik. Beberapa bahan kemasan komersial yang mengandung antimikroba adalah :

    partikel keramik yang mengandung komponen aktifyaitu aluminium silikat dan perak

    bubuk kering yang dibuat dengan mengantikan antimikroba tembaga atau perak pada

    atom kalsium dari hidroksiapatit

    zeolit sintesis dan perak Tembaga dan mangan, atau nikel dan perak yang mengandung zeolit Magnesium oksida dan zink oksida juga terbukti mempunyai kemampuan sebagai bakterisida dan bakteriostatis.

    Pelepasan bahan antimikroba di dalam kemasan dapat diperoleh dengan berapa cara. yaitu:

    secara tradisonal dengan cara menambahkan sachet berisi bahan anti mikorba dan bersifat

    permiable atau porous ke dalam kemasan

    mengkombinasikan bahan-bahan pengawet ke dalam atau di atas bahan kemasan polimer

    dengan cara mencampur atau menggunakan teknik pelapisan lain

    meletakkan bahan antimikroba diantara lapisan atau dienkapsulasi agar dapat keluar secara

    perlahan-Iahan menuju bahan pangan menggunakan enzim yang diimobilisasi dan bahan yang mempunyai gugus fungsional anTimikroba yang terikat secara kimia pada pennukaan bahan.

    Beberapa gugus fungsional yang memiliki aktivitas antimikroba eJah ditambahkan dan diimobilisasi pada permukaan film poJimer dengan modifikasi metode kimia sebagai berikut :

    Peptida yang terikat secara kovalen dengan resin tidak larut air dan mempunyai aktivitas

    Antimikroba

    Polimer yang permukaanya disinari dengan sinar laser merupakan cara yang efektif untuk

    memperbaiki sifat-sifat adhesi dari polimer , memodifikasi sifat penghambatan (barrier) dan memberikan aktivitas antimikroba pada polimer. Penggunaan iradias; UV pada panjang

    ~~m\l~35 'dari\i9

  • . !.

    gelombang 193 nm menggunakan UV excimer laser akan mengubah gugus am i permukaan plastik poliamida menjadi amin dan mempunyai aktivitas antimikroba.

    Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai antimikroba adalah etanol dan alkoh o! l~ .=.sam organik, garam (sorbat, benzoat, propionat), bakteriosin dan lain-lain.

  • 1 .;! . II

    BAB III TUJUAN DAN MANFAAT

    Tujuan dari kegiatan ini adalah: I. Mengembangkan teknologi material polimer pengemas aktif

    2. Memberikan nilai tam bah pada pangan yang dikemas dan menekan susut pangan

    3. Meluaskanjangkauan distribusi pangan yang dikemas 4. Menaikkan kapasitas produk polimer polipropilena dan polietilena

    5. Meningkatkan kapasitas produksi industri pengemas

    Sedangkan sasaran tahun ini adalah:

    I. Diperolehnya kajian teknologi proses pembuatan pengemas aktif 2. Diperolehnya data produk sayur/buah nasional dan karakterisasinya

    3. Diperoleh formulasi material polimer untuk pengemas aktif

    4. Diperoleh prototipe pengemas aktif

    5. DiperoJeh data uji pengemas aktif

  • ---- ---

    BAB IV METODOLOGI

    Pol i propi lenalPolietilena .----- ---- -- + Aditif -~

    Proses blending

    j Proses blown film

    - ........... - ...

    --- ...... .....

    Bahan pengemasan produk

    Gambar 1. Proses pembuatan film pengemas aktif

    Untuk memperpanjang masa simpan produk dapat digunakan pengemas aktif yang dapat berfungsi mengatur kondisi atmosfir di dalam kemasan. Untuk itu perlu diketahui bagaim2.:13

    proses pematangan produk segar, gas apa saja yang perlu dan tidak diperlukan. Kegiatan diawali dengan melakukan kaj ian produk segar dan karakteristiknya serta kaj ian teknologi dan material kemasan aktif.

    Metodologi yang digunakan untuk mengembangkan kemasan aktif ini adalah

    1. Desain material pengemas sesuai dengan karakteristik produk yang akan dikemas.

    2. Formulasi resin polimer dan aditif

    3. Proses blending material dan pembuatan lembaran plastik melalui proses blown-film. 4. Karakterisasi film pengemas, meliputi : tensile strength dan elongation, permeabilitas film

    terhadap senyawa yang mempengaruhi proses pematangan.

    5. Uji panel kemasan terhadap produk yang akan dikemas

  • BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kajian awal tentang produk pangan segar yang akan dikemas melalui inventarisasi data - :ier tentang ekspor impor produk pangan dan sampel produk pangan unggulan daerah ni ukkan besarnya potensi pangan segar lokal. Dari banyaknya ragam komoditas prod uk 'emudian dikaji perilaku umum dari prod uk segar yang berupa sayur dan buah. Untuk menjaga kesegaran produk maka yang harus diperhatikan adalah proses

    2:angan dan respirasi dari produk. Produk segar setelah dipanen masih hidup dan "':.!>::."ukan respirasi. Kegiatan ini menghasilkan gas yaitu oksigen, etlilena dan air. Oksigen

    - - mempercepat proses pembusukan, menghilangkan f1avor, perubahan warna, hilangnya

    -- - si dan serangan mikroba. Uap air akan dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme

    .-.:.:.. menyebabkan pengembunan. Sedangkan etilena mempercepat proses pematangan dan

    ~lii busukan. Komponen-komponen pangan yang tidak diinginkan itu, dapat dikeluarkan dengan

    uan kemasan yang didisain khusus, sehingga terjadi interaksi selektif antara kemasan :e'1gan bahan produk. Perlu dicatat, kemasan yang dibuat hendaknya tidak digunakan untuk - enutupi kerusakan produk dari konsumen, misalnya untuk menutupi adanya peru bahan bau

    ~ :, eh mikrobia. Sebaliknya kemasan harus dapat mempertahankan komponen-komponen produk .:

  • .:.1; d I

    - -ingan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju respirasinya rendah, pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif dari pad a jaringan lebih tua. Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan 10ce. Pemberian etilen pada

    - -gkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klimaterik. Kandungan oksigen pada

    _..log penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi :- :nakin cepat. Konsentrasi C02 yang sesuai dapat memperpanjang umur simpan buah-buahan :':'11 sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya . Kerusakan atau 11Ika pad a prodllk _-:-baiknya dihindari, karena dapat memacu terjadinya respirasi , sehingga umur simpan prodllk ~emakin pendek.

    Kerusakan akan terjadi pad a hasil pertanian selama penyimpanan apabiJa terdapat :~igen, terutama apabila proses anaerobik masih berjalan . Pada umumnya kerusakan tersebut __ ,erupakan perubahan bau dan rasa. Tiap-tiap hasil pertanian mempunyai ketahanan sendiri

    5endiri terhadap oksigen. Kebanyakan buah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam udara

    .~b ih dari 5%, sedangkan buah jeruk sudah rusak pada kadar oksigen 3% dan apel rusak pada .;adar oksigen dibawah 1 %.

    Bagaimanapun kandungan oksigen harus dijaga pada level minimal agar resplrasl berlangsung wajar. Oi bawah batas minimal itu akan terjadi respirasi anaerob yang ;nenghasilkan alkohol, dan dapat menyebabkan hilangnya aroma dan terjadinya kerusakan. Hal :ni akan terjadi jika proses tersebut berlangsung lama serta alkohol yang dihasilkan men::apal =100 mg. Proses aerasi dapat menghilangkan sejumlah kecil alkohol yang te rbentuf..: can erubahan zat-zat akan berlangsung kembali secara wajar.

    Dengan mengatur oksigen pada konsentrasi rendah, akan membuat laju respirasl dan oksidasi substrat menurun sehingga proses pematangan tertunda. Sebagai akibatnya maka umur

    Komoditi menjadi lebih panjang karena perombakan klorofil tertunda dan produksi C2H4 rendah.

    lelas bahwa ketersediaan oksigen mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda untuk tiap jenis spesies bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih kecil dari oksigen yang tersedia di udara.

  • 5.2. Kajian Material Pengemas Aktif

    Tujuan penyimpanan adalah untuk mengontrol permintaan pasar tanpa menimbulkan '''anyak kerusakan atau penurunan mutu. Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan

    :o angan adalah kemasan yang ramah lingkungan, dan alami. Industri-industri pengolahan

    :angan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan, mutu dan keamanan dari produk. Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah pengemasan produk dengan

    :nenggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehtngga konsentrasi

    gas didalam kemasan berubah dan tni menyebabkan laju respirast menurun, mengurangi ::ertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa simpan. Dalam teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan keberhasilannya untuk dapat memperpanjang masa simpan produk hortikultura.

    Udara termodifikasi (UT) sering digunakan berg antian dengan udara terkendali. Yang dimaksud dengan cara penyimpanan dalam UT adalah penambahan C02, penurunan 02, dan

    kandungan N2 tinggi dibandingkan dengan udara biasa. Cara ini tidak hanya mengurangi

    "onsentrasi 02 tetapi juga mempercepat difusi etilen keluar dari jaringan buah, dan dengan 'emikian memperpanjang umur simpannya. Prinsip pengawetan dengan cara penyimpana ::tmosfir terkendali adalah pengaturan jumlah gas oksigen dan gas karbondioKs ida di d3L..

    ~u ang.

    Prinsip pengawetan dengan cara penyimpanan atmosfir terkendali a..:la:2. h r:: :i ;::: ~ J ~:.r mlah gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam ruangkemasan kemud ian di:51 K::m::3. !i

    dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai. \1--". po. si f

    ~aitu keseimbangan antara O2 dan CO2 diperoleh melalui pertukaran udara dalam kemasan (mengandalkan permeabilitas kemasan).

    Untuk pengemas fleksibel digunakan plastik jenis poliolefin. Plastik jenis ini selain :nurah juga mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus yang tinggi. Salah satu contoh plastik poliolefin yaitu polietilena dan polipropilena. Polietilena merupakan

    :'i lm yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek

    :- ang baik.

    Sifat-sifat plastik untuk pengemas prod uk segar:

    Tembus pandang (transparan), bersih dan jernih Tahan terhadap suhu tinggi (300 C) Permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah

    Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan

  • j '

    Permeabilitas film plastik akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini perlu

    -~h itungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan digunakan. Dalam .:~rapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan, misalnya pada produk-produk yang _-:: spirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya respirasi anaerob.

    Secara teknis, penggunaan zat aditif sebagai bahan pengubah sifat plastik telah lama

    embangkan. Jenis plastik dan aditif yang digunakan disesuaikan dengan kriteria pengemas ""'g diperlukan dan memenuhi standar keamanan pangan internasional. Aditif bersifat migrate ,

    :;;: ingga peraturan food contact seperti FDA membatasi tingkat konsentrasi yg diperbolehkan . . :msentrasi aditif yang diperlukan untuk plastik PE relatif sedikit sehingga umumnya tidak

    : : nnasalah dengan peraturan food contact yang ada. Tapi utk pengemas makanan dari PP, _rena dibutuhkan konsentrasi aditif lebih tinggi, maka harus mememperhatikan batas

    =::: makaian aditi f yang tercantum dalam regulasi food contact.

    Zat aditif digunakan sesuai dengan karakteristik kemasan yang diinginkan , seperti

    ti oksidan dan gas absorber.

    Antioksidan

    Industri kemasan menggunakan antioksidan untuk kestabilan kemasan, dan saat ini antioksidan yang dikembangkan adalah antioskidan alami untuk menggantikan antioksidan

    sintesis . Di dalam kemasan , antioksidan berfungsi sebagai barrier bagi difu si 02 serta

    mentransfernya ke produk yang dikemas untuk mecegah reaksi oksidasi .

    Antifog

    Antifog adalah jenis aditif yang memodifikasi pennukaan plastik dengan cara bermigrasi kepermukaan plastik kemudian menurunkan tegangan permukaan sehingga menghindarkan

    pembentukan droplet air (embun). Sebagian uap air yg berasaJ dari buah akan terkondensasi dipermukaan (bag dalam) plastik, dan tak membentuk droplet karena tegangan permukaan air kondensat tersebut turun saat bersentuhan dengan aditif antifog yg bermigrasi

    kepermukaan plastik. Air justru membentuk lapisan film merata dipermukaan plastik.Seakan air membasahi permukaan plastik.

    Efisiensi additif antifog sangat tergantung pada kecepatan migrasi bahan aktif diatas dalam

    plastik. Sedangkan kecepatan migrasi tergantung pada kristalinitas polimer. Untuk LLDPE

    (Linier Low density PolyEthylene) jumJah kristalnya relative lebih sedikit dibanding HDPE (High Density PoliEthylene) dan PP (PolyPropylene). Sehingga untuk plastik PP dengan ketebalan sarna akan membutuhkan jumlah additif lebih banyak dari LLDPE. Karena efisiensi antiforg tergantung pada kecepatan migrasi, maka makin tebal film membutuhkan

    lebih banyak anti fog. Makin kecil ukuran moJekul additif, makin cepat migrasinya.

  • O2 Scavenger dan CO2 scavenger Penyerap oksigen (oxygen scavenger) digunakan untuk menyerap oksigen yang terlibat langsung dalam respirasi. Penurunan konsentrasi O2 (atau sebaliknya, peningkatan konsentrasi CO2) hingga konsentrasi yang belum memicu terjadinya fermentasi menjadi salah sam parameter utama teknologi pengemasan buah. Pada umumnya, penurunan O2 akan

    menurunkan laju respirasi, yang selanjutnya akan menghambat pemasakan buah, sehingga mampu memperpanjang masa simpannya. Walaupun bahan pangan dapat dikemas dengan teknologi MAP atau bahkan dalam kemasan vakum, cara-cara tersebut tidak menjamin dapat menghilangkan O2 secara sempurna. Selain itu, O2 yang mampu menembus pJastik kemasan tidak mampu dihilangkan dengan teknologi kemasan tersebut. U ntuk itu diperlukan penyerap oksigen yang mampu menyerap O2 di dalam kemasan. Bahan penyerap oksigen selain dikemas dalam sachet juga bisa diintegrasikan dengan film polimer, adhesif, tinta atau bahan pelapis (coating). Kemampuan film kemasan yang dicampur dengan bahan penyerap oksigen untuk meyerap oksigen lebih kecil daripada

    absorben oksigen yang dimasukkan ke dalam sachet. Oleh karena itu aplikasinya sebelum

    dipasarkan masih harus mempertimbangkan segi-segi ekonomisnya.

    Antimikroba Antimikroba yang dicampur atau diberikan pada permukaan bahan pa ngan aKa memperpanjang umur simpan bahan pangan tersebut. Penambahan amimikroba m~.liig ' ,,juga dilakukan dengan cara mencampumya ke dalam bahan kemasan yang ke mll': ! 2;~ C 2:2~, -, jllmlah kecil akan bermigrasi ke dalam bahan pangan. Cara ini efekti f diberikan ~3J2: kemasan vakum karena bahan kemasan dapat bersentllhan langsllng dengan permu kaan pangan.

    Ethylene Scavenger

    Etilen adalah hormon tanaman yang dihasilkan selama pematangan buah dan sayuran. Etilen

    dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap produk segar, karena etiJen akan

    mempercepat proses pematangan pada prod uk seperti pisang dan tomat, sehingga produk

    menjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti jeruk, maka dapat menghilangkan warna hijau (degreening) sehingga dihasilkan jeruk dengan warna kuning yang merata, dan penampilannya lebih baik. Secara umum, etilen merupakan bahan yang tidak diinginkan untuk penyimpanan produk segar, sehingga etilen harus disingkirkan dari lingkungan penyimpanan.

  • ,I.

    ~.3. Desain dan Uji Analisa Pengemas Aktif

    Kemasan aktif (active packaging, smart, interactive, clever atau intelligentpackaging) .:jalah teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk enunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut

    ,ebagai kemasan interakti f karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan :xmgan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.

    Gambar 2. Proses pembuatan kemasan

    Untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan produk pangan segar, dibuat pengemas aktif dengan karakteristik:

    Dapat menghilangkan embun yang biasa terjadi .Dapat memperpanjang masa simpan, dalam lemari pendingin maupun di ruangan

    dengan mengatur gas yang ada dalam kemasan.

    Gas yang diproduksi pangan segar akan terakumulasi, dan ada yang perlu untuk dihilangkan. Untuk itu perlu bahan dengan low gas barrier, yaitu material dengan MVTR

    (Moisture Vapor Transmition Rate) dan GTR (Gas Transmition Rate) yang tinggi. Material plastik yang bisa digunakan antara lain adalah OPP (Oriented PolyPropylene) dan PE

  • J olyEthylene). OPP merupakan material plastik dengan low gas barrier, murah dan mudah ~ cetak. Sedangkan PE dengan ditambah anti fogging dapat mengurangi embun dalam kemasan.

    Bahan plastik yang digunakan utnuk penelitian ini adalah jenis poliolefin, yaitu __ Iietilena dan polipropilena. Aditif yang ditambahkan antifoging, antimikroba, dan gas

    J:avenger (oksigen dan etilena). Aditif dicampur dengan resin plastik polietilena (yang dipakai .:Ja lah jenis LDPE dan LLDPE) atau plastik polipropilena, untuk dijadikan masterbatch. Resin - .asterbatch diekstrusi den