19096939-ANALISIS-PENGGUNAAN-MAJAS

download 19096939-ANALISIS-PENGGUNAAN-MAJAS

of 8

Transcript of 19096939-ANALISIS-PENGGUNAAN-MAJAS

  • ANALISIS PENGGUNAAN MAJAS

    I. PendahuluanMemberikan definisi pada sastra merupakan hal yang sampai saat ini belum terjawab dengan tuntas. Menurut Welleck & Warren salah satu cara yang dianggap paling mudah untuk memberi definisi pada sastra adalah dengan merinci penggunaan bahasa yang khas sastra (1995:14). Sedangkan menurut Luxemburg (1991: 21) sastra memiliki bahasa yang khusus dengan cara penanganan yang berbeda-beda, yang tidak hanya berlaku untuk puisi, tapi juga untuk prosa sastra. Cara penggunaan bahasa seperti pemilihan kata, perangkaian kata menjadi kalimat, dan penggabungan kalimat menjadi teks, merupakan hal yang harus dihadapi oleh seseorang yang menggubah teks. Pokok dan tujuan pembuatan teks merupakan hal yang mendasari penggunaan bahasa dalam teks tersebut. Dalam hal ini pengarang menjadi faktor penentu penggunaan bahasa. Terbukti pada hasil tulisan seorang pengarang yang memuat penggunaan bahasa yang berbeda dengan hasil tulisan pengarang yang lainnya.Makalah ini akan membahas beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Tentang Seorang yang Mati Tadi Pagi karya Agus Noor dalam 20 Kumpulan Cerpen Terbaik 2008 Kompas. Dalam makalah ini akan membahas mengenai gaya bahasa sintaksis dan gaya bahasa semantis. Gaya bahasa sintaksis terdiri dari bentuk pengulangan, bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan (Luxemburg, 1991: 62), namun dalam cerpen Tentang Seorang yang Mati Tadi Pagi karya Agus Noor tiodak ditemukan bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan, sehingga gaya bahasa sintaksis yang digunakan adalah bentuk pengulangan. Sedangkan untuk gaya bahasa semantis akan dibahas mengenai majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas (Luxemburg, 1991: 64).

    II. PembahasanPembahasan cerpen Tentang Seorang yang Mati Tadi Pagi karya Agus Noor dari sudut pandang penggunaan gaya bahasa sintaksis dan gaya bahasa semantis. Dalam gaya bahasa sintaksis yang digunakan adalah bentuk pengulangan dan bentuk penghilangan. Dalam gaya semantis akan dibagi ke dalam tiga majas, yaitu majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas. Ketiga majas tersebut nantinya masih dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok.1. Gaya SintaktisBentuk sintaktis adalah konstruksi kalimat yang mencolok dari segi stilistika karena bangunnya yang menyimpang dari susunan yang normal (Luxemburg, 1991: 62). Bentuk sintaktis ini sesungguhnya dibagi ke dalam tiga jenis yang terdiri dari bentuk pengulangan, bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan, namun karena bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan tidak dijumpai dalam cerpen ini maka hanya bentuk pengulangan saja yang akan dibahas.a. Bentuk pengulanganPada bentuk pengulangan atau paralelisme, terjadi perubahan terhadap urutan kata yang normal dalam kalimat. Paralisme sering juga disertai dengan pengulangan kata, frasa atau konstruksi gramtikal yang sama (Luxemburg, 1991: 62). Dalam sastra berfumgsi mempunyai dampak penekanan dan persuasif yang kuat. Dalam cerpen ini tampak pada

  • kalimat berikut ini:Ia ingin segalanya berlangsung tenang dan nyaman. Ia ingin menikmati detik-detik kematiannya dengan karib. (h.1, p.1)Dalam kalimat diatas terdapat pengulangan kata Ia ingin yang dimaksudkan sebagai penekanan sebuah keinginan yang begitu besar. Selain itu terdapat pula pada kalimat berikutnya:Ia bisa merasakan gesekan yang sangat lembut pelan, ketika sebutir air bergulir di ujung hidungnya. Bahkan ia bisa merasakan dingin yang menggeletarkan bulu-bulu matanya (h.1, p.1)Dua kalimat dalam cerpen tersebut terdapat kesamaan konstruksi gramatikal yang sama. Adapun kesamaan struktur antar kalimat atau bagian kalimat terdapat dalam kalimat berikut:Ia memotong kuku, mencukur cambang, dan merapikan kumisnya yang tipis (h.1, p.2)Ia menyisir rambutnya belah tengah, mengoleskan menyak rambut hingga tampak klimis, mengenakan pakaian terbaik mmiliknya, kemeja motif batik, dan tentu ia tak lupa menyemprotkan minyak wangi. (h.2, p.2)Sedikit dibawah ketiak, di leher, di lengan, dan menggosoknya pelan (h.2, p.2)Adapun contoh lainnya yang lebih detail dalam sebuah penekanan sebuah kata yang merupakan gambaran sebuah keinginan yang kuat terdapat pada kalimat:Ia tak perlu susah-susah beli racun, lalu menenggaknya. Ia juga tak perlu repot-repot menyiapkan tali dan menggantungkan diri. Mati dengan cara seperti itu selalu menimbulkan kerumitan tersendiri. Ia pun tak perlu menabrakkan diri ke laju kereta api. Betapa tidak sedapnya mati dengan tubuh remuk terburai seperti itu: merepotkan dan menjijikkan. (h.2, p.1)Dari beberapa contoh kalimat diatas penggunaan gaya bahasa sintaksis bentuk pengulangan terlihat jelas. Hal ini dimaksudkan penulis untuk lebih menekankan dan memperjelas kejadian yang berupa keinginan yang kuat oleh tokoh utama yang digambarkan dalam cerita.2. Gaya SemantisMenurut Luxemburg (1991: 64) gaya semantis mengacu pada makna kata, bagian kalimat, dan kalimat dan secara umum disebut majas. Majas yang terdapat dalam gaya semantis adalah majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas.

    a. Majas pertentanganDalam majas ini terdapat istilah antitese atau majas yang disertai dengan paralelisme sintaksis, contohnya Ada waktu untuk datang, ada waktu untuk pergi (Luxemburg, 1991: 64). Dalam cerpen ini tercermin pada kalimat berikut,Sungguh saya ingin mati, tetapi tak hendak bunuh diri (h.5, p.1)Dalam kalimat diatas sangat bertolak belakang dengan keadaan yang sering kita jumpai, ketika seseorang punya keinginan untuk mati pastinya akan melakukan hal yang dapat menyebabkan kematian itu, seperti bunuh diri. Namun dalam kalimat diatas begitu tercermin kalimat yang bertentangan. Adapun contoh yang lainya terdapat dalam kalimat berikut:Bila itu lelucon, pastilah itu lelucon yang tidak lucu (h.5, p,2)Dalam kalimat diatas sebuah lelucon pastinya akan menimbulkan hal yang lucu, namun dalam kalimat bertentangan dengan kalimat lelucon yang paling tidak lucu.

  • b. Majas identitasMajas identitas mencakup perumpamaan dan metafora yang membandingkan objek atau pengertian dan menyamakannya secara semantis. Dalam proses metaforik terdapat beberapa bentuk seperti sinestesi dan personifikasi.1. Metaforaa. Bentuk metafora yang akan dibahas terlebih dulu disini adalah penghilangan bagian yang harfiah sehingga makna yang tidak ditunjukkan dalam teks harus kita tentukan sendiri untuk memperoleh pemahaman yang baik (Luxemburg, 1991: 95) misalnyaLihatlah, cahaya matahari seperti susu segar yang ditumpahkan ke lantai, terasa kental.(h. 2, p.3)Disini cahaya matahari yang cerah dan hangat diumpamakan seperti susu segar yang kental.b. Bentuk lain dalam bidang semantik adalah sinestesi yang menunjukkan aspek dari indera yang satu dihubungkan dengan indera lain, contohnya suara yang hangat (Luxemburg, 1989: 189). Dalam cerpen ini tercermin pada beberapa kalimat berikut,Betapa waktu yang berdenyut lembut membuat perasaan terhanyut (h.1, p.1).Disini indera penglihatan berupa kata waktu dihubungkan dengan indera perasaan berupa kata berdenyut lembut .... membuat setiap aroma jadi terasa begitu kental dalam penciumannya(h. 3, p.1)Pada kalimat ini indera penciuman berupa kata aroma dihubungkan dengan indera perasaan berupa kata kental.c. Bentuk metafora yang banyak dijumpai adalah personifikasi dimana aspek arti dari sesuatu yang hidup dialihkan kepada sesuatu yang tidak bernyawa (Luxemburg, 1989: 189). Contoh dalam cerpen ini adalahBetapa waktu yang berdenyut lembut membuat perasaan terhanyut (h.1, p.1).Detak jam yang begitu lembut (h. 3)Waktu dan detak jam adalah sesuatu yang tidak bernyawa, namun dinyatakan bisa berdenyut lembut.Adapun kalimat lainnya yang merupakan personifikasi sebagai berikut:Aku bayangkan maut mengecup keningnya pelan, dan ia tersenyum. (h. 6, p. 1)Seperti halnya waktu dan detak jam, disini kata maut merupakan sesuatu yang tidak bernyawa, namun dinyatakan dapat mengecup keningnya pelan.Dari beberapa contoh penggunaan gaya bahasa baik gaya bahasa sintaksis maupun gaya bahasa semantis

    VI. KesimpulanDari analisis yang dilakukan terhadap penggunaan bahasa menurut gaya dan majas yang ditemukan dalam cerpen Tentang Seorang yang Mati Tadi Pagi karya Agus Noor diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa cerpen tersebut menggunakan bahasa yang khas sastra. Seperti yang telah diketahui bahwa makna dari bahasa yang khas sastra atau bahasa sastra antara lain adalah bahasa yang penuh dengan asosiasi, bersifat konotatif serta mempunyai fungsi ekspresif yang menunjukkan sikap penulisnya. Semakin kaya pengetahuan bahasa serta pengalaman sastra yang dimiliki seseorang, ia akan semakin mampu melakukan analisis maupun pengamatan yang baik terhadap pemakaian bahasa dalam sebuah karya sastra. Hal ini sangat disadari oleh penulis makalah yang merasa analisis yang disajikannya sangat sederhana dikarenakan lingkup pengetahuannya yang

  • masih sempit. Maka penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat memperkaya pengetahuan dan pengalamannya sehingga dapat melakukan analisis yang lebih baik lagi di kemudian hari.

  • Kabupaten Jayawijaya

    SEJARAH

    Perkampungan yang pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak explorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Expedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Netherlands), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem. Kemudian penyidik asal Amerika yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1935. kemudian juga telah diketahui bahwa penduduk Suku Dani adalah para petani yang terampil dengan menggunakan kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa dibawa ke para Missionaris yang membangun pusat Missi Protestan di Hetegima sekitar tahun 1955. Kemudian setelah Bangsa Belanda mendirikan kota Wamena maka agama Katholik mulai berdatangan.

    LETAK GEOGRAFI

    Secara geografi Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20' Lintang Selatan serta 1370.19' sampai 141 Bujur Timur. Batas-batas Daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, Barat dengan Kabupaten Paniai, Selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur dengan perbatasan negara Papua New Guinea.

    Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Diantara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju misalnya Pucak Trikora 4750 m, Puncak Yamin 4595m dan Puncak Mandala 4760m. Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan Lumpur, tanah liat dan lempung.

    IKLIM

    Jayawijaya beriklim tropic basah, hal ini dipengaruhi oleh letak ketinggian di permukaan laut dengan temperatur udara bervariasi antara 80-200Celcius dengan suhu rata-rata 17,50Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun tingkat kelembaban diatas 80%, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5 knot.

  • FLORA DAN FAUNA

    Daerah ini terdapat banyak margasatwa yang aneh dan menarik yang hidup di tengah-tengah pepohonan tropis yang luas dan beraneka ragam pada gunung-gunung yang lebih tinggi. Hutan-hutan tropis memberi kesempatan bagi tumbuh-tumbuhan dan hutan-hutan Cemara, semak rhodedendronds dan species tanaman pakis yang dari anggrek yang sangat mengagumkan. Dekat daerah bersalju di puncak-puncak gunung terdapat lumut dan tanaman tundra. Hutan-hutan juga beraneka ragam jenis kayu yang sangat penting bagi perdagangan seperti intisia, pometis, callophylyum, drokontomiko, pterokorpus dan jajaran pohon berlumut yang jika diexploitasi dan diproses dapat menghasilkan harga yang sangat tinggi jika diperdagangkan. Hutan-hutan dan padang-padang rumput Jayawijaya merupakan tempat hidup kanguru, kuskus, kasuari dan banyak species dari burung endemic seperti burung Cenderawasih, mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya.

    PENDUDUK

    Penduduk asli yang mengalami Kabupaten Jayawijaya ini adalah Suku Dani, Kimyal dan Suku Jale. Selain penduduk asli, terdapat juga penduduk yang berasal dari daerah-daerah lain di Indonesia yang berada di Kabupaten Jayawijaya bekerja sebagai pegawai negeri, ABRI, Pengusaha, pedagang, transmigrasi dan sebagainya.

    BUDAYA

    Setiap daerah pasti punya ciri khas, begitu pula dengan penduduk Jayawijaya. Di kabupaten ini babi memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Babi merupakan prestise dan melambangkan status sosial seseorang. Tetapi babipun bisa menyebalkan pecahnya perang suku, dan binatang ini juga berperan sebagai mas kawin (uang mahar).

    Di daerah ini masih banyak orang yang mengenakan koteka (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di Honai-honai (gubuk yang beratapkan jerami/lalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Walaupun mereka menerima Agama Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang

    mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan Nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang mereka. Upacara peperangan dan permusuhan biasanya melintasi daerah perbatasan, wanita, pencurian babi dan masalah-masalah kecil lainnya. Para prajurit memberi tanda juga terhadap mereka sendiri dengan babi lemak, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah dari pohon mangga dan bunga-bungaan, mempersenjatai diri sendiri dengan; tombak, busur dan anak panah. Di dalam masyarakat Suku Dani jika salah seorang menjadi manusia buangan karena melanggar tabu, ia biasanya dihina/ diejek oleh warga yang lain pada pertemuan adat, ia harus membayar denda. Sambil mereka bekerja di ladang atau pergi berburu mereka bernyanyi expresi heroic atau kisah yang menyedihkan. Alunan suara dari lagu itu mendorong mereka dalam bekerja, alat-lat musik yang mengiringi lagu disebut Pikon. Sepanjang perjalanan berburu. Pikon diselipkan kedalam lubang yang besar dikuping telinga mereka. Dengan Pikon tanda isyarat dapat dikirim dengan berbagai suara yang berbeda selama berburu untuk memberi isyarat kepada teman atau lawan di dalam hutan. Berbeda warga memiliki suara Pikon, hanya dapat dikenal didalam suku mereka sendiri.

  • AGAMA

    Penduduk di daerah Jayawijaya sebagian besar Pemeluk agama Kristen dan lainnya agama Islam, tetapi beberapa penduduk yang berada di tempat yang lebih terpencil di daerah bukit-bukit masih berpegang teguh kepada kepercayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.

    TRANSPORTASI

    Kabupaten Jayawijaya terhitung yang paling berada di pedalaman Papua maka sarana perhubungan yang ke ibukota Wamena dan kecamatan-kecamatan lainnya di daerah pedalaman Jayawijaya adalah lewat transportasi udara. Lapangan terbang yang utama terletak di kota Wamena dan memiliki jalur rutin yang setiap hari didarati dengan pesawat terbang seperti Merpati Airlines, Trigana Airlines, dan beberapa jenis pesawat setiap hari 3-4 kali penerbangan dari Jayapura (Airport Sentani) pulang pergi. Beberapa kota kecamatan di daerah ini dihubungkan dengan jalan darat dan ada kendaraan seperti taksi-taksi umum yang beroperasi bahkan beberapa mini bus yang diperuntukkan bagi kepentingan para wisatawan.

    TEMPAT-TEMPAT MENARIK

    DEMONTRASI PERANG-PERANGAN

    Demontrasi perang- perangan ini merupakan suatu atraksi yang digelar oleh suku-suku di Wamena menyongsong hari besar 17 Agustus yang ditetapkan sebagai Event Pariwisata setiap tahun. walaupun event ini tidak sebesar sebelum-nya, namun sampai dengan saat ini masih tetap diselenggarakan.

    Demontrasi perang-perangan ini bercorak budaya yang diturunkan dari nenek moyang mereka dan ini menunjukkan bahwa perang suku yang terjadi antara suku-suku di Wamena disebabkan karena suku yang satu dianggap melanggar masuk batas daerah kekuasaan suku yang lain atau karena masalah perempuan juga masalah babi dan masalah-masalah kecil lainnya.

    Mumi ini adalah murni seorang Panglima perang yang bernama Werafak Elosak yang meninggal dunia 350 tahun yang lalu, jenazahnya diawetkan secara tradisional. Desa Aikima kecamatan Krulu 8 km dari kota Wamena dan dapat dicapai dengan kenda-raan selama 15 menit. Selain mumi di Aikima, ada juga beberapa Mumi yang diawetkan secara tradisional seperti di Desa Yiwika Kecamatan Krulu Mumi Pumo di Desa Aroboda Kecamtan Asologima dan Mumi Aggruk di Desa Ubahak.

    JEMBATAN GANTUNG KALI BALIEM

    Jembatan ini pertama kali dibuat dengan cara tradisional oleh masyarakat setempat dengan bahan tali rotan kini dimodifikasi dengan bahan yang dibuat dari kawat baja, merupakan jembatan penyeberangan bagi masyarakat di bagian utara Sungai Baliem.Jembatan ini terletak di Desa Wesaput 2 km dari Kota Wamena dan dapat dicapai dengan kendaraan. Panjang jembatan ini 90 meter.

    PATUNG HUKUMIAREK

  • Patung Hukuiarek dijadikan sebagai patung perdamaian. Hukumiarek adalah nama salah satu Kepala Suku di Wamena yang menjadi korban akibat perang suku. Patung ini dibangun untuk mengingatkan kepada masyarakat Wamena agar tidak terjadi lagi perang suku antara sesama suku serta memohon untuk senantiasa menjaga dan memelihara perdamaian.

    MUSEUM PILAMO

    Museum ini dibangun oleh pemerintahan daerah Kabupaten Jayawijaya untuk menyimpan benda-benda budaya seperti; alat- alat perang dari suku-suku di Wamena yang disebut Awarek dan benda-benda lainnya. Pilamo dibangun dengan bentuk tradisional (benuk honay) di Desa Wesaput tidak jauh dari kota Wamena dan dapat dijangkau dengan semua jenis kendaraan.

    RUMAH TRADISIONAL

    Ini adalah sebuah p e r k a m p u n g an tradisional di Wamena dengan rumah-rumah yang dibuat bernbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibuat dari kayu tanpa jendela.Rumah seperi ini disebut Honelamo dengan bahasa daerah.

    GOA KONTILOLA

    Sebuah kota terbentuk secara alami, terdapat stalaknit dan stalaktif dan di bagian dalamnya terdapat aliran anak sungai, berlokasi 22 km dari Kota Wamena dan dapat dicapai dengan semua jenis kendaraan.