190 - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112049_bab5.pdf193 LAMPIRAN I...
Transcript of 190 - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112049_bab5.pdf193 LAMPIRAN I...
190
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Prastowo. 2011. Metode Penelitian Kualitatf dalam Prespektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Az-Ruzz Media.
Budianta, Melani, dkk. 2006. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra
Untuk Perguruan Tinggi). Magelang: Indonesia Tera
Davidoff, Linda L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta. Erlangga
Efendi, Usman dan Juhaya S. Praja. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung :
Angkasa.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Faruk, 2010. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post
Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Jaya
Hall, Calvin S dan Gardner Lindzey. 1996. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).
Yogyakarta: Kanisius.
Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Hutomo, Suripan S. 1987. Telaah Kesusastraan Jawa Modern. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pembembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Minderop, Albertina. 2013. Psikologi Sastra : Karya Sastra, Metode, teori dan
Contoh Kasus.Jakarta: Yayasan Pusaka Obor Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2010. Teori Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Olson, Matthew H dan B.R. Hargenhahn. 2013. Pengantar Teori Kepribadian.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Pradopo, Rachmad D. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purwanto, Ngalim.M. 1986. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:
remaja Karya
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Asia Barat.
191
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Semi, Atar. 1993. Metode penelitian Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujanto, Agus. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Kepribadian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
, 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: FBS.
Sutopo, H.B. 2003. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar Teoritis dan
penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi/Tugas Akhir. Surakarta:
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Press.
Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT.
Gramedia.
Yusuf LN, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
192
LAMPIRAN
193
LAMPIRAN I
SINOPSIS NOVEL ALUN SAMUDRA RASA
KARYA ARDINI PANGASTUTI BN
Intan adalah ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Semarang. Intan
tinggal di perumahan elit yaitu perumahan Mugas Permai dan memiliki satu orang
anak yang bernama Sekar Melur. Intan bekerja di perusahan ekspor impor alat-
alat olah raga, Intan juga merupakan tangan kanan Mr.Tanaka bos perusahaan.
Intan sering menghadapi masalah-masalah dalam perusahaan seperti menghadapi
karyawan yang demo meminta untuk naik gaji dan menghadapi wartawan tanpa
surat kabar yang berniat buruk. Intan pernah diberi mobil oleh Mr.Tanaka tetapi
Intan menolaknya karena Intan masih memikirkan perasaan Bregas suaminya.
Suatu hari Mr.Tanaka akan pulang ke Jepang dan menitipkan mobilnya kepada
Intan, Intan tidak dapat menolak permintaan bosnya tersebut. Oleh karena itu
Intan akhirnya membawa mobil Mr.tanaka pulang kerumah. Pada saat yang sama
Bregas juga pulang membawa mobil perusahaan, Bregas kaget melihat garasi
mobil sudah ada mobil yaris warna merah. Hal tersebut membuat Bregas curiga,
cemburu dan menuduh Intan mempunyai hubungan yang khusus dengan bosnya.
Pertengkaran sudah tidak bisa dihindari, Bregas sudah tidak bisa mengendalikan
emosinya sehingga Bregas bersikap kasar hingga berani menampar Intan.
Bregas pergi kesebuah cafe setelah bertengkar dengan Intan, sementara
Intan masih menangis didalam kamarnya dan memegang pipinya yang baru saja
ditampar oleh Bregas. Intan tidak mau menangis didepan Bregas sehingga
matanya terlihat bengkak karena terlalu lama menahan tangis. Intan tiba-tiba
194
kangen dengan kedua orang tuanya di Yogyakarta, sudah lebih dari tiga bulan
Intan tidak menjenguk kedua orang tuanya. Intan merasa mempunyai kekuatan
baru untuk menghadapi masalahnya. Intan kemudian pergi ke dapur untuk
mengompres pipinya agar tidak lebam. Setelah Mr. Tanaka kembali dari Jepang
Intan ingin mengambil cuti selama satu minggu untuk menjenguk orang tuanya di
Yogyakarta.
Pak Surtana dan Bu Surtana terkejut melihat anaknya datang tidak dengan
suaminya, Bu Surtana sudah mengira pasti ada masalah dengan rumah tangga
anaknya. setelah makan malam Intan di pojokkan oleh orang tuanya kenapa ke
Yogyakarta tidak dengan suami, Intan dipaksa cerita oleh kedua orang tuanya,
sementara Intan sendiri tidak mau bercerita dengan jujur tentang masalahnya,
Intan tidak ingin membebani orang tuanya, ia takut kalau ia bercerita akan
menjadi beban pikiran kedua orang tuanya. Intan lebih leluasa dengan ibunya,
Intan bercerita kepada ibunya tentang masalah yang sedang dihadapi dengan
Bregas, tetapi Intan tidak bercerita bahwa Bregas telah melakukan KDRT kepada
dirinya. Bu Surtana sendiri masih berfikir positif kepada Bregas bahwa Bregas
cemburu itu menandakan bahwa dia sayang kepada Intan.
Lima hari berada di Yogyakarta membuat Intan merasa bosan. Sementara
Sekar Melur setiap hari selalu pergi jalan-jalan dengan Bu Surtana. Setelah cukup
lama duduk di teras rumah Intan beranjak ke dapur untuk mencari cemilan,
ternyata cemilan yang menjadi kesukaan Intan habis. Intan memutuskan untuk
pergi membeli cemilan, pada saat melewati Gramedia entah kenapa tiba-tiba Intan
ingin mencari buku di sana. Intan langsung menuju kelantai dua, saat melewati
rak-rak buku filsafat Intan menangkap sosok yang tidak ingin ditemuinya, Intan
195
ingin kembali tetapi sudah telat sosok itu sudah terlebih dahulu melihatnya dan
menyapa dirinya. Sosok itu tidak lain adalah Pramudita. Pertemuannya dengan
Pramudita membuat intan berfikir bahwa pertemuannya dengan Bregas
merupakan suatu kesalahan. Sampai malam rasa salah itu masih menghantuinya.
Pada saat itu Sekar Melur tidur dengan Bu Surtana sehingga anak kecil itu tidak
mengetahui kesedihannya. Kenangan masa lalu datang silih berganti dan wajah
Bregas dan Peamudita juga datang silih berganti.
Pertemuannya dengan Bregas merupakan suatu kesalahan karena Intan
menilai orang berdasarkan tampian tidak meneliti lebih jauh apa isinya juga bagus
seperti tambilan luarnya. Intan menyadari bahwa ini kesalahannya sudah
semestinya kalau ia harus menanggung resikonya. Niatnya sudah bulat tidak ingin
mlibatkan kedua orang tuanya dalam masalah rumah tangganya. Selama berada
diyogyakarta Bregas tidak menghubungi Intan sama sekali dan pada saat Bu
Surtana bertanya kepada Intan apakah Bregas sudah menghubungi Intan, Intan
bingung harus menjawab apa kepada ibunya. Pak Surtana semakin yakin bahwa
sedang ada masalah yang serius yang sedang dihadapi oleh anak perempuanya
tersebut. Bu Surtana memaksa Intan untuk jujur kepadanya. Intan akhirnya
berkata jujur kepada kedua orang tuanya tetapi tidak bercerita bahwa Bregas telah
melakukan KDRT kepada dirinya, karena Intan msih menghormati Bregas sebagai
suaminya.
Bu Surtana meminta kepada Intan agar Sekar Melur dan Mona tetap
berada di Yogyakarta dengan tujuan supaya Intan lebih leluasa untuk
menyelasaikan masalahnya dengan Bregas. Tiga hari berada dirumah sendirian
tiba-tiba Bregas pulang kerja dan langsung bertanya kepada Intan kenapa Sekar
196
ditinggal di Yogyakarta, Bregas kemudian menuduh kepada Intan bahwa dengan
keberadaan Sekar yang jauh dengan Intan membuat Intan bebas untuk pergi
dengan laki-laki lain dan menuduh Intan selama di Yogyakarta berkencan dengan
siapa saja. Intan marah dan langsung menampar Bregas. Bregas mengelus-elus
pipinya yang tertampar Intan. Bregas tetap memojokkan Intan dan menduh Intan
berkencan dengan siapa saja. Intan sudah sangat marah dan menjawab pertanyaan
Bregas dengan sangat sadis. Intan mejawab bahwa di Yogyakarta dia berkencang
dengan siapa saja yang mau denganku. Bregas langsung menapar Intan dan
berkata kasar kepada Intan. Intan merasakan sakit tetapi Intan tidak ingin
menangis didepan Bregas, karena Intan tidak ingin menujukkan kelemahannya di
depan suaminya.
Rasanya Intan sudah tidak punya keinginan lagi untuk melanjutkan
pernikahannya dengan Bregas. Sudah terlalu banyak air mata yang menetes untuk
mempertahankan pernikahan ini. Intan tidak ingin menumpahkan air matanya
lebih banyak lagu jadi sekarang tekadnya sudah bulat. Semuanya memang harus
segera diakhiri. Sebenarnya Intan tidak berfikir demikian, walaupun niat untuk
berbisah memah sudah ada tetapi dirinya masih ingin memberikan kesempatan
kepada Bregas untuk berubah, demi anak yang sangat disayangi. Tetapi setelah
menghadapi kenyataan yang baru saja dialaminya, sepertinya suaminya sulit
diharapkan untuk berubah.
Intan tidak mau bercerita kepada orang tuanya tentang rumah tangganya
yang semakin rapuh dan sulit kalai tetap dipertahankan. Keinginannya semuanya
akan dihadapi sendiri karena apa yang terjadi itu akibat dari kesalahannya.
Dirinya memang salah didalam memilih pasangan hidup. Dulu Intan tidak
197
menyadari, dengan berjalannya waktu Intan baru menyadari bahwa Bregas
memang bukan laki-laki yang tepat untuknya. Sekarang setelah dipikir-pikir dan
ditimbang-tmbang, dengan berat hati akhirnya Intan terpaksa berkata terus terang
kepada orang tuanya, dari pada tidak bilang dari awal dan tiba-tiba sudah terjadi
perpisahan orang tuanya malah terkejut.
Perpisahan memang sudah tidak bisa di hindari lagi, walaupun harus
melewati proses yang panjang dan sidang pengadilan yang rumit. Mulai Bregas
tidak mau mencerai Intan dengan alasan masih cinta, sementara Intan sendiri juga
tidak mau terus terang masalah KDRT yang sering dialami didalam rumah
tangganya. Intan masih menjaga perasaannya Bregas, Bagaimanapun Bregas
masih ayahnya Sekar Melur. Bregas mungkin merupakan type orang yang egois.
Bregas malah mengumbar emosi dan didepan hakim agama dan menuduh Intan
selingkuh dan mengatakan bahwa Intan meminta untuk bercerai karena ingin
bebas dengan laki-laki yang menjadi selingkuhannya. Menghadapi kenyataan
seperti itu Intan terpaksa Intan terus terang berkata kepada hakim yang menyidang
perkaranya bahwa Intan meminta bercerai karena sudah tidak tahan meghadapi
suaminya yang sering mabuk dan kasar. Bregas tidak mengakuinya. Sidang
diundur lagi. Akhirnya Intan terpaksa menggunakan jasa pengacara, akhirnya
gugatan cerai tersebut dikabulkan , karena Sekar Melur masih kecil atau balita
ahkirnya hak asuh diserahkan kepada Intan sampai nanti anaknya cukup umur.
Tetapi ayahnya masih mempunyai hak untuk menjenguk.
Resmi bercerai dengan Bregas, Bu Surtana meminta Intan untuk kembali
tinggal di Yogyakarta karena Bu Surtana khawatir jika Intan tetap tinggal di
Semarang nanti Bregas bisa datang kapan saja dan membuat ulah. Begitupun Pak
198
Surtana yang juga khawatir dengan keadaan Intan. Intan tidak langsung memberi
jawaban, karena Intan masih memikirkan bagaimana pekerjaannya nanti jika ia
kembali ke Yogyakarta, sedangkan posisinya di perusahaan yang sangat penting.
Besuk Intan langsung menemui Mr.tanaka dan berkata terus terang bahwa ia akan
mengundurkan diri. Mr. Tanaka tidak langsung memberi jawaban, sebenarnya
Mr.tanaka berat hati jika harus kehilangan karyawan seperti Intan, tetapi
bagaimanapun keselamatan Intan lebih penting.
Satu bulan setelah resmi berpisah dengan Bregas, Intan akan memulai
aktivitasnya, intan akan mengikuti seminar Peluang dipariwisata dan Ekonomi
Kreatif, disebuah hotel bintang empat, setelah difikir-fikir kemungkinan Intan
akan bergabung di bidang ekonomi kreatif, karena Yogyakarta bukan kota indutri
tidak banyak perusahaan PMA seperti di Semarang, kebanyakan perusahaan milik
perorangan. Sebelum pergi ke seminar Intan sudah menghubungi teman SMA nya
dulu yaitu Astri. Tidak sengaja disana Intan kembali bertemu dengan Pramudita.
Intan bercerita kepada Pramudita bahwa ia ingin mendirikan usaha di Yogyakarta.
Pada akhirnya Pramudita mempunyai ide untuk usaha Intan yaitu galery yang
menjual kerajinan, batik, lukisan dan lain-lain, tetapi membutuhkan modal yang
besar. Menurut Pram modal tidak teralu menjadi masalah untuk Intan. Sebelum
memulai usahanya, Intan terlebih dahulu survey tempat yang cocok untuk bisnis
di ekonomi kreatif khususnya dengan barang-barang seni.
Persiapan untuk pembukaan art shop akhirnya selesai dan resmi dibuka,
dengan mengusung konsep tradisional modern. Galery yang diberi nama art
galery IP. Singkatan IP itu maknanya bisa menjadi dua yaitu, singkatan dari Intan
Purnami atau Intan Pramudita. Tetapi Intan lebih memilih ke Intan dan Pramudita,
199
karena sebagai ucapak terimakasih kepada Pram karena toko dan galeri lukisan itu
karena idenya Pram, alasan kedua karena didalam hatinya Intan masih menyimpan
rasa kepada Pramudita, walaupun dirinya sadar bahwa tidak mungkin menjadi
kenyataan. Sebab Intan sadar kepada posisinya ekarang dan posisi Pramudita.
Intan menyadari bahwa hubungannya dengan Pramudita hanya sekedar
rekan kerja saja, walaupun Intan masih memendam rasa cinta kepada Pramudita
tetapi Intan tidak akan melanggar pagar ayu. Intan mengerti akan posisi mereka
berdua. Setelah beberapa bulan tidak bertemu dengan Bregas, tiba-tiba Bregas
muncul di galeri Intan dengan alasan untuk bertemu dengan Sekar Melur. Sejak
hari itu Bregas tidak pernah muncul lagi didepannya. Sampai suatu hari Bregas
kembali datang ke galeri Intan dan meminta Intan untuk kembali bersama dengan
Bregas, jika Intan tidak mau Bregas mengancam akan menculik Sekar Melur. Hal
tersebut membuat Intan tidak tenang. Ia bingung akan bercerita dengan siapa.
Astri sudah tidak bisa memberikan solusi didalam masalahnya, salah satunya
hanya Pramudita yang dapat membantunya. Akhirnya Intan dan Pramudita bergi
ke Nglanggeran untuk bercerita disana. Setelah kembali dari Nglanggeran rumah
terlihat sepi. Intan tidak langsung masuk kedalam rumahnya, ia duduk termenung
dibangku taman, mengingat kenangan-kenangan yang datang silih berganti,
beraneka ragam peristiwa indah ketika msih berjalan bersama Pramudita
kemudian keindahan yang berbeda ketika bersama Bregas menyisakan luka dihati.
Siang itu Intan kedatangan tamu perempuan yang cantik, memaki sepatu
hak tinggi, tas kulit Impor bermerk terkenal, rok sutra motif bunga. Ternyata itu
adalah Ines istri Pamudita. Intan kaget mengetahui bahwa yang datang adalah istri
Pram. Ines marah-marah kepada Intan dan berkata kasar kepada Intan. Intan tidak
200
bisa sabar menghadapi sikap Ines yang seperti itu. Intan kecewa kenapa tidak
berbicara baik-baik dengannya. Intan sadar dan bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya, Intan sudah berani bermain api Intan juga harus bertanggung
jawab atas perbuatannya. Sebenarnya tanpa harus dikata-katakan seperti itu Intan
sudah mempunyai keinginan untuk mengakhiri hubungannya dengan Pramudita.
201
LAMPIRAN II
RIWAYAT HIDUP PENGARANG
Ardini Pangastuti merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang
berusaha melestarikan budaya Jawa melalui sebuah karya sastra. Beliau
merupakan salah satu pengarang sastra Jawa senior yang produktif hingga saat
ini. Ardini Pangastuti lahir di Tulungagung, Jawa Timur 16 November 1960 dan
merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Ardini Pangastuti menamatkan
pendidikan TK, SD, SMP serta SLTA di Tulungagung.
Ardini Pangastuti memulai menulis di media sejak SLTA, untuk sebuah
cerita remaja di penerbitan Jakarta. Sejak itu Ardini Pangastuti banyak menulis
karya-karya sastra dalam bentuk Bahasa Indonesia. Pada tahun 1986 beliau mulai
aktif menulis karya sastra berbahasa Jawa. Karya pertamanya berupa cerkak
dengan judul Diary Biru yang dimuat di majalah Jaya Baya, semenjak itu Ardini
Pangastuti memutuskan untuk memantapkan diri sebagai penulis sastra Jawa
dengan alasan adanya rasa nyaman serta banyak teman-teman dalam dunia sastra
Jawa. Terlebih ketika beliau aktif di sanggar sastra Jawa Triwida, di Tulungagung.
Disana beliau bertemu dengan pengarang-pengarang senior salah satunya Tamsir
AS.
Pada tahun 1989 Ardini Pangastuti menetap di Yogyakarta. Di
Yogyakarta beliau satu kantor dengan pengarang-pengarang senior seperti Suparto
Brata, Arswendo Atmowiloto, J.F.X. Hoery, dan lain-lain. Di Yogyakarta pula
Ardini Pangastuti menikah dengan Banuarli Ambardi pada awal tahun 1991 yang
berprofesi sebagai ilustrator/ seniman. Pernikahannya dengan Banuarli Ambardi
202
dikaruniai seorang putri yang diberi nama Isanatungga Banuputri yang saat ini
berusia 14 tahun sekolah kelas 2 SMP di Yogyakarta. Oleh karena itu dalam
identitas karyanya, Ardini Pangastuti sering mencantumkan huruf Bn yang berarti
Banuarli, nama suaminya. Beliau juga sering menggunakan nama putrinya
sebagai identitas karyanya. Saat ini Ardini Pangastuti bersama suami dan putrinya
tinggal di kota Yogyakarta, tepatnya di perumahan Bangun Griya Sentosa H4,
Sribitan, Bangun Jiwa, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Ardini Pangastuti pernah menjabat sebagai redaktur di majalah Praba
pada tahun 1989-1990. Pada tahun 1993-1996 dipercaya menjadi redaktur di
tabloit Jawa Anyar. Pernah juga menjadi pemimpin redaksi di majalah Jawa
Nilakandhi, namun hanya bertahan dua tahun (2005-2007). Fakum 2 tahun,
kemudian beliau dipercaya menjabat sebagai redaktur di majalah berbahasa Jawa
Djaka Lodang pada tahun 2009-2013. Awal tahun 2008 hingga sekarang, Ardini
Pangastuti bersama dengan A.Y. Suharyono, Margaretha Widhi Pratiwi, Suwardi
Endraswara, Krishna Miharja, dan seluruh staff mengurus majalah Pagagan,
majalah sastra berbahasa Jawa yang bertujuan untuk meningkatkan potensi
generasi muda yang senang berkarya sastra khususnya Jawa. Selain itu beliau juga
aktif di SSJY (Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta) hingga sekarang.
Hasil Karya Sastra Ardini Pangastuti:
a. Karya sastra yang berupa novel, yaitu:
1. Bumerang “Bumerang” (Surabaya: Bina Ilmu, 1991)
2. Nalika Prau Gonjing “Ketika Perahu Miring” (Semarang: Adhigama,
1993)
3. Lintang “Lintang (nama tokoh)” (Semarang: Adhigama, 1997)
203
4. Alun Samudra Rasa “Gelombang Samudra Rasa” (Yogyakarta:
Surya Samudra, 2015)
b. Karya sastra yang berupa cerbung, yaitu:
1. Kesrimpet Jaring Sutra “Terjerat Jala Sutera” (Mekar Sari)
2. Anggraini “Anggraini (nama tokoh)” (Mekar Sari)
3. Isih Ana Dina Esuk “Masih Ada Hari Esok” (Djaka Lodang, 1987)
4. Langit Perak Ing Ndhuwur Nusa Dua “Langit Perak Di Atas Nusa
Dua” (Djaka Lodang, 1989)
5. Tangis Biru “Tangisan Kebahagiaan” (Djaka Lodang, 2010)
6. Rembulan Wungu “Rembulan Ungu” (Djaka Lodang, 2011)
7. Kidung Sukma Larasing Jiwa “Nyanyian Sukma Selaras Jiwa”
(Djaka Lodang, 2012)
8. Lintang-Lintang Dadi Seksi “Bintang-Bintang Menjadi Saksi”
(Djaka Lodang, 2013)
9. Pilihan “Pilihan” (Jaya Baya, 2013)
c. Karya sastra yang berupa cerkak, yaitu:
1. Bos “Bos” (Jawa Anyar)
2. Amung Raga “Hanya Tubuh” (Djaka Lodang)
3. Surti “Surti (nama tokoh)” (Mekar Sari)
4. Edan “Gila” (Mekar Sari)
5. Tobat “Taubat” (Mekar Sari)
6. Pasrah Lan Sumur Gumulung “Pasrah dan Sumur Artetis” (Pagagan)
7. Ibu “Ibu” (Panjebar Semangat, 2013)
8. Nalika Lampu Mati “Ketika Lampu Mati” (Jaya Baya)
204
9. Merpati Sing Kelangan Swiwi “Merpati yang Kehilangan Sayap”
(Jaya Baya, 2007)
10. Dll.
d. Karya sastra yang berupa antologi, yaitu:
1. Antologi Cerkak Nalika Srengenge Durung Angslup “Ketika
Matahari Belum Terbenam” (Yayasan Adhigama, 1996)
2. Antologi Cerkak Pralambang “Perlambang” (dalam proses
penerbitan)
3. Antologi Geguritan Kidung Jaman “Nyanyian Zaman” (Semarang:
Adhigama, 1997)
e. Karya sastra yang berupa antologi bersama, yaitu:
1. Antologi Crita Cekak lan Geguritan Pasewakan “Tempat Pertemuan
Agung” (Konggres Sastra Jawa III Bojonegoro, 2011)
2. Antologi Geguritan Sesotya Prabangkara Ing Langit Ngayogya
“Bintang Tersebar Di Langit Ngayogya” (Pesan Trend Budaya Ilmu
Giri Yogyakarta, 2014)
3. Antologi Geguritan Cahyaning Jagad “Cahaya Semesta” (Dinas
Kebudayaan Yogyakarta, 2014)
4. Dll.
205
LAMPIRAN III
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
WAWANCARA
1. Bagaimana riwayat hidup ibu ditambah dengan riwayat organisasi,
pendidikan dan pekerjaan?
Jawaban:
Nama saya Ardini Pangastuti. Nama samaran, Eva Rahmawati, Astuti,
Ambarwati, Sawitri dan Isanatungga. Tempat tanggal lahir Tulungagung 16
November 1960. Nama Suami Banuarli Ambardi, seorang komikus dan
illustrator juga penyair dalam Bahasa Indonesia. Nama anak saya Isanatungga
Banuputri. Pendidikan formal SLTA (SMEA N Tulungagung, th 79/80).
Pekerjaan saya pensiunan redaktur di Djaka Lodang, saat ini sebagai ibu
rumah tangga dan penulis.
2. Bagaimana latar belakang kepengarangan ibu yang meliputi sejak kapan
mulai mengarang, bentuk tulisan apa saja yang pernah dibuat?
Jawaban:
Mulai menulis sejak SMP berupa puisi, SMA mulai menulis cerpen dan
dimuat di penerbitan Jakarta (koran Swadesi). Mulai menulis inten dalam
bahasa Jawa sejak tahun 1986. Cerkak pertama dimuat di Jaya Baya dengan
judul Diary Biru. Setelah itu menyusul karya-karya selanjutnya di majalah
berbahasa Jawa lainnya seperti Panyebar Semangat, Jaya Baya, Mekar sari
dan Djaka lodang. Selain menulis dalam bahasa Jawa juga masih menulis
dalam Bahasa Indonesia untuk media Jakarta, Semarang dan Surabaya. Ada
tiga buku yang telah terbit dalam bahasa Indonesia. Judulnya ; Geram bukit
Batu Tameng, Jejak-jejak batu tua dan pijar-pijar harapan. Tahun 1986, saya
resmi menjadi anggota TRIWIDA, organisasi pengarang untuk wilayah
Tulungagung dan sekitarnya. Tahun 1989 saya pindah ke Yogyakarta untuk
mengelola sebuah majalah berbahasa Jawa yaitu “Praba”, saya menduduki
posisi sebagai redaktur budaya. Tahun 1991 saya menikah dan mengikuti
suami yang bekerja sebagai ilustrator di Wawasan, Koran sore yang
diterbitkan Suara Merdeka. Tahun 1992-1995 bekerja sebagai Redaktur di
Tabloid “Jawa Anyar” Solo. Tahun 1996 kembali ke Yogyakarta dan bergiat
di Sanggar sastra Jawa Yogyakarta sampai sekarang. Tahun 2005 – 2007
206
bersama beberapa seniman dan budayawan di Yogyakarta mendirikan
Majalah Kabudayan Jawa “Jawa Nilakandi” dan saya didaulat menjadi
pemimpin redaksi. Tahun 2008, Majalah Jawa Nilakandi vakum karena
keterbatasan dana, maklum NK adalah sebuah proyek idialis, untuk bisa
menjadi majalah komersial hasilnya belum seperti yang diinginkan.
Menjelang akhir tahun 2008 saya ditarik membantu di Djaka Lodang untuk
menggawangi rublik budaya (meliputi artikel-artikel tentang kebudayaan,
cerkak, geguritan, crita rakyat, wacan bocah dan cerbung). Mengundurkan
diri tahun 2013 karena lebih suka merdeka sebagai penulis.
Sebagai redaktur dan pemimpin redaksi tentu saja saya memang harus
mempelajari dan menguasai banyak hal terutama yang berkaitan dengan
kebudayaan. Tuntutan profesi mengharuskan saya untuk bisa menulis mulai
dari tulisan untuk kata pengantar redaksi, opini, karya jurnalistik (biasanya
saya terlibat dalam liputan budaya dan liputan khusus), tulisan-tulisan tentang
kebudayaan, resensi buku, karya sastra mulai dari geguritan, cerkak, cerita
anak (dongeng lan wacah bocah), cerita rakyat dan cerita sambung (novel). Di
luar itu, saya juga menulis artikel lain terutama yang berkaitan dengan dunia
wanita, psikologi dan pendidikan anak (yang terakhir ini untuk samben, cari
penghasilan tambahan).
3. Sejak kapan novel Alun Samudra Rasa ini ditulis?
Jawaban:
Novel Alun Samudra Rasa saya tulis pada tahun 2013 sudah mendekati
bulan-bulan akhir dan diterbitkan oleh Surya Samudra pada tahun 2015. Jadi
rencananya mau saya kirimkan ke PS tapi kok terlalu panjang, nanti kasihan
yang antri jadi diterbitkan sebagai buku.
4. Mengapa diberi judul Alun Samudra Rasa?
Jawaban :
Alun kan ibarat pergulatan batin dari tokoh, pergulatan batin yang sangat
hebat hebat di samudra rasa atau hati.
5. Apa makna harfiah dari judul Alun Samudra Rasa?
Jawaban :
Gelombang rasa yang menghempas didalam samudranya rasa. itu terjabar
dalam saat-saat terakhir. Dalam samudra rasa kan pucuk-pucuk alun itu ibarat
percikan-percikan permasalahan, percikan yang rasa yang beraneka rasa yang
seperti itu.
207
6. Apa makna simbolis dari judul Alun Samudra Rasa?
Jawaban:
Kalau itu hak bagi pembaca untuk menafsirkannya. Karena setiap biasanya
mempunyai persepsi sendiri-sendiri dalam memaknainya. Jadi pengarang
menyerahkan pada pembaca berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.
7. Didalam novel Alun Samudra Rasa ini terdapat geguritan disetiap sub
babnya, apa tujuannya geguritan tersebut?
Jawaban :
Satu hal menunjukkan bahwa ini karya sastra baru, dalam bahasa jawa itu
kan novel-novel jawa belum ada, saya juga mencoba, saya hadirkan geguritan
untuk menyelami lebih jauh. Mungkin disentuh dengan rasa, dengan
geguritan mungkin rasanya lebih menyentuh, dalam bahasa jawa kan belum
ada, saya menghadirkan itu.
8. Mengapa novel Alun Samudra Rasa diberi identitas Ardini Pangastuti Bn?
Apa arti huruf “Bn”?
Jawaban :
Bn itu kepanjangan dari suami saya, Banuarli Ambardi. Bagaimanapun saya
juga menghormati suami saya. Dalam hal-hal tertentu saya juga konsultasi,
paling tidak pembaca pertama saya iru suami saya. Mungkin ada kritik ada
saran.
9. Apa yang melatar belakangi ibu dalam penulisan novel Aun Samudra Rasa?
Jawaban :
Latar belakang khusus itu tidak ada, kebetulan ada sebuah kisah kok menarik
kalau saya kembangkan. Dipicu oleh kisah seorang teman, cinta yang tiada
berujung akhrinya. Kalau dikembangkan dalam bentuk novel sepertinya
bagus. Satu hal kan juga artinya kisah-kisah itu juga ada yang menginspirasi,
walaupun getir masih terdapat mutiara-mutiara yang mungkin orang lain juga
perlu untuk merasakan mutiara itu seperti apa. Walupun ceritanya tidak persis
seperti itu, harus ada bumbu.
208
10. Adakah hubungannya antara novel Alun Samudra Rasa ini dengan kenyataan
hidup ibu?
Jawaban :
Tidak ada
11. Novel Alun Samudra Rasa merupakan karya yang keberapa?
Jawaban :
Mungkin itu karya yang ke delapan. Dalam wujud buku itu karya ke empat.
Novel pertama Bumerang, nalika prau gonjing, lintang, baru Alun Samudra
Rasa.
12. Siapakan tokoh utama dalam novel Alun Samudra Rasa?
Jawaban :
Intan
13. Mengapa ibu memerankan tokoh utama perempuan dalam novel Alun
Samudra Rasa?
Jawaban :
Pertama, karena saya perempuan. Kedua, saya menyelami perempuan lebih
mudah dari pada menyelami laki-laki. Saya tahu rasa perempuan itu seperti
apa, jadi kadang-kadang saya menulis itu juga membayangkan dalam keadaan
sakit seperti apa dalam keadaan senang itu seperti apa. Jadi mungkin saya
lebih bisa menyelami
14. Apa amanat atau peasan yang ingin disampaikan melalui novel Alun Samudra
Rasa?
Jawaban :
Sebagai sastrawan. Sastra itu bisa dinikmati oleh semua kalangan dan sastra
itu betapun bisa menghaluskan rasa. Jadi saya menghadirkan alun samudra
rasa itu kan tokoh perempuan. Seorang perempuan itu betapapun
permasalahan menghantam dan sebagainya itu tetep harus tegar sebagai
seorang perempuan, dia kan punya kewajiban mengurus seorang anak dan
lain-lain. Pokoknya wanita itu harus tegar apapun yang terjadi. Dia tidak
209
boleh kehilangan jati dirinya, tidak boleh kehilangan nuraninya. Nurani itu
harus tetap menjadi pedoman. Nurani itu harus tetap menyala dalam keadaan
apapun. Kalau orang berpedoman pada nurani, kita tetap bisa melangkah
dijalan yang lurus tidak tergiur oleh apapun.
15. Sebagai seorang sastrawan, apa harapan ibu untuk perkembangan dunia sastra
khususnya sastra jawa?
Jawaban :
Harapan sebagai penarang jawa, saya berharap sastra jawa bisa diterima oleh
semua kalangan, terutama generasi muda bisa membaca, sastra jawa zaman
sekarang itu tetap memiliki keindahan kalau dibandingkan dulu memang
berbeda, zaman bergeser tetapi tetap memiliki keindahannya sendiri.
210
(Foto Bersama Pengarang Ardini Pangastuti Bn)