19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

24
MENAKAR KONTRIBUSI BUMN TERHADAP APBN Ditulis oleh : IMAM WAHYUDI 2-X AKUNTANSI NIM 103060017407

Transcript of 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Page 1: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

MENAKAR KONTRIBUSI BUMN

TERHADAP APBN

Ditulis oleh :

IMAM WAHYUDI

2-X AKUNTANSI

NIM 103060017407

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2012

i

Page 2: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

ABSTRAKSI

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

BUMN terhadap keuangan negara. Pada awal pembahasan karya tulis ini akan

dijelaskan dasar hukum, pengertian, maksud dan tujuan pendirian BUMN serta

sejarah BUMN. Penelitian ini diawali dengan menghitung jumlah penerimaan negara

yang berasal dari pajak BUMN, privatisasi, dan dividen BUMN untuk pemerintah.

Selain itu, juga akan dijelaskan pengeluaran negara kepada BUMN berupa subsidi,

pinjaman, dan Penyertaan Modal Negara (PMN). Data-data mengenai aset, dan laba

BUMN tiap tahunnya juga digunakan dalam analisis ini untuk mengetahui Return on

Assets (ROA) BUMN. Data-data yang digunakan adalah data pada tahun 2004-2011.

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah melihat posisi transaksi fiskal dengan BUMN

yang diambil dari analisis grafik.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata return on assets BUMN tiap

tahunnya berada di kisaran 3 persen. Sedangkan posisi transaksi fiskal dengan

BUMN selalu mengalami defisit setiap tahunnya. Hal itu diakibatkan karena

pengeluaran negara kepada BUMN lebih besar daripada penerimaan negara yang

berasal dari BUMN.

ii

Page 3: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan karya

tulis ini yang yang berjudul “MENAKAR KONTRIBUSI BUMN TERHADAP APBN”.

Karya tulis ini berisi informasi tentang Badan Usaha Milik Negara, baik kinerja

maupun kontribusinya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

tentang kontribusi BUMN terhadap APBN.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis

harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan karya tulis ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Tangerang, 27 Mei 2012

Imam Wahyudi

iii

Page 4: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

ABSTRAKSI ......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1

1.3 Tujuan...................................................................................................... 1

II. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

2.1 Dasar Hukum ........................................................................................ 2

2.2 BUMN Sebagai Perusahaan Negara .................................................... 2

2.2.1 Pengertian BUMN ...................................................................... 2

2.2.2 Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN ........................................ 3

2.2.3 Penggolongan BUMN ................................................................. 3

2.3 Sejarah BUMN ....................................................................................... 4

2.4 Kontribusi BUMN terhadap APBN .......................................................... 5

2.4.1 Pembayaran Pajak ....................................................................... 6

2.4.2 Privatisasi ..................................................................................... 6

2.4.3 Dividen ......................................................................................... 8

2.5 Pengeluaran Negara kepada BUMN ...................................................... 11

2.6 Posisi Transaksi Fiskal dengan BUMN .................................................. 11

III. PENUTUP ..................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

3.2 Saran ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 5: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Selain menjadi penyedia

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi bagi pemenuhan hajat hidup orang

banyak, BUMN juga memberikan kontribusi nyatadengan menjadi salah satu entitas

pengisi kas penerimaan negara.BUMN menjadi salah satu pengisi pos Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui dividen dari laba yang diperoleh. Selain itu,

BUMN juga berkontribusi dalam menutup defisit APBN melalui privatisasi yang

dilakukan terhadap BUMN. Meskipun penerimaan negara dari BUMN bukan menjadi

sumber utama penerimaan negara, penerimaan negara yang berasal dari BUMN

tetap tidak bisa diabaikan.

1.2 Rumusan Masalah

Selama ini banyak orang yang belum mengetahui bagaimana peran BUMN

terhadap perekonomian Indonesia. Mereka hanya mengetahui bahwa BUMN

hanyalah perusahaan negara yang ditugaskan untuk menyerahkan laba yang

didapat kepada negara. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apa maksud dan tujuan pendirian BUMN?

2. Bagaimana kinerja BUMN?

3. Apa saja kontribusi BUMN kepada negara?

4. Berapa penerimaan negara yang berasal dari BUMN dan berapa pengeluaran

negara kepada BUMN tiap tahunnya?

5. Bagaimana posisi transaksi fiskal dengan BUMN?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kinerja BUMN dari tahun ke tahun.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi BUMN terhadap keuangan

negara yang dilihat dari penerimaan negara dari BUMN dan pengeluaran

negara kepada BUMN.

3. Untuk melihat posisi transaksi fiskal dengan BUMN.

1

Page 6: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum

BUMN berdiri sebagai aplikasi dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33.

Berikut ini kutipan dari UUD 1945 Pasal 33 tersebut :

Ayat 1 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas

asas kekeluargaan

Ayat 2 : Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara

Ayat 3 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Selain itu juga terdapat landasan hukum dari Undang-Undang dan Peraturan

Pemerintah yang mengatur BUMN, yaitu :

A. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

B. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk BUMN.

C. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan

dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas.

D. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.

2.2 BUMN Sebagai Perusahaan Negara

2.2.1 Pengertian BUMN

Pengertian Perusahaan Negara atau yang sekarang dikenal dengan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dapat dilihat dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003, yang menyebutkan bahwa, “BUMN adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara

melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.”

Dari pengertian tersebut bisa diambil dua poin penting terkait dengan BUMN,

yaitu :

Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki negara

Kekayaan negara yang dipisahkan

2

Page 7: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan

penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum.

2.2.2 Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN

Dalam perkembangannya, BUMN saat ini memegang 5 peranan

sebagaimana diamanahkan dalam pasal 2 UU Nomor 19 tahun 2003, yakni :

a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada

umumnya dan penerimaan negara pada khususnya

b. mengejar keuntungan

c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak

d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan

oleh sektor swasta dan koperasi

e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

2.2.3 Penggolongan BUMN

Jumlah BUMN selama periode 2005-2008 terus mengalami perubahan,

baik dari sisi bentuk perusahaan, maupun kelompok sektor usaha. Dari sisi

bentuk perusahaan, BUMN dapat diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu :

1. Perusahaan Umum (Perum).

Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak

terbagi atas saham-saham yang diperjualbelikan dalam pasar saham.

Perum ini bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan

berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

2. Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan Perseroan adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas

yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51%

sahamnya dimiliki negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

2.3 Sejarah BUMN

3

Page 8: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Organisasi Pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)

melaksanakan pembinaan terhadap Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik

Negara di Republik Indonesia telah ada sejak tahun 1973. Awalnya, organisasi ini

merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan Republik

Indonesia. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami beberapa kali perubahan

dan perkembangan. Perubahan BUMN tersebut dapat di klasifikasikan menjadi

dua periode.Periode pertama ketika organisasi ini masih berada di bawah

naungan Departemen Keuangan yang mana pernah berada pada unit setingkat

eselon II dan setelah itu ditingkatkan menjadi organisasi setingkat eselon I.

Periode kedua yaitu ketika organisasi ini sudah menjadi organisasi setingkat

kementrian.

UNIT ESELON II

Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit yang menangani pembinaan

BUMN berada pada unit setingkat Eselon II. Unit organisasi itu disebut Direktorat

Persero dan PKPN (Pengelolaan Keuangan Perusahaan Negara). Selanjutnya,

terjadi perubahan nama menjadi Direktorat Persero dan BUN (Badan Usaha

Negara). Kemudian organisasi ini berubah menjadi Direktorat Pembinaan BUMN

(Badan Usaha Milik Negara) sampai dengan tahun 1993.

MENJADI UNIT ESELON I

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk mengoptimalkan pengawasan

dan pembinaan terhadap Badan Usaha Milik Negara, dalam periode 1993 sampai

dengan 1998, organisasi yang awalnya hanya setingkat Direktorat/Eselon II,

ditingkatkan menjadi setaraf Direktorat Jenderal/Eselon I, dengan nama

Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Negara (DJ-PBUN). Dalam kurun

waktu 1993- 1998 tercatat 2 (dua) orang Direktur Jenderal Pembinaan BUMN,

yakni Bapak Martiono Hadiantodan BapakBacelius Ruru.

JADI KEMENTERIAN

Mengingat peran, fungsi dan kontribusi BUMN terhadap keuangan negara sangat

signifikan, maka sejak tahun 1998, pemerintah Republik Indonesia mengubah

bentuk organisasi pembina dan pengelola BUMN menjadi setingkat Kementerian.

Awal dari perubahan bentuk organisasi tersebut terjadi di masa pemerintahan

Kabinet Pembangunan VII, dengan nama Kementerian Negara Pendayagunaan

BUMN/Kepala Badan Pembinaan BUMN. Menteri pertama yang bertanggung

jawab atas pendayagunaan BUMN tersebut adalah Bapak Tanri Abeng. Pada

4

Page 9: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

masa ini sempat digagas tentang BUMN Incorporated, sebuah bangun organisasi

BUMN berbentuk super holding.

Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, struktur organisasi Kementerian ini

sempat dihapuskan dan dikembalikan lagi menjadi setingkat eselon I di

lingkungan Departemen Keuangan. Dirjen Pembinaan BUMN waktu itu dijabat

oleh Bapak I Nyoman Tjager. Namun, di tahun 2001, ketika terjadi suksesi pucuk

kepemimpinan Republik Indonesia, organisasi pembina BUMN tersebut

dikembalikan lagi fungsinya menjadi setingkat Kementerian sampai dengan

periode Kabinet Indonesia Bersatu. Menteri yang menanggani BUMN

digabungkan dengan penanaman modal, sehingga disebut Menteri Negara

Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN yang dipercayakan kepada Bapak

Laksamana Sukardi. Beliau kemudian digantikan oleh Bapak Rozy Munir.

Selanjutnya, ketika kembali terjadi pergantian Presiden RI, di bawah kabinet yang

disebut Kabinet Gotong Royong, Bapak Laksamana Sukardi kembali menjadi

Menteri BUMN. Kala itu, kembali dipisahkan antara pembinaan BUMN dengan

penanaman modal. Bapak Laksamana Sukardi menjadi Menteri BUMN dari tahun

2001 hingga 2004. Kemudian, ketika Bapak SBY terpilih jadi Presiden di tahun

2004, terjadi pergantian Menteri yang menanggani BUMN ini. Dalam masa

Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, Bapak Sugiharto dipercaya menjadi Menteri

Negara BUMN (2004-2006), yang kemudian digantikan Bapak Sofyan A. Djalil

(2006-2009) dan Bapak Mustafa Abubakar (2009-2011). Selanjutnya Bapak

Dahlan Iskan menjadi Menteri Negara BUMN hingga saat ini.

2.4Kontribusi BUMN Terhadap APBN

BUMN memberikan kontribusi kepada APBN, baik secara langsung maupun

tidak langsung.Kontribusi langsung BUMN berupa penerimaan negara yang

bersumber dari pendapatan pajak, setoran dividen dan privatisasi, serta berupa

belanja negara melalui kompensasi public serviceobligation

PSO/subsidi.Sedangkan kontribusi tidak langsung BUMN berupa multiplier effect

bagi perkembangan perekonomian nasional.

BUMN memiliki peranan yang cukup signifikan dalam APBN, sebagaimana

ditunjukkan dengan terus meningkatnya kontribusi BUMN terhadap APBN.

Kontribusi tersebut antara lain terdiri dari :

Pembayaran Pajak

Privatisasi

5

Page 10: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Dividen

2.4.1 Pembayaran pajak

Pajak adalah iuran masyarakat atau korporasi kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan

perundang-undangan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung

dapat ditunjuk. Pajak digunakan terutama untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.

Terus meningkatnya jumlah perolehan laba BUMN dari tahun ke tahun

menyebabkan kontribusi pajak BUMN menjadi sangat besar. Pajak BUMN

selama kurun waktu 2005-2008 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar

Rp20,2 triliun (35,5 persen) per tahun. Pajak yang dibayar oleh BUMN terdiri

dari :

- Pajak penghasilan (PPh) BUMN

- Pajak lainnya

2.4.2 Privatisasi

Pengertian privatisasi dalam Pasal 1 (12) Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2003 Tentang BUMN yang menyebutkan :

“Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun

seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai

perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta

memperluas pemilikan saham oleh masyarakat”.

Menurut Tanri 1, ada beberapa tujuan penting yang bisa dicapai lewat

privatisasi. Pertama, menciptakan transparansi. Dengan masuknya unsur

swasta (lokal maupun asing), otomatis BUMN yang bersangkutan harus

membuka laporan keuangannya. “Transparansi ini sangat penting untuk

mengusir segala macam penyalahgunaan kekuasaan yang selama ini terjadi,”

tuturnya.

Kedua, meraih akses ke pasar internasional. Caranya adalah dengan

menggandeng mitra strategis yang mempunyai pasar luas.

Ketiga, meraih teknologi dan manajemen, yang juga bisa didapat dengan

menggandeng mitra strategis yang bagus.

1Tanri Abeng, seperti dikutip oleh Ishak Rafick dan Baso Amir, “BUMN EXPOSE, Menguak Pengelolaan Aset Negara Senilai 2.000 Triliun Lebih”, (Jakarta: Ufuk, 2010), hlm. 117-118.

6

Page 11: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Privatisasi BUMN ini memang masih menimbulkan pro dan kontra. Pihak

yang setuju dengan privatisasi BUMN berargumentasi bahwa privatisasi perlu

dilakukan untuk meningkatkan kinerja BUMN serta menutup devisit APBN.

Dengan adanya privatisasi diharapkan BUMN akan mampu beroperasi secara

lebih profesional lagi.

Fakta memang menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh swasta

hasilnya secara umum lebih efisien. Berdasarkan pengalaman negara lain

menunjukkan bahwa negara lebih baik tidak langsung menjalankan operasi

suatu industri, tetapi cukup sebagai regulator yang menciptakan iklim usaha

yang kondusif dan menikmati hasil melalui penerimaan pajak.

Pihak yang tidak setuju dengan privatisasi berargumentasi bahwa apabila

privatisasi tidak dilaksanakan, maka kepemilikan BUMN tetap di tangan

pemerintah. Dengan demikian segala keuntungan maupun kerugian

sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Mereka berargumentasi bahwa

defisit anggaran harus ditutup dengan sumber lain, bukan dari hasil penjualan

BUMN. Privatisasi hanya memberi manfaat jangka pendek kepada keuangan

negara. Mereka memprediksi bahwa defisit APBN juga akan terjadi pada

tahun-tahun mendatang. Apabila BUMN dijual setiap tahun untuk menutup

defisit APBN, suatu ketika BUMN akan habis terjual dan defisit APBN pada

tahun-tahun mendatang tetap akan terjadi.

Sebenarnya kalau kita jeli, pengertian privatisasi menurut undang-

undangtersebut memang sudah menimbulkan kontroversi. Pada pasal

tersebut dijelaskan bahwa privatisasi yaitu penjualan saham sebagian dan

seluruhnya, kata seluruhnya inilah yang mengandung kontroversi bagi

masayarakat karena apabila saham BUMN dijual seluruhnya, kepemilkan

pemerintah terhadap BUMN akan beralih menjadi milik swasta, namanya

bukan BUMN lagi tetapi perusahaan swasta sehingga ditakutkan pelayan ke

masyarakat bukan lagi menjadi prioritaskarena tujuan utama perusahaan

swasta adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya. Apabila pemerintah

ingin melakukan privatisasi hendaknya saham yang dijual hanya sebagian,

maksimal 49% dan pemerintah harus tetap sebagai pemegang saham

mayoritas agar aset BUMN tidak hilang dan beralih ke swasta sehingga

BUMN sebagai pelayan publik tetap diperankan oleh pemerintah.

Dalam kurun waktu 2005-2010 rasio nilai privatisasi BUMN terhadap

penerimaan negara tidak pernah mencapai angka 1 persen. Nilai itu wajar

7

Page 12: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

karena dalam APBN sendiri privatisasi digolongkan dalam pos pembiayaan,

itu artinya privatisasi digunakan untuk menutupi defisit anggaran dan bukan

merupakan sumber utama penerimaan negara. Nilai privatisasi tertinggi

diperoleh pada tahun 2007 yaitu sebesar 3 triliun sedangkan pada tahun 2005

dan 2009 pemerintah tidak melakukan privatisasi terhadap BUMN.

Tabel 1. Data Privatisasi dan Rasio terhadap Penerimaan Negara

Tahun Nilai Privatisasi Total Penerimaan Negara Presentase

2005 - 495 T -

2006 2,4 T 636,2 T 0,37%

2007 3 T 706,1 T 0,42%

2008 0,082 T 979,3 T 0,0083%

2009 - 847,1 T -

2010* 1,2 T 992,2 T 0,12%

Sumber : Nota Keuangan 2011 *Rencana Penerimaan

2.4.3 Dividen

Dividen adalah bagian dari laba BUMN yang diputuskan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). Dividen BUMN seringkali menjadi indikator

prestasi Kementerian Negara BUMN sebagai Pemegang Saham BUMN.

Menurut Prof. Dr. Didik J. Rachbini 2, BUMN tidak seperti laiknya usaha

bisnis yang mampu menghasilkan keuntungan. Kinerja return on assets

(ROA)-nya sangat rendah, sehingga BUMN menjadi entitas yang gemuk tapi

tidak lincah menghasilkan keuntungan. Ada istilah cespleng yang menjadi

julukan untuk BUMN, yakni aset besar, untung kecil. Itulah kaimat pendek

yang bisa menjadi kesimpulan umum dari kondisi BUMN sepanjang masa

sejak era pemerintahan Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman

Wahid, Megawati, sampai Presiden Yudhoyono. Artinya, kemampuan rata-

rata BUMN untuk menghasilkan profit dengan aset yang besar belum

memadai. Memang ada hal menyedihkan karena kita melihat fakta yang jauh

panggang dari api.

Dalam kurun waktu tahun 2004-2009 return on asset BUMN berkisar 2-4

persen. ROA terbesar dicapai pada tahun 2007 yang tembus melebihi 4

2Didik J. Rachbini, “BUMN EXPOSE, Menguak Pengelolaan Aset Negara Senilai 2.000 Triliun Lebih”, (Jakarta: Ufuk, 2010), hlm. xi.

8

Page 13: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

persen, sedangkan ROA terendah terjadi pada tahun 2006 dengan nilai ROA

hanya 2,0738%.

Tabel 2. Return On Assets (ROA) BUMN

TAHUN TOTAL ASET LABA BERSIH ROA

2004 1.196.654.344.000.000 44.175.589.060.000 3,6916%

2005 1.308.888.494.000.000 42.349.995.940.000 3,2356%

2006 1.406.691.513.000.000 29.172.478.050.000 2,0738%

2007 1.725.183.040.000.000 70.705.433.210.000 4,0984%

2008 1.977.634.196.7000.00

0

78.438.256.480.000 3,9663%

2009 2.234.000.000.000.000 88.000.000.000.000 3,9391%

Sedangkan untuk divieden BUMN kepada negara, selama periode 2006-

2010 dividen BUMN terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009

realisasi dividen BUMN turun Rp 3,1 triliun dari tahun sebelumnya.

Penerimaan atas laba BUMN meningkat rata-rata sebesar 8,8% per tahun.

Realisasi terbesar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp 30,1 triliun atau

meningkat Rp 4,1 triliun (15,5%) dibandingkan tahun 2009.

Tabel 3. Kontribusi laba BUMN terhadap Penerimaan Negara(dalam triliun)

Tahu

n

Laba

BUMN

untuk

PNBP

Total

PNBP

Presentase

terhadap

PNBP

Total

Penerimaan

Negara

Presentase

2006 22,9 227 10,09% 636,2 3,59%

2007 23,2 215,1 10,78% 706,1 3,28%

2008 29,1 320,6 9,08% 979,3 2,97%

2009 26 227,2 11,44% 847,1 3,07%

2010 30,1 268,9 11,19% 992,2 3,03%

2011* 28,8 286,6 10,05% 1165,3 2,47%

Sumber : www.bumn.go.id*APBN-P

Page 14: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Jika melihat angka-angka dalam tabel di atas, kontribusi laba BUMN untuk

PNBP memang cukup signifikan. Rata-rata rasio laba BUMN terhadap PNBP

adalah 10%, sedangkan rata-rata laba BUMN terhadap total penerimaan

negara adalah 3%.

Secara keseluruhan kontribusi BUMN yang berasal dari pajak, privatisasi, dan

dividen/laba BUMN digambarkan dalam grafik 2.

GRAFIK 2

GRAFIK 1

Sumber : Nota Keuangan 2012

Sumber : Nota Keuangan 2012

9

Page 15: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Grafik di atas menunjukkan bahwa kontribusi terbesar BUMN terhadap

penerimaan negara berasal dari pajak dan dividen. Selama periode 2006-2011

penerimaan negara dari BUMN (pajak, dividen, dan privatisasi) cenderung terus

mengalami peningkatan. Total penerimaan tertinggi yang berasal dari BUMN dicapai

pada tahun 2010.

2.5 Pengeluaran Negara Kepada BUMN

Dalam menghitung kontribusi BUMN terhadap APBN, kita tidak bisa

mengabaikan pengeluaran negara kepada BUMN. Pengeluaran negara untuk BUMN

terdiri dari :

Subsidi

Pinjaman

Penyertaan Modal Negara (PMN)

Pengertian PMN menurut PP Nomor 6 Tahun 2006 adalah pengalihan

kepemilikan barang milik negara/daerah yang semula merupakan kekayaan

yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk

diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau daerah pada BUMN,

BUMD, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.

Tidak semua PMN yang dialokasikan oleh pemerintah dalam kurun waktu

2005-2011 berupa fresh money. Beberapa PMN kepada BUMN dialokasikan

sebagai bentuk konversi utang pokok rekening dana investasi dan dividen

PNBP, maupun hibah saham dari pihak lain dalam APBN. Sebagai contoh

adalah PMN kepada PT Pertamina tahun 2009 yang terkait dengan hasil

rekonsiliasi utang piutang PNBP Pertamina dan Pemerintah sebagai dasar

penetapan neraca awal Pertamina tahun 2003.

2.6 Posisi Transaksi Fiskal dengan BUMN

Untuk menghitung surplus atau defisit penerimaan negara yang berasal dari

BUMN kita bisa melihat “posisi transaksi fiskal dengan BUMN” yang merupakan

selisih antara penerimaan negara dari seluruh BUMN (seperti pendapatan pajak,

dividen, dan privatisasi) dibandingkan dengan pengeluaran negara kepada BUMN

(seperti subsidi kepada BUMN, PMN, dan pinjaman kepada BUMN). Perkembangan

posisi transaksi fiskal dengan BUMN selama periode 2006-2011 dapat dilihat pada

grafik dan grafik

10

Page 16: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

Dalam grafik di atas kita bisa melihat bahwa secara umum penerimaan APBN

yang berasal dari BUMN mengalami peningkatan, walaupun sejak tahun 2009

pertumbuhannya melambat. Di sisi lain, pengeluaran negara kepada BUMN

kenaikannya lebih tinggi daripada penerimaan APBN sehingga posisi transaksi

fiskal dengan BUMN mengalami defisit. Pada tahun 2006 total penerimaan dari

BUMN sekitar 80 triliun sedangkan pengeluaran negara kepada BUMN lebih dari

100 triliun, sehingga ada defisit sekitar 20 triliun.

Kalau melihat dari grafik di atas, posisi transaksi fiskal dengan BUMN memang

mengalami defisit, namun sebagai pelaku kegiatan ekonomi, kontribusi BUMN

tidak bisa hanya dilihat dari data-data kuantitatif saja, masih ada kontribusi BUMN

yang tidak bisa dinilai dengan angka-angka yang tentunya memiliki dampak positif

terhadap perekonomian Indonesia seperti mutiplier effectdan pelayanan yang

diberikan BUMN kepada masyarakat.

GRAFIK 4GRAFIK 3

Sumber : Nota Keuangan 2012 Sumber : Nota Keuangan 2012

11

Page 17: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data dalam penelitian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

kinerja perusahaan-perusahaan BUMN mengalami perkembangan setiap tahunnya.

Laba BUMN mengalami peningkatan dengan return on asset yang cukup tinggi.

Dividen BUMN yang menjadi indikator prestasi BUMN juga memberikan kontribusi

yang cukup signifikan terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sedangkan posisi transaksi fiskal dengan BUMN yang merupakan selisih total

penerimaan negara dari BUMN dan pengeluaran negara kepada BUMN masih

mengalami defisit. Namun, sebagai pelaku kegiatan ekonomi, kontribusi BUMN tidak

bisa hanya dilihat dengan data-data kuantitatif saja, masih ada kontribusi BUMN

yang tidak bisa dinilai dengan angka-angka yang tentunya memiliki dampak positif

terhadap perekonomian Indonesia seperti mutiplier effect, penyediaan barang

dan/atau jasa, serta pelayanan yang diberikan BUMN kepada masyarakat.

3.2 Saran

BUMN sebagai perusahaan negara memiliki peran yang penting terhadap

perekonomian dan keuangan negara. Oleh karena itu, sudah selayaknya BUMN

dikelola secara profesional tanpa ada campur-aduk dengan kepentingan

politik.Selain itu, sebaiknya pemerintah bisa mengurangi subsidi kepada BUMN

sedikit demi sedikit, karena sebagai entitas sumber penghasilan negara, sudah

seharusnya BUMN menambah kas negara bukan malah membebani keuangan

negara dengan subsidi tersebut.

12

Page 18: 19. Menakar Kontribusi Bumn Terhadap Apbn

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian BUMN, Kontribusi Kinerja Kementerian BUMN.

(http://www.bumn.go.id/kinerja-bumn/neraca/), diakses tanggal 22 April 2012.

Kementerian BUMN, Laba Rugi. (http://www.bumn.go.id/kinerja-bumn/laba-rugi/),

diakses tanggal 22 April 2012.

Kementerian BUMN, Landasan Hukum. (http://www.bumn.go.id/tentang-kami-

kementerian-bumn/landasan-hukum/), diakses tanggal 22 April 2012.

Kementrian BUMN, Neraca. (http://www.bumn.go.id/kinerja-bumn/neraca/), diakses

tanggal 22 April 2012.

Nota Keuangan 2011

Nota Keuangan 2012

Rafick, Ishak dan Baso Amir. 2010. BUMN EXPOSE Menguak Pengelolaan Aset

Negara Senilai 2.000 Triliun Lebih. Jakarta: Ufuk

13