18 Des 2012 Pemda Tak Perlu Cari Dana Asing

1
PEMDA TAK PERLU CARI DANA ASING Disiapkan Aturan Saham Blok Migas J A K A R T A Pemerintah menyiapkan aturan mengenai dukungan dana bagi pemerintah daerah (pemda) untuk memiliki saham pada blok minyak dan gas bumi. Dengan dukungan tersebut, pemda tidak perlu mencari pinjaman dana, khususnya dari investor asing. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini mengatakan, kepemilikan saham melalui skema partisipasi Indonesia (Indonesian Participating/IP) tersebut, kini masih digodok oleh Kementerian Keuangan. Melalui aturan itu pemda tidak perlu lagi mencari pinjaman untuk setoran biaya investasi sebesar saham yang menjadi jatahnya. “Apakah nanti memakai bank nasiobal atau pakai uang negara yang dipinjamkan agar tidak ada pihak asing yang mendanai,” kata Rudi di Jakarta, Jumat (7/12). Selama ini, penda yang memperoleh saham 10% sebagai IP mencari pinjaman lagi dari investor untuk menyetor biaya investasi proyek. Rudi mencontohkan, IP yang diberikan bagi pemerintah daerah di sekitar Blok Cepu. PInjaman dana dari investor asing mengakibatkan manfaat PI bagi daerah menjadi tidak optimal. “Kalau dana tersebut juga dari pihak asing, ya sudah pakai saja kontraktor yang sekarang ada,” ujar dia. Sebelum aturan dari Kemenkeu terbit, Kemeterian Energi akan menahan sejumlah IP bagi pemda. Salah satu yang ditahan adalah saham bagi pemda di sekitar Blok Masela. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyerahkan jatah IP blok yang dimiliki Inpex Corporation itu kepada pemda. Namun, Kementerian Energi hingga sekarang belum menerbitkan surat resminya. Rudi mengatakan, IP masih ditahan untuk memastikan tidak ada investor asing yang memberikan pinjaman. Sebab, akan sulit mengeluarkan investor jika yang bersangkutan sudah terlanjut menanamkan modal. Kendati demikian, dia tidak bisa memastikan hingga kapan surat resmi penyerahan IP sampai ke pemda. “Itu tanyakan ke Pak Agus Marto (Menteri Keuangan) kapan selesai aturannya. Karena aturan ini yang paling ideal agar manfaat IP bisa optimal bagi daerah,” jelas dia. Ke depan, IP harus dicegah dari kepemilikan asing secara tidak langsung. Oleh karenanya, dalam naskah akademik yang disusun Rudi Rubinadini Guru Besar Perminyakan ITB, ada klausul yang menyebutkan IP diberikan kepada BUMD dan tidak boleh dipindahtangankan. Inpex bersedia menyerahkan 10% saham jatahnya lagi ke BUMD Maluku. Terkait hal itu, Pemerintah Provinsi Maluku membentuk BUMD PT Maluku Energi. BUMD tersebut membentuk perusahan patungan PT Maluku Energi Nusantara dengan perusahaan swasta, PT Masela Energi untuk mengelola 10% saham IP Masela. Sementara itu, untuk kepastia partisipasi Indonesia (Indonesian Participating/IP) bagi pemerintah daerah, Manager Communication and Realtion Inpex Alfred Menayang mengaku, pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah. Inpex siap melepas saham 10% dalam bentuk IP sebagai wujud ikut melaksanakan aturan yang berlaku. “Dari kami hanya kana memberikan masukan-masukan saja. BAik dengan pemerintah pusat maupun daerah, INpex selalu membuka diskusi. Tetapi sekarang ini kami masih menunggu dari pemerintah,” jelas dia. Inpex mendapatkan hak untuk melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan pada 16 November 1998. Komposisi saham Blok Masela saat ini adalah 60% dimiliki Inpex Masela Ltd yang sekaligus bertindak sebagai operator, lalu Shell Corporation 30%, dan PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) 10%. Dengan cadangan Lapangan Abadi sebesar 6,05 triliun kaki kubik (TCF), dibutuhkan investasi sebesar US$ 9-10 miliar untuk mengembangkan Blok Masela. Sesuai rencana pengembangan yang telah disetujui, Inpex Corporation sebagai operator blok akan membangun kilang gas alam cair terapung berkapasitas 2,5 juta ton per tahun. Selain LNG, Lapangan Abadi juga memproduksi kondensat 8.400 barel per hari (bph). Inpex telah merampungkan lelang desain rinci (front end engineering design/FEED) untuk fasilitas bahwa laut (subsea) Lapangan Abadi. Saat ini Inpex tengah melelang FEED fasilitas kilang gas alam cair terapung (floating liquifaction natural gas/FLNG) yang ditargetkan rampung paling lambat awal tahun depan. Proyek ini diharapkan bisa mulai berproduksi pada 2016. Sementara itu, secara terpisah, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan rencana PT Pertamina untuk mengakuisisi 32% saham Petrodelta S.A, Venezuela, perusahaan migas akan terealisasi sebelum akhir Desember 2012. “Kalau semua aspek yang menjadi dasar pertimbangan perusahaan untuk mengakuisisi perusahan Venezuela tersebut dapat diselesaikan, maka pada akhir tahun ini rencana itu dapat saya setujui,” kata Dahlan, di Jakarta, baru-baru ini. Menurut Dahlan sesuangguhnya rencana Pertamina untuk masuk ke perusahaan Venezuela tersebut sudah dilakukan secara komprehensif oleh Pertamina. “Jadi kalau betul-betul yang dibutuhkan saat ini hanya izin dari BUMN, maka pada akhir tahun ini saya bisa putuskan,” tegasnya seperti dilansir Antara. Sebelumnya, pada Juni 2012, Pertamina sudah menandatangani perjanjian pembelian saham (share purchase agreement/SPA) dengan Harvest Natural Reseources Inc, yang tercatat (listed) di Bursa Saham New York, AS. Dengan akuisisi ini, Pertamina berharap daoat bekerja sama denan Petroleos de Venezuela, SA (PDVSA), perusahaan migas nasional milik pemerintah Venezuela, guna mempercepat pengembangan cadangan milik Petrodelta yang substansial untuk manfaat bersama bagi semua pemegang saham. Sumber : Harian SUARA PEMBARUAN, 8 Desember 20

description

lkmn

Transcript of 18 Des 2012 Pemda Tak Perlu Cari Dana Asing

  • PEMDA TAK PERLU CARI DANA ASING

    Disiapkan Aturan Saham Blok Migas

    J A K A R T A Pemerintah menyiapkan aturan mengenai dukungan

    dana bagi pemerintah daerah (pemda) untuk memiliki saham pada blok minyak dan gas bumi. Dengan dukungan tersebut, pemda tidak perlu mencari pinjaman dana, khususnya dari investor asing.

    Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini mengatakan, kepemilikan saham melalui skema partisipasi Indonesia (Indonesian Participating/IP) tersebut, kini masih digodok oleh Kementerian Keuangan. Melalui aturan itu pemda tidak perlu lagi mencari pinjaman untuk setoran biaya investasi sebesar saham yang menjadi jatahnya.

    Apakah nanti memakai bank nasiobal atau pakai uang negara yang dipinjamkan agar tidak ada pihak asing yang mendanai, kata Rudi di Jakarta, Jumat (7/12).

    Selama ini, penda yang memperoleh saham 10% sebagai IP mencari pinjaman lagi dari investor untuk menyetor biaya investasi proyek. Rudi mencontohkan, IP yang diberikan bagi pemerintah daerah di sekitar Blok Cepu. PInjaman dana dari investor asing mengakibatkan manfaat PI bagi daerah menjadi tidak optimal. Kalau dana tersebut juga dari pihak asing, ya sudah pakai saja kontraktor yang sekarang ada, ujar dia.

    Sebelum aturan dari Kemenkeu terbit, Kemeterian Energi akan menahan sejumlah IP bagi pemda. Salah satu yang ditahan adalah saham bagi pemda di sekitar Blok Masela. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyerahkan jatah IP blok yang dimiliki Inpex Corporation itu kepada pemda. Namun, Kementerian Energi hingga sekarang belum menerbitkan surat resminya.

    Rudi mengatakan, IP masih ditahan untuk memastikan tidak ada investor asing yang memberikan pinjaman. Sebab, akan sulit mengeluarkan investor jika yang bersangkutan sudah terlanjut menanamkan modal. Kendati demikian, dia tidak bisa memastikan hingga kapan surat resmi penyerahan IP sampai ke pemda. Itu tanyakan ke Pak Agus Marto (Menteri Keuangan) kapan selesai aturannya. Karena aturan ini yang paling ideal agar manfaat IP bisa optimal bagi daerah, jelas dia.

    Ke depan, IP harus dicegah dari kepemilikan asing secara tidak langsung. Oleh karenanya, dalam naskah akademik yang disusun Rudi Rubinadini Guru Besar Perminyakan ITB, ada klausul yang menyebutkan IP diberikan kepada BUMD dan tidak boleh dipindahtangankan.

    Inpex bersedia menyerahkan 10% saham jatahnya lagi ke BUMD Maluku. Terkait hal itu, Pemerintah Provinsi Maluku membentuk BUMD PT Maluku Energi. BUMD tersebut membentuk perusahan patungan PT Maluku Energi Nusantara dengan perusahaan swasta, PT Masela Energi untuk mengelola 10% saham IP Masela.

    Sementara itu, untuk kepastia partisipasi Indonesia (Indonesian Participating/IP) bagi pemerintah daerah, Manager Communication and Realtion Inpex Alfred Menayang

    mengaku, pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah. Inpex siap melepas saham 10% dalam bentuk IP sebagai wujud ikut melaksanakan aturan yang berlaku.

    Dari kami hanya kana memberikan masukan-masukan saja. BAik dengan pemerintah pusat maupun daerah, INpex selalu membuka diskusi. Tetapi sekarang ini kami masih menunggu dari pemerintah, jelas dia.

    Inpex mendapatkan hak untuk melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan pada 16 November 1998. Komposisi saham Blok Masela saat ini adalah 60% dimiliki Inpex Masela Ltd yang sekaligus bertindak sebagai operator, lalu Shell Corporation 30%, dan PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) 10%.

    Dengan cadangan Lapangan Abadi sebesar 6,05 triliun kaki kubik (TCF), dibutuhkan investasi sebesar US$ 9-10 miliar untuk mengembangkan Blok Masela. Sesuai rencana pengembangan yang telah disetujui, Inpex Corporation sebagai operator blok akan membangun kilang gas alam cair terapung berkapasitas 2,5 juta ton per tahun. Selain LNG, Lapangan Abadi juga memproduksi kondensat 8.400 barel per hari (bph).

    Inpex telah merampungkan lelang desain rinci (front end engineering design/FEED) untuk fasilitas bahwa laut (subsea) Lapangan Abadi. Saat ini Inpex tengah melelang FEED fasilitas kilang gas alam cair terapung (floating liquifaction natural gas/FLNG) yang ditargetkan rampung paling lambat awal tahun depan. Proyek ini diharapkan bisa mulai berproduksi pada 2016.

    Sementara itu, secara terpisah, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan rencana PT Pertamina untuk mengakuisisi 32% saham Petrodelta S.A, Venezuela, perusahaan migas akan terealisasi sebelum akhir Desember 2012.

    Kalau semua aspek yang menjadi dasar pertimbangan perusahaan untuk mengakuisisi perusahan Venezuela tersebut dapat diselesaikan, maka pada akhir tahun ini rencana itu dapat saya setujui, kata Dahlan, di Jakarta, baru-baru ini.

    Menurut Dahlan sesuangguhnya rencana Pertamina untuk masuk ke perusahaan Venezuela tersebut sudah dilakukan secara komprehensif oleh Pertamina.

    Jadi kalau betul-betul yang dibutuhkan saat ini hanya izin dari BUMN, maka pada akhir tahun ini saya bisa putuskan, tegasnya seperti dilansir Antara.

    Sebelumnya, pada Juni 2012, Pertamina sudah menandatangani perjanjian pembelian saham (share purchase agreement/SPA) dengan Harvest Natural Reseources Inc, yang tercatat (listed) di Bursa Saham New York, AS.

    Dengan akuisisi ini, Pertamina berharap daoat bekerja sama denan Petroleos de Venezuela, SA (PDVSA), perusahaan migas nasional milik pemerintah Venezuela, guna mempercepat pengembangan cadangan milik Petrodelta yang substansial untuk manfaat bersama bagi semua pemegang saham. Sumber : Harian SUARA PEMBARUAN, 8 Desember 20