174 279 2 PBdsfdfsdfsdf
-
Upload
chandra-sii-hitterz -
Category
Documents
-
view
5 -
download
3
description
Transcript of 174 279 2 PBdsfdfsdfsdf
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 51
PENGHITUNGAN KEKUATAN BUCKLING KOLOM BAJA
AKIBAT BEBAN TEKAN AKSIAL DENGAN MELIBATKAN
PENGARUH KEBERADAAN CACAT GEOMETRI DAN
BEBAN ESSENTRISITAS SECARA BERSAMAAN
Eka Satria*, Satria Rizki, Mulyadi Bur
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang 25163
Telp: +62 751 72586, Fax: +62 751 72566
*E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Makalah ini membahas penghitungan kekuatan kritis buckling struktur kolom baja akibat beban tekan aksial
dengan melibatkan pengaruh keberadaan cacat geometri dan beban essentrisitas secara bersamaan. Kekuatan
kritis buckling kolom dihitung dengan menggunakan pendekatan numerik berbasiskan konsep Metode Elemen
Hingga, dan kemudian diperbandingkan dengan persamaan analitik yang diturunkan dari konsep mekanika
benda elastik. Secara teknis, struktur kolom yang dipilih dimodelkan dengan tumpuan roller pada ujung bagian
atas dan pin pada ujung bagian bawah, sementara rasio kelangsingan dipilih dalam kategori panjang yang dibuat bervariasi antara 100 sampai dengan 200, dengan tujuan agar kegagalan buckling terjadi ketika kondisi
kolom masih dalam keadaan elastik sehingga proses perbandingan dengan persamaan analitik dapat dilakukan.
Dari hasil penghitungan, baik secara analitik maupun numerik, menunjukan bahwa nilai perbandingan
kekuatan kritis terhadap beban luluh dari suatu kolom yang melibatkan pengaruh keberadaan cacat geometri
dan beban essentrisitas secara bersamaan akan semakin kecil bila dibandingkan dengan kondisi kolom sempurna atau kolom dengan pengaruh keberadaan kedua faktor di atas tetapi dianalisa secara terpisah.
Kata Kunci : Kekuatan Kritis, Kolom, Cacat Geometri, Beban Essentrisitas
I. PENDAHULUAN
Dengan dimensi panjang yang jauh lebih besar
dibandingkan ukuran penampang melintangnya, kolom sangat berpotensi mengalami
ketidakstabilan. Akibat ketidakstabilan ini, kolom
dapat mengalami perpindahan yang cukup besar
(tertekuk atau buckling) secara tiba-tiba ketika
dibebani secara aksial. Analisa kestabilan yang
paling sederhana terhadap struktur kolom yang
dibebani secara tekan aksial dijelaskan pertama kali
oleh Euler pada tahun 1744 [1]. Persamaan yang
diberikan Euler ini, sampai saat ini masih
digunakan oleh para perancang untuk memprediksi
besarnya beban kritis suatu kolom yang
menyebabkan terjadinya buckling. Akan tetapi penggunaan persamaan ini terbatas pada suatu
kondisi dimana material kolom dianggap homogen
dan elastik, geometri lurus sempurna (tidak terdapat
cacat geometri), dan lokasi pembebanan segaris
dengan sumbu kolom. Di luar batasan tersebut
persamaan Euler tidak akan memberikan hasil yang
sesuai.
Dalam prakteknya di lapangan, sangat sulit sekali
merancang suatu kolom dalam kondisi ideal seperti
yang dijelaskan di atas. Walaupun ketelitian dari
mesin-mesin produksi telah bisa dibuat dengan
sebegitu akurat, akan tetapi tetaplah sulit untuk menghindarkan keberadaan cacat pada geometri
struktur, apalagi untuk kolom yang memiliki
geometri yang panjang. Kemudian, kesulitan lain
mungkin dapat timbul pada waktu proses
konstruksi, dimana lokasi dari pembebanan tidak
segaris lagi dengan garis sumbu kolom itu sendiri
(timbulnya essentrisitas). Kondisi-kondisi seperti
ini jelas akan mempengaruhi besarnya beban kritis
kolom akibat buckling, dimana dari banyak
penelitian yang telah dilakukan harga kekuatan
kritis yang diberikan tereduksi jauh dibawah harga
yang diberikan oleh persamaan Euler.
Saat ini sebenarnya telah ada persamaan desain
yang diberikan untuk mengatasi permasalahan di
atas, seperti persamaan Secant untuk menghitung
beban kritis kolom akibat pembebanan essentrisitas,
dan persamaan Perry-Robertson untuk menentukan
beban kritis suatu kolom yang memiliki cacat
geometri. Akan tetapi, penggunaan persamaan
tersebut kembali dibatasi oleh asumsi-asumsi
tertentu. Kemudian, kedua persamaan tersebut
hanya bisa digunakan untuk kasus masing-masing. Ini berarti, persamaan Secant tidak dapat digunakan
jika struktur memiliki cacat geometri, dan
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 52
sebaliknya persamaan Perry-Robertson tidak dapat
digunakan jika beban yang diberikan memiliki jarak
essentrisitas. Sampai saat ini masih sedikit referensi
yang membahas perhitungan kestabilan kolom yang
melibatkan cacat geometri dan beban essentris
secara bersamaan dalam satu model.
Makalah ini membahas penghitungan kekuatan
buckling struktur kolom baja akibat beban tekan
aksial dengan melibatkan pengaruh keberadaan
cacat geometri dan beban essentrisitas secara bersamaan. Kekuatan kritis buckling kolom
dihitung dengan menggunakan pendekatan numerik
berbasiskan konsep Metode Elemen Hingga, dan
kemudian diperbandingkan dengan persamaan
analitik yang diturunkan dari konsep mekanika
benda elastik. Secara teknis, struktur kolom yang
dipilih dimodelkan dengan tumpuan roller pada
ujung bagian atas dan pin pada ujung bagian
bawah. Rasio kelangsingan dipilih dalam kategori
panjang yang dibuat bervariasi antara 100 sampai dengan 200, dengan tujuan agar kegagalan buckling terjadi ketika kondisi kolom masih dalam keadaan
elastik sehingga memudahkan proses perbandingan
hasil.
II. PERSAMAAN ANALITIK BEBAN KRITIS BUCKLING KOLOM
Sebuah kolom dimodelkan memiliki cacat geometri
dan dibebani dengan gaya aksial P yang berlokasi sejauh dari sumbu kolom, seperti yang diperlihatkan pada Gambar.1a. Keseimbangan
potongan kolom yang diperlihatkan pada Gambar
1b ditunjukan oleh Pers.(1) berikut:
int *( ) 0M P e y (1) atau
*( ) 0EI y P e y (2)
dengan menggunakan 2k P EI
diperoleh,
2 *( ) 0y k e y (3) Jika simpangan cacat geometri diasumsikan sebagai
fungsi sinus
* 0 sinx
L maka Pers.(3)
dapat dirubah menjadi
2 20 sin
xy k y k e
L (4)
(a) (b)
Gambar 1. (a). Model kolom dengan tumpuan pin-roller dan memiliki cacat geometri dan beban essentrisitas
secara bersamaan, (b). Gaya-gaya dalam untuk potongan kolom sejauh x.
Harga simpangan ( )y x dapat dihitung dengan
mengintegrasi Pers.(4) dan memasukkan kondisi
batas dari model kolom yang dianalisa, yaitu
( 0) 0y x dan ( ) 0y x L , sehingga diperoleh:
e *
y L
y
P
P
x
P
y
*e y
P
intM EI y
x
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 53
2 2 2 2 20
2 2 2
sinsin cos 1( ) cos
sin
xek L e L kkx kL e Ly x kx e
kL k L
(5)
dan untuk 2x L
diperoleh:
2 2 2 2 20
2 2 2
1 1sin cos 1 sin1 12 2( ) cos2 sin 2
kL kL e ek L e L ky L kL e
kL k L
(6)
Dengan menggunakan aturan trigonometri untuk
dua bagian persamaan pertama dan melibatkan
persamaan Euler (Pers.(7)) pada bagian persamaan
terakhir, Pers.(6) dapat disederhanakan seperti
Pers.(8),
2 2eP EI L (7)
0. .1( ) sec2 2
1
cr e e
e
e
P Pe e
P P Py L e
PP
P
(8)
Persamaan untuk harga momen maksimum pada
2x L diberikan oleh Pers.(9)
max *
1. ( )
2totalM P y P e y L
0
max 0
. .
sec2
1
cr e e
e
e
P Pe e
P P PM P e e
PP
P
(9)
Persamaan tegangan normal maksimum pada
2x L diberikan oleh Pers.(10)
max maxmax 2. .
.
M c M cP P
A I A A r
0
max 0 2
. .
1 sec .2
1
cr e e
e
e
P Pe e
P P PP ce e
PA P rP
(10)
Jika tegangan normal maksimum mencapai
tegangan luluh, max y , maka beban kritis
yang akan menyebabkan kegagalan buckling untuk
kolom yang melibatkan kombinasi cacat geometri
dan beban essentrisitas, crP P . Sehingga
Pers.(10) dapat dirubah menjadi Pers.(11) seperti berikut ini.
0
0 2
1 .
1 sec .2
1
cr cr
e ecr cry
cre
e
P Pe
P PP P ce e
PA P rP
(11)
Jika kolom yang dianalisa tidak melibatkan cacat
geometri, sehingga 0 0 , maka Pers.(11) dapat disederhanakan seperti yang ditunjukkan dalam
Pers.(12). Persamaan ini dikenal sebagai persamaan
Secant [1].
2
1 sec2
cr cry
e
P Pec
A Pr (12)
Selanjutnya jika kolom yang dinalisa tidak
melibatkan jarak essentrisitas, sehingga 0e , maka Pers.(11) dapat disederhanakan seperti yang
ditunjukkan dalam Pers.(13). Persamaan ini dikenal
sebagai persamaan Perry-Robertson [2].
02
11
1
cry
cr e
P c
A P Pr (13)
III. PENGHITUNGAN KOMPUTASI BEBAN KRITIS BUCKLING
KOLOM
Proses penghitungan kekuatan kritis struktur kolom
ini dilakukan secara numerik dengan memanfaatkan
program komputasi in-house [3,4,5] berbasiskan
MEH yang memperhitungkan ketidaklinearan
geometri dan material. Untuk pemodelan, struktur
kolom dibuat dengan menggunakan elemen solid
hexahedron 20 nodal. Ketidaklinearan geometri
dihitung berdasarkan Updated Langrangian
Jaumann dengan mempertimbangkan perpindahan
dan rotasi yang besar. Ketidaklinearan material
dihitung berdasarkan teori kriteria luluh Von Misses, Associated Flow Rule, dan Hardening Rule
untuk material baja karbon rendah. Sedangkan
solusi numerik untuk persamaan kesetimbangan
nonlinear diselesaikan dengan metoda pengontrolan
perpindahan (displacement control method).
3.1. Pemodelan Geometri Kolom Gambar 2a memperlihatkan sebuah struktur kolom
dengan panjang dan penampang persegi dimodelkan dalam variasi rasio
kelangsingan (), dimana L
I A, seperti
yang diberikan oleh Tabel 1. Rasio kelangsingan
dipilih dalam kategori panjang yang diwakili oleh lima buah model dalam rentang rasio kelangsingan
. Pemilihan kategori ini ditujukan agar hasil numerik yang diperoleh dapat
diperbandingkan dengan penghitungan analitik
yang diberikan oleh Pers. (10).
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 54
Gambar 2. (a) Pemodelan Struktur Kolom, (b). Pemodelan Beban dan Kondisi Batas, (c). Beban Essentrisitas,
dan (d). Cacat Geometri
Tabel 1. Geometri Struktur Kolom
Model b=h (mm) L (mm) I (mm4) A (mm2) 1 100 3000 8,33106 104 103,9
2 100 3500 8,33106 104 121,2
3 100 4000 8,33106 104 138,6
4 100 4500 8,33106 104 155,9
5 100 5000 8,33106 104 173,2
Tabel 2. Sifat Material
Modulus Elastisitas (E) (N/mm2) 210000
Rasio Poisson () 0,3
Tegangan Luluh (y) (N/mm2) 270
Model Tegangan-Regangan Bi-Linear
Kriteria Luluh Von-Misses
Flow Rule Associated
Hardening Rule Isotropic
Hardening Parameter E/100
a. Pemodelan Beban dan Kondisi Batas Beban aksial diterapkan pada tumpuan atas menekan kolom dalam arah sumbu-x negatif.
Sementara sebuah gaya lainnya yang sangat kecil
0,001P diberikan pada posisi 2x L dalam arah sumbu-y positif. Gaya ini diberikan dengan tujuan
untuk menciptakan terjadinya tekukan atau buckling
ke arah sumbu-y positif (lihat Gambar.2b). Untuk
kasus yang mengharuskan beban diterapkan pada
garis sumbu struktur, maka beban awal sebesar P
diterapkan pada sumbu penampang, akan tetapi
untuk kasus yang melibatkan beban essentrisitas,
X
X
Y
L
h
b P Y
(b) (a)
Perpindahan hanya diijinkan dalam arah sb-x
Perpindahan ditahan dalam arah sb-x, y dan z.
Beban dalam arah sb-x negatif
Keterangan:
P P
e=b/2
(c)
o
(d)
P
e=b/4
P/1000
Z
X
Y
P
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 55
maka beban tersebut diterapkan sejauh e dari titik
berat penampang. Pada makalah ini digunakan dua
buah harga essentrisitas, yaitu = / dan = / (lihat Gambar 2c). Untuk pemodelan kondisi batas, kondisi batas yang diterapkan pada
kolom dimodelkan dengan pin pada tumpuan
bawah dan roller pada tumpuan atas (lihat Gambar
2b).
b. Pemodelan Cacat Geometri Cacat geometri didefinisikan sebagai perubahan
geometri struktur dalam arah sb-y terhadap garis
sumbu struktur kolom (lihat Gambar 2d).
Perubahan geometri ini diasumsikan sebagai suatu
fungsi sinus
* 0 sinx
L [Chen, 2007].
Parameter * menyatakan simpangan dalam fungsi
x dan 0 menyatakan amplitudo simpangan pada
2x L . Pada makalah ini harga0 yang dipilih
adalah sebesar 0 1000L dan 0 /100L .
c. Pemodelan Sifat Material Sifat material yang digunakan dalam analisa numerik diperlihatkan pada Tabel 2.
IV. HASIL PENGHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 3 memperlihatkan grafik gaya terhadap
perpindahan, yP P vs y , untuk kolom model-2
yang memiliki rasio kelangsingan 121,2 dan
model-4 dengan rasio kelangsingan 155,9 .
Gambar 3a menampilkan grafik yP P vs y untuk
kasus kolom dengan variasi simpangan cacat
geometri dari 0 00; 0,001 ;L dan
0 0,01L untuk kedua model tersebut. Dari gambar terlihat bahwa untuk model dengan
121,2 , rasio perbandingan yP P turun dari
0,58 (untuk simpangan cacat 0 0 ) menjadi 0,4
(untuk simpangan cacat 0 0,001L ) dan 0,25
(untuk simpangan cacat 0 0,01L ). Sedangkan
untuk model dengan 155,9 , rasio
perbandingan yP P turun dari 0,36 (untuk
simpangan cacat 0 0 ) menjadi 0,26 (untuk
simpangan cacat 0 0,001L ) dan 0,18 (untuk
simpangan cacat 0 0,01L ).
Gambar 3b menampilkan grafik yP P vs y untuk
kasus dua buah kolom ( 121,2 dan
155,9 ) dengan variasi jarak essentrisitas dari
0; /4;e e b dan /2e b . Dari gambar
terlihat bahwa, untuk model dengan 121,2 ,
rasio perbandingan yP P turun dari 0,58 (untuk
0e ) menjadi 0,32 (untuk /4e b ) dan 0,22 (untuk /2e b ), sedangkan untuk model dengan
155,9 rasio perbandingan yP P turun dari
0,36 (untuk 0e ) menjadi 0,24 (untuk /4e b) dan 0,16 (untuk /2e b ).
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 56
(a) (b) (c)
Gambar 3. Grafik yP P vs y untuk (a). Model-2 dengan 00 dan jarak essentrisitas e=0, (b). Model-2 dengan
0=0 dan jarak essentrisitas e0,
(c). Model-2 dengan 00 dan jarak essentrisitas e0
Gambar 3c menampilkan grafik yP P vs y untuk
kasus dua buah kolom ( 121,2 dan
155,9 ) dengan kombinasi variasi jarak essentrisitas dan cacat geometri. Dari gambar
terlihat bahwa untuk kolom pertama dengan jarak
essentrisitas /4e b , rasio perbandingan yP P
turun dari 0,36 (untuk simpangan cacat 0 0 ) menjadi 0,33 (untuk simpangan cacat
0 0,001L ) dan 0,20 (untuk simpangan cacat
0 0,01L ), sedangkan untuk jarak essentrisitas
/2e b , rasio perbandingan yP P turun dari
0,27 (untuk simpangan cacat 0 0 ) menjadi
0,25 (untuk simpangan cacat 0 0,001L ) dan
0,18 (untuk simpangan cacat 0 0,01L ).
Selanjutnya untuk kolom kedua dengan jarak
essentrisitas /2e b , rasio perbandingan yP P
turun dari 0,25 (untuk simpangan cacat 0 0 ) menjadi 0,22 (untuk simpangan cacat
0 0,001L ) dan 0,15 (untuk simpangan cacat
0 0,01L ), sedangkan untuk jarak essentrisitas
/2e b , rasio perbandingan yP P turun dari
0,21 (untuk simpangan cacat 0 0 ) menjadi
0,18 (untuk simpangan cacat 0 0,001L ) dan
0,15 (untuk simpangan cacat 0 0,01L ).
Secara umum hasil yang diberikan memperlihatkan
bahwa kekuatan kritis buckling kolom akan
semakin rendah bila geometri diberikan cacat
geometri atau beban essentrisitas, dan akan semakin
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0 20 40 60 80 100
P/Py
y (mm)
=121,2
0=0
0=0.001L
0=0.01L
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0 20 40 60 80 100
P/Py
y (mm)
=121,2
e=0
e=b/4
e=b/2
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0 20 40 60 80 100
P/Py
y (mm)
=121,2
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0 20 40 60 80 100
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0 20 40 60 80 100
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 30 60 90 120
0=0
e=b/4 e=b/2
0=0.001L
0=0.01L
y (mm)
e=b/4 e=b/2
0=0.001L
0=0.01L
e=b/4
e=b/2
0=0
0=0.001L
0=0.01L
P/Py P/Py =155,9 =155,9 =155,9
y (mm) y (mm)
e=0
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 57
lebih rendah lagi jika kedua faktor tersebut
dilibatkan sekaligus dalam pemodelan.
Tabel 3,4,5 dan 6 secara berturut-turut
menampilkan hasil penghitungan numerik beban
kritis buckling untuk lima buah model kolom dalam
perbandingan dengan hasil yang diberikan oleh
persamaan analitik. Tabel-tabel ini ditampilkan
untuk memverifikasi hasil penghitungan secara
numerik dengan persamaan analitik, seperti yang
diberikan oleh Pers.(11) di atas.
Tabel 3 memperlihatkan perbandingan beban kritis
buckling untuk kolom tanpa cacat dan tanpa jarak
essentrisitas antara pendekatan numerik dengan
persamaan Euler (Pers.(7)). Hasil perbandingan
memperlihatkan kesesuaian yang baik antara
keduanya, dengan kesalahan rata-rata 1,82%.
Tabel 4 memperlihatkan perbandingan numerik
beban kritis buckling untuk kolom dengan variasi
cacat geometri dan jarak essentrisitas 0e
dengan persamaan Perry-Robertson (Pers.(13)).
Hasil perbandingan memperlihatkan kesesuaian
yang baik antara keduanya, dimana kesalahan rata-
rata adalah 2,98% untuk kasus 0 0,001L dan
4,61% untuk kasus 0 0,01L . Kemudian Tabel 5 memperlihatkan perbandingan numerik beban
kritis buckling untuk kolom dengan variasi jarak
essentrisitas dan cacat geometri 0 0 dengan persamaan Secant (Pers.(12)). Hasil perbandingan
memperlihatkan kesesuaian yang cukup baik antara
keduanya, dengan kesalahan rata-rata 3,84% untuk
kasus /4e b dan 6,55% untuk kasus untuk kasus /2e b . Kesalahannya yang timbul umumnya disebabkan karena kesulitan dalam menentukan lokasi beban kritis sebenarnya di saat
buckling mulai terjadi. Pada saat buckling terjadi,
kolom masih dalam kondisi elastik sehingga
kenaikan beban pasca buckling masih terjadi
walaupun perpindahan yang disebabkannya telah
semakin bertambah.
Tabel 3. Beban kritis buckling (kN) untuk kolom tanpa cacat geometri dan beban essentrisitas
Model Model dengan cacat geometri 0=0 dan jarak essentrisitas e=0
Euler (Pers.(7)) Numerik %error
Model-1 103.9 1917 1920 0,15
Model-2 121.2 1409 1420 0,82
Model-3 138.6 1078 1100 2,00
Model-4 155.9 852 880 3,28
Model-5 173.2 690 710 2,87
Tabel 4. Beban kritis buckling (kN) untuk kolom dengan cacat geometri, tetapi diberikan tanpa beban
essentrisitas.
Model
Model dengan cacat geometri 00 dan jarak essentrisitas e=0
Cacat geometri, 0=0,001L Cacat geometri, 0=0,01L Perry-
Robertson
Pers. (13)
Numerik %error Perry-
Robertson
Pers. (13)
Numerik %error
Model-1 103.9 1491 1580 5,63 702 720 2,50
Model-2 121.2 1178 1193 1,26 586 602 2,66
Model-3 138.6 939 957 1,88 495 525 5,71
Model-4 155.9 761 784 2,93 423 450 6,00
Model-5 173.2 627 648 3,24 365 389 6,17
Tabel 5. Beban kritis buckling (kN) untuk kolom tanpa cacat geometri, tetapi diberikan beban essentrisitas.
Model
Model dengan cacat geometri 0=0 dan jarak essentrisitas e0 Jarak essentrisitas, e=b/4 Jarak essentrisitas, e=b/2
Secant
Pers.(12)
Numerik %error Secant
Pers. (12)
Numerik %error
Model-1 103.9 736 764 3,80 506 543 7,31
Model-2 121.2 654 688 5,19 463 508 9,71
Model-3 138.6 578 602 4,15 421 463 9,97
Model-4 155.9 502 528 5,17 382 393 2,87
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 58
Model-5 173.2 448 444 0,89 346 356 2,89
Tabel 6. Beban kritis buckling (kN) untuk kolom dengan cacat geometri dan beban essentrisitas.
Model
Model dengan cacat geometri 00 dan jarak essentrisitas e0
Jarak essentrisitas, e=b/4
Cacat geometri, 0=0,005L Cacat geometri, 0=0,01L Pers. (11) Numerik %error Pers. (11) Numerik %error
Model-1 103.9 585 638 9,05 486 509 4,73
Model-2 121.2 515 521 1,16 427 454 6,32
Model-3 138.6 454 473 4,18 375 382 1,86
Model-4 155.9 400 408 2,00 332 344 3,61
Model-5 173.2 350 360 2,85 295 305 3,38
Model
Model dengan cacat geometri 00 dan jarak essentrisitas e0 Jarak essentrisitas, e=b/2
Cacat geometri, 0=0,005L Cacat geometri, 0=0,01L Pers. (11) Numerik %error Pers. (11) Numerik %error
Model-1 103.9 432 475 9,95 377 412 9,28
Model-2 121.2 391 416 6,39 339 345 1,76
Model-3 138.6 354 377 6,49 305 320 4,91
Model-4 155.9 320 336 5,00 276 282 2,17
Model-5 173.2 290 300 3,44 249 253 1,61
Tabel 6 memperlihatkan perbandingan numerik
beban kritis buckling untuk kolom dengan
kombinasi variasi cacat geometri ( 0 0,005L
dan 0 0,001L ) dan variasi jarak essentrisitas
( /4e b dan /2e b ) dengan persamaan analitik yang diberikan oleh Pers.(11).
Dari Tabel 6 terlihat bahwa untuk model-model
dengan jarak essentrisitas /4e b diperoleh kesalahan rata-rata 3,84% untuk kasus
0 0,005L dan 3,98% untuk kasus dengan
0 0,01L . Sementara untuk model-model
dengan jarak /2e b diperoleh kesalahan rata-
rata 6,25% untuk kasus 0 0,005L dan 3,94%
untuk kasus dengan 0 0,01L . Seperti halnya pada kasus pada Tabel 4 dan 5, kesalahannya yang timbul umumnya disebabkan karena kesulitan
dalam menentukan lokasi beban kritis sebenarnya
di saat buckling mulai terjadi.
Secara umum, terlihat bahwa hasil penghitungan
numerik yang dilakukan dengan menggunakan
konsep metode elemen hingga dapat diverifikasi
dengan baik dengan menggunakan persamaan
analitik yang diperoleh melalui konsep mekanika.
V. KESIMPULAN
Ada dua kesimpulan utama yang bisa diperoleh dari
penelitian ini:
Dari hasil penghitungan, baik secara analitik maupun numerik, menunjukan bahwa nilai
perbandingan kekuatan kritis buckling terhadap
beban luluh dari suatu kolom yang dibebani secara tekan aksial dengan melibatkan pengaruh
keberadaan cacat geometri dan beban
essentrisitas secara bersamaan akan semakin
kecil bila dibandingkan dengan kondisi kolom
sempurna (tanpa cacat geometri dan jarak
essentrisitas) atau kolom dengan pengaruh
keberadaan kedua faktor tersebut dianalisa
secara terpisah.
Program komputasi berbasiskan metode elemen hingga yang dikembangkan cukup memberikan
hasil yang memuaskan, karena hasil penghitungan beban kritis buckling yang
diberikan, rata-rata dapat diverifkasi dengan
baik oleh persamaan analitik yang diturunkan
melalui konsep mekanika benda padat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chen, W.F; Lui, E.M (1987), Structural Stability, Theory and Implementation,
Elsevier Science Pub, New York.
[2] Robertson, A (1925), The Strength of the Strut, ICE Selected Engineering Paper, 28
[3] Kato, S; Kim, Y.B (2005),Simulation of the cyclic behavior of J-Shaped Steel
Hysteresis Devices and Study on the
Efficiency for Reducing Earthquke
Responses of Space Structures, Journal
Constructional Steel Structures, Vol 61, pp.1457-1473.
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 59
[4] Satria, E; Kato, S; Kim, Y.B (2007), Comparison of Design Formula for
Buckling Cylindrical Steel Shells under
Axial Compression, Journal of Steel
Construction Engineering, Vol.14(54),
pp.27-41.
[5] Satria, E; Bur, M; Zachari, H (2011), Penghitungan Kekuatan Elasto-Plastik
Struktur Silinder Berdinding Tipis Akibat
Beban Tekan Aksial dengan Melibatkan
Pengaruh
[6] Ketidaksempurnaan Geometri, SNTTM X, Malang