171811855 Laporan Sementara Praktikum Konseling
-
Upload
tony-ramirez -
Category
Documents
-
view
56 -
download
4
Transcript of 171811855 Laporan Sementara Praktikum Konseling
-
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KONSELING
KONSELING FARMASIS KEPADA PASIEN IBU HAMIL DAN KELUARGA
Disusun Oleh :
Kelompok III Kelas A Gelombang 2
Herdyna Gita Violleni G1F010039
Indra Pradipta G1F010057
Dina Aruni Saffanah G1F010071
Aldi Permadi G1F010079
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
-
I. Judul : KASUS IBU HAMIL
II. Tujuan : Mampu melakukan konseling kepada pasien ibu hamil dan
keluarganya.
III. Identifikasi Masalah :
Konseling merupakan serangkaian kegiatan pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor atau dalam hal ini Apoteker) kepada
konseli (pasien) secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus
maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya. Pada umumnya
dapat dikatakan suatu konseling yang efektif terjadi bila konselor :
1. dapat berpartisipasi secara penuh dalam komunikasi pasien;
2. sangat memahami perasaan pasien dan dapat menunjukkan pemahaman tersebut;
3. mengikuti jalan pikiran pasien dan memperlakukan pasien sebagai teman kerja di
dalam menangani masalah (Authier, 1986)
Konseling yang baik terdiri atas dua elem besar yakni menciptakan hubungan
yang bersifat saling memeprcayai, serta memberikan informasi yang relevan dan
akurat untuk menolong pasien membuat keputusan. Hal tersebut dilakukan dengan
menunjukkan empati, bersikap sopan dan ramah serta menghormati pasien, termasuk
menghargai pendapat pasien yang mungkin berbeda dengan pendapat petugas, serta
memberikan informasi yang sedrhana, jujur, benar dan lengkap (Johns, 1994).
Konseling pada ibu hamil sangat penting dilakukan terkait obat-obatan yang
diresepkan kepadanya. Pasien dalam kasus kami merupakan pasien ibu hamil
trimester ketiga (7 bulan) yang memerlukan konseling berbeda pada umumnya
Karena banyak obat yang melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita
-
hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi,
mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbebtuk senyawa yang reaktif, yang
besifat teratogenik atau dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat-obat yang
dapat menyebabkan terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam
masa pertumbuhan (Anonim, 2006)
Kelompok obat untuk Ibu Hamil dikategorikan menjadi 4 kategori :
Kategori A
Studi control untuk menunjukan resiko pada fetus ditrimester pertama gagal (tidak
ada bukti resiko pada trimester berikutnya) kemungkinan aman pada fetus
Kategori B
Pada studi reproduksi hawan tidak dapat menunjukan resiko pada fetus, pada studi
control wanita hamil / studi reproduksi hewan tidak menunjukan efek samping
(selain dari penurunan fertilitas) yang tidak dikonfimasikan pada studi control
wanita hamil pada trimester pertama (tidak ada bukti pada trimester berikutnya)
Kategori C
Studi pada hewan menunjukan efek samping pada fetus (teratogenik) / embriosidal
atau yang lainnya, tetapi belum ada studi control pada wanita hamil, obat harus
diberikan hanya jika keuntungan lebih besar dari resiko pada fetus.
Kategori X
Studi pada hewan atau manusia telah menunjukan ketidaknormalan fetus / terdapat
bukti terhadap resiko fetus berdasarkan pengalaman manusia / keduanya,
penggunaan obat terhadap wanita hamil tidak ada keuntungannya. Obat ini
kontraindikasi dengan wanita hamil (Anonim, 2005).
-
IV. Perumusan Masalah :
Pasien bernama Ny. Ayu, seorang ibu hamil bulan ke 7 mengeluh
keputihan, yang disertai gatal-gatal didaerah kewanitaan. Ny. Ayu memiliki
riwayat penyakit gatal-gatal, tidak pernah menderita DM maupun HT. TD
120/100 mmHg. Kepada Apoteker, ibu Ayu mengatakan bahwa memiliki
alergi terhadap Amoxixillin tapi bu Ayu lupa mengatakan hal tersebut kepada
dokter.
Dr. Amelia Wahyu, Sp.Og
Rumah :
Jl. Mawar No. 301
Purwokerto
Telp. 0281-323571
Praktek :
Jl. Mewangi No. 123
Purwokerto
Telp.0281-325768
R/ Deksametason 0,75mg tab No. X
S 3 dd 1
R/ Amoxicillin 500mg tab No.X
S 3 dd 1
R/ Kalk tab No X
S 1 dd 1
R/ Metronidazol 500 mg tab No XV
S 1 dd 1
Pro : Ny. Ayu (25 th)
Gambaran role play :
1. Pasien Ibu Hamil datang didampingi keluarga dengan keluhan gatal-gatal
didaerah kewanitaan dan membawa resep dari dokter.
-
2. Resep diterima oleh apoteker dan dilakukan skrining administrative,
farmasetis, dan farmakologis pada resep tersebut.
3. Apoteker mengecek kesesuaian antara indikasi obat dengan keluhan
pasien, serta mengecek kategori obat tersebut apakah aman bila
dikonsumsi Ibu Hamil. Pada kasus yang didapat, apoteker mendengarkan
keluhan dan gejala pasien yaitu keputihan, yang disertai gatal-gatal di
daerah kewanitaan, memastikan lama terjadi keputihan, menanyakan
riwayat penyakit (DM, HT) serta riwayat pengobatan pasien (jika terdapat
alergi tehadap obat).
4. Apoteker menjelaskan informasi kepada pasien dan keluarga (untuk
mengingatkan pasien apabila terlupa) mengenai indikasi dan kategori obat
pada resep.
5. Apoteker menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien dan dokter
pada obat yang akan dirubah atau dihilangkan.
6. Apoteker kemudian mengecek ketersediaan dan menghitung harga obat
kemudian menjelaskan dan memberikan pilihan terapi obat kategori A
atau B yang aman dari resep yang diberikan.
7. Apabila keluarga pasien setuju maka apoteker menyerahkan obat dan
memberikan informasi dan edukasi mengenai aturan pakai, efek samping,
kontraindikasi, hal yang perlu dihindari dan dipatuhi selama penggunaan
obat (jangan menggaruk daerah kewanitaan), serta hal-hal yang sebaiknya
dilakukan (mengkondisikan daerah kewanitaan selalu kering dan bersih)
8. Apoteker menanyakan apakah penjelasan sudah cukup dimengerti dan
menutup pembicaraan dengan baik.
-
V. Pemecahan Masalah :
1. Pemecahan masalah yang diberikan apoteker adalah memberikan pilihan
terapi mengenai penggantian obat kategori C menjadi kategori A/B atau
2. Apoteker menjelaskan keuntungan jika pasien memilih obat kategori A/B
dimana resiko pada kandungan sangat minimal, dan keuntungan jika
pasien menghilangkan obat kategori C dapat menghindari resiko buruk
pada kandungan.
3. Apoteker juga menjelaskan jika keluarga pasien tetap menebus obat sesuai
resep, belum ada penelitian mengenai jenis obat kategori C pada ibu
hamil, sehingga resiko efek samping pada fetus mungkin saja terjadi.
4. Apoteker memberikan saran untuk mengganti antibiotik dengan antibiotic
yang tidak menimbulkan alergi pada pasien dan tetap aman untuk
dikonsumsi untuk ibu hamil atau tidak perlu diberikan antibiotic karena di
dalam resep sudah terdapat antibakteri untuk keputihan.
5. Menjelaskan bahwa keputihan untuk ibu hamil merupakan hal yang wajar
dikarenakan perubahan hormonal dan pH vagina pada wanita hamil, serta
diberikan penjelasan untuk selalu menjaga kebersihan vagina.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui.
Direktorat Jenderal Bina Kefrmasian dan Alat Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Johns, H. Medical Conseling. University Bloomberg School of Public Helath.
Pupulation report. Baltimore : Family Planning Programs. 1994:J(40)
Authier, J. 1986. Showing Warmth and Empathy. In: Hargie, editor Handbook of
Communication Skills. London: Routledge