170499087-BAB-II-Revisi

16
5/22/2018 170499087-BAB-II-Revisi-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/170499087-bab-ii-revisi 1/16 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Parietales Suku : Guttiferae !lusiaceae" #arga : Garcinia $enis : Garcinia mangostana %. Depkes &'( )**+" 2.1.2 Deskripsi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)  Pohon manggis memiliki tinggi kurang lebih )5 meter, Batang berkayu( bulat( tegak( percabangan simpodial( ber-arna hi.au kotor, Daun tunggal( lon.ong( u.ung runcing( pangkal tumpul( tepi rata( pertulangan menyirip( pan.ang /01/5 cm( lebar 21* cm( tebal( tangkai silindris( ber-arna hi.au, Bunga tunggal( berkelamin dua( tumbuh di ketiak daun( tangkai silindris( pan.ang )1/ cm( benang sari ber-arna kuning( memiliki satu putik ber-arna putih, Buah berbentuk bulat( diameter 213 cm( -arna coklat keunguan, Bi.i berbentuk bulat( diameter kurang lebih / cm( dalam satu buah terdapat 514 bi.i( ber-arna kuning, Akar tunggang( ber-arna  putih kecoklatan Depkes &'( )**+", Gambar dari tanaman manggis Garcinia mangostana %," dapat dilihat pada gambar /,) di  ba-ah ini,

description

sadas

Transcript of 170499087-BAB-II-Revisi

13

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)2.1.1Klasifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: ParietalesSuku

: Guttiferae (Clusiaceae)Marga

: Garcinia

Jenis

: Garcinia mangostana L. (Depkes RI, 1994)

2.1.2 Deskripsi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Pohon manggis memiliki tinggi kurang lebih 15 meter. Batang berkayu, bulat, tegak, percabangan simpodial, berwarna hijau kotor. Daun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm, lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris, berwarna hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, tumbuh di ketiak daun, tangkai silindris, panjang 1-2 cm, benang sari berwarna kuning, memiliki satu putik berwarna putih. Buah berbentuk bulat, diameter 6-8 cm, warna coklat keunguan. Biji berbentuk bulat, diameter kurang lebih 2 cm, dalam satu buah terdapat 5-7 biji, berwarna kuning. Akar tunggang, berwarna putih kecoklatan (Depkes RI, 1994).Gambar dari tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.Gambar 2.1. Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.)2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)Akar dan kulit batang manggis mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Kulit buah manggis mengandung saponin, antosianin, dan tanin (Depkes RI, 1994; Supiyanti dkk., 2010). Menurut Jung et al. (2006), xanton yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu cudraxanthone G, 8-deoxygartanin, garcimangosone B, garcinone D, garcinone E, gartanin, 1-isomangostin, -mangostin, -mangostin, mangostinone, smeathxantone A , dan tovophyllin A. Metabolit sekunder utama dari tanaman ini yaitu -mangostin, -mangostin, dan -mangostin (Chin et al, 2008).2.1.4 Khasiat dan Bioaktivitas Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Berdasarkan usada, kulit buah manggis digunakan untuk mengobati sakit bibir (Putra, 1991). Ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antikanker, anti-inflamasi, antialergi, antibakteri, antifungi, antivirus, serta antimalaria (Chaverri et al., 2008). Isolat -mangostin dari kulit buah manggis juga telah terbukti memiliki aktivitas sebagai antidislipidemia (Dachriyanus dkk., 2007).2.2Hewan Uji Hewan uji yang umumnya digunakan dalam penelitian yaitu tikus putih (Rattus norvegicus L). Keuntungan penggunaan tikus putih dalam percobaan yaitu mudah dipelihara, relatif sehat, cocok untuk berbagai macam penelitian, mempunyai kemiripan dengan manusia dalam hal fisiologi, anatomi, nutrisi, patologi, metabolisme serta umum digunakan untuk penelitian mengenai kadar lipid darah. Penggunaan tikus putih jantan dalam percobaan bertujuan untuk mengurangi pengaruh perubahan hormonal, dimana tikus jantan memiliki sedikit hormon estrogen sehingga tidak mempengaruhi kadar lipid darahnya. Tikus galur Wistar mempunyai kepala yang besar dengan ekor yang lebih pendek dan dapat mencapai ukuran 40 cm yang diukur dari hidung sampai ujung ekor dengan berat berkisar antara 140-500 gram (Harini dan Astirin, 2009; Manurung dkk., 2012; Suwandi, 2012).2.3 LipidLipid merupakan suatu senyawa yang bersifat hidrofobik yang terdapat dalam semua bagian tubuh serta dapat diekstraksi dari mahluk hidup. Lipid tidak larut dalam air dan dapat diangkut ke dalam peredaran darah dengan mengikat protein yang larut dalam air (Murray et al., 2003). Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida dan fosfolipid (Ganiswarna dkk., 2004).

2.3.1 Kolesterol

Kolesterol berfungsi untuk regulasi cairan tubuh; unsur dari myelin dalam jaringan saraf; bahan baku untuk penyusun beberapa jenis biomolekul seperti hormon steroid, asam empedu, dan vitamin D (Boyer, 2002). Kolesterol berasal dari dua sumber yaitu, dari makanan (eksogen) dan kolesterol endogen yang disintesis oleh tubuh. Apabila jumlah kolesterol dari makanan berkurang maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lainnya. Kolesterol yang diproduksi dalam hati dibantu dengan enzim yang disebut HMG-KoA reduktase, kemudian kolesterol dikirimkan ke dalam aliran darah (Linn et al., 2009).

2.3.2 Trigliserida

Trigliserida disintesis dari asam-asam lemak dan gliserol, proses pembentukan tersebut dikenal sebagai proses lipogenesis (deposisi lemak). Proses pemecahan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak oleh enzim lipase serta melepasnya ke dalam pembuluh darah disebut dengan proses lipolisis (mobilisasi lemak) (Guyton, 1995; AHA, 2006).2.3.3 Fosfolipid

Jenis fosfolipid yang utama yaitu lesitin, sefalin, dan sfingomielin. Fosfolipid sebagian besar dibentuk dalam sel hati (Guyton, 1995). Fosfolipid adalah unsur pokok dari membran sel, dimana strukturnya mirip dengan trigliserida. Pada bagian kepala molekul terdapat nitrogen yang bersifat hidrofilik. Pada bagian ujung ekor terdapat asam lemak yaitu asam lemak jenuh dan tak jenuh yang bersifat hidrofobik (Sloane, 2004).2.3.4 Lipoprotein

Lipid plasma dimodifikasi dalam bentuk kompleks makromolekul agar dapat ditransportasikan dalam sirkulasi. Modifikasi tersebut dilakukan dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein plasma terdiri atas sebagian besar fosfolipid, kolesterol bebas dan protein, sedangkan pada intinya tersusun oleh sebagian besar trigliserida dan kolesterol ester (Ganiswarna dkk., 2004, Dipiro et al., 2005). Struktur lipoprotein dapat dilihat pada gambar 2.2.Gambar 2.2 Struktur Lipoporotein Plasma (Burns et al., 2008)Lipoprotein dibedakan menjadi 5 golongan besar, yaitu :

a. Kilomikron

Kilomikron terdiri dari 80% trigliserida yang berasal dari makanan dan kurang dari 5% kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka dan membawa kolesterol dari makanan ke hati (Ganiswarna dkk., 2004).b. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein)

VLDL terdiri dari 60% trigliserida dan 10-15% kolesterol. VLDL berfungsi mengangkut lipid yang disintesis di hati menuju ke seluruh tubuh (Ganiswarna dkk., 2004).c. Lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediet density lipoprotein).

IDL adalah zat perantara yang terjadi saat VLDL dikatabolisme menjadi LDL. IDL terdiri atas 30% trigliserida, 20% kolesterol dan relatif lebih banyak mengandung apolipoprotein B dan E (Ganiswarna dkk., 2004). d. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein).

LDL merupakan metabolit VLDL yang berfungsi mengangkut kolesterol ke jaringan perifer untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid. LDL terdiri atas 10% trigliserida dan 50% kolesterol (Ganiswarna dkk., 2004). e. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein).

HDL terdiri atas 13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserida, dan 50% protein. HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang (Ganiswarna dkk., 2004). 2.4 Metabolisme Lipid

Lipid darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen.1. Jalur Eksogen

Kolesterol dan asam lemak bebas yang masuk ke dalam tubuh melalui usus akan diserap di mikrovili usus, selanjutnya akan diubah menjadi kolesterol ester dan trigliserida. Trigliserida dan kolesterol ester tersebut akan dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron akan diangkut dalam saluran limfe lalu dibawa ke dalam darah. Di dalam kapiler jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali atau dioksidasi. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis dan lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai struktur membran plasma, myelin, hormon steroid dan lain sebagainya, serta disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi atau diekskresi ke dalam empedu sebagai kolesterol atau asam empedu atau diubah menjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke dalam plasma. Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat dibawah pengaruh enzim HMG-KoA reduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah juga diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati (Ganiswarna dkk., 2004).2. Jalur Endogen

Pada jalur endogen, trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL. VLDL yang banyak mengandung trigliserida akan dihidrolisis oleh lipoprotein lipase dalam sirkulasi. VLDL kemudian dimetabolisme oleh enzim lipase menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL. IDL kemudian berubah menjadi LDL. Apabila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurang, maka kadar kolesterol plasma akan meningkat (Ganiswarna dkk., 2004; Fauci et al, 2008).2.5 Dislipidemia Pada TikusDislipidemia adalah gangguan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau lebih kadar lipid yang meliputi kadar kolesterol total, Low-Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida maupun penurunan kadar High-Density Lipoprotein (HDL) dalam darah (Wells et al., 2006; Linn et al., 2009). Penyebab kerusakan primer pada dislipidemia adalah ketidakmampuan pengikatan LDL pada reseptor LDL atau kerusakan dalam proses pencernaan kompleks LDL kedalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol. Dengan kurangnya reseptor LDL maka jumlah kolesterol total dan LDL menjadi tidak seimbang (Sukandar dkk., 2008; Linn et al., 2009; Subramaniam et al, 2011). Klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida pada tikus dapat dilihat pada table 2.1.Tabel 2.1. Klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida pada tikus

Lipid DarahKeterangan

Kolesterol Total

10-54 mg/dLNormal

LDL

17-22 mg/dLNormal

HDL

77-84 mg/dLNormal

Trigliserida

26-145 mg/dLNormal

(Ratnayanti, 2011)2.6 Simvastatin Simvastatin merupakan salah satu obat golongan statin yang digunakan untuk terapi dislipidemia. Obat ini menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase menjadi asam mevalonat sehingga sintesis kolesterol dalam hati berkurang. Hal ini mengakibatkan jumlah reseptor LDL meningkat. LDL akan lebih banyak masuk ke dalam hati untuk yang kemudian diekskresikan melalui empedu. Simvastatin mampu menurunkan kadar LDL, kadar trigliserida, kadar kolesterol total dan meningkatkan kadar HDL (Ganiswarna dkk., 2004).2.7 Metode Induksi DislipidemiaTimbulnya dislipidemia pada hewan coba dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Penilaian terjadinya dislipidemia dapat dilakukan dengan mengukur kadar kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida pada hewan uji. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho et al. (2012), induksi makanan diet lemak tinggi dengan 15% lemak babi, 5% kuning telur bebek selama 55 hari berhasil merangsang peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, dan LDL pada darah tikus. Lemak babi memiliki kadar lemak yang lebih tinggi daripada kadar lemak pada sapi. Kadar asam lemak jenuh ganda pada babi juga lebih besar daripada sapi (Hermanto dkk., 2008).Mekanisme peningkatan kadar kolesterol berasal dari trigliserida yang masuk dari makanan diemulsikan oleh asam empedu, kemudian diserap oleh usus halus. Di dalam pankreas terdapat dua enzim yaitu enzim lipase dan enzim fosfolipase A2. Enzim lipase menghidrolisis trigliserida menjadi 1,2-digliserida dan 2-gliserida, sedangkan enzim fosfolipase A2 menghidrolisis fosfolipid menjadi asam lemak dan lisofosfolipid. Semua produk tersebut ditransportasikan ke sel epitel usus, di tempat ini trigliserida disintesis kembali. Trigliserida bersama protein, fosfolipid, dan kolesterol ester bergabung membentuk kilomikron. Trigliserida yang terdapat dalam kilomikron ini akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak akan memasuki sel-sel jaringan, sebagian akan diubah menjadi energi dan sebagian lagi akan dioksidasi menjadi asetil-KoA yang merupakan prekusor pembentuk kolesterol (Dachriyanus dkk., 2007). Pemberian diet kuning telur dapat menaikkan kadar profil lipid, terutama kadar kolesterol total dan trigliserida. Pemberian diet kuning telur pada tikus sangat mempengaruhi metabolisme kadar kolesterol darah. Diet kuning telur yang kaya kolesterol dan trigliserida diuraikan oleh enzim lipase lambung yang sebelumnya diemulsikan oleh garam empedu. Hasil penguraiannya berupa asam lemak bebas dan dua monogliserida dalam bentuk misel dalam usus halus. Asam lemak bebas dan monogliserida disintesis kembali oleh epitel usus halus menjadi trigliserida dan fosfolipid, kemudian bergabung dengan kilomikron, diangkut menuju hati dan jaringan (Prasetyo dkk., 2000).2.8 Etanol Etanol merupakan pelarut organik yang umunya digunakan dalam proses ekstraksi. Etanol dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel simplisia sehingga proses ekstraksi menjadi lebih efisien dalam menarik komponen polar hingga semi polar. Etanol 95% terdiri atas 95% etanol dan 5% air. Etanol memiliki titik didih pada suhu 78,40C dan titik beku pada suhu -1120C. Etanol dapat larut dalam air dan eter, mudah terbakar, tidak berwarna, tidak berasa, serta memiliki bau yang khas (Siedel, 2008). 2.9EkstrakEkstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI, 1979). Penyarian ekstrak menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).2.10 Metode Ekstraksi

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair, sehingga zat aktif akan berada dalam cairan pelarut tersebut. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan panyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Maserasi merupakan teknik penyarian yang sederhana dan digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain (Depkes RI, 1986; Kristanti et al., 2008). Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut pada cairan penyari dan karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dengan larutan di dalam sel (Depkes RI, 1986).

Pada umumnya maserasi dapat dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Benjana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan (Depkes RI, 1986).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna, cairan penyari yang digunakan lebih banyak serta tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan ini diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan, dapat tetap terjaga derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut diperlukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari, seperti malam dan sebagainya. Proses ekstraksi berhenti ketika terjadi kesetimbangan antara konsentrasi metabolit dalam pelarut dan serbuk simplisia (Depkes RI, 1986; Seidel, 2008). Gambar alat maserasi dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Alat Maserasi (Depkes RI, 1986)Gambar diatas menunjukkan skema alat maserasi, terdiri dari bejana A yang terbuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan logam lain yang dilapisi email. Bejana A berpasangan dengan tutup bejana B yang dapat sekaligus dilengkapi dengan pengaduk C atau dibuat terpisah dengan setiap kali harus membuka tutup bejana pada waktu akan mengaduk. Dalam hal ini pengaduk C dapat dibuat dari kayu atau baja tahan karat. Selain itu, dibutuhkan pula bejana lain yaitu bejana D untuk menampung dan mengendapkan cairan hasil maserasi dari bejana A setelah disaring atau dituang. Bentuk, ukuran dan bahan bejana D pada dasarnya sama dengan bejana A tetapi tanpa dilengkapi dengan pengaduk. E merupakan alat penyaring (Depkes RI, 1986).2.11 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam penelitian fitokimia. Skrining fitokimia bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang diteliti. Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memenuhi kriteria sederhana, cepat, hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, khas untuk satu golongan senyawa, serta memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan senyawa meski dalam konsentrasi yang cukup kecil) (Kristanti dkk., 2008).2.12 Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder

2.12.1 Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi. Sifat fisika kimia tanin yaitu membentuk koloid dalam air dan memiliki rasa asam dan sepat; bersifat polar; larut dalam air, basa encer, alkohol, gliserol dan aseton; serta jika dicampur dengan alkaloid dan gelatin akan terjadi endapan (Harborne, 1996).2.12.2 Saponin

Saponin merupakan golongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan triterpenoid. Sifat fisika kimia saponin yaitu mempunyai rasa pahit, dapat membentuk larutan koloid dalam air dan membuih bila dikocok, bersifat polar, dalam larutan air membentuk busa yang stabil, menghemolisa eritrosit, merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi, membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid lainnya, berat molekul relatif tinggi (Harborne, 1996).2.12.3 Antosianin

Antosianin adalah kelas dari senyawa flavonoid, yang secara luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Zat tersebut berperan dalam pemberian warna terhadap bunga atau bagian tanaman lain dari mulai merah, biru sampai ke ungu termasuk juga kuning. Sifat fisika dan kimia dari antosianin dilihat dari kelarutan antosianin larut dalam pelarut polar seperti metanol, aseton, atau kloroform, terlebih sering dengan air dan diasamkan dengan asam klorida atau asam format. Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 35-40C, mempunyai berat molekul 207,08 gram/mol. Kestabilan antosianin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, temperatur, sinar dan oksigen, serta faktor lainnya seperti ion logam (Harborne, 1996; Widayanti dkk., 2009).2.12.4 Xanton

Xanton merupakan pigmen kuning fenol yang termasuk kedalam golongan flavonoid. Xanton mempunyai rumus molekul dasar C13H8O2. Salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan xanton yaitu -mangostin. Sifat fisiko kimia -mangostin ini yaitu berupa serbuk berwarna kuning dengan titik lebur 180-182oC, stabil pada suhu 65oC, sukar larut dalam air, serta bersifat non polar sehingga banyak tersari didalam pelarut-pelarut non polar seperti heksan dan kloroform (Harborne, 1996; Widayanti dkk., 2009; Satong et al., 2011).2.13 Metode Penetapan Kadar LipidDalam penetapan kadar kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida dilakukan pengukuran dengan metode kalorimetri yang menggunakan alat spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya pada panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Keuntungan menggunakan spektrofotometer yaitu untuk analisa membutuhkan zat dalam jumlah kecil, pengerjaannya cepat, sederhana, cukup sensitif dan selektif serta mudah dalam interpretasi hasil yang diperoleh (Bassett dkk., 1994; Gandjar dan Rohman, 2008).2.13.1 Pengukuran Kadar Kolesterol Total Penetapan kadar kolesterol total menggunakan metode CHOD-PAP. Kadar kolesterol ditetapkan setelah terjadi hidrolisis dan oksidasi secara enzimatik. Indikator yang digunakan yaitu quinonimin yang terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4-aminofenazon dengan adanya fenol dan peroksidase. Reaksi yang terjadi yaitu :Ester kolesterol + H2Okolesterol + asam lemak

Kolesterol + O2

kolesten-3-on + H2O2H2O2 + 4-aminofenazon + fenol quinonimin+ 4H2O(Dachriyanus dkk., 2007; Prasanth et al., 2012)2.13.2 Pengukuran Kadar TrigliseridaPenetapan kadar trigliserida menggunakan metode GPO-PAP. Kadar trigliserida ditetapkan setelah mengalami hidrolisis secara enzimatik dengan lipase. Indikator yang digunakan yaitu quinonimin yang terbentuk dari hidrogen peroksida, 4-aminoantipirin, dan 4-klorofenol dengan adanya pengaruh katalis peroksidase. Reaksi yang terjadi yaitu :Trigliserida gliserol + asam lemak

Gliserol + ATP gliserol-3-fosfat + ADP

Gliserol-3-fosfat + O2

dihidroksiaseton fosfat + H2O22H2O2 + 4-aminoantipirin + 4-klorofenol

quinonimin+HCl + H2O (Dachriyanus dkk., 2007; Prasanth et al., 2012)

2.13.3 Pengukuran Kadar HDL

Pengukuran kadar HDL dilakukan dengan metode enzimatik CHOD-POD. Serum yang diperoleh diendapkan dengan asam fosfotungestik dan magnesium. Setelah disentrifugasi, HDL dalam supernatan ditambahkan dengan reagen diagnostik kit (Dachriyanus dkk., 2007; Prasanth et al., 2012).2.13.4 Perhitungan Kadar LDL

Kadar LDL dihitung dengan menggunakan rumus Friedewald setelah kadar kolesterol total, trigliserida dan HDL diukur. Rumus yang digunakan yaitu :LDL (mg/dl)= kolesterol total - trigliserida - HDL

5

(Widiastuti, 2003; Dachriyanus dkk., 2007)kolesterol esterase

kolesterol oksidase

peroksidase

Lipase

Gliserol kinase

Gliserol-3-fosfat oksidase

peroksidasee

5