169

27
PENGARUH KUALITAS AUDITOR DANPENGAWASAN LEGISLATIF TERHADAP TEMUAN AUDIT DENGAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DYAH SETYANINGRUM LINDAWATI GANI DWI MARTANI Universitas Indonesia Cris Kuntadi Pusdiklat BPK – RI ABSTRACT The purpose of this is to analyze the effect of auditor quality and legislative oversight on the follow-up of audit recommendations, and also examining the indirect effect between the auditor quality and legislative oversight on the audit findings through the follow-up of audit recommendations as an intervening variable. Sample of this study is local governments’ financial statement in Indonesia from 2010-2012. Using principle component analysis methods, there are four components extracted that form auditor quality which is experience, training, motivation, and education. The empirical test result shows that there is a direct effect between the auditor qualityand legislative oversight on the follow-up of audit recommendations, as well as indirect effect on audit findings. High quality auditor is able to produce high quality recommendations that can be easily followed by the audited entity. Strong legislative oversight encourages closer monitoring over the local government financial management so that local governments more committed to following up on the audit recommendation. The higherthe audit recommendations are acted upon, the better the quality of local government financial statements asshown by the decrease in audit findings. Keywords: audit findings, auditor quality, follow-up, legislative oversight SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014 1 File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

description

Artikel Simposium Nasional Akuntansi 17

Transcript of 169

  • PENGARUH KUALITAS AUDITOR DANPENGAWASAN LEGISLATIF TERHADAP TEMUAN AUDIT DENGAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI

    HASIL PEMERIKSAAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

    DYAH SETYANINGRUM

    LINDAWATI GANI DWI MARTANI

    Universitas Indonesia

    Cris Kuntadi Pusdiklat BPK RI

    ABSTRACT The purpose of this is to analyze the effect of auditor quality and legislative oversight on the follow-up of audit recommendations, and also examining the indirect effect between the auditor quality and legislative oversight on the audit findings through the follow-up of audit recommendations as an intervening variable. Sample of this study is local governments financial statement in Indonesia from 2010-2012. Using principle component analysis methods, there are four components extracted that form auditor quality which is experience, training, motivation, and education. The empirical test result shows that there is a direct effect between the auditor qualityand legislative oversight on the follow-up of audit recommendations, as well as indirect effect on audit findings. High quality auditor is able to produce high quality recommendations that can be easily followed by the audited entity. Strong legislative oversight encourages closer monitoring over the local government financial management so that local governments more committed to following up on the audit recommendation. The higherthe audit recommendations are acted upon, the better the quality of local government financial statements asshown by the decrease in audit findings. Keywords: audit findings, auditor quality, follow-up, legislative oversight

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    1

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • 1. Latar Belakang

    Sejak dimulainya era otonomi daerah dan reformasi keuangan, akuntabilitas dan

    transparansi mtienjadi isu penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu

    perwujudan prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara

    adalah penyusunan laporan keuangan oleh pemerintah (pusat dan daerah).Laporan

    keuangan pemerintah bertujuan untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para

    pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan

    ekonomi, sosial maupun politik.Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-

    RI) adalah lembaga negara yang bertugas menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan

    keuangan negara di Indonesia dan berkewajiban memberikan pendapat atas kewajaran

    informasi yang disajikan dalam laporan keuangan agar tidak menyesatkan penggunanya.

    Hasil audit oleh BPK-RI berupa opini audit dan temuan audit yang terdiri dari temuan

    efektivitas sistem pengendalian internal (SPI) dan temuan ketidakpatuhan terhadap

    ketentuan perundang-undangan.

    Kondisi opini audit LKPD dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 sudah

    mengalami perbaikan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan opini Wajar Tanpa

    Pengecualian (WTP) dan Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dan penurunan opini

    Tidak Wajar (TW) dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP).Dari sisi temuan, dapat

    dilihat pada gambar 1 bahwa kasus temuan audit tidak secara konsisten menunjukkan

    penurunan, baik secara jumlah maupun nominal. Sebagai upaya perbaikan kualitas

    laporan keuangan, atas setiap temuan audit BPK-RI memberikan rekomendasi yang

    ditujukan kepada orang/badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau

    perbaikan dan bersifat wajib ditindaklanjuti. Peningkatan jumlah kasus baik kasus

    pengendalian internal dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

    dapat menjadi salah satu indikasi bahwa Pemerintah Daerah belum sepenuhnya

    menjalankan rekomendasi BPK untuk perbaikan kualitas laporan keuangan.

    Hal ini didukung oleh fakta yang diperoleh dari ikhtisar hasil pemeriksaan

    (IHPS) semester 2 tahun 2013 bahwa sejak tahun 2009-2013 jumlah rekomendasi yang

    telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi sebesar 53,09%; bahkan secara nilai nominal

    jumlah rekomendasi yang telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi hanya 26,96%.

    Sisanya masih belum sesuai rekomendasi dan/atau dalam proses tindak lanjut atau

    belum ditindaklanjuti. Rendahnya tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dapat

    menjadi indikasi bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya

    berkomitmenmelaksanakanrekomendasi tindak lanjut yang diberikan oleh

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    2

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • pemeriksa.Menurut Lin dan Liu (2012),dilaporkannya temuan merupakan langkah

    penting pertama yang selanjutnya harus diikuti dengan meminta pertanggungjawaban

    auditee serta melakukan langkah perbaikan. Semakin besar persentase rekomendasi

    hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti, akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah akan

    semakin baik yang ditunjukkan dengan semakin berkurangnya temuan audit pada

    periode selanjutnya.

    Penelitian empiris tentang TLRHP masih sangat terbatas. Di Cina, Huang dan

    Wang (2010) dalam Lin dan Liu (2012) menemukan bahwa upaya auditee atau pihak

    terkait lainnya dalam menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan (rectification)

    merupakan faktor yang sangat penting bagi auditor pemerintah dalam melaksanakan

    tugasnya serta dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Lin dan

    Liu (2012) menunjukkan bahwa upaya auditee dan pihak terkait lain dalam

    menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan dapat memperkuat efektifitas

    pelaksanaan audit pemerintahan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat korupsi yang

    menurun seiring dengan ditindaklanjutinya rekomendasi hasil pemeriksaan secara

    menyeluruh.

    Penelitian ini bertujuanmenganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

    pemerintah daerah untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK-RI

    dengan memasukkan kualitas auditor dan pengawasan legislatif sebagai variabel utama

    yang diduga mempengaruhi tindak lanjut hasil pemeriksaan.Auditor yang memiliki

    kompetensi tinggi diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang tepat dan mudah

    ditindaklanjuti oleh auditee sehingga persentase tindak lanjut hasil pemeriksaan

    semakin meningkat. Menurut ASOSAI (2009), semakin besar persentase rekomendasi

    hasil pemeriksaan yang diterima dan diimplementasikan oleh auditee merupakan salah

    satu indikator kualitas audit yang tinggi. Oleh karena itu, kualitas auditor menjadi salah

    satu variabel utama yang akan diuji pengaruhnya secara empiris terhadap TLRHP.

    Dengan menggunakan principle component analysis, Cheng et.al (2013) menemukan

    bahwa ada tiga faktor utama yang membentuk kualitas auditor yaitu pendidikan,

    pengalaman dan pelatihan.Pengukurankualitas auditor belum banyak dieksplorasi dalam

    penelitian empiris, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    utama berupa pengembangan ukuran kualitas auditor BPK-RIyang melakukan

    pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD).

    Dalam pelaksanaan penyelenggaran pemerintah daerah, diperlukan fungsi

    pengawasan yang didefinisikan sebagai proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    3

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku (Keppres No. 74 tahun 2001). Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota bertugas untuk melakukan

    pengawasan legislatif atas pelaksanaan kebijakan daerah provinsi/kabupaten/kota.

    Terkait pertanggung jawaban pengelolaan keuangan negara, dalam Pasal 21 UU No. 15

    Tahun 2004, disebutkan bahwa lembaga legislatif menindaklanjuti hasil pemeriksaan

    BPK dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya. DPRD dapat

    meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka menindaklanjuti hasil pemeriksaan,

    melakukan pemeriksaan lanjutan serta meminta kepada pemerintah daerah untuk

    melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan.Pengawasan legislatif merupakan variabel

    utama berikutnya yang diduga mempengaruhi tindak lanjut hasil pemeriksaan.Semakin

    kuat pengawasan legislatif, maka semakin tinggi persentase rekomendasi hasil

    pemeriksaan yang ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.

    Tujuan kedua dari penelitian ini adalah menguji hubungan tidak langsung antara

    kualitas auditor dan pengawasan legislatif terhadap temuan audit melalui tindak lanjut

    rekomendasi hasil pemeriksaan sebagai variabel intervening. Auditor yang berkualitas

    tinggi dapat menghasilkan rekomendasi yang tepat sehingga rekomendasi hasil

    pemeriksaan yang ditindaklanjuti semakin meningkat. Semakin tinggi rekomendasi

    hasil pemeriksaan ditindaklanjuti maka temuan audit akan semakin berkurang.

    Demikian juga jika pengawasan legislatif semakin kuat, maka semakin tinggi persentase

    rekomendasi hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah, sehingga

    pengelolaan keuangan daerah diharapkan semakin baik yang ditunjukkan dengan

    semakin berkurangnya temuan audit pada periode selanjutnya.

    Hasil pengujian empiris membuktikan adanya pengaruh langsung antara kualitas

    auditor dan pengawasan legislatif terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan, serta

    pengaruh tidak langsung terhadap temuan audit melalui tindak lanjut rekomendasi hasil

    pemeriksaan sebagai variabel intervening. Hal ini membuktikan bahwa auditor dengan

    kualitas tinggi mampu menghasilkan rekomendasi yang tepat sehingga dapat dengan

    mudah ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa. Semakin banyak rekomendasi yang

    ditindaklanjuti, maka diharapkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah akan

    semakin baik ditunjukkan dengan semakin berkurangnya temuan audit. Pengawasan

    legislatif yang kuat mendorong pengawasan yang lebih ketat atas pengelolaan keuangan

    daerah sehingga pemerintah daerah semakin berkomitmen untuk menindaklanjuti

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    4

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • rekomendasi hasil pemeriksaan, yang kemudian berdampak pada semakin berkurangnya

    temuan audit pada periode selanjutnya.

    Selanjutnya penelitian ini akan dibagi menjadi lima bagian. Bagian 2

    menyajikan tinjauan literatur dan pengembangan hipotesis.Metodologi penelitian

    disajikan di bagian 3 diikuti dengan pembahasan hasil pengujian empiris pada bagian

    4.Bagian 5 membahas tentang kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian

    selanjutnya.

    2. Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis

    Cheng et.al (2013) membuktikan bahwa kualitas auditor berhubungan positif

    dengan kinerja, dimana auditor dengan kualitas tinggi akan menghasilkan kinerja yang

    superior. Kualitas auditor dalam penelitian Cheng et.al (2013) di ekstrak dari teknik

    principle component analysis dan menemukan ada tiga faktor utama yang membentuk

    kualitas auditor yaitu pendidikan, pengalaman dan pelatihan. Berdasarkan penelitian

    sebelumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas auditor yang selanjutnya akan

    digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Lama penugasan (tenure)

    Terdapat dua pendapat yang kontradiktif antara lama penugasan (tenure) audit

    dengan kualitas audit. Pendapat pertama mengatakan bahwa terdapat hubungan

    negatif antara lama penugasan audit dengan kualitas audit, karena semakin panjang

    waktu audit semakin familiar hubungan auditor dengan klien. Hal ini menyebabkan

    auditor dan klien punya peluang untuk mengkompromikan pilihan akuntansi dan

    pelaporan klien, sehingga klien memiliki fleksibilitas pelaporan yang semakin besar

    (Davis et.al., 2002; Dopuch et.al., 2001; Chi et al., 2005). Hasil ini mendukung

    perlunya aturan rotasi auditor secara mandatory. Pendapat kedua justru tidak

    menunjukkan dukungan atas kebutuhan rotasi audit secara mandatory dan

    menemukan bahwa masa penugasan audit yang pendek berhubungan dengan

    kualitas laba yang rendah dan sebaliknya masa penugasan yang lebih panjang

    berhubungan dengan kualitas laba yang lebih tinggi (Johnshon, et.al., 2002 dan

    Myers et.al., 2003). Hal ini diduga karena pada masa penugasan yang pendek,

    pengetahuan auditor tentang bisnis, operasi, kebijakan akuntansi dan sistem

    pengendalian internal klien yang diperlukan untuk mendeteksi salah saji belum

    komprehensif dibandingkan dengan auditor dengan masa penugasan yang lebih

    panjang. Selain itu, pada masa penugasan yang pendek, kemungkinan auditor lebih

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    5

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • akomodatif terhadap klien karena lebih fokus pada fee yang akan diperoleh daripada

    melindungi reputasinya (Johnshon, et.al., 2002 ; Carcello dan Nagy, 2004) . Adanya

    mixed evidence tentang kebutuhan rotasi audit menunjukkan bahwa independensi

    dan kompetensi merupakan trade off.Semakin lama auditor mengaudit suatu

    perusahaan, kompetensi auditor semakin meningkat.Tetapi bersamaan dengan itu,

    hubungan auditor dengan klien semakin dekat (familiar) sehingga independensi

    menjadi turun.Namun, peningkatan kompetensi tidak selalu diiringi dengan

    penurunan independensi. Hal ini karena lost of independency lebih besar

    kerugiannya daripada tambahan fee akibat tambahan klien (Watts dan Zimmerman,

    1985). Karena adanya risiko audit ini, ada sebagian auditor yang tetap memiliki

    kompetensi tanpa kehilangan independensinya.

    2. Beban kerja (workload)

    Workload bisa dilihat dari banyaknya klien yang ditangani oleh auditor atau

    terbatasnya waktu yang tersedia untuk melaksanakan proses audit. Jones et.al (2010)

    menemukan asosiasi antara busy season dengan stres dan kelelahan, dan hal ini

    dapat menurunkan komitmen auditor, kinerja individual dan kepuasan

    kerja.Ketatnya waktu menyelesaikan pekerjaan menyebabkan auditor melakukan

    pekerjaan dibawah standar (Agoglia, et.al, 2010). Lopez dan Peters (2012)

    membuktikan bahwa adanya tekanan pekerjaan menyebabkan rendahnya kualitas

    audit dan meningkatkan kemampuan manajemen dalam memanipulasi laba yang

    dilaporkan. Hansen, et.al (2008) juga menemukan bahwa audit capacity stress

    terkait banyaknya klien yang harus dihadapi berpengaruh terhadap turunnya kualitas

    audit. Van Linden & Willekens (2013) juga menemukan hubungan negatif antara

    tingginya load pekerjaan staf dan partner dengan kualitas audit.

    3. Kecakapan Profesional

    Kecakapan profesional disyaratkan dalam Standar Umum Standar Pemeriksaan

    Keuangan Negara (SPKN) 4.3 yang menyatakan bahwa staf yang ditugasi

    melaksanakan pemeriksaan harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional

    yang memadai untuk tugas yang disyaratkan. Penelitian Choo dan Trotman (2001)

    menemukan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-

    item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman.

    Hal ini selaras dengan penelitian Tubbs (1992) yang menemukan bahwa semakin

    banyak pengalaman yang dimiliki, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    6

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • oleh auditor.Kecakapan profesional dalam penelitian Cheng et.al (2013) diukur

    dengan menggunakan umur dan sertifikasi yang diperoleh auditor.

    4. Pendidikan Profesional Berkelanjutan

    Pendidikan profesional berkelanjutan (PPL) dalam SPKN dimaksudkan agar

    pemeriksa menguasai perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar

    pemeriksaan. Melalui pendidikan berkelanjutan akan diperoleh pemahaman

    akuntansi yang lebih mendalam dan meningkatkan motivasi dalam melakukan audit,

    yang akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan.

    5. Tingkat Pendidikan

    Dalam laporan yang dibuat oleh gugus tugas AICPA disebutkan bahwa salah satu

    faktor yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan auditor pemerintah adalah

    tingkat pendidikan.Indikator yang digunakan Cheng et.al (2013) adalah jenjang

    pendidikan sarjana dan pasca sarjana.Namun, sebelumnya penelitian Setyaningrum

    (2011) menunjukkan tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan auditor BPK

    terhadap temuan audit.

    6. Motivasi

    Menurut Streim (1994), ada satu aspek lain yang mempengaruhi kualitas audit di

    pemerintahan yaitu motivasi. Karakteristik auditor sektor privat dan public auditor

    sangat berbeda.Public auditor biasanya pegawai negeri (civil servant) yang

    memperoleh gaji tetap, sangat kecil resiko untuk dipecat, dan tidak mengalami

    kerugian atas hilangnya reputasi (atau bisa kehilangan reputasi tanpa harus

    kehilangan uang). Tidak adanya insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik

    menjadi ancaman bahwa kualitas audit yang dihasilkan menjadi rendah. Oleh karena

    itu, motivasi menjadi faktor yang harus dipertimbangkan sebagai determinan dari

    kualitas audit.Efendy (2010) memasukkan variabel motivasi sebagai kontribusi

    utama penelitiannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit

    dalam konteks sektor publik dan menemukan adanya hubungan positif antara

    motivasi dan kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Goleman

    (2001) dimana motivasi membuat seseorang memiliki semangat juang yang tinggi

    untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada.Efendy (2010) menambahkan

    bahwa respon atau tindak lanjut atas hasil pemeriksaan sebaiknya ditindaklanjuti

    agar tidak menurunkan motivasi pemeriksa.

    Auditor yang memiliki kompetensi tinggi diharapkan mampu menghasilkan

    rekomendasi yang tepat sehingga dapat dengan mudah ditindaklanjuti oleh entitas yang

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    7

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • diperiksa.Rekomendasi yang mudah ditindaklanjuti menyebabkan rekomendasi yang

    bisa diselesaikan oleh auditee semakin tinggi.Semakin banyak rekomendasi yang

    ditindaklanjuti, maka diharapkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah akan

    semakin baik ditunjukkan dengan semakin berkurangnya temuan audit. Dengan

    demikian pengaruh kualitas auditor ke temuan audit bukan merupakan pengaruh

    langsung, namun merupakan pengaruh tidak langsung melalui tindak lanjut hasil

    pemeriksaan. Berdasarkan argumentasi yang dikemukakan di atas, maka hipotesis

    pertama yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

    H1a Kualitas auditor berpengaruh positif terhadap tindak lanjut rekomendasi hasil

    pemeriksaan

    H1b Kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap temuan audit melalui tindak lanjut

    rekomendasi hasil pemeriksaan

    Atas setiap temuan, BPK RI juga memberikan rekomendasi untuk

    ditindaklanjuti. Menurut Lin dan Liu (2012), institusi audit berperan dalam proses

    tindak lanjut hasil pemeriksaan bisa dengan cara memberikan sanksi secara langsung,

    melimpahkan kasus kepada pihak lain yang bertanggung jawab, memberikan saran

    untuk memperbaiki kelemahan yang ditemukan serta melakukan pemantauan atas

    rekomendasi hasil pemeriksaan. Semakin besar persentase rekomendasi hasil

    pemeriksaan yang ditindaklanjuti, diharapkan temuan audit pada periode selanjutnya

    akan semakin sedikit. Berdasarkan argumentasi yang dikemukakan di atas, maka

    hipotesis kedua yang akan diuji adalah:

    H2 Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan berpengaruh negatif terhadap

    temuan audit

    Sesuai dengan Pasal 21 UU No. 15 Tahun 2004, DPRD bertugas melakukan

    pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara dengan memantau pelaksanaan

    tindak lanjut hasil pemeriksaan.Pengawasan legislatif yang kuat mendorong

    pengawasan yang lebih ketat atas pengelolaan keuangan daerah sehingga pemerintah

    daerah semakin berkomitmen untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan,

    yang kemudian berdampak pada semakin berkurangnya temuan audit pada periode

    selanjutnya.Pengawasan legislatif tidak memiliki pengaruh langsung pada temuan audit,

    namun tindak lanjut hasil pemeriksaan menjadi variabel intervening yang memediasi

    hubungan antara pengawasan legislatif dan temuan audit.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    8

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Berdasarkan argumentasi yang dikemukakan di atas, maka hipotesis ketiga yang

    akan diuji dalam penelitian ini adalah:

    H3a Pengawasan legislatif berpengaruh positif terhadap tindak lanjut rekomendasi

    hasil pemeriksaan

    H3b Pengawasan legislatif berpengaruh negatif terhadap temuan audit melalui tindak

    lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan

    Rerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.

    3. Metodologi Penelitian

    3.1 Data

    Dalam penelitian ini kualitas auditor diukur dari kualitas ketua tim audit. Ketua

    tim audit merupakan penanggung jawab audit lapangan yang bertugas untuk

    meyakinankan bahwa semua pihak yang berhubungan dengan proses pemeriksaan

    mengerti perencanaan secara keseluruhan dan tugas yang diberikan. Ketua tim audit

    juga harus memastikan bahwa orang yang terlibat dalam audit memiliki ketrampilan

    yang dibutuhkan untuk melakukan tugas yang diberikan, tidak ada konflik kepentingan

    atau faktor-faktor lain yang akan menghambat setiap orang yang terlibat dalam

    mengaudit dari melaksanakan tugas yang diberikan dengan cara kompeten dan objektif

    (EUROSAI, 2004). Berdasarkan pertimbangan di atas, maka kualitas ketua tim audit

    dianggap dapat mencerminkan kualitas auditor BPK RI. Data terkait pengukuran

    kualitas auditor diperoleh dari data Biro Sumber Daya Manusia (SDM) BPK-RI dari

    tahun 2010-2012.Selain data SDM, data lain yang berasal dari BPK-RI adalah (1)

    Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) pemerintah daerah yang telah diaudit dan (2) Ikhtisar

    Hasil Pemeriksaan semesteran dari BPK-RI. Data populasi dan umur administratif

    daerah dari Badan Pusat Statistik (BPS).Data-data terkait karakteristik pemerintah

    daerah, berikut data tentang partai oposisi dan latar belakang kepala daerah diambil dari

    laman web masing-masing pemerintah daerah.

    3.2 Model Empiris

    Kualitas auditor dalam penelitian ini akan diukur menggunakan principal

    component analysis (PCA) mengikuti Cheng et.al (2013). Prosedur PCA pada dasarnya

    bertujuan untuk menyederhanakan variabel dengan cara menyusutkan (mereduksi)

    dimensinya. Komponen kualitas auditor akan dikelompokkan menjadi faktor-faktor

    yang menjelaskan sebagian besar variasi data. Faktor ini selanjutnya akan dibuat

    menjadi single index yang disebut Indeks Kualitas Auditor.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    9

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Untuk menguji hipotesis penelitian model yang digunakan adalah sebagai

    berikut:

    Variabel tindak lanjut hasil pemeriksaan (TLRHP_NOM) merupakan variabel

    dependen di model (1) dan menjadi variabel independen di model (2). Kondisi ini

    disebut simultaneity dimana sebuah variabel penjelas (exogenous) nilainya ditentukan

    melalui sebuah sistem.Simultaneity adalah salah satu pelanggaran asumsi dan

    dikategorikan dalam masalah endogenitas. Akibat adanya endogenitas adalah estimator

    yang dihasilkan menjadi bias dan tidak konsisten; bahkan dengan menambah jumlah

    sampel. Salah satu cara untuk mengatasi masalah endogenitas adalah menggunakan

    metode Two Stage Least Square (TSLS). Metode TSLS diuji melalui dua tahap. Tahap

    pertama, pengujian model (1) dilakukan terlebih dahulu; kemudian dicari nilai fitted

    value TLRHP_NOM (fitted value = actual value residual value); selanjutnya di tahap

    kedua, nilai fitted value TLRHP_NOM (CTLRHP_NOM) dimasukkan ke model (2).

    3.3 Operasionalisasi Variabel

    Pengukuran tiap-tiap komponen kualitas auditor dapat dilihat di tabel 1 dan

    operasionalisasi variabel untuk model empiris dapat dilihat pada tabel 2.

    4. Hasil Empiris

    4.1 Indeks Kualitas Auditor

    Tabel 3 menunjukkan statistik deskriptif dari variabel yang digunakan untuk

    mengekstrak komponen kualitas auditor.Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam

    setahun rata-rata ketua tim hanya bertanggung jawab pada 1-2 pemeriksaan dan tidak

    hanya terbatas pada pemeriksaan laporan keuangan saja namun juga pemeriksaan

    kinerja atau pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT). Persentase terbesar yaitu

    sebanyak 75,67% ketua tim hanya melakukan satu kali pemeriksaan dalam setahun;

    23,20% melakukan pemeriksaan sebanyak dua kali dan hanya 1,14% yang melakukan 3

    kali pemeriksaan dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa beban kerja ketua tim

    audit tidak terlalu berat sehingga diharapkan kualitas hasil pemeriksaan juga baik.

    TLRHP_NOMit = a0 + a1AQit-1+ a2STROPPit+a3OPINIit-1 + a4TEMUANit-1 + a5LOGSIZEit + a6DEPENDit+ LOGPOPLit + a8AGESit+ a9SUPPit + a10BPKPit+ a11RE_ELECTSit+ it(1)

    TEMUANit = b0 +b1CTLRHP_NOMit +b2AQit-1+b3AQit+ b4STROPPit + b5LOGSIZEit + b6DEPENDit+ b7LOGPOPLit + b8AGESit+ b9SUPPit + b10BPKPit+b11RE_ELECTSit+it (2)

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    10

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Dilihat dari lama penugasan (tenure), rata-rata ketua tim audit tidak pernah memeriksa

    auditee yang sama lebih dari dua kali. Sebanyak 95,39% ketua tim hanya satu kali

    memeriksa entitas yang sama; 4,55% memeriksa entitas yang sama sebanyak 2 kali dan

    hanya 0,07% (1 orang ketua tim audit) yang memeriksa entitas yang sama sebanyak 3

    kali. Hasil ini menunjukkan rata-rata rotasi ketua tim audit dilakukan setiap penugasan

    baru, sehingga dapat dikatakan kekhawatiran atas terganggunya independensi ketua tim

    akibat kedekatan hubungan dengan auditee sangat kecil.

    Komponen kualitas auditor yang ketiga adalah peran ketua tim audit. Distribusi

    frekuensi peran ketua tim audit menunjukkan persentase paling besar yaitu sebanyak

    67,29% pemeriksa memiliki jabatan fungsional pemeriksa (JFP) sebagai ketua tim baik

    sebagai ketua tim yunior (56,67%) maupun ketua tim senior (10,63%). Selain itu,

    ditemukan fakta bahwa sebanyak 30,85% ketua tim hanya memiliki jabatan fungsional

    sebagai anggota tim. Kondisi lapangan ini menunjukkan bahwa terdapat keterbatasan

    jumlah ketua tim audit khususnya di BPK Perwakilan, sehingga anggota tim yang

    dianggap mampu dapat diangkat untuk menjalankan peran sebagai ketua tim. Hal ini

    tentu saja patut menjadi perhatian BPK RI untuk memantau kebutuhan dan kualitas

    sumber daya manusia, sehingga kondisi ideal dimana penanggung jawab lapangan

    seharusnya ketua tim dapat terpenuhi.

    Dari sisi latar belakang pendidikan sebanyak 87,51% ketua tim bergelar

    akuntan, dan hanya 12,49% yang tidak memiliki latar belakang akuntansi. Ketua tim

    yang tidak memiliki gelar akuntan, biasanya sudah memiliki pengalaman melakukan

    pemeriksaan yang cukup lama. Jika dilihat dari jenjang pendidikan, hanya 26,98% ketua

    tim yang menyelesaikan pendidikan pascasarjana, sedangkan sebagian besar (73,02%)

    masih berpendidikan S1. Tabel 3juga menunjukkan rata-rata ketua tim sudah sembilan

    tahun menjadi pemeriksa di BPK, dan rata-rata pengalaman menjadi ketua tim audit

    adalah 0,6 tahun. Untuk menjadi ketua tim yunior, pemeriksa harus terlebih dahulu

    melewati peran sebagai anggota tim yunior dan anggota tim senior. Setiap tingkatan

    kenaikan peran jabatan fungsional pemeriksa (JFP) membutuhkan waktu minimal 3

    tahun, dengan mempertimbangkan kecukupan angka kredit dan penilaian oleh biro

    SDM. Jika rata-rata pengalaman sebagai auditor BPK sudah 9 tahun, seharusnya saat ini

    pemeriksa sebagian besar sudah mencapai posisi ketua tim senior, namun kenyataannya

    rata-rata peran JFP pemeriksa baru ketua tim yunior, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    rata-rata kenaikan peran membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    11

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Jumlah diklat yang diikuti oleh ketua tim selama setahun rata-rata 2 (dua) jenis

    diklat. Meskipun hanya mengikuti 1-2 diklat dalam setahun, pada tabel 3 dapat dilihat

    bahwa rata-rata jam diklat ketua tim dalam setahun sebanyak 65 jam, dan hal ini sudah

    sesuai dengan aturan BPK yang menyebutkan bahwa setiap tahun pemeriksa harus

    mengikuti minimal 40 jam diklat. Diklat yang diikuti oleh pemeriksa adalah diklat

    fungsional atau teknis terkait dengan peran sebagai pemeriksa dengan jumlah rata-rata

    jam diklat untuk satu jenis diklat saja bisa lebih dari 40 jam.

    Variabel terakhir dari kualitas auditor adalah tindak lanjut hasil pemeriksaan

    (TLRHP).Untuk mengukur kualitas auditor digunakan TLRHP tahun sebelum nya (lag),

    karena TLRHP tahun t berisi tindak lanjut yang dilakukan manajemen selama tahun

    anggaran t atas temuan tahun t-1; sehingga kualitas auditor yg mempengaruhi adalah

    kualitas auditor tahun pada t-1. Tabel 3 menunjukkan bahwa secara jumlah (nominal)

    tindak lanjut yang sudah selesai dan sesuai rekomendasi sebesar 52,3% (41,11%).

    Jumlah ini masih rendah, mengingat penyelesaian tindak lanjut adalah kewajiban bagi

    pemerintah daerah untuk memperbaiki kualitas laporan keuangan.Rendahnya TLRHP

    bisa menurunkan motivasi pemeriksa, mengingat rekomendasi atas temuan pemeriksaan

    yang ditindaklanjuti merupakan salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan tugas,

    fungsi dan peran BPK RI dalam mendorong pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

    negara.

    Hasil reduksi variabel kualitas auditor berdasarkan metode principal component

    analysismenghasilkan empat komponen kualitas auditor dengan nilai eigen value lebih

    dari satu dan menjelaskan sebesar 62% dari total varians sampel. Selanjutnya empat

    komponen akan diberikan nama sesuai dengan substansi dari masing-masing ukuran

    variabel yaitu (1) Pengalaman yang terdiri PERAN, PROF, EXP, EDUC_2; (2)

    Pelatihan yang terdiri dari TRAIN_1 dan TRAIN_2; (3) Motivasi yang terdiri dari

    TLRHP, TLRHP_NOM dan WORKLOAD; dan (4) Pendidikan yang terdiri dari

    EDUC_1 dan dan TENURE. Tahap selanjutnya adalah membuat sebuah indeks kualitas

    auditor berdasarkan persentase varians yang dapat dijelaskan oleh tiap-tiap komponen,

    sehingga diperoleh persamaan indeks kualitas auditor sebagai berikut:

    Jika keempat komponen tersebut dikorelasikan dengan Indeks Kualitas Auditor

    (AQ), semua komponen tersebut berkorelasi positif signifikan (two-tailed test) dengan

    kualitas auditor.Hal ini menunjukkan bahwa kualitas auditor semakin tinggi jika auditor

    AQ = 0,3533 (EXPERIENCE) + 0,2910 (TRAINING) +

    0,2040 (MOTIVATION) + 0,1514 (EDUCATION)

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    12

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • memberi perhatian pada semua aspek yaitu pengalaman, pelatihan, motivasi dan

    pendidikan.

    4.2 Hasil Pengujian

    4.2.1 Statistik Deskriptif Model 1

    Hasil statistik deskriptif model 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel 4.Dari tabel 4

    dapat dilihat bahwa jumlah persentase rata-rata nominal rekomendasi BPK yang selesai

    ditindaklanjuti selama tahun 2010-2012 hanya sebesar 32,23%. Jika dilihat lebih jauh,

    terdapat trend penurunan persentase tindak lanjut hasil pemeriksaan baik secara jumlah

    maupun nominal.Fakta ini harus menjadi catatan pemerintah pusat dan BPK sebagai

    regulator; agar lebih serius melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan

    untuk memperbaiki kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.Variabel selanjutnya

    adalah kualitas auditor. Kualitas auditor yang akan diuji pengaruhnya terhadap tindak

    lanjut hasil pemeriksaan adalah kualitas auditor periode sebelumnya (lag). Sebagai

    ilustrasi, TLRHP tahun 2011 adalah berisi tindak lanjut yang dilakukan manajemen

    selama tahun anggaran 2011 atas temuan di tahun 2010; sehingga kualitas auditor yg

    mempengaruhi adalah kualitas auditor tahun 2010. Jumlah observasi lag kualitas auditor

    hanya berjumlah 902. Data kualitas auditor tahun 2012 tidak bisa digunakan karena

    laporan keuangan tahun 2013 belum dipublikasikan oleh BPK..Kualitas auditor diukur

    menggunakan formula berdasarkan metode principal component analysis.

    Pengawasan legislatif diukur dari jumlah anggota DPRD yang berasal dari partai

    oposisi (bukan partai pengusung atau partai mitra koalisi dengan kepala daerah) dibagi

    jumlah anggota DPRD secara keseluruhan.Jumlah observasi sebanyak 1.060 pemda,

    terdapat beberapa missing data karena tidak diperoleh informasi tentang tahun

    pelaksanaan pilkada maupun komposisi anggota dewan. Rata-rata variabel pengawasan

    legislatif sebesar 32,17%; yang artinya mayoritas anggota DPRD berasal dari partai

    pengusung atau partai mitra koalisi dengan kepala daerah. Dari sisi opini audit, sebagian

    besar pemerintah daerah memperoleh opini 3 (Wajar Dengan Pengecualian).Terdapat

    kecenderungan kenaikan opini 4 (Wajar Tanpa Pengeculian) dari tahun ke tahun serta

    penurunan opini 1 (Tidak Memberikan Pendapat) dan opini 2 (Tidak Wajar). Hal ini

    patut mendapatkan apresiasi yang berarti bahwa pemerintah daerah terus berupaya

    untuk memperbaiki opini audit dari tahun ke tahun. Rata-rata jumlah nominaltemuan

    audit dalam sampel adalah sebesar Rp4,4 milyar.Jika dibandingkan dengan tahun 2011

    sebesar Rp4,6 milyar, jumlah nominal temuan pada tahun 2012 mengalami penurunan

    menjadi sebesar Rp2,2 milyar.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    13

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Rata-rata total aset pemerintah daerah dalam sampel sebesar Rp 1,7 triliun.

    Pemerintah daerah memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dengan pemerintah

    pusat, hal ini terbukti dengan rata-rata rasio pendapatan transfer dibandingkan total

    pendapatan mencapai 88,12%. Dilihat dari umur administratif, rata-rata umur

    pemerintah daerah adalah 36 tahun dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 328.269

    jiwa. Statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa sebesar 73% kepala daerah yang ada

    di Indonesia tidak memiliki latar belakang ekonomi/akuntansi/keuangan; dan sebanyak

    64% kepala daerah baru memimpin pemerintah pada periode pertama, atau dengan kata

    lain hanya 36% yang merupakan incumbent dan sudah dua kali menjalankan roda

    pemerintahan. Variabel kontrol yang terakhir adalah pendampingan BPKP yang

    menunjukkan bahwa 77% pemerintah daerah sudah mendapatkan pendampingan dari

    BPKP baik berupa asistensi penyusunan laporan keuangan, maupun pendampingan

    dalam melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

    4.2.2 Hasil pengujian model I

    Hasil pengujian empiris model 1 dapat dilihat pada tabel 5.Tabel 5membuktikan

    bahwa variabel lag kualitas auditor berpengaruh positif signifikan terhadap tindak lanjut

    hasil pemeriksaan, sesuai dengan ekspektasi pada hipotesis H1a. Lag variable

    digunakan karena TLRHP tahun t berisi tindak lanjut yang dilakukan manajemen

    selama tahun anggaran t atas temuan di tahun t-1; sehingga kualitas auditor yg

    mempengaruhi adalah kualitas auditor pada tahun t. Hasil ini menunjukkan bahwa

    auditor yang berkualitas tinggi mampu menghasilkan rekomendasi yang tepat sehingga

    mudah ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa. Hal ini sejalan dengan rekomendasi

    yang disebutkan dalam laporan manajemen kinerja BPK RI (2012) bahwa BPK RI

    didorong untuk merumuskan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti oleh entitas yang

    diperiksa (auditee) sehingga dapat menggambarkan efektivitas dari rekomendasi yang

    diberikan.

    Hipotesis 1b juga terbukti seperti dapat dilihat di tabel 5yaitu terdapat pengaruh

    positif signifikan antara pengawasan legislatif dan tindak lanjut hasil pemeriksaan.Salah

    satu fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah melakukan

    pengawasan pelaksanaan peraturan daerah dan kebijakan pemerintah daerah.Terkait

    pertanggung jawaban pengelolaan keuangan negara, lembaga legislatif berkewajiban

    mengawasi tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan pembahasan sesuai

    dengan kewenangannya. Jika pengawasan yang dilakukan oleh anggota DPRD kuat,

    maka anggota DPRD akan senantiasa melakukan pemantauan pada pemerintah daerah

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    14

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan, sehingga TLRHP yang diselesaikan oleh

    pemerintah daerah setiap tahunnya dapat terus meningkat.

    Hasil pengujian variabel kontrol menunjukkanadanya pengaruh positif opini

    audit dan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan. Sesuai dengan signalling theory,

    pemerintah daerah akan mempertahankan opini audit yang sudah baik pada tahun

    sebelumnya, dengan cara meningkatkan persentase tindak lanjut rekomendasi hasil

    pemeriksaan pada periode ini. Hal ini dilakukan pemerintah daerah untuk memberikan

    sinyal pada masyarakat bahwa pengelolaan keuangan daerah semakin akuntabel dan

    transparan.

    Temuan audit menunjukkan pengaruh yang negatif signifikan terhadap tindak

    lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan. Variabel yang digunakan adalah temuan pada

    periode sebelumnya (lag). Sebagai ilustrasi temuan tahun 2010 akan mempengaruhi

    TLRHP tahun 2011, karena TLRHP 2011 berisi tindak lanjut yang dilakukan

    manajemen selama tahun anggaran 2011 atas temuan di tahun 2010. Hasil menunjukkan

    bahwa semakin banyak temuan yang diberikan oleh pemeriksa, maka pemerintah daerah

    memerlukan waktu untuk melakukan tindak lanjut sehingga terdapat hubungan negatif

    dengan TLRHP pada tahun t. Dibutuhkan waktu yang lebih lama dalam

    menindaklanjuti rekomendasi BPK yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan daerah

    dengan jumlah temuan lebih sedikit.Temuan menarik lain dari hasil regresi ini adalah

    adanya hubungan positif antara umur pemerintah daerah dan jumlah populasi terhadap

    tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan.Lesmana (2010) menyebutkan bahwa

    semakin lama suatu pemerintah daerah terbentuk, maka pemerintah daerah tersebut

    semakin berpengalaman dalam menjalankan sistem administrasinya, termasuk proses

    pelaporan keuangan.

    4.2.3 Hasil pengujian hipotesis model 2

    Hasil pengujian empiris model 2 dapat dilihat pada tabel 6.Pada tabel 6 dapat

    dilihat bahwa terdapat pengaruh negatif antara tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan

    temuan audit dan hasil ini sesuai dengan hipotesis kedua. Sesuai dengan Lin dan Liu

    (2012), institusi audit berperan dalam proses tindak lanjut hasil pemeriksaan bisa

    dengan cara memberikan sanksi secara langsung, melimpahkan kasus kepada pihak lain

    yang bertanggung jawab, memberikan saran untuk memperbaiki kelemahan yang

    ditemukan serta melakukan pemantauan atas rekomendasi hasil pemeriksaan. Jika

    tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan diselesaikan oleh auditee; maka

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    15

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • diharapkan temuan pada periode sebelumnya tidak terulang lagi sehingga temuan pada

    periode selanjutnya semakin berkurang.Hasil ini mengkonfirmasi hipotesis kedua.

    Hasil pengujian pada tabel 6 membuktikan ada hubungan hubungan tidak

    langsung antara kualitas auditor dengan temuan audit melalui TLRHP, sejalan dengan

    hipotesis 3b. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien kualitas auditor yang tidak

    signifikan.Auditor yang memiliki kompetensi tinggi diharapkan mampu menghasilkan

    rekomendasi yang tepat sehingga dapat dengan mudah ditindaklanjuti oleh entitas yang

    diperiksa.Rekomendasi yang mudah ditindaklanjuti menyebabkan rekomendasi yang

    bisa diselesaikan oleh auditee semakin tinggi.Semakin banyak rekomendasi yang

    ditindaklanjuti, maka diharapkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah akan

    semakin baik ditunjukkan dengan semakin berkurangnya temuan audit. Pengujian

    tambahan dilakukan untuk menguji pengaruh langsung kualitas auditor pada tahun t

    terhadap temuan audit.Hasil pengujian di tabel 6 menunjukkan ada hubungan positif

    antara kualitas auditor dengan temuan audit.Hasil ini sejalan dengan penelitian Tubbs

    (1992) yang menemukan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin

    banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor.Penelitian Choo dan Trotman

    (2001) juga menemukan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan

    item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang

    berpengalaman.

    Hipotesis 3b juga didukung oleh hasil pengujian empiris.Hal ini terlihat dari

    tidak ditemukan pengaruh langsung antara pengawasan legislatif dengan temuan audit,

    terlihat dari koefisien pengawasan legislatif yang tidak signifikan. Pengaruh

    pengawasan legislatif ke temuan audit adalah pengaruh tidak langsung melalui TLRHP.

    Semakin kuat pengawasan legislatif, maka pemantauan pada pemerintah daerah untuk

    menindaklanjuti hasil pemeriksaan juga semakin tinggi, sehingga TLRHP yang

    diselesaikan oleh pemerintah daerah setiap tahunnya dapat terus meningkat dan

    selajutnya hal ini berdampak pada semakin berkurangnya temuan audit.

    Temuan menarik dari variabel kontrol yaitu adanya hubungan positif antara

    reelection dan temuan audit yang berkebalikan dengan ekspektasi penelitian. Cohen dan

    Leventis (2013) mengatakan jarang sekali kepala daerah yang berasal dari orang

    professional. Di Indonesia, kepala daerah adalah jabatan politik,sehingga sebagian besar

    tidak memiliki pengetahuan di bidang akuntansi. Kepala daerah berada dalam posisi

    yang sama lebih dari satu periode (pemilihan kepala daerah dilakukan setiap empat

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    16

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • tahun sekali) tidak memiliki kesempatan untuk dipilih kembali sehingga tidak ada

    insentif untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan.

    4.2.4 Pengujian Sensitivitas

    Uji sensitivitas dilakukan pada model 1 dengan mengganti ukuran temuan

    dengan beberapa ukuran lain seperti jumlah rekomendasi, nilai nominal rekomendasi,

    nominal kerugian daerah dan nominal potensi kerugian daerah dan hasil pengujian

    robust dengan pengujian utama. Untuk model 2, uji sensitivitas dilakukan dengan

    mengganti dependen dengan nilai nominal potensi kerugian daerah dan hasil pengujian

    robust dengan pengujian utama.

    5. Simpulan dan Saran

    Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kualitas auditor dan pengawasan

    legislatif terhadap tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan, serta menguji pengaruh

    tidak langsung antara kualitas auditor dan pengawasan legislatif terhadap temuan audit

    melalui tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan sebagai variabel intervening.

    Penelitian ini mengembangkan ukuran kualitas auditor BPK-RIyang diekstrak dari 11

    (sebelas) yaitu beban kerja, lama masa penugasan, peran pemeriksa, pengalaman

    sebagai auditor, pengalaman sebagai ketua tim, latar belakang pendidikan, jenjang

    pendidikan yang lebih tinggi, jenis dan jumlah jam pelatihan dan besarnya rekomendasi

    hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti baik secara jumlah maupun nominal. Hasil

    reduksi variabel menggunakan metode principle component analysis menunjukkan

    bahwa terdapat empat komponen yang dapat membentuk kualitas auditor yaitu

    pengalaman, pelatihan, motivasi, dan pendidikan. Empat komponen ini kemudian

    digabungkan menjadi sebuah Indeks Kualitas Auditor yang menunjukkan ukuran

    kualitas auditor yang komprehensif.

    Hasil pengujian empiris membuktikan adanya pengaruh langsung antara kualitas

    auditor dan pengawasan legislatif terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan, serta

    pengaruh tidak langsung terhadap temuan audit melalui tindak lanjut rekomendasi hasil

    pemeriksaan sebagai variabel intervening. Hal ini menunjukkan bahwa auditor dengan

    kualitas tinggi mampu menghasilkan rekomendasi yang tepat sehingga dapat dengan

    mudah ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa. Semakin banyak rekomendasi yang

    ditindaklanjuti, maka diharapkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah akan

    semakin baik ditunjukkan dengan semakin berkurangnya temuan audit. Pengawasan

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    17

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • legislatif yang kuat mendorong pengawasan yang lebih ketat atas pengelolaan keuangan

    daerah sehingga pemerintah daerah semakin berkomitmen untuk menindaklanjuti

    rekomendasi hasil pemeriksaan, yang kemudian berdampak pada semakin berkurangnya

    temuan audit pada periode selanjutnya.

    Kontribusi utama dari penelitian ini adalah pengembangan ukuran kualitas

    auditor di sektor pemerintahan yang sepanjang pengetahuan penulis belum pernah

    dilakukan di Indonesia.Penelitian ini juga menambah literatur tentang faktor yang

    mempengaruhi tindak lanjut hasil pemeriksaan yang masih jarang dieksplorasi.Kualitas

    auditor dan pengawasan legislatif terbukti memberikan pengaruh positif pada tindak

    lanjut hasil pemeriksaan. Implikasi dari hal ini adalah bahwa tanggung jawab

    melakukan tindak lanjut tidak hanya dibebankan pada auditee atau pemerintah daerah,

    namun BPK RI juga harus terus berupaya untuk meningkatkan kompetensi sumber daya

    pemeriksa dengan mempertimbangkan semua aspek yang dalam penelitian ini terbukti

    berpengaruh positif terhadap kualitas auditor.Selain itu fungsi pengawasan oleh anggota

    DPRD juga mengambil peranan penting dalam meningkatkan tindak lanjut rekomendasi

    hasil pemeriksaan yang pada akhirnya dapat memperbaiki kualitas laporan keuangan.

    Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menguji secara terpisah tindak lanjut

    hasil pemeriksaan, kualitas auditor dan pengawasan legislatif terhadap jenis temuan

    yang berbeda yaitu temuan terkait kelemahan sistem pengendalian internal (SPI)

    maupun temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.Rekomendasi

    terkait temuan SPI biasanya berupatindakan administratif dan/atau tindakan koreksi atas

    penatausahaan keuangan daerah, melengkapi bukti pertanggungjawaban dan perbaikan

    atas sebagian atau seluruh sistem pengendalian internal.Rekomendasi terkait temuan

    ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan biasanya ditindaklanjuti

    dengan menyetorkan uang ke kas daerah, mengembalikan atau menyerahkan aset daerah

    atau dengan cara melengkapi pekerjaan/barang pengaruh kualitas audit. Hasil penelitian

    mungkin berbeda dengan karakteristik temuan yang berbeda.Penelitian selanjutnya juga

    dapat menguji pengaruh tindak lanjut hasil pemeriksaan, kualitas auditor dan

    pengawasan legislatif terhadap opini audit sebagai alternatif yang digunakan untuk

    mengukur akuntabilitas finansial pengelolaan keuangan daerah.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    18

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • DAFTAR REFERENSI

    Agoglia, Christopher P.Joseph F.Brazel , Richard C.Hatfield , Scott B.Jackson. (2010). How Do Audit Workpaper Reviewers Cope with the Conflicting Pressures of Detecting Misstatements and Balancing Client Workloads? Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 29, No.2, pp 27-43

    Asian Organization of Supreme Audit Institutions. 2009. Quality Assurance in Financial Audit Handbook. ASOSAI

    Badan Pemeriksa Keuangan. (2007). Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.

    Badan Pemeriksa Keuangan. (2012). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 tahun 2012. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.

    Badan Pemeriksa Keuangan. (2012). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 2 tahun 2012. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.

    Badan Pemeriksa Keuangan. (2012). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 tahun 2013. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.

    Badan Pemeriksa Keuangan. (2012). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 2 tahun 2013. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.

    Badan Pemeriksa Keuangan. (2009). Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.

    Carcello, J.V., dan A.L. Nagy. (2004). Audit Firm Tenure and Fraudulent Financial Reporting. Auditing: A Journal of Practice and Theory 23(2), 55-69

    Cheng, Yu-Shu, Yahn-Shir Chen dan Yu-Cheng Chen. (2013). Direct and Mediating Effects of Auditor Quality on Auditor Size and Performance. International Business Research; Vol. 6, No. 11

    Chi, Wuchun, et al. 2005. Mandatory Audit-Partner Rotation, Audit Quality and MarketPerception: Evidence From Taiwan www.ssrn.com

    Choo, Freddie and Ken T. Trotman,1991.The Relationship between Knowledge Structure and Judgements for Experienced and Inexperienced Auditors. The Accounting Review, Vol 66, No. 3 (Jul., 1991), pp 464-485

    Clark, Colin., Michael De Martinis dan Maria Krambia-Kapardis. (2007). Audit Quality Attributes of European Union Supreme Audit Institutions. European Business Review. Vol 19 No.1

    Cohen, Sandra & Stergios Leventis. (2013). Effects Of Municipal, Auditing And Political Factors On Audit Delay. Accounting Forum 37, 40-53

    Davis, R., B. Soo., dan G. Trompeter. 2002. Auditor tenure, auditor independence and earnings management. Working Paper, Boston College, Boston, MA

    DeAngelo, L. E. 1981a. Auditor Size and Audit Quality.Journal of Accounting and Economics 3 (1): 167-175.

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    19

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Dopuch, N., King, R.R., dan Schwartz, R. 2001. An Experimental Investigation of Retention and Rotation Requirements, Journal of Accounting Research, Vol. 39 No. 1, 93-117

    Efendy, Muh. Taufik, 2010, Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Motivasi auditor terhadap Kualitas Audit Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan.

    Goleman, D. 2001. Working With Emotional Intelligence. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

    Hansen, Stephen C, Khrisna R. Kumar dan Mary W. Sullivan. (2008) Auditor Capacity Stress and Audit Quality: Market-based Evidence from Andersens Indictment. Working Paper. www.ssrn.com

    Herusetya, Antonius. 2012. Analisis Audit Quality Metric Score (AQMS) sebagai Pengukur Multidimensi Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dan Kandungan Informasi Laba. Disertasi.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Unpublished

    Huang, R. B., Wang, Y.T.,(2010). The empirical study on provincial audit quality (2002-2006). Accounting Research 6, 70-76

    Johnson, V, E., I. K. Khurana., dan J. K. Reynolds. 2002. Audit Firm Tenure and the Quality of Financial Reports. Contemporary Accounting Research 19 (4): 637-660

    Lesmana, Sigit I. 2010.Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Di Indonesia. Thesis, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta

    Liu, Jin & Bin Lin. (2012). Government Auditing and Corruption Control: Evidence from Chinas provincial panel data.China Journal of Accounting Research, 5, 163-186

    Myers et al. 2003. Exploring The Term of Auditor-Client Relationship and The Quality Of Earnings: A Case for Mandatory Auditor Rotation, The Accounting Review 78(July), 779-799

    Republik Indonesia.(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

    Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

    Republik Indonesia. (2006). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

    Setyaningrum, Dyah. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit BPK-RI. Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin, 20-23 September 2012

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    20

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Streim, Hannes. (1994). Agency Problem in Legal Political System and Supreme Auditing Institutions. European Journal of Law and Economics, 1:177-191

    Tubbs, Richard M. 1992. The Effect of Experience on the Auditor Organization and Amount of Knowledge, The Accounting Review, 783-801

    Van Linden, C. dan M. Willekens. (2013). The Relationship between Human Resources Practices and Audit Quality. Working paper, Katholieke Universiteit Leuven

    Watkins, Ann L, Willian Hillison dan Susan E. Morecroft. (2004). Audit Quality: A Sythesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature. Vol 23, pp 153-193

    www.BPK-RI.go.id

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    21

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Lampiran Gambar 1. Ringkasan Temuan Audit Tahun 2008-2012

    , dapat terlihat bahwa masih banyak t

    Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK tahun 2008-2012

    Gambar 2. Rerangka Konseptual Penelitian

    Tabel 1.Komponen Kualitas Auditor

    No Proksi Kriteria Pengukuran Indeks Kualitas Auditor

    1. Peran (PERAN) Peran Ketua Tim pada saat melakukan

    pemeriksaan; diberi angka 4 = Ketua Tim Senior; 3

    = Ketua Tim Yunior; 2 = Anggota Tim; 1 =

    Lainnya

    2. Profesionalisme (PROF) Lama waktu (dalam tahun) menjadi ketua tim audit

    3. Pengalaman Auditor (EXP) Lama waktu (dalam tahun) menjadi auditor BPK

    4. Jumlah Pelatihan (TRAIN_1) Jumlah diklat yang diikuti dalam setahun

    5. Jam Pelatihan (TRAIN_2) Jumlah jam diklat yang diikuti dalam setahun

    6. Latar Belakang Pendidikan

    (EDUC_1)

    Latar belakang pendidikan ketua tim audit, 1 jika

    akuntansi dan 0 jika lainnya

    0100200300400500600700800900

    2008 2009 2010 2011 2012KelemahanSistemPengendalianAkuntansidanPelaporanKelemahanSistemPengendalianPelaksanaanAnggaranPendapatandanBelanjaKelemahanStrukturPengendalianInternal

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    2008 2009 2010 2011 2012KerugianDaerahPotensiKerugianDaerahKekuranganPenerimaanAdministrasiKetidakhematan/PemborosanKetidakefektifan

    TLRHP TEMUAN

    Kualitas Auditor

    Pengawasan Legislatif

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    22

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Tabel 1.Komponen Kualitas Auditor (lanjutan)

    No Proksi Kriteria Pengukuran Indeks Kualitas Auditor

    7. Jenjang Pendidikan (EDUC_2) Jenjang pendidikan ketua tim audit, 1 jika

    pascasarjana dan 0 jika lainnya

    8. Motivasi 1 (LTLRHP) Lag jumlah rekomendasi yang selesai

    ditindaklanjuti ditambah yang tidak bisa

    ditindaklanjuti dibagi jumlah total rekomendasi

    9. Motivasi 2 (LTLRHP_NOM) Lag nilai rekomendasi yang selesai ditindaklanjuti

    ditambah yang tidak bisa ditindaklanjuti dibagi

    total nilai rekomendasi

    10. Beban Kerja (WORKLOAD) Jumlah auditee yang ditangani ketua tim audit

    dalam setahun

    11. Lama Masa Penugasan

    (TENURE)

    Lama waktu (dalam tahun) mengaudit auditee yang

    sama

    Tabel 2. Operasionalisasi Variabel Model Empiris

    No Proksi Kriteria Pengukuran Indeks Kualitas Auditor

    1. Tindak Lanjut Rekomendasi

    Hasil Pemeriksaan

    (TLRHP_NOM)

    Nilai rekomendasi yang selesai ditindaklanjuti

    ditambah yang tidak bisa ditindaklanjuti dibagi

    total nilai rekomendasi

    2. Temuan Audit (TEMUAN) Log nilai nominal temuan audit

    3. Kualitas Auditor (AQ) Indeks Kualitas Auditor

    4. Pengawasan Legislatif

    (STROPP)

    Jumlah Anggota DPRD yang bukan berasal dari

    partai yang sama/oposisi dengan kepala daerah

    (partai oposisi) dibagi jumlah anggota DPRD

    secara keseluruhan

    5. Tingkat ketergantungan

    Pemerintah daerah (DEPEND)

    Pendapatan Transfer dibagi total pendapatan

    6. Jumlah Populasi (LOGPOPL) Log jumlah penduduk

    7. Ukuran Pemerintah Daerah

    (LOGSIZE)

    Log Total Aset

    8. Umur Administratif Pemerintah

    Daerah (AGES)

    Umur Sejak Ada Undang-Undang Pembentukan

    Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    23

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • 9. Dukungan Pimpinan Pemerintah

    Daerah (SUPP)

    1 : Kepala Daerah Memiliki Pendidikan

    Ekonomi/Akuntansi, 0 : Kepala Daerah Tidak

    Memiliki Pendidikan Ekonomi/Akuntansi

    10. Pendampingan BPKP (BPKP1) 1 : Ada Pendampingan BPKP, 0 : Tidak Ada

    Pendampingan BPKP

    11. Reelection (RE_ELECTS) 1: Jika Kepala Daerah memimpin pada periode 4

    tahun kedua, 0: Kepala Daerah baru menduduki

    jabatan pada periode 4 tahun pertama

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    24

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Tabel 3. Statistik Deskriptif Kualitas Auditor

    Tabel 4 Statistik Deskriptif Model 1

    Tabel 5. Hasil Pengujian Model 1

    Variable Mean Std. Dev. Min Max Obsworkload 1.255 0.461 1 3 1496tenure 1.047 0.214 1 3 1496peran 2.761 0.657 1 4 1449educ_1 0.875 0.331 0 1 1449educ_2 0.27 0.444 0 1 1449exp 9.003 4.958 0 34 1449prof 0.597 1.255 0 5 1449train_1 2.061 1.755 0 12 1552train_2 65.4 56.113 0 475 1552ltlrhp 0.523 0.292 0 1 1553ltlrhp_nom 0.411 0.358 0 1 1522

    Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max

    tlrhp_nom 1511 0.3223 0.3562 0 1L1.aq 902 0.0339 0.5050 -1.219 1.652stropp 1060 0.3217 0.1946 0 0.93333L1.opini 1046 2.6415 0.9200 1 4L1.temuan 1036 3.6468 0.7329 1.257 5.858logsize 1557 12.2242 0.3512 11.118 13.334depend 1557 0.8812 0.1233 0.223 2.078ages 1575 36.2781 22.8375 0 62logpopl 1567 5.5162 0.5178 3.934 7.103supp 1575 0.2743 0.4463 0 1bpkp1 1578 0.7725 0.4194 0 1re_elects 1131 0.3554 0.4789 0 1

    tlrhp_nom Ekpektasi Coef. P>z_cons 0.519 0.249L1.aq (+) 0.110 0.000 ***stropp (+) 0.103 0.077 *L1.opini (+) 0.027 0.058 *L1.temuan (-) -0.057 0.002 ***logsize (+) -0.053 0.200depend (+) 0.000 0.500ages (+) 0.002 0.006 ***logpopl (+) 0.079 0.036 **supp (+) -0.015 0.317bpkp1 (+) -0.028 0.189re_elects (+) 0.020 0.239Number of obs 653R-square 14.03%

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    25

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • Tabel 5. Hasil Pengujian Model 1 (lanjutan)

    Keterangan:

    1. ***, **, * menunjukkan tingkat signifikansi pada 1%, 5%, 10% (uji satu arah)

    2. TLRHP_NOM = Jumlah nominal rekomendasi BPK yang ditindaklanjuti sesuai

    rekomendasi ditambah jumlah nominal rekomendasi yang tidak bisa ditindaklanjuti

    dibagi jumlah total nominal rekomendasi; L1.AQ = Lag Indeks Kualitas Auditor;

    STROPP = Jumlah Anggota DPRD yang berasal dari partai oposisi dengan kepala

    daerah dibagi jumlah anggota DPRD secara keseluruhan, L1.OPINI =lag Opini 1 :

    Opini TMP (Tidak Memberikan Pendapat), 2 : Opini TW (Tidak Wajar), 3 : Opini

    WDP (Wajar Dengan Pengecualian), 4 : Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian;

    L1.TEMUAN : lag jumlah nominal temuan audit; LOGSIZE= Log Total Aset;

    DEPEND= Total Pendapatan Transfer dibagi Total Pendapatan; AGES = Umur

    Administratif Pemerintah DaerahSejak Ada Undang-Undang Pembentukan

    Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; LOGPOPL = Log Jumlah Penduduk; SUPP =

    1 : Kepala Daerah Memiliki Pendidikan Ekonomi/Akuntansi, 0 : Kepala Daerah

    Tidak Memiliki Pendidikan Ekonomi/Akuntansi; BPKP1 = 1 : Ada Pendampingan

    BPKP, 0 : Tidak Ada Pendampingan BPKP; RE_ELECTS = 1 jika kepala daerah

    adalah menjabat pada periode kedua; 0 = lainnya

    Tabel 6. Hasil Pengujian Model 2

    temuan Eskpektasi Coef. P>z_cons 0.575 0.388ctlrhp_nom (-) -2.024 0.001 ***L1.aq ns 0.011 0.458stropp ns -0.227 0.120aq (+/-) 0.093 0.063 *logsize (+/-) 0.244 0.078 *depend (+/-) -0.341 0.178ages (-) -0.002 0.254logpopl (-) 0.151 0.104supp (-) 0.031 0.337bpkp1 (-) 0.002 0.489re_elects (-) 0.094 0.092 *Number of obs 595R-square 12.27%

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    26

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

  • 1. ***, **, * menunjukkan tingkat signifikansi pada 1%, 5%, 10% (uji satu arah)

    2. TEMUAN = jumlah temuan audit; CTLRHP_NOM = Fitted value jumlah nominal

    rekomendasi BPK yang ditindaklanjuti sesuai rekomendasi ditambah jumlah

    nominal rekomendasi yang tidak bisa ditindaklanjuti dibagi jumlah total nominal

    rekomendasi; L1.AQ = Lag Indeks Kualitas Auditor; AQ = Indeks Kualitas Auditor,

    STROPP= Jumlah Anggota DPRD yang berasal dari partai oposisi dengan kepala

    daerah dibagi jumlah anggota DPRD secara keseluruhan; SIZE= Log Total Aset;

    DEPEND= Total Pendapatan Transfer dibagi Total Pendapatan; POPL = Log

    Jumlah Penduduk; AGES = Umur Administratif Pemerintah DaerahSejak

    Ada Undang-Undang Pembentukan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; SUPP = 1

    : Kepala Daerah Memiliki Pendidikan Ekonomi/Akuntansi, 0 : Kepala Daerah Tidak

    Memiliki Pendidikan Ekonomi/Akuntansi; BPKP = 1 : Ada Pendampingan BPKP, 0

    : Tidak Ada Pendampingan BPKP; RE_ELECT = 1 jika kepala daerah adalah

    menjabat pada periode kedua; 0 = lainnya

    SNA 17 Mataram, LombokUniversitas Mataram24-27 Sept 2014

    27

    File ini diunduh dari:www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id