1

20
1 PENGGUNAAN TANAMAN KANGKUNG AIR ( IPOMOEA AQUATICA ) UNTUK MENGURANGI KADAR UNSUR BESI DAN TEMBAGA MENGGUNAKAN SAMPEL KALI JAGIR DI SURABAYA Fuad Nuruddin Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Penelitian ini menggunakan tanaman kangkung air ( Ipomoea Aquatica ) yang ditanam pada 3 buah bak, dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 cm. Masing-m asing bak ditanam 12 batang tanaman kangkung air dengan panjang antara 20-25 cm dan diisi ai r sampel dari Kali Jagir sebanyak 2 liter. Penelitian ini berlangsung selama 9 hari, dengan mem perhatikan waktu tinggal 3, 6 dan 9 hari. Pada hari ke 3, 6 dan 9, diambil sampel airnya sebanyak 250 ml untuk diujikan di laboratorium, untuk dilihat kandungan unsur besi dan tembaga pada bak tersebut. Peneliti an ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan tanaman kangkung air dalam menyerap unsur Fe d an Cu di perairan. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan tanaman kangkung ai r untuk menyerap kadar Fe lebih besar dari pada kadar Cu. Penyerapan optimum pada unsur Fe terjadi pada hari ke 6 dengan prosentase penurunan kadar Fe sebesar 67,26 %, sedangkan pada unsur Cu ter jadi pada hari ke 3 dengan prosentase penurunan kadar Cu sebesar 16,25 %. Titik jenuh bagi tanaman ka

Transcript of 1

1 PENGGUNAAN TANAMAN KANGKUNG AIR (IPOMOEA AQUATICA) UNTUK MENGURANGI KADAR UNSUR BESI DAN TEMBAGA MENGGUNAKAN SAMPEL KALI JAGIR DI SURABAYA Fuad Nuruddin Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Penelitian ini menggunakan tanaman kangkung air (Ipomoea Aquatica) yang ditanam pada 3 buah bak, dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 cm. Masing-masing bak ditanam 12 batang tanaman kangkung air dengan panjang antara 20-25 cm dan diisi air sampel dari Kali Jagir sebanyak 2 liter. Penelitian ini berlangsung selama 9 hari, dengan memperhatikan waktu tinggal 3, 6 dan 9 hari. Pada hari ke 3, 6 dan 9, diambil sampel airnya sebanyak 250 ml untukdiujikan di laboratorium, untuk dilihat kandungan unsur besi dan tembaga pada bak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan tanaman kangkung air dalam menyerap unsur Fe dan Cu di perairan. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan tanaman kangkung air untuk menyerap kadar Fe lebih besar dari pada kadar Cu. Penyerapan optimum pada unsur Feterjadi pada hari ke 6 dengan prosentase penurunan kadar Fe sebesar 67,26 %, sedangkan pada unsur Cu terjadi pada hari ke 3 dengan prosentase penurunan kadar Cu sebesar 16,25 %. Titik jenuh bagi tanaman kangkung air untuk menyerap unsur Fe terjadi pada hari ke 9, sedangkan unsur Cu terjadi pada hari ke 6. Kondisi tanaman kangkung air pada hari ke 9 penelitian ini ada yang mati dan ada yang berkembang biak, terbukti dengan tumbuhnya tunas-tunas baru dari tanaman tersebut. Kata kunci : Kangkung air (

Ipomoea Aquatica), logam berat, besi (Fe), tembaga (Cu), waktu tinggal ABSTRACT This study uses water morning glory plants (Ipomoea Aquatica)planted in 3 pieces tub, with a diameter of 25 cm and 30 cm high. Each tub is planted 12 plant stems of water morning glory with a length between 20-25 cm and filled with water samples fromthe Jagir river as much as 2 liters. The study lasted 9 days, taking into account the residence time of 3, 6 and 9 days. On day 3, 6 and 9, taken as many as 250 ml water sample to be tested in the laboratory, to see the content of the element iron and copper in the tub. This study aims to determine how much water morning glory plants ability to absorb the elements Fe and Cu in the waters. Based on this research, the ability of water morning gloryplants to absorb Fe levels greater than the levels of Cu. Optimum absorption of the element Fe occurred on day 6 by the percentage decrease in Fe content of 67.26%, while the elements of Cu occurs on day3 with the percentage decrease in Cu content of 16.25%. Saturation point for water morning glory plants to absorb the elements Fe occurred on day 9, while the elements of Cu occurs on day 6. The condition of water morning glory plants on day 9 of this study have died and there are proliferating, as evidenced by the growth of new shoots of the plants.Key words: Water morning glory (Ipomoea Aquatica), heavy metals, iron (Fe), copper (Cu), residence time 2 I. Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Air merupakan kebutuhan pokok semua makhluk hidup di bumi ini. Tanpa adanya air, makhluk hidup tidak bisa bertahan hidup lebih lama. Bumi tempat kehidupan menyediakan banyak air yang bersumber dari air tanah, sungai, danau dan lain-lain yang bisa digunakan oleh semua makhluk hidup termasuk manusia. Namun seiring berjalannya waktu, ketersedian air yang semula kualitasnya bersih berubah menjadi kotor dan tidak sesuai peruntukannya sehingga menyebabkan kelestarian alam dan populasi makhluk hidup menjadi terancam. Kepadatan penduduk, limbah industri, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Selain itu, banyak buangan limbah industri dan kotoran ke sungai. Bahkan, ada cara lain membuang limbah berbahaya dengan

menanam di kedalaman beberapa meter. Hal inilah yang menyebabkan semakin memburuknya kualitas air (Anonim, 2008http://adinfobogor.blogspot.com/). Salah satu contoh kasus memburuknya kualitas air adalah pencemaran air yang terjadi di Kali Jagir Surabaya. Sumber pencemaran lain di Kali Jagir berasal dari pabrik pulp dan kertas (PT SAK), industri kertas yang memakai bahan kertas bekas (PT Adiprima), industri batu bateri dan sampah rumah tangga berupa baterai, lampu neon, dan accu yang mengandung unsur limbah merkuri, kadmium, besi, tembaga dan unsur lainnya yang berbahaya bagi makhluk hidup sekitar sungai (Arisandi, 2002). Pada gambar 1.2 menjelaskan bahwa limbah yang berasal dari PT SAK dan PT Adiprima dibuang ke Kali Surabaya dan menuju ke Kali Jagir yang menyebabkan Kali Jagir tercemar. Pencemaran di Kali Jagir menyebabkan kualitas airnya menurun dan tidak layak untuk dijadikan bahan baku air minum. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Bagaimana kondisi kadar unsur Fe dan Cu pada air hasil penelitian dengan memperhatikan pengaruh waktu tinggal sampel air selama 3, 6 dan 9 hari? 2.Seberapa besar perbedaan perubahan kadar unsur Fe dan Cu sebelum dan sesudah dilakukan penelitian dengan menggunakan tanaman kangkung air? 3.Bagimana kondisi tanaman kangkung air berdasarkan hasil penelitian setelah melewati waktu 9 hari? 1.3.Tujuan dan Manfaat Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah membandingkan seberapa besar perbedaan kandungan unsur Fe dan Cu sebelum dilakukannya penelitian dan sesudah dilakukannya penelitian. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan pada pengembangan ilmu dan teknologi, terutama potensi aplikasinya 3

bagi teknologi pengendalian pencemaran air dan dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah di lingkungan perindustrian dan sekitarnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Air Sebagai Penyerap Kadar Logam Berat Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menurunkan kadar logam berat dengan menggunakan beberapa analisa tentang sifat fisika, kimia, biologi dan mikrobiologi. Ulfin (2001) mengatakan bahwa pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan proses biofiltrasi menggunakan tanaman air sebagai penyerap. Polpraset & Sikka (1986) menuliskan bahwa pada dasarnya semua jenis akar tanaman air dapat menyerap seluruh substansi dalam air dan sesuatu yang terkandung di dalamnya tanpa seleksi, seperti spons penyerap dalam cairan. 2.2.Kangkung Air (Ipomoea Aquatica) Kangkung air (Ipomoea Aquatica) merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair (Anonim, 2011). Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-kangkungan, merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Tanaman dengan panjang 30-50 cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa, atau terapung di atas air dan biasa ditemukan di dataran rendah hingga 1.000 m di atas permukaan laut. 2.3.Mekanisme Penyerapan Kadar Logam Berat Tanaman yang bekerja sama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.

Proses ini dilakukan bertahap (Anonim, 2003), yaitu : 1.Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi di sekitar akar tumbuhan, proses ini disebut juga Hyperacumulation. 2.Rizofiltration (rhizo=akar) adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. Proses ini telah dibuktikan dengan percobaan menanam bunga matahari pada kolam mengandung zat radio aktif di Chernobyl Ukraina. 3.Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak 4 akan terbawa oleh aliran air dalam media. 4.Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-assisted bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada di sekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bakteri. 5.Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat proses degradasi. 6.

Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang. 2.4.Logam Berat Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3

, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977). Menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu : a.Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. b.Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co. c.Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe. 5 Di sepanjang Kali Surabaya yang merupakan daerah aliran Sungai Brantas itu berdiri sekitar 400 industri. Sekitar 80 persen industri tersebut tidak memiliki sarana pengolahan limbah (Prabaningrum, 2009). Industri-industri tersebut membuang limbahnya

ke dalam sungai secara langsung sehingga banyak ditemukan polutan termasuk logam berat di sekitar sungai tersebut. 2.4.1. Besi (Fe) Besi yang dikenal dengan nama ferrum (Fe) merupakan salah satu unsur logam transisi periode ke empat golongan VIII B yang mudah ditempa, mudah dibentuk, berwarna putih perak dan mudah dimagnetisasi pada suhu normal. Dalam sistem periodik unsur besi mempunyai nomor atom 26 dan massa jenis 7,86 mg/l pada suhu kamar. Dalam bentuk senyawa, besi mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +3. Secara kimia, besi merupakan logam yang cukup reaktif karena dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain seperti unsur halogen (florin, klorin, bromin, iodin, dan astatin), belerang, fosfor, karbon, oksigen, dan silikon. Menurut Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa ambang batas Fe di dalam perairan sungai kelas satu yang peruntukannya sebagai bahan baku air minum adalah 0,3 ppm (mg/l). 2.4.2. Tembaga (Cu)Tembaga dengan nama kimia cuprumdilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan, merupakan konduktor panas dan listrik yang baik serta memiliki korosi yang lambat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak. Pada suhu kamar, unsur ini memiliki massa jenis 8,94 g/cm3

. Menurut Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa ambang batas Cu di dalam perairan sungai kelas satu yang peruntukannya sebagai bahan baku air minum adalah 0,02 ppm (mg/l). 2.5. Analisa Kandungan Fe dan Cu dalam Air Cara menganalisa kandungan Fe dan Cu dalam air adalah dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) adalah suatu metode analisis untuk penentuan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar (ground state), untuk mengeksitasi elektron terluar proses penyerapan

energi yang terjadi pada panjang gelombangyang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. 2.6. Metode Sampling Sampel adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti. Penelitian yang 6 dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tersebut, maka yang bisa dilakukan adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tersebut. Alasan peneliti tidak melakukan sensus antara lain (Mustafa, 2000) : a. Populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti b. Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia c. Penelitian yang dilakukan terhadap sampel lebih reliabel dari pada terhadap populasi, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan d. Jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel. 2.7. Penentuan Titik Pengambilan Sampel Penentuan titik pengambilan sampel pada kolam air bertujuan agar pada saat pengambilan sampel, benda yang terapung di permukaan air dan endapan yang mungkin tergerus dari dasar sungai tidak ikut terambil. Pengambilan sampel air permukaan dapat dilakukan terhadap air sungai, air waduk atau danau.

Bila sampel diambil dari saluran, sungai dan sebagainya yang kedalamannya tidak lebih dari 5 m, dan alirannya cukup turbulen bagi air tersebut untuk menjadi homogen, sampel sebaiknya diambil pada kira-kira 1/2 sampai 2/3 tinggi penampang basah dari bawah permukaan air. Dekat dasar sungai air mengandung terlalu banyak zat tersuspensi yang mengendap atau yang dapat tergerus oleh aliran air. Dekat lapisan permukaan air, ada resiko bahwa lapisan tersebut banyak zat yang ringan seperti lumut, minyak dan lemak, dan sebagainya. Sampel tidak boleh diambil terlalu dekat dengan tepi penampang sungai atau tepi saluran yang tidak diplester dengan baik karena air di daerah tersebut kurang mewakili seluruh badan air, namun untuk saluran yang diplester dengan baik sampel dapat diambil lebih kurang 10 cm dari tepi saluran. III. METODE PENELITIAN Lokasi pengambilan sampel air untuk penelitian ini adalah di Kali Jagir Surabaya. Sampel air diambil dengan volume yang cukup 9 Pelaksanaan selanjutnya yaitu mengganti air di dalam bak yang digunakan untuk menetralkan tanaman kangkung air dengan air sampel yang diperoleh dari Kali Jagir di Surabaya. Pada masing-masing bak diisi air sampel 2 liter dan ditanam 12 batang tanaman kangkung air. Penanaman 12 batang tanaman kangkung air pada masing-masing bak dilakukan dengan memilih karakteristik tanaman yang seimbang, seperti panjang tanaman, bentuk daun dan panjang akar. Perlakuan pada masing-masing bak harus sama dan seimbang agar mendapatkan hasil penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah sesuai tata cara penelitian. Pada masing-masing bak juga disertai nomor bak yang menandakan bahwa nomor satu untuk diambil sampel airnya pada hari ke 3, nomor dua untuk diambil sampel airnya pada hari ke 6 dan nomor tiga untuk diambil sampel airnya pada hari ke 9. 4.5. Hasil Uji Laboratorium 4.5.1. Hasil Uji Laboratorium Sampel Air Hari ke 3 Bak pertama yang merupakan hasil penelitian pada hari ke 3 dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar4.1 Kondisi Tanaman Kangkung Air Pada Hari ke3 Tabel 4. 3 Pengujian Nilai Fe Hari ke 3 Sumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan

Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. Tabel 4. 4 Pengujian Nilai Cu Hari ke 3 No.PengujianCu AwalCu Hari ke 31.Pengujian I0,08 mg/l 0,068 mg/l2.Pengujian II0,064 mg/l3.Pengujian III0,068 mg/lSumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.4.5.2. Hasil Uji Laboratorium Sampel Air Hari ke 6 Bak kedua yang merupakan hasil penelitian pada hari ke 6 dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar4.2 Kondisi Tanaman Kangkung Air Pada Hari ke6Tabel 4. 5 Pengujian Nilai Fe Hari ke 6 No.PengujianFe AwalFe Hari ke 61.Pengujian I0,675 mg/l 0,223 mg/l2.Pengujian II0,220 mg/l3.Pengujian III0,220 mg/lSumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. Tabel 4. 6 Pengujian Nilai Cu Hari ke 6 No.PengujianFe AwalFe Hari ke 31.Pengujian I0,675 mg/l 0,322 mg/l

2.Pengujian II0,316 mg/l3.Pengujian III0,318 mg/l10 No.PengujianCu AwalCu Hari ke 61.Pengujian I0,08 mg/l 0,132 mg/l2.Pengujian II0,131 mg/l3.Pengujian III0,127 mg/lSumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. 4.5.3. Hasil Uji Laboratorium Sampel Air Hari ke 9 Bak ketiga yang merupakan hasil penelitian pada hari ke 9 dapat dilihat pada gambar 4.3. Gambar4.3 Kondisi Tanaman Kangkung Air Pada Hari ke9 Tabel 4. 7 Pengujian Nilai Fe Hari ke 9 No.PengujianFe AwalFe Hari ke 91.Pengujian I0,675 mg/l 0,248 mg/l2.Pengujian II0,246 mg/l3.Pengujian III0,250 mg/lSumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. Tabel 4. 8 Pengujian Nilai Cu Hari ke 9 No.PengujianCu AwalCu Hari ke 9

1.Pengujian I0,08 mg/l 0,214 mg/l2.Pengujian II0,212 mg/l3.Pengujian III0,215 mg/lSumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. 4.6. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, terjadi perubahan kadar unsur Fe dan Cu yang terdapat pada sampel Kali Jagir di Surabaya. Hal ini disebabkan adanya penyerapan yang dilakukan oleh tanaman kangkung air terhadap air sampel. Secara keseluruhan, penurunan dan kenaikan kadar unsur Fe dan Cu yang dilakukan oleh tanaman kangkung air pada air sampel Kali Jagir di Surabaya selama 9 hari dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4. 9 Hasil Penelitian Selama 9 Hari Parameter Waktu Tinggal 0 hari 3 hari 6 hari 9 hari Besi (Fe) 0,675 mg/l 0,319 mg/l 0,221 mg/l 0,248 mg/l Tembaga(Cu) 0,08 mg/l 0, 067 mg/l 0,130 mg/l 0,214 mg/l Sumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. 4.7. Prosentase Penurunan dan Kenaikan Tabel 4. 10 Prosentase Penurunan dan Kenaikan konsentrasi Fe dan Cu Parameter

Hari ke Prosentase (%) Keterangan Besi (Fe) 3 52,74 Penurunan konsentrasi 6 67,26 Penurunan konsentrasi 9 63,26 Penurunan konsentrasi Tembaga (Cu) 3 16,25 Penurunan konsentrasi 6 62,50 Kenaikan konsentrasi 9 167,50 Kenaikan konsentrasi Sumber: Hasil Perhitungan. V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan 11 Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.Unsur Fe dan Cu dalam air sampel dapat dikurangi kadarnya dengan media tanaman kangkung air, yang mampu menyerap zat-zat pencemar di dalam air. Hasil penyerapan terhadap unsur Fe dan Cu yang dilakukan oleh tanaman kangkung air dengan memperhatikan waktu tinggal 3, 6 dan 9 hari dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5. 1 Hasil Penelitian Terhadap Unsur Fe dan Cu Parameter Waktu Tinggal 0 hari 3 hari 6 hari 9 hari Besi 0,675 mg/l 0,319 mg/l 0,221 mg/l 0,248 mg/l Tembaga 0,08 mg/l 0, 067 mg/l 0,130 mg/l

0,214 mg/l Sumber: Hasil Uji Laboratorium Air dan Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. 2.Berdasarkan data dari tabel 5.1, tanaman kangkung air mampu menyerap unsur Fe dengan waktu penyerapan optimum terjadi pada hari ke 6, dari konsentrasi awal sebesar 0,675 mg/l menjadi 0,221 mg/l atau sebesar 67,26 %. Sedangkan pada hari ke 9 adalah titik jenuh bagi tanaman kangkung air untuk menyerap unsur Fe, karena penyerapannya tidak sebesar pada hari ke 6. Dari tabel 5.1 juga menunjukkan bahwa tanaman kangkung air mampu menyerap unsur Cu dengan waktu penyerapan optimum terjadi pada hari ke 3, dari konsentrasi awal sebesar 0,08 mg/l menjadi 0,067 mg/l atau sebesar 16,25 %. Sedangkan pada hari ke 6 adalah titik jenuh bagi tanaman kangkung air untuk menyerap unsur Cu, karena tidak ada penyerapan terhadap unsur Cu tetapi konsentrasinya semakin bertambah dari sampel awal. Bertambahnya konsentrasi unsur Cu pada hari ke 6 dari sampel awal ini bisa terjadi karena penguapan air, penyerapan air oleh tanaman dan mengandapnya unsur Cu di bawah air. 3.Kondisi tanaman kangkung air setelah melewati waktu 9 hari penelitian banyak yang daunnya layu dan sedikit yang masih terlihat segar. Sedangkan pada batangnya terus memperlihatkan perkembangbiakan hingga tumbuh tunas-tunas baru tanaman kangkung air. Hal ini membuktikan bahwa tanaman kangkung air masih bisa berkembang biak dengan baik meskipun keadaan airnya sudah tercemar oleh beberapa zat polutan. 5.2. Saran Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1.Mengingat pentingnya penyediaan air bersih yang semakin meningkat kebutuhannya, diharapkan perlu diadakannya pengembangan teknologi

dalam penyediaan air bersih yang sederhana, murah dan mudah dalam 12 pembuatannya. 2.Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan untuk instalasi pengolahan air limbah sederhana sehingga perlu dikaji lebih lanjut dalam perencanaan instalasi pengolahan air limbah 3.Untuk penelitian berikutnya diharapkan: a.Dilakukan penambahan air sampel, agar tidak terpengaruh oleh penguapan air dan penyerapan air oleh tanaman. b.Waktu tinggal diperpendek jaraknya menjadi satu harian, bukan 3 harian agar bisa memastikan pada hari ke berapa titik jenuh tanaman kangkung air dalam menyerap unsur Fe dan Cu. c.Sampel untuk masing-masing waktu tinggal ditambah minimal 3 buah sampel, agar bisa dibandingkan antara sampel yang satu dengan yang lain. d.Ditambahkan sampel dengan jumlah tanaman yang berbeda untuk mengetahui apakah perbandingan jumlah tanaman dengan hasil penyerapan sama atau berbeda. 4.Penggunaan tanaman kangkung air sebagai media pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan cara pembuatan kolam penampungan air limbah sementara, yang di tumbuhi dengan tanaman kangkung air dengan memperhatikan kedalaman air dan penentuan masa tinggal yang harus diteliti lebih lanjut.DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2003). Fitoremediasi, Upaya Mengolah Air Limbah dengan Media Tanaman,

http://airsungaikelassatu2020.wordpress.com/teknologi-pengendalian-limbah-cair/fitoremediasi/(11 Mei 2011) Anonim. (2008). Bahaya Pencemaran Logam Berat Dalam Air, http://adinfobogor.blogspot.com/2008/01/bahaya-pencemaran-logam-berat-dalam-air_31.html(13 Maret 2011) Anonim. (2011). Kangkung, http://id.wikipedia.org/wiki/Kangkung(12 April 2011) Arisandi, Prigi. (2002). Cermin Ketidak mampuan Gubernur dalam Pengelolaan Kali Surabaya, http://www.ecoton.or.id/tulisanlengkap.php?id=1384(12 September 2011) Mustafa, Hasan. (2000). Teknik Sampling, home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc(15 September 2011) Manahan. (1977). Logam Berat, http://dedepurnama.blogspot.com/2009/07/logam-berat.html(11 Mei 2011) Miettinen. (1977). Logam Berat, http://dedepurnama.blogspot.com/2009/07/logam-berat.html(11 Mei 2011) 13 Polpraset, C., Sikka, B. (1986). Environmental Sanitation Reviews, ISSN 0125-5088, 21(12)

Ulfin, I. (2001). Penurunan Kadar Cd dan Pb dalam Larutan dengan Kayu Apu: Pengaruh pH dan Jumlah Kayu Apu (Pistia Stratiotes,L), Posiding Senakki II, Kimia-FMIPA, ITS, Surabaya