1

download 1

of 11

description

aids

Transcript of 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ACQUARED IMMUNODEFISIENCY SYNDROM (AIDS)DEFINISIA. Virus HIVHIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.Penyakit AIDSAIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.ETIOLOGI1.Human immunodefisiensi virus (HIV).2.Virus RNA.3.RNAREVERSE TRANS-DNAPenyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV)..Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :1.Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.2.Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.3.Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.4.Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.5.AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. MANIFESTASI KLINIS - Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem organ.- Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini (paling sering ditemukan pd AIDS) sangat jarang mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam - tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental).- Gagal nafas dpt terjadi 2 3 hari- Tbc- Nafsu makan menurun, mual, muntah-Diare merupakan masalah pd klien AIDS 50% - 90%- Kandidiasis oral - infeksi jamur- Bercak putih dalam rongga mulut tdk diobati dpt ke esophagus dan lambung.- Wasthing syndrome penurunan BB/ kaheksia (malnutrisi akibat penyakit kronis, diare, anoreksia, amlabsorbsi gastrointestinal)- Kanker : klien AIDS insiden lebih tinggi mungkin adanya stimulasi HIV thdp sel-2 kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dng defesiensi kekebalan mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna.- Sarcoma kaposis kelainan maligna berhubungan dgn HIV (paling sering ditemukan) penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darahdan linfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi pd kulit sebagian tungkai terutama pada pria. Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dpt menyebabkan statis aliranvena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan thdp infeksi.- Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis gangguan pd saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pd sistem saraf pusat mencakup inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.- Herpes zoster pembentukan vesikel yang nyeri pd kulit.- Dermatitis seboroikruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan wajah. - Pada wanita: kandidiasis vagina dapat merupakan tanda pertama yang menunjukkan HIV pd wanita.PENATALAKSANAAN- Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn cairan tubuh yang tercemar HIV.- Pengobatan pd infeksi umum- Penatalaksanaan diare- Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat- Penanganan keganasan- Terapi antiretrovirus- Terapi alternative : terapi spiritual, terapi nutrisi, terapi obat tradisional, terapi tenaga fisik dan akupungtur, yoga, terapi massage, terapi sentuhan. . Penatalaksanaan untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :- Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.- Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.- Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.- Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.- Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :Pengendalian Infeksi Opurtunistik.Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.Terapi AZT (Azidotimidin)Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya 3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3Terapi Antiviral BaruBeberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah Didanosine Ribavirin Diedoxycytidine Recombinant CD 4 dapat larutVaksin dan Rekonstruksi VirusUpaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).PENGKAJIAN1.Aktifitas /istirahat :- Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif- Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas2.Sirkulasi- Proses penyembuhan lika yang lambat, perdarahan lama bila cedera- takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun, pengisian kapiler memanjang3.Integritas ego- Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga, hubungan dgn org lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu- Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat badan- Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan control diri, dan depresi- Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata kurang4.Eliminasi.- Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih- Faeces encer disertai mucus atau darah- Nyerio tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm jumlah warna urin.5.Makanan/cairan :- Tidak ada nafsu makan, mual, muntah- Penurunan BB yang cepat- Bising usus yang hiperaktif- Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut- Adanya gigi yang tanggal. Edema6.Hygiene- Tidak dapat menyelesaikan ADL, memepeliahtkan penampilan yang tdk rapi.7.Neurosensorik- Pusing,sakit kepala.- Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi- Kelemahanotot, tremor, penurunan visus.- Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.- Gayaberjalan ataksia.8.Nyeri/kenyamanan- Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.- Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.- Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.9.Pernapasan- Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning.10.Keamanan- Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan- Demam berulang11.Seksualitas- Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang tdk konsisten, lesi pd genitalia, keputihan.12.Interaksi social- Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tdk terorganisirDIAGNOSA KEPERAWATAN1.Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisir2.Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.3.Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.4.Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.INTERVENSIDx 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisirTujuan :Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent)Tindakan :1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn pasinR/. Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang dilakukan1. Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukupR/. Lingkungan yang kotor akan mneingkatkan pertumbuhan kuman pathogen1. Informasikan perlunya tindakan isolasiR/. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung dgn kuman pathogen1. Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.R/. Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.1. Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.2. Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya lesi/perubahan warna3. bersihkan kuku setiap hariR/ Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka1. Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasiR/ Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi1. Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri.R/ Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada permukaan kulit.Dx 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuatTindakan :1.Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan adanya dehidrasi.2.Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan.R/ Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.3.Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.R/ Indikator tanda-tanda dehidrasi.4.Timbang BB setiap hariR/. penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.5.Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa hausdan melembabkan membrane mucosa.6.Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsangPeningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairanpd dinding usus akan kurang.Dx 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.Tindakan:1. Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia1. auskultasi bising ususHipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat penyerapan usus.1. timbang BB setiap hariBB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat1. hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.2. berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu makan.1. rencanakan makan bersama keluarga/org terdekat. Barikan makan sesuai keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi)2. sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit3. dorong klien untuk duduk saat makan.Dx. 4. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektifTindakan:1. auskultasi bunyi nafas tambahanbunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan sekresi.1. catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan penggunaan otot asesoris.2. berikan posisi semi fowler3. lakukan section bila terjadi retensi sekresi jalan nafasEVALUASI1.Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent)2.Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat3.Klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.4.Klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektifDAFTAR PUSTAKABruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC. 2002