1

46
1. HIDROLOGI 1.1 Potensi Air Permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan potensi air permukaan di wilayah Kabupaten Jayawijaya terdapat di beberapa tempat, yaitu: a. DAS Baliem, b. DAS Lorentz, c. DAS Taritatu Tengah, dan d. DAS Sobger. Selain itu juga adanya pemanfaatan sumber air permukaan berupa mata air terdapat di Distrik Napua, Distrik Walesi, Distrik Kurulu, Distrik Libarek, Distrik Wollo, Distrik Siepkosi, Distrik Asologaima, Distrik Pyramid, Distrik Yalengga; serta pemanfaatan sumur gali terdapat di Distrik Wamena, Distrik Wouma dan Distrik Hubikiak. Keberadaan Danau Habema dengan luasan mencapai 2.461 Ha yang terdapat di Distrik Walaik juga merupakan sumber air permukaan potensial. 1.2 Cekungan Air Tanah (CAT) Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Dari luas Papua yang mencapai 421.981 km², terdapat 40 CAT yang menempati sekitar 62% dari total luas Papua, yaitu sekitar 262.870 km². Di Provinsi Papua, CAT berjumlah 23, sedangkan selebihnya berada di Provinsi Papua Barat. Keberadaan CAT ini merupakan salah satu potensi sumber

description

dddd

Transcript of 1

Page 1: 1

1. HIDROLOGI

1.1 Potensi Air Permukaan

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan potensi air permukaan

di wilayah Kabupaten Jayawijaya terdapat di beberapa tempat, yaitu:

a. DAS Baliem,

b. DAS Lorentz,

c. DAS Taritatu Tengah, dan

d. DAS Sobger.

Selain itu juga adanya pemanfaatan sumber air permukaan berupa

mata air terdapat di Distrik Napua, Distrik Walesi, Distrik Kurulu, Distrik

Libarek, Distrik Wollo, Distrik Siepkosi, Distrik Asologaima, Distrik Pyramid,

Distrik Yalengga; serta pemanfaatan sumur gali terdapat di Distrik

Wamena, Distrik Wouma dan Distrik Hubikiak. Keberadaan Danau

Habema dengan luasan mencapai 2.461 Ha yang terdapat di Distrik

Walaik juga merupakan sumber air permukaan potensial.

1.2 Cekungan Air Tanah (CAT)

Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses

pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Dari luas

Papua yang mencapai 421.981 km², terdapat 40 CAT yang menempati

sekitar 62% dari total luas Papua, yaitu sekitar 262.870 km². Di Provinsi

Papua, CAT berjumlah 23, sedangkan selebihnya berada di Provinsi Papua

Barat. Keberadaan CAT ini merupakan salah satu potensi sumber daya

alam yang terkandung dalam perut bumi Papua sehingga harus dipelihara

dan dijaga kelestariannya. Adapun di Kabupaten Jayawijaya teridentifikasi

adanya CAT, yakni CAT Wamena.

1.3 Pelayanan Air Minum

Sistem penyediaan air minum oleh PDAM di Distrik Wamena

didistribusikan berasal dari sumber air baku air permukaan, yaitu Sungai

Page 2: 1

Wamena dan dari mata air Napua. Jumlah air yang diproduksi adalah 42

liter/detik. Cakupan pelayanan PDAM Kabupaten Jayawijaya di Distrik

Wamena sampai tahun 2009 baru mencapai 27 % dengan jumlah

pelanggan aktif 610 sambungan rumah. Tingkat kebocoran mencapai 36

%. Kebocoran diakibatkan sebagian jaringan distribusi yang ada tidak

berfungsi dengan baik dan tanpa perawatan yang layak. Permintaaan

pelayanan air minum terus meningkat yang ditunjukkan dengan data

daftar tunggu sambungan baru adalah 4.300 sambungan rumah. Kualitas

air minum yang didistribusikan berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan oleh Program Pascasarjana Jurusan Teknik

Lingkungan ITS-Surabaya tahun 2009, belum memenuhi standar kualitas

air minum. Sesuai dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Air

dan Pengendalian Pencemaran Air, parameter air yang belum memenuhi

syarat yaitu parameter Besi (Fe) sebesar 0,83 mg/L dan cemaran mikroba

sebesar 1990/100ml. Kondisi seperti ini menimbulkan dampak negatif

bagi kesehatan masyarakat Distrik Wamena seperti yang ditunjukkan data

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya tahun 2009 bahwa sebesar

43,7 % penduduk menderita penyakit diare. Untuk jelasnya dapat di lihat

pada Peta hidrologi.

1.4 Air Tanah

Secara geologi mata air asin yang terdapat di Kurulu ini terbentuk

oleh mineral Kalsit (CaCO3). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

M. Hutasoit, dkk (1998) mata air asin ini berasal dari Danau Habema.

Dengan mempergunakan oksigen dan hidrogen yang dianalisis dengan

menggunakan sampel dari kedua contoh mata air asin yang ada dan

berdasarkan interpretasi peta topografi ditemukan bahwa, mata air asin

ini berasal dari air bawah tanah. Berasal dari air meteoric (merupakan air

yang berasal dari air hujan yang menyusup masuk ke tanah) lokal dan

kadar garam yang dihasilkannya adalah akibat dari interaksi antara air

dengan material batuan. Dimana, air asin ini diperkirakan berasal dari

mineral kalsit dimana, mineral kalsit dapat kita temukan pada batu pasir

Page 3: 1

yang banyak kita temukan di daerah Kurulu terutama di daerah mata air

asin ini.

Secara megaskopis di sekitar daerah mata air asin Kurulu ini banyak

ditemukan fosil-fosil yang terdapat di daerah ini. Hal ini dapat pula

diindikasikan bahwa air asin yang terdapat di daerah Kurulu ini

merupakan air purba (connate water) atau air yang terbentuk atau terjadi

pada saat air laut surut, namun hal ini perlu penelitian lebih detail untuk

menentukan umur maupun proses pembentukannya.

Air tanah dengan kadar garam tinggi yang dapat mencapai sepuluh

kali lipat dari kadar garam yang terdapat pada air laut, secara umum

dapat dijumpai pada Batuan Sedimen. Air tanah ini tidak selalu terkait

dengan aktifitas vulkanis maupun aktifitas laut yang ada. Tanpa

memperhatikan asalnya, air ini dikenal sebagai air bentukan. Ketika air

tanah ini menyembul ke permukaan ia akan menjadi mata air dengan

kadar garam tinggi. Lokasi ini sangat jauh dari samudra/lautan karena

terletak di kaki Pegunungan Jayawijaya tidak ada aktifitas vulkanik di

sekitar kawasan tersebut (Edi Prasetyo, 2003).

2. GEOLOGI

2.1 Data-data Batuan

Data-data batuan di bawah ini diperoleh dari Peta Geologi Lembar

Wamena, Irian Jaya yang disusun oleh U. Sukanta, S. Wiryosujono dan A. S

Hakim tahun 1995, serta Peta Geologi Lembar Rotanburg (Idenburg Barat)

yang disusun oleh B. H. Harahap dan Y. Noya tahun 1995 yang semuanya

merupakan pegawai Pusat Penelitian Pengembangan Geologi.

Aluvium (Qa):

Aluvium terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal.

Satuan ini terdapat di sekitar Sungai Baliem dan cabang-cabang

sungainya. Batuan ini tersebar di Distrik Wamena, Distrik Hubikosi

hingga Distrik Asologaima.

Page 4: 1

Endapan Glasial (Qg):

Terdapat di sebelah Baratdaya Wamena berupa konglomerat,

batu pasir dan lempung kelabu. Konglomerat beraneka dengan

massa dasar lempung kelabu. Batu pasir, kelabu kecoklatan, terpilah

buruk, berbutir halus hingga kasar dan dapat diremas.

Kelompok Batu Gamping Nugini (tak terpisahkan) (KTmn):

Tersebar mulai sebelah Selatan, Baratdaya, Barat, hingga

Baratlaut Wamena yang terdiri dari Formasi Waripi di bagian bawah

dan Batu Gamping Yaweee di bagian atas. Kalkarenit, Biokalkarenit,

batu pasir kuarsa gampingan, batu lanau, batu lumpur berlapis tipis,

kalsirudit dan kalkarenit oolitan. Batuan ini merupakan endapan

paparan.

Batu Gamping Yawee (Temy):

Terdapat di sebelah Tenggara Wamena memanjang Barat ke

Timur berupa Wackstone dan Packstone, berlapis baik (50 cm - 2 m),

butirannya disusun oleh cangkang foriaminifera dan rombakan jasad

lainnya yang tersemenkan oleh mikrit dan sparit. Setempat di bagian

bawah ditemukan oolit. Satuan ini menindih secara selaras Formasi

Waripi yang berumur Kapur Akhir-Eosen dan berdasarkan posisi

tersebut Batu Gamping Yawee ini diperkirakan berumur Eosen-

Miosen. Lokasi tipe satuan ini terdapat di Sungai Yawee di L.

Waghete. Tebal keseluruhan 500 meter.

Formasi Waripi (Ktew):

Formasi ini mendominasi bagian Timur Wamena yang terdiri

dari batu gamping, batu pasir kuarsa dan batu lanau gampingan.

Batu gamping umumnya pasiran dan oolitan. Napal dan biokalkarenit

merah kecoklatan biasanya dolomitan dan jarang glaukonitan, kelabu

kebiruan dan merupakan sisipan. Bentang alam satuan ini

memperlihatkan topografi Karst. Tebalnya 400-700m. Satuan ini

diendapkan selaras di atas Formasi Ekmai yang berumur Kapur Akhir.

Page 5: 1

Berdasarkan kedudukan formasi itu maka satuan ini berumur Kapur

Akhir Eosen.

Kelompok Kembelangan (Tak terbedakan) (JKk) :

Kelompok ini mengelilingi Wamena di sebelah Barat

membentang dari Utara ke Selatan. Terdiri dari batu lumpur Kopai,

batu pasir Woniwogi, batu lumpur Piniya, dan batu pasir Ekmai. Umur

Jura-Kapur diendapkan di lingkungan paparan dangkal.

Batupasir Ekmai (Kue):

Terdapat berkelompok di tengah Lembah Wamena sebelah

Utara terdiri dari batu pasir, putih kelabu, mudah diremas, tersusun

oleh kuarsa, terpilah sangat baik, berlapis sangat baik, perairan

sejajar, perairan silang siur, dan jarang gampingan. Setempat

terdapat sisipan lempung. Tebal satuan ini diperkirakan 1000 m dan

terendapkan di lingkungan pantai atau delta. Satuan ini berumur

Kapur Akhir.

Batulumpur Piniya (Kp):

Berada di sebelah Baratdaya Wamena membentang dari Barat

ke Timur terdiri dari batu lempung dan serpih. Kedua batuan ini

umumnya berselang-seling. Batu lempung, hijau kelabu kehitaman,

dan disisipi tipis oleh serpih kelabu. Batu pasir terdapat di bagian

tengah setebal kurang dari 10 m. Batu pasir halus, terpilah sedang,

lempungan dan glaukonitan. Pada batu pasir dan lempung ditemukan

jejak fosil. Umur satuan ini disetarakan dengan satuan yang terdapat

di lembar Waghete yaitu Kapur Awal bagian atas. Satuan ini

terendapkan di atas paparan dengan energi rendah. Bagian bawah

dibatasi oleh Formasi Woniwogi secara selaras dan bagian atasnya

ditutupi selaras oleh Formasi Ekmai tebal keseluruhan sekitar 1000

m.

Page 6: 1

Formasi Aiduna (Pca):

Terdapat di ujung Baratdaya Kabupaten Jayawijaya terdiri dari

batu pasir, batu lumpur, batu gamping. Batu pasir, kelabu, pejal,

keras, menyudut hingga membulat tanggung, berbutir menengah,

terpilah baik, mengandung karbon dan buncak gampingan. Batu

gamping, putih kelabu, mikritan, oolitan, dan dolomitan, berselang

seling dengan batu lumpur, kelabu kehitaman, berlapis baik dan batu

gamping semakin dominan di bagian atas. Fosil daun ditemukan

pada batu lempung. Singkapannya terdapat di Ninia, sebelah Timur

Wamena. Satuan ini tertindih tak selaras oleh Formasi Tipuma dan

dibatasi bidang sesar oleh Formasi Tuaba. Satuan ini terendapkan di

lingkungan pasang. Secara regional, satuan ini disetarakan dengan

Kelompok Aifam yang berumur Permo Karbon. Tebal diperkirakan

lebih dari 1000 m.

Dolomit Modio (Dm):

Batuan ini terdapat dalam wilayah kecil di sebelah Selatan

Baratdaya dari Kabupaten Jayawijaya terdiri dari dolomit, batu

gamping, batu gamping dolomitan dan lapisan tipis batu gamping

rijangan. Batuan tersebut sangat keras, banyak terdapat rekahan.

Formasi ini menindih secara tak selaras Formasi Tuaba. Ketebalan

diperkirakan 1000 m. Satuan ini diendapkan di laut dangkal.

Formasi Tuaba (Ot):

Wilayah Selatan Baratdaya Kabupaten Jayawijaya, batuan ini

terdiri dari batu lanau dan batu lumpur malih. Kedua batuan ini

sangat keras, banyak urat kuarsa mengisi rekahan. Lipatan bersudut

tajam sangat umum ditemukan. Tertutup tak selaras oleh Formasi

Aiduna dan Dolomit Modio . Formasi ini diperkirakan berumur Silur

Devon setara dengan Formasi Kemum di Kepala Burung. Tebal

diperkirakan lebih 1000 m. Diendapkan dalam lingkungan laut

dangkal.

Page 7: 1

3. KERAWANAN BENCANA

3.1 Bencana

Kondisi alam di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya

bencana alam, bencana akibat ulah manusia dan kedaruratan kompleks,

meskipun di sisi lain juga kaya akan sumberdaya alam. Pada umumnya

resiko bencana alam di Kabupaten Jayawijaya meliputi bencana akibat

faktor geologi yaitu gempabumi, banjir, tanah longsor dan kekeringan.

Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat

perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta

politik. Sedangkan, kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari

situasi bencana pada suatu daerah konflik.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, Pemerintah (gubernur, bupati/walikota atau

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah)

bertugas melakukan penanggulangan bencana. Hal yang paling awal dari

tugas dan tanggung jawab ini adalah pengurangan atau minimalisasi

resiko bencana. Pengurangan resiko ini termasuk upaya pencegahan

rawan bencana. Dalam hal bencana banjir jebolnya tanggul sungai,

adanya monitoring tanggul-tanggul di sepanjang sungai secara periodik

dan seksama adalah bagian dari pencegahan bencana. Sementara itu

tumbuhnya kawasan permukiman di sepanjang bantaran sungai, adalah

parameter kerawanan yang lain.

A. Banjir

Banjir merupakan salah satu bencana yang tidak asing bagi

masyarakat Indonesia, kejadiannya berupa terbenamnya daratan oleh air.

Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya

kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke

lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan

banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga

membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air

surut. Banjir adalah hal yang rutin. Setiap tahun pasti datang. Banjir

Page 8: 1

sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa" yang sering

terjadi dan dihadapi, termasuk di Indonesia. Banjir sudah termasuk dalam

urutan bencana besar, karena meminta korban besar.

Salah satu aspek yang seringkali dilupakan berkaitan dengan

terjadinya banjir di satu wilayah adalah banjir itu sangat berkaitan erat

dengan kesatuan wilayah yang disebut dengan daerah aliran sungai

(DAS). DAS sendiri didefinisikan sebagai satu hamparan wilayah dimana

air hujan yang jatuh di wilayah itu akan menuju ke satu titik outlet yang

sama, apakah itu sungai, danau atau laut.

Ciri-Ciri Banjir

Bencana banjir memiliki ciri-ciri dan akibat sebagai berikut:

Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus

sepanjang hari.

Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian

tertentu.

Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman,

hewan, dan manusia.

Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah

di tempat-tempat yang rendah.

Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam atau danau.

Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan

sampah.

Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan

atau hilangnya orang.

Penyebab Terjadinya Banjir

Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut:

Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,

Pendangkalan sungai,

Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai

maupun gotong royong,

Page 9: 1

Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,

Pembuatan tanggul yang kurang baik,

Sungai atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

Dampak dari Banjir

Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:

Rusaknya areal pemukiman penduduk,

Sulitnya mendapatkan air bersih, dan

Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.

Kawasan rawan banjir di wilayah Kabupaten Jayawijaya meliputi

Distrik Musatfak, Distrik Asologaima, Distrik Silokarnodoga, Distrik

Pyramid, Distrik Wamena, Distrik Wita Waya, Distrik Libarek, Distrik

Pisugi, Distrik Siepkosi, Distrik Kurulu, dan Distrik Usilimo, sedangkan

kawasan rawan longsor meliputi Distrik Asotipo, Distrik Asolokobal, Distrik

Walesi, Distrik Trikora, Distrik Ibele, Distrik Wadangku, Distrik Kurulu,

Distrik Ibarek dan Distrik Pyramid.

Jalur evakuasi bencana banjir di Kabupaten Jayawijaya, meliputi:

Distrik Musatfak, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Temia;

Distrik Asologaima, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas

jalan lokal menuju Kampung Kimbim;

Distrik Silo Karno Doga, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti

ruas jalan lokal menuju Kampung Perega;

Distrik Pyramid, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Pyramid;

Distrik Wamena, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Kama;

Distrik Wita Waya, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas

jalan lokal menuju Kampung Tulem;

Distrik Libarek, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Mulima;

Page 10: 1

Distrik Pisugi, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Pabuma;

Distrik Siepkosi, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Noagalo;

Distrik Kurulu, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Yiwika; dan

Distrik Usilimo, jalur evakuasi dikembangkan mengikuti ruas jalan

lokal menuju Kampung Wosiala.

B. Kegempaan

Jalur rawan gempa Indonesia berdasarkan Teori Tektonik Lempeng

akan selalu mengikuti pola tektonik Indonesia. Fenomena geologi yang

dihasilkan akibat dari pola tektonik tersebut adalah terdapatnya

penyebaran-penyebaran pusat gempa dan besaran gempa yang

mengikuti jalur-jalur bentukan tektonik. Di Indonesia bagian Timur

penyebaran pusat gempa lebih tersebar, tetapi mengikuti bentuk-bentuk

lempeng mikro sebagai akibat tindihan dari tiga Lempeng India Australia

yang bergerak ke Utara, Pasifik bergerak ke Barat dan Eurasia yang

dianggap lebih stabil. Indonesia bagian Barat kejadian gempa lebih sedikit

dibandingkan dengan Indonesia bagian Timur, namun besarnya magnitut

gempa lebih besar sehingga sangat membahayakan.

Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang berasal dari

pergerakan kulit bumi. Dimana gempa ini sering mengakibatkan bahaya

dan bencana yang sangat besar dan sulit untuk diprediksi lokasi dan

waktu kejadiannya secara spesifik karena sumber penyebab gempanya

tidak diketahui. Dengan mengetahui daerah pusat gempa (hiposenter),

dan prediksi kekuatan gempabumi yang mungkin terjadi, maka diperlukan

antisipasi untuk mengurangi atau mereduksi tingkat kerusakan yang

ditimbulkannya.

Gempabumi tektonik dibedakan menjadi 2 yaitu:

Page 11: 1

1. Berdasarkan jarak sumber gempanya (Episenter), terdiri atas: a)

Teleseismik, jarak sumbernya lebih besar dari 500 km (> 500 km). b)

Gempa Tektonik Jauh, jarak sumbernya antara 100 - 500 km. c).

Gempa Tektonik Lokal, kurang 100 km (< 100 km).

2. Berdasarkan kedalaman sumber gempa (hiposenter), terdiri atas: a)

Gempabumi Dangkal, kedalaman sumber kurang dari 60 km (< 60

km). b) Gempabumi Medium, kedalaman sumber antara 60-300 km.

c) Gempabumi Dalam, kedalaman 300-700 km.

Pusat gempa yang pernah terjadi di Kabupaten Jayawijaya

mempunyai magnitute umumnya antara 4 hingga 6, sedangkan

kedalaman pusat gempa antara 0 hingga 150 km.

C. Patahan

Sebagian besar Lembah Baliem termasuk pada jalur Pegunungan

Tengah (central range) dan dicirikan oleh struktur geologi yang rumit.

Struktur ini berarah memanjang dari Irian Jaya bagian Barat (Kepala

Burung sampai Papua New Guinea). Bagian tersebut umumnya terdapat

di Utara lembah yang berkaitan dengan morfologi perbukitan dan

dicirikan oleh struktur berarah Baratlaut–Timurtenggara. Struktur

tersebut terjadi karena tumbukan antarbatuan yang menempati tepian

Benua Australia yang paling Utara (Irja bagian Selatan) dengan Lempeng

Pasifik. Tumbukan ini mengakibatkan terjadinya kompresi sehingga

struktur yang terjadi didominasi oleh sesar naik yang bidangnya miring

ke arah Utara-Timurlaut. Sesar mendatar yang umumnya berarah

Baratlaut-Tenggara seperti sesar Kurima mungkin terjadi hampir

bersamaan (atau agak kemudian) dengan sesar naik tersebut. Struktur

pelipatan, singklin dan antiklin berarah sama atau hampir sama dengan

arah sesar naik. Pengaktifan kembali sesar normal yang kejadiannya

berkaitan dengan peregangan (rifting) pada waktu Mesozoikum dapat

mengakibatkan struktur pembalikan (Inversi) seperti yang terjadi di

Papua New Guinea (Hill,1991).

D. Gerakan Tanah

Page 12: 1

Gerakan tanah akibat gempa dan kehancuran bangunan dikaji

dalam geologi teknik merupakan perangkat lunak (ilmu) untuk

kepentingan manusia dalam mencapai keberhasilan pembangunan fisik

infrastruktur melalui penyediaan bangunan (termasuk prasarana

transportasi/jalan) yang kuat dan aman dari ancaman kerusakan.

Berdasarkan Teori Gerakan Tanah (Kepmen. ESDM. No : 1452

K/10/MEM/2000), peta zona kerentanan gerakan tanah adalah peta yang

memberi/memuat informasi tentang tingkat kecenderungan untuk dapat

terjadi gerakan tanah di suatu daerah. Peta ini hasil dari tumpang susun

peta parameter adalah peta-peta tematik yang dipergunakan sebagai

peta dasar dalam analisis tumpang tindih (overlaying) untuk penentuan

kriteria zona kerentanan gerakan tanah. Peta parameter yang digunakan

adalah peta geologi, peta sudut lereng dan peta tata lahan. Peta geologi

adalah peta yang menggambarkan sebaran tiap satuan/formasi batuan,

struktur geologi dan susunan stratigrafinya. Peta sudut lereng adalah peta

yang menggambarkan besarnya sudut lereng suatu wilayah.

Pembagian batasan ukuran gerakan tanah adalah dibagi sebagai

berikut:

Gerakan tanah besar, mempunyai lebar maksimum lebih besar dari

150 m,

Gerakan tanah kecil, mempunyai lebar maksimum 15m sampai 150

m, dan

Gerakan tanah sangat kecil, mempunyai lebih kurang dari 15m.

Lebar gerakan tanah adalah ukuran lebar maksimal pada sumbu

yang tegak lurus arah gerakan dari gerakan tanah.

Zona kerentanan gerakan tanah dapat dibagi menjadi 4 (empat)

yaitu:

1. Zona kerentanan gerakan tanah tinggi, merupakan daerah yang

secara umum mempunyai kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan

Page 13: 1

tanah. Gerakan tanah berukuran besar sampai sangat kecil telah

sering terjadi dan akan cenderung sering terjadi.

2. Zona kerentanan gerakan tanah menengah, merupakan daerah yang

secara umum mempunyai kerentanan menengah untuk terjadi

gerakan tanah. Gerakan tanah besar maupun kecil dapat terjadi

terutama di daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,

tebing pemotongan jalan dan pada lereng yang mengalami gangguan.

Gerakan tanah masih mungkin dapat aktif kembali terutama oleh

curah hujan yang tinggi.

3. Zona kerentanan gerakan tanah rendah, merupakan daerah yang

secara umum terjadi gerakan tanah. Pada zona ini gerakan tanah

umumnya jarang terjadi kecuali jika mengalami gangguan pada

lerengnya.

4. Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah, merupakan daerah

yang mempunyai kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan

tanah. Pada zona ini sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi

gerakan tanah. Tidak diketemukan adanya gejala-gejala gerakan

tanah lama atau baru kecuali pada daerah sekitar tebing sungai.

Umumnya merupakan daerah datar sampai landai dan tidak dibentuk

oleh onggokan material gerakan tanah maupun lempung

mengembang.

Wilayah di Kabupaten Jayawijaya yang mempunyai potensi gerakan

tanah adalah wilayah Distrik Hubikosi (menengah-tinggi), Distrik

Asologaima (menengah-tinggi), Distrik Kurulu (menengah-tinggi) dan

Distrik Wamena (menengah). Berdasarkan sumber dari Pusat Vulkanologi

dan Mitigasi Bencana Geologi tahun 2009, didapat pengertian bahwa

Potensi Gerakan Tanah Menengah adalah daerah yang mempunyai

potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat

terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada

daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau

jika lereng mengalami gangguan, sedangkan Potensi Gerakan Tanah

Tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi

Page 14: 1

gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan

di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

4. KONDISI PEMANFAATAN LAHAN

Secara garis besar kondisi pemanfaatan lahan yang ada di wilayah

Kabupaten Jayawijaya dapat dibedakan atas: lahan permukiman, padang

rumput, pertanian, lahan kering, semak belukar, tanah terbuka, tubuh air

dan area penggunaan lainnya. Dominasi pemanfaatan lahan di

Kabupaten Jayawijaya adalah: hutan seluas 150.437,25 Ha, hal ini

dikarenakan kawasan Kabupaten Jayawijaya adalah merupakan kawasan

hutan yang kondisi topografinya adalah pegunungan deengan ketinggian

700-4.700 Mdpl, sedangkan pemanfaatan lahan yang terkecil untuk

Pertahan Keamanan seluas 2,27 Ha. Untuk lebih jelasnya tentang luas

masing-masing jenis tutupan lahan ditabulasikan pada Tabel 1.2 dan

Gambar 1.22 tentang Peta Tutupan Lahan di wilayah Kabupaten

Jayawijaya.

Tabel 1.2

Kondisi Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Jayawijaya

N0 Distrik

Luas Lahan (Ha)

Permukiman Hutan

Semak Belukar/ Alang- alang

Perkebunan

Sawah

Tegalan/ Ladang

Tubuh Air

Areal Penggunaan Lain (Tanah Kosong/Gundul, Pelabuhan Udara)

Pertahanan Keamanan

Jumlah

1 Wamena 581,96 - 229,81 456,142 3,798 556,66 38,82 39,47 2,19 1.908,844

2 Asolokobal 6,92 3.368,31

98,90 653,00 13,98 - 43,13 - - 4.184,23

3 Walelagama 31,35 - 1.013,48

294,17 - 1.325,26

- 0,021 - 2.664,28

4 Hubikosi 24,59 - 889,55 680,41 152,00

711,72 22,23 297,12 0,076 2.777,73

5 Pelebaga 6,63 251,10 3.404,72

0,32 - 784,28 - 33,95 - 4.481,01

6 Asologima 45,37 666,65 3.111,36

- - 575,98 - - - 4.401,35

7 Musatfak 9,18 - 840,98 1.084,41 114,99

1.918,41

151,69

209,17 - 4.328,84

8 Kurulu 30,19 1.155,23

164,75 933,04 - 1.816,66

48,11 - - 4.147,97

9 Bolakme - 2.755,16

4.377,60

- - - 34,58 - - 7.167,34

Page 15: 1

N0 Distrik

Luas Lahan (Ha)

Permukiman Hutan

Semak Belukar/ Alang- alang

Perkebunan

Sawah

Tegalan/ Ladang

Tubuh Air

Areal Penggunaan Lain (Tanah Kosong/Gundul, Pelabuhan Udara)

Pertahanan Keamanan

Jumlah

10 Wollo - 1.811,71

1.836,82

- - - - - - 3.648,53

11 Yalengga - - 1.303,42

- - - 50,23 - - 1.353,65

12 Trikora 3,57 5.1146,95

1.113,84

- - 143,81 150,26

3.722,53 - 56.280,96

13 Napua 68,03 407,99 1.484,74

210,65 - 739,65 1,39 2,92 - 2.914,02

14 Walaik 0,036 9.563,26

1.172,01

- - 611,72 44,52 2.271,35 - 13.662,89

15 Wouma 8,58 - 152,17 267,47 - 0,97 42,88 1,04 - 473,11

16 Hubikiak 125,72 - 600,26 547,78 - 959,59 64,73 - - 2.369,12

17 Ibele 10,86 4.420,93

1.112,49

- - - - 211,61 - 5.755,89

18 Tailarek 4,23 9.028,76

1.576,22

- - 215,69 6,24 438,31 - 11.269,45

19 Itlay Hisage 7,21 11.348,55

2.386,49

- - 226,11 22,77 2.052,14 - 16.043,28

20 Siepkosi 4,17 13.556,20

3.509,02

1.184,63 - 789,27 - 23,54 - 19.066,83

21 Usilimo 12,81 1.974,40

2.902,71

41,17 - 274,92 75,93 441,43 - 5.723,37

22 Witawaya 4,28 - 64,61 1.432,75 - 1.319,19

63,31 - - 2.884,15

23 Libarek - 1.504,98

1.113,49

43,99 - 951,92 - - - 3.614,38

24 Wadangku - 7.884,03

2.655,16

- - 52,03 - 71,64 - 10.662,86

25 Pisugi 0,57 - 6,90 806,74 - 901,26 19,23 - - 1.734,72

26 Koragi - - 615,85 - - - - - - 615,85

27 Tagime - 1.400,67

692,67 - - - - - - 2.093,34

28 Molagalome - 204,93 1.041,93

- - - 9,01 - - 1.255,57

29 Tagineri - 1.086,02

1.003,51

- - - - - - 2.089,52

30 Silokarnodoga

- - 3.470,86

36,40 51,49 671,48 181,38

128,47 - 4.540,08

31 Pyramid - - 2.789,83

- - - 101,98

- - 2.891,81

32 Muliama 6,56 3.017,00

4.440,18

4,39 - 1.800,34

- 235,36 - 9.503,83

33 Bugi - 146,63 872,77 - - - - - - 1.019,40

34 Bpiri - 3.245,40

1.578,08

- - - - - - 4.823,48

35 Walesi 4,70 5.122,1 507,84 345,29 - 167,51 1,82 3.711,89 - 9.861,1

Page 16: 1

N0 Distrik

Luas Lahan (Ha)

Permukiman Hutan

Semak Belukar/ Alang- alang

Perkebunan

Sawah

Tegalan/ Ladang

Tubuh Air

Areal Penggunaan Lain (Tanah Kosong/Gundul, Pelabuhan Udara)

Pertahanan Keamanan

Jumlah

3 5

36 Asotipo 1,71 5.211,28

377,52 - - 203,79 12,39 - - 5.806,69

37 Maima 17,66 5.448,42

11.594,86

66,42 - 18,69 82,74 1351,46 - 18.580,25

38 Wame - 932,72 597,41 - - - - - - 1.530,13

39 Pepugoba - 3.777,84

- - - - - 1.834,59 - 5.612,42

40 Wesaput 71,15 - 287,37 167,66 - 314,57 52,47 287,37 - 894,64

Sumber : Hasil perhitungan dengan program ArcGIS

5. KEPENDUDUKAN

5.1 Jumlah Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Tata Pemerintahan

Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, tentang Kode dan Data Wilayah

Administrasi Pemerintahan Tahun 2011 bahwa jumlah penduduk

Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2011 berjumlah 250.990 jiwa yang

tersebar di 40 distrik, sehingga terjadi peningkatan jumlah penduduk yang

cukup tinggi dibandingkan pada tahun 2010 yang berjumlah sebesar

212.362 jiwa.

Tabel 1.4

Jumlah Penduduk setiap Distrik di

Kabupaten Jayawijaya Tahun 2011

No Distrik Jumlah Penduduk

1 Wamena 24.7772 Asologaima 4.7923 Kurulu 7.6334 Musatfak 5.5115 Asolokobal 8.1696 Walelagama 5.7387 Hubikosi 7.8188 Pelebaga 8.9809 Bolakme 8.37610 Yalengga 8.03111 Wollo 4.86212 Trikora 5.36913 Napua 6.146

Page 17: 1

No Distrik Jumlah Penduduk

14 Walaik 4.55415 Wouma 5.90416 Silokarno Doga 7.00617 Pyramid 6.50418 Muliama 7.88619 Usilimo 5.60220 Wita Waya 3.44821 Libarek 3.42322 Wadangku 2.97823 Pisugi 5.05624 Welesi 5.36525 Asotipo 6.98726 Maima 4.96227 Itlay Hisage 6.20628 Siepkosi 6.40929 Hubikiak 6.58930 Ibele 6.06431 Tailarek 5.20832 Tagime 7.74133 Molagalome 4.35434 Tagineri 5.98835 Koragi 4.70636 Bugi 5.85937 Bpiri 4.027

38 Wesaput 5.974

39 Wame 3.015

40 Popugoba 2.973Jumlah Total

40 250.990

Sumber: Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Tahun 2011

5.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Sebaran penduduk pada tiap distrik di Kabupaten Jayawijaya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

Tingkat aktifitas dan sistem pelayanan tiap distrik yang berbeda-beda,

termasuk aktifitas kawasan perkotaan dan perdesaan,

Kondisi fisik lahan pada beberapa kawasan tidak memungkinkan untuk

dihuni dan sebagian besar merupakan kawasan hutan,

Aksesibilitas dan tingkat pencapaian masing-masing wilayah berbeda-

beda dan terdapat beberapa wilayah yang terisolir, sehingga untuk

pencapaian memerlukan biaya transportasi yang cukup besar, dan

Luas wilayah masing-masing distrik berbeda-beda.

Page 18: 1

Tabel 1.5Proyeksi Penduduk Kabupaten Jayawijaya

sampai Tahun 2032

No

DistrikJumlah PendudukTahun 2011 (jiwa)

Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi (jiwa)

2017 2022 2027 2032

1 Wamena 24.777 37.948 58.120 89.016 136.335

2Asologaima

4.792 7.339 11.241 17.216 26.368

3 Kurulu 7.633 11.691 17.905 27.423 42.9584 Musatfak 5.511 8.441 12.927 19.799 30.3245 Asolokobal 8.169 12.511 19.162 29.349 44.950

6Walelagama

5.738 8.788 13.460 20.615 31.573

7 Hubikosi 7.818 11.974 18.339 28.088 43.0188 Pelebaga 8.980 13.754 21.065 32.262 49.4129 Bolakme 8.376 12.829 19.648 30.092 46.08910 Yalengga 8.031 12,300 18.839 28.853 44.19011 Wollo 4.862 7.447 11.405 17.468 26.75312 Trikora 5.369 8.223 12.594 19.289 29.54313 Napua 6.146 9.413 14.417 22.081 33.81814 Walaik 4.554 6.975 10.682 16.361 25.05815 Wouma 5.904 9.042 13.849 21.211 32.487

16Silokarno Doga

7.006 10.730 16.434 25.170 38.550

17 Pyramid 6.504 9.961 15.257 23.367 35.78818 Muliama 7.886 12.078 18.498 28.332 43.39219 Usilimo 5.602 8.580 13.141 20.126 30.82520 Wita Waya 3.448 5.281 8.088 12.388 18.97321 Libarek 3.423 5.243 8.029 12.298 18.83522 Wadangku 2.978 4.561 6.986 10.699 16.38623 Pisugi 5.056 7.744 11.860 18.165 27.82024 Welesi 5.365 8.217 12.585 19.275 29.52125 Asotipo 6.987 10.701 16.390 25.102 38.44626 Maima 4.962 7.600 11.640 17.827 27.303

27Itlay Hisage

6.206 9.505 14.558 22.296 34.148

28 Siepkosi 6.409 9.816 15.034 23.025 35.26529 Hubikiak 6.589 10.092 15.456 23.672 36.25630 Ibele 6.064 9.287 14.225 21.786 33.36731 Tailarek 5.208 7.976 12.217 18.711 28.65732 Tagime 7.741 11.856 18.158 27.811 42.595

33Molagalome

4.354 6.668 10.213 15.643 23.958

34 Tagineri 5.988 9.171 14.046 21.513 32.94935 Koragi 4.706 7.208 11.039 16.907 25.89536 Bugi 5.859 8.974 13.744 21.049 32.23937 Bpiri 4.027 6.168 9.446 14.468 22.158

38 Wesaput 5.974 9.150 14.013 21.463 32.872

39 Wame 3.015 4.618 7.072 10.832 16.590

40 Popugoba 2.973 4.553 6.974 10.681 16.359

Jumlah250.990 391.046 597.850 914.585

1.399.687

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 19: 1

Faktor tersebut berdampak pada sebaran penduduk yang tidak

merata, sehingga sebagian besar terkonsentrasi di kawasan perkotaan.

Sumber data yang diperoleh menunjukan pada tahun 2011 sebagian

besar penduduk terkonsentrasi di Distrik Wamena sebesar 24.777 jiwa

(9,87 %) dan Pelebaga sebesar 8.980 jiwa (3,58 %), sedangkan distribusi

penduduk terkecil berada di Distrik Popugoba sebanyak 2.973 jiwa (1,18

%). Secara rinci distribusi penduduk di Kabupaten Jayawijaya dapat dilihat

pada Tabel 1.6

Tabel 1.6Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jayawijaya

Berdasarkan Distrik Tahun 2011

No DistrikLuas Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk Per Km2 (Jiwa/Km2)

1 Wamena 113,85 24.777 2242 Asologaima 172,97 4.792 313 Kurulu 187,62 7.633 414 Musatfak 189,43 5.511 295 Asolokobal 187,99 8.169 436 Walelagama 147,74 5.738 397 Hubikosi 105,97 7.818 748 Pelebaga 190,95 8.980 479 Bolakme 339,87 8.376 2510 Yalengga 105,58 8.031 7611 Wollo 157,60 4.862 3112 Trikora 876,25 5.369 613 Napua 150,24 6.146 4114 Walaik 258,03 4.554 1815 Wouma 48,75 5.904 12116 Silokarno Doga 191,54 7.006 3717 Pyramid 150,00 6.504 4318 Muliama 363,27 7.886 2219 Usilimo 203,42 5.602 2820 Wita Waya 149,94 3.448 2321 Libarek 157,27 3.423 2222 Wadangku 300,02 2.978 1023 Pisugi 109,41 5.056 4624 Walesi 366,93 5.365 1525 Asotipo 243,27 6.987 2926 Maima 379,54 4.962 1327 Itlay Hisage 385,16 6.206 1928 Siepkosi 384,41 6.409 1729 Hubikiak 158,67 6.589 4230 Ibele 203,71 6.064 3031 Tailarek 306,01 5.208 1732 Tagime 141,95 7.741 5533 Molagalome 104,59 4.354 4234 Tagineri 141,98 5.988 4235 Koragi 50,18 4.706 94

Page 20: 1

No DistrikLuas Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk Per Km2 (Jiwa/Km2)

36 Bugi 102,22 5.859 5737 Bpiri 194,39 4.027 21

38 Wesaput 53,312.973

106

39 Wame 128,513.015

21

40 Popugoba 293,315.974

8

Jumlah 8.496 250.990 1.700 Sumber : Hasil Perhitungan

Distribusi dan kepadatan penduduk Kabupaten Jayawijaya dengan

luas wilayah administrasi 8.496 Km2 atau 849.600 Ha, dimana pada tahun

2011 jumlah penduduk Kabupaten Jayawijaya sebanyak 250.990 jiwa,

maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Jayawijaya pada tahun

2011 rata-rata 43 jiwa/km2. Dari 40 wilayah distrik yang ada di Kabupaten

Jayawijaya yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi pada

tahun 2011 adalah Distrik Wamena dengan tingkat kepadatan penduduk

224 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di

Distrik Trikora dengan tingkat kepadatan penduduk 6 jiwa/km2.

Perbandingan atau tingkat kepadatan penduduk yang tersaji pada tabel

tersebut masih tergolong rendah, hal tersebut dipengaruhi luasnya

wilayah tiap distrik yang cukup luas, sedangkan distribusi penduduk pada

masing-masing distrik terkonsentrasi pada pusat-pusat distrik dan pada

pusat-pusat permukiman.

5.3 Penduduk Menurut Agama

Agama yang mendapat pengakuan dari pemerintah di Kabupaten

Jayawijaya dan yang dianut oleh masyarakat di Kabupaten Jayawijaya

adalah Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Konghuchu, serta

beberapa aliran kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat. Mayoritas

penduduk Kabupaten Jayawijaya memeluk agama Protestan.

5.4 Struktur Tenaga Kerja

Page 21: 1

Mata pencaharian penduduk meliputi Pegawai Negeri Sipil (PNS),

petani, peternak, pedagang, tenaga kerja industri dan lain sebagainya.

Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian.

6.SOSIAL BUDAYA

Penduduk Jayawijaya dibentuk oleh masyarakat Suku Dani, Suku

Nduga dan Suku Yali serta penduduk pendatang dari pulau-pulau yang

ada di Papua ataupun di luar Papua.

Struktur sosial disini mengacu pada bentuk-bentuk hubungan sosial

yang menata kehidupan bermasyarakat suatu kesatuan sosial tertentu.

Bentuk-bentuk hubungan yang mengatur relasi antara para warga itu

bersumber pada hubungan kekerabatan dan diwujudkan dalam sistem

istilah kekerabatan maupun prinsip pewarisan keturunan. Pemahaman

terhadap sistem istilah kekerabatan suatu kelompok etnis tertentu

penting sebab istilah-istilah itu mensyaratkan hak dan kewajiban yang

harus diperankan oleh masing-masing anggota kerabat terhadap anggota

kerabat yang lain. Hak dan kewajiban itu merupakan unsur pengikat yang

menyatukan para warga ke dalam suatu kesatuan sosial. Unsur-unsur

pengikat tadi tidak selalu sama pada kelompok-kelompok etnis yang

berbeda.

Berdasarkan studi-studi antropologi, Pouwer (1966) menunjukkan di

dalam pengelompokkannya dibagi dalam 4 golongan berdasarkan sistem

istilah kekerabatan yang dianutnya yaitu:

a. Golongan yang menganut sistem istilah kekerabatan menurut Tipe

Iroquois. Termasuk ke dalam golongan ini orang Biak, orang Iha, orang

Waropen, orang Senggi, orang Marind-Anim, orang Teluk Humbold (Yos

Sudarso) dan orang Me. Masyarakat penduduk sistem Iroquois ini

mengklasifikasikan anggota kerabat saudara sepupu paralel dengan

istilah yang sama dengan saudara kandung, berbeda dari istilah yang

digunakan untuk saudara sepupu silang. Ciri lain yang biasanya dipakai

juga untuk menunjukkan sistem ini ialah penggunaan istilah yang sama

Page 22: 1

untuk menyebut ayah maupun untuk semua saudara laki-laki ayah dan

semua saudara laki-laki ibu.

b. Golongan kedua adalah pendukung sistem istilah kekerabatan menurut

Tipe Hawaian, ialah suatu sistem pengelompokan yang menggunakan

istilah yang sama untuk menyebut saudara-saudara sekandung dan

semua saudara-saudara sepupu silang dan paralel. Golongan-golongan

etnik yang tergolong ke dalam sistem ini adalah orang Mairasi, orang

Mimika, orang Hattam-Manikion, orang Asmat, orang Kimam dan orang

Pantai Timur Sarmi.

c. Golongan ketiga adalah golongan yang menganut sistem istilah

kekerabatan Tipe Omaha. Tipe Omaha adalah suatu sistem yang

mengklarifikasikan saudara-saudara sepupu silang matrilateral dan

patrilateral dengan istilah-istilah yang berbeda dan istilah-istilah untuk

saudara sepupu silang itu dipengaruhi oleh tingkatan generasi dan

bersifat tidak simetris, sehingga istilah untuk anak laki-laki saudara

laki-laki ibu, mother brother son (MBS) adalah sama dengan saudara

laki-laki ibu, mother brother (MB) dan istilah untuk anak laki-laki

saudara perempuan ayah, father sister son (FZS) adalah sama untuk

anak laki-laki saudara perempuan, sister son (ZS). Termasuk dalam

golongan ini adalah orang Auwyu, orang Dani, orang Meybrat, orang

Mek di pengunungan Bintang dan orang Muyu.

d. Golongan keempat adalah penduduk yang menganut sistem istilah

kekerabatan tipe Iroquois-Hawaian. Termasuk golongan ini adalah

orang Bintuni, orang Tor dan orang Pantai Barat Sarmi (Pouwer 1966).

Sifat dasar yang dimiliki oleh masyarakat Jayawijaya adalah

tingginya upaya dalam pelestarian sumber daya alam yang diawali oleh

adanya penyatuan dengan alam, adanya rasa kepemilikan sumber daya

alam sebagai barang milik hak ulayat maupun adat sehingga benar-benar

dijaga dan dilindungi secara turun temurun. Selain itu juga adanya

kesepakat tidak tertulis yang mengikat masyarakat untuk tidak

memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan.

Page 23: 1

Kondisi budaya penduduk Kabupaten Jayawijaya erat kaitannya

dengan sistem kepemilikan dan pemanfaatan tanah. Sistem kepemilikan

itu dapat dikategorikan ke dalam dua sistem, yaitu sistem kepemilikan

yang bersifat komunal dan sistem kepemilikan yang bersifat individual.

Sistem kepemilikan komunal adalah suatu sistem kepemilikan bersama

atas tanah-tanah yang menjadi sumber penghidupan suatu kesatuan

sosial atau komunitas tertentu. Sistem kepemilikan komunal ini dibedakan

atas dua tipe. Tipe pertama adalah sistem kepemilikan komunal yang

berbasis klen kecil/marga/lineage dan kedua adalah sistem kepemilikan

komunal yang berbasis klen besar dan atau kampung.

Sistem kepemilkan komunal yang berbasis marga (keret) semua

anggota marga (keret), termasuk para wanita yang belum kawin,

mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan tanah milik marga

untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. Meskipun dikatakan tiap

anggota marga mempunyai hak untuk memanfaatkan tanah milik marga

tetapi itu bukan berarti masing-masing warga secara bebas menentukan

di tempat mana ia akan melakukan aktifitas ekonomi tertentu (misalnya

membuka kebun baru atau mengambil hasil-hasil hutan tertentu). Semua

warga mempunyai hak yang sama tetapi pemanfaatan hak bersama itu

selalu diatur oleh kepala marga yang di dalam institusi adat mendapat

kewenangan untuk mengawasi dan mengatur pemanfaatannya. Dalam

pemanfaatan tanah untuk kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya

penentuan lahan untuk kebun bersama, biasanya diatur dan ditentukan

bersama oleh kepala marga (keret) bersama anggota-anggota lain dari

marga yang bersangkutan.

Implikasi dari sistem kepemilikan komunal yang berbasis marga ini

ialah bahwa ada hak ulayat atas tanah merupakan milik bersama

sehingga tidak ada kewenangan dari tiap anggota marga termasuk kepala

marga, untuk secara sepihak melepaskan dalam bentuk apapun bagian

tanah yang merupakan hak milik bersama itu kepada pihak yang lain. Jika

ada kepentingan dari pihak lain (misalnya pihak pemerintah atau swasta)

untuk memanfaatkan sebagian tanah guna pelaksanaan program

Page 24: 1

tertentu, maka pengaturan pengalihan haknya harus disepakati bersama

oleh seluruh warga marga, bukan hanya oleh kepala marga saja.

Demikian pula rekognisi dari pihak pengguna kepada pihak pemilik

pertama (marga) dalam bentuk apapun (uang atau benda lain) harus

dibagi secara adil diantara warga marga sesuai dengan kedudukan dan

keterikatannya dengan tanah yang telah dilepaskan itu. Sistem

kepemilikan komunal berbasis marga (keret) ini antara lain dianut oleh

orang Dani.

Dalam sistem kepemilikan komunal yang berbasis klen besar dan

atau kampung, hak kepemilikan berada pada kepala marga, sedangkan

kewenangan untuk mengatur pemanfaatan tanah diatur bersama oleh

kepala suku atau kepala komunitas dan kepala marga. Hal ini berarti

bahwa kewenangan itu tidak berada hanya pada ondoafi atau hanya

pada khoselo saja tetapi secara bersama-sama. Implikasinya ialah bahwa

dalam hal pelepasan tanah untuk kepentingan program-program

pembangunan tertentu, harus dilakukan secara bersama-sama antara

ondoafi dan khoselo (kepala marga) dan pembagian hasil rekognisi harus

didasarkan atas kewenangan dan hak kepemilikan tadi. Sering terjadi

bahwa penduduk sengaja melupakan perbedaan hak dan kewenangan ini

sehingga menimbulkan pertentangan di dalam masyarakat sendiri. Pada

prinsipnya semua masyarakat Papua menyadari dan mengakui adanya

kepemilikan adat atau hak ulayat atas tanah. Hak ulayat atas tanah ini

terkandung pula di dalamnya perairan berupa laut, sungai, danau dan

rawa, oleh karena itu tanah ulayat tidak akan terlepas antara tanah dan

perairan (sungai).

Bagi masyarakat adat di Papua memiliki pandangan yang senada

tentang keberadaan tanah, gunung, lembah termasuk di dalamnya mata

air dan air sungai merupakan sumber kehidupan yang selamanya tidak

boleh dipisahkan antara kesatuan komponen alam dengan umat manusia

itu sendiri. Sebagai sumber kehidupan, tentunya mereka juga memiliki

prinsip tidak boleh melakukan pengrusakan atau gangguan terhadap

tanah, mata air dan air sungai. Tanah dan kandungannya (tanah-air)

Page 25: 1

merupakan bagian dari sistem budaya yang menyatu dengan manusia.

Begitu penting dan luhurnya tanah air dalam perjalanan dan kejadian

hidup manusia, bahkan merupakan simbol seorang “Ibu”.

7. PRASARANA WILAYAH

7.1 Transportasi Darat

Dalam membahas mengenai kondisi transportasi darat, yang akan

menjadi fokus perhatian adalah Pola Jaringan Jalan Regional, Lokal dan

Kondisi Jalan.

Pola Jaringan Jalan Regional

Berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi yang ada

dipeta, bahwa jaringan jalan regional yang ada di Kabupaten

Jayawijaya terhubung dengan wilayah kabupaten yang ada di

sekitarnya, yaitu: sebelah Timur dengan Kabupaten Yalimo, sebelah

Selatan dengan wilayah Kabupaten Yahukimo, sebelah Utara dengan

wilayah Kabupaten Membramo Tengah dan arah ke Barat terhubung

dengan wilayah Kabupaten Lanny Jaya dan Kabupaten Nduga.

Pola Jaringan Jalan Lokal

Untuk pola jaringan jalan lokal, setiap distrik sudah dapat dicapai

dengan moda angkutan darat.

Kondisi Jalan

Secara umum kondisi jalan yang menghubungkan Kota Wamena

dengan wilayah lain seperti dengan Kota Tiom (Kabupaten Lanny

Jaya) relatif baik dengan kondisi aspal. Walaupun ada daerah yang

sampai saat ini masih buruk kondisi jaringan jalannya, seperti di

daerah Yetni-Hitigima (Distrik Asologaima) karena fenomena alam

seringnya longsor sehingga menyulitkan arus pergerakan barang,

manusia dan jasa.

Page 26: 1

Sedangkan terminal sebagai titik simpul pergerakan angkutan

jalan yang merupakan jaringan prasarana yang dibutuhkan untuk

menaikturunkan barang dan atau manusia. Berdasarkan

pelayanannya, terminal dibagi dua yaitu terminal barang dan

penumpang. Di Kabupaten Jayawijaya, terminal barang belum

tersedia. Terminal penumpang berada di Distrik Wamena, termasuk

Tipe C.

Pelayanan transportasi angkutan umum di Kabupaten Jayawijaya

meliputi:

a. Trayek angkutan penumpang, melayani rute-rute sebagai berikut:

- Wamena-Musatfak,

- Wamena-Kimbim,

- Wamena-Pelebaga,

- Wamena-Siepkosi,

- Wamena-Kurulu,

- Wamena-Wadangku,

- Wamena-Bolakme,

- Wamena-Yalengga,

- Wamena-Wollo,

- Wamena-Hubikosi,

- Wamena-Pisugi,

- Wamena-Witawaya,

- Wamena-Libarek, dan

- Wamena-Muliama.

b. Trayek angkutan barang, meliputi:

- Wamena-Kimbim,

- Wamena-Trikora,

- Wamena-Pelebaga,

- Wamena-Welesi,

- Wamena-Bolakme,

- Wamena-Kurulu,

- Wamena-Wollo,

Page 27: 1

- Wamena-Wadangku,

- Wamena-Asotipo,

- Wamena-Walaik;

- Wamena-Ibele,

- Wamena-Musatfak, dan

- Wamena-Siepkosi.

7.2 Transportasi Udara

Transportasi udara merupakan sarana utama angkutan penumpang

dan barang yang menghubungkan antara kabupaten dengan kabupaten

lainnya yang ada di sekitar Kabupaten Jayawijaya. Rute Jayapura-

Wamena PP 28 kali/minggu, sedangkan untuk rute angkutan udara

perintis, yaitu: Wamena-Bokondini, Wamena-Mulia, Wamena-Dekai,

Wamena-Tiom dan Wamena-Bomakia masing-masing 1 kali/minggu

dengan jenis pesawat DHC-6/MNA. Kondisi Bandara Wamena mempunyai

lintasan (runway) berukuran 1.650 m x 30 m dengan konstruksi aspal

kolakan.

Berdasarkan Permen Perhubungan KM 11 Tahun 2010 pasal 9 ayat

4 butir c, bahwa Bandara Wamena dapat digolongkan kepada bandar

udara pengumpul dengan skala pelayanan Tersier, yaitu bandar udara

sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdekat yang

melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sarna dengan

500.000 (lima ratus ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta)

orang/tahun.

7.3 Jaringan Listrik

Sumber energi yang dipergunakan saat ini oleh penduduk

merupakan energi listrik yang pengelolaannya dilakukan oleh PT. PLN

dimasing-masing wilayah kabupaten/kota, di samping juga disediakan

oleh pihak swasta. Prasarana jaringan listrik di Kabupaten Jayawijaya

Page 28: 1

belum sepenuhnya menjangkau ke seluruh wilayah permukiman

penduduk maupun dalam skala wilayah kabupaten.

Pada tahun 2007 pembangkit tenaga listrik PLN di Kabupaten

Jayawijaya sebanyak 11 unit dan kapasitas terpasang 3.065 Kwh.

Produksi listrik yang dihasilkan di Kabupaten Jayawijaya pada tahun

2009 sebesar 1.059.500 Kwh, masih rendah jika dibandingkan dengan

yang telah terjual. Dimana masih terdapat selisih sebesar 97.340 Kwh

yang belum termanfaatkan, dan terjual sebesar 962.160 Kwh.

Tabel 1.7Banyaknya Unit Pembangkit Listrik PLN Kapasitas Terpasang,

Kemampuan Mesin dan Beban Puncak MenurutPusat Pembangkit Listrik di Kabupaten Jayawijaya 2009

No.

Pusat Pembangkit Listrik

BanyaknyaUnit

DayaTerpasang

( kw )

KemampuanMesin( kw )

BebanPuncak( kw )

1. PLTD Wamena 3 1.000 800 7302. PLTD Sinakma 3 400 270 2103. PLTM Walesi 4 1.640 1 640 1.620

Jumlah 10 3.040 2.710 2.560

Sumber : PLN Cabang Wamena

7.4 Jaringan Air Minum

Sumber air baku di wilayah Kabupaten Jayawijya didapat dari

pemanfaatan sumber air permukaan yang terdapat di Distrik Napua,

Distrik Welesi, Distrik Kurulu, Distrik Libarek, Distrik Wollo, Distrik

Siepkosi, Distrik Asologaima, Distrik Pyramid, Distrik Yalengga dan

pemanfaatan sumur gali terdapat di Distrik Wamena, Distrik Wouma dan

Distrik Hubikiak. Untuk pelayanan jaringan air minum dari PDAM masih

terbatas di sekitar pusat Kota Wamena.

7.5 Jaringan Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi di wilayah Kabupaten Jayawijaya saat ini

dilayani oleh jaringan kabel dan satelit. Sistem jaringan kabel baru

menjangkau wilayah Distrik Wamena, sedangkan sistem telekomunikasi

jaringan satelit melayani Distrik Wamena, Distrik Kurulu, Distrik

Page 29: 1

Asolokobal, Distrik Usilimo, Distrik Hubikosi, Distrik Wita Waya, Distrik

Pisugi, Distrik Pelebaga, Distrik Wouma, Distrik Walesi, Distrik Asotipo dan

Distrik Hubikiak. Lokasi menara telekomunikasi terdapat di Distrik

Wamena.

8. SARANA SOSIAL EKONOMI

8.1 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan meliputi:

1. Taman Kanak-Kanak (TK)

Jumlah sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) yang ada di Kabupaten

Jayawijaya pada tahun 2009 yaitu ada 15 buah.

2. Sekolah Dasar (SD)

Jumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2009

berjumlah 105 unit, tersebar di seluruh Distrik Induk (11 distrik).

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Jumlah SLTP di Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2009 berjumlah 25

unit, tersebar di Distrik Induk, kecuali Distrik Walelagama, Distrik

Pelebaga dan Distrik Musatfak yang belum tersedia SLTP.

4. Sekolah Menengah Umum (SMA)

Penyebaran SMA atau sederajatnya, baik yang berstatus negeri

maupun swasta di Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2009 berjumlah

17 unit, dan yang merupakan SMA umum berjumlah 12 unit.

Sementara untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terkonsentrasi

di Kota Wamena berjumlah 4 buah berlokasi di Distrik Wamena dan 1

buah berlokasi di Distrik Hubikosi. Sedangkan untuk jenjang pendidikan

tinggi, pada tahun 2009 telah terdapat Akademi Bahasa Asing (ABA),

AKPER, STKIP, STIA dan STIPER yang berada di wilayah Distrik Wamena.

8.2 Sarana Kesehatan

Page 30: 1

Berdasarkan data tahun 2009 sarana kesehatan di Kabupaten

Jayawijaya terdiri dari Rumah Sakit sebanyak 1 unit negeri dan 4 unit

swasta (Distrik Wamena), Puskesmas sebanyak 12 unit (tersebar di setiap

Distrik Induk), Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 19 unit (tersebar

disetiap Distrik Induk, kecuali Distrik Musatfak, Distrik Wollo dan Distrik

Yalengga yang tidak memiliki Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan

sebanyak 49 unit tersebar disetiap Distrik Induk, kecuali Distrik Pelebaga

dan Distrik Yalengga.

8.3 Sarana Olahraga

Sarana olahraga yang representatif di wilayah Kabupaten Jayawijaya

adalah keberadaan Stadion Sepakbola “Pendidikan” di Kota Wamena,

yang termasuk dalam wilayah Distrik Wamena. Keberadaan klub

sepakbola PERSIWA secara langsung maupun tidak langsung telah

menjadi salah satu bangkitan pergerakan baik barang, jasa dan manusia

di wilayah Kabupaten Jayawijaya. Salah satu efek gandanya adalah

bertambahnya sarana akomodasi penginapan/hotel untuk menampung

rombongan klub-klub yang melangsungkan pertandingan dengan

PERSIWA di Stadion Pendidikan Wamena dalam rangka ajang kompetisi

Liga Super Indonesia yang diikuti 15 klub profesional yang ada di

Indonesia pada tahun 2011 ini. Pada gilirannya kegiatan kompetisi

sepakbola tersebut sebagai media promosi obyek dan daya tarik wisata

yang ada di wilayah Kabupaten Jayawijaya untuk mendatangkan

wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara

(wisman), sehingga dapat menjadi salah satu sumber devisa bagi Pemda

Kabupaten Jayawijaya untuk melaksanakan pembangunan bagi

kesejahteraan masyarakat.

Page 31: 1

Stadion sepakbola “Pendidikan” sebagai salah satu ikon Kota Wamena

dan markas klub profesional PERSIWA-Wamena

8.4 Sarana Perdagangan dan Jasa

Jenis sarana perdagangan dan jasa yang ada di Kabupaten

Jayawijaya secara umum telah tersedia, hanya keberadaannya masih

terkonsentrasi di Distrik Wamena (Kota Wamena), dengan jenis usaha

yang bervariasi dari mulai warung/kios, pertokoan, mini market, bank,

bengkel kendaraan bermotor (motor,mobil) dan pasar tradisional skala

pelayanan kabupaten. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS

Kabupaten Jayawijaya terjadi fluktuasi jumlah sarana perdagangan dari

373 buah pada tahun 2007 menjadi 170 pada tahun 2008 dan bertambah

kembali pada tahun 2009.

Page 32: 1

Pasar Jibama-Distrik Wamena

Sarana perdagangan yang merupakan sektor usaha untuk

memperlancar dan meningkatkan arus barang dan jasa, baik untuk

konsumsi, produksi dan ekspor. Keberadaan sarana ini m masih terpusat

pada wilayah Distrik Wamena baik bentuk grosir maupun eceran, dengan

dukungan sarana pasar yang tersebar dengan status pasar tradisional.

Nama-nama restoran/rumah makan yang terdapat di wilayah Kota

Wamena Kabupaten Jayawijaya adalah:

1. Restoran Baliem Pilamo

2. Restoran Nayak

3. Rumah Makan Blambangan

4. Rumah Makan Parahiyangan

5. Rumah Makan Sinar Padang

6. Rumah Makan Adinda

7. Rumah Makan Banyumas

8. Rumah Makan Siang Malam

9. Rumah Makan Kawanua

10. Rumah Makan Remaja Jaya

11. Rumah Makan Bhayangkara

12. Rumah Makan Lumayan

13. Rumah Mas Budi

14. Rumah Makan Mustika

15. Rumah Makan Pondok Gizi

16. Rumah Makan Antama

Sarana penginapan/hotel yang terdapat di Kabupaten Jayawijaya

pada tahun 2009 berjumlah 19 buah, dominannya berada wilayah Distrik

Wamena, yaitu:

Nama Hotel

1. Hotel Baliem Pilamo di Distrik Wamena2. Hotel Wamena di Distrik Wamena3. Hotel Nayak di Distrik Wamena4. Hotel Ranu Jaya 1 di Distrik Wamena

Page 33: 1

5. Hotel Ranu Jaya 2 di Distrik Wamena6. Hotel Anggrek di Distrik Wamena7. Hotel Srikandi di Distrik Wamena8. Hotel Trendi di Distrik Wamena9. Hotel Syahrial Makmur di Distrik Wamena10. Hotel Baliem Valley Resort di Distrik Wamena

Nama Pondok Wisata

11. Pondok Wisata Putri Dani di Distrik Wamena12. Pondok Wisata Mas Budi di Distrik Wamena13. Pondok Wisata Pelangi di Distrik Wamena14. Pondok Wisata Sinakma Elok di Distrik Wamena15. Pondok Wisata Wio Terapung di Kampung Wesaput Distrik

Wamena16. Pondok Wisata Wosilimo di Kampung Wosilimo Distrik Kurulu17. Pondok Wisata Muliama di Kampung Kewin Distrik Asologaima18. Pondok Wisata Yiwika di Kampung Yiwika Distrik Kurulu19. Pondok Wisata Suroba di Kampung Suroba Distrik Kurulu

9. PEREKONOMIAN

Besar kecilnya kontribusi masing-masing sektor ekonomi dalam

membentuk nilai tambah disuatu daerah akan berpengaruh terhadap

struktur perekonomian di daerah tersebut. Sektor ekonomi yang

mempunyai sumbangan kontribusi terbesar atau dominan mencerminkan

gambaran perekonomian yang ada di daerah itu. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 1.8.

Tabel 1.8Peranan Sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan Produk Domestik

Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jayawijaya Tahun 2007 – 2011

Sektor 2007 2008 2009 2010 2011

Pertanian 252,721.93 287,641.16 316,474.39 345,689.66 374,994.31Pertambangan dan Penggalian 5,292.49 6,295.08 7,254.76 8,485.77 9,177.81Industri Pengolahan 2,334.16 2,676.32 3,094.64 3,585.76 4,007.10Listrik dan Air Bersih 2,164.22 2,310.87 2,481.61 2,629.87 2,809.72Bangunan 52,063.32 63,398.32 88,107.60 123,109.83 154,623.71Perdagangan Hotel dan Restoran 108,481.42 137,714.45 165,592.29 186,414.72 206,955.12Pengangkutan dan Komunikasi 63,884.84 92,740.21 116,335.59 143,551.69 176,397.55Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

15,012.90 19,855.07 24,601.18 53,198.76 59,636.20

Jasa-Jasa 144,777.14 175,035.55 218,876.61 267,355.81 313,376.96

Page 34: 1

Jumlah 646,732.43

787,667.04

942,818.67

1,134,021.88

1, 301,978.49

Sumber : PDRB Kabupaten Jayawijaya Tahun 2011

Dari tabel tersebut terlihat bahwa sektor pertanian mempunyai

kontribusi terbesar yaitu Rp. 374,994.31, disusul sektor jasa-jasa sebesar

Rp. 313,376.96, dan selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran

dengan kontribusi Rp. 206,955.12.

Untuk mengetahui besarnya sumbangan masing-masing sektor

lapangan usaha terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan

diperoleh dengan cara mengalikan distribusi persentase atas dasar harga

konstan pada tahun sebelumnya (tn-1) dengan laju pertumbuhan atas

dasar harga konstan pada tahun berjalan (tn) dibagi 100. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.9.

Tabel 1.9Pergeseran Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jayawijaya 2011

(Persentase)

Sektor

DistribusiADH Konstan 2000Tahun 2010

Laju PertumbuhanADH Konstan 2011

SumbanganLaju Pertumbuhan

Pertanian 35.90 3.00 1.08Pertambangan dan Penggalian

1.02 8.01 0.08

Industri Pengolahan 0.34 6.59 0.02Listrik dan Air Bersih 0.33 4.43 0.01Bangunan 10.13 12.71 1.29Perdagangan, Hotel dan Restoran

14.73 6.97 1.03

Pengangkutan dan Komunikasi

13.29 18.65 2.48

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

4.22 7.86 0.33

Jasa-Jasa 20.03 10.53 2.11Jumlah 100,00 78.75 8,43

Sumber : PDRB Kabupaten Jayawijaya Tahun 2011

Berdasarkan tabel tersebut, memperlihat bahwa:

Page 35: 1

Sektor pengangkutan dan komunikasi mempunyai andil terbesar

dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jayawijaya sebesar 2,48 %.

Sektor kedua yang mempunyai andil dalam pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Jayawijaya adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 2,11 %,

Sektor bangunan menempati urutan ketiga dalam memberikan andil

terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jayawijaya yaitu sebesar

1,29 %,

Sektor pertanian memberikan andil sebesar 1,08 %,

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil sebesar

1,03 %,

10. ISU STRATEGIS

Isu strategis penataan ruang Kabupaten Jayawijaya diidentifikasi

sebagai berikut:

a. Potensi pariwisata yang dapat dikembangkan sebagai sektor unggulan.

Festival Lembah Baliem merupakan agenda wisata budaya yang

diselenggarakan setiap tahun yang dapat dikembangkan sebagai

tonggak pengembangan sektor pariwisata. Di samping itu kekayaan

alam (termasuk keunikan geo-ekologi wilayah) juga berpotensi bagi

pengembangan wisata alam dan geowisata.

b. Potensi pertanian dipertahankan dan lebih dikembangkan sebagai

basis ekonomi. Kopi, buah merah, sayur dan buah, umbi-umbian,

ternak sapi dan babi adalah komoditas yang banyak dihasilkan wilayah

ini.

c. Potensi perikanan tangkap perlu lebih dikembangkan, terutama

komoditas udang.

d. Potensi hasil hutan berupa kayu dan madu perlu lebih dioptimalkan,

mengingat luas hutan produksi di wilayah ini sangat signifikan.

e. Wamena sebagai pusat transportasi, ekonomi, pelayanan jasa

(terutama kesehatan dan pendidikan) bagi wilayah Pegunungan

Tengah. Sistem transportasi menjadi sangat penting peranannya dalam

pengembangan wilayah Pegunungan Tengah.

Page 36: 1

f. Kesenjangan perkembangan antara wilayah selatan dan bagian

wilayah lain merupakan permasalahan pengembangan wilayah.

Wilayah selatan tergolong memiliki kerawanan bencana lebih tinggi.

Sebagai upaya menyeimbangkan perkembangan, wilayah selatan

diarahkan sebagai sentra festival Lembah Balim.

g. Sebaran fasilitas pendidikan tidak merata, terpusat di Wamena. Peran

sentral Wamena sangat penting, namun dalam jangka panjang perlu

desentralisasi.

h. Bentang alam khas harus menjadi faktor utama dalam penataan ruang,

mengingat wilayah ini berada di lembah yang dikelilingi pegunungan.

Selain kondisi-kondisi di atas yang menjadi latar belakang

disusunnya RTRW Kabupaten Jayawijaya, ada beberapa isu lain yang perlu

dipertimbangkan dalam RTRW Kabupaten Jayawijaya antara lain adalah

sebagai berikut :

Perkembangan kondisi perekonomian nasional yang mendorong

orientasi pembangunan daerah menuju sektor pertanian dan kawasan

perdesaan dengan pendekatan ekonomi kerakyatan. Reorientasi

mendorong dikembangkannya paradigma perencanaan pembangunan

yang mengurangi ketergantungan pada trickle down effect (efek

menetes ke bawah) pusat pertumbuhan berbasis sektor industri dan

sektor tersier di kawasan perkotaan serta pilihan basis perekonomian

pada sektor pertanian dengan penajaman komoditi yang tangguh

terhadap perubahan pasar global. Perubahan paradigma ini juga

sejalan dengan fungsi Kabupaten Jayawijaya sebagai salah satu daerah

penyangga dengan fungsi utama sebagai daerah konservasi.

Kabupaten Jayawijaya dengan letak geografis dan morfologinya

menjadikan sebagian besar peruntukan lahannya merupakan kawasan

yang berfungsi lindung. Oleh karena itu konsep pengembangan tata

ruang Kabupaten Jayawijaya harus disesuaikan dengan fungsi dan

peran kabupaten terhadap wilayah yang lebih luas di sekitarnya.

Kebijaksanaan menuju perluasan otonomi daerah yang membawa

implikasi terhadap posisi dan fungsi rencana tata ruang dalam

Page 37: 1

perkembangan pembangunan menurut hirarki pemerintahan. Rencana

tata ruang wilayah Kabupaten Jayawijaya perlu diposisikan secara

tepat pada arah kebijaksanaan tersebut, sehingga mampu berperan

sebagai instrumen pencapaian tujuan pembangunan melalui

pembentukan ruang kabupaten.

Ketidakseimbangan pertumbuhan (imbalance growth) antar wilayah di

Kabupaten Jayawijaya (wilayah utara-selatan). Ketidakseimbangan

pertumbuhan akan mempertajam kesenjangan kesejahteraan dan

sosial-ekonomi yang dapat mengganggu ketertiban proses

pembangunan. Asas demokratisasi ruang dan sinergi wilayah perlu

melandasi RTRW Kabupaten Jayawijaya dalam mengatasi kesenjangan

antar wilayah tersebut.

Pelestarian lingkungan hidup merupakan isyu yang perlu

dipertimbangkan dalam RTRW Kabupaten Jayawijaya, terutama

menyangkut okupasi kawasan lindung dan masalah perubahan tata

guna lahan di kawasan hutan lindung yang berpengaruh secara

langsung terhadap pola DAS di Kabupaten Jayawijaya.