1
-
Upload
dedivdidav -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
description
Transcript of 1
PROPOSAL METOPEN
PENGARUH LEVERAGE, PELUANG PERTUMBUHAN, PERSISTENSI
LABA, RISIKO, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT
PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE
STUDI DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh:
Nama : Dedif Suhermanto
NIM : 10010032
Program Studi : Manajemen
Jenjang : Strata 1
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ‘YPPI’
REMBANG
2013
A. Judul
Pengaruh Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Earning Response Coefficient
Pada Perusahaan High Profile
B. Latar Belakang
Perkembangan zaman merupakan salah satu yang memicu atau menjadi
dorongan berkembangnya semua bidang yang ada dan salah satu dari bidang
yang berkembang adalah ekonomi yang di tandai dengan perkembangan yang
pesat oleh perusahaan-perusahaan yang ada di dunia khususnya di indonesia,
perusahaan yang sudah berkembang dan apalagi sudah maju dimana
perusahaan akan melaporkan laporan keuangannya kepada publik dan siapapun
bisa mengaksesnya yang juga di dalamnya terkandung informasi laba yang
menginformasikan tentang laba perusahaan di mana akan di jadikan dasar oleh
investor apabila ingin membeli saham perusahaan.
Menurut Imroatussolihah (2013), Informasi laba merupakan salah satu
instrumen yang digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi,
akan tetapi saat ini informasi laba tidak dapat dijadikan satu-satunya instrumen
dalam penentuan keputusan investasi, hal ini di tunjukan hasil penelitian
Sayekti (2007) menyatakan adanya korelasi yang lemah antara return saham
dan tingkat laba perusahaan, dan rendahnya kontribusi laba untuk memprediksi
pergerakan harga saham. Sebagai seorang investor harus mempertimbangkan
hal-hal lain yang di luar yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi return
2
saham yang di inginkan ketika akan melakukan investasi pada salah satu
peusahaan yang di kehendaki atau di pilih. Dalam manajemen keuangan sering
di lakukan penelitian mengenai hubungan antara return saham dengan laba
untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan yang terjadi diantara
keduanya, penelitian mengenai masalah ini biasanya menggunakan angka laba
sebagai variabel dependen yang di regresikan dengan return saham sebagai
variabel independen, tetapi ada metode lain yang di gunakan untuk mengukur
laba yaitu dengan menggunakan variabel Earnings Response Coefficient
(Ambarwati, 2008).
Scott (2003) mendefinisikan Earnings Response Coefficient (ERC)
sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya return saham
dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat
ERC maka menunjukkan semakin tinggi pula return saham yang dapat
diharapkan dari peningkatan laba. Investor akan lebih mudah memprediksi laba
yang mungkin didapatkan dari investasi saham pada suatu perusahaan di masa
datang dengan mengetahui tingkat ERC suatu perusahaan (Imroatussolihah,
2013).
Tinggi rendahnya angka Earnings Response Coefficient (ERC) tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor finansial perusahaan melainkan juga
dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor non finansial. Dari faktor finansial sendiri
terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi Earnings Response Coefficient
(ERC) salah satunya ialah leverage, Sudana (2009), menyatakan leverage
timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber
3
dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya koefisien
ERC. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka laba yang
diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk kreditur daripada
pemegang saham. Penelitian mengenai leverage pernah di lakukan oleh
Ambarwati (2008) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap
ERC, akan tetapi dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Hapsari (2010)
menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap ERC sedangkan
penelitian yang terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap ERC.
Selain leverage peluang pertumbuhan juga merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi ERC. Menurut Scott (2003) peluang pertumbuhan
akan meningkatkan harapan laba di masa mendatang sehingga akan
menguntungkan baik bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang
pertumbuhan akan meningkatkan ERC perusahaan. Penelitian yang di
dilakukan oleh Collin dan Kothari (1994) menemukan adanya pengaruh positif
antara peluang pertumbuhan terhadap ERC. Hasil yeng berbeda ditemukan
oleh Hidayati dan Murni (2010) yang menyatakan bahwa peluang pertumbuhan
tidak berpengaruh terhadap ERC dan juga yang di lakukan oleh
Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan secara
simultan berpengaruh terhadap ERC namun secara parsial juga sama dengan
penelitian Hidayati dan Murni (2010) bahwa peluang pertumbuhan tidak
berpengaruh terhadap ERC.
4
Berdasarkan definisi ERC, koefisien yang rendah menunjukkan bahwa
laba yang dilaporkan tidak informatif terhadap investor, kemungkinan
penyebabnya karena laporan dianggap memiliki banyak komponen transitory
atau komponen yang belum tentu terjadi kembali dimasa yang akan datang.
Sebaliknya koefisien ERC yang besar menunjukkan bahwa bahwa harga saham
sangat berhubungan dengan laba menunjukkan bahwa laba memiliki komponen
yang relatif permanen. Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhan
laporan keuangan ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan
(Ambarwati, 2008). Ini menunjukan bahwa variabel pesintensi laba ada
keterkaitan dengan ERC yang di buktikan oleh beberapa peneliti yaitu
penelitian yang di lakukan Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi
laba berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan Hapsari (2010) menemukan
bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC serta Imroatussolihah
(2013) juga menemukan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap
ERC.
Dalam hal investasi seorang investor juga selalu memperhatikan yang
namanya risiko atau beta, Menurut Haryanto (2007), kebanyakan investor
Indonesia adalah tipe risk averse atau penghindar risiko. Investor tipe risk
averse hanya bersedia melakukan investasi jika tambahan hasil yang
diharapkan lebih besar dari tambahan risiko. Sudana (2009), Risiko suatu
investasi diartikan sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya
terhadap hasil investasi yang diharapkan.
5
Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati (2008)
dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap
ERC. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Hidayati dan Murni (2009) yang
menemukan bahwa risiko berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan
penelitian terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa risiko
berpengaruh negatif terhadap ERC.
Faktor-faktor non finansial seperti kegiatan lingkungan sosial
perusahaan juga dapat memberikan efek terhadap besarnya koefisien laba
secara kasap mata misalnya perusahaan melakukan CSR maka laba yang di
punyai akan menurun karena di gunakan untuk pendanaan CSR tersebut. Pada
teori legitimasi Lang and Lindholm, (1993) legitimasi yaitu merupakan suatu
kondisi di mana sistem nilai sebuah entitas sama dengan sistem nilai dari
sistem sosial masyarakat di mana suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat.
Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara masyarakat dan
perusahaan dalam menggunakan sumber ekonomi. Perwujudan legitimasi
dalam dunia bisnis dapat berupa pelaporan aktivitas sosial yang berupa
tanggung jawab sosial perusahaan. (Imroatussolihah , 2013).
Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela
berhubungan positif terhadap kinerja pasar. Sedangkan Sayekti (2007) dan
Eriana (2010) menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC.
Berdasarkan dari perbedaan teori dan hasil penelitian juga terdapat
perbedaan dari beberapa peneliti di atas maka dalam hal ini peneliti tertarik
6
melakukan penelitian ulang dengan judul “Pengaruh Leverage, Peluang
Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate Social
Responsibility Terhadap Earning response coefficient Pada Perusahaan
High Profile”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh leverage terhadap Earning response coefficient (ERC)
pada perusahaan high profile ?
2. Bagaimana pengaruh peluang pertumbuhan terhadap Earning response
coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ?
3. Bagaimana pengaruh persistensi laba terhadap Earning response coefficient
(ERC) pada perusahaan high profile ?
4. Bagaimana pengaruh risiko terhadap Earning response coefficient (ERC)
pada perusahaan high profile ?
5. Bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap Earning
response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ?
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini berdasarkan
rumusan masalah di atas ialah sebagai berikut:
7
1. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh leverage terhadap Earning
response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
2. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh peluang pertumbuhan
terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
3. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh persistensi laba terhadap
Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
4. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh risiko terhadap Earning
response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
5. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh corporate social
responsibility terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan
high profile.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Aspek teoritis
Dalam penelitian ini bermanfaat meningkatkan kreatifitas peneliti
dalam meneliti suatu permasalahan dan meningkatkan pengetahuan
mengenai pasar modal serta dapat memberikan pengalaman atau ilmu bagi
peneliti di bidang ilmu Keuangan dan menambah pengalaman dalam
mempraktekkan segala bentuk teori keuangan, khususnya di bidang
Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate
8
Social Responsibility Terhadap Earning response coefficient Pada
Perusahaan High Profile.
2. aspek praktis
Penelitian ini di harapkan Dapat dijadikan referensi bagi
perusahaan dalam mengkaji ulang kinerja keuangan serta di jadikan investor
sebagai bahan acuan untuk melaksanakan investasi agar tercapainya
efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan investasi yang di lakukan oleh
investor guna mencapai keuntungan yang lebih maksimal.
F. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
a. Teori Stakeholder
Teori stakeholder dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value)
secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan usaha. Perusahaan
memerlukan teori stakeholder untuk melanjutkan eksistensinya. Teori
stakeholder mengatakan bahwa perusahaan tidak hanya merupakan
entitas yang beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholder (Freeman, et al., 2002). Saat ini,
pergeseran filosofis pengelolaan organisasi entitas bisnis yang
didasarkan pada teori keganenan (agency theory) yaitu tanggung jawab
perusahaan yang hanya berorientasi kepada pengelola (agen) dan
pemilik (principle) mengalami perubahan kepada pandangan
manajemen modern yang didasarkan pada stakeholder theory, yaitu
9
terdapatnya perluasan tang-gung jawab perusahaan dengan dasar
pemikiran bahwa pencapaian tujuan perusahaan sangat berhubungan
erat dengan pola (setting) lingkungan sosial dimana perusahaan berada
(Maksum dan Kholis 2003). Kesuksesan perusaha-an tidak hanya
terletak pada kemampuannya dalam membangun hubungan yang baik
dengan pemegang saham (shareholder) saja, akan tetapi perusahaan
juga perlu membangun hubungan yang baik dengan individu,
masyarakat dan lingkungan sebagai stakeholder dalam pembuatan
keputusan perusahaan (Sujatmoko, 2007).
b. Teori Legitimasi
Legitimasi adalah suatu kondisi di mana sistem nilai sebuah
entitas sama dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat di mana
suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat (Lang and Lindholm,
1993). Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara
masyarakat dan perusahaan dalam menggunakan sumber ekonomi.
Perwujudan legitimasi dalam dunia bisnis dapat berupa pelaporan
aktivitas sosial yang berupa tanggung jawab sosial perusahaan. Salah
satu harapan perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan adalah memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan
kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
Untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya,
perusahaan mengupayakan sejenis legitimasi atau pengakuan baik dari
investor, kreditor, konsumen, pemerintah maupun masyarakat sekitar.
10
Untuk memperoleh legitimasi dari investor, perusahaan senantiasa
meningkatkan return saham bagi para investor, Untuk memperoleh
legitimasi dari kreditor, perusahaan meningkatkan kemampuannya
mengembalikan hutang. Untuk memperoleh legitimasi dari konsumen,
perusahaan senantiasa meningkatkan mutu produk dan layanan. Untuk
mendapatkan legitimasi dari pemerintah, perusahaan mematuhi segala
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh peme-rintah. Dan
untuk memperoleh legitimasi dari masyarakat, perusahaan melakukan
aktivitas pertanggungjawaban sosial (Hidayati dan Murni 2010).
c. ERC (Earning response coefficient)
Scott (2003) mendefinisikan ERC sebagai koefisien yang
digunakan untuk mengukur besarnya return saham dalam merespon
laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Serta menurut hapsari (2010)
Earnings Response coefficient (ERC) is the reaction of earnings that
announced by the company. Kartajumena (2010), menyatakan kuatnya
reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin dari tingginya
koefisien respon laba, sebaliknya lemahnya reaksi pasar terhadap
informasi laba akan tercermin nilai ERC yang rendah. pengukuran
respon pasar berdasarkan hubungan antara kandungan kandungan
informasi dalam laba dan abnormal return, Perhitungan ERC dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Cross sectional dikenal juga dengan pool regression. ERC akan sarna
untuk semua perusahaan, biasanya dalam satu industri.
11
2) Time series dikenal juga dengan firm specific ERC (Teets and
Wasley, 1996). Tiap perusahaan merniliki satu angka ERC yang
diperoleh dariforecast tahun-tahun sebelumnya.
The principal of ERC is that the investors have expectation
before the company announced their earnings. When the annual
earnings announced, if the actual earnings higher than the investors’
expectation it become good news (GN), so the investors will revise
upward their expectation toward earnings and performance of the
company and decide to buy the stock of the company. The opposite, if
the expectation is higher than the actual earnings, it becomes bad news
(BN), so the investor will revise downward their expectation toward
earnings and performance of the company and decides to sell their
stock. The increasing and decreasing of the stock price will accumulate
in the cumulative abnormal return (CAR) for each company.
Expectation of future earnings can be based on information of current
earnings, but the accuracy of the prediction depends on the earnings
behavior (Hapsari, 2010)
Menurut Ambarwati (2010) Dasar pemikiran ERC adalah bahwa
investor memiliki perhitungan ekspektasi laba jauh hari sebelum
laporan dikeluarkan Periode peramalan laba dapat mencapai I tahun
sebelum diumumkannya angka laba perusahaan. Menjelang saat-saat
dikeluarkannya laporan keuangan, investor akan lebih memiliki banyak
12
Informasi dalam membuat analisis terhadap angka laba periodik
Hal ini dapat terjadi karena seringnya terdapat kebocoran informasi
menjelang dikeluarkannya laporan keuangan. Pada waktu perusahaan
mengumumkan laba tahunan, bila laba actual lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil prediksi laba yang selama ini mereka buat, maka yang
terjadi adalah Good News (GN), sehingga investor akan melakukan
revisi ke atas terhadap laba dan kinerja perusahaan di masa yang datang
serta memutuskan membeli saham perusahaan. Sebaliknya, jika hasil
prediksi lebih tinggi dari aktualnya, yang berarti Bad News (BN), maka
investor akan melakukan revisi ke bawah dan segera menjual saham
perusahaan tersebut karena kinerja perusahaan tidak sesuai dengan yang
diperkirakan. Secara teoritis, volume saham akan segera berubah segera
setelah perusahaan melaporkan labanya. Bila investor yang merasakan
GN lebih banyak dari yang merasakan BN, maka akan ada kenaikan
harga pasar dari saham perusahaan yang bersangkutan, sebaliknya bila
BN lebih banyak dari GN akan ada penurunan harga pasar karena
banyaknya investor yang melakukan penjualan atas saham perusahaan
tersebut. Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut akan
terakumulasi pada Cummulative Abnormal Return (CAR) masing-
masing saham perusahaan. Ekspektasi laba di masa yang akan datang
dapat menggunakan informasi tentang tingkat laba saat ini, namun
ketepatan prediksinya tergantung dari perilaku laba. Bila laba saat ini
dan di masa lalu mengalami lonjakan yang cukup besar dan hal ini
13
merupakan kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya, maka timbul
komponen yang disebut komponen yang tidak terduga (unexpected
component) at au dikenal dengan earnings shocks.
d. Leverage
Sudana (2009) menyatakan leverage timbul karena dalam
operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang
menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya
koefisien ERC.
Menurut Riyanto (1995) hutang dapat digolongkan ke dalam
tiga jenis, yaitu :
1) Hutang jangka pendek (short-term debt),
Merupakan hutang yang jangka waktunya kurang dari satu
tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit
perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat
menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran,
kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli
(afnemers crediet), dan kredit wesel.
2) Hutang jangka menengah (intermediate-term debt),
Merupakan hutang yang jangka waktunya lebih dari satu
tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai
usaha melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi melalui kredit jangka pendek maupun kredit jangka
14
panjang. Bentuk utama dari hutang jangka menengah adalah term
loan dan lease financing.
3) Hutang jangka panjang (long-term debt)
Merupakan hutang yang jangka waktunya lebih dari
sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini digunakan untuk
membiayai ekspansi perusahaan. Bentuk utama dari hutang jangka
panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman
hipotik.
e. Peluang pertumbuhan
Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan
harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik
bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan
akan meningkatkan ERC perusahaan. Peluang pertumbuhan dari
informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan
laba sekarang. Rate of return yang normal adalah tingkat return yang
sarna dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif
sedangkan pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas
rate of return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih
besar bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan
berhubungan positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam
pengukuran pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book
eguity.
15
f. Persistensi Laba
Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan
indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan
oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka
panjang (sustainable). Semakin persisten laba maka semakin tinggi
harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013).
Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhan laporan keuangan
ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan (Ambarwati,
2008), Persistensi menurut Ramakrishnan dan Thomas (1998) terbagi
menjadi 3 komponen yang berbeda sebagai berikut:
1) Komponen permanen, diharapkan terjadi secarapasti (expect to
persist indefinitely),
2) Komponen transitory, memengaruhi laba ditahun yang
bersangkutan, tapi tidak berpengaruh ke mas a yang akan datang
3) Price irrelevant, tidak memiliki persistensi saran sekali
(persistence to zero).
Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka
ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila
perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).
g. Risiko
Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil
investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan
(Sudana, 2009). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka akan
16
semakin rendah nilai perusahaan di mata investor. Investor akan melihat
laba saat ini sebagai indikator dari kemampuan menghasilkan laba dan
return masa depan, sehingga semakin berisiko return masa depan maka
semakin rendah reaksi investor terhadap unexpected earning
(Imroatussolihah, 2013).
h. Corporate Social Responsibility
Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan
sukarela berhubungan positif terhadap kinerja pasar. Korelasi laba dan
return saham yang rendah mengindikasikan bahwa informasi laba
hanya memberikan sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang
menunjukkan bahwa masih terdapat asimetri informasi yang tinggi.
Pengungkapan tersebut bertujuan mengurangi asimetri informasi
terutama pada perusahaan yang memiliki korelasi earning/returns yang
rendah dan menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi
earnings/returns (ERC) dengan tingkat pengungkapan(Imroatussolihah,
2013).
2. Tinjauan penelitian terdahulu
a. Hidayati dan Murni (2009) meneliti tentang pengaruh CSR terhadap
ERC yang bertujuan untuk membuktikan pengaruh CSR terhadap ERC
dengan menggunakan sampel 110 perusahaan high profil yang ada di
BEI dengan metode purposive sampling dan alat analisis regresi
berganda dan juga dalam penelitian hidayati ini memasukan variabel
17
kontrol seperti leverage, growth, dan beta yang akhirnya menemukan
pengaruh negatif CSR terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini
adalah menggunakan regresi berganda, CSR sebagai variabel bebas dan
sampelnya pada perusahaan high profil serta metode purposive
sampling yang di gunakan untuk mengambil sampel, adapun
perbedaanya ialah penelitian ini tidak memasukan variabel control
seperti leverage, growth, dan beta namun variabel tersebut di jadikan
variabel independent.
b. Hapsari (2010) melakukan penelitian dengan tujuh variabel yang dapat
mempengaaruhi ERC yaitu firm size, beta risk, earnings persistence,
growth opportunities, capital structure, board composition and audit
quality. yang membuktikan bahwa firm size, audit quality,earning
persistence, tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC, dan beta risk,
board composition, capital structure berpengaruh negative signifikan
sedangkan growth opportunities berpengaruh positif terhadap ERC,
Sampel yang di gunakan ialah pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia, alat analis yang di gunakan ialah
regresi berganda serta dan purposive sampling sebagai metode
pengambilan sampel, persamaan dengan penelitian ini ialah beta risk,
earnings persistence, growth opportunities sebagai variabel
independennya serta sama juga menggunakan regresi berganda dan
purposive sampling namun ada juga perbedaanya ialah sampelnya pada
18
perusahaan high profil dan ada beberapa variabel independent yang
tidak di masukan dalam penelitian ini.
c. Eriana Kartadjumena (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pengaruh voluntary disclossure of financial Information dan csr
disclosure Terhadap earning response coefficient , sampel yang di
gunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling, dalam penelitian ini di gunakan teknik analisis yaitu dengan
teknik analisis regresi berganda yang hasilnya membuktikan bahwa
voluntary disclosure of financial information yang diproksi dengan
menggunakan disclosure index Botosan (1997), dan CSR disclosure
yang diproksi dengan CSR Index dari Sembiring (2005) secara simultan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap earning response
coefficient (ERC) namun secara parsial masing-masing variabel
independen memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap earning
response coefficient (ERC) dimana Voluntary disclosure of financial
information memiliki arah positif tidak signifikan terhadap earning
response coefficient (ERC) sedangkan sebaliknya CSR disclosure
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap earning response
coefficient. Persamaan dengan penelitian ini ialah menggunakan CSR
sebagai variabel independen, menggunakan teknik analisis regresi
berganda, dan pengambilan sampel secara purposive sampling. Namun
ada juga perbadaannya yaitu sampelnya adalah perusahaan high profil
19
dan voluntary disclosure of financial information tidak di gunakan
sebagai variabel independen.
d. Ely Imroatussolihah (2013) meneliti tentang pengaruh pengaruh risiko
leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap earning response coefficient pada
perusahaan high profile. Sampel yang digunakan ialah perusahaan high
profil, Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji
bagaimana pengaruh risiko, leverage, peluang pertumbuhan, persistensi
laba dan kualitas Corporate Social Resposibility terhadap Earning
response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile. hipotesis yang
diajukan yang menyatakan bahwa risiko, leverage, peluang
pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas Corporate Social
Resposibility berpengaruh secara simultan terhadap ERC. Sedangkan
hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa risiko, leverage,
Kualitas tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif
terhadap ERC, sedangkan peluang pertumbuhan, persistensi laba tidak
berpengaruh terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini adalah
sama secara keseluruhan mulai dari variabel independentnya ,teknik
analisisnya, sampelnya namun ada yang berbeda yaitu tahun
pengambilan sampelnya jika pada penelitian Imroatussolihah (2013)
adalah perusahaan high profil tahun 2009-2011 tapi penelitian ini tahun
2010-2012.
20
3. Pengembangan Hipotesis
a. Hubungan Antara Leverage Dengan ERC
Pada dasarnya leverage adalah merupakn tingkat hutang yang di
miliki perusahaan guna menambah modal untuk menjalankan
operasiaonal perusahaannya. Sudana (2009) menyatakan leverage
timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan
sumber dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan
rendahnya koefisien ERC.
Penelitian mengenai leverage pernah di lakukan oleh Ambarwati
(2008) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ERC
dan juga penelitian oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap ERC. Oleh karena itu maka
dapat di rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
H1 : Di duga leverage berpengaruh negatif terhadap Earning response
coefficient (ERC)
b. Hubungan Antara Peluang Pertumbuhan Dengan ERC
Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan
harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik
bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan
akan meningkatkan ERC perusahaan. Peluang pertumbuhan dari
informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan
laba sekarang.
21
Rate of return yang normal adalah tingkat return yang sarna
dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif
sedangkan pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas
rate of return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih
besar bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan
berhubungan positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008).
Penelitian mengenai peluang pertumbuhan pernah di lakukan
oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan
secara simultan berpengaruh terhadap ERC. Berdasarkan uraian diatas
maka dapat di susun suatu hipotesis sebagai berikut:
H2 : Di duga peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap
Earning response coefficient (ERC).
c. Hubungan Antara Persistensi Laba Dengan ERC
Pada umumnya Persistensi laba merupakan kemampuan laba
untuk di jadikan acuan untuk menghasilkan laba yang akan datang.
apabila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka
ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila
perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).
Penelitian mengenai persistensi laba pernah di lakukan oleh
Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh
positif terhadap ERC. Maka dari itu dapat di ajukan hipotesis sebagai
berikut:
22
H3 : Di duga persistensi laba berpengaruh positif terhadap Earning
response coefficient (ERC).
d. Hubungan Antara Risiko Dengan ERC
Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil
investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan
(Sudana, 2009). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka akan
semakin rendah nilai perusahaan di mata investor. Investor akan melihat
laba saat ini sebagai indikator dari kemampuan menghasilkan laba dan
return masa depan, sehingga semakin berisiko return masa depan maka
semakin rendah reaksi investor terhadap unexpected earning
(Imroatussolihah, 2013). Yang artinya semakin tinggi risiko maka akan
menurunkan nilai ERC.
Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati
(2008) dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh
negatif terhadap ERC dan juga Imroatussolihah (2013) menemukan
bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap ERC. Selanjutnya dapat di
rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
H4 : Di duga risiko berpengaruh nagatif terhadap Earning response
coefficient (ERC).
e. Hubungan Antara CSR Dengan ERC
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
merupakan hal penting yang harus di perhatikan oleh perusahaan karena
itu merupakan bukti kepedulian perusahaan terhadap masyarakat
23
sekitar, ketika suatu perusahaan tersebut melakukan tanggung jawab
sosialnya maka di mata masyarakat citra perusahaan tersebut adalah
positif . lain halnya pada laba perusahaan semakin tinggi CSR di
laksankan maka akan semakin rendah nilai ERC.
Imroatussolihah (2013:79) Korelasi laba dan return saham yang
rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya memberikan
sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang menunjukkan bahwa
masih terdapat asimetri informasi yang tinggi. Pengungkapan tersebut
bertujuan mengurangi asimetri informasi terutama pada perusahaan
yang memiliki korelasi earning/returns yang rendah dan menyatakan
adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/returns (ERC)
dengan tingkat pengungkapan.
Penelitian mengenai CSR pernah di lakukan oleh Eriana (2010)
yang menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC. Atas dasar
uraian di ats maka di ajukan suatu hipotesi sebagai berikut:
H5 : Di duga CSR berpengaruh negatif terhadap Earning response
coefficient (ERC).
berdasarkan uraian pengembangan hipotesis dari ke lima
variabel independent yaitu meliputi leverage, peluang pertumbuhan,
persistensi laba, risiko, dan corporate social responsibility di atas maka
dapat di simpulkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
24
Gambar I.1
Kerangka pemikiran.
(+) (-)
(+)
(-)
(-)
(-)
Sumber : data sekunder, di olah
25
Peluang pertumbuhan
Leverage
Risiko
Persistensi laba
CSR
ERC
G. Metode Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Dependen (Y)
1) Earning Response Coefficient (ERC)
Scott (2003) mendefinisikan Earning response coefficient
(ERC) sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya
return saham dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan.
Dalam pengukurannya ERC dapat di hitung dengan menggunakan
model regresi linier sebagai berikut:
CARit : a + βuxit + eit
Keterangan:
CARit : cumulative abnormal return perusahaan pada periode t
UEit : Unexpected earnings
β : ERC
eit : komponen error dalam model perusahaan pada periode t
b. Variabel Independen (X)
1) Leverage
Leverage merupakan tingkat hutang suatu perusahaan. Sudana
(2009) menyatakan leverage timbul karena dalam operasinya
perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan
biaya tetap. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka
laba yang diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk
kreditur daripada pemegang saham (Imroatussolihah, 2013).
26
Dalam pengukuranya sendiri leverage di proksikan dengan DER (debt
equity ratio) dengan Rumus sebagai berikut:
DER : total hutangtotal ekuitas
X 100%
2) Peluang Pertumbuhan
Peluang pertumbuhan dari informasi akuntansi dilihat dari
berhasilnya perusahaan menghasilkan laba sekarang. Rate of return
yang normal adalah tingkat return yang sarna dengan investasi yang
berisiko di dalam industri yang kompetitif sedangkan
pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas rate of
return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih besar
bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan berhubungan
positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam pengukuran
pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book eguity
dan dapat di ketahui dengan rumus sebagai berikut:
3) Persistensi Laba
Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan
indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan
oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka
panjang (sustainable). Semakin persisten laba maka semakin tinggi
harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013).
27
Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka
ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding
bila perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).
Dalam pengukuran persintensi laba dapat di hitung menggunakan
model regresi linier sebagai berikut:
Xit : a + bXit-1 + Et
Keterangan
Xit : laba perusahaan pada tahun t
a : konstanta
Xit-1 : laba perushaan pada tahun t – 1
Et : standart error
4) Risiko
Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil
investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan
(Sudana, 2009). Dalam pengukuranya risiko atau beta dapat di ukur
dengan menggunakan model regresi linier sebagai berikut:
Rit : αi +βit Rmt+ eit
Keterangan
Rit : return perusahaan pada tahun t
αi : konstanta
Rmt: return pasar pada tahun t
Eit : komponen error
βit : risiko
28
5) Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility merupakan suatu bentuk
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar yang di wujudkan
dengan dana CSR bagi masyarakat , dalam pengukurannya CSR dapat
di hitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus perhitungan CSRi adalah:
CSRi : ∑ Xin
Keterangan:
CSRi: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan
∑Xi: dummy variable:
1: jika item i diungkapkan;
0: jika item i tidak diungkapkan
n: jumlah item untuk perusahaan , n ≤ 78, sehingga, 0 ≤ CSRi ≤ 1
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan ialah
metode dokumentasi, yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia guna
memperoleh informasi mengenai daftar nama perusahaan yang tercatat di
BEI (Bursa Efek Indonesia), laporan keuangan perusahaan, harga saham .
Data berasal dari laporan keuangan yang dibutuhkan harga saham, jumlah
saham beredar, total hutang , total ekuitas atau modal , dan laba
perusahaan. .
29
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini Jenis data yang dipergunakan yaitu data
dokumenter. Data dokumenter sendiri merupakan jenis data penelitian yang
antara lain berupa faktur, jurnal, surat - surat notulen hasil rapat, memo atau
bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 1999:146).
Sedangkan untuk sumber data, dalam penelitian ini menggunakan
data sekunder. Data sekunder ialah sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Serta Data
yang diperoleh antara lain dari ICMD (indonesian capital market directory).
4. Populasi Dan Sampel
Menurut Margono, (2004:118) pengertian populasi merupakan
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu
penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan high
profil yang tercatat di BEI. Metode pengambilan sampel dalam penelitin ini
purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2010:79) yang dimaksud dengan
purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan
suatu kriteria tertentu.dalam penelitian ini kriteria-kriteria yang di gunakan
ialah:
30
a. Semua perusahaan yang berkategori perusahaan high profil yang
terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan berturut-turut
dari tahun 2010-2012.
b. Tersedia laporan keuangan perusahaan secara lengkap selama tahun
2010-2012, baik secara fisik maupun melalui webside www.idx.co.id
atau pada webside masing-masing perusahaan.
c. Mencantumkan data harga saham pada 6 hari sebelum, dan 5 hari
sesudah penerbitan laporan tahunan.
d. Memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian
secara lengkap, yaitu harga saham, total hutang, total ekuitas, jumlah
saham beredar, dan laba perusahaan.
5. Uji Asumsi Klasik
Penerapan analisis regresi tidak akan sepenuhnya sempurna,
mengingat sebagai suatu teknik analisis ada faktor-faktor yang
membatasinya. Bagaimanapun bentuk relasi diantara variabel yang diuji itu
sendiri akan mempengaruhi analisis data serta penyimpulannya. Maka dari
itu, dalam penelitian ini mempertimbangkan:
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
varibel independen (Ghozaali, 2006:91). Untuk mengetahui ada tidaknya
31
multikolonieritas antara variabel independen yaitu dengan melihat nilai
tolerance dan VIF (variabel inflation factor). Nilai cut off yang umum
yang di gunakn untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah
tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2006:92).
Apabila nilai VIF berada di bawah 10, maka model regresi terbatas dari
persoalan multikolonieritas atau tidak terjadi multikolonieritas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutaan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah itu timbul karena residual (keslahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lain (Ghozali 2006, 95)
Uji yang digunakan adalah uji Durbin-Watson (DW tes), dengan
pengambilan keputusan berdasarkan tabel di bawah ini ada dan tidaknya
autokorelasi:
Tabel II.1
Uji Durbin Watson
Nilai statistik d Keputusan atau hasil0 < d < dL Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positifdL ≤ d ≤ du Daerah keraguraguan, tidak ada keputusandu ≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol, tidak ada autokorelasi positif
atau negatif4 – du ≤ d ≤ 4 - dL Daerah keraguraguan, tidak ada keputusan4 – dL ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positif
Sumber data sekunder Ghozali 2006, 100
32
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengaamatan ke
pengamatan lain. Jadi variance darin residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas daaan jika
berbeda disebut heterosdastisitas. Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas kaarena dat ini menghimpun data
yang mewakili berbgai ukuraan (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali,
2006: 105). Untuk mengetahui gejala ini dapat dilakukan dengan Uji
park. Jika signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen,
maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. hal ini dapat di simpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedistitas pada model regresi jika tidak ada
variabel independen secara statistik signifikan mempengaruhi variabel
dependen (Ghozali,2006 :107).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2006:110). Untuk menguji normalitas data setiap data variabel,
digunakn uji one sample kolmogorov-smirnov, dalam pengujian ini
menggunakan SPSS jadi untuk mengindikasi data berdistribusi normal
adalah dengan melihat nilai two tailed significance. Dengan ketentuan
residual berdistribusi normal apabila nilai Asymp sig > 0,05.
33
6. Teknik analisis data
a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif (descriptive statistics) Merupakan statistik
yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data,
Karakteristik data yang di gambarkan adalah karakteristik distribusinya.
Statistik ini menyediakan nilai frekuensi, pengukur tendensi pusat,
dispersi dan pengukur-pengukur bentuk. Pengukur-pengukur tendensi
pusat mengukur nilai-nilai pusat distribusi data yang meliputi mean,
median, dan mode. Mean adalah nilai total dibagi dengan jumlah
kejadian (frekuensi), median adalah nilai pusat distribusi data, dan mode
adalah nilai paling banyak terjadi (Jogiyanto,2010:163).
b. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisi regresi linier berganda atau multiple regression untuk
menguji pengaruh informasi keuangan terhadap earning response
coefficient (ERC) Seperti yang telah diuraikan bahwa untuk variabel
dependen yaitu earning response coeffisient dinyatakan dengan notasi
ERC dan variabel independen yaitu meliputi leverage di notasikan LEV,
peluang pertumbuhan di notasikan MBE sesuai proksinya yaitu market
book equity, persintensi laba di notasikan PL, risiko di notasikan BETA,
dan Corporation Sosial Responsibility di notasikan CSR, Sehingga model
analisis linier sederhana dirumuskan sebagai berikut :
ERC = α + β1LEV + β2 MBE+ β3 PL+ β4BETA+β5CSR+e
34
Keterangan :
ERC : Earning Response Coefficient
α : Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5: Koefisien Regresi
LEV : Leverage
MBE : Peluang Pertumbuhan
PL : Persistensi Laba
BETA: Risiko
CSR : Corporation Sosial Responsibility
e : Error
1) Uji parsial (uji t) sisi kananPengujian di lakukan sesuai hipotesis yang di ajukan:
H0 = β2,β3 ˂ 0 : artinya bahwa peluang pertumbuhan dan persintensi
laba tidak berpengaruh positif terhadap ERC.
Ha = β2,β3 ˃ 0 : artinya bahwa peluang pertumbuhan dan persintensi
laba berpengaruh positif terhadap ERC.
Ha diterima/H0 ditolak
H0 diterima
Ha ditolak
t tabel
t hitung
35
kriteria penerimaan hipotesis:
Ha diterima dan H0 ditolak jika t hitung ˃ t tabel
Ha ditolak dan H0 diterima jika t hitung ˂ t tabel
2) Uji parsial (uji t) sisi kiri
Pengujian di lakukan sesuai dengan hipotesis yang di ajukan:
H0=β1,β4,β5˃0 : artinya bahwa leverage, risiko, dan CSR tidak
berpengaruh negatif terhadap ERC.
Ha=β1,β4,β5˂0 : artinya bahwa leverage, risiko, dan CSR tidak
berpengaruh negatif terhadap ERC.
Ha diterima/ H0 ditolak
Ha ditolak
H0 diterima
-t tabel
-t hitung
Kriteria penerimaan hipotesis:
Ha di terima dan H0 ditolak jika -thitung ˂-t tabel
Ha ditolak dan Hd0 iterima jika -thitung ˃-ttabel
36
c. Uji DeterminasiKoefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu. Nilai R2 yang
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen
(Ghozali, 2006: 83).
37
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri. 2008. Earning Response Coefficient. Jurnal Akuntansi Vol. 7 No. 2. Hal 128-134
Hidayati, Nayla Nuur dan Sri Murni. 2009. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient pada perusahaan High profile. Jurnal akuntansi (Online). Vol.11 No. 1.Hal 1-18
Hapsari, Rekyan Shinta. 2010. Analysis the factors that influence Earnings Response Coefficient (ERC) in the manufacturing company listed in Indonesia stock exchange. Jurnal akuntansi (Online).
Kartadjumena, Eriana. 2010. Pengaruh Voluntary Disclosure of Financial Information dan CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient. Jurnal akuntansi (Online).
Lang, Mark and Lundholm, Russel. 1993. Cross-Sectional Determinants of Analist Ratings of Corporate Disclosure. Journal of Accounting (online), Vol 31, No. 2.
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi. 2007. Pengaruh Corporate Social Resposibility Disclosure Terhadap ERC: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar Pada BEJ. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar (online).
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. Toronto: Prentice hall.
Imroatussolihah, ely . 2013. Pengaruh risiko, leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas tanggung jawab sosial perusahaan terhadap earning response coefficient pada perusahaan high profile. Jurnal Ilmiah Manajemen .volume 1 nomor 1 hal 75-87.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2287971-pengertian-populasi menurut-para-ahli/#ixzz2V14dKoGV01/06/13 18/14/18
38
39