1

59
PROPOSAL METOPEN PENGARUH LEVERAGE, PELUANG PERTUMBUHAN, PERSISTENSI LABA, RISIKO, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE STUDI DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun oleh: Nama : Dedif Suhermanto NIM : 10010032 Program Studi : Manajemen Jenjang : Strata 1

description

skripsi

Transcript of 1

Page 1: 1

PROPOSAL METOPEN

PENGARUH LEVERAGE, PELUANG PERTUMBUHAN, PERSISTENSI

LABA, RISIKO, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT

PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE

STUDI DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun oleh:

Nama : Dedif Suhermanto

NIM : 10010032

Program Studi : Manajemen

Jenjang : Strata 1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ‘YPPI’

REMBANG

2013

Page 2: 1

A. Judul

Pengaruh Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan

Corporate Social Responsibility Terhadap Earning Response Coefficient

Pada Perusahaan High Profile

B. Latar Belakang

Perkembangan zaman merupakan salah satu yang memicu atau menjadi

dorongan berkembangnya semua bidang yang ada dan salah satu dari bidang

yang berkembang adalah ekonomi yang di tandai dengan perkembangan yang

pesat oleh perusahaan-perusahaan yang ada di dunia khususnya di indonesia,

perusahaan yang sudah berkembang dan apalagi sudah maju dimana

perusahaan akan melaporkan laporan keuangannya kepada publik dan siapapun

bisa mengaksesnya yang juga di dalamnya terkandung informasi laba yang

menginformasikan tentang laba perusahaan di mana akan di jadikan dasar oleh

investor apabila ingin membeli saham perusahaan.

Menurut Imroatussolihah (2013), Informasi laba merupakan salah satu

instrumen yang digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi,

akan tetapi saat ini informasi laba tidak dapat dijadikan satu-satunya instrumen

dalam penentuan keputusan investasi, hal ini di tunjukan hasil penelitian

Sayekti (2007) menyatakan adanya korelasi yang lemah antara return saham

dan tingkat laba perusahaan, dan rendahnya kontribusi laba untuk memprediksi

pergerakan harga saham. Sebagai seorang investor harus mempertimbangkan

hal-hal lain yang di luar yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi return

2

Page 3: 1

saham yang di inginkan ketika akan melakukan investasi pada salah satu

peusahaan yang di kehendaki atau di pilih. Dalam manajemen keuangan sering

di lakukan penelitian mengenai hubungan antara return saham dengan laba

untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan yang terjadi diantara

keduanya, penelitian mengenai masalah ini biasanya menggunakan angka laba

sebagai variabel dependen yang di regresikan dengan return saham sebagai

variabel independen, tetapi ada metode lain yang di gunakan untuk mengukur

laba yaitu dengan menggunakan variabel Earnings Response Coefficient

(Ambarwati, 2008).

Scott (2003) mendefinisikan Earnings Response Coefficient (ERC)

sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya return saham

dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat

ERC maka menunjukkan semakin tinggi pula return saham yang dapat

diharapkan dari peningkatan laba. Investor akan lebih mudah memprediksi laba

yang mungkin didapatkan dari investasi saham pada suatu perusahaan di masa

datang dengan mengetahui tingkat ERC suatu perusahaan (Imroatussolihah,

2013).

Tinggi rendahnya angka Earnings Response Coefficient (ERC) tidak

hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor finansial perusahaan melainkan juga

dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor non finansial. Dari faktor finansial sendiri

terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi Earnings Response Coefficient

(ERC) salah satunya ialah leverage, Sudana (2009), menyatakan leverage

timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber

3

Page 4: 1

dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan bahwa semakin

tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya koefisien

ERC. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka laba yang

diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk kreditur daripada

pemegang saham. Penelitian mengenai leverage pernah di lakukan oleh

Ambarwati (2008) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap

ERC, akan tetapi dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Hapsari (2010)

menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap ERC sedangkan

penelitian yang terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa

leverage berpengaruh negatif terhadap ERC.

Selain leverage peluang pertumbuhan juga merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi ERC. Menurut Scott (2003) peluang pertumbuhan

akan meningkatkan harapan laba di masa mendatang sehingga akan

menguntungkan baik bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang

pertumbuhan akan meningkatkan ERC perusahaan. Penelitian yang di

dilakukan oleh Collin dan Kothari (1994) menemukan adanya pengaruh positif

antara peluang pertumbuhan terhadap ERC. Hasil yeng berbeda ditemukan

oleh Hidayati dan Murni (2010) yang menyatakan bahwa peluang pertumbuhan

tidak berpengaruh terhadap ERC dan juga yang di lakukan oleh

Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan secara

simultan berpengaruh terhadap ERC namun secara parsial juga sama dengan

penelitian Hidayati dan Murni (2010) bahwa peluang pertumbuhan tidak

berpengaruh terhadap ERC.

4

Page 5: 1

Berdasarkan definisi ERC, koefisien yang rendah menunjukkan bahwa

laba yang dilaporkan tidak informatif terhadap investor, kemungkinan

penyebabnya karena laporan dianggap memiliki banyak komponen transitory

atau komponen yang belum tentu terjadi kembali dimasa yang akan datang.

Sebaliknya koefisien ERC yang besar menunjukkan bahwa bahwa harga saham

sangat berhubungan dengan laba menunjukkan bahwa laba memiliki komponen

yang relatif permanen. Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhan

laporan keuangan ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan

(Ambarwati, 2008). Ini menunjukan bahwa variabel pesintensi laba ada

keterkaitan dengan ERC yang di buktikan oleh beberapa peneliti yaitu

penelitian yang di lakukan Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi

laba berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan Hapsari (2010) menemukan

bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC serta Imroatussolihah

(2013) juga menemukan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap

ERC.

Dalam hal investasi seorang investor juga selalu memperhatikan yang

namanya risiko atau beta, Menurut Haryanto (2007), kebanyakan investor

Indonesia adalah tipe risk averse atau penghindar risiko. Investor tipe risk

averse hanya bersedia melakukan investasi jika tambahan hasil yang

diharapkan lebih besar dari tambahan risiko. Sudana (2009), Risiko suatu

investasi diartikan sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya

terhadap hasil investasi yang diharapkan.

5

Page 6: 1

Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati (2008)

dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap

ERC. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Hidayati dan Murni (2009) yang

menemukan bahwa risiko berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan

penelitian terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa risiko

berpengaruh negatif terhadap ERC.

Faktor-faktor non finansial seperti kegiatan lingkungan sosial

perusahaan juga dapat memberikan efek terhadap besarnya koefisien laba

secara kasap mata misalnya perusahaan melakukan CSR maka laba yang di

punyai akan menurun karena di gunakan untuk pendanaan CSR tersebut. Pada

teori legitimasi Lang and Lindholm, (1993) legitimasi yaitu merupakan suatu

kondisi di mana sistem nilai sebuah entitas sama dengan sistem nilai dari

sistem sosial masyarakat di mana suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat.

Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara masyarakat dan

perusahaan dalam menggunakan sumber ekonomi. Perwujudan legitimasi

dalam dunia bisnis dapat berupa pelaporan aktivitas sosial yang berupa

tanggung jawab sosial perusahaan. (Imroatussolihah , 2013).

Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela

berhubungan positif terhadap kinerja pasar. Sedangkan Sayekti (2007) dan

Eriana (2010) menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC.

Berdasarkan dari perbedaan teori dan hasil penelitian juga terdapat

perbedaan dari beberapa peneliti di atas maka dalam hal ini peneliti tertarik

6

Page 7: 1

melakukan penelitian ulang dengan judul “Pengaruh Leverage, Peluang

Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate Social

Responsibility Terhadap Earning response coefficient Pada Perusahaan

High Profile”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh leverage terhadap Earning response coefficient (ERC)

pada perusahaan high profile ?

2. Bagaimana pengaruh peluang pertumbuhan terhadap Earning response

coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ?

3. Bagaimana pengaruh persistensi laba terhadap Earning response coefficient

(ERC) pada perusahaan high profile ?

4. Bagaimana pengaruh risiko terhadap Earning response coefficient (ERC)

pada perusahaan high profile ?

5. Bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap Earning

response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ?

D. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini berdasarkan

rumusan masalah di atas ialah sebagai berikut:

7

Page 8: 1

1. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh leverage terhadap Earning

response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.

2. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh peluang pertumbuhan

terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.

3. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh persistensi laba terhadap

Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.

4. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh risiko terhadap Earning

response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.

5. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh corporate social

responsibility terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan

high profile.

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Aspek teoritis

Dalam penelitian ini bermanfaat meningkatkan kreatifitas peneliti

dalam meneliti suatu permasalahan dan meningkatkan pengetahuan

mengenai pasar modal serta dapat memberikan pengalaman atau ilmu bagi

peneliti di bidang ilmu Keuangan dan menambah pengalaman dalam

mempraktekkan segala bentuk teori keuangan, khususnya di bidang

Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate

8

Page 9: 1

Social Responsibility Terhadap Earning response coefficient Pada

Perusahaan High Profile.

2. aspek praktis

Penelitian ini di harapkan Dapat dijadikan referensi bagi

perusahaan dalam mengkaji ulang kinerja keuangan serta di jadikan investor

sebagai bahan acuan untuk melaksanakan investasi agar tercapainya

efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan investasi yang di lakukan oleh

investor guna mencapai keuntungan yang lebih maksimal.

F. LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Pustaka

a. Teori Stakeholder

Teori stakeholder dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value)

secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan usaha. Perusahaan

memerlukan teori stakeholder untuk melanjutkan eksistensinya. Teori

stakeholder mengatakan bahwa perusahaan tidak hanya merupakan

entitas yang beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus

memberikan manfaat bagi stakeholder (Freeman, et al., 2002). Saat ini,

pergeseran filosofis pengelolaan organisasi entitas bisnis yang

didasarkan pada teori keganenan (agency theory) yaitu tanggung jawab

perusahaan yang hanya berorientasi kepada pengelola (agen) dan

pemilik (principle) mengalami perubahan kepada pandangan

manajemen modern yang didasarkan pada stakeholder theory, yaitu

9

Page 10: 1

terdapatnya perluasan tang-gung jawab perusahaan dengan dasar

pemikiran bahwa pencapaian tujuan perusahaan sangat berhubungan

erat dengan pola (setting) lingkungan sosial dimana perusahaan berada

(Maksum dan Kholis 2003). Kesuksesan perusaha-an tidak hanya

terletak pada kemampuannya dalam membangun hubungan yang baik

dengan pemegang saham (shareholder) saja, akan tetapi perusahaan

juga perlu membangun hubungan yang baik dengan individu,

masyarakat dan lingkungan sebagai stakeholder dalam pembuatan

keputusan perusahaan (Sujatmoko, 2007).

b. Teori Legitimasi

Legitimasi adalah suatu kondisi di mana sistem nilai sebuah

entitas sama dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat di mana

suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat (Lang and Lindholm,

1993). Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara

masyarakat dan perusahaan dalam menggunakan sumber ekonomi.

Perwujudan legitimasi dalam dunia bisnis dapat berupa pelaporan

aktivitas sosial yang berupa tanggung jawab sosial perusahaan. Salah

satu harapan perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial

perusahaan adalah memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan

kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.

Untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya,

perusahaan mengupayakan sejenis legitimasi atau pengakuan baik dari

investor, kreditor, konsumen, pemerintah maupun masyarakat sekitar.

10

Page 11: 1

Untuk memperoleh legitimasi dari investor, perusahaan senantiasa

meningkatkan return saham bagi para investor, Untuk memperoleh

legitimasi dari kreditor, perusahaan meningkatkan kemampuannya

mengembalikan hutang. Untuk memperoleh legitimasi dari konsumen,

perusahaan senantiasa meningkatkan mutu produk dan layanan. Untuk

mendapatkan legitimasi dari pemerintah, perusahaan mematuhi segala

peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh peme-rintah. Dan

untuk memperoleh legitimasi dari masyarakat, perusahaan melakukan

aktivitas pertanggungjawaban sosial (Hidayati dan Murni 2010).

c. ERC (Earning response coefficient)

Scott (2003) mendefinisikan ERC sebagai koefisien yang

digunakan untuk mengukur besarnya return saham dalam merespon

laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Serta menurut hapsari (2010)

Earnings Response coefficient (ERC) is the reaction of earnings that

announced by the company. Kartajumena (2010), menyatakan kuatnya

reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin dari tingginya

koefisien respon laba, sebaliknya lemahnya reaksi pasar terhadap

informasi laba akan tercermin nilai ERC yang rendah. pengukuran

respon pasar berdasarkan hubungan antara kandungan kandungan

informasi dalam laba dan abnormal return, Perhitungan ERC dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Cross sectional dikenal juga dengan pool regression. ERC akan sarna

untuk semua perusahaan, biasanya dalam satu industri.

11

Page 12: 1

2) Time series dikenal juga dengan firm specific ERC (Teets and

Wasley, 1996). Tiap perusahaan merniliki satu angka ERC yang

diperoleh dariforecast tahun-tahun sebelumnya.

The principal of ERC is that the investors have expectation

before the company announced their earnings. When the annual

earnings announced, if the actual earnings higher than the investors’

expectation it become good news (GN), so the investors will revise

upward their expectation toward earnings and performance of the

company and decide to buy the stock of the company. The opposite, if

the expectation is higher than the actual earnings, it becomes bad news

(BN), so the investor will revise downward their expectation toward

earnings and performance of the company and decides to sell their

stock. The increasing and decreasing of the stock price will accumulate

in the cumulative abnormal return (CAR) for each company.

Expectation of future earnings can be based on information of current

earnings, but the accuracy of the prediction depends on the earnings

behavior (Hapsari, 2010)

Menurut Ambarwati (2010) Dasar pemikiran ERC adalah bahwa

investor memiliki perhitungan ekspektasi laba jauh hari sebelum

laporan dikeluarkan Periode peramalan laba dapat mencapai I tahun

sebelum diumumkannya angka laba perusahaan. Menjelang saat-saat

dikeluarkannya laporan keuangan, investor akan lebih memiliki banyak

12

Page 13: 1

Informasi dalam membuat analisis terhadap angka laba periodik

Hal ini dapat terjadi karena seringnya terdapat kebocoran informasi

menjelang dikeluarkannya laporan keuangan. Pada waktu perusahaan

mengumumkan laba tahunan, bila laba actual lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil prediksi laba yang selama ini mereka buat, maka yang

terjadi adalah Good News (GN), sehingga investor akan melakukan

revisi ke atas terhadap laba dan kinerja perusahaan di masa yang datang

serta memutuskan membeli saham perusahaan. Sebaliknya, jika hasil

prediksi lebih tinggi dari aktualnya, yang berarti Bad News (BN), maka

investor akan melakukan revisi ke bawah dan segera menjual saham

perusahaan tersebut karena kinerja perusahaan tidak sesuai dengan yang

diperkirakan. Secara teoritis, volume saham akan segera berubah segera

setelah perusahaan melaporkan labanya. Bila investor yang merasakan

GN lebih banyak dari yang merasakan BN, maka akan ada kenaikan

harga pasar dari saham perusahaan yang bersangkutan, sebaliknya bila

BN lebih banyak dari GN akan ada penurunan harga pasar karena

banyaknya investor yang melakukan penjualan atas saham perusahaan

tersebut. Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut akan

terakumulasi pada Cummulative Abnormal Return (CAR) masing-

masing saham perusahaan. Ekspektasi laba di masa yang akan datang

dapat menggunakan informasi tentang tingkat laba saat ini, namun

ketepatan prediksinya tergantung dari perilaku laba. Bila laba saat ini

dan di masa lalu mengalami lonjakan yang cukup besar dan hal ini

13

Page 14: 1

merupakan kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya, maka timbul

komponen yang disebut komponen yang tidak terduga (unexpected

component) at au dikenal dengan earnings shocks.

d. Leverage

Sudana (2009) menyatakan leverage timbul karena dalam

operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang

menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan bahwa semakin

tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya

koefisien ERC.

Menurut Riyanto (1995) hutang dapat digolongkan ke dalam

tiga jenis, yaitu :

1) Hutang jangka pendek (short-term debt),

Merupakan hutang yang jangka waktunya kurang dari satu

tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit

perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat

menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran,

kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli

(afnemers crediet), dan kredit wesel.

2) Hutang jangka menengah (intermediate-term debt),

Merupakan hutang yang jangka waktunya lebih dari satu

tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai

usaha melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat

dipenuhi melalui kredit jangka pendek maupun kredit jangka

14

Page 15: 1

panjang. Bentuk utama dari hutang jangka menengah adalah term

loan dan lease financing.

3) Hutang jangka panjang (long-term debt)

Merupakan hutang yang jangka waktunya lebih dari

sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini digunakan untuk

membiayai ekspansi perusahaan. Bentuk utama dari hutang jangka

panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman

hipotik.

e. Peluang pertumbuhan

Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan

harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik

bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan

akan meningkatkan ERC perusahaan. Peluang pertumbuhan dari

informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan

laba sekarang. Rate of return yang normal adalah tingkat return yang

sarna dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif

sedangkan pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas

rate of return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih

besar bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan

berhubungan positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam

pengukuran pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book

eguity.

15

Page 16: 1

f. Persistensi Laba

Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan

indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan

oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka

panjang (sustainable). Semakin persisten laba maka semakin tinggi

harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013).

Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhan laporan keuangan

ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan (Ambarwati,

2008), Persistensi menurut Ramakrishnan dan Thomas (1998) terbagi

menjadi 3 komponen yang berbeda sebagai berikut:

1) Komponen permanen, diharapkan terjadi secarapasti (expect to

persist indefinitely),

2) Komponen transitory, memengaruhi laba ditahun yang

bersangkutan, tapi tidak berpengaruh ke mas a yang akan datang

3) Price irrelevant, tidak memiliki persistensi saran sekali

(persistence to zero).

Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka

ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila

perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).

g. Risiko

Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil

investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan

(Sudana, 2009). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka akan

16

Page 17: 1

semakin rendah nilai perusahaan di mata investor. Investor akan melihat

laba saat ini sebagai indikator dari kemampuan menghasilkan laba dan

return masa depan, sehingga semakin berisiko return masa depan maka

semakin rendah reaksi investor terhadap unexpected earning

(Imroatussolihah, 2013).

h. Corporate Social Responsibility

Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan

sukarela berhubungan positif terhadap kinerja pasar. Korelasi laba dan

return saham yang rendah mengindikasikan bahwa informasi laba

hanya memberikan sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang

menunjukkan bahwa masih terdapat asimetri informasi yang tinggi.

Pengungkapan tersebut bertujuan mengurangi asimetri informasi

terutama pada perusahaan yang memiliki korelasi earning/returns yang

rendah dan menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi

earnings/returns (ERC) dengan tingkat pengungkapan(Imroatussolihah,

2013).

2. Tinjauan penelitian terdahulu

a. Hidayati dan Murni (2009) meneliti tentang pengaruh CSR terhadap

ERC yang bertujuan untuk membuktikan pengaruh CSR terhadap ERC

dengan menggunakan sampel 110 perusahaan high profil yang ada di

BEI dengan metode purposive sampling dan alat analisis regresi

berganda dan juga dalam penelitian hidayati ini memasukan variabel

17

Page 18: 1

kontrol seperti leverage, growth, dan beta yang akhirnya menemukan

pengaruh negatif CSR terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini

adalah menggunakan regresi berganda, CSR sebagai variabel bebas dan

sampelnya pada perusahaan high profil serta metode purposive

sampling yang di gunakan untuk mengambil sampel, adapun

perbedaanya ialah penelitian ini tidak memasukan variabel control

seperti leverage, growth, dan beta namun variabel tersebut di jadikan

variabel independent.

b. Hapsari (2010) melakukan penelitian dengan tujuh variabel yang dapat

mempengaaruhi ERC yaitu firm size, beta risk, earnings persistence,

growth opportunities, capital structure, board composition and audit

quality. yang membuktikan bahwa firm size, audit quality,earning

persistence, tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC, dan beta risk,

board composition, capital structure berpengaruh negative signifikan

sedangkan growth opportunities berpengaruh positif terhadap ERC,

Sampel yang di gunakan ialah pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di bursa efek Indonesia, alat analis yang di gunakan ialah

regresi berganda serta dan purposive sampling sebagai metode

pengambilan sampel, persamaan dengan penelitian ini ialah beta risk,

earnings persistence, growth opportunities sebagai variabel

independennya serta sama juga menggunakan regresi berganda dan

purposive sampling namun ada juga perbedaanya ialah sampelnya pada

18

Page 19: 1

perusahaan high profil dan ada beberapa variabel independent yang

tidak di masukan dalam penelitian ini.

c. Eriana Kartadjumena (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh

pengaruh voluntary disclossure of financial Information dan csr

disclosure Terhadap earning response coefficient , sampel yang di

gunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling, dalam penelitian ini di gunakan teknik analisis yaitu dengan

teknik analisis regresi berganda yang hasilnya membuktikan bahwa

voluntary disclosure of financial information yang diproksi dengan

menggunakan disclosure index Botosan (1997), dan CSR disclosure

yang diproksi dengan CSR Index dari Sembiring (2005) secara simultan

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap earning response

coefficient (ERC) namun secara parsial masing-masing variabel

independen memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap earning

response coefficient (ERC) dimana Voluntary disclosure of financial

information memiliki arah positif tidak signifikan terhadap earning

response coefficient (ERC) sedangkan sebaliknya CSR disclosure

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap earning response

coefficient. Persamaan dengan penelitian ini ialah menggunakan CSR

sebagai variabel independen, menggunakan teknik analisis regresi

berganda, dan pengambilan sampel secara purposive sampling. Namun

ada juga perbadaannya yaitu sampelnya adalah perusahaan high profil

19

Page 20: 1

dan voluntary disclosure of financial information tidak di gunakan

sebagai variabel independen.

d. Ely Imroatussolihah (2013) meneliti tentang pengaruh pengaruh risiko

leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas tanggung

jawab sosial perusahaan terhadap earning response coefficient pada

perusahaan high profile. Sampel yang digunakan ialah perusahaan high

profil, Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji

bagaimana pengaruh risiko, leverage, peluang pertumbuhan, persistensi

laba dan kualitas Corporate Social Resposibility terhadap Earning

response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile. hipotesis yang

diajukan yang menyatakan bahwa risiko, leverage, peluang

pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas Corporate Social

Resposibility berpengaruh secara simultan terhadap ERC. Sedangkan

hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa risiko, leverage,

Kualitas tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif

terhadap ERC, sedangkan peluang pertumbuhan, persistensi laba tidak

berpengaruh terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini adalah

sama secara keseluruhan mulai dari variabel independentnya ,teknik

analisisnya, sampelnya namun ada yang berbeda yaitu tahun

pengambilan sampelnya jika pada penelitian Imroatussolihah (2013)

adalah perusahaan high profil tahun 2009-2011 tapi penelitian ini tahun

2010-2012.

20

Page 21: 1

3. Pengembangan Hipotesis

a. Hubungan Antara Leverage Dengan ERC

Pada dasarnya leverage adalah merupakn tingkat hutang yang di

miliki perusahaan guna menambah modal untuk menjalankan

operasiaonal perusahaannya. Sudana (2009) menyatakan leverage

timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan

sumber dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan

bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan

rendahnya koefisien ERC.

Penelitian mengenai leverage pernah di lakukan oleh Ambarwati

(2008) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ERC

dan juga penelitian oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa

leverage berpengaruh negatif terhadap ERC. Oleh karena itu maka

dapat di rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

H1 : Di duga leverage berpengaruh negatif terhadap Earning response

coefficient (ERC)

b. Hubungan Antara Peluang Pertumbuhan Dengan ERC

Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan

harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik

bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan

akan meningkatkan ERC perusahaan. Peluang pertumbuhan dari

informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan

laba sekarang.

21

Page 22: 1

Rate of return yang normal adalah tingkat return yang sarna

dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif

sedangkan pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas

rate of return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih

besar bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan

berhubungan positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008).

Penelitian mengenai peluang pertumbuhan pernah di lakukan

oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan

secara simultan berpengaruh terhadap ERC. Berdasarkan uraian diatas

maka dapat di susun suatu hipotesis sebagai berikut:

H2 : Di duga peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap

Earning response coefficient (ERC).

c. Hubungan Antara Persistensi Laba Dengan ERC

Pada umumnya Persistensi laba merupakan kemampuan laba

untuk di jadikan acuan untuk menghasilkan laba yang akan datang.

apabila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka

ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila

perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).

Penelitian mengenai persistensi laba pernah di lakukan oleh

Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh

positif terhadap ERC. Maka dari itu dapat di ajukan hipotesis sebagai

berikut:

22

Page 23: 1

H3 : Di duga persistensi laba berpengaruh positif terhadap Earning

response coefficient (ERC).

d. Hubungan Antara Risiko Dengan ERC

Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil

investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan

(Sudana, 2009). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka akan

semakin rendah nilai perusahaan di mata investor. Investor akan melihat

laba saat ini sebagai indikator dari kemampuan menghasilkan laba dan

return masa depan, sehingga semakin berisiko return masa depan maka

semakin rendah reaksi investor terhadap unexpected earning

(Imroatussolihah, 2013). Yang artinya semakin tinggi risiko maka akan

menurunkan nilai ERC.

Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati

(2008) dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh

negatif terhadap ERC dan juga Imroatussolihah (2013) menemukan

bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap ERC. Selanjutnya dapat di

rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

H4 : Di duga risiko berpengaruh nagatif terhadap Earning response

coefficient (ERC).

e. Hubungan Antara CSR Dengan ERC

Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat

merupakan hal penting yang harus di perhatikan oleh perusahaan karena

itu merupakan bukti kepedulian perusahaan terhadap masyarakat

23

Page 24: 1

sekitar, ketika suatu perusahaan tersebut melakukan tanggung jawab

sosialnya maka di mata masyarakat citra perusahaan tersebut adalah

positif . lain halnya pada laba perusahaan semakin tinggi CSR di

laksankan maka akan semakin rendah nilai ERC.

Imroatussolihah (2013:79) Korelasi laba dan return saham yang

rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya memberikan

sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang menunjukkan bahwa

masih terdapat asimetri informasi yang tinggi. Pengungkapan tersebut

bertujuan mengurangi asimetri informasi terutama pada perusahaan

yang memiliki korelasi earning/returns yang rendah dan menyatakan

adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/returns (ERC)

dengan tingkat pengungkapan.

Penelitian mengenai CSR pernah di lakukan oleh Eriana (2010)

yang menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC. Atas dasar

uraian di ats maka di ajukan suatu hipotesi sebagai berikut:

H5 : Di duga CSR berpengaruh negatif terhadap Earning response

coefficient (ERC).

berdasarkan uraian pengembangan hipotesis dari ke lima

variabel independent yaitu meliputi leverage, peluang pertumbuhan,

persistensi laba, risiko, dan corporate social responsibility di atas maka

dapat di simpulkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:

24

Page 25: 1

Gambar I.1

Kerangka pemikiran.

(+) (-)

(+)

(-)

(-)

(-)

Sumber : data sekunder, di olah

25

Peluang pertumbuhan

Leverage

Risiko

Persistensi laba

CSR

ERC

Page 26: 1

G. Metode Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Dependen (Y)

1) Earning Response Coefficient (ERC)

Scott (2003) mendefinisikan Earning response coefficient

(ERC) sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya

return saham dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan.

Dalam pengukurannya ERC dapat di hitung dengan menggunakan

model regresi linier sebagai berikut:

CARit : a + βuxit + eit

Keterangan:

CARit : cumulative abnormal return perusahaan pada periode t

UEit : Unexpected earnings

β : ERC

eit : komponen error dalam model perusahaan pada periode t

b. Variabel Independen (X)

1) Leverage

Leverage merupakan tingkat hutang suatu perusahaan. Sudana

(2009) menyatakan leverage timbul karena dalam operasinya

perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan

biaya tetap. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka

laba yang diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk

kreditur daripada pemegang saham (Imroatussolihah, 2013).

26

Page 27: 1

Dalam pengukuranya sendiri leverage di proksikan dengan DER (debt

equity ratio) dengan Rumus sebagai berikut:

DER : total hutangtotal ekuitas

X 100%

2) Peluang Pertumbuhan

Peluang pertumbuhan dari informasi akuntansi dilihat dari

berhasilnya perusahaan menghasilkan laba sekarang. Rate of return

yang normal adalah tingkat return yang sarna dengan investasi yang

berisiko di dalam industri yang kompetitif sedangkan

pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas rate of

return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih besar

bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan berhubungan

positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam pengukuran

pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book eguity

dan dapat di ketahui dengan rumus sebagai berikut:

3) Persistensi Laba

Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan

indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan

oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka

panjang (sustainable). Semakin persisten laba maka semakin tinggi

harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013).

27

Page 28: 1

Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka

ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding

bila perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).

Dalam pengukuran persintensi laba dapat di hitung menggunakan

model regresi linier sebagai berikut:

Xit : a + bXit-1 + Et

Keterangan

Xit : laba perusahaan pada tahun t

a : konstanta

Xit-1 : laba perushaan pada tahun t – 1

Et : standart error

4) Risiko

Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil

investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan

(Sudana, 2009). Dalam pengukuranya risiko atau beta dapat di ukur

dengan menggunakan model regresi linier sebagai berikut:

Rit : αi +βit Rmt+ eit

Keterangan

Rit : return perusahaan pada tahun t

αi : konstanta

Rmt: return pasar pada tahun t

Eit : komponen error

βit : risiko

28

Page 29: 1

5) Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility merupakan suatu bentuk

kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar yang di wujudkan

dengan dana CSR bagi masyarakat , dalam pengukurannya CSR dapat

di hitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus perhitungan CSRi adalah:

CSRi : ∑ Xin

Keterangan:

CSRi: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan

∑Xi: dummy variable:

1: jika item i diungkapkan;

0: jika item i tidak diungkapkan

n: jumlah item untuk perusahaan , n ≤ 78, sehingga, 0 ≤ CSRi ≤ 1

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan ialah

metode dokumentasi, yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia guna

memperoleh informasi mengenai daftar nama perusahaan yang tercatat di

BEI (Bursa Efek Indonesia), laporan keuangan perusahaan, harga saham .

Data berasal dari laporan keuangan yang dibutuhkan harga saham, jumlah

saham beredar, total hutang , total ekuitas atau modal , dan laba

perusahaan. .

29

Page 30: 1

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini Jenis data yang dipergunakan yaitu data

dokumenter. Data dokumenter sendiri merupakan jenis data penelitian yang

antara lain berupa faktur, jurnal, surat - surat notulen hasil rapat, memo atau

bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 1999:146).

Sedangkan untuk sumber data, dalam penelitian ini menggunakan

data sekunder. Data sekunder ialah sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Serta Data

yang diperoleh antara lain dari ICMD (indonesian capital market directory).

4. Populasi Dan Sampel

Menurut Margono, (2004:118) pengertian populasi merupakan

keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu

penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan high

profil yang tercatat di BEI. Metode pengambilan sampel dalam penelitin ini

purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2010:79) yang dimaksud dengan

purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan

suatu kriteria tertentu.dalam penelitian ini kriteria-kriteria yang di gunakan

ialah:

30

Page 31: 1

a. Semua perusahaan yang berkategori perusahaan high profil yang

terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan berturut-turut

dari tahun 2010-2012.

b. Tersedia laporan keuangan perusahaan secara lengkap selama tahun

2010-2012, baik secara fisik maupun melalui webside www.idx.co.id

atau pada webside masing-masing perusahaan.

c. Mencantumkan data harga saham pada 6 hari sebelum, dan 5 hari

sesudah penerbitan laporan tahunan.

d. Memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian

secara lengkap, yaitu harga saham, total hutang, total ekuitas, jumlah

saham beredar, dan laba perusahaan.

5. Uji Asumsi Klasik

Penerapan analisis regresi tidak akan sepenuhnya sempurna,

mengingat sebagai suatu teknik analisis ada faktor-faktor yang

membatasinya. Bagaimanapun bentuk relasi diantara variabel yang diuji itu

sendiri akan mempengaruhi analisis data serta penyimpulannya. Maka dari

itu, dalam penelitian ini mempertimbangkan:

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

varibel independen (Ghozaali, 2006:91). Untuk mengetahui ada tidaknya

31

Page 32: 1

multikolonieritas antara variabel independen yaitu dengan melihat nilai

tolerance dan VIF (variabel inflation factor). Nilai cut off yang umum

yang di gunakn untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah

tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2006:92).

Apabila nilai VIF berada di bawah 10, maka model regresi terbatas dari

persoalan multikolonieritas atau tidak terjadi multikolonieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutaan sepanjang waktu berkaitan satu

sama lainnya. Masalah itu timbul karena residual (keslahan pengganggu)

tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lain (Ghozali 2006, 95)

Uji yang digunakan adalah uji Durbin-Watson (DW tes), dengan

pengambilan keputusan berdasarkan tabel di bawah ini ada dan tidaknya

autokorelasi:

Tabel II.1

Uji Durbin Watson

Nilai statistik d Keputusan atau hasil0 < d < dL Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positifdL ≤ d ≤ du Daerah keraguraguan, tidak ada keputusandu ≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol, tidak ada autokorelasi positif

atau negatif4 – du ≤ d ≤ 4 - dL Daerah keraguraguan, tidak ada keputusan4 – dL ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positif

Sumber data sekunder Ghozali 2006, 100

32

Page 33: 1

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengaamatan ke

pengamatan lain. Jadi variance darin residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas daaan jika

berbeda disebut heterosdastisitas. Kebanyakan data crossection

mengandung situasi heteroskedastisitas kaarena dat ini menghimpun data

yang mewakili berbgai ukuraan (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali,

2006: 105). Untuk mengetahui gejala ini dapat dilakukan dengan Uji

park. Jika signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen,

maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. hal ini dapat di simpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedistitas pada model regresi jika tidak ada

variabel independen secara statistik signifikan mempengaruhi variabel

dependen (Ghozali,2006 :107).

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2006:110). Untuk menguji normalitas data setiap data variabel,

digunakn uji one sample kolmogorov-smirnov, dalam pengujian ini

menggunakan SPSS jadi untuk mengindikasi data berdistribusi normal

adalah dengan melihat nilai two tailed significance. Dengan ketentuan

residual berdistribusi normal apabila nilai Asymp sig > 0,05.

33

Page 34: 1

6. Teknik analisis data

a. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif (descriptive statistics) Merupakan statistik

yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data,

Karakteristik data yang di gambarkan adalah karakteristik distribusinya.

Statistik ini menyediakan nilai frekuensi, pengukur tendensi pusat,

dispersi dan pengukur-pengukur bentuk. Pengukur-pengukur tendensi

pusat mengukur nilai-nilai pusat distribusi data yang meliputi mean,

median, dan mode. Mean adalah nilai total dibagi dengan jumlah

kejadian (frekuensi), median adalah nilai pusat distribusi data, dan mode

adalah nilai paling banyak terjadi (Jogiyanto,2010:163).

b. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisi regresi linier berganda atau multiple regression untuk

menguji pengaruh informasi keuangan terhadap earning response

coefficient (ERC) Seperti yang telah diuraikan bahwa untuk variabel

dependen yaitu earning response coeffisient dinyatakan dengan notasi

ERC dan variabel independen yaitu meliputi leverage di notasikan LEV,

peluang pertumbuhan di notasikan MBE sesuai proksinya yaitu market

book equity, persintensi laba di notasikan PL, risiko di notasikan BETA,

dan Corporation Sosial Responsibility di notasikan CSR, Sehingga model

analisis linier sederhana dirumuskan sebagai berikut :

ERC = α + β1LEV + β2 MBE+ β3 PL+ β4BETA+β5CSR+e

34

Page 35: 1

Keterangan :

ERC : Earning Response Coefficient

α : Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5: Koefisien Regresi

LEV : Leverage

MBE : Peluang Pertumbuhan

PL : Persistensi Laba

BETA: Risiko

CSR : Corporation Sosial Responsibility

e : Error

1) Uji parsial (uji t) sisi kananPengujian di lakukan sesuai hipotesis yang di ajukan:

H0 = β2,β3 ˂ 0 : artinya bahwa peluang pertumbuhan dan persintensi

laba tidak berpengaruh positif terhadap ERC.

Ha = β2,β3 ˃ 0 : artinya bahwa peluang pertumbuhan dan persintensi

laba berpengaruh positif terhadap ERC.

Ha diterima/H0 ditolak

H0 diterima

Ha ditolak

t tabel

t hitung

35

Page 36: 1

kriteria penerimaan hipotesis:

Ha diterima dan H0 ditolak jika t hitung ˃ t tabel

Ha ditolak dan H0 diterima jika t hitung ˂ t tabel

2) Uji parsial (uji t) sisi kiri

Pengujian di lakukan sesuai dengan hipotesis yang di ajukan:

H0=β1,β4,β5˃0 : artinya bahwa leverage, risiko, dan CSR tidak

berpengaruh negatif terhadap ERC.

Ha=β1,β4,β5˂0 : artinya bahwa leverage, risiko, dan CSR tidak

berpengaruh negatif terhadap ERC.

Ha diterima/ H0 ditolak

Ha ditolak

H0 diterima

-t tabel

-t hitung

Kriteria penerimaan hipotesis:

Ha di terima dan H0 ditolak jika -thitung ˂-t tabel

Ha ditolak dan Hd0 iterima jika -thitung ˃-ttabel

36

Page 37: 1

c. Uji DeterminasiKoefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu. Nilai R2 yang

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen

(Ghozali, 2006: 83).

37

Page 38: 1

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Sri. 2008. Earning Response Coefficient. Jurnal Akuntansi Vol. 7 No. 2. Hal 128-134

Hidayati, Nayla Nuur dan Sri Murni. 2009. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient pada perusahaan High profile. Jurnal akuntansi (Online). Vol.11 No. 1.Hal 1-18

Hapsari, Rekyan Shinta. 2010. Analysis the factors that influence Earnings Response Coefficient (ERC) in the manufacturing company listed in Indonesia stock exchange. Jurnal akuntansi (Online).

Kartadjumena, Eriana. 2010. Pengaruh Voluntary Disclosure of Financial Information dan CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient. Jurnal akuntansi (Online).

Lang, Mark and Lundholm, Russel. 1993. Cross-Sectional Determinants of Analist Ratings of Corporate Disclosure. Journal of Accounting (online), Vol 31, No. 2.

Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi. 2007. Pengaruh Corporate Social Resposibility Disclosure Terhadap ERC: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar Pada BEJ. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar (online).

Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. Toronto: Prentice hall.

Imroatussolihah, ely . 2013. Pengaruh risiko, leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas tanggung jawab sosial perusahaan terhadap earning response coefficient pada perusahaan high profile. Jurnal Ilmiah Manajemen .volume 1 nomor 1 hal 75-87.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2287971-pengertian-populasi menurut-para-ahli/#ixzz2V14dKoGV01/06/13 18/14/18

38

Page 39: 1

39