1
-
Upload
linda-shafira -
Category
Documents
-
view
53 -
download
1
description
Transcript of 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non-neoplastik ?
2. Apa saja macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis, gambaran
HPA, dan gambaran radiologinya ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mampu mengetahui definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non neoplastik.
2. Mampu macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis, gambaran
HPA, dan gambaran radiologi yang dibagi berdasarkan neoplastik dan non neoplastik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Glandula saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari sel-sel khusus
yang mensekresi saliva.
Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari campuran
sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada pada mukosa oral.
Fungsi saliva itu sendiri adalah:
1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan
menelan makanan
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair
sehingga mudah ditelan dan dirasakan
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah)
dan lipase ludah
6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor
pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva
Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)
KLASIFIKASI GLANDULA SALIVA
Klasifikasi Glandula Saliva berdasarkan ukuran :
Glandula saliva Mayor
Glandula saliva Minor
Glandula saliva mayor terdiri dari :
1. Glandula parotis
Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang berada di
belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis menghasilkan hanya
25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan cairan serus.
2. Glandula submandibula
Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di bagian medial sudut
bawah mandibula. Glandula submandibula menghasilkan 60- 65% dari volume total saliva di
rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serus dan mukus.
3. Glandula sublingual
Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian anterior. Merupakan
glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan 10% dari volume total saliva di rongga
mulut dimana sekresinya didominasi oleh cairan mukus.
Glandula saliva minor terdiri dari:
Glandula Labial Superior inferior
Glandula Bucalis Minor
Glandula Palatina
Glandula Lingualis anterior
Glandula Lingualis Posterior
Glandula Glossopalatinus
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat
merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Kelainan Kelenjar Saliva
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat
merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri. Kelainan kelenjar saliva ini
dibagi menjadi dua, yaitu kelainan non neoplastik dan neoplastik.
Tumor non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan
dan perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan dan perkembangan normal atau
menimbulkan suatu pertumbuhan patologis pada fase tertentu dan kemudian berhenti. Kelainan
non neoplastik ini dapat disebabkan oleh gangguan genetik (congenital), trauma, atau infeksi
yang mengganggu cell circle. Jika kelainan pertumbuhan dan perkembangan tersebut terus-
menerus dan tak terkontrol, maka digolongkan sebagai suatu kelainan pertumbuhan dan
perkembangan sel yang berupa neoplastik sebenarnya (true neoplasm).
Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol
oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas
(malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat,
ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah
tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-
organ lain/metastase.
3.2 Macam-macam Kelainan Kelenjar Saliva beserta Etiologi, Gambaran Klinis,
Gambaran HPA, dan Gambaran Radiologi yang dibagi berdasarkan Neoplastik dan Non
Neoplastik
3.2.1 Kelainan Kelenjar Saliva Neoplastik
a) Pleomorfic adenoma
Gejala Klinis : tumor jinak yang berasal dari kelenjar saliva yang dapat tumbuh dari kelenjar
saliva minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat, asymtomatis, dapat digerakkan dan
konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar mendesak jaringan
sekitarnya.
HPA : pleomorfic adenoma menunjukkan campuran proliferasi jaringan epithel dalam daerah
jaringan myxoid, mucoid, atau chondroid. Tumor sebagian mempunyai kapsul fibrous.
b) Monomorphic adenoma
Tumor-tumor monomorfik tersusun reguler berbentuk grandular, dengan tidak adanya dominasi
komponen jaringan mesenkim. Tumor yang termasuk ke dalam adenoma monomorfik adalah
Warthin tumor (papillary cystadenoma lymphomatosum), basal sel adenoma, oxyphilic adenoma
(oncocytoma), canalicular adenoma, myoepthelioma, dan clear cell adenoma.
- Whartin’s tumor
Gejala klinis : tumor jinak kelenjar saliva yang paling umum dijumpai diantara tumor-tumor
monomorfik lainnya dan sering terjadi pada kelenjar parotis. Penderita laki-laki lebih banyak
daripada penderita perempuan.
HPA : berbentuk glandula yang dipisahkan celah-celah yang cenderung dan membentuk
proyeksi papila-papila yang tertanam didalam jaringan limfoid yang padat. Rongga kistik dilapisi
oleh sel epitel yang eosinopilik (onkosit) 2 lapis (bilayer).
- Onkositoma
Gejala klinis : kelenjar parotid adalah tempat yang paling sering terjadinya onkositoma diikuti
dengan kelenjar submandibula. Tumornya muncul sebagai massa yang tumbuh lambat, tidak
nyeri, yang sering keras dan kadang-kadang kistik. Pembengkakan kelenjar parotis kadang-
kadang difus, dapat terjadi bilateral ataupun multiple.
HPA : mengandung sel-sel epitelial berbentuk polyhedron yang besar (onkosit), yang penuh
dengan sitoplasma eosinofilik bergranular dan mitokondria.
c) Mukoepidermoid karsinoma
Gejala klinis : umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis. Sebagian
kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa,
penderita perempuan lebih banyak daripada penderita laki-laki. Tumor ini tumbuhnya lambat,
berasal dari sel epitelium duktus dan berpotensi metastasis.
HPA : secara mikroskopis dibedakan atas : low grade, intermediate grade, dan high grade.
Menunjukkan campuran sel kelenjar penghasil mukus dan del epitel intermediate. Ketiga sel-sel
ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Low grade merupakan massa
yang kenyal dan mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus
dan adanya cystic space yang terdiri dari epidermoid sel dan sel intermediate.Tipe intermediate
ditandai massa tumor yang lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan sel intermediate dengan
sedikit memproduksi kelenjar mukus. Tipe poorly diferentiated ditandai dengan populasi sel-sel
pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi.
d) Karsinoma sel asinar
Gejala klinis : tumor ganas kelenjar parotis yang jarang terjadi. Kadang ditemukan pada kelenjar
saliva lainnya. Umumnya pada lelaki muda antara umur 20-30 tahun. Tumor ini berkapsul,
merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk massa bulat, diameter < 3 cm.
HPA : berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nukleus kecil berada di sentral dengan
sitoplasma yang basofilik dan padat mirip sel-sel sekretoris (asinar) dari kelenjar saliva normal.
Tumor ini dapat bermetastasis ke limfonodi regional.
e) Tumor Sel Granular
Tumor sel granula adalah benigna dengan potensi menjadi maligna dan sering berhubungan
dengan kelenjar liur minor. Tumor ini cenderung terjadi pada kavum oral dan sangat
tersirkumsrip, mudah digerakkan dan tidak nyeri. Aspirasi jarum halus dapat menunjukkan
proses neoplastik.
Hpa:
Pemeriksaan histopatologis memberikan gambaran selsel poligonal dengan sitoplasma granular
eosinofilik yang banyak dan nukleus-nukleus pleomorfik ringan yang berbentuk bulat hingga
oval. Karena ia berpotensi ke arah maligna, kombinasi dari eksisi lokal yang luas dan observasi
yang ketat merupakan terapi yang paling berkesan.
f) Hemangioma
Walaupun bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan sebagai diagnosis
banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor jinak ini berasal dari sel endotelial dan
merupakan kurang dari 5% dari semua tumor kelenjar liur. Pada anak anak, hemangioma kapiler
adalah tumor kelenjar liur yang paling sering yaitu lebih dari 90% tumor kelenjar liur terjadi
pada anak-anak di bawah usia 1 tahun. Tumor ini mengenai perempuan lebih banyak dari laki-
laki dan sering terdapat pada kelenjar parotid.
Klinis:
Hemangioma biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral dan tidak nyeri.
Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering menyebabkan deformitas kosmetik. Aspirasi
jarum halus biasanya tidak penting. CT scan, MRI atau keduanya dapat menunjukkan gambaran
vaskularisasi pada lesi. Diagnosis banding termasuk kelainan proliferatif vaskular seperti
limfangioma dan hemangioma kavernosa.
3.2.2 Kelainan Kelenjar Saliva Non Neoplastik
a) Mukokel
Definisi
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya
saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista,
karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucocele dapat terjadi pada bagian mukosa bukal, anterior
lidah, dan dasar mulut. Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air
liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi
ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak sengaja,
sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan
(mucocele). Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki banyak
kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, biopsy,
dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil yang disebut duct
(pembuluh).
Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang
terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya mucocele
didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di bagian lain dalam mulut,
termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di atas lidah. Pembengkakan
dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct) tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran.
Etiologi
Umumnya disebabkan oleh trauma 4iops, misalnya bibir yang sering tergigit pada saat sedang
makan, atau pukulan di wajah. Dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada duktus
(saluran) kelenjar liur minor. Mucocele Juga dapat disebabkan oleh obat-obatan yang
mempunyai efek mengentalkan ludah.
Gambaran Klinis
1. Batas tegas
2. Konsistensi lunak
3. Warna transluscent
4. Ukuran biasanya kecil
5. Tidak ada keluhan sakit
6. Kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagi
b) Ranula
Etiologi Dan Patogenesis
Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major yang membesar atau
terputus atau terjadinya rupture dari saluran kelenjar terhalangnya aliran liur yang sublingual
(duktus Bartholin) atau kelenjar submandibuler (duktus Wharton), sehingga melalui rupture ini
air liur keluar menempati jaringan disekitar saluran tersebut. Selain terhalangnya aliranliur,
ranula bisa juga terjadi karena trauma dan peradangan. Ranulamirip dengan mukokel tetapi
ukurannya lebih besar.
Bila letaknya didasar mulut, jenis ranula ini disebut ranulaSuperfisialis. Bila kista menerobos
dibawah otot milohiodeusdan menimbulkan pembengkakan submandibular, ranula jenisini
disebut ranula Dissecting atau Plunging.
Gambaran Klinis
Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung keluar (Rana=Kodok)
· Dinding sangat tipis dan mengkilap
· Warna translucent
· Kebiru-biruan
· Palpasi ada fluktuasi
· Tumbuh lambat dan expansif
c) Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya disebabkan oleh batu yang
menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses inflamasi yang melibatkan kelenjar ludah
disebabkan oleh banyak faktor etiologi. Proses ini dapat bersifat akut dan dapat menyebabkan
pembentukan abses terutama sebagai akibat infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat
unilateral atau bilateral seperti pada infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik
merupakan akibat dari obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi eksternal atau mungkin
spesifik,yang disebabkan dari berbagai agen menular dan gangguan imunologi.
Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran tetapi dapat
berkembang tanpa penyebab yang jelas. Terdapat tiga kelenjar utama pada rongga
mulut,diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual. Sialadenitis paling
sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai
60-an, pada pasien sakit kronis dengan xerostomia, pasien dengan sindrom Sjögren, dan pada
mereka yang melakukan terapi radiasi pada rongga mulut. Remaja dan dewasa muda dengan
anoreksia juga rentan terhadap gangguan ini. Organisme yang merupakan penyebab paling
umum pada penyakit ini adalah Staphylococcus aureus; organisme lain meliputi Streptococcus,
koli, dan berbagai bakteri anaerob.
Gejala Umum: meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapat
pembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus yang parah, demam, menggigil
dan malaise (bentuk umum rasa sakit).
d) Sjorgen syndrome
Sjorgen syndrome merupakan suatupenyakit auto imun yang ditandai oleh produksi abnormal
dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap berbagai jaringan tubuh. Ini merupakan
suatu penyakit autoimun peradangan pada kelenjar saliva yang dapat menyebabkan mulut kering
dan bibir kering
Gejala
Gejala dari sjorgen syndrome antara lain; mulut kering, kesulitan menelan, kerusakan gigi,
penyakit gingiva, mulut luka dan pembengkakan, dan infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam
pipi.
Etiologi
Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, ada dukungan ilmiah yang menyatakan bahwa
penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya faktor genetik yang dapat memicu terjadinya
sjorgen syndrome, karena penyakit ini kadang-kadang penyakit ditemukan pada anggota
keluarga lainnya. Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki penyakit
autoimun lainnya seperti lupus eritematous sistemik, autoimun penyakit tiroid, diabetes, dll.
e) Sialorrhea
Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menetesnya air liur atau sekresi
saliva yang berlebihan.
Etiologi
Penyebab dari sialorrhea dapat bevariasi berupa gejala dan gangguan neurologis, infeksi atau
keracunan logam berat dan insektisida serta efek samping dari obat-obatan tertentu.
f) Sialosis
Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-neoplastik dari kelenjar
saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya bilateral, tapi kadang-kadang juga
mengenai kelenjar submandibularis dan sublingualis.
Etiologi
Penyebab pembengkakan belum diketahui dengan jelas, walaupun dihubungkan dengan sejumlah
penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia
nervosa dan anoreksia nervosa. Sialosis Juga digambarkan sebagai efek samping sejumlah obat-
obatan.
g) Sialometaplasia necrotic
Lesi pada kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik, peradangan yang dapat sembuh dengan
sendirinya, terutama mengenai kelenjar saliva yang terdapat pada palatum. Lebih sering terjadi
pada penderita laki-laki daripada perempuan.
Gejala klinis
- Muncul secara spontan
- Terdapat lesi dan pembengkakan
- Ukuran maksimal 1-2 cm
- Lesi bilateral atau unilateral
- Burning sensation (sensasi terbakar)
Hpa
Necrosis lobuler pada kelenjar saliva, metaplasia squamosa pada asinus dan saluran-
saluran,hyperplasia pseudoepitelomatosa dan jaringan granulasi yang nyata serta inflamasi.
Etiologi
Tidak diketahui secara pasti namun berhubungan dengan trauma dan terapi radiasi.
h) Sialolitiasis
Definisi
Kira-kira 80-90% dari batu kelenjar saliva terjadi di kelenjar submandibular dan hanya 10-20%
terdapat di kelenjar parotid, dan hanya persentase yang sangat kecil terdapat pada kelenjar
sublingual dan kelenjar liur minor. Sialolitiasis adalah penyebab yang paling sering pada
penyakit kelenjar liur dan dapat terjadi pada semua usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki.
Faktor resiko terjadinya obstruksi batu kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai dehidrasi.
Kadang disertai juga dengan gout, diabetes dan hipertensi.
Patogenesis
Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada batu kelenjar liur.
Agregasi dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan membentuk nidus, lalu
menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan kemudian obstruksi. Kelenjar
submandibular lebih rentan terhadap pembentukan kalkuli dibandingkan kelenjar parotid karena
duktusnya yang lebih panjang, kandungan musin dan alkali dalam saliva yang lebih tinggi dan
konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkuli submandibular secara primer mengandung
kalsium fosfat dan hidroksiapatit. Disebabkan kalkuli ini mengandung kandungan kalsium yang
tinggi, hampir kesemuanya adalah radiopak dan dapat dilihat pada foto Rontgen. Kalkuli parotid
adalah lebih jarang radiopak. Kira-kira 75%, satu batu berjaya ditemukan pada kelenjar tersebut.
Jika obstruksi tidak ditangani, maka akan berlanjut terjadinya inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi
asinar.
Gejala dan Tanda
Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan eksaserbasi apabila
makan adalah gejala yang sering muncul pada batu kelenjar liur. Obstruksi yang lama dapat
menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri yang semakin berat dan eritema pada kelenjar
tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya riwayat xerostomia dan kadang-kadang terasa ada
benda asing seperti pasir di rongga mulut. Pemeriksaan fisik sangat penting karena batu sering
dapat dipalpasi pada dua pertiga anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi pada dasar
mulut biasanya dapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan kelenjar lebih sukar untuk di
palpasi.
Gambaran Radiologis
Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu radiopak tetapi posisi ini
tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin lebih membantu. Sialografi adalah
metode pencitraan yang paling akurat untuk mendeteksi kalkuli. Sialografi dapat dikombinasi
dengan CT scan atau MRI, terutama CT scan sangat sensitive terhadap garam kalsium.
Ultrasound ternyata tidak dapat membantu.
i) Xerostomia
Banyak pasien mengeluh mulutnya kering Walaupun kelenjar saliva mereka berfungsi dengan
normal. Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva primer atau manifestasi
sekunder dari suatu kelainan sistemik atau terapi obat. Penyakit kelenjar saliva primer meliputi
sindrom Sjorgen, kerusakan pascaradiasi atau anomali pertumbuhan. Penyebab sistemik
sekunder dari xerostomia meliputi kegelisahan kronis, dehiderasi atau terapi obat.
Gambaran Klinis
Konfirmasi adanya penurunan dalam produksi saliva didasarkan atas pemeriksaan klinis dan
pengukuran kecepatan aliran saliva.