1

18
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non-neoplastik ? 2. Apa saja macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis, gambaran HPA, dan gambaran radiologinya ? 1.3 Tujuan dan Manfaat 1. Mampu mengetahui definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non neoplastik. 2. Mampu macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis, gambaran HPA, dan gambaran radiologi yang dibagi berdasarkan neoplastik dan non neoplastik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Glandula saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari sel-sel khusus yang mensekresi saliva.

description

1

Transcript of 1

Page 1: 1

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non-neoplastik ?

2. Apa saja macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis, gambaran

HPA, dan gambaran radiologinya ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Mampu mengetahui definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non neoplastik.

2. Mampu macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis, gambaran

HPA, dan gambaran radiologi yang dibagi berdasarkan neoplastik dan non neoplastik.

                                                                   

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Glandula saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari sel-sel  khusus

yang mensekresi saliva.

Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari campuran

sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada pada mukosa oral.

Fungsi saliva itu sendiri adalah:

1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan

menelan makanan

2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair

sehingga mudah ditelan dan dirasakan

3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman

4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer

5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah)

dan lipase ludah

Page 2: 1

6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor

pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva

Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.

Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)

KLASIFIKASI GLANDULA SALIVA

Klasifikasi Glandula Saliva berdasarkan ukuran :

Glandula saliva Mayor

Glandula saliva Minor

Glandula saliva mayor terdiri dari :

1.  Glandula parotis

Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang berada di

belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis menghasilkan hanya

25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan cairan serus.

2.      Glandula submandibula

Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di bagian medial sudut

bawah mandibula. Glandula submandibula menghasilkan 60- 65% dari volume total saliva di

rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serus dan mukus.

3.      Glandula sublingual

Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian anterior. Merupakan

glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan 10% dari volume total saliva di rongga

mulut dimana sekresinya didominasi oleh cairan mukus.

Glandula saliva minor terdiri dari:

Glandula Labial Superior inferior

Glandula Bucalis Minor

Glandula Palatina

Glandula Lingualis anterior

Glandula Lingualis Posterior

Glandula Glossopalatinus

Page 3: 1

 Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat

merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Kelainan Kelenjar Saliva

                

Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat

merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri. Kelainan kelenjar saliva ini

dibagi menjadi dua, yaitu kelainan non neoplastik dan neoplastik.

Tumor non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan

dan perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan dan perkembangan normal atau

menimbulkan suatu pertumbuhan patologis pada fase tertentu dan kemudian berhenti. Kelainan

non neoplastik ini dapat disebabkan oleh gangguan genetik (congenital), trauma, atau infeksi

yang mengganggu cell circle. Jika kelainan pertumbuhan dan perkembangan tersebut  terus-

menerus dan tak terkontrol, maka digolongkan sebagai suatu kelainan pertumbuhan dan

perkembangan sel yang berupa neoplastik sebenarnya (true neoplasm).

Page 4: 1

Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol

oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas

(malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat,

ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah

tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-

organ lain/metastase.

3.2 Macam-macam Kelainan Kelenjar Saliva beserta Etiologi, Gambaran Klinis,

Gambaran HPA, dan Gambaran Radiologi yang dibagi berdasarkan Neoplastik dan Non

Neoplastik

3.2.1 Kelainan Kelenjar Saliva Neoplastik

a)   Pleomorfic adenoma

Gejala Klinis  : tumor jinak yang berasal dari kelenjar saliva yang dapat tumbuh dari kelenjar

saliva minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat, asymtomatis, dapat digerakkan dan

konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar mendesak jaringan

sekitarnya.

HPA     : pleomorfic adenoma menunjukkan campuran proliferasi jaringan epithel dalam daerah

jaringan myxoid, mucoid, atau chondroid. Tumor sebagian mempunyai kapsul fibrous.

b)  Monomorphic adenoma

Tumor-tumor monomorfik tersusun reguler berbentuk grandular, dengan tidak adanya dominasi

komponen jaringan mesenkim. Tumor yang termasuk ke dalam adenoma monomorfik adalah

Warthin tumor (papillary cystadenoma lymphomatosum), basal sel adenoma, oxyphilic adenoma

(oncocytoma), canalicular adenoma, myoepthelioma, dan clear cell adenoma.

-  Whartin’s tumor

Page 5: 1

Gejala klinis : tumor jinak kelenjar saliva yang paling umum dijumpai diantara tumor-tumor

monomorfik lainnya dan sering terjadi pada kelenjar parotis.  Penderita laki-laki lebih banyak

daripada penderita perempuan.

HPA : berbentuk glandula yang dipisahkan celah-celah yang cenderung dan membentuk

proyeksi papila-papila yang tertanam didalam jaringan limfoid yang padat. Rongga kistik dilapisi

oleh sel epitel yang eosinopilik (onkosit) 2 lapis (bilayer).

-          Onkositoma

Gejala klinis : kelenjar parotid adalah tempat yang paling sering terjadinya onkositoma diikuti

dengan kelenjar submandibula. Tumornya muncul sebagai massa yang tumbuh lambat, tidak

nyeri, yang sering keras dan kadang-kadang kistik. Pembengkakan kelenjar parotis kadang-

kadang difus, dapat terjadi bilateral ataupun multiple.

HPA : mengandung sel-sel epitelial berbentuk  polyhedron yang besar (onkosit), yang penuh

dengan sitoplasma eosinofilik bergranular dan mitokondria.

c)      Mukoepidermoid karsinoma

Gejala klinis : umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis. Sebagian

kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa,

penderita perempuan lebih banyak daripada penderita laki-laki. Tumor ini tumbuhnya lambat,

berasal dari sel epitelium duktus dan berpotensi metastasis.

HPA : secara mikroskopis dibedakan atas : low grade, intermediate grade, dan high grade.

Menunjukkan campuran sel kelenjar penghasil mukus dan del epitel intermediate. Ketiga sel-sel

ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Low grade merupakan massa

yang kenyal dan mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus

dan adanya cystic space yang terdiri dari epidermoid sel dan sel intermediate.Tipe intermediate

ditandai massa tumor yang lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan sel intermediate dengan

sedikit memproduksi kelenjar mukus. Tipe poorly diferentiated ditandai dengan populasi sel-sel

pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi.

d)  Karsinoma sel asinar

Page 6: 1

Gejala klinis : tumor ganas kelenjar parotis yang jarang terjadi. Kadang ditemukan pada kelenjar

saliva lainnya. Umumnya pada lelaki muda antara umur 20-30 tahun. Tumor ini berkapsul,

merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk massa bulat, diameter < 3 cm.

HPA : berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nukleus kecil berada di sentral dengan

sitoplasma yang basofilik dan padat mirip sel-sel sekretoris (asinar) dari kelenjar saliva normal.

Tumor ini dapat bermetastasis ke limfonodi regional.

e) Tumor Sel Granular

Tumor sel granula adalah benigna dengan potensi menjadi maligna dan sering berhubungan

dengan kelenjar liur minor. Tumor ini cenderung terjadi pada kavum oral dan sangat

tersirkumsrip, mudah digerakkan dan tidak nyeri. Aspirasi jarum halus dapat menunjukkan

proses neoplastik.

Hpa:

Pemeriksaan histopatologis memberikan gambaran selsel poligonal dengan sitoplasma granular

eosinofilik yang banyak dan nukleus-nukleus pleomorfik ringan yang berbentuk bulat hingga

oval. Karena ia berpotensi ke arah maligna, kombinasi dari eksisi lokal yang luas dan observasi

yang ketat merupakan terapi yang paling berkesan.

f) Hemangioma

Walaupun bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan sebagai diagnosis

banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor jinak ini berasal dari sel endotelial dan

merupakan kurang dari 5% dari semua tumor kelenjar liur. Pada anak anak, hemangioma kapiler

adalah tumor kelenjar liur yang paling sering yaitu lebih dari 90% tumor kelenjar liur terjadi

pada anak-anak di bawah usia 1 tahun. Tumor ini mengenai perempuan lebih banyak dari laki-

laki dan sering terdapat pada kelenjar parotid.

Klinis:

Hemangioma biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral dan tidak nyeri.

Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering menyebabkan deformitas kosmetik. Aspirasi

jarum halus biasanya tidak penting. CT scan, MRI atau keduanya dapat menunjukkan gambaran

vaskularisasi pada lesi. Diagnosis banding termasuk kelainan proliferatif vaskular seperti

limfangioma dan hemangioma kavernosa.

Page 7: 1

3.2.2 Kelainan Kelenjar Saliva Non Neoplastik

a)   Mukokel

Definisi

Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya

saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista,

karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucocele dapat terjadi pada bagian mukosa bukal, anterior

lidah, dan dasar mulut. Mucocele terjadi karena pada saat  air liur kita dialirkan dari kelenjar air

liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi

ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak sengaja,

sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan

(mucocele). Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki banyak

kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, biopsy,

dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil yang disebut duct

(pembuluh).

Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang

terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya mucocele

didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di bagian lain dalam mulut,

termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di atas lidah. Pembengkakan

dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct) tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran.

Etiologi

Umumnya disebabkan oleh trauma 4iops, misalnya bibir yang sering tergigit pada saat sedang

makan, atau pukulan di wajah.  Dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada duktus

(saluran) kelenjar liur minor. Mucocele Juga dapat disebabkan oleh obat-obatan yang

mempunyai efek mengentalkan ludah.

Gambaran Klinis

1.      Batas tegas

2.      Konsistensi lunak

3.      Warna transluscent

4.      Ukuran biasanya kecil

Page 8: 1

5.      Tidak ada keluhan sakit

6.      Kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagi

b)  Ranula

Etiologi Dan Patogenesis

Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major yang membesar atau

terputus atau terjadinya rupture dari saluran kelenjar terhalangnya aliran liur yang sublingual

(duktus Bartholin) atau kelenjar submandibuler (duktus Wharton), sehingga melalui rupture ini

air liur keluar menempati jaringan disekitar saluran tersebut. Selain terhalangnya aliranliur,

ranula bisa juga terjadi karena trauma dan peradangan. Ranulamirip dengan mukokel tetapi

ukurannya lebih besar.

Bila letaknya didasar mulut, jenis ranula ini disebut ranulaSuperfisialis. Bila kista menerobos

dibawah otot milohiodeusdan menimbulkan pembengkakan submandibular, ranula jenisini

disebut ranula Dissecting atau Plunging.

Gambaran Klinis

Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung keluar (Rana=Kodok)

·         Dinding sangat tipis dan mengkilap

·         Warna translucent

·         Kebiru-biruan

·         Palpasi ada fluktuasi

·         Tumbuh lambat dan expansif

c)      Sialadenitis

Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya disebabkan oleh batu yang

menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses inflamasi yang melibatkan kelenjar ludah

disebabkan oleh banyak faktor etiologi. Proses ini dapat bersifat akut dan dapat menyebabkan

pembentukan abses terutama sebagai akibat infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat 

unilateral atau bilateral seperti pada infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik

merupakan akibat dari obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi eksternal atau mungkin

spesifik,yang  disebabkan dari berbagai agen menular dan gangguan imunologi.

Etiologi

Page 9: 1

Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran tetapi dapat

berkembang tanpa penyebab yang jelas. Terdapat tiga kelenjar utama pada rongga

mulut,diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual. Sialadenitis paling

sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai

60-an, pada pasien sakit kronis dengan xerostomia, pasien dengan sindrom Sjögren, dan pada

mereka yang melakukan terapi radiasi pada rongga mulut. Remaja dan dewasa muda dengan

anoreksia juga rentan terhadap gangguan ini. Organisme yang merupakan penyebab paling

umum pada penyakit ini adalah Staphylococcus aureus; organisme lain meliputi Streptococcus,

koli, dan berbagai bakteri anaerob.

Gejala Umum: meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapat

pembuangan  pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus yang parah, demam, menggigil

dan malaise (bentuk umum rasa sakit).

d)     Sjorgen syndrome

Sjorgen syndrome merupakan suatupenyakit auto imun yang ditandai oleh produksi abnormal

dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap berbagai jaringan tubuh. Ini merupakan

suatu penyakit autoimun peradangan pada kelenjar saliva yang dapat menyebabkan mulut kering

dan bibir kering

Gejala

Gejala dari sjorgen syndrome antara lain; mulut kering, kesulitan menelan, kerusakan gigi,

penyakit gingiva, mulut luka dan pembengkakan, dan infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam

pipi.

Etiologi

Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, ada dukungan ilmiah yang menyatakan bahwa

penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya faktor genetik yang dapat memicu terjadinya

sjorgen syndrome, karena penyakit ini kadang-kadang penyakit ditemukan pada anggota

keluarga lainnya. Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki penyakit

autoimun lainnya seperti lupus eritematous sistemik, autoimun penyakit tiroid, diabetes, dll.

e)      Sialorrhea

Page 10: 1

Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menetesnya air liur atau sekresi

saliva yang berlebihan.

Etiologi

Penyebab dari sialorrhea dapat bevariasi berupa gejala dan gangguan neurologis, infeksi atau

keracunan logam berat dan insektisida serta efek samping dari obat-obatan tertentu.

f)       Sialosis

Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-neoplastik dari kelenjar

saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya bilateral, tapi kadang-kadang juga

mengenai kelenjar submandibularis dan sublingualis.

Etiologi

Penyebab pembengkakan belum diketahui dengan jelas, walaupun dihubungkan dengan sejumlah

penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia

nervosa dan anoreksia nervosa. Sialosis Juga digambarkan sebagai efek samping sejumlah obat-

obatan.

g)      Sialometaplasia necrotic

Lesi pada kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik, peradangan yang dapat sembuh dengan

sendirinya, terutama mengenai kelenjar saliva yang terdapat pada palatum. Lebih sering terjadi

pada penderita laki-laki daripada perempuan.

Gejala klinis

-          Muncul secara spontan

-          Terdapat lesi dan pembengkakan

-          Ukuran maksimal 1-2 cm

-          Lesi bilateral atau unilateral

-          Burning sensation (sensasi terbakar)

Hpa

Necrosis lobuler pada kelenjar saliva, metaplasia squamosa pada asinus dan saluran-

saluran,hyperplasia pseudoepitelomatosa dan jaringan granulasi yang nyata serta inflamasi.

Etiologi

Page 11: 1

Tidak diketahui secara pasti namun berhubungan dengan trauma dan terapi radiasi.

h)     Sialolitiasis

Definisi

Kira-kira 80-90% dari batu kelenjar saliva terjadi di kelenjar submandibular dan hanya 10-20%

terdapat di kelenjar parotid, dan hanya persentase yang sangat kecil terdapat pada kelenjar

sublingual dan kelenjar liur minor. Sialolitiasis adalah penyebab yang paling sering pada

penyakit kelenjar liur dan dapat terjadi pada semua usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki.

Faktor resiko terjadinya obstruksi batu kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai dehidrasi.

Kadang disertai juga dengan gout, diabetes dan hipertensi.

Patogenesis

Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada batu kelenjar liur.

Agregasi dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan membentuk nidus, lalu

menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan kemudian obstruksi. Kelenjar

submandibular lebih rentan terhadap pembentukan kalkuli dibandingkan kelenjar parotid karena

duktusnya yang lebih panjang, kandungan musin dan alkali dalam saliva yang lebih tinggi dan

konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkuli submandibular secara primer mengandung

kalsium fosfat dan hidroksiapatit. Disebabkan kalkuli ini mengandung kandungan kalsium yang

tinggi, hampir kesemuanya adalah radiopak dan dapat dilihat pada foto Rontgen. Kalkuli parotid

adalah lebih jarang radiopak. Kira-kira 75%, satu batu berjaya ditemukan pada kelenjar tersebut.

Jika obstruksi tidak ditangani, maka akan berlanjut terjadinya inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi

asinar.

Gejala dan Tanda

Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan eksaserbasi apabila

makan adalah gejala yang sering muncul pada batu kelenjar liur. Obstruksi yang lama dapat

menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri yang semakin berat dan eritema pada kelenjar

tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya riwayat xerostomia dan kadang-kadang terasa ada

benda asing seperti pasir di rongga mulut. Pemeriksaan fisik sangat penting karena batu sering

dapat dipalpasi pada dua pertiga anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi pada dasar

mulut biasanya dapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan kelenjar lebih sukar untuk di

palpasi.

Page 12: 1

Gambaran Radiologis

Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu radiopak tetapi posisi ini

tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin lebih membantu. Sialografi adalah

metode pencitraan yang paling akurat untuk mendeteksi kalkuli. Sialografi dapat dikombinasi

dengan CT scan atau MRI, terutama CT scan sangat sensitive terhadap garam kalsium.

Ultrasound ternyata tidak dapat membantu.

i)        Xerostomia

Banyak pasien mengeluh mulutnya kering Walaupun kelenjar saliva mereka berfungsi dengan

normal. Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva primer atau manifestasi

sekunder dari suatu kelainan sistemik atau terapi obat. Penyakit kelenjar saliva primer meliputi

sindrom Sjorgen, kerusakan pascaradiasi atau anomali pertumbuhan. Penyebab sistemik

sekunder dari xerostomia meliputi kegelisahan kronis, dehiderasi atau terapi obat.

Gambaran Klinis

Konfirmasi adanya penurunan dalam produksi saliva didasarkan atas pemeriksaan klinis dan

pengukuran kecepatan aliran saliva.