1

download 1

of 12

description

yes

Transcript of 1

PENDAHULUAN

Varicella (cacar air) merupakan penyakit virus yang sangat menular, bersifat akut berupa erupsi kulit makulopapular dan lepuh di seluruh tubuh. Varicella disebabkan oleh infeksi primer oleh virus varicella-zoster. 1,2Penyakit ini terutama menyerang anak-anak tetapi juga dapat menyerang orang dewasa. Umumnya infeksi terjadi pada usia 1-6 tahun. Angka serangan mencapai 65-86% pada keluarga yang tinggal serumah. Penularan penyakit terutama melalui saluran napas, tetapi juga dapat melalui kontak langsung dengan penderita. 2,3,4Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 10-23 hari, dengan rata-rata 14-15 hari. Gejala klinis dapat dimulai dengan gejala prodromal (demam, malaise, sakit kepala, anoreksia) 2-3 hari sebelum lesi kulit timbul. Lesi mula-mula berupa makula eritematosa yang cepat berkembang menjadi papul, vesikel. Cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang sehingga menjadi pustul. Lesi kemudian mengering dan menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran yang polimorf. Lesi dimulai dari wajah dan kulit kepala kemudian menyebar dengan cepat pada batang tubuh dan sedikit ke ekstremitas, sehingga memberi gambaran distribusi sentral atau sentripetal. Lesi juga dapat timbul pada mukosa. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal. 1,2,3,5Derajat penyakit dapat bervariasi, umumnya bersifat self-limited. Penyembuhan lesi dapat meninggalkan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi pada kulit selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pembentukan jaringan parut biasanya jarang, kecuali digaruk atau ada infeksi sekunder. Komplikasi pada anak umumnya jarang timbul, dan bila ada yang tersering yaitu infeksi bakteri sekunder yang dapat menyebabkan impetigo, furunkel, selulitis, erisipelas dan gangren (jarang). Infeksi lokal ini dapat menyebabkan jaringan parut dan dapat berlanjut menjadi sepsis. 2,3Berikut ini dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis varicella yang ditemukan pada seorang pasien yang berobat di Puskesmas Sario Manado.

LAPORAN KASUS

Identitas PenderitaNama : W. MUmur : 11 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAgama: IslamStatus Pernikahan: Belum menikahSuku/Bangsa: Makassar/IndonesiaPekerjaan : SiswaPendidikan : SDAlamat : SarioTanggal Pemeriksaan : 18 November 2014

AnamnesisKeluhan utama : Bintil-bintil kemerahanRiwayat Penyakit SekarangBintil-bintil kemerahan timbul di hampir seluruh bagian tubuh sejak 2 hari sebelum memeriksakan diri di Puskesmas Sario. Bintil muncul pertama kali di daerah wajah. Bintil terus bertambah banyak, selanjutnya bintil juga timbul pada badan, punggung dan lengan. Bintil disertai dengan gatal, nyeri tidak ada. Bintil-bintil baru terus muncul sampai saat ini, terutama di punggung pasien. Bintil-bintil ada yang menjadi lepuh, berisi cairan ada yang bening dan ada yang keruh. Lepuh yang pecah mengering dan berwarna kehitaman. Demam sumer-sumer dirasakan sejak 3 hari sebelumnya, demam turun dengan obat penurun panas. Saat demam pasien minum paracetamol. Batuk beringus tidak ada, sakit menelan tidak ada. Nafsu makan pasien menurun sejak 2 hari SMRS, mual ada, muntah tidak ada. BAK dan BAB seperti biasa.Riwayat Penyakit DahuluPasien belum pernah menderita penyakit atau keluhan seperti ini sebelumnya.Penyakit kulit sebelumnya disangkal.Riwayat gigitan serangga tidak ada.Riwayat AlergiAlergi makanan: disangkal penderitaAlergi obat : disangkal penderitaRiwayat AtopiRiwayat bersin dipagi hari, asma, alergi debu disangkal.Riwayat atopi dalam keluarga : disangkal penderita.Riwayat Penyakit KeluargaHanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluargaRiwayat Kebiasaan Penderita mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun cair, mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, dan pemakaian handuk sendiri. Riwayat SosialPasien tinggal di kompleks perumahan, ada 6 teman di kompleks yang menderita penyakit/keluhan yang serupa sejak 3 minggu yang lalu.Pemeriksaan FisikStatus generalis :KU : BaikKes : Compos MentisTD : -N : 110x/menit R : 20x/menit S : 36,70CBerat Badan : 24 kgTinggi Badan : 84 cmKeadaan gizi: cukupKepala : Wajah: ekspresi wajar, simetris Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) Hidung: deviasi (-), cairan (-) Telinga: cairan (-) Gigi: caries (-) Mukosa: efloresensi (-) Faring: hiperemis (-) Tonsil: T1/T1, hiperemis (-)Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-)Thorax: Jantung: SI-II normal, reguler, bising (-) Paru : simetris, retraksi (-) sp.vesikuler, ronkhi -/- , wheezing -/-Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal Hepar/Lien : tidak teraba Ekstrimitas : akral hangat, edema -/-Status DermatologisRegio facialis, regio colli posterior, regio thorakalis anterior/posterior, regio abdominalis, regio antebrachii D/S, regio brachii : papul-papul eritematosa, vesikel-vesikel di atas dasar eritematosa, sebagian berupa pustul, sebagian berkrusta, erosi (+).

Pemeriksaan Penunjang-Diagnosis KerjaVaricella

Diagnosis Banding1. Gigitan serangga2. Erupsi obat variseliformis

PenatalaksanaanNon Medikamentosa1. Menjelaskan kepada pasien pentingnya kepatuhan berobat2. Menjelaskan kepada pasien agar tidak menggaruk-garuk lesi3. Menjaga hygiene personal4. IstirahatMedikamentosa1. Asiklovir 5 x 400mg (selama 7 hari)2. Paracetamol 3 x 250 mg (kalau panas)3. Calamine lotion 2 x oles sehari

Prognosis Quo ad vitam: Dubois ad bonamQuo ad functionam : Dubois ad bonamQuo ad sanationam: Dubois ad bonam

DISKUSI

Diagnosis varicella dapat ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Varicella biasanya mudah untuk didiagnosis berdasarkan erupsi kulit yang timbul, terutama bila didapatkan riwayat terpapar 2-3 minggu sebelumnya. Diagnosis klinis dapat didasarkan atas adanya:1. Erupsi papulovesikular yang dapat disertai demam dan gejala konstitusi ringan, dapat didahului gejala prodromal2. Lesi kulit timbul dalam jumlah banyak dengan distribusi sentral3. Lesi kulit berkembang cepat, mulai dari makula menjadi papul, vesikel, pustul, dan terakhir menjadi krusta4. Terdapat semua stadium lesi secara bersamaan pada suatu saat dalam suatu daerah anatomikPada pasien ini demam dan penurunan nafsu makan dialami 3 hari sebelum lesi kulit timbul, serta ada riwayat terpapar 3 minggu sebelumnya dari teman-teman sekompleks perumahan pasien, juga didapatkan lesi yang terdiri dari papul, vesikel, dan krusta dengan distribusi sentral. Papul baru masih terus timbul diikuti dengan penyembuhan vesikel yang sudah ada sebelumnya. 1,3,5Pemeriksaan darah rutin biasanya tidak membantu dan tidak diperlukan untuk diagnosis ataupun penanganan varicella. Sebagai pemeriksaan penunjang pada penderita varicella dapat dilakukan tes Tzanck. Pada pemeriksaan tes Tzanck dapat ditemukan sel raksasa berinti. Diagnosis pasti didapatkan melalui isolasi virus dari cairan vesikel, darah atau jaringan yang terinfeksi, ataupun melalui identifikasi antigen/DNA virus, tetapi jarang dilakukan karena sulit dan mahal. Pada pasien ini tidak dilakukan tes Tzanck, sebab terbatasnya fasilitas di Puskesmas. Selain itu, tes ini memiliki spesifitas maupun sensitifitas yang rendah. 2,3,5,6Varicella didiagnosis banding dengan gigitan serangga serta erupsi obat variseliformis. Pada gigitan serangga dapat terjadi reaksi vesikuler, tetapi seringkali vesikel timbul berkelompok, pola penyebaran akral, berupa urtikaria papuler dengan titik di tengahnya. Pada erupsi obat variseliformis berkaitan dengan reaksi obat, biasanya tanpa demam, timbul serentak dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening. Pada pasien ini, riwayat gigitan serangga tidak diketahui, namun berdasarkan pola penyebaran lesi pada pasien tidak mendukung untuk diagnosis gigitsn serangga. Riwayat penggunaan obat ada yaitu paracetamol, namun sebelumnya pasien sering menggunakan obat tersebut apabila mengalami demam, sehingga diagnosis anding erupsi obat variseliformis dapat disingkirkan.Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari terapi non-medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non-medikamentosa dilakukan dengan edukasi pada pasien dan keluarga. Pasien dianjurkan mandi secara teratur untuk mengurangi gatal dan mencegah infeksi sekunder. Menggaruk lesi dapat menyebabkan infeksi sekunder dan bekas luka, sehingga pasien diajarkan untuk tidak menggaruk lesi, tunggu vesikel mengering dan pecah sendiri. Untuk mencegah pasien menggaruk kuku pasien sebaiknya digunting pendek. Untuk mencegah penularan pasien sebaiknya menghindari berdekatan dengan orang yang belum pernah terkena varicella, juga pasien imunokompromais, atau pasien yang sedang menggunakan kortikosteroid jangka panjang. Sebaiknya pasien beristirahat di rumah sampai semua lesi menjadi krusta. 4,5Penatalaksaan secara medikamentosa meliputi pemberian antivirus dan terapi simptomatis. Menurut kepustakaan, sebagai antivirus diberikan asiklovir dengan dosis terbagi 4-5 x 10-20 mg/kgBB/kali selama 7 hari dengan dosis maksimal 800 mg/kali. Pemberian asiklovir dapat mengurangi jumlah lesi, mengurangi pembentukan lesi baru serta lamanya lesi, demam dan gejala konstitusional bila dibandingkan dengan plasebo. Pengobatan asiklovir paling efektif apabila diberikan dalam 24 jam setelah lesi timbul, dan masih cukup efektif apabila diberikan dalam waktu kurang dari 72 jam. Pada pasien ini lesi pertama kali timbul dalam waktu kira-kira 48 jam sebelumnya, sehingga pemberian asiklovir masih cukup efektif dan diberikan dengan dosis 5 x 400 mg/hari. Apabila pasien mengalami demam dapat diberikan antipiretik yaitu paracetamol 3 x 250 mg sehari. Untuk mengatasi gatal diberikan sailisil talk 2 x oles sehari. 2,3,5,6Pada anak yang normal varisela biasanya ringan dan jarang disertai komplikasi. Komplikasi tersering adalah infeksi bakteri sekunder pada lesi kulit, biasanya disebabkan oleh stafilokokus atau streptokokus, sehingga terjadi impetigo, furunkel, selulitis, erisipelas, dan gangren, namun jarang terjadi. Infeksi tersebut sering menyebabkan jaringan parut, tetapi jarang terjadi sepsis. Pneumonia, otitis media dan meningitis supuratif jarang terjadi, biasanya pada anak kurang dari 7 tahun, dan responsif terhadap pengobatan antibiotik yang tepat. Pada pasien ini tidak terdapat komplikasi. 3,5

RINGKASAN

Varicella atau cacar air merupakan penyakit virus yang sangat menular, akut berupa oleh erupsi kulit makulopapular dan lepuh di seluruh tubuh. Varicella disebabkan oleh virus varicella-zoster. Penularan penyakit terutama melalui saluran napas, tetapi juga dapat melalui kontak langsung dengan penderita. Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 10-23 hari, dengan rata-rata 14-15 hari. 1,2,3Diagnosis dapat ditegakkan melalui gejala klinis. Gejala klinis dapat dimulai dengan gejala prodromal (demam, malaise, sakit kepala, anoreksia). Lesi kemudian timbul dengan gambaran polimorf, erupsi kulit makulopapular, vesikel, pustul dan krusta, serta disertai rasa gatal. Diagnosis laboratorik umumnya tidak diperlukan untuk penegakan diagnosis ataupun penatalaksanaan. 1,2,3Pada anak normal varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Penatalaksanaannya bersifat simptomatis. Antivirus dapat diberikan agar dapat mempercepat fase penyembuhan, sehingga pasien bisa segera beraktivitas seperti biasa.3 Komplikasi pada anak jarang timbul. Komplikasi yang tersering yaitu infeksi bakteri sekunder yang dapat menyebabkan jaringan parut dan sepsis. 2,3

DAFTAR PUSTAKA

x1.Handoko RP. Penyakit virus. Dalam: Juanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h. 115-6.2.Myers MG, Seward JF, LaRussa PS. Varicella-zoster virus. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editor. Nelson Textbook of Pediatrics [CD-ROM]. Ed 18. Philidelphia: Saunders; 2007.3.Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. Ed 7. New York: The McGraw-Hill Companies; 2008.h.1885-98.4.Bechtel KA, Steele RW. Pediatric chickenpox. [Online].; 2011 [diakses 17 Juni 2012]. Diakses dari: http://emedicine.medscape.com/article/969773-overview.5.Soegito Tl. Infeksi varicella-zoster virus. Dalam: Daili SF, Makes WIB, editor. Infeksi virus herpes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h. 157-69.6.Lumintang H, Nilasari H, Indriatmi W, Zubier F, Daili SF, editor. Penatalaksanaan varisela di Indonesia. Dalam: Penatalaksanaan infeksi herpes virus humanis. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR; 2011. h. 47-58.

x

1