1

11
Arc. Com. Health Desember 2012 ISSN: 9772302139009 109 PERILAKU BEROLAHRAGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI PANCORAN MAS, DEPOK, JAWA BARAT Desak Putu Yuli Kurniati¹, Giri Inayah², Karina Samaria³ ¹ PS.IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana (Hp. +6283119362444, desak.yuli83@gmail. com) ; ²Pusat Komunikasi Publik Kementrian Kesehatan RI (+628159927850, [email protected]); ³Rural Health Community Development, RSU Bethesda Serukam, Singkawang, Kalimantan Barat (+6285780944853), [email protected]) ABSTRAK Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang dapat dicegah. Prevalensinya saat ini semakin meningkat, begitu juga di wilayah RW 8 Pancoran Mas, Depok. Kasus hipertensi pada wanita meningkat setiap bulannya dan mulai banyak terjadi pada usia produktif. Prevalen hipertensi di Kota Depok sebesar 22,6%. Salah satu upaya untuk mencegah hipertensi yaitu olahraga, yang selama ini sudah dilakukan pada usia lanjut oleh Posbindu, namun kasus hipertensinya terus meningkat. Sebuah studi kualitatif diperlukan untuk mengetahui faktor apa yang mendasari kondisi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam perilaku berolahraga pada wanita dalam mencegah hipertensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Rapid Assesment Procedure. Hasil studi mendapatkan bahwa hanya sedikit informan yang melakukan olahraga dalam mencegah hipertensi. Pengetahuan yang kurang; kurangnya informasi, sarana prasarana dan sedikitnya dukungan dari keluarga, tetangga dan petugas kesehatan merupakan faktor yang berkaitan dengan rendahnya perilaku berolahraga di daerah ini. Olahraga belum menjadi budaya di wilayah ini. Penelitian ini menyarankan adanya peningkatan pengetahuan, informasi, fasilitas dan dukungan sosial untuk meningkatkan perilaku berolahraga. Kata kunci : hipertensi, wanita, olahraga, pencegahan ABSTRACT Hypertension is one of the preventable non communicable diseases. The prevalence is also currently increasing, including that in the region of RW 8 Pancoran Mas, Depok. The cases of hypertension in women are increasing every month and happening in their productive ages. The prevalence of hypertension in Depok City is 22.6%. One of the hypertension preventive measures such as exercise for the elderly has been done by Posbindu, but the cases of hypertension increase continuously. A qualitative study is needed to determine the hindering factors. The purpose of this study was to assess exercise behaviour of women in preventing hypertension. This study used Rapid Assessment Procedures`s approach. The results of this study indicate that only a few informan who take exercises to prevent neighbors and volunteers are associated factors for the lack of exercise behaviour. Exercises have not become a culture in this region. The study suggests enhancement of knowledge, information, facilities and social support to improve exercise behaviour. Keywords: Hypertension, Women, Exercise, Prevention Vol. 1 No. 2 : 109-119

description

qq

Transcript of 1

  • Arc. Com. Health Desember 2012ISSN: 9772302139009

    109

    PERILAKU BEROLAHRAGA DALAM UPAYA PENCEGAHANHIPERTENSI PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI PANCORAN MAS,

    DEPOK, JAWA BARATDesak Putu Yuli Kurniati, Giri Inayah, Karina Samaria

    PS.IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana (Hp. +6283119362444, [email protected]) ; Pusat Komunikasi Publik Kementrian Kesehatan RI (+628159927850, [email protected]);Rural Health Community Development, RSU Bethesda Serukam, Singkawang, Kalimantan Barat

    (+6285780944853), [email protected])

    ABSTRAK

    Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang dapat dicegah. Prevalensinya saatini semakin meningkat, begitu juga di wilayah RW 8 Pancoran Mas, Depok. Kasus hipertensipada wanita meningkat setiap bulannya dan mulai banyak terjadi pada usia produktif. Prevalenhipertensi di Kota Depok sebesar 22,6%. Salah satu upaya untuk mencegah hipertensi yaituolahraga, yang selama ini sudah dilakukan pada usia lanjut oleh Posbindu, namun kasushipertensinya terus meningkat. Sebuah studi kualitatif diperlukan untuk mengetahui faktor apayang mendasari kondisi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalamperilaku berolahraga pada wanita dalam mencegah hipertensi. Penelitian ini menggunakanpendekatan Rapid Assesment Procedure.Hasil studi mendapatkan bahwa hanya sedikit informan yang melakukan olahraga dalammencegah hipertensi. Pengetahuan yang kurang; kurangnya informasi, sarana prasarana dansedikitnya dukungan dari keluarga, tetangga dan petugas kesehatan merupakan faktor yangberkaitan dengan rendahnya perilaku berolahraga di daerah ini. Olahraga belum menjadi budayadi wilayah ini.Penelitian ini menyarankan adanya peningkatan pengetahuan, informasi, fasilitas dan dukungansosial untuk meningkatkan perilaku berolahraga.

    Kata kunci : hipertensi, wanita, olahraga, pencegahan

    ABSTRACT

    Hypertension is one of the preventable non communicable diseases. The prevalence is alsocurrently increasing, including that in the region of RW 8 Pancoran Mas, Depok. The cases ofhypertension in women are increasing every month and happening in their productive ages. Theprevalence of hypertension in Depok City is 22.6%. One of the hypertension preventive measuressuch as exercise for the elderly has been done by Posbindu, but the cases of hypertension increasecontinuously. A qualitative study is needed to determine the hindering factors. The purpose ofthis study was to assess exercise behaviour of women in preventing hypertension. This studyused Rapid Assessment Procedures`s approach.The results of this study indicate that only a few informan who take exercises to prevent

    neighbors and volunteers are associated factors for the lack of exercise behaviour. Exercises havenot become a culture in this region.The study suggests enhancement of knowledge, information, facilities and social support toimprove exercise behaviour.

    Keywords:Hypertension, Women, Exercise, Prevention

    Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • 110

    PENDAHULUAN

    Menurut WHO (2010), Penyakittidak menular menjadipenyebab 63% kematian terbesar di regionalWHO. Pada regional Asia Tenggara, 55%kematian pada tahun 2008 diakibatkan olehpenyakit tidak menular, dimana 25%-nyadisebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.Kematian inipun terjadi pada usia yanglebih muda dibandingkan dengan wilayahlainnya seluruh dunia (WHO, 2011).Indonesia yang sejak tahun 2001 sampai2007 juga mengalami hal serupa, dimanakasus penyakit tidak menular mengalamipeningkatan dari 49,9% menjadi 59,5%(Riskesdas, 2007).Penyakit kardiovaskuleryang menjadi penyebab terbanyak adalahstroke (15,4%) dan disusul hipertensi (6,8%)(Riskesdas, 2007).

    Hipertensi merupakan salah satupenyakit tidak menular dengan prevalensiyang terus meningkat termasuk diIndonesia. Hasil SKRT tahun 1992, 1995,dan 2001, hipertensi selalu medudukiperingkat pertama dengan prevalensi yangterus meningkat yaitu 16,0%; 18,9%; dan26,4% (Simposia, 2007). Saat ini prevalensihipertensi di Indonesia menunjukkanangka 31,7% dari total penduduk dewasa,dan merupakan angka tertinggi dibandingpenyebab penyakit tidak menular lainnya(Riskesdas, 2007).

    Hipertensi merupakan masalahkesehatan masyarakat yang sebenarnyadapat dicegah dengan modi kasi gayahidup, namun tidak cukup banyak orangmengetahui akan hal ini. Berbagai penelitianmemaparkan beberapa faktor risikohipertensi diantaranya umur, jenis kelamin,ras, obesitas, riwayat hipertensi di keluarga,stress psikologis, kolesterol darah yangtinggi, perilaku merokok aktivitas sik yangkurang (sedentary lifestyle), pola makan siapsaji (tinggi lemak, protein, garam namun

    rendah serat), dan konsumsi kopi lebih dari4 gelas sehari (Andryani 2009).

    Upaya pencegahan hipertensi melaluimengatur jenis makanan merupakan hal yangutama, namun aktivitas sikpun berperanbesar dalam mencegah hipertensi. Sebuahstudi metaanalisis telah menunjukkan bahwaaktivitas sik efektif dalam menurunkantekanan darah pada individu dengan beratbadan normal dan kelebihan berat badandan pada mereka yang pre-hipertensi danhipertensi (Mengel & Schwiebert, 2000)

    Depok adalah salah satu wilayah diIndonesia yang prevalensi hipertensinyasebesar 22,6% (Riskesdas, 2007). Sebuahpenelitian menemukan bahwa kelompokpenderita hipertensi mulai banyak terjadipada usia 20-60 tahun (usia produktif) sebesar35,6% (Nurmalasari, 2008). Kelompok yanglebih banyak menderita hipertensi adalahwanita (57,4%) (Hasurungan, 2002). Padasebuah lingkungan di RW 8, KelurahanPancoran Mas, Depok, wanita-wanitausia produktif juga banyak mengalami.Kunjungan warga dengan hipertensipada posyandu lansia di wilayah initerus meningkat tiap bulannya. Dari dataPosbindu Anggrek bulan November 2011,jumlah kasus terbanyak adalah hipertensi(29 orang), disusul dengan diabetes (15orang), dan gangguan persendian (5 orang).Kasus hipertensi terbanyak pada wanita (17orang), dengan rantang umur bervariasimulai dari 30-60 tahun (usia produktif).Upaya pencegahan seperti olahraga danpenyuluhan pernah dilakukan di PosbinduAnggrek ini, namun tetap saja kasushipertensinya bertambah.

    Berdasarkan kondisi tersebut diatas,perlu adanya suatu studi kualitatif untukmendapatkan informasi secara mendalammengenai perilaku berolahraga pada wanitausia produktif di wilayah ini dalam upayapencegahan hipertensi.

    Tujuan dari penelitian ini adalah

    Yuli Kurniati, et al. Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • Arc. Com. Health Desember 2012ISSN: 9772302139009

    111

    untuk mengetahui gambaran perilakuberolahraga dalam pencegahan hipertensipada wanita usia produktif di lingkunganRW 8, Kelurahan Pancoran Mas, Depokdalam pencegahan hipertensi. Gambaranperilaku ini dikaji berdasarkan statushipertensi informan, tingkat pendidikandan pekerjaannya. Beberapa faktor yangingin dilihat keterkaitannya diantaranyapengetahuan, sumber informasi,ketersediaan sarana dan prasarana olahragaserta dukungan dari keluarga, tetangga dankader.

    METODE

    Penelitian ini menggunakan rancangankualitatif, Rapid Assessment Procedures.Sumber data diperoleh dari wanita yangberusia 25-60 tahun dengan riwayathipertensi (8 orang) dan tidak hipertensi(8 orang). Informasi dikaji berdasarkantingkat pendidikan dan pekerjaan informan.Informan kunci adalah 1 orang petugaspuskesmas Depok dan 2 orang kaderposyandu lansia. Pemilihan informandilakukan secara purposive sampling, denganmelihat status hipertensi, tingkat pendidikandan pekerjaan informan. Pengumpulandata dilakukan pada bulan Desember2011 oleh mahasiswa S2 FKM UI. Metodepengumpulan data dilakukan denganWawancara Mendalam menggunakanpedoman wawancara semi-terstruktur.Informasi dianalisis menggunakan analisistematik. Uji validitas untuk penelitian ini

    dilakukan dengan teknik triangulasi sumber,triangulasi data dan triangulasi metode.

    HASIL

    Karakteristik InformanRentang umur informan, baik yang

    hipertensi maupun yang tidak hipertensiberkisar antara 29 60 tahun. Sebagianbesar dari informan hipertensi berumurdiatas 40 tahun, hanya sebagian kecilberumur dibawah 40 tahun (Tabel 1). Padapenelitian ini, informan yang mengenyampendidikan minimal SMU atau sederajatdalam penelitian ini digolongkan tingkatpendidikannya tinggi. Sebaliknya informanyang tidak sekolah sekolah minimal tamatSMP atau sederajat digolongkan dalaminforman berpendidikan rendah. Sebagianbesar informan pernah mengenyampendidikan baik itu dari tingkat sekolahdasar hingga perguruan tinggi. Hanyasebagian kecil saja informan yang samasekali tidak pernah mengenyam pendidikan.Pekerjaan informan dalam penelitian iniberaneka ragam, mulai dari guru, buruh cucidan pedagang. Sebagian informan bekerjadan sebagiannya lagi tidak bekerja.

    Pada kelompok hipertensi, rentangwaktu informan menderita sakit tekanandarah tinggi berkisar antara 3 bulan sampai7 tahun. Sebagian besar sudah menderitahipertensi lebih dari 1 tahun, dan hanyasebagian kecil saja yang baru mengalamihipertensi dalam kurun waktu kurangdari setahun. Sebagian besar informan

    Tabel 1. Karakteristik InformanKarakteristik Informan Status HipertensiHipertensi Tidak HipertensiUmur 33, 42, 43, 55, 57, 58, 60, 60 29, 31, 35, 40, 41, 43, 55, 60Pendidikan Tidak sekolah (1); SD (2); SMP (1);SMEA/SMA (3); S1 (1)

    Tidak sekolah (1); SD (2); SMP (1);SMA (3); S1 (1)

    Pekerjaan Tidak bekerja (4); guru (2); pedagangkue (1); buruh cuci (1)Tidak bekerja (4); buruh cuci (3);guru (1)

    Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • 112

    dengan hipertensi didiagnosis di pelayanankesehatan (dokter praktik swasta, puskesmasdan yayasan jantung sehat). Hanya sebagiankecil saja yang menyimpulkan sendiridirinya sakit darah tinggi (hipertensi) karenakeluhan yang dirasakannya serta keyakinanakan adanya faktor riwayat penyakitdarah tinggi di keluarganya, seperti yangdiungkapkan sebagai berikut: Saya menyimpulkan sendiri. Saya suka

    pusing, kalau iseng ke rumah sakit dan ditensi pasti tinggi. Kan, keluarga saya jugaudah hipertensi (Y, HT, S1).

    Perilaku Pencegahan Hipertensi MelaluiOlahraga

    Perilaku olahraga antara informanhipertensi dan tidak hipertensi menunjukkangambaran yang tidak jauh berbeda. Sebagianbesar informan mengaku jarang danbahkan tidah pernah berolahraga. Beberapadiantaranya mengatakan dulu sering

    olahraga namun saat ini tidak lagi karenabeberapa alasan tertentu (bekerja dan punyabayi). saya jarang olahraga. Terakhir waktu

    sekolah dulu he he he. Tadinya sih sayaolahraga seminggu sekali senam jantungdi dekat sini. Tapi sejak setahun ini udahjarang senamnya. Apalagi saya sekarangjualan kue. Olahraga bikin kita jadi sehatsih. Pusing-pusing berkurang. Tapi ya itusudah ga sempat. Pagi sore mesti nyiapindagangan. Paling bolak-balik dari rumah kewarung aja. Kan sama ya dengan olahragaha ha ha(Y, HT, SMP, pedagang)

    Hanya sebagian kecil yang menyatakanrutin berolahraga dan itupun setelahterdiganosis hipertensi. Setelah dibilang darah tinggi, tiap sabtu

    pagi saya sering di sekolah ikutan senam(F, HT, SMA, guru)

    Bagan 1. Alasan Informan Hipertensi dan Tidak Hipertensi Tidak Berolahraga

    Yuli Kurniati, et al. Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • Arc. Com. Health Desember 2012ISSN: 9772302139009

    113

    Hanya sebagian kecil pula informankelompok tidak hipertensi yang berolahragasecara teratur. Saya ikut senam diluar sini. Di lapangan

    manggis Depok 1. Tiap senin dan rabu.Rutin jam 5-7 sore. Saya ikut senamnyadisituaja. Kalo disini (posbindu rw 8)senamnnya vakum selama setahun. Jadisaya ngikut diluar aja untuk senamnya(Eti, Non HT, SD)

    Beberapa alasan mereka tidak olahragadiantaranya dapat dilihat pada bagan diatas:

    Sebagian besar informan (kelompokhipertensi maupun tidak hipertensi)mengatakan mereka tidak sempat untukberolahraga karena tidak sempat, baik itukarena sibuk bekerja ataupun sibuk denganurusan rumah tangga, menjaga anak ataucucu. Kalau sekarang saya tidak pernah

    berolahraga lagi sejak punya bayi. Habisanak-anak tidak ada yang menjaga.Paling hanya jalan pada saat belanjasaja. Sebenarnya olahraga baik untukkesehatan. Bisa melancarakan peredarandarah. Mencegah penyakit darah tinggi.Tapi sekarang saya tidak punya waktu.Tidak sempat lagi ha ha ha. (N, non HT,S1, tidak bekerja)

    Sebagian kecil dari mereka beralasantidak olahraga karena memang tidak adakebiasaan olahraga di keluarga. Dalam keluarga saya ga ada yang

    berolahraga (K, HT, tidak sekolah,tidak bekerja).

    Tidak ada tempat olahraga danolahraga rutin dalam posbindu sudah tidakaktif lagi juga menjadi alasan mereka. Dulu olahraga sekarang tidak lagi. Udah

    ga ada tempat olahraga disini. Ya di rumahaja gerak-gerakin tangan dan kaki gitu he

    he. (A, HT, SD, tidak bekerja).

    Berdasarkan hasil observasi partisipasidi Posbindu Anggrek, kegiatan disanajuga hanya berupa cek tekanan darah,pemberian vitamin ataupun obat, dan pijatuntuk memperlancar aliran darah. Tidakada kegiatan olahraga. Padahal sebelumnyakegiatan olahraga rutin dilakukan. Olahraga di posbindu sudah ga aktif lagi

    mbak sejak tahun 2010, ganti pengurusprogramnya juga jadi ganti ha ha hasaya mah ngikut aja mbk (A, kader)

    Kegiatan posbindu masih lebihbanyak ke pengobatan (kuratif) dan deteksidini hipertensi (cek tekanan darah), jikadibandingkan dengan upaya pencegahan(preventif) dan edukatif. Beberapapernyataan informan dan informan kunciyang juga mendukung diantaranya: Di posbindu kan ga ada olahraganya

    sekarang, paling Cuma periksa darahhabis itu dikasi obat. Gitu aja. (Y, HT,S1, Guru)

    Pengetahuan Informan MengenaiPenyebab dan Pencegahan Hipertensi

    Beberapa penyebab hipertensi yanginforman ketahui diantaranya kurangistirahat atau tidur, riwayat darah tinggidi keluarga, kebanyakan pikiran (stress),banyak makan daging kambing, makanyang tidak teratur, makan emping, makanikan asin, makanan berlemak dan bersantan.Pengetahuan mereka mengenai penyebabhipertensi sebagian besar hanya sebataspada faktor psikis. Ya, kalo lagi ada masalah ya efeknya

    kepikiran. Langsung pusing. Kalaumakanan tidak begitu menyebabkanpusing. Ketahuan dah kalo pusing gitupasti ada masalah. Kayaknya memangfactor banyak pikiran. Anak ibu yanglaki-laki meninggal. Mulai dari situ kena

    Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • 114

    darah tinggi. Kepikiran dan keinget terus(T, HT, SMEA)

    Pernyataan faktor psikis sebagaipenyebab hipertensi yang utama, didukungpula oleh pernyataan dari informan kunci. iya, disini banyak yang kena darah tinggi,

    sebagian besar itu yang kena janda-janda.Mungkin karena ditinggal suaminyamakanya mereka stress dan akhirnya kenasakit darah tinggi(A, kader)

    Sebagian kecil informan ada jugayang tidak mengetahui penyebab daripenyakit hipertensi. Informan hipertensisebagian besar lebih banyak mengetahuijenis faktor penyebab dari penyakit darahtinggi dibandingkan dengan informantidak hipertensi. Informan berpendidikantinggi mengetahui lebih banyakpenyebab hipertensi dibanding informanberpendidikan rendah. Hanya sebagian kecilkelompok hipertensi dengan pendidikantinggi yang mengetahui faktor genetik jugaberperan dalam hipertensi. Informan yangbekerja mengetahui lebih banyak penyebabhipertensi dibanding yang tidak bekerja.

    Jawaban informan baik kelompokhipertensi dan tidak hipertensi cukupberagam mengenai upaya pencegahanhipertensi, mulai dari mengurangi komsumsigaram dan makanan yang asin; menghindarimakanan berkolesterol (daging berlemak);meminum rebusan daun salam; tidak makandaging kambing; memperbanyak makanubi-ubian, sayuran, serta buah; mengurangimakan mie; mengurangi pikiran yang berat-berat; tidak marah-marah; menghindaristress; minum Cloro l K-link; Minum OmegaSquare; dan minum obat dari dokter.

    Informan kelompok hipertensi padasaat penelitian lebih banyak mengetahuiupaya pencegahan primer dan sekunderuntuk hipertensi daripada kelompoktidak hipertensi yang hanya memaparkan

    cara pencegahan primer. Informanberpendidikan tinggi lebih banyakmengetahui upaya pencegahan hipertensidibandingkan informan berpendidikanrendah. Kelompok informan yang bekerjamengetahui lebih beragam upaya pencegahandibandingkan dengan kelompok informanyang tidak bekerja, baik itu pencegahanprimer dan pencegahan sekunder.Pengetahuan pencegahan pada kelompokinforman bekerja lebih banyak pada upayamengatur pola makan, manajemen stress,olahraga dan pengobatan dengan alternatifataupun herbal. Pengetahuan pencegahanpada kelompok informan tidak bekerja,seputar pada mengatur pola makan danmengurangi stress saja. Saya minum Cloro l K-Link, Omega

    Square dan olah raga senam sabtu pagi.(F, HT, guru agama)

    Menghindari makanan yang mengandungkolesterol seperti yang mengandungsantan, gorengan, ya mengurangi pikiranyang berat-berat yang bikin stres... (N,non HT, tidak bekerja)

    Ketersediaan Sarana dan PrasaranaOlahraga

    Beberapa bentuk kegiatan di Posbindudalam upaya pencegahan hipertensidirasakan masih kurang. Setahun terakhirini penyuluhan kurang banyak diadakan,olah raga tidak pernah dilakukan. Di Posbindu kan ngga ada olah raganya,

    . Kalau penyuluhan di Posbindu Kayaknyabelum pernah ada penyuluhan, oyapernah cuma sekali waktu itu yang ngasianak-anak mahasiswa juga, bukan orangPuskesmasnya. (S, HT, SMP)

    Kegiatan di Posbindu sebagian besarberupa kegiatan pengobatan dan deteksidini penyakit. Kegiatan yang dilakukanberupa cek tekanan darah, pemeriksaan

    Yuli Kurniati, et al. Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • Arc. Com. Health Desember 2012ISSN: 9772302139009

    115

    gula darah, asam urat. ------ Tensi sama dikasi obat aja----

    Kadang pemeriksaan gula darah, asamurat,---------(T, HT, SMEA)

    Selama ini di posbindu sini kegiatannyaCuma berobat-berobat gitu aja---------(Eti,NHT, SD)

    Dari pihak penyelenggara pelayanankesehatan di posbindu, mereka jugamenyediakan alat untuk cek tekanan darahdan program olahraga bersama, yang dalamsatu tahun terakhir kurang aktif kegiatannya.Peralatan yang disediakan berupa peralatandeteksi dini dan kuratif, dan bukan dalambentuk materi edukatif.

    Ketersedian Informasi

    Sumber informasi mengenai penyakitdarah tinggi, baik pada kelompok informanhipertensi dan tidak hipertensi sangatberagam mulai dari tetangga, teman mengaji,dokter, Posbindu. Puskesmas, MahasiswaUI, Keluarga, yayasan kesehatan, sampaimarketing obat herbal. Hanya sebagian kecilyang menyatakan tidak pernah mendengarinformasi: dari temen ngaji, dari Posbindu, juga.

    Dulu pernah ada anak UI penyuluhandisini tentang darah tinggi. dua taunanlalu. Tentang darah tinggi dan carananganinya (A, HT, SD)

    Saya tidak pernah denger. Dulu waktusempat diukur tangannya . Dibilang ibudarahnya normal. Emang darah tinggiketahuan dari situ ya bu?... (U, NonHT, SD)

    Sebagian kelompok hipertensi dantidak hipertensi dengan pendidikan rendahsumber informasinya hampir sama yaitudari tetangga, teman mengaji, dokter,

    posbindu, puskesmas dan mahasiswa UI.Sedikit berbeda dengan kelompok hipertensiberpendidikan tinggi. Sumber informasimereka lebih beragam bila dibandingkankelompok tidak hipertensi denganpendidikan tinggi, yaitu dari tetangga,keluarga yang juga darah tinggi, Lea etDepkes, dokter, Yayasan jantung kanker,tempat senam dan marketing cloro l (obatherbal). Begitu juga dengan mereka yangbekerja, sumber informasi hipertensi lebihberagam dari kelompok yang tidak bekerja.Petugas puskesmas yang menyelenggarakanPosbindu juga mengatakan bahwa sumberinformasi terbanyak mengenai penyakitdarah tinggi didapat dari posbindu,puskesmas dan tetangga. ...Dari posyandu, dari puskesmas, dari

    temen-temen, dari mulut ke mulut. kitaada penyuluhan ke kader, dan kadernyaemang aktif. Mereka mengembangkanbagaimanan posyandu lansia ini bisamandiri pasiennya. Darimana kadernya?Ya dari kita-kita. Setiap bulan kita rutinmemberikan penyuluhan dan topiknyaberbeda-beda (D, petugas puskesmas)

    Pernyataan dari petugas puskesmasdan informan agak kurang sesuai.Beberapa informan ada yang menyatakanjarang dilakukan penyuluhan, sedangkanpetugas puskesmas menyatakan tiap bulandilakukan penyuluhan. Berdasarkan hasilobservasi dilapangan, penyuluhan denganmengumpulkan masyarakat memang tidakdilakukan pada saat itu begitu juga dengankegiatan olahraga juga tidak dilakukan.Pemberian informasi hanya dilakukan orangper orang tergantung kasus dari pasienmasing-masing.

    Apabila dari jenis informasi yangdiberikan, sebagian besar nasihat untukpencegahan berupa pengaturan ataularangan terhadap beberapa jenis makanansaja.

    Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • 116

    Kan dari perusahaan suami ada dokterperusahaannya. Kadang saya suka Tanya-tanya. Saya kan agak gendut gitu. Kalomenurut dokternya biar tidak kena darahtinggi disuruh jaga pola makan, makansayur, buah dan hindari gorengan sertamie (Sri, Non HT)

    Dukungan Peer Group dan Kader

    Beberapa bentuk dukungan daripara tetangga dalam mencegah hipertensiberupa, menjenguk kalau ada yang sedangkumat sakitnya; memberikan info obat-obat tradisional yang dapat dipakai untukmenurunkan tekanan darah (belimbing,daun salam), tentang obat alternatif danherbal; memberi info tentang gejala sakit;dan mengajak olahraga. biasanya dijengukin kalo sakit mah.

    dikasi tau tambahan obat apa yang mestidiminum. Kadang disuruh rebus daunbelimbing biar turun darah tingginya.. (M, HT, SD)

    tetangga suka ngajakin olahraga duludi masjid. Olahraga untuk stroke. Tapisekarang sudah berhenti arena pelatihnyamelahirkan (T, HT, SMA)

    Menurut informasi dari kader, bentukdukungan para tetangga dalam mencegahpenyakit darah tinggi berupa menjengukdan memberitahu apa yang mereka ketahuimengenai suatu penyakit. disini biasanya kalo ada yang sakit pasti

    dijengukin sama tetangganya. Kadang-kadang mereka juga ngobrol kesehatandi pengajian atau pas ngerumpi gitu, paskumpul-kumpul mereka (A, Kader)

    PEMBAHASAN

    Perilaku pencegahan hipertensimelalui aktivitas sik (olah raga) padasebagaian besar informan masih sangatkurang. Banyak hal yang mendasari merekatidak berolahraga, mulai dari sibuk bekerja,mengurus rumah tangga ataupun keluarga,tidak terbiasa olahraga dalam keluarganya,tidak ada tempat untuk olahraga daninstruktur olahraganya sudah berhenti.Tampak pula bahwa tidak banyak perbedaanantara status hipertensi, tingkat pendidikandan pekerjaan dalam kegiatan olahraga.Sebagian besar dari mereka jarang ataubahkan tidak pernah berolahraga. Tentunyabanyak hal yang mendasari perilaku merekaini.

    Perilaku seseorang menurut LawrenceGreen (1980), dipengaruhi oleh 3 faktorutama yang dirangkum dalam PRECEDEMODEL (1990) (Soekidjo, 2010). Model inimenyebutkan bahwa perilaku seseorang ataumasyarakat tentang kesehatan ditentukanoleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,tradisi dan sebagainya dari orang ataumasyarakat yang bersangkutan . Disampingitu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilakupara petugas kesehatan terhadap kesehatanserta peraturan juga akan mendukung ataumemperkuat terbentuknya perilaku.

    Pada penelitian ini tampak bahwapengetahuan, ketersedian sarana danprasarana olahraga, informasi sertadukungan dari peer group dan kadermenampakkan keterkaitan pula dalamupaya pencegahan hipertensi melaluiolahraga.

    Aspek pengetahuanFaktor Predisposisi (predisposing

    factors), merupakan faktor-faktor yangmempengaruhi atau mempredisposisiterjadinya perilaku seseorang, antara lainpengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

    Yuli Kurniati, et al. Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • Arc. Com. Health Desember 2012ISSN: 9772302139009

    117

    nilai-nilai, dan tradisi (Lawrence Green,1980 dalam Soekidjo, 2010).

    Pada penelitian ini, sebagian besarkelompok hipertensi maupun tidakhipertensi, masih kurang pengetahuannyamengenai penyebab hipertensi dan jugapencegahan hipertensi. Pengetahuan merekatentang penyebab hipertensi masih terbatasseputar stres dan makanan saja, sehinggapencegahan yang mereka ketahuipun hanyaseputar menghindari makanan tertentu danrileks agar tidak stres. Padahal, beberapapenelitian sudah banyak yang memaparkanbahwa masih banyak foktor-faktor risiko yangmenyebabkan hipertensi seperti umur, jeniskelamin, ras, obesitas, riwayat hipertensi dikeluarga, stress psikologis, kolesterol darahyang tinggi, perilaku merokok, aktivitas sikyang kurang (sedentary lifestyle), pola makansiap saji (tinggi lemak, protein, dan garamnamun rendah serat), dan konsumsi kopilebih dari 4 gelas sehari (Andryani, 2009).

    Apabila dilihat dari tingkatpendidikan dan pekerjaan informan,memang menunjukkan sedikit perbedaanpengetahuan. Makin tinggi pendidikanmereka, maka pengetahuan merekapunlebih beragam mengenai penyebab danupaya pencegahan hipertensi. Sosialisasimereka dilingkungan kerja juga menambahpengetahuan akan penyebab dan upayapencegahan hipertensi. Namun walaupunpengetahuan informan yang berpendidikantinggi dan bekerja lebih banyak, tetapsaja aspek penyebab berupa kurangnyaaktivitas sik dan pengaruh asap rokoktetap belum banyak mereka ketahui. Begitujuga dengan upaya pencegahan, dimanaaspek berolahraga, menghindari asap rokokmasih belum banyak tersentuh oleh merekasebagai upaya pencegahan. Tampak pulabahwa informan yang hipertensi memilikipengetahuan yang lebih banyak mengenaihipertensi pada saat penelitian berlangsung.Kemungkinan keterpaparan akan informasi

    saat pengobatan memberikan kontribusidalam hal ini, namun menjadi keterbatasandalam penelitian ini karena tidakmenanyakan pengetahuan mereka sebelumsakit. Apakah mereka merasakan atau tidakadanya peningkatan pengetahuan belumdapat diketahui.

    Aspek sarana dan prasarana olah ragaFaktor Pemungkin (enabling

    factors), merupakan faktor-faktor yangmemungkinkan atau yang memfasilitasiperilaku atau tindakan, seperti sarana,prasarana dan fasilitas (Lawrence Green,1980 dalam Soekidjo, 2010) .

    Sebagian besar informanmemanfaatkan posbindu yang dekat danmurah sebagai akses pertama mereka dalamdeteksi penyakit hipertensi. Informan yangrutin mengakses sebagian besar informanyang mengalami sakit, dan tidak bekerja.Informan yang merasa dirinya sehat danbekerja jarang dan bahkan tidak pernahmengakses fasilitas ini. Pelayanan yang adadi posbindu untuk program pencegahanmasih sangat terbatas, hanya berupapemberian informasi orang perorang.Kegiatan olahraga bersama juga mulai tidakaktif sejak setahun belakangan. Kegiatanlebih banyak berupa deteksi dini penyakitdan pengobatan. Kondisi seperti iniakhirnya membuat perilaku pencegahan diwilayah sekitar terutama olah raga menjadikurang membudaya, padahal beberapainforman menyatakan kegiatan olahragayang sebelumnya ada memberikan manfaatbagi mereka.

    Aspek informasi kesehatanInformasi juga merupakan salah satu

    faktor pemungkin untuk terbentuknyaperilaku seseorang. Sebagian besar informanmenyatakan mendapatkan informasikesehatan khususnya penyakit darahtinggi dari tetangga dan posbindu. Hanya

    Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • 118

    sebagian kecil saja mendapatkan dari sumber sumber lainnya. Jenis informasi yangmereka dapatkan dalam upaya pencegahanlebih banyak yang bersifat menjaga jenismakanan. Sangat sedikit informasi yangmereka dapatkan perihal olahraga ataupunmenghindari asap rokok dalam upayamencegah hipertensi.

    Aspek dukungan keluarga, tetangga dankader

    Faktor Penguat (reinforcingfactors), merupakan faktor-faktor yangmendorong atau memperkuat terjadinyaperilaku, misalnya perilaku tokoh yangmenjadi panutan (Soekidjo, 2010). Aspekdukungan dari kader, keluarga ataupuntetangga merupakan faktor penguat untukmembentuk perilaku berolahraga.

    Sebagian besar informan hipertensimendapatkan dukungan dari keluargalebih banyak disbanding informan tidakhipertensi. Dukungannya beraneka ragam.Secara umum bentuk dukungan keluargaberkisar pada pencegahan sekunder setelahsakit. Untuk pencegahan primer sebelumsakit masih tampak kurang, seperti misalnyakebiasaan berolahraga dalam keluarga danmerokok

    Tetangga dalam lingkungan ini lebihbanyak berperan dalam memberi dukunganberupa nasihat dalam menjaga polamakan dan mengajak olahraga. Kondisiseperti ini sebenarnya dapat dimanfaatkanuntuk memberdayakan mereka dalammemberikan informasi kepada sesamadengan meningkatkan pengetahuanmereka tentang hipertensi secara lengkap.Hubungan antar teman sebaya (tetangga)dalam memberikan informasi cenderunglebih mudah dipahami oleh yang lainnya.Dengan infromasi yang lengkap mengenaiupaya pencegahan hipertensi tentunya ibu-ibu diwilayah ini akan lebih tahu cara yangdapat dilakukan untuk mencegah.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Perilaku informan dalam berolahragauntuk mencegah hipertensi pada wanitadi RW 8. Pancoran Mas, berkaitan denganpengetahuan, ketersediaan sarana danprasaran, sumber informasi dan dukungandari keluarga, tetangga dan kader.

    Pengetahuan seseorang tentangpencegahan hipertensi berkaitan denganinformasi yang mereka dapatkan baik dariorang lain, teman sebaya ataupun keluarga.Pengetahuan yang kurang mengenaiolahraga sebagai upaya pencegahanhipertensi, ditambah pula dengan tidakadanya sarana prasarana, serta kurang adadukungan keluarga, kader ataupun tetanggamembuat aktivitas olahraga di wilayah inijuga semakin menurun bahkan tidak ada.

    Saran yang diberikan sebagai hasildalam penelitian ini adalah :1. Perlu adanya peningkatan

    pengetahuan pada ibu-ibu diwilayahmelalui pemberian informasi yanglebih lengkap mengenai penyebab danupaya pencegahan hipertensi.

    2. Menggalakkan kembali kegiatanolahraga dan penyuluhan kesehatandi lingkungan Posbindu Anggrek.

    3. Memberdayakan kelompokmasyarakat (kader/tetangga) sebagaisumber informasi yang efektif karenasebagian besar dari mereka mendapatinformasi kesehatan dari tetangga.

    DAFTAR PUSTAKA

    Andryani, H. (2009). Prevalensi dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan KejadianHipertensi di Propinsi Kepulauan BangkaBelitung Tahun 2007. FKM UI, Depok.

    Atang. (1997). Beberapa Faktor yangBerhubungan dengan Hipertensi padaKelompok Usila di Indonesia: Analisa

    Yuli Kurniati, et al. Vol. 1 No. 2 : 109-119

  • Arc. Com. Health Desember 2012ISSN: 9772302139009

    119

    Data SKRT 1995. Skripsi FKM-UI,Depok.

    Hasurungan, J.S. (2002). Faktor-faktor yangBerhubungan dengan Hipertensi padaLansia di Kota Depok Tahun 2002.Available: /(Accessed: 8 November 2011).

    Hikmah, Y. (2001). Hubungan FaktorDemogra dan Medis dengan KejadianHipertensi pada Kelompok Lansia di KotaDepok 2000-2001. Skripsi FKM-UI,Depok.

    Kementrian Kesehatan RI. 2007, LaporanRiset Kesehatan Dasar Nasional 2007.Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan, Jakarta.

    Mengel, M.B. & Schwiebert, L.P. (2005)Family Medicine Ambulatory Care andPrevention 4th edition, McGraw-Hilll,Singapore.

    Nurmalasari. (2008). Hubungan TingkatPengetahuan pasien dengan PencegahanKekambuhan Hipertensi di Grogol, Depok.Universitas Pembangunan Nasional

    Soekidjo, N. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta, Jakarta.

    U.S. Departement of Health and HumanServices. (2005). Theory at a Glance, AGuide for Health Promotion Practice.National Institutes of Health, AmerikaSerikat.

    WHO. (2010). WHO Global Status Reporton Noncommunicable Diseases 2010.Available:ghodata/ (Accessed: 8 November2011)

    WHO. (2011). WHO Global HealthObservatory 2011. Available:apps.who.int/ghodata/ (Accessed: 8November 2011).

    Vol. 1 No. 2 : 109-119