1

20
1. pendahuluan 2. otot rangka Otot rangka, yang biasanya juga disebut otot bergaris atau otot lurik, adalah organ somatik oleh karena inervasinya dilakukan oleh saraf motorik somatik tipe Aα. Fungsi utama otot rangka adalah berkontraksi dalam rangka menggerakkan anggota tubuh, memberi bentuk tubuh serta melindungi organ yang lebih dalam. Otot rangka tersusun oleh kumpulan serabut otot bergaris ( muscle fiber ) dan mempunyai banyak inti yang terletak di tepi. Dinding atau membran sel disebut sarkolemma mempunyai kemampuan menghantarkan impuls ( potensial aksi ) kesemua arah temasuk melanjutkan penghantaran sepanjang dinding tubulus transversalis ( transvere tubule / Ttub ). Sitoplasma serabut otot atau sarkoplasma mengandung struktur kontraktil (suatu cytoskeleton) yang berperanan terhadap fungsi utama otot rangka yaitu fungsi kontraksi. Jumlah massa otot mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Otot rangka/skelet tersusun oleh sekumpulan serabut otot bergaris (muscle fibers : skeletal myocyte) yang merupakan sel fungsional untuk berkontraksi. Panjang : 1 – 40 mm, Ø : 10 – 80 μm, multinucleated : 100 inti. Selain itu diantara muscle fibers terdapat muscle spindle yang berfungsi sebagai reseptor regang, ikut mengendalikan tones otot serta memperhalus kontraksi otot. Muscle fibers dilayani oleh saraf motorik Aα yang berasal dari motorneuron medulla spinalis maupun brain stem (batang otak), muscle spindle dilayani oleh saraf motorik Aγ. Fungsi utama otot rangka adalah kontraksi, sehingga terjadi perubahan posisi atau gerakan kerangka satu terhadap yang lainnya atau disebut gerakan anggota tubuh (motor movement). Agar otot rangka dapat berkontraksi, diperlukan pelayanan/inervasi sistem saraf motorik somatik. a. anatomi Dalam tubuh manusia terdapat lebih dari 500 otot skeletal dan merupakan otot yang membentuk 40% tubuh. Otot ini terdiri dari serabut otot (muscle fiber) yang berdiameter sekitar 10-80 mikron dan panjang meliputi hampir seluruh panjang otot (berkisar sampai beberapa puluh centimeter). Hampir seluruh otot rangka berawal

description

dhgdhg

Transcript of 1

1. pendahuluan2. otot rangka

Otot rangka, yang biasanya juga disebut otot bergaris atau otot lurik, adalah organ somatik oleh karena inervasinya dilakukan oleh saraf motorik somatik tipe A. Fungsi utama otot rangka adalah berkontraksi dalam rangka menggerakkan anggota tubuh, memberi bentuk tubuh serta melindungi organ yang lebih dalam. Otot rangka tersusun oleh kumpulan serabut otot bergaris ( muscle fiber ) dan mempunyai banyak inti yang terletak di tepi. Dinding atau membran sel disebut sarkolemma mempunyai kemampuan menghantarkan impuls ( potensial aksi ) kesemua arah temasuk melanjutkan penghantaran sepanjang dinding tubulus transversalis ( transvere tubule / Ttub ). Sitoplasma serabut otot atau sarkoplasma mengandung struktur kontraktil (suatu cytoskeleton) yang berperanan terhadap fungsi utama otot rangka yaitu fungsi kontraksi. Jumlah massa otot mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Otot rangka/skelet tersusun oleh sekumpulan serabut otot bergaris (muscle fibers : skeletal myocyte) yang merupakan sel fungsional untuk berkontraksi. Panjang : 1 40 mm, : 10 80 m, multinucleated : 100 inti. Selain itu diantara muscle fibers terdapat muscle spindle yang berfungsi sebagai reseptor regang, ikut mengendalikan tones otot serta memperhalus kontraksi otot. Muscle fibers dilayani oleh saraf motorik A yang berasal dari motorneuron medulla spinalis maupun brain stem (batang otak), muscle spindle dilayani oleh saraf motorik A. Fungsi utama otot rangka adalah kontraksi, sehingga terjadi perubahan posisi atau gerakan kerangka satu terhadap yang lainnya atau disebut gerakan anggota tubuh (motor movement). Agar otot rangka dapat berkontraksi, diperlukan pelayanan/inervasi sistem saraf motorik somatik.a. anatomiDalam tubuh manusia terdapat lebih dari 500 otot skeletal dan merupakan otot yangmembentuk 40% tubuh. Otot ini terdiri dari serabut otot (muscle fiber) yang berdiameter sekitar 10-80 mikron dan panjang meliputi hampir seluruh panjang otot (berkisar sampai beberapa puluh centimeter). Hampir seluruh otot rangka berawal dan berakhir pada tendo . Setiap serabut otot diliputi oleh membran sel yang dinamakan sarcolemma dan tersusun dari myofibril yang terbagi dalam beberapa filamen serat.Sedangkan filamen-filamen tersebut terbentuk dari protein-protein kontraktil yaitu: miosin(berat molekul 460.000), aktin (berat molekul 43.000), tropomyosin (berat molekul 70.000),troponin (berat molekul antara 18.000-35.000 dan terdiri dari troponin I, troponin T, troponin C).Filamen-filamen yang tersusun dari protein kontraktil dibagi dalam dua jenis yaitu; filamen tipisdan filamen tebal. Filamen-filamen tipis tersusun dari aktin, tropomyosin, dan troponin.Sedangkan filamen tebal tersusun dari miosin dengan diameter kurang lebih dua kali diameterfilamen tipis.Pada Filamen tebal, jenis miosin yang terdapat dalam otot adalah bentuk miosin II dengan duakepala berbentuk globular dan ekor yang panjang. Kepala dan leher molekul-molekul miosinmembentuk ikatan silang (cross-link) dengan aktin. Miosin mempunyai rantai tebal dan rantaitipis, dan kepalanya tersusun dari rantai-rantai tipis dan bagian-bagian ujung rantai tebal yangberupa gugus amino. Kepala miosin mempunyai bagian yang berikatan dengan aktin (actinbinding site) dan bagian yang bersifat katalitik yang dapat menghidrolisis ATP.Filamen tipis merupakan polimer yang terdiri dari dua rantai aktin yang membentuk double helixyang panjang. Molekul-molekul tropomyosin merupakan filamen-filamen panjang yang terletakdi sepanjang alur diantara dua rantai aktin. Tiap filamen tipis mengandung 300-400 molekulaktin dan 40-60 molekul tropomyosin. Molekul troponin merupakan unit-unit bulat kecil denganjarak tertentu di sepanjang molekul tropomyosin. Troponin T mengikat komponen lain troponinpada tropomyosin. Troponin I menghalangi interaksi miosin dan aktin, dan troponin Cmengandung tempat pengikatan Ca2+ yang akan memicu kontraksi.Setiap filamen tersusun berselang-seling antara aktin dan miosin serta sejajar antara masingmasingjenis filamen. Karena letaknya yang sejajar tersebut serta pembiasannya terhadapcahaya yang tidak sama, maka kelihatan serabut otot ini terdiri dari bagian melintang (bands)yang disebut bagian I dan bagian A. Bagian I kelihatan lebih terang mengandung filamen aktindan bagian A yang terlihat lebih gelap mengandung filamen miosin serta sebagian dari filamenaktin yang letaknya bersisian dengan filamen miosin. Filamen-filamen ini lekat pada membranatau garis Z dan bagian antara dua membran Z ini disebut sarcomer.Jika serabut otot teregang normal, panjang sarcomer kira-kira 2 mikron dan dalam keadaan initerdapat filamen aktin dan miosin yang letaknya bersisian (overlap), sedangkan jika otot itudiregang ujung sesama filamen aktin menjauh dan timbullah daerah terang di tengah bagian A.Inilah yang disebut zone H. Dalam keadaan kontraksi zone H tidak akan terlihat, karenaperubahan panjang sarcomer berkisar 1,6 mikron sampai 2 mikron, dan dalam keadaan ini letakfilamen aktin dan miosin bersisian dan hal ini juga terjadi pada sesama filamen aktin. Di tengahdari zone H terdapat garis lintang yang disebut sebagai garis M. Garis M merupakan tempatpembalikan polaritas molekul miosin disetiap filamen tebal. Di tempat-tempat tersebutditemukan hubungan silang yang tipis yang menjaga keteraturan susunan filamen tebal.Myofibril berada dalam suatu lingkungan yang terdiri dari enzim protein dan mineral yang disebutsarcoplasma. Di dalam sarcoplasma terdapat suatu jaringan yang letaknya sejajar dengan fibrilberbentuk longitudinal yang disebut reticulum sarcoplasma, disamping itu terdapat pula tubulusyang letaknya tegak lurus terhadap serabut otot yang disebut tubulus transversal atau tubulusT. Reticulum sarcoplasma dan tubulus T (sistem T) ini membentuk suatu sistem yang disebutdengan sistem sarcotubuler.Sietem T tubulus transversal yang merupakan kelanjutan dari membran serat otot, membentuksuatu kisi yang ditembus oleh fibril-fibril otot. Reticulum sarcoplasma yang membentuk tiraitidak beraturan disekeliling tiap fibril, melebar di bagian ujungnya yang dinamakan sisternaterminal yang sangat berdekatan dengan sistem T di tempat-tempat pertemuan pita A dan pitaI. Di tempat-tempat ini sistem T dan sisterna reticulum sarcoplasma yang berada dikedua sisinyadinamakan triads untuk menggambarkan sistem tersebut. Fungsi sistem T yang merupakankelanjutan dari sarcolemma adalah menghantarkan potensial aksi dengan kecepatan tinggi darimembran sel ke seluruh fibril di otot. Reticulum sarcoplasma berperan dalam prosesperpindahan Ca2+ dan metabolisme otot.

b. kontraksi ototKontraksi OtotProses yang mendasari pemen-dekan elemen-elemen kontraktil di otot adalah pergeseranfilamen-filamen tipis pada filamen-filamen tebal. Lebar pita A tetap, sedangkan garis-garis Zbergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi dan saling menjauh bila otot diregang.Selama kontraksi otot, pergeseran terjadi bila kepala-kepala miosin berikatan erat dengandengan aktin, melekuk pada tempat hubungan kepala miosin dengan lehernya, dan kemudianterlepas kembali. Ayunan tenaga ini bergantung kepada hidrolisis ATP secara simultan.

Mekanisme kontraksiSecara umum, timbul dan berakhirnya kontraksi ototterjadi melalui tahap-tahap berikut:7,11,121. Adanya rangsang menyebabkan terjadinya suatupotensial aksi di sepanjang sebuah saraf motorik.2. Vesicle synaps menyekresi neurotransmiter, yaituasetilkolin, ke neuromuscular junction3. Asetilkolin bekerja pada membran serat otot untukmembuka Na+-K+ channel.4. Terbukanya Na+-K+ channel memungkinkan sejumlahbesar ion natrium mengalir ke bagian dalam membranserat otot. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensialaksi dalam serabut otot.5. Potensial aksi berjalan sepanjang bagian dalam membranotot dengan cara yang sama seperti potensial aksi disepanjang saraf motorik.6. Potensial aksi bagian dalam membran otot menimbulkandepolarisasi dalam membran otot. Pada proses ini terjadipelepasan sejumlah besar ion kalsium dari retikulumsarkoplasma ke miofibril.7. Ion kalsium menyebabkan filamen aktin dan miosintarik-menarik sehingga terjadi gerakan yang sinergisantara keduanya. Keadaan inilah yang disebut dengankontraksi.8. Pada waktu bersamaan terbukanya Na+-K+ channel,sarkolema menyekresi asetilkolin esterase yang akanmenyebabkan menutupnya Na+-K+ channel.9. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompakembali ke dalam retikulum sarkoplasma sehinggakontraksi otot terhenti.Satu aksi (rangsang) hanya akan menghasilkan 1 reaksi(kontraksi). Dengan demikian tidak terjadi kontraksi terusmenerustanpa disertai fase relaksasi (tetanus).

Jenis-Jenis Serabut OtotPerbedaan ukuran panjang dan diameter otot dalam tubuh menyebabkan karakteristikkontraksi dari setiap otot juga berbeda tergantung dari fungsi otot itu sendiri. Berdasarkankarakteristik meta-bolisme dan kecepatan kontaksinya maka serabut otot pada otot skeletaldapat diklasifikasikan menjadi dua type serabut otot yaitu; serabut otot type I atau seringdisebut dengan slow twitch fiber dan serabut otot type II sering disebut dengan fast twitchfiber.

Jenis-jenis kontraksi otota.) IsotonikKontraksi ini merupakan kontraksi otot dengan beban konstan dan terjadi perubahan panjangotot. Pada kontraksi isotonik dengan menggunakan beban dapat meningkatkan kekuatan ototsepanjang ruang lingkup gerak sendi sehingga kontraksi ini dapat digunakan dalam aktifitasbekerja. Selain itu kontraksi isotonik dengan beban juga dapat menimbulkan hyper-tropi otot,pelebaran kapiler yang menyebabkan peredaran darah meningkat sehingga tidak cepatmenimbulkan kelelahan.Pada kontraksi isotonik koordinasi neuromuscular dapat dihasilkan lebih baik karena innervasipada nerve-muscle lebih kompleks, dengan kata lain pada kontraksi isotonik lebih mene-rapkanprinsip motor perfor-mance.b.) Isometrik atau statik kontraksiKontraksi otot dimana tidak terjadi perubahan panjang otot dengan beban dapat berubahubah.Isometrik juga sering disebut statik kontraksi yaitu kontraksi otot dimana sendi dalamkeadaan stastis.Pada kontraksi isometrik terjadi: Resiprocal innervation (Reserve Innervation)yaitu kelompok otot agonis berkontraksi maka akan diikuti oleh rileksasi pada kelompok ototantagonisnya. Pada latihan isometrik banyak menimbulkan sisa metabolisme sehingga akancepat menimbulkan kelelahan karena sirkulasi yang kurang bagus, yaitu akibat adanya prosespumping action yang mening-katkan sistem sirkulasi darah sehingga terjadi vasokontriksipembuluh darah akibat adanya tekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan metabolismemenurun dan dapat meng-akibatkan ischemic.c.) EksentrikKontraksi otot dimana kedua ujung/perlekatan otot (ori-go-insertio) saling menjauh, atau ototdalam keadaan memanjang.d.) KosentrikKontraksi otot dimana kedua ujung/perlekatan otot (ori-go-insertio) saling mendekat atau ototdalam keadaan memendek.c. energi dan metabolisme ototMetabolisme Otot RangkaKemampuan kontraksi otot bergantung pada energi yangyang disediakan oleh ATP.7 Jumlah ATP yang tersedia dalam otot,bahkan otot yang terlatih dengan baik, hanya cukupmempertahankan daya otot yang maksimal selama kira-kira 3detik.12 Untuk itu dibutuhkan sistem metabolisme agar ATP tetapterbentuk. Terdapat 3 sistem metabolik dasar yang berkaitandengan durasi aktivitas otot, yaitu:a. Sistem fosfagenEnergi yang dihasilkan sistem fosfagen merupakangabungan dari 2 proses. Oleh sebab itu, energi yang dihasilkansistem ini sangat besar.7,11,12Proses pertama adalah pemecahan fosfokreatin menjadiion fosfat dan kreatin. Saat proses pemecahan, dilepaskanenergi dalam jumlah besar yang berasal dari ikatan fosfatberenergi tinggi. Energi hasil pemecahan fosfokreatin lebihbanyak dibandingkan ATP.7,11Pada proses kedua, fosfokreatin membentuk ikatanfosfat berenergi tinggi yang mengubah AMP dan ADP menjadiATP. Setelah itu terjadi pelepasan energi yang disimpan dalamATP.7,11b. Sistem glikogen-asam laktatSistem glikogen-asam laktat terdiri dari dua tahap yaituglikolisis dan oksidatif. Prinsipnya, glikogen otot dipecahmenjadi glukosa yang kemudian akan digunakan sebagaisumber energi.7Tahap glikolisis merupakan metabolisme anaerobik.Selama tahap ini setiap molekul glukosa dipecah menjadi 2molekul asam piruvat disertai pelepasan energi untukmembentuk 4 molekul ATP dari tiap molekul glukosa.7,11,12Tahap oksidatif dimulai dengan masuknya asam piruvatke dalam mitokondria sel otot. Asam piruvat bereaksi denganoksigen untuk membentuk lebih banyak molekul ATP. Jikajumlah oksigen tidak mencukupi untuk melangsungkan tahapoksidatif, sebagian besar asam piruvat akan diubah menjadiasam laktat. Asam laktat kemudian berdifusi dari sel otot kecairan intersisial untuk mengubah AMP menjadi ADP untukselanjutnya diubah menjadi ATP.7,11,12c. Sistem aerobikPada sistem aerobik terjadi proses oksidasi glukosa,asam lemak, dan asam amino dalam makanan di mitokondriauntuk menghasilkan energi. Bahan makanan tersebut akanberikatan dengan oksigen untuk mengubah AMP dan ADPmenjadi ATP.7,11Berikut merupakan perbandingan suplai energi danketahanan tiap sistem metabolik:7,12Tabel 1. Kecepatan Pembentukan Daya Maksimum dan Ketahanan tiapSistem Metabolisme Otot

Dapat dilihat bahwa sistem fosfagen digunakan untuk ototdengan daya ledak selama beberapa detik dan sistem aerobikdiperlukan untuk aktivitas yang lama. Sedangkan sistem glikogenasamlaktat dapat menghasilkan energi tambahan dalam jangkawaktu menengah.

3. latihan penguatan

Prinsip-Prinsip Dasar Latihan. Program latihan hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang. Prinsip-prinsip dasar latihan yang secara umum harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

Prinsip beban lebih (Overload principles) Dosis latihan yang diberikan harus melebihi dosis awal pada setiap program siklus mikro. Dengan kata lain, setiap hari latihan terdapat seri latihan dengan beban melebihi kapasitas ambang (threshold capacity), setelah itu beban diturunkan untuk menghadapi beban yang lebih tinggi pada hari berikutnya. Hari terakhir pada siklus mikro, beban latihan diturunkan lebih rendah dibanding hari sebelumnya. Jika siklus mikro ditetapkan 6 hari, maka hari ke 5 terdapat pemuncakan dan hari ke 6 merupakan penurunan beban lebih rendah dibanding seluruh seri latihan pada hari ke 5. Makna penting yang harus disimak, bahwa 31 pada setiap siklus mirko terdapat seri latihan dengan beban meningkat dan melebihi threshold capasity yang dicapai oleh setiap individu. b. Prinsip individual (The principles of individuality)

Aktivitas fisik yang akan diterapkan harus mempertimbangkan kondisi dan kemampuan tubuh, baik di tingkat organ maupun tingkat seluler serta tidak mengabaikan faktor kesenangan. Hakekatnya kemampuan individu itu tidak sama. Dengan demikian penerapan prinsip ini akan menghasilkan adaptasi individual yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik setiap orang (misal: jenis serabut otot yang dimiliki). c. Prinsip kekhususan (The principles of specificity)

Dosis latihan fisik harus diberikan sesuai dengan tujuan pengkondisian tubuh sesuai dengan karakteristik cabang olahraga. Misalnya, pengkondisian untuk cabang olahraga renang, berbeda dengan cabang olahraga loncat indah. Bahkan pada olahraga renang terdapat jenis latihan khusus untuk para perenang yang disiapkan pada jarak pendek dan perenang yang hanya dipersipkan untuk renang jarak jauh. Spesifisitas tersebut dapat meliputi tujuan awal pengkondisian, faktor genetik, jenis latihan, dan kondisi emosi individu yang akan dilatih. d. Prinsip beban latihan meningkat bertahap (the tprinciples of progressive increase load).

Seseorang yang melakukan latihan, pemberian beban harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan ajeg hingga mencapai beban maksimum (Bompa, 1994: 44). 10

e. Prinsip Kembali Asal (the principles of reversibility).

Djoko P.I (2000: 11) bahwa kebugaran yang telah dicapai seseorang akan berangsurangsur menurun bahkan bisa hilang sama sekali, jika latihan tidak dikerjakan secara teratur dengan takaran yang tepat.

f. Prinsip pulih asal (The principles of recovery) Setelah penerapan dosis latihan fisik, individu yang mencapai tingkat tidak melebihi kapasitas ambang kemampuannya (threshold capacity), maka pulih asal digunakan untuk mengembalikan seluruh fungsi sistem tubuh. Menurut Rushall (1992), fungsi ini meliputi fungsi fisiologis dan psikologis. Oleh karena kelelahan juga melibatkan kedua fungsi tersebut, maka pemberian waktu istirahat (recovery) ditujukan untuk mengembalikan fungsi yang lebih dominan. Kelelahan fisik dapat diamati secara psikis melalui perilaku individu saat latihan. Indikator perilaku tersebut, tercermin pada keadaan emosi (mood) maupun sikap (attitude) meliputi timbulnya keraguan untuk melakukan aktivitas pemanasan, tetap duduk dan jarang tersenyum pada saat sesudah maupun ketika akan diberikan stresor berikutnya. Oleh karena itu perlu diberikan fase istirahat agar dosis latihan fisik yang diprogram dapat berlanjut sampai selesai tanpa keluhan yang berarti

Hubungan Jenis Latihan Dengan Jenis Serabut Otot.Slow twitch fiber akan aktif terutama pada latihan dengan intensitas rendah atau untukaktifitas yang bersifat endurance, (Kisner,Carolyn, and Lynn Allen Coiby, ibid: 116). Karenaserabut ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: respon kontraktil yang lambat, kaya akanmyoglobin dan mitokondria, mempunyai kapasitas oksidatif yang tinggi dan kapasitas anaerobikyang rendah serta dihantarkan oleh neuron kecil dengan aktifasi treshold yang rendah.Pada fast twitch fiber terdapat dua type serabut yaitu tipe IIa dan IIb. Pada fast twitch fiber tipeIIb akan aktif pada saat melakukan aktifitas yang memerlukan power, (Kisner, Carolyn And LynnAllen Coiby, loc.cit). Karena serabut ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: responkontraktil yang cepat, memiliki sedikit myoglobin dan mitokondria serta memiliki kapasitasglykolitik yang tinggi.Pada fast twitch fiber tipe IIa akan aktif pada saat melakukan aktifitas yang bersifat aerobikmaupun anaerobik, hal ini disebabkan karena serabut ini mempunyai dua karakteristik yangmerupakan gabungan dari slow twitch fiber dan fast twitch fiber tipe IIb.Meskipun kedua tipe serabut otot ini mempunyai karakteristik yang berbeda tetapi kedua tipesarabut otot ini dapat diberikan latihan penguatan. Pada serabut otot tipe I walau aktif padaaktifitas aerobik bukan berarti tipe serabut otot ini tidak dapat digunakan untuk meningkatkankekuatan otot. Serabut otot tipe I dapat ditingkatkan kekuatan ototnya dengan prinsip latihanstrengthening yang sama tetapi adaptasi yang terjadi akan lebih lama jika dibandingkan serabutotot tipe II yang diberikan latihan strengthening.

4. adaptasi otot rangka terhadap latihan penguatana. hipertrofi dan hiperplasib. EIMD, DOMSDELAYED ONSET MUSCLE SORENESS (DOMS)/ PEGAL OTOTYANG TERLAMBAT MUNCUL2.1.1 DEFINISI DOMSDelayed onset muscle soreness (DOMS) adalah nama yangdiberikan oleh seorang fisiologis bernama Sonja Trierweiler, yangmempunyai tipikal gangguan yang menyebabkan kekakuan, bengkak,peurunan kekuatan dan nyeri pada otot (Szymanski, D. 2003). Deskripsitentang DOMS pertama kali secara detail diberikan oleh Hough pada tahun1902. (Amir H Bakhtiary et al. 2007). DOMS adalah gangguan berupapegal otot yang terjadi akibat latihan yang tidak lazim yang menyebabkankerusakan pada membran sel otot sehingga meyebabkan terjadinya responinflamasi. DOMS sering dialami oleh semua individu yang melakukanaktifitas fisik tanpa melihat tingkat kebugarannya dan ini adalah responfisiologis normal untuk meningkatkan penggunaan tenaga dan sebagaipengenalan terhadap aktifitas fisk yang tidak dikenal sebelumnya.Delayed onset muscle soreness (DOMS) adalah suatu fenomenayang sering ditemui dan terdokumentasi dengan baik, sering terjadisebagai akibat dari latihan eksentrik yang tidak lazim atau intensitas tinggi(Connolly et al. 2003; MacIntyre et al. 1995). Gejala-gejala yang1112menyertai meliputi pemendekan otot, peningkatan kekakuan terhadapgerak pasif, bengkak, penurunan kekuatan dan daya ledak otot, sakit lokal,dan rasa posisisendi/ proprioception yang terganggu (Proske and Morgan2001). Gejala - gejala akan sering muncul dalam 24 jam setelah latihandan biasanya menghilang setelah 3 4 hari (Clarkson and Sayers 1999).DOMS adalah sensasi ketidaknyamanan atau nyeri pada otot-ototyang terjadi setelah melakukan latihan yang tidak biasa dilakukan ataudengan intensitas tinggi. Pegal pada otot secara normal meningkatintensitasnya selama 24 jam pertama setelah latihan dan mencapaipuncaknya pada 24 sampai 72 jam setelahnya, kemudian menghilang 5sampai 7 hari setelah latihan. Gejala yang dirasakan adalah mobilitas danflexibilitas yang berkurang dan otot terasa sensitif saat disentuh ataudigerakkan. Ada beberapa alasan yang menerangkan mengapa DOMSterjadi, diantaranya:1) Robekan-robekan kecil pada otot itu sendiri2) Terbentuknya cairan di jaringan sekitarnya3) Spasme otot4) Peregangan berlebih/ over stretching dan kemungkinan robekan daritendon dan jaringan konektif yang berhubungan dengan otot lainnya(McCardle et al. 1986).Semua alasan ini tidak didukung dengan berbagai hasil penelitian yangsama. Bukti yang paling kuat menyatakan robekan mikroskopik pada otot13dan kerusakan pada jaringan konektif yang berhubungan dengan ototadalah faktor utama yang terlibat dalam timbulnya DOMS.DOMS dilaporkan sebagai kejadian yang paling sering terjadi padapeserta lomba lari marathon dan kompetisi angkat besi (Sohan P. Selkar etal 2009).2.1.2 PATOFISIOLOGI DOMSProses terjadinya DOMS sampai saat ini masih belum jelas namunsebelumnya DOMS dihubungkan dengan pembentukan asam laktat didalam otot setelah kerja atau olahraga yang intens namun sekarangterbukti bahwa ternyata asumsi ini tidak berhubungan langsung dengankejadian DOMS.DOMS sering ditimbulkan terutama oleh latihan eksentrik sepertilari menuruni bukit/ downhill running, plyometrics, dan latihan dengantahanan/ resistance training. Berbagai latihan ini menyebabkan kerusakanpada sel membran otot sehingga akan memulai terjadinya responinflamasi, menyebabkan pembentukan produk-produk sampah metabolik,yang berperan sebagai stimulus kimiawi kepada ujung saraf/ nerveendings. Kontraksi eksentrik yang terjadi saat otot yang aktif sedangmemanjang ini berhubungan dengan kenaikan yang terlambat pada tingkatserum dari enzyme spesifik otot seperti creatine kinase (CK) sehinggamenyebabkan kerusakan serabut otot (Jones et al. 1989). Karena itu latihanyang menyebabkan kerusakan otot/ exercise-induced muscle damage14seharusnya dihubungkan dengan inflamasi aseptik. Ini didukung beberapabukti bahwa otot yang terkena mengalami nyeri dan bengkak dan daripemeriksaan histologis dengan dari sampel biopsi mengindikasikandisrupsi ultrastructural dari beberapa serabut otot (Newham 1988; Lieberet al. 1991), infiltratsi leucocytes (Jones et al. 1986), degranulasi sel mastdan peningkatan konstituen plasma di dalam ruang extracellular (Stauberet al. 1990).

Gambar 1Mikroskop elektron menunjukkan pola yang normal dari protein-protein otot(serabut yang secara teratur terulang disebut Z discs)

Gambar 2Mikroskop elektron menunjukkan serabut yang terbelah (disebut cucuran Z disc)15Delayed-onset muscle soreness yang terjadi setelah latihan yangtidak lazim atau setelah latihan eksentrik berhubungan dengan inflasmasi,nekrosis jaringan dan pengeluaran enzim-enzim otot. Percobaan inimeginvestigasi lama waktu perubahan pada leukosit yang dalam sirkulasidan tingkat serum dari beberapa reaktan pada fase akut, aktivitas serumcreatine kinase (CK) dan nyeri otot setelah latihan naik turun bangkuselama 40 menit pada subyek yang sehat namun tidak terlatih. Nyeri pegalotot tungkai terbesar terjadi 2 hari setelah latihan. Nilai puncak serum CK[mean (SD) 540 (502) IU.l-1] terjadi 1-7 hari setelah latihan. Serum Creactiveprotein (CRP) tidak berubah dari level pre-exercise [7.8 (3.4)mg.l-1] sampai segera setelah latihan [7.9 (2.3) mg.1-1] tetapi meningkatpada puncak 17.0 (3.9) mg.1-1, 1 hari setelah latihan, setelah itu turun kelevel basal. Tingkat serum besi dan zinc turun dibanding pre-exercise pada1 3 hari post-exercise. Serum albumin, IgG and IgM turun dibandingtingkat pre-exercise dari 1 hari post-exercise, mencapai nilai minimal(sekitar 80% dari tingkat basal) pada 7 hari post-exercise. Dua dan tigahari setelah latihan, jumlah leuksoit total, neutrophils, monocytes danbasophils turun 15-20% dibawah tingkat pre-exercise, dimanalymphocytes, eosinophils dan platelets tidak berubah. Hasil inimenunjukkan bahwa respon inflamasi fase akut dimulai dalam 1 hari darilatihan yang menyebabkan DOMS dan nekrosis jaringan yang terjadikemudian yang dapat terjadi tidak disertai perubahan tanda yang lebih jauhpada reaktan fase akut seperti CRP. (Michael Gleeson et al 1995)162.1.3 BERBAGAI MACAM TEKNIK TERAPI UNTUKMENCEGAH DOMSAtlet-atlet elit sering mudah terkena kerusakan otot karena ototototnyasecara reguler dikenai kontraksi intensitas tinggi berulang (Allenet al. 2004). Saat ini, penggunaan berbagai bentuk hidroterapi seperti coldwater immersion (CWI), hot water immersion (HWI), dan contrast watertherapy (CWT) sebagai intervensi recovery setelah latihan telah mendapatpopularitas dan sekarang adalah praktik yang biasa di dalam lingkungankeolahragaan yang elit (Cochrane 2004; Vaile et al. 2007).Berbagai macam bentuk cryotherapy menunjukkan dapat menghasilkanrepon-respon fisiologis yang berbagai macam meliputi menurunkanpembengkakan (Yanagisawa et al. 2004), temperature jaringan(Enwemeka et al. 2002), denyut jantung (heart rate) dan curah jantung(cardiac output) (Sramek et al. 2000), meningkatkan pembersihan creatinekinase (Eston and Peters 1999) dan efek-efek analgesik, menghasilkanperubahan persepsi nyeri dan ketidaknyamanan (Bailey et al.2007).Bagaimanapun, nampak ada konflik kesimpulan mengenai efek CWI padaperforma, dengan beberapa studi menyimpulkan efek-efek yangmenguntungkan (Bailey et al. 2007; Burke et al. 2000; Lane and Wenger2004) dan yang lain yang mengindikasikan perubahan-perubahan yangtidak berarti (Isabell et al. 1992; Paddon-Jones and Quigley 1997;Sellwood et al. 2007; Yamane et al.2006). Sebaliknya, meskipun terbatasrisetnya, HWI mempengaruhi tubuh secara berbeda berupa kenaikan HR,17cardiac output dan temperatur jaringan dan dapat meningkatkan responinflamasi (Wilcock et al. 2006). Contrast water therapy (CWT)memasukkan kombinasi efek dari CWI dan HWI. Riset mengenai efekfisiologis CWT dan perannya dalam mengembalikan atau mempertahnkanperforma setelah latihan yang mengakibatkan kelelahan otot masihterbatas fatigue, pengetahuan saai ini menyarankan CWT menjadiintervensi yang menjanjikan pemulihan/ recovery (CoVey et al. 2004; Gillet al. 2006; Vaile et al. 2007).Juga terlihat bahwa latihan eksentrik yang ringan melindungi atletdari DOMS. Penelitian Balnave dan Thompson menguak bahwa latihandengan kotraksi eksentrik otot sebagai program dasar pemanasan dapatmelindungi atlet dari kerusakan otot yang terlihat ataupun tidak. Yang jugadidukung oleh penelitian Schwane et al. Hortobagyi T et al. menelitirespon adaptif pada pemanjangan dan pemendekan otot quadriceps padamanusia. Studi ini menunjukkan bahwa adaptasi terhadap latihan dengankontraksi eksentrik berhubungan dengan adaptasi neural dan hipertrofi ototyang lebih besar daripada latihan konsentrik. Johansson et al. menysatakanbahwa latihan eksentrik mempunyai efek pencegahan pada pegal otot/muscle soreness, gangguan keempukan otot/ tenderness dan kehilangandaya. Armstrong juga menyatakan pandangan yang serupa juga bahwalatihan yang spesifik terdahulu dari otot yang teribat dapat menjadipencegahan untuk DOMS. Studi saat ini dengan bantuan visual analogscale mempunyai penemuan yang kontradiktif dibanding studi diatas.18Studi saat ini menunjukkan bahwa DOMS dapat dicegah sampai tingkattertentu dan keempukan otot dapat diturunkan dengan latihan ototeksentrik. Penemuan pada studi saat ini menunjukkan bahwa khasiatlatihan otot eccentric quadriceps femoris mengurangi keparahan DOMSpada subyek atletik. Latihan otot eksentrik ini karenanya dapat diberikansebagai komponen tambahan pada program pemanasan/ warm up seorangatlet terutama latihan otot eksentrik mungkin vital dalam mengurangiDOMS otot qudriceps pada pelari jarak jauh.Peregangan otot/ stretching sering digunakan untuk memfasilitasipemulihan setelah latihan yang intensif meskipun hal ini telahdidiskusikan kontroversinya sehubungan dengan khasiatnya. Programperegangan gagal untuk mengurangi terjadinya atau membesarnyakerusakan otot setelah latihan yang intensif. Mempertimbangkan sifatfisiologis dari muscle spindle maka kita mungkin berharap beberapa efekstretching pada tonus otot dan pengurangannya seharusnya bermakna padapemulihan fungsional otot yang digunakan berlebih/ overexerted.Perubahan pada aktivitas EMG menemukan setelah peregangan dari ototyang dilatih dalam hal pengurangan tonus otot. Stretching sendiri telahmenunjukkan dapat merangsang peningkatan aktifitas serum creatinekinase secara moderat yang bagaimanapun jauh lebih sedikit dibandingpeningkatan yang ditemukan setelah latihan yang berat.