153202008201011051

download 153202008201011051

of 100

Transcript of 153202008201011051

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG MBURU ABURE KUPU KUNING KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)

Skripsi Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Oleh: Landung Asri Saputra C0104016

JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

i

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG MBURU ABURE KUPU KUNING KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh : Landung Asri Saputra C0104016 Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. NIP. 130 935 347

Pembimbing II

Dra. Sundari, M. Hum. NIP. 130 935 348

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. NIP. 131 695 222

ii

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG MBURU ABURE KUPU KUNING KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh : Landung Asri. Saputra C0104016

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret pada tanggal 6 Juli 2009

Jabatan Ketua

Nama Drs. Imam Sutarjo, M Hum NIP. 131 695 222 Drs. A. Indratmo M. Hum NIP. 131 792 935 Drs. Christiana D. W, M. Hum. NIP. 130 935 347 Dra. Sundari, M. Hum. NIP. 130 935 348

Tanda Tangan ..................

Sekretaris

..................

Penguji I

.......

Penguji II

.......

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A NIP. 131 472 202

iii

PERNYATAANNama : Landung Asri Saputra NIM : C0104016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Profil Tokoh

Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis) adalah betulbetul karya sendiri, dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 6 Juli 2009 Yang membuat pernyataan

Landung Asri. Saputra

iv

MOTTO

Yang penting bukan berapa kali aku gagal, tapi yang penting berapa kali aku bangkit dari kegagalan (Abraham lincoln)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak, Ibu tercinta 2. Almamaterku

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan kemudahan dari-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Profil Tokoh Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis). Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Drs Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah mengijinkan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, sekaligus Pembimbing Akademik penulis. 3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

vii

4. Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberi bimbingan dengan tulus dan dorongan sebagai sumber inspirasi untuk penulisan skripsi ini. 5. Dra. Sundari, M. Hum., selaku Koordinator Bidang Sastra, sekaligus Pembimbing II yang banyak memberi nasehat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan ilmunya sebagai bekal untuk penulis semoga bermanfaat khususnya penulis sendiri dan bagi masyarakat umumnya. 7. Kepala dan staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pelayanan-pelayanan dan referensi yang bermanfaat kepada penulis sehingga membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini. 8. Kakak-kakak dan adikku, Yusi, Awang, Indah, keceriaan, kesedihan dan dorongan moril semua Saudaraku yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 9. Keluarga besar Bapak Suwardi Endraswara yang telah memperlakukan penulis layaknya anak sendiri, terima kasih atas kebaikan yang telah diberikan pada saat penelitian dilaksanakan. 10. Keluarga Besar Bapak Suryanto, yang telah banyak mendukung atas pembuatan skripsi ini, terima kasih atas suport dan doa-doanya. 11. Sahabat-sahabatku yang selalu ceria: Danis, Licka, lilies, Renggo, Ragil dan Eko,serta Jurusan Sastra Daerah angkatan 2004.

viii

12. Teman seperjuangan Priyo, Galih, Wira, Redes, Bambang, dan anak-anak kost Gedung Putih. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan doanya. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dorongannya selama menjalankan penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan dan ketulusan hati semua pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, segala kritik dan saran yang bersifat membangun terbuka bagi penulis. Semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 6 Juli 2009

Landung Asri Saputra

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... HALAMAN MOTTO .................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR SINGKATAN............................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Perumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitan.......................................................................... D. Manfaat Penelitian ...................................................................... E. Sistematika Penulisan................................................................... BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Stuktural................................................................... 1. Tema 2. Alur ........................................................................................ 3. Penokohan..............................................................................

i ii iii iv v vi vii x xiii xiv

1 8 8 9 10

10 13 14 15

x

4. Latar ....................................................................................... 5. Amanat ................................................................................... B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis ............................................... BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ........................................................................ B. Sumber Data dan Data ................................................................ C. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... D. Teknik Analisis Data................................................................... BAB IV PEMBAHASAN A. Tinjauan Pengarang..................................................................... 1. Riwayat Hidup pengarang ...................................................... 2. Latar Belakang Sosial Budaya ............................................... 3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara 4. Hasil karya Pengarang. B. Analisis Struktural....................................................................... 1. Tema....................................................................................... 2. Plot/alur .................................................................................. 3. Penokohan

16 17 17

23 24 25 26

28 28 29 30 32 36 36 40 46

4. Latar/setting.. 57 5. Amanat.. 67 C. Profil Tokoh-tokoh Wanita Dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalam Prespetif feminis.............. 1. Tokoh Wanita ......................................................................... a. Harini 71 72 73

xi

b. Bu Tanjung.. c. Sumini.. D. Makna dan Relevansi dalam Konteks Perjuangan Gender ......... 1. Lingkungan Keluarga ............................................................. 2. Lingkungan Masyarakat ......................................................... 3. Lingkungan Pendidikan ......................................................... E. Sikap Budaya Pengarang dalam Sosok Wanita .......................... BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................

80 82 85 87 88 89 90

95 97 99 101

xii

DAFTAR SINGKATAN

AKP BOPKRI CERBUNG CERPEN FBS IKIP LSM PKU R.A SD SLTP SPG TPA UGM UNY VCD

: Angkatan Komando Polisi :Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia : Cerita Bersambung : Cerita Pendek : Fakultas Bahasa dan Sastra : Institut Keguruan Ilmu Pendidikan : Lembaga Swadaya Masyarakat : Poliklinik Umum : Raden Ajeng : Sekolah Dasar : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : Sekolah Pendidikan Guru : Tempat Penitipan Anak : Universitas Gajah Mada : Universitas Negeri Yogyakarta : Video Compect Disc

xiii

ABSTRAK

Landung A. Saputra C0104016. Profil Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yag di bahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Struktural dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning? (2) Bagaimanakah Profil Tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis? (3) Bagaimanakah makna dan Relevansi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalm kesetaraan Gender? (4) Bagaimanakah Sikap Budaya Pengarang dalam memandang sosok wanita?. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur dalam Mburu Abure Kupu Kuning (2) Mengetahui profil tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis (3) Mengetahui makna dan Relevansi dalam Mburu Abure Kupu Kuning dalam perjuangan gender (4) Mengetahui Sikap Budaya pengarang dalam Memandang sosok Wanita?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Penelitian Sastra dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif, sumber data tulis sebagai data primer yaitu Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara. Sumber data lisan sebagai data sekunder berasal dari informan yaitu pengarang. Data yang digunakan dibagi menjadi dua yakni data primer adalah rangkaian Cerita cerbung yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, setting alur, penokohan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan pengarang Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara, buku-buku data-data yang diperoleh dari internet yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalm penelitian ini, termasuk juga rekaman, dokumentasi berupa foto-foto dan beografi pengarang. Manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis yaitu dapat memperkaya wawasan kajian dalam kritik sastra feminis dan manfaat praktis yakni mendapatkan gambaran yang jelas tantang peran dan perilaku sosial perempuan dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis stuktur, teknik wawancara dan teknik kepustakaan, analisis data menggunakan teknik analisis stuktural dan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Untuk mendapatkan hasil yang aktual digunakan teknik analisis interaksi dengan redukdi data, sajian data dan simpulan serta verifikasinya. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal (1) kisah Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning memiliki tema kekeluargaan, amanatnya ialah agar pembaca tidak mudah percaya perkataan orang lain, karena yang akan rugi diri xiv

kita sendiri dan jangan lah pernah putus asa.alur yang digunakan adalah alur maju kadang disertai flesback. Penokohan dapat menunjang alur cerita, watak tokohtokohnya dijelaskan pengarang dengan bagus. Setting yang digunakan di Kota Yogyakarta khususnya Daerah Sleman. Jalinan struktural bahwa tema merupakan dasar permasalahan. Amanat adalah pemecahannya. Keterkaitan alur dan setting adalah perwujudan dari watak tokoh. Pengembangan konflik menjadi harapan suatu cerita sehingga membentuk suasana dengan pokok permasalahan.(2) Profil tokoh Wanita yang ada di dalam cerita Mburu Abure Kupu Kuning mempunyai gambaran dan perilaku yang beraneka ragam bentuknya, disamping itu juga bisa dijadikan pedoman atau dicontoh mana yang baik dan mana yang buruknya, demi kehidupan dan masa depan. (3) Relevansi dan makna dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning adalah supaya para wanita haruslah tahu bahwa wanita tidaklah lemah dihadapan para laki-laki, meskipun bentuk fisik berbeda tetapi kita semua mempunyai hak yang sama yaitu untuk hidup dam berdampingan tidak ada perbedaan. (4) Sikap para budaya tentang wanita sangatlah menghargai dan menghormati terhadap wanita atas jerih payahnya seorang wanita khususnya para wanita yang sudah berumah tangga tiap hari mengasuh anak dan tiap hari melayani suami, itu merupakan perwujudan pengorbanan yang sangat besar bagi wanita terhadap kaum laki-laki.

xv

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAHPerkembangan sastra Jawa dari tahun ke tahun semakin kaya bentuknya. Dimulai dari sastra Jawa klasik yang berbentuk tembang macapat ke arah bentuk gancaran, dari geguritan sampai pada novel dan cerpen. Perkembangan ini secara mendasar dituntun oleh kebutuhan yang ada dalam masyarakat baik dari bentuk ekspresi maupun resepsinya. Sejauh ini ekspresi dan resepsi sastra Jawa berkembang pada komunitaskomunitas seperti sanggar, paguyuban, atau kelompok akademis sebagai media pembelajaran dan kajian. Sastra Jawa seperti sastra etnik lainnya dalam wacana komunikasi global dibenturkan pada satu pilihan harus berkutat pada wacana lokal. Hal ini menjadikan wacana sastra Jawa menjadi terpuruk dengan permasalahan kultur lokal dan terkikis habis atau bahkan segera terlibas xvi oleh kapitalis. Dalam konteks

pengungkapan

maupun

resepsi

sastra

Jawa

menjadi bentuk estitika, itu merupakan gambaran yang merefleksikan dinamika kultur masyarakat Jawa. Sebagian dari tutunan ideologi sastra Jawa bagi masyarakat pendukungnya, diharapkan dapat berkembang dan dipertahankan sebagai penuturan kultural yang bertautan dengan nilai adi luhung. Pada tahun 1960-1970an banyak

bermunculan novel-novel Bahasa Jawa. Hampir tiap penerbit di kota-kota besar di Jawa seakan berlomba-lomba membukukan karya-karya

Bahasa Jawa yang sebagian bentuk novel, novelet, antologi, cerita pendek, dan roman. Namun pada saat itu timbul satu anggapan bahwa novel-novel Bahasa Jawa dipandang sebagai karya sastra yang remeh, kurang bermutu, dan cengeng, sehingga sulit dikategorikan sebagai karya sastra. Dari anggapan itu pula pada saat menjamurnya novelnovel Bahasa Jawa muncul istilah panglipur wuyung (pelipur lara), roman picisan, dan lain-lain yang bernada ejekan terhadap karya-karya. Novel Bahasa Jawa tersebut (Poer Adhie Prawoto 1991:73). Tetapi dewasa ini perkembangan karya

xvii

sastra

khususnya

sastra

Jawa

yang

telah

menciptakan sebuah karya sastra yang berupa cerkak, cerbung, ataupun novel. Hasil karyakaryanya tersebut sudah banyak dimuat di berbagai media cetak, seperti majalah-majalah berbahasa Jawa. Sebab ternyata dari majalahmajalah Jawalah sebenarnya terbukti menjadi cermin perkembangan Sastra Jawa sampai

sekarang ini. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara merupakan bentuk bentuk dari sastra Jawa modern. Dilihat dari judulnya Mburu Abure Kupu Kuning dapat diartikan dari Mburu Abure Kupu Kuning itu berdasarkan pada penggalan kata. Mburu yang mempunyai arti mengejar, Abure yang berarti terbang, Kupu yang berarti sesuatu yang cantik, sesuatu yang indah, dan Kuning mempunyai warna keemasan karena emas itu benda di mana emas itu sangatlah berharga. Arti tersebut dapat diartikan dan disatukan menjadi Mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan,

xviii

pikiran, dan memerlukan tenaga untuk bisa mendapatnya apa yang diinginkan. Penulis menanyakan langsung pada pengarang bahwa cerita bersambung tersebut mempunyai filosofi yang sama dengan cerita Andhe-andhe Lumut, dimana dalam cerita rakyat itu menceritakan tentang seorang laki-laki yang mencari seorang pendamping hidup dan akhirnya dia menjatuhkan pilihan kepada klenting kuning seorang gadis desa yang lemah lembut, cantik rupa dan hatinya. Kaitan antara cerita Andhe-andhe Lumut dan cerbung Mburu Abure Kupu Kuning ini kaitannya adalah kupu kuning dari judul tersebut berprofilkan dengan tokoh seorang wanita, di mana digambarkan bahwa wanita tersebut sangat cantik, indah tetapi diperlukan daya dan pikiran serta pengorbanan untuk bisa mendapatkannya. Cerita Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning merupakan cerita yang berkaitan dengan seorang wanita, dilihat wanita dalam cerita tersebut memuat ajaran tentang perjuangan wanita yang memperjuangkan dirinya dari berbagai permasalahan yang dihadapinya, agar bisa

xix

menentukan jati dirinya untuk bisa menemukan Ibu kandungnya. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning seorang wanita juga manusia biasa dapat dirasakan bagaimana seorang gadis mencari Ibunya sendirian. Akan tetapi manusia tidak sendirian. Untuk bisa menemukan ibunya wanita itu mendapat pertolongan dari keluarga Tanjung. Awal mulanya sosok keluarga pak tanjung mencari ikan sebagai syarat agar bisa

mendapatkan seorang cucu dari anak keluarga Tanjung, tanpa disengaja keluarga Tanjung

menemukan sosok seorang wanita yang tenggelam di sungai, lalu ditolonglah wanita itu. Wanita itu lalu dibawa ke rumah Pak Tanjung diobatilah wanita tersebut di rumahnya, tanpa ada rasa ragu lagi ditanyai oleh Bu Tanjung, wanita itu bernama Harini. Lalu Harini mengaku ingin mencari Ibunya. Akhirnya keluarga Tanjung membantunya untuk dapat menemukan ibunya. Pada waktu bertemu dengan Ibunya, ibunya sudah sekarat di rumah sakit dan akhirnya Ibunya meninggal dunia. Permasalahan yang dihadapi seorang wanita dalam cerita Mburu Abure Kupu Kuning

xx

tidak akan habis dimakan jaman, dan sampai sekarang ini masih ada. Cerita bersambung tersebut terdapat permasalahan sosial yang dapat dijadikan ajaran moral. Nilai moral kerap kali mendapat perhatian khusus, sehingga dengan membaca karya-karya sastra itu para pembaca tidak semakin merosot melainkan selalu

dipertinggi kebudayaannya. Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang

berhubungan dengan sifat-sifat luhur manusia, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusian pada hakikatnya bersifat universal. Artinya sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad (Nurgiyantoro, 2005: 321-322 ). Dalam Cerbung Mburu Aburu Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara, ada pesan moral pembaca disuruh menyimpulkan sendiri pesan moral yang terkandung. Pesan moral merupakan pandangan tentang baik-buruknya perilaku manusia. Dalam karya sastra biasanya terdapat perilaku tokoh yang bermoral dan perilaku amoral. Perilaku tokoh yang bermoral

xxi

dalam cerbung ini misalnya ditunjukan tokoh Harini. Saat memperjuangkan haknya untuk dapat bertemu Ibunya, dia tidak putus asa menjalani permasalahan yang dihadapinya, selama ia

melakukan pencarian sampai menemukan ibunya, menyelesaikan persoalan dengan tanggung jawab. Perilaku amoral misalnya saja ditunjukkan oleh Ir Harinto, dia tidak tahu malu, mengejar egonya sendiri untuk bisa berbuat tidak senonoh terhadap Harini. Dia ingin memperkosa Harini, selain itu dia juga memproduksi kaset VCD porno dalam kantornya. Setiap hati seorang wanita mempunyai hasrat untuk hidup berdampingan di dalam masyarakat, keluarga dan ingin hidup

berdampingan dengan orang yang berbeda jenis juga dan hidup menjalin persaudaraan. Wanita tidak ada bedanya dengan para laki-laki, karena wanita juga mempunyai daya intelektual dalam segala hal. Wanita mempunyai jiwa yang ulet, trampil dan lebih cekatan dari pada laki-laki. Kondisi kehidupan wanita saat ini lebih

xxii

mempunyai hasrat untuk maju, wanita lebih ingin dianggap sama posisinya dengan para laki-laki. Dalam citra seorang wanita itu bisa dikatakan lebih indah bila dibandingkan dengan laki-laki. Para sastrawan yang mencitrakan wanita sebagai sosok yang penuh kelembutan, kesetiaan, susila, rendah hati, pemaaf, dan penuh pengabdian. Dalam Wira Carita dan Kakawin tampak jelas bahwa pencitraan wanita cenderung merujuk sebagai sosok yang cantik dan pandai yang menjadi pujaan (Suwardi Endraswara, 2003: 144). Uraian cerita di atas sedikit banyak menggambarkan permasalahan yang terdapat

dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara pada intinya cerbung ini ingin mengungkapkan sosok wanita dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Seorang wanita tidak lagi dipandang dari bentuk jasmaninya saja, tetapi dinilai dari rohaninya. Keberanian seorang wanita juga lebih penting untuk diperhitungkan di kalangan laki-laki, tentu saja untuk membela diri di dalam masyarakat khususnya. Wanita mempunyai sikap berani itu

xxiii

dapat dilihat dia dapat membela diri karena dia benar tidak berbuat salah. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan wanita dalam ruang publik sering terhalangi oleh kultur masyarakatnya, sehingga wanita dunia hiburan ataupun dalam kehidupan nyata di masyarakat, wanita mempunyai nilai komersil yang tinggi. Cerbung ini menarik untuk dikaji karena, (1) Dari segi pengarang Suwardi Endraswara merupakan pengarang yang produktif, dalam usianya yang ke 35 masih aktif dalam menulis karya sastra. Sederetan penghargaan telah

didapatnya seperti: Pernah menjuarai penulisan novel dalam Yayasan Citra pariwara Jateng d Beliau pernah menjuarai penulisan novel dalam yayasan citra Pariwara Jateng dan mendapat juara ke-dua, tahun 1995, Lomba karya tulis ilmiah, tahun 1988, dan lomba karya tulis Triwida, tahun 1995. (2) Dari segi isi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning menampilkan sosok wanita yang sesuai dengan semangat zaman. Wanita yang diprofilkan dalam cerbung ini adalah sosok yang pintar, mudah bergaul berjiwa sosial, disiplin,

xxiv

serta bertanggung jawab. Dilihat perilaku dan pandangan hidup dapat dijadikan pesan moral untuk masyarakat khususnya bagi wanita. (3) Dari segi lain cerbung ini belum pernah diteliti oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dan juga cerbung ini memuat ajaran tentang perjuangan seorang wanita. Cerita Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning tersebut di atas memberikan asumsi kehidupan feminisme, dimana ditunjukan

feminisme adalah paham yang menggerakan pemahaman dan penyadaran tentang wanita, khususnya pengalaman hidup terluka kaum perempuan. Sering dikatakan di kalangan

masyarakat bahwa feminisme adalah konsep kehidupan wanita modern yang bebas,

independen, permisif, keras kepala, mau menang sendiri, dan sejenisnya. (Nunuk P. Murniati, 2004:236 ). Kenyatan wanita menunjukan sering kali dapat ujian yang kuat terhadap setiap cobaan yang menimpanya meskipaun dalm kalangan kehidupan dalm masyarakat yang ditinggalinya. Meskipaun para wanita bisa dikatakn kalangan

xxv

feminis yang bersumber konsep gender wanita bisa maju dan kuat di hadapan laki-laki. Dalam kaitannya dengan gerakan feminisme tersebut, terdapat dua prinsip ideologi yang berbeda dan kontradiktif, yaitu feminisme dan maskulinitas. Feminisme adalah ideologi bercirikan kedamaian, keselamatan, kasih dan kebersamaan sedangkan maskulinitas dominasi, memiliki karakter persaingan, prinsip

dan

penindasan.

Sebagai

feminitas tidak mesti hanya dimiliki oleh kaum perempuan, dan juga maskulinitas tidak hanya dimiliki 2006:101). Persoalan yang menyangkut tokoh wanita yang diungkapkan dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning merupakan sosok wanita Jawa yang diperankan oleh Harini, meskipun dalam peanan yang dihadapi sulit untuk diterima, akan tetapi dalam keadaan yang sekarang ini bisa dikatakan mengikuti perkembangan jaman kaum laki-laki (Mansour Fakih,

modern sampai sekarang ini. Perkembangan jaman semakin

bertambah hari-hari bisa dikatakan berat atau

xxvi

cobaan yang diterima oleh seorang wanita. Pengalaman yang sudah ada yang di lakukan wanita setiap harinya bisa mengubah pola-pola kehidupan yang ada bisa menolong dirinya di kehidupannya bersumberkan yang akan datang di dan

asumsi-asumsi

kalangaan

masyrakat yang di perankan dalam kalangan wanita. Patriaki merupakan bentuk kekuasaan berdasarkan dominan laki-laki. Di dunia ini setaip kehidupan bisa di katakan berhubungan contohnya saja laki-laki pasti ada wanita oleh karena itu setiap makhluk pasti berdampingan. Dengan menggunakan teori kritik sastra Feminis

diharapkan pemberian makna atau penangkapan makna karya sastra dapat terungkap.

B. PERUMUSAN MASALAHPerumusan masalah diperlukan agar

suatu penelitian tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas dan agar lebih terfokus. Adapun masalah perumusan penelitian ini sebagai berikut adalah:

xxvii

1.

Bagaimanakah struktur dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan amanat?

2.

Bagaimanakah profil Tokoh-tokoh wanita dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning berdasarkan prespektif feminisme?

3.

Bagaimanakah makna dan relevansi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalam konteks perjuangan kesetaraan gender?

4.

Bagaimanakah sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita dalam cerbung?

C. TUJUAN PENULISANSuatu penelitian tentu tidak akan lepas dari tujuan yang ingin dicapai, tujuan yang dimaksud adalah:1. Mendeskripsikan struktur dari cerbung yang meliputi tema, penokohan, alur, latar serta amanat yang terdapat dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning. 2. Mengungkapkan profil tokoh-tokoh wanita dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning berdasarkan prespektif Feminisme. 3. Mendeskripsikan makna dan relevansi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalam konteks perjuangan kesetaraan gender. 4. Mengungkap sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita.

D. MANFAAT PENELITIANPenelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.1. Manfaat teorites

xxviii

Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya wawasan kajian dalam teori kritik sastra feminis, yang menguak tentang perempuan dengan berbagai permasalahan yang

melingkupinya, sehingga diharapkan berguna bagi pengembangan penelitian sastra.

2.

Manfaat praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, yakni mendapat gambaran yang jelas tentang peran dan perilaku sosial permpuan dalam masyarakat, serta bagi pembaca sastra terutama yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi ajaran moral dan etika bagi kehidupan masyarakat.

E. SISTEMATIKA PENULISANSupaya memperoleh gambaran secara keseluruhan dari penelitian ini, maka perlu dipaparkan sistematika penulisannya. Sistematika yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Landasan teori yang membicarakan tentang pendekatan struktural dan tinjauan kritik sastra feminis BAB III : METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang meliputi bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : PEMBAHASAN

xxix

Tinjauan pengarang, Analisis Struktural dan Analisis Kritik Sastra Feminis yang meliputi pendekatan struktural dan analisis. BAB V : PENUTUP Penutup yang memuat tentang simpulan dari permasalahan yang telah dibahas sebelumnya serta beberapa saran khusus untuk peneliti lanjutan.

xxx

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendekatan StrukturalPada hakikatnya karya sastra dibangun atas dua aspek yaitu aspek intrinsik struktur) dan aspek ekstrinsik. Aspek intrinsik adalah unsur pembangun dari karya sastra, sedangkan aspek ekstrinsik adalah aspek di luar karya sastra yang mempengaruhi isi dari karya sastra. Karya sastra sebagai struktur di dalamnya terdapat unsur-unsur yang membangun struktur tersebut. Pemahaman dan penilaian suatu karya sastra tidak akan dapat dilakukan dengan baik jika unsur-unsurnya tidak diperjelas. Unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut tidak dipandang secara lepas, melainkan dipandang dari keterjalinan dan keterpaduan unsur-unsur dalam menghasilkan makna keseluruhan, bukan dalam unsur-unsur yang terpisah. Karya sastra adalah totalitas yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentuk. Pada akhirnya akan menjadikan karya sastra tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna. Sebagai totalitas unsur-unsur pembentuk cerita terdiri atas fakta cerita, tema dan alat penceritaan. Fakta cerita adalah tokoh, alur dan latar. Pendekatan struktural merupakan pendekatan pendahuluan dalam penelitian sastra. Setiap peneliti sastra analisis struktural karya sastra yang ingin diteliti dari segi manapun juga merupakan tugas prioritas, pekerjaan pendahuluan. Struktur karya sastra mencakup bentuk dan isi, sejauh mempunyai fungsi estetis (Wellek,1993: 159). Penelaahan struktur cerbung dalam penelitian ini membicarakan alur, penokohan, latar, dan dari ketigaya dapat ditarik tema dan amanatnya. Penentuan ini didasarkan pada pendapat bahwa kritikus yang menganalisis novel umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, alur, penokohan, latar (Wellek dan Austin Warren, 1993: 283). Melalui analisis struktural diharapkan dapat diketahui katerkaitan antar unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya sastra. Analisis struktural dalah suatu tahap awal dalam penelitian karya sastra yang sulit dihindari,

xxxi

sebab baru akan dipahami secara optimal mengenai pengertiannya bila mengetahui unsur-unsur yang membangunnya. Unsur-unsur yang terkandung akan mengungkapkan nilai yang ada dalam karya sastra yang merupakan jalinan erat yang bermanfaat untuk melangkah lebih dalam mendekati karya sastra. Setiap penelitian karya sastra dapat ditinjau dari dua segi sudut pandang, yang pertama segi intrinsik karya sastra adalah sebuah struktur yang bulat dengan unsur pembangunan yang saling berkaitan. Segi intrinsik adalah segi yang membangun struktur karya sastra tersebut, sedangkan unsur-unsur itu adalah meliputi tema, amanat, latar, penokohan, alur. Sedangkan yang ke-dua adalah segi ekstrinsik adalah penelitian sastra dari segi atau sudut luar karya sastra. Analisis struktural sangat membantu dalam mencari makna intrinsik sebuah karya sastra. Maka unsur-unsur karya sastra dapat dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman terhadap fungsi unsur-unsur dalam pembuatan karya sastra. Analisia struktural merupakan tahap awal dalam suatu penelitian terhadap karya sastra. Tahap itu sulit untuk dihindari sebab analisis struktural merupakan pintu gerbang yang paling utama untuk mengetahui unsur-unsur yang membangunnya. Kita akan mengetahui kedalaman suatu karya sastra dengan cara menguak permukaannya lebih dahulu, maka dari itu penelitian cerbung Mburu Abure Kupu Kuning menggunakan tinjaun kritik sastra feminis. 1. Tema Unsur pembangun sebuah karya sastra yang pertama adalah tema. Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap ataupun tidak. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu (Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 68). Dalam menemukan dan menafsirkan tema sebuah karya sastra tertulis ada beberapa cara seperti yang ditunjukkan berikut.

a. Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol

xxxii

b.

Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita.

c. Penafsiran tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam karya sastra tertulis yang bersangkutan. d. Penafsiran tema sebuah karya sastra tertulis haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994:87-88).2. Alur

Alur disebut juga dengan plot. Plot merupakan unsur fiksi yang penting di dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Ada lima tahapan dalam plot. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.(1) Tahap situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. (2) Tahap rising action: tahap peningkatan konflik (peristiwa mulai bergerak), konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. (3) Tahap generating circumstentes: tahap pemunculan konflik, masalah(-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan. (4) Tahap climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh (tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama. (5) Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-

xxxiii

subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 149-150). Alur merupakan jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Panuti Sudjiman,1984:124 ) 3. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 165). Di dalam sebuah cerita, tentunya terdapat tokoh cerita. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang namun ia harus merupakan tokoh yang hidup secara wajar dalam cerita dan mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh cerita dapat dipandang sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak dan pribadi para tokoh tersebut, yang berisikan tentang :a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).

b. Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apayang terlintas dalam pikirannya). c. Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian) d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon). e. Discussion of environtment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon).

xxxiv

f.

Reaction of others about/to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama itu).

g. Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama). (Henry Guntur Tarigan, 1986:133134) 4. Latar

Latar atau setting merupakan tempat terjadinya peristiwa. Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 46). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial.a. Latar tempat, latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 1994: 227-233). 5. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau peninat sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 5). Dalam pemikiran lain amanat dalam karya sastra adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca atau pendengar. (Hasan Alwi dan Tim, 2002:35). Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk antara lain menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. xxxv Burhan Nurgiyantoro

mengemukakan fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pendangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan ( Burhan Nurgiyantoro, 1994: 321).

B. Pendekatan Kritik Sastra FeminisKenyataan dalam dua dasa warsa terakhir wanita menjadi hal yang menarik, yang dipicu oleh munculnya gerakan feminis di Barat yang disebut dengan istilah kaum feminisme. Feminisme gelombang pertama berkembang pada abad 18 dan 19, dan Feminisme gelombang kedua berkembang sekitar tahun 1960 di Eropa dan di Amerika Serikat, bukan merupakan suatu gerakan yang homogen, tetapi terbagi kedalam tiga golongan besar yaitu feminisme radikal, feminisme liberal, dan feminisme sosialis. Peranan wanita udah banyak perubahan karena adanya gerakan kaum feminisme yang tidak mau dipandang sebagai makhluk yang lemah. Sejarah kelahiran feminisme yaitu pada era pencerahan dieropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley montagu dam Marques De Condorcet. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood. Inti gerakan tersebut adalah penolakan terhadap semua hal yang mereka sebut sebagai dominasi laki-laki. Yang paling extrim dari gerakan mereka adalah pandangan mereka terhadap seks. Menurut mereka hubungan seksual yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai bentuk dan perwujudan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Hal terpenting dari kenyataan tersebut adalah bahwa relasi antara dua kekuatan (dalam hal ini relasi antara pria dan wanita) adalah tidak seimbang, hal itu muncul disemua sektor tidak terkecuali muncul dalam karya sastra.

xxxvi

Peran wanita telah mengalami proses yang panjang . dari keberadaan dalam ruang domestik seperti mancak, manak, dan masak telah beralaih dengan adanya imansipasi wanita. Pergerakan ini dipelopori oleh R. A. Kartini. Emansipasi wanita merupakan ajakan agar wanita dapat ikut berperan dalam pembangunan. Pergerakan kaum wanita semakin berkembang hingga sampai pada kesetaraan wanita yang menuntut adanya kesetaran dalam bidang pendidikan. Pada waktu itu keberadaan wanita dalam bidang pendidikan hanya pada taraf baca dan tilis. Selanjutnya seorang wanita sudah siap untuk dipinang atau dinikahi. Gender menunjukan suatu gerakan ini menuntut adanya persamaan disegala bidang seperti: bidang pendidikan, sosial, politik, dan juga karya sastra. Gender dalam khasanah feminisme, menurut bordo pada umumnya diartikan sebagai pensifatan (pembelaan) atas laki-laki dan perempuan yang terkonstruksisecara sosio-kultur. Gender sering dilawankan dengan seks yang lebih bersifat biologis-natural, karena gender bersifat netral-kultural. Dalam perkembangannya, gender digunakan untuk menjelaskan laki-lakiitu maskulin dan perempuan feminim. Gender dapat dihubungkan dengan aspirasi, kepentingan, hak-kewajiban, peran, kekuasaan, bahkan moralitas dan rasinalisme. Sejauh gender masih melekat pada setiap apa yang dibuat dan dihasilkan manusia, dan jika manusia selalu berarti laki-laki dan perempuan, maka fakta jenis kelamin akan selalu menyebarkan kontruksi gender kesemua kehidupan ( Dalam hidayat, 2004:27). Peneliti sastra feminis masih seringberkelamin tunggal, bisa terkurangi sedikit demi sedikit. Maksudnya, sering peneliti tertentu masih memandang perempuan dari wacana laki-laki. Jarang di antara peneliti gender yang mampu melihat perempuan dengan kacamataperempuan. Akibatnya sering terjadi penelitian feminisme yang bias gender. Peneliti pun kadang-kadang masih bersikappilih kasih terhadap karya sastra tertentu, sehingga hasilnya mengcewakan semua pihak. Jika ada penelitian kritis terhadap feminisme, ternyata lebih banyak memberikan sorotan yang memuja muja. Hal ini, memungkinkan untuk mengambil hati sastrawan perempuan , agar mereka tidak putus asa dalam berkarya. Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berperspertif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra. Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral pembahasan penelitian sastra, peneliti akan memperhatikan dominasi laka-laki atau gerakan perempuan.

xxxvii

Kajian yang berkaitan dengan wanita diperlukan semacam tori untuk menggalinya disamping teori-teori yang lain. Dalam dunia sastra muncul teori kritik sastra femenis. Kritik sastra feminis merupakan jenis pendekatan dari teori kritik sastra akademik yang berkembang di

Indonesia kurang lebih pada kurun waktu 1950-1988. Perkembangannya berawal dari pandangan kaum wanita yang lebih dikenal dengan feminis yaitu gerakan wanita yang menuntut adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Hal ini membuat dampak disegala hal termasuk dalam karya sastra. Beberapa sasaran tersebut akan tercapai dengan sukses apabila peneliti feminisme sastra memanfaatkan kajian kualitatif. Data-data yang diambil berupa data deskriptif kualitatif. Misalkan tentang deskriptif status dan peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Data-data ini harus dibahas secara proporsional, artinya tak dari sudut pandang laki-laki melihat perempuan, melainkan menggunakan sudut pandang perempuan. Sasaran penting dalam analisis feminisme sastra sedapat mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengungkapkan karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar jelas citra wanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya patriarkal harus terungkap secara jelas dalam analisis. 2. Mengungkapkan berbagai tekanan pada tokoh wanita dalam karya yang ditulis oleh pengarang pria. 3. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, begaimana mereka memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata. 4. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatik kaum feminis. Apakah penulis wanita memiliki kekhasan dalam gaya atau ekspresi atau tidak. 5. Mengungkapkan aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik tokoh maupun pengarang lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih dan sebagainya (Suwardi Endraswara, 2004: 145-147). Tujuan feminis adalah keseimbangan, interaksi gender. Dalam pengertian yang paling luas. Feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan,

xxxviii

disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Nyoman Khuta Ratna, 2004: 184). Konsep itulah yang mendasari kritik sastra feminis. Namun konsep-konsep tersebut haruslah dijadikan patokan untuk menganalisis perempuan dalam karya sastra. Mengingat sifat dan hakikat karya sastra sebagai masyarakat, realitas masyarakat, bersifat estetika, dan sistem komunikasi, tentu saja diperlukan sebuah alat untuk membedakannya. Kritik sastra feminis merupakan alat yang tepat untuk membedah dan merebut makna karya satra dan memberikan penilaian terhadap karya sastra feminis. Perbedaan di dalam feminis perlu di sikapi oleh sebagian orang yang mempunyai pandangan terhadap wanita, dilihat dalam kenyataan ini banyak sekali kekerasan yang ditujukan oleh kaum laki-laki. Apabila sikap wanita ini tidak dilakukan atau tidak ada tampilannya untuk menghadang kekerasan yang dilakukan oleh para laki-laki wanita haruslah proaktif dalm mengambil sikap contohnya saja dalam kekeluarga, lingkungan sekitar dan dalam masyarakat pada umumnya, sehingga dapat mengambil nilai-nilai yang ada didalam masyarakat. Wanita dapat membedakan antara sikap yang ditujukan kepada kaum pria terhadap, agar supaya yang ditujukan oleh pria haruslah berhati-hati tidak terburu-buru mengambil sikap atau pendapat kalau para pria menjadikan sesuatu. Wanita memiliki wewenang juga terhadap para pria, wanita juga bisa mengatur para pria, ini menunjukan bahwa seorang wanita tidaklah dengan pria. Wanita butuh ketrampilan dan keterampilan dan ketelitian dalam menanggapi masalah yang diterimanya. Sikap dan dorongan kenyakinan dalam hati wanita lebih utama atau lebih penting dari pada omongan orang lain. Mungkin wanita tidak yakin dengan kata hati nurani, tapi wanita mencobalah untuk yakin seyakinnya bahwa hatinya lebih dipercaya dari pada orang lain.

xxxix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sebuah penelitian diperlukan adanya metode yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang akan diteliti, adapun metode atau cara yang dipergunakan banyak meskipun cara-cara yang dilakukan mendapati kesulitan dalam mengumpulkan data yang ingin dicari meskipun cara yang dilakukan banyak hambatan dalam menentukan objeknya. peneliti dapat menyusun dengan baik dalam kinerja yang akan dilakukan untuk mempergunakan datang langsung ke objek maupun membaca buku-buku ataupun dalam karangan ilmiah skripsi itu bisa juga bisa dilakukan. Metode pada dasarnya suatu cara untuk mendekati objek penelitian. Dalam metode ani akan dibicarakan tentang bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Bentuk PenelitianBentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif ini akan diperoleh berbagai informasi kualitatif, penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih menfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka.hal ini disebabkan adanya penerapan kualitatif. Selain itu, semua semua yang dikumpulkan bermungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut ( Moleong, 2001:6).

B. Sumber Data dan Data1. Sumber Data Penelitian Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data utama, dalam penelitian ini sumber data primernya berupa

xl

cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Swardi Endraswara yang dimuat dalam majalah Penyebar Semangat, yang terdiri dari 17 episode, yang terbit pada tahun 2002-2003. Adapun sumber data sekundernya adalah data pelengkap yang digunakan untuk memperjelas sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dari informan yaitu pengarang Suwardi Endraswara serta menggunakan data relevansi yaitu data relevan yang berupa bukubuku Gender agar bisa mengungkap cerita yang ada di cerbung Mburu Abure Kupu Kuning 2. Data penelitian Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekuder. Data primer yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur, dan setting juga aspek sosial dalam masyarakat. Data sekunder adalah data-data yang diperolah dari buku-buku perpustakaan yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini yang termasuk buku-buku referensi tambahan, skripsi, majalah dan artikel-artikel dari majalahmajalah serta sumber lainnya yang dapat mendukung dalam penelitian ini. Biografi pengarang agar kesemuanya bisa lengkap untuk memperjelas data utama.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data yakni: 1. Teknik Analisis Stuktur Teknik analisis struktur yaitu dengan menjabarkan unsur-unsur struktur yang terdapat dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Swardi EndraSwara berupa tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat. Keseluruhan unsur ini mempunyai kesatuan yang utuh dan saling kait mengkait antara satu dengan yang lain. Dengan teknik analisis tersebut akan di dapatkan data kategoris berupa data tentang tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat 2. Teknik Wawancara

xli

Wanwancara adalah suatu proses dari percakapan atau suatu cara yang

digunakan

untuk tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, beradapan muka dengan orang tersebut. Bercapan itu dilakukan oileh dua pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan (Lexy. J. Maleong 2001 : 186) Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan pengarang yang bernama Swardi EndraSwara dengan tujuan untuk memperoleh daftar riwayat belakang penciptaan cerbung Mburu Abune Kupu Kuning 3. Teknik Kepustakaan Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik kepustakaan atau sumber pustaka yaitu berupa esei dan berupa buku-buku referensi yang relevan dengan topik penelitian hidup pengarang dan latar

D.Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data ini menggunakan teknik pembahasan interprestasi, dengan analisis awalnya struktural, kemudian dilanjutkan dengan analisis kritik sastra feminis untuk menuntaskan pembahasan, dari pembahasan itulah kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Dalam menganalisis penelitian data ini, untuk bisa mendukung penelitian, digunakan teknik analisis interktif, yaitu interaksi tiga komponen utama yang dijelaskan sebagai berikut:setelah data yang berupa kata-kata,data yang dikumpulkan dengan teknik content analisis, maka langkkah selanjutnya adalah dilakukan proses seleksi data, proses seleksi data ini dengan reduksi data. Dalam reduksi data ini peneliti melakukan proses seleksi data dengan mengklasifikasi data yang diarahkan sesuai dengan tema dan masalah penelitian.

xlii

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat dilihat bagan di bawah ini:

PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA

SAJIAN DATA

PENARIKAN KESIMPULAN

(Millis dan Huberman, dalam H.B. Sutopo, 2002: 96)

xliii

BAB IVPEMBAHASAN

A. Tinjauan Pengarang

1. Riwayat Hidup Pengarang Karya sastra lahir tentu saja tidak dapat lepas begitu saja dari keberadaan pengarang, penikmat dan pembaca. Tiga komponen yaitu karya sastra, pengarang dan masyarakat tidak dapat lepas dan saling terkait satu dengan yang lain. Sorotan yang utama adalah pengarang. Karya sastra tidak ada pengarang tidak akan lahir. Pengarang mempunyai kepribadian dan kehidupan sendiri. Biografi mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental dan intelektualnya,yang tentu menarik. Pemunculan suatu karya sastra dipengaruhi oleh faktor-faktoryang ada disekitar pengarang, pengalaman pengarang tentu menjadi kekayaan bagi terciptanya karya sastra. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning.merupakan buah karya Suwardi Endra swara. Ia dilahirkan di dusun prangkokan, Purwasari, Girimulya, Kulon Progo, tanggal 3 April 1964. ayahnya bernama Sumarji dan ibunya bernama Suminah.kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani. Pendidikan formal Suwardi Endraswara dilalui dengan cepat. Pada tahun 1978 lulus di SD Negeri Tegalsari. Kulon progo, Yogyakarta. Setamat dari SD, kemudian melanjutkan ke SLTP BOPKRI Kebonarjo, Samigaluh, Kulonprogo lulus pada tahun 1981. Lalu melanjutkan di SPG BOPKRI jalan Jenderal Sudirman 57 Yogyakarta lulus tahun 1984. setamat dari SPG kemudian melanjutkan ke IKIP karangmalang, Yogyakarta, jurusan bahasa dan sastra jawa dan sekarang ini menjadi FBS UNY lulus tahun 1988. setamat dari IKIP kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S2 jurusan antropologi di UGM lulus tahun 1995. Dan kini sedang mempersiapkan S3 di UGM.

xliv

Kehidupan ia mempunyai beberapa prestasi yang dapat dibanggakan. Prestasi yang pernah ia capai adalah juara pertama dalam lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional pada tahun 1988. Ia juga pernah masuk dalam nominasi hadiah sastra yang dilakukan oleh Penyebar Semangat. Cerpennya pula pernah menyabet juara dua sastra Triwida pada tahun 1995 giliran novelnya yang menyabet juara dua juga dalam lomba penulisan novel Jawa yang disengarakan oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Yayasan Citra Pariwara Budaya. Dalam dunia yang dia geluti sekarang ini, yaitu dunia pendidikan ia memperoleh penghargaaan sebagaiDosen Teladan ditingkat fakultas pada institusi tempat ia bekerja yaitu di IKIP Yogyakarta yang sekarang berganti nama FBS UNY, prestasi ini ia raih pada tahun 1998.

2. Latar Belakang Sosial Budaya Suwardi Endraswara pada tanggal 10 Juni 1991 di Bantul mengakkiri masa lajangnya ia menikah dengan sesama alumni IKIP Karangmalang Yogyakarta, yang bernama Sartini, Sartini merupakan putri dari Harjo Lamoksa dan Siti Khatijah. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak dua laki-laki dua perempuan.anak pertama bernama Helmi Pramasinta yang kedua Lutfi Laksita Pranandari,yang ketiga bernama Fakih Zaky Anindita, yang keempat bernama Hafis Avivah Nawang Sari. Dan sekarang Suwardi Endraswara bertempat tinggal di Ngrukem, Rt 18, Krandohan, Pendowoharjo, Sewon Bantul. Suwardi Endraswara juga aktif di masyarakat. Kedudukannya di masyarakat sangat diperlukan dan cukup dikenal dimasyarakat. Suwardi Endraswara juga pengurus masjid Al Maksum, di kampungnya, Tajeman dan juga menjabat sekretaris. Pekerjaan Suwardi Endraswara tahun 1989 sampai 1991 dia pernah mengajar di SPG 17 III Bantul selama tiga tahun. Pada tahun yang sama dia paernah menjabat sebagai redaktur majalah Mekar Sari selama dua tahun. Juga pernah menjabat sebagai ketua penyunting majalah Pagagan. Kini sebagai sekretaris HISKI Komda DIY dan koordinator Pembinaan Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta, redaksi pelaksana majalah bahasa Jawa Sempulur. Profesi lainnya sebagai pranatacara manten gayanyastadan pengarang cerkak,cerbung, geguritan, novel,

xlv

dongeng, dan esai berbahasa Indonesia dan Jawa. Sampai sekarang ini masih menjadi dosen di FPBS IKIP Karangmalang Yogyakarta sekarang dikenal sebagai FBS di UNY.

3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara Kreatifitasan Suwardi Endraswara dalam menciptakan suatu karya sastra, terlebih dulu menulis konsep secara garis besarnya dari awal hingga akhir cerita. Beliau tidak secara langsung menulis apa yang ada dalam pikirannya, dalam memandang sebuah kejadian dari suatu tema yang diangkatnya. Konsep yang dibuat tersebut sangat membantu dalam menuangkan ide-idenya hingga menghasilkan suatu karya sastra. Masalah-masalah rumah tangga, kriminal, cinta, dan bagaimana beratnya seseoarang memangku jabatan, merupakan masalah yang di pilihnya untuk ditampilkan dalam karya-karyanya. Menurutnya sekarang ini sesuai dengan kematangan jiwanya, Suwardi Endraswara lebih mengarahkan karyanya pada absurd (Karya yang memerlukan pemahaman lebih dalam). Dengan dibumbui budaya Jawa. Dan lebih penting lagi, beliau menciptakan karya sastra diarahkan menuju pembaharuan. Ide yang mendasari proses kreatifnya diambil dari realita sosial yang ada dan yang terjadi pada kehidupan masyarakat sekitarnya. Berangkat dari ide dasar tersebut, kemudian dikembangkan dan diolah sedemikian rupa hingga tercipta hasil karya sastra. Hambatan yang dirasakan Suwardi Endraswara dalam menciptakan karya sastra yaitu masalah waktu. Hambatan tersebut sangat dirasakan sekali, karena kesibukan jabatan yang diembannya. Hambatan yang lain yaitu masalah keluarga. Karya-karya Suwardi Endraswara memiliki ciri khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Ciri tersebut ada pada akhir cerita, beliau tidak langsung memberikan suatu penyelesaian akhir. Menurutnya dirinya tidak berkuasa untuk menghakimi terhadap problem sosial yang ada yang diangkatnya,pembaca sendirilah yang harus memberikan penilaian atas problem-problem tersebut.

xlvi

4. Hasil karya- karyanya Suwardi Endraswara yang pernah dihasilkan Hasil karya Suwardi Endraswara tidak hanya dimuat dalam satu majalah saja, tetapi terdapat diberbagai majalah. Berikut di antaranya karya- karya yang dimuat dimajalah: Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Mekar sari, Jaya Baya, Praba, dan Pagagan. a. Jenis puisi 1) Jenis puisi yang dimuat di Djaka Lodang a. Rasa Sejatining Rasa ( Rasa dari rasa yang sesungguhnya,1991) b. Baladha Jaka Lodang (Cerita Jaka Lodang, 1992) c. Nasibe Kasim Kesimpar (Nasibnya Kasim Kesimpar, 1992) d. Sanepane jagat (Sempitnya Dunia, 1992) e. Epos Manoreh (Cerita Manoreh, 1994) f. Baladha Seh Jambu Karang Rara Kamani ( Cerita Seh Jambu Karang Rara Kamani 1994) 2) Dimuat pada Penyebar Semangat a. The Tragedy Of Siti Rohana (Tragedi Siti Rohana, 1992) b. Pujangga Tiban (Pujangga yang muncul tiba-tiba, 1993) c. Teka-teki 4 : 4 = ? (1994) d. Syndrom; Apa Ana (Sindrom, Apa ada, 1994) e. Cengkir Gading ; Sisane Bajing (Cengkir Gading sisanya Bajing 1994) f. Sapi Ompong (Sapi tidak punya gigi, 1994) g. Dilema ; Banyumu (Masalah, Airmu1994) 3) Dimuat pada Jaya Baya a. Slendang Biru (Kain biru, 1992) b. Geni ; Aku Kaya Ngene (Api, Aku Seperti Ini, 1993) c. Mburu Kebo Ucul (Mengejar kerbau lepas, 1993) d. Signal-signal Ketriwal (Tanda-tanda was-was, 1993)

xlvii

e. Pengarang Wiring Kuning (Pengarang Wiring Kuning, 1993) f. Sketsa ; endhog Sapetarangan(Gambaran, Telur Disarang, 1993) g. Dalan ; Abang - kuning Ireng Putih (Jalan; Merah, Kuning, Hitam, Putih, 1994) 4) Dimuat pada Pagagan The Baladha Of Prawan Liwung (Cerita Perawan yang lupa, 1993) b. Jenis cerita pendek 1) Dimuat pada Djaka Lodang a. Kaca-Kaca bening (Kaca-Kaca Bersih, 1992) b. Mripat (Mata, 1992) c. Jangka (Jangka1993) d. Jaran Kebrukan Empyak (Kuda Kejatuhan Atap, 1993) e. Rok Iku (Rok Itu, 1994) f. Ngulu Salak Sepet (Menelan Salak Pahit, 1994 2) Dimuat pada Mekar Sari a. Ambyare Plunthen Plunthen Tembur(Hancurnya Pasukan-pasukan Tempur, 1992) b. Mlebu Kandang Macan (Masuk Di Sarang Macan, 1992) c. Kucing Endhase Ireng (Kucing Berkepala Hitam, 1993) d. Ing Selane Tebu Ngrembang (Dalam Waktu Luang Tebu Masa Panen, 1993) 3) Dimuat pada Penyebar Semangat a. Juru Paes(Juru Rias, 1992) b. Kursi(Kursi, 1993) c. Sepet Sepet Sawo Mentah (Pahit-pahit Sawo Mentah, 1993) d. Bayi Soko Planet (Bayi Dari Planet, 1994) 4) Dimuat pada Jaya Baya a. b. Siung Macan Kumbang (Taring Macan Kumbang, 1992) Manuk Manuk Mabur (Burung-Burung Terbang, 1994)

xlviii

5) Dimuat pada Pagagan a. b. Lutung Kasarung (Lutung Kasarung, 1991) Jelarit Jelarit Ireng (Coret-coret Hitam, 1994)

c. Jenis Cerita Bersambung 1) Dimuat pada Joko Lodang Kembang Paes (Bunga Hias, 1991) 2) Dimuat pada Penyerbar Semangat a. b. c. d. e. Layung Layung Jinggo ( Surat-surat Jinggo 1995) Togog Dadi Ratu (Togog Menjadi Ratu, 1996) Menara Kristal (Menara Kristal, 1996) Suket Teki (Rumput Teki, 1999) Mburu Abure Kupu Kuning(Mengejar Kupu kuning Terbang, 2003)

3) Dimuat pada Mekar Sari Kaca Kaca Pengilon (Kaca-kaca untuk mengaca,1991) 4) Dimuat pada Jaya Baya Gelang Kuning Cakar Macan (Gelang Kuning Cakar Macan,1993) d. Jenis Buku Antologi yang Dihasilkan 1) Buku Antologi Bidang Sastra a. Mutiara Sagegem Antologi Cerita Pendek(Mutiara satu gegam, 1997 Narasi, Yogyakarta). b. Niskala Antologi Cerita Pendek Eksperimen(1997Niskala Antologi, Narasi. Yogyakarta). c. Kembang Ing Mangsa Ketiga ; Antologi Bidang Esay Sastra (Kembang di

Musim Ketiga, Mutiara satu gegam, 1997 Yayasan pustaka Nusantara Yogyakarta).

xlix

d. Tristal Emas Antologi Geguritan(2003, Tristal Emas, Widiatama, widia sastra, Yogyakarta) e. f. Jangka Antologi Cerita Pendek(1998,Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta). Sega Rames ; Kumpulan Dongeng(1997, Nasi Rames, Narasi, Yogyakarta)

g. Kaca Kaca Bening Antologi Cerita Pendek( 1998, Kaca-kaca bening, Narasi, Yogyakarta) 2) Jenis Buku dan Terbitannya a. Mutiara Wicara Jawa(2003, Yoyakarta,UGM Pers). b. Seksologi Jawa (2004, Jakarta, Jakarta Pers). c. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra (2004, Yogyakarta, Radita Buana). d. Metodelogi Penelitian Sastra(2006, Yogyakarta, Pustaka Wijaya Tama). e. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa (2004, Yogyakarta, Hanindita). f. Mistik Kejawen (2007, Yogyakarta, Media Pressindo) g. Metodelogi Penelitian Kebudayaan (2007, Yogyakarta, UGM Press)

Karyakarya di atas, di antara hasil pengarangan Suwardi Endraswara yang telah diterbitkan. Sebagai seorang pengarang beliau juga merasakan suka dan duka. Merasa suka bila karyanya diterbitkan, mendapatkan sambutan dan perhatihan dari pembaca, walaupun sambutan itu berupa suatu kritik. Beliau merasa duka apabila karyanya yang telah lama dikirimkan ke meja redaksi, selang waktum kemudian baru diterbitkan. Rasa sedih itu karena karyanya sudah tidak sesuai dengan gaya yang di inginkannya. Karena itu sesuai dengan keadaannya pengarang sendiri. Dalam keadaan atau kondisi yang memungkinkan untuk menulis karya sastra ataupun keadaan lagi mood pengrang dapat bisa menghasilkan karya sastra yang baik dan bisa di terima di masyarakat khususnya pembaca yang menikmati hasil karya dari sebuah ide yang cemerlang dari seorang pengarang.

B.

Analisis Stuktural

l

Dalam analisis stuktural ini, masing-masing unsur pembentuk dari cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswaraakan dibahas satu per satu yang meliputi tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, amanat dan keterkaitan antar unsur. Analisis stuktural ini merupakan lanhkah awal dalam memahami makna sebuah karya sastra. 1. Tema Karya sastra diciptakan pengarang bukan semata-mata bercerita dengan kata yang indah saja tanpa dasar yang kuat, melainkan berangkat dari suatu yang dimengerti, ada sesuatu yang dibungkusnya dengan cerita, ada suatu konsep sentral yang dikembangkan dalam cerita itu, ada sebuah tema yang membuatnya lebih penting dari sekedar bacaan hiburan. Tema tidak dapat disimpulkan hanya berdasarkan pada bagian- bagian tertentu cerita, walau sulit ditentuka secara pasti, tema bukanlah makna yang disembunyikan. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fisik tidak secara sengaja disembunyikan. Karena justru hal tersebut yang ditawarkan kepada pembaca. (Adib Sofia Sugihastuti 2003: 13) Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan, ide, pikiran utama atau intisari yang mendasari sebuah karya sastra. Pada hakekatnya tema merupakan suatu hal yang sangat mendasar dari sebauah cerita. Tema tersebut mempunyai arti dan tujuan bagi masyarakat melalui peristiwa yang dirangkainya. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara bertemakan tentang seorang anak yang mencari ibunya tapi terbentur ayahnya karena jelas diceritakan bahwa konflik yang terjadi hanya berkisar pada kehidupan rumah tangga Ir. Harito dan Sumini. Dimana diceritakan bahwa anak kandung Sumini yang bernama Harini sedang mencarinya. Lalu Harini berupaya mencari sumini lewat Pak Tanjung dan Bu Tanjung. Dari mulanya Pak Tanjung menemukan Harini di sungai karena tenggelam dan ditolonganya. Lalu Harini bertanya kepada Pak Tanjung untuk bisa menemukan ibunya. Seperti pada kutipan berikut di bawah ini:

li

Endi ibu, endi ibu. Ibuku sing aaaayuuu dhewe. Yen ora dituduhake,

awas!kambi nyuara

ngono, cah wadon kuwi genti ngabruk ing pangkuane buTanjung , mesthi wae marahi mak jenggirat. Bu Tanjung ora bisa kumecap (Seri 2 hal 26) Terjemahan : Dimana Ibu , dimana ibu. Ibuku yang paling cantik. Kalau tidak dikasih tau, awas!setelah berbicara seperti itu, wanita itu jatuh di pangkuan Bu Tanjung, karena itu menyebabkan kageg. Bu Tanjung tidak bisa berdicara.(Seri 2 hal 26). Sosok wanita yang bernama Harini ini mempunyai sikap feminim dapat dilihat fisik atau cara berpakaian sangatlah wanita, dia berpakaian layaknya seorang wanita pada umumnya yang memakai celana pendek ataupun istilahnya rok, dan tubuhnya sangatlah halus dan menggiurkan karena dapat dilihat bahwa umurnya yang sangat muda yang berkisar antara umur belasan tahun. Dilihat dari kutipan. Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim sisan, Tanjung saya mbilingi. Kala menjinge ngangsed, munggah midhun, bareng karo sikile bocah wadon kasebut ngonthel pit mini( Seri 3 hal 19). Terjemahan: Karena wanita cantik itu, memakai rok ketat dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatinya, kala menjengnya naik turun, bersamaan dengan kakinya anak perempuan itu yang sedang memakai sepeda mimi( Seri 3 hal 19). Harini yang sedang sakit diajak pak Tanjung ke rumah kidukun, disitu Harini di beri obat karena sebelumnya Harini ini dirasa kurang waras atau gila karena menyebut-nyebut dimana ibu terus sampai berulang-ulang, kerap kali ditanyai identitasnya atau siapa dirinya dia kerap kali menjawab dimana ibuku, dan akhirnya kidhukun bertanya baik-baik dan Harini menjawab, dan dia ingin pergi ke alamat LSM Multiguna Persada. Kutipan: terna menyang ngendi ndhuk...?

lii

menyang kantor....? kantor apa...? LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna kana cepet. LSM Multiguna Persada apa? Papane ana eng engdi ndhuk? Jl... Anoman nomer 11.

Terjemahan: Diantarkan kemana dik...? ke kantor.....? kantor apa... LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna Persada kesana cepat. LSM Multiguna persada apa? tempatnya ada dimana, dik? Jl.... Anoman nomer 11.

Setelah diantarkan ketujuan tersebut Harini disuruh masuk kedalam katornya. Pada saat di dalam kantornya Ir Harinto yang bernama kantor LSM Multi guna persada, Harini juga menagih janji keberadaan ibunya. Dimana, Harini menagih janji dengan cara memaksa karena Ir Harinto mengulur waktu biar Harini lupa menagih janjinya:seperti pada kutipan di bawah ini ; iki sing dikwatirke, mulane, yen bisa, tembunge ra di enggok-enggokke. Ora sah golek alesan, endi janjimu.eee.......mengko dhisikBocah wadon iku ngoyok, tur tanpa basa pisan.Njangkar..(Seri 8 hal 19). Terjemahan: ini yang dikwatirkan, awalnya perkataan jangan dibelok-belokan.jangan mencari alesan, mana janjimu.eee........nanti duluanak wanita ini ngotot , tanpa bahasa yang halus.Kasar..(Seri 8 hal 19). Pada akhir cerita Harini bertemu pada ibunya di rumah sakit, dalam cerita menunjukan bahwa dirumah sakit ada beberapa orang yang menemui Sumini dan setelah itu diberitahu oleh kartolo bahwa ada seorang yabg dicari-cari selama ini. Dirumah sakit Harini dan Sumini untuk pertama kali bertemu dan akhirnya setelah bertumu dengan anaknya Sumini meninggal dunia

liii

karena sakit yang dideritanya. Disamping itu Harini kecewa tetapi juga lega karena bisa tau siapa orang tuanya selama ini. Seperti pada kutipan : Bengok Harini, histeris. Kabeh kaca-kaca. Genti Bu Tanjung uga langsung ngabruk Sumini sing ora kena ditulung kuwi. Njur lamat-lamat saka lambene kartolo innalillahi wa ina ilaihi rojiun.(Seri 17 hal 21). Terjemahan : Teriyakan Harini, semua berkaca-kaca, gantian Bu Tanjung yang langsung memeluk Sumini yang tidak bisa ditolong lagi. Terus berkata bisik-bisik dari mulut KartoloInnalillahi wa ina ilaihi rojiun(seri 17 hal 21) 2. Plot/Alur Di dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara mempunyai Alur maju dan tertutup dalam plot/Alur dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Situation (melukiskan suatu keadaan) Pengarang mengawali dengan mula-mula pembaca diajak untuk masuk kedalam situasi dengan diawali pada Pak Tanjung yang menerima syarat dari ki dukun supaya mencari lele yag besarnya seperti ikan yang besar di sungai serengenge. Seperti pada kutipan : Kuwi sarat-sarat sing ora dilakoni muspra. Yen ana apa-apa mangga!ki dhukun genahake mantep. Sarat kok nalar...(seri 1 hal 19) Terjemahan : Itu syarat-syarat yang tidak dilakoni percaya. Kalau ada apa-apa terserah!ki dukun membenarkan yang betul. Sarat tidak masuk akal...(Seri 1 hal 19) Pada saat itulah pak Tanjung ingin mendapatkan keturunan dari sumini karena berapa tahun sudah menikah belim bisa mendapatkan seorang anak.dan pada itulah pah Tanjung menemui kidukun mencari syarat untuk bisa mendapatkan jalan supaya anaknya bisa mendapatkan keturunan. Dengan syarat ki dukun pak Tanjung mencari ikan lele di sungai dan akhirnya dapat

liv

tetapi Pak Tanjung mendapatkan lele yang tidak seperti disyaratkan ki dukun tersebut. Dan lelenya dibawa pulang lalu disuruh dimasak dan diserahkan ke Sumini agar dapat momongan. Seperti pada kutipan di bawah ini: Iwake enggal digawa menyang kutha, neng nggone Sumini, kareben anake dhewe enggal duwe momongan. Awake dang bisa ngudang putu. Rak ngono.(Seri 1 hal 19) Terjemahan: Ikannya supaya dibawa ke kota, di tempat Sumini, supaya anak kita mendapatkan momongan. Kita supaya dapat menimang cucu. Ya tidak. (Seri 1 hal 19) b. Generating circumstances (Peristiwa mulai bergerak ) Peristiwa ini mulai bergerak setelah Pak Tanjung pergi mencari ikan , lalu paginya ikan itu dikembalikan dan menemukan seorang wanita muda yang ingin diantarkan ke kantor LSM multiguna persada tidak lain kantor itu milik menantunya pak Tanjung. Seperti pada kutipan di bawah ini: Terno menyang ngendi dhuk?menyang kantor, kantor apaLSM Multi guna Persada, Papane neng ngendi dhuk?jalan Anoman Nomer 11(Seri 5 hal 20) Terjemahan : Diantarkan kemana nak?menuju kantor, kantor apa LSM Multiguna Persada, tempatnya dimana nak?jalan Anoman nomer 11(Seri 5 hal 20) c. Rising action (Keadaan mulai memuncak) Keadaan mulai memuncak setelah Ir Harinto mengetahui bahwa Sumini pernah mempunyai anak dan menitipkan kepada Kartolo. Dan saat itu Ir Harinto kaget seperti tidak percaya tentang berita tersebut. Seperti yang ada pada kutipan: Tembunge Harinto rada kasar. Semune rada kecentok rasane. Njur kewuwuhan ngoso sethithik. Neng pemuda iku tenang wae.Garwa panjenengan rawuh dateng griya kula, kejawi silaturahmi ugi nitip bayi (seri 14 hal 20).

lv

Terjemahan : Bicaranya Harinto seperti kasar. Suaranya semakin tidak enak dirasakan. Seterusnya istirahat sebentar. Terus pemuda itu tenang aja .istri kamu datang kerumah saya . untuk silaturahmi terus menitipkan bayi(Seri 14 hal 20). Setelah mendapati berita tersebut Ir Harinto pulang kerumah karena ingin mengetahui apa bener yang dikatakan kartolo itu, akan lelaki tersebut, setelah sampai dirumah, Ir Harinto mendapatkan berita dari bapak mertuanyabahwa Sumini ketabrak dan dirawat dirumah sakit. Seperti pada kutipan di bawah ini: mangga pak...bapak saking dalem?.saka rumah sakit sinten sing gerah lho, mau bengi ora kondur ta?kok dibel saka rumah sakit kosong ngomah kene, Sumi rak neng kana, PKU Muhammadiyah, kamar E ruang 4 (Seri 15 hal 20). Terjemahan : Mangga Pak. . .Bapak dari dalam? . dari Rumah Sakit Siapa yang sakit dari malam belum pulang ta? Kenapa di telpon dari Rumah Sakit rumah sini kosong, Sumi disana, PKU Muhammmadiyah Kamar E ruang 4 (Seri 15 hal 20). Setelah mendapati berita tersebut Ir. Harinto pergi ke Rumah Sakit tetapi dia mampir dulu ke Kantor, akan tetapi Kantornya di Segel Polisi karena Kantornya bermasalah karena melanggar peraturan. Seperti pada Kutipan : Tekan ngarep Kantor Ir. Harinto kaget, njengek. Njur mbenerake batine dewe. Layak yen esuk mau ngontak Satpam ora sambung. Dadakan mobile di rem ngeget, kaya ora ana sing akon (Seri 16 Hal 19). Terjemahan : Tiba di depan kantor Ir. Harinto terkejut. Lalu membenarkan hatinya sendiri dari tadi pagi telpon Satpam tidak tersambung. Tiba tiba mobilnya di rem mendadak, seperti tidak ada yang menyuruh (Seri 16 Hal 19).

lvi

d. Climax (peristiwa peristiwa mencapai puncaknya) Peristiwa ini mulai memuncak ketika Ir. Harinto berkejar kejaran dengan polisi karena polisi ingin menangkapnya, karena tidak mau tertangkap Ir. Harinto lari ke Rumah Sakit dimana isterinya Sumini diarawat disitu seperti pada Kutipan: Mung wae, Ir. Harinto ora ngrewes marang tembakan kowe. Terus wae mancal gas, ninggal Kantore dewe kuwi. Ora melu Polisi sing mesti wae bakal ngoyak deweke. Mobil terus diblandangake, mbiyaki kendaraan liya. Mesti wae kudu ngebel bola bali (Seri 16 Hal 20). Terjemahan : Hanya itu, Ir. Harinto tidak menghiraukan dari tembakan itu. Kemudian menginjak gas meninggalkan Kantornya. Tidak ikut polisi yang mengejar. Kemudian mobil dilarikan membuka kendaraan orang lain. Sering membunyikan klakson (Seri 16 Hal 20). Ir. Harinto lari menuju Rumah Sakit dan bertemu dengan Sumini disitu ada Pak Tanjung dan Bu Tanjung dan juga ada Kartolo ada pula Harini, Kartolo bercerita bahwa Sumini ini Ibu Kandungnya Harini seperti pada Kutipan. Dhik Harini ya iki sing mataun taun kok goleki. Ibumu. Kandane Kartolo, genahake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani ndhisiki suara (Seri 17 Hal 20). Terjemahan : Dik Harini ya ini yang bertahun tahun kamu cari. Ibumu. Katanya Kartolo, membenarkan. Waktu itu semua diam. Tidak ada yang mendahului suaranya (Seri 17 Hal 20). Peristiwa itu Ir. Harinto ingin mengetahui juga siapa bapak dari Harini yang jadi pertanyaannya. Seperti pada Kutipan di bawah ini: A. . . ku ora kuat tenan mas. Wis. Yen isih dha durung trima panalangsaku ya wis, aku tak mbukak wadi . Sumini ngampet suara. Terus merem, ora ana tangis meneh mung kumecap cekak : Ki Dukun Kabul. Bajingan! (Seri 17 Hal 21). Terjemahan :

lvii

A. . . ku yakin tidak kuat mas. Sudah. Kalau masih belum terima sakitku ya sudah. Aku akan membuka rahasia. Sumini menahan suara. Kemudian menutup mata, tidaka ada tangis lagi keculai suara pendek : Ki Dukun Kabul. Bajingan! (Seri 17 Hal 21). e. Denouement (pemecahan persoalan persoalan dari semua peristiwa) Pemecahan persoalan yang di lukiskan pengarang yaitu ditangkapnya Ir. Harinto karena bermasalah dengan Hukum yaitu memproduksi VCD porno, begitu juga Harini karena meneror losmen Menoreh Asri, juga meninggalnya Sumini serta di tangkapnya Ki Dukun Kabul karena sebagai tersangka tabrakan. Seperti pada Kutipan. Sing nyrempet ibu Sumini kuwi, uga truke Ki dhukun Kabul. Wah, piye wae iki tetep kudu di proses. Ora ana istilah Kolusi kolusinan. Sing luwih penting maneh wanita jeneng Harini iku kudu di kecrek sisan. Iki mau ana kontak saka Kapolres (Seri 17 Hal 21). Terjemahan : Yang menabrak ibu Sumini itu yaitu truk Ki Dhukun Kabul. Tetap saja ini harus di proses. Tidak ada istilah Kolusi kolusinan. Yang lebih penting lagi wanita yang bernama Harini itu harus di borgol sekalian. Ini tadi ada berita dari Kapolres (Seri 17 Hal 21). 3. Penokohan Tokoh sangat dibutuhkan kehadirannya, sebab melalui penokohan cerita menjadi nyata dalam anganangan pembaca. Melalaui penokohan itulah pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud manusia dengan peri kehidupannya yang sedang diciptakan pengarang. Penokohan merupakan gambaran watak dan perilaku yang digambarkan dalam cerita fiksi. Penggambaran tokoh dalam cerita fiksi antara novel dan cerpen atau cerbung berbeda. Cerpen digambarkan secara detail. Penggambaran watak dan perilaku dalam cerita merupakan gambaran yang diimpirasikan dari keadaan masyarakat sebagaimana sifat seorang manusia yang mempunyai sisi buruk dan sisi baik. Penggambaran watak dan perilaku yang tidak wajar justru akan mempercepat bentuk dari karya sastra dan menimbulkan keraguan terhadap pembaca.

lviii

Cerbung Mburu Aburu kupu kuning karya Suwardi Endraswara. Penokohan akan dibagi menjadi beberapa bagian: Tokoh utama (Central Chararter) adalah tokoh yang paling sampai perananya yang tampil didalam cerita. Terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita selanjutnya tokoh utamanya yaitu Harini dan Tokoh tambahan atau tokoh bawahan yang paling dominan adalah pak Tanjung, bu tanjung , Ir Harinto, Kartolo. Cerita yang sudah dipaparkan mengenai dalam Cerbung Mburu Aburu Kupu Kuning menurut Teori yang dikemukakan Mochtar Lubis satu demi satu sebagai berikut: 1. Tokoh Utama Tokoh utama mempunyai peran penting dalam perkembangan cerita dan mempunyai relevansi dengan setiap peristiwa yang terjadi di sepanjang cerita. Tokoh utama paling berhubungan dengan berbagai masalah dari awal hingga akhir di dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning ini adalah Harini, tokoh ini paling dominan terlibat dalam semua peristiwa kejadian yang ada di Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning. Tokoh utama pada cerita ini adalah Harini. Pengarang melukiskan tentang tokoh Harini dengan Pyisikal description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon) dan Direct outhor analisis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon). Tokoh Harini adalah tokoh yang umurnya masih belasan tahun. Dimana tokoh Harini ini mempunyai wajah yang sangat cantik dan bentuk tubuh yang sangat ideal. Dimana tokoh Harini juga mempunyai sifatyang sangat keras kepala. Karena dia masih muda dimana umur segitu masih mempunyai sifat yang gampang marah dan ingin mencari jati dirinya dan menentukan langkah awal menuju kedewasaan. Untuk masa depannya dan juga Harini ini suka berbicara kurang sopan terhadap orang yang lebih tua. Seperti pada kutipan dibawah ini.

lix

Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim pisan, Tanjung saya mbilengi. Akhire, dina candhake Tanjung kumudu nyedaki cewek centil kuwi Seri 3 Hal 20). Terjemahan : Karena perempuan cantik sekali itu pakai rok sempit dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatnya. Akhirnya, hari untuk mendekati, Tanjung harus mendekati cewek agresif itu (Seri 3 Hal 20). Hal ini diperjelas juga dengan Portrayal of thought stream or concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya). Harini kurang hormat dengan orang tua dimana dia semena mena dalam tindakan yang kurang sopan dilakukan terhadap orang tua dengan menjawab pertanyaan apa adanya. Seperti pada Kutipan. Sing baku, Bapak lan ibu. Lha bapak ibumu sapa, Nduk? Bapak kula wong lanang, ibu kula wong wadon Titik. Huss . . . ki guyon ta. Tenane bapak lan ibumu sapa, mengko dak terake merana. Aku tanggung jawab tenan bapak kula utang. Ibu nggih utang. Utang kudu nyaur yen boten awas (Seri 3 Hal 20). Terjemahan : Yang baik, Bapak dan Ibu. Siapa bapak ibu kamu, Nduk? Bapak saya laki laki, ibu saya saya perempuan titik. Huss. . .ini gurauan kan. Yang benar bapak dan ibu kamu siapa, Nanti saya antar kesana. Aku sangat tanggung jawab bapak saya hutang. Ibu juga hutang. Hutang harus mengembalikan kalau tidak awas (Seri 3 Hal 20). Pengarang juga sering menggunakan Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon) setelah sadar di rumah Pak Tanjung. Harini ini berbicara ngawur seperti orang gila dan akhirnya Pak Tanjung dan Bu Tanjung berencana membawa Harini ke Dukun biar di obati dan bisa sadar sehingga bisa ditanyai baik baik dan bisa dijawab dimana asal usulnya. Seperti pada kutipan.

lx

Bengi iki uga Nduk, kowe arep dijak sowan simbah. Mung dolan kok. Dohe saka kene ya mung patang kilonan. Yo. Ben pikiranmu ben ora buneg neng ngomah kene (Seri 4 Hal 20). Terjemahan: Malam ini jadi Nduk, Kamu mau di ajak ke tempat kakek. Hanya bermain saja. Dari sini jauhnya empat kilo saja. Ya. Biar pikiranmu tidak bosan di rumah sini (Seri 4 Hal 20). Berkaitan dengan hal ini juga diperjelas dengan reaction of others about to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan pandangan pelakon terhadap kejadian kejadian). Dalam tahap ini Harini mempunyai sifat keras dan mudah sekali marah, terlihat dalam dia ingin menagih janjinya terhadap Ir. Harinto, setelah beberapa kali mencari dimana letak kantor itu berada tapi dengan bantuan Pak Tanjung dan Bu Tanjung bisa ditemukan Kantor tersebut disitu Harini akhirnya menemukannya, setelah itu Harini menemui Ir. Harinto diruangannya dan terjadi pertengkaran karena Harini menagih janji dengan cara memaksa dan terus memaksa seperti pada kutipan. Bos iku wis bisa mbedhe, geneya bocah wadon iku tekan kantore mesti bakal nagih janji. Iki sing di kuatirake mulane, yen bisa, ra di enggok enggokake. Ora sah golek alesan. Endi janjimu.eee. . . mengko disik bocah wadon iku ngoyok. Tur tanpa basa sisan (Seri 8 Hal 19). Terjemahan : Bos itu sudah bisa menebak, Pastinya perempuan itu tiba dikantornya kemudian menagih janji. Ini yang di khawatirkan awalnya, Kalau bisa, perkataannya jangan simpang siur. Tidak usah cari alasan. Mana janjimu. eee. . .sebentar dulu anak perempuan itu memaksa. Dan tanpa kalimat yang sopan (Seri 8 Hal 19). Hal ini juga diperjelas dengan pengarang melukiskan dengan Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan

lxi

pelakon utama). Hal ini bermula sikap yang ada pada saat Pak Tanjung bertemu pada ki dukun kabul sedang memperebincangkan Harini bahwa Pak Tanjung dan Kidukun Kabul ingin mengobatinya dengan alasan biar cepat sembuh. Sikap ini dilakukan supaya Harini yakin dan mau menurut untuk diobati, sikap inilah yang dilakukan Pak Tanjung. Seperti yang ada pada kutipan: Mung wae, amrih ora ndedawa rasa. Dhewe enggal wae nugel rembug kudu tekan gone mbah Dukun. Olehe pamit tanpa tembung cukup nganggo sasmita mripat marang Bu tanjung. Kuwatir yen bocah wadon iku ngerti arep menyang nggone dukun, timbang ngeculake suwara landep meneh ( Seri 3 hal 20). Terjemahan; Hanya saja, tidak usah ngepanjangkan rasa. Kita supaya mematahkan masalah harus bisa tiba di rumah Mbah Dukun. Dengan pamit tidak mengucapkan kata yang sopan denga Bu Tanjung. Kekwatiaran anak perempuan itu sudah tiba dirumah Ki Dukun, daripada mengeluarkan suara kata lagi ( Seri 3 hal 20). 2. Tokoh Tambahan, Tokoh bawahan, Tokoh Pembantu. a. Pak Tanjung Tokoh Ini dilukiskan pengarang melalui Reaction To Event ( melukiskan bagaimana reaksi pelakon). Pak Tanjung merupakan ayah dari Sumini tetapi selama menikah belum bisa mempunyai keturunan hal ini menyebabkan pak Tanjung ingin bertemu dengan ki dukun, dimana Tanjung percaya dengan hal yang berbau mistik karena dia ingin mempunyai cucu dari Sumini.oleh karena itu pak Tanjung sebelum pergi kerumah Dukun, pakTanjung menginjak injak tanah dulu sebanyak tiga kali. Seperti pada kutipan: Kambi ninggal omahe, ora lali Tanjung nggedrug jejakan lawang ping telu. Njaluk Pamit karo kadang papat lima pancer. Kareben sing digadhang hasil..(seri1 hal 19). Terjemahan :

lxii

Dengan meninggalkan rumah, tidak lupa tanjung menginjak-nginjak tanah di depan pintu sebanyak tiga kali. Minta pangestu sama kadang empat lima pancer, supaya yang diharapkan berhasil..(Seri 1 hal 19). Dalam cerita tersebut pengarang melukiskan tokoh Pak Tanjung dengan Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan reaksi pelakon itu terhadap kejadian ). Sehingga dapat dilihat perihal Pak Tanjung menemukan Wanita yang tenggelam disungai, Pak Tanjung berniat melaporkan kemasyarakat dan tanya apakah ada yang mengenalinya perihal tersebut Pak Tanjung adalah orang yang berkepribadian sosial terhadap orang lain yang belum diokenalinya dengan menolongnya, dengan tidak ada rasa pilih kasih dan tidak mengharapkan imbalan. Untuk lebih jelasnya dilihat dalam kutipan: sak wise ditamatake, cetha yen tangan wong. Tanjung Enggal tetulung. Sing wadon katut ngampet, kambi ndonga ndremimil. Njaluk slamet. Piye iki, diampirke puskesmas apa diajak bali neng omahe dhewe?(Seri 2 hal 20). Terjemahan: Setelah dipandang, nyata sekali tangan orang. Tanjung langsung menolongnya. Perempuan itu ikut menahan, sambil berdoa terus. Minta selamet. gimana ini, di kasihkan ke puskemas apa di ajak pulang ke rumah kita?(Seri 2 hal 20). b. Bu Tanjung. Tokoh ini di lukiskan dengan Reaction to event (melukiskan pelakon dengan suatu kejadian). Bu Tanjung adalah istri dari Pak Tanjung. Dimana Ibu Tanjung ini menemukan wanita di sungai di tolongnya dan dia bawa kerumahnya dan dikasih obat. Setelah wanita itu sadar Ibu Tanjung segera menanyainya dengan perasaan sebagai wanita yang penah mempunyai anak, Ibu Tanjung berniat bertanya dengan baik-baik terhadap wanita tersebut. Lihat pada kutipan:

lxiii

Ndhuk... tembunge ibu Tanjung grapyak semanak. Kebak rasa pangrasa. Dhewekenjur nyritakake mula bukane bocah wadon kuwi tekan omahe. Lan sing paling baku, njur arep mbobok sapa sejatine bocah wadon iku ( seri 3 hal 20). Terjemahan: Nak.... perkataan ibu Tanjung langsung mengenainya. Penuh dengan rasa pertanyaan. Ibu Tanjung langsung bercerita dari awal membuka anak perempuan itu saat tiba dirumahnya. Setelah itu bertanya yang paling baik, siapa anak perempuan tersebut (Seri 3 hal 20). c. Ir Harinto Pengarang melukiskan dengan Reaction To Event (Melukiskan reaksi pelakon terhadap kejadian). Dapat diliat bahwa Ir Harinto adalah seorang pimpinan, dimana dia ini mempunyai istri disamping itu juga dia mempunyai masalah dengan polisi dimana dikantornya tersebut mempunyai masalah denagan pekerjaan yang dilarang oleh hukum dimana pekerjaan dia yaitu membuat dan menggandakan VCD porno. Dapat dilihat pula kejadian di kantornya di beri garis polisi dan Ir Harinto terkejut. Seperti pada kutipan: Tekan ngarep kantor Ir Harinto kaget, njengek, Njur mbenerake batine dhewe, layak yen esuk mau ngontak satpam ora sambung... kurang ajar.batine, kambi nggebrog stiran mobil sak wanine. Dheweke anyel weruh kantore sing wis diubengi garis polisi kuwi. Tur meneh ndadak wis dijaga polisi krocokroco, nyekel tembak(Seri 16 hal 19). Terjemahan : Di depan kantor Ir Harinto terkejut, melotot, selanjutnya membetulkan hatinya. Makanya dari pagi tadi nelpon satpam tidak menyambung... Kurang ajar .hatinya, sambil memukul setiran mobil dengan beraninya. Dia marah melihat kantornya di beri garis polisi. Terus selanjutmya telah di jaga polisi kecil-kecil, pegang pistol.(Seri 16 hal 19).

lxiv

Hal itu juga di lukiskan dengan pengarang lewat Portroyal of thought steam or of concious thought (melukiskan jalan pelakon dan apa yang terlintas dipikiranya). Dan sehingga dapat dilihat bahwa yang dilakukan perihal Ir Harinto. Mengetahui dari Kartolo baha Sumini dulu pernah mempunyai bayi dan dititipkan lewat kartolo atas nama yayasan Sarwi Mardi dan Ir Harinto berniat untuk menanyakan langsung kepada Sumini. Dapat dilihat dari kutipan berikut: Tembunge Ir harinto Wiwit rada kasar. Semune rada kecentok rasane. Njur kewuwuhan ngoso sethithik. Ning pemudha iku tenang wae. Garwa panjenengan. Rawuh dhateng griya kula. Kajawi silaturahml ugi nitip bayi.Haaaahhh. Bayi(Seri 14 hal 20). Terjemahan : Perkataan Ir Harinto mulai merasa kasar. Suaranya semakin tidak kepenak rasanya. Selanjutnya istirahat sebentar. Tapi pemuda itu yenang aja. istri kamu dulu pernah datang kerumah saya. Silaturahmi selanjutnya menitipkan bayi.Haaaaaahhh. Bayi (Seri 14 hal 20). d. Kartolo Tokoh ini dilukiskan melalui Reaktion to Event.(melukiskan pelakon terhadap suatu kejadian ). Dimana dilihat bahwa Kartolo menjelaskan dihadapan semua orang yang ada di Rumah Sakit dengan tenangnya dia mengucapakan suara tehadap semua orang yang ada di situ, dimana dia menjelaskan bahwa Harini ini adalah anak dari Sumini dan Kartolo menjelaskan tentang apa yang ia ketahui selama ini. Seperti pada kutipan: Dhik Harini ya iki sing mataun taun kok goleki. Ibumu kandhane Kartolo. Nggenah ake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani ndhisik nyuwara( Seri 17 Hal 20). Terjemahan:

lxv

Nak Harini ya ani yang bertahun-tahun yang kamu cari. Ibu kamu yang diberithukan Kartolo. Membenarkan, pada saat itu semuanya diam. Tidak ada yang berani bersuara ( Seri 17 hal 20). e. Ki Dukun Kabul. Tokoh Ini Dilukiskan dalam Reacsion To event(melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap suatu kejadian ) Dapat dilihat dari saat dimana dia mengobati pasien yang bernama Harini, tetapi mengalami kesulitan dalam hal mengobati pasien tersebut. Seperti pada kutipan : Tamba? Tamba apa. Sapa sing lara ?Sing ditambani kuwi rak yen lara. Sing menthale bubrah kae yen arep ditambani. Aku ora lara. Apa aku ki lara?. Mbah Dukun mung meneng wae tur umak amik ( Seri 4 hal 45 ). Terjemahan: Obat? Obat apa. Siapa yang sakait ?yang diobati itu kalau ada sakitnya. Yang mempunyai hati yang sudah rusak itu yang harus diobati. Saya tidak sakit. Apa saya ini sakit?. Mbah Dukun hanya terdiam saja sambil berbisik-bisik ( Seri 4 Hal 45) f. AKP. Drs Rahardi AKP