15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

19
SUKSES BELAJAR ( 1 ) Ahmad Zain An Najah, MA * Alhamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb sekalian alam, shalawat dan salam ditujukan kepada junjungan besar nabi Muhammad saw beserta para sahabat dan pengikutnya hingga hari kiamat, amma ba’du : Di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penuntut ilmu dengan seksama , agar mampu menguasai ilmu syar’I secara baik. ( I ) Kaidah Umum Dalam Belajar Sebelum memulai belajar, seorang penuntut ilmu hendaknya memahami dengan baik- baik kaidah- kaidah yang diletakkan oleh para ulama untuk menjadi bekal para penuntut ilmu. Kaidah –kaidah kalau dipegang teguh dan dihayati, insya Allah akan banyak membantu para penuntut ilmu di dalam mencapai cita-cita mereka Diantara kaidah- kaidah tersebut adalah sbb : Kaidah Pertama : ( لك ك ه ي عط ت ى حت ه ض ع ت ك ي عط ت م لا عل ل ا) Ilmu itu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya, sehingga engkau memberikan kepadanya semua yang engkau miliki ” Artinya, bahwa seorang penuntut ilmu jika berniat untuk mempelajari suatu ilmu, mestinya ia berani dan siap mengorbankan segala yang dimiliknya, dari harta, waktu, tenaga. Kemudian, seandainya dia sudah mengorbankan yang dia miliki tersebut untuk mendapatkan ilmu, maka belum tentu dia mampu meraih semua ilmu yang ada. Dan selama- lamanya dia tidak akan mampu menguasai seluruh ilmu tersebut, kecuali hanya sebagiannya saja. Kalau ini hasil orang yang bersungguh-sungguh di dalam menuntut ilmu, anda bisa membayangkan bagaimana hasil orang yang setengah-setengah atau tidak bersungguh – sungguh , serta tidak mau berkorban di dalam menuntut ilmu. Kaidah Kedua : ) ما ل ولد عا ي رء م ل س ا لي ف م عل ت( ” Belajarlah, karena seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu ” Artinya, seseorang tidak begitu saja menjadi seorang alim tanpa memalui proses dan usaha. Maka seorang penuntut ilmu, jika ingin menjadi orang alim, hendaknya dia belajar dan terus belajar sehingga cita-citanya tercapai. Kaidah Ketiga : ها لك سا م لك س ت م ل و اة ج8 ن ل و ا ج ر ت ي ي ل ى ا علرى ج ت لا ة ي ي ف س ل اI نK ا

description

Qur'an

Transcript of 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Page 1: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

SUKSES BELAJAR

( 1 )

Ahmad Zain An Najah, MA *

Alhamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb sekalian alam, shalawat dan salam ditujukan kepada junjungan besar nabi Muhammad saw beserta para sahabat dan pengikutnya hingga hari kiamat, amma ba’du :

Di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penuntut ilmu dengan seksama , agar mampu menguasai ilmu syar’I secara baik.

( I ) Kaidah Umum Dalam Belajar

Sebelum memulai belajar, seorang penuntut ilmu hendaknya memahami dengan baik- baik kaidah- kaidah yang diletakkan oleh para ulama untuk menjadi bekal para penuntut ilmu.

Kaidah –kaidah kalau dipegang teguh dan dihayati, insya Allah akan banyak membantu para penuntut ilmu di dalam mencapai cita-cita mereka

Diantara kaidah- kaidah tersebut adalah sbb :

Kaidah Pertama :

( العلم ال يعطيك بعضه حتى تعطيه كلك )

” Ilmu itu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya, sehingga engkau memberikan kepadanya semua yang engkau miliki ”

Artinya, bahwa seorang penuntut ilmu jika berniat untuk mempelajari suatu ilmu, mestinya ia berani dan siap mengorbankan segala yang dimiliknya, dari harta, waktu, tenaga. Kemudian, seandainya dia sudah mengorbankan yang dia miliki tersebut untuk mendapatkan ilmu, maka belum tentu dia mampu meraih semua ilmu yang ada. Dan selama-lamanya dia tidak akan mampu menguasai seluruh ilmu tersebut, kecuali hanya sebagiannya saja.

Kalau ini hasil orang yang bersungguh-sungguh di dalam menuntut ilmu, anda bisa membayangkan bagaimana hasil orang yang setengah-setengah atau tidak bersungguh –sungguh , serta tidak mau berkorban di dalam menuntut ilmu.

Kaidah Kedua :

( تعلم فليس المرء يولد عالما)

” Belajarlah, karena seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu ”

Artinya, seseorang tidak begitu saja menjadi seorang alim tanpa memalui proses dan usaha. Maka seorang penuntut ilmu, jika ingin menjadi orang alim, hendaknya dia belajar dan terus belajar sehingga cita-citanya tercapai.

Kaidah Ketiga :

ترجو النجاة ولم تسلك مسالكها

إن السفينة ال تجرى على اليبس

” Anda mengharapkan keselamatan, akan tetapi anda tidak mau mengikuti jalan jalan yang mengantarkan kepada keselamatan tersebut.

Perbuatan anda tersebut bagaikan sebuah kapal yang berlayar di atas daratan. ”

Artinya, kalau seorang penuntut ilmu bercita-cita menjadi seorang alim , akan tetapi tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh dan tidakmau mengorbankan waktu, tenaga dan hartanya untuk itu, maka orang semacam itu hanyalah berangan-angan saja, dan tidak mungkin akan berhasil menggapai cita-citanya, selama dia tidak mau bersungguh- sungguh. Dia ibarat sebuah kapal yang berhenti dan tidak bisa berjalan, karena sedang berada di daratan dan keadaan tersebut tidak akan berubah sehingga dia dijalankan di atas air.

Page 2: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Kaidah Keempat :

من لم يذق ذل التعلم ساعة

تجرع ذل الجهل طول حياته

” Barang siapa yang belum pernah merasakan sama sekali kehinaan ketika belajar, maka niscaya dia akan merasakan kehinaan karena bodoh selama hidupnya “

Artinya, bahwa seseorang ketika sedang dalam proses belajar, dia akan mendapatkan kehinaan, seperti dia harus datang merengek-rengek kepada seorang guru atau seorang alim supaya dia belajar darinya, bahkan kadang dia harus merelakan sebagian harta untuk membayarnya demi mendapatkan sebuah ilmu. Dia harus rela duduk di bawah, sedang gurunya duduk di atas kursi. Bahkan kadang dia harus rela dimarahi, diperintah, bahkan dihukum , jika melakukan sebuah kesalahan. Itu semua merupakan bentuk bentuk kehinaan di dalam proses belajar.

Seorang penuntut ilmu yang takut akan kehinaan seperti ini, otomatis dia tidak akan datang ke majlis- majlis ilmu dan dia akan menjauhi guru –guru dan orang- orang alim, karena takut diperintah atau ditegur. Dengan demikian, selama- lamanya dia tidak akan pernah belajar, dan selama-lamanya dia akan berada dalam kebodohan. Dan ketika dia bodoh, maka orang-orang disekitarnyapun tidak akan menghargai dan menghormatinya, karena dia tidak mempunyai ilmu, dan selama-lamanya dia akan dihinakan sepanjang hidupnya.

Kaidah Kelima :

(الطريقة أهم من المادة )

” Pengetahuan tentang tata cara belajar itu jauh lebih penting dari pengetahuan tentang materi pelajaran itu sendiri ”

Artinya, seorang penuntut ilmu hendaknya lebih dahulu memperhatikan dan mempelajari tata cara , tehnik-tehnik serta kiat-kiat belajar yang benar dan efesien sebelum dia memperhatikan dan mempelajari materi pelajaran itu sendiri. Hal itu, karena mengetahui tata cara belajar yang baik, akan mengantarkan kepada pemahaman dan penguasaan materi yang baik juga. Sebaliknya seorang penuntut ilmu yang hanya memperhatikan materi pelajaran tanpa memilih metode belajar yang benar, dikhawairkan dia tidak akan berhasil menguasai materi itu sendiri. Berapa banyak seorang penuntut ilmu yang rajin dan tekun di dalam mempelajari materi pelajaran, akan tetapi karena tidak didukung dengan sistem dan metode belajar yang benar, maka ketekunan tersebut tidak banyak membuahkan hasil.

<!–[if !supportEmptyParas]–> <!–[endif]–>

( II ) Tujuh Unsur Yang Menunjang Belajar

Selain memahami kaidah-kaidah di atas, seorang penuntut ilmu harus memperhatikan juga unsur-unsur penting yang menunjang proses belajar. Tanpa memperhatikan dan melaksanakan unsur-unsur tersebut, barangkali cita-cita untuk menjadi seorang yang berilmu hanya tinggal angan-angan belaka. Diantara unsur-unsur penting tersebut adalah :

Unsur Pertama : Meluruskan Niat

Seorang penuntut ilmu harus meluruskan niatnya terlebih dahulu, karena dengan niat yang lurus, maka Allah akan memberkati ilmunya dan memudahkannya di dalam proses belajar, sebaliknya seseorang yang salah niat dalam belajar, maka ilmunya tidak akan berkah dan amalannya tidak diterima oleh Allah swt. Maka, betapa ruginya para penuntut ilmu yang salah niat. Dalam suatu hadist disebutkan :

عن كعب بن مالك رضى الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من طلب العلم ليجارى بnnه العلمnnاء ، أوليمارى به السفهاء ، أو يصرف به وجوه الناس إليه أدخله الله النار

” Dari Ka’ab bin Malik r.a bahwasanya dia berkata : Saya telah mendengar Rosulullah saw bersabda : ( Barang siapa yang belajar degan tujuan untuk mendebat para ulama , atau mempermainkan orang- orang bodoh, atau untuk mencari pengikut , niscaya Allah akan memasukkannya kepada api neraka ) ( HR. Abu Daud ) (<!–[if !supportFootnotes]–>[1]<!–[endif]–>)

Ilmu syar’I sendiri tabiatnya memang tidak akan bisa dikuasai dengan baik tanpa niat yang lurus. Oleh karenanya, Imam Al Laits mengatakan : “ Sesungguhnya yang pertama kali harus dikerjakan seorang penuntut ilmu adalah meluruskan niatnya, hal ini sangat penting agar dia bisa mengambil manfaat dari ilmunya dan orang lainpun bisa mengambil manfaat darinya. “

Page 3: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Dalam hal ini, hendaknya para penuntut ilmu berniat mencari ridha Allah dalam belajarnya, dan itu teralisir dengan empat hal :

Pertama : Hendaknya ia berniat untuk menghilangkan kebodohan yang ia miliki. Allah berfirman :

�ع�ل�م�ون� �ذ�ين� ال ي �ع�ل�م�ون� و�ال �ذ�ين� ي �و�ي ال ت �س� قل� ه�ل� ي

“ Katakanlah : Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. ? “ ( Qs Az Zumar : 10 )

Kedua: Hendaknya dia beniat untuk dapat memebrikan manfaat kepada orng lain . Karena Rosulullh saw bersabda : “ Sebaik-baik dari kamu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. “

Ketiga : Hendaknya dia beniat untuk menghidupkan ilmu, karena ilmu kalau tidak dihidupkan,maka akan ditinggal manusia dan akhirnya hilang.

Keempat : Hendaknya dia beniat belajar untuk diamalkan, karena ilmu tanpa amal, bagaikan pohon tanpa buah, ilmu tersebut justru akan menjadi bumerang baginya pada hari kiamat.

Jika seseorang belum mampu mengikhlaskan niatnya di dalam belajar, jangan serta merta ia langsung berhenti dan tidak mau belajar, tetapi tetaplah belajar, karena dengan belajar itu, diharapkan niatnya berangsung –angsur akan lurus. Imam Ghozali sendiri, ketika pertama kali menuntut ilmu belum bisa meluruskan niatnya, setelah belajar dan mengetahui pentingnya meluruskan niat, akhirnya beliau luruskan niatnya dalam belajar. Hal yang sama pernah dialami oleh Mujahid, beliau berkata : “ Dahulu, ketika belajar petama kali, saya belum punya banyak niat, akan tetapi akhirnya Allah memberikan saya rizki yang berupa niat yang lurus. “

Unsur Kedua : Senantiasa Bertaqwa dan Menjauhi Maksiat :

Setelah meluruskan niat, seorang penuntut ilmu hendaknya selalu meningkatkan ketaqwaan-nya kepada Allah swt dan berusaha untuk selalu menghindari maksiat, karena mkasiat adalah salah satu faktor yang menghambat proses belajar. Imam Syafi’I ketika kesulitan di dalam menghafal beliau melapor kepada gurunya Waki’ yang tertuang dalam beberapa bait syairnya :

شكوت إلى وكيع سوء الحفظ ، فأرشدني إلى ترك المعاصي

وأخبرني بان العلم نور ، ونور الله ال يهدى للعاصي

“ Pada suatu hari, aku mengadu kepada guru-ku Waki’ tentang kesulitan dalammenghafal, lalu beliau berpesan agar aku menjauhi maksiat.

“ Beliau juga memberitahukan kepada-ku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. “

Unsur Ke-tiga : Semangat dan Optimis

Seorang penuntut ilmu seharusnya selalu optimis dan semangat di dalam mencari ilmu, tampang menyerah ketika menghadapi berbagai rintangan dan tantangan. Sikap seperti ini akan membawanya kepada keberhasilan dan kesuksesan. Semangat di dalam menuntut ilmu ini dicontohkan oleh para ulama yang telah membuktikan keberhasilannya di dalam menuntut ilmu, diantaranya adalah :

Abu Bakar Al Qoffal Al Marwazi ( 411 H ) , beliau adalah salah satu ulama dari madzhab syafi’I yang mendirikan “ Madrasah Khurasiniyin “. Sebelumnya, Al Qoffal, sebagaimana namanya, adalah seorang tukang yang bekerja memperbaiki kunci dan gembok. Profesi tersebut ia tekuni sampai umur 30 tahun. Secara tiba-tiba beliau tertarik untuk belajar dan menekun ilmu-ilmu syare’at. Karena kesungguhannya yang luar biasa, akhirnya dalam waktu singkat beliau sudah menjadi ulama besar dalam madzhab syafi’i. (<!–[if !supportFootnotes]–>[2]<!–[endif]–>)

Begitu juga yang dialami oleh Ibnu Hazm, yang sebelumnya adalah orang yang sangat bodoh dengan ilmu syar’i. Ketika ia masuk masjid dan langsung duduk, dia ditegur oleh orang yang disampingnya agar melakukan sholat tahiyatul masjid. Pada kesempatan lain, ketika beliau masuk masjid lagi dan langsung sholat, beliaupun kena tegur karena kebetulan waktu itu adalah waktu dilarang untuk sholat sunah. Merasa dirinya bodoh dan tidak mau dipermainkan orang, akhirnya ia bertekad untuk belajar ilmu syar’I dengan sungguh- sungguh. Akhirnya dia mengurung diri dengan banyak membaca dan belajar dengan guru-guru. Dan dalam hitunganbulan, dia keluar lagi, dan kali ini sudah menjadi seorang alim. Ibnu Hazmi terkenal sebagai pengibar bendera madzhab Dhohiriyah.

Kesungguhan di dalam belajar ini tidak hanya dimiliki umat islam saja, tetapi siapa saja yang mau mempraktekkannya niscaya akan mendapatkan keberhasilan, lihat saja Thomas A. Edison, yang

Page 4: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

dulunya adalah penjual koran di kereta api dan seorang yang tuli, John D. Rockefeller yang hanya mempunyai upah enam dollar perminggu, Julius Caesar yang menderita penyakit ayan, Napoleon punya orang tua kelas rendahan dan jauh dari katagori cerdas, Beethoven seorang yang tuli, Plato yang berpunggung bungkuk dan Stephen Hawkins yang lumpuh.(<!–[if !supportFootnotes]–>[3]<!–[endif]–>) Semua nama yang disebutkan tadi dengan segala kekuarangannya, ternyata mampu meraih kesuksesan yang gemilang karena kesungguhan mereka yang luar biasa .

Hal yang sama juga dialami oleh K. H. Zarkasyi, ketika Pondok Pesantren Modern Gontor , pada tangal 19 Desember, 1936, kalau itu di resmikan Kuliyatul Mu’allimin Al Islamiyah, dan pada tahun pertama KMI hanya memiliki 16 murid saja, ditambah sebagian dari mereka tidak bisa menyelesaikan program studi di KMI dengan berbagai alasan. Keadaan seperti itu, tidaklah membuat KH. Imam Zarkasyi, salah seorang pendiri Pondok, surut dan pesimis, dengan optimis dan penuh semangat beliau mengatakan : “ Biarpun tinggal satu saja dari 16 orang ini, program tetap akan kami jalankan sampai selesai, namun yang satu inilah nantinya akan mewujudkan 10, 100 hingga 1000 orang “(<!–[if !supportFootnotes]–>[4]<!–[endif]–>)

Drs. H. Toto Tasmara, seorang ass. Vice President di Bank Duta, dan sebagai Corporate Secretary di PT. Humpuss, serta inspektur di pelatihan, Achievements Motivation Training, ketika lulus SLTA terpaksa harus mandiri membiayai hidup dan kuliyahnya, bahkan sempat selama satu tahun menjadi seorang penarik becak dan kenek truck angkutan. Akhirnya beliau telah menjadi orang yang sukses dan berhasil. (<!–[if !supportFootnotes]–>[5]<!–[endif]–>)

Ini sesuai dengan apa yang telah digariskan Alllah swt dalam firman-Nya, bahwa “ wilayah “ ( kepemimpinan ) tidak akan diperoleh seseorang kecuali melalui dua proses yaitu keyakinan dan kesabaran :

“ Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dan perintah Kami ketika mereka sabar . Dan mereka menyakini ayat-ayat Kami “ ( QS As Sajdah 24 )

Al Khatib Al Baghdadi dalam bukunya “ Al Jami’ li Ahkam Ar Rawi wa Adab As Sami’ , menyebutkan bahwa pada suatu hari ada seseorang yang hendak belajar hadist, mulailah ia mengikuti pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh para masyayikh ( guru ) di masjid-masjid, setelah beberapa tahun lamanya berjalan, tiba-tiba ia merasa bosan dan malas, karena selama dia belajar hadist ternyata tidak banyak manfaat yang didapatkannya . Dia berkata pada dirinya : “ Sepertinya saya tidak cocok belajar seperti ini. Akhirnya dia tidak mau belajar lagi. Pada suatu hari ketika sedang dalam perjalanan, tiba-tiba dia melihat air yang menetes pada batu. Ternyata batu tersebut sudah berlubang akibat tetesan air tersebut. Terpikir dalam dirinya “ “ Kalau air yang lunak dan lemah seperti ini bisa melubangi batu yang sangat keras, maka apakah hati dan otak-ku yang lebih kuat dari air tidak bisa melubangi ilmu yang tidak sekeras batu tadi. Akhirnya ia balik lagi ke masjid untuk menuntut ilmu hingga menjadi ulama besar. “ (<!–[if !supportFootnotes]–>[6]<!–[endif]–>)

Unsur Ke -Empat : Dana Yang Mencukupi

Untuk menguasai ilmu-lmu syar’I, tentunya tidak bisa hanya dengan mengandalkan modal dengkul. Seorang penuntut ilmu memerlukan buku-buku bacaan , baik untuk dipelajarinya secara menyeluruh, maupun sebagai referensi di dalam penelitiannya. Selain itu, juga diperlukan dana untuk transportasi dan bekal untuk menemui para gurunya. Kenyataan membuktikan bahwa semakin banyak buku-buku yang dimilikinya atau dibacanya, seorang penuntut ilmu semakin luas wawasan dan ilmunya, dan akan dengan mudah melihatnya setiap waktu.

Ketika pengetahuan tentang ilmu- ilmu keislaman berkembang pesat pada zaman berdirinya Khilafah Islamiyah, ternyata tidak lepas dari dana berlimpah yang dikucurkan oleh khalifah untuk kepentingan ilmu syar’i. Lihat misalnya : Khalifah Al Hakim bi Amrillah, mendirikan sebuah bangunan megah pada tahun 395 H yang diberi nama “ Dar Al Hikmah “ , di dalamnya dibangun juga perpustakaan yang dinamakan “ Dar Al- Ulum “ . Perpustakaan ini mencakup puluhan ribu jilid buku yang belum pernah dimiliki oleh perpustakaan lainnya. Selain itu, sang khalifah menjamin kehidupan dan keperluan para ulama yang bekrja di dalamnya. (<!–[if !supportFootnotes]–>[7]<!–[endif]–>)

Begitu juga khalifah Al Mustanshir di tempat kediamannya “ Qordova “ telah mendirikan perpustakaan yang mencakup 400.000 jilid buku, yang pada waktu itu belum dikenal percetakan. (<!–[if !supportFootnotes]–

>[8]<!–[endif]–>)

Unsur Ke-lima : Membutuhkan Waktu dan Proses

Seorang penuntut ilmu tidak boleh tergesa-gesa untuk segera menguasai semua ilmu yang diinginkannya, tetapi dia harus bersabar, karena segala sesuatunya perlu proses. Dan ini merupakan sunnatullah di dalam kehidupan : “ segala sesuatu perlu proses “ , atau seperti kaedah umum yang telah diterangkan di atas bahwa seorang bayi yang lahir tidak langsung pintar, dia perlu belajar pelan-pelan dan membutuhkan waktu sehingga besar dan menjadi pintar.

Page 5: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Seseorang yang tidak memahami kaedah semacam ini, cenderung gagal di dalam menguasai ilmu. Sebagai contoh ringan di dalam kehidupan akedemis mahasiswa Al Azhar, ketika seseorang memulai menghafal Al Qur’an secara tergesa-gesa dan berusaha menguasai hafalan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Dia tidak mau melakukan pengulangan atas hafalannya, maka dapat dipastikan orang tersebut akan gagal dalam menghafal Al Qur’an.

Fenomena semacam ini, telah dipantau secara seksama oleh para ahli fiqh, sehingga mereka menelurkan sebuah kaidah yang sangat penting sekali. Kaidah tersebut berbunyi :

” من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه ”

“ Barang siapa yang tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu yang belum saatnya, maka justru akan dihukum untuk tidak mendapatkannya. “ (<!–[if !supportFootnotes]–>[9]<!–[endif]–>)

Kaidah di atas juga berlaku bagi penuntut ilmu yang tergesa-gesa untuk menguasai suatu ilmu tanpa proses yang wajar. Hal ini dikuatkan oleh imam Az Zuhri, beliau berkata :

من رام العلم جملة ذهب جملة ، وإنما يطلب العلم على مر األيام والليالي

“ Barang siapa yang belajar sekali langsung banyak, niscaya ilmu itu akan hilang semua darinya. Karena sesungguhnya ilmu itu hanya bisa dicari secara pelan-pelan berkelang hari dan malam. “

Seorang penyair pernah menulis :

اليوم علم وغدا مثله ، من نخب العلم التي تلتقط

يحصل المرء بها حكمة ، وإنما السيل اجتماع النقط .

“ Hari ini belajar, besok juga begitu, barang siapa yang mengambl ilmu sedkit-dikit, niscaya akan mendapatkan darinya hikmah, karena sesungguhnya air yang melimpah itiu terdiri dari tetesan-tetesan . “(<!–[if !supportFootnotes]–>[10]<!–[endif]–>)

Para ulama yang sudah terbukti keilmuan mereka, juga membutuhkan proses sehingga mereka menjadi ulama yang tangguh. Lihat saja umpamanya Imam Syafi’I, beliau menghabiskan waktunya selama 20 tahun untuk mempelajari bahasa Arab. Padahal kalau diteliti, beliau adalah seorang keturunan Arab asli yang lahir di kota Arab, yaitu Palestina, serta hidup dilingkungan Arab sejak kecil. Selain itu, beliau juga fasih di dalam berbahasa Arab. Walaupun begitu, beliau tetap membutuhkan waktu untuk mempelajari sesuatu yang sudah menjadi bahasanya sehari-hari. (<!–[if !supportFootnotes]–>[11]<!–

[endif]–>) Bagaimana dengan kita ?

Syekh Utsaimin, seorang ulama senior di Arab Saudi, karya-karya beliau banyak menghiasi perpustakaan-perpustakan dan toko-toko buku, dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Salah satu rahasia keberhasilan beliau adalah lamanya beliau mengajar di masjid besar di Unaizah, beberapa kilometer dari kota Riyadh Saudi Arabia. Diperkirakan beliau mengajar berbagai disiplin keilmuan di masjid tersebut selama kurang lebih 30 tahun , hingga hari wafatnya. (<!–[if !supportFootnotes]–>[12]<!–[endif]–>)

Kaisar Nero pernah mengomentari pembangunan kota roma yang megah waktu itu, dia pernah mengatakan bahwa : “ Rome is not built in one night “ ( kota Roma tidak dibangun dalam satu malam ) (<!–[if !supportFootnotes]–>[13]<!–[endif]–>) ,artinya untuk membangun sebuah kota yang indah dan besar tentunya dibutuhkan waktu puluhan tahun lamanya, sama halnya dengan membangun sebuah keilmuan yang tangguh.

Unsur Ke-enam : Rihlah Ilmiyah

Seorang penuntut ilmu hendaknya tidak segan-segan untuk melakukan perjalanan dengan tujuan menuntut ilmu. Hal ini sangat penting, karena para ulama sudah berpencar di seluruh dunia. Seseorang yang hanya belajar pada beberapa guru yang ada di daerahnya saja, tentunya tidak cukup, disinilah pentingnya melakukan rihlah ilmiyah ( perjalanan untuk mencari ilmu ). Ada sebagian kawan yang mugkin berpikiran bahwa membeli buku banyak-banyak dan dibaca sendiri sudah cukup, tidak perlu jauh-jauh pergi untuk menuntut ilmu. Tentunya pikiran ini hanya bisa diterima ketika tidak ada kesempatan lagi untuk meimpa ilmu di tempat yang jauh atau di negara seberang. Jika seseorang mempunyai kesempatan untuk belajar di tempat yang jauh dan diperkirakan tempat tersebut memang sangat kondusif untuk menuntut ilmu, karena mudah mengakses buku-buku dan menemui para ulama, tentunya belajar di tempat tersebut jauh lebih baik, paling tidak dari segi pengalaman. Dalam hal ini, Imam Syafi’I pernah menulis bait-bait syi’ir yang memuat pujian terhadap aktivitas rihlah ilmiyah. Beliau menulis :

سافر تجد عوضا عن من تفارقه وانصب فان لذيذ العيش في النصب

Page 6: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

إني رأيت وقوف الماء يفسده إن سال طاب وان لم يجر لم يطب

واألسد لوال فراق الغابي ما افترست والسهم لوال فراق القوس لم يصب

والشمس لو وقفت في الفلك دائما لملها الناس من عجم ومن عربي

والتبر كالترب ملقى في أماكنه والعود في أرضه نوع من الحطب

فان تغرب هذا عز مطلبه وان تغرب ذاك عز كالذهب

“ Pergilah, niscaya engkau mendapatkan ganti apa yang engkau tinggalkan,

Dan selalulah bekerja keras, karena nikmatnya hidup ketika bekerja keras,

Saya melihat genangan air sangatlah merusak, jika ia mengalir maka akan bermanfaat, jika tidak, maka akan merusak.

Singa ketika masih di hutan, tentunya tidak menakutkan, dan anak busur selama masih dalam tempat, tidak akan mengenai sasarannya.

Matahari, jika tetap diam di tengah langit, maka semua manusia akan bosan, baik yang berbangsa Aran maupun yang lainnya.

Emas jika masih di tempatnya, sepert tanah biasa, dan kayu wangi jika belum dipetik, harganya sama dengan kayu bakar.

Jika si fulan pergi, maka dia akan dicari, dan jika fulan yang lain juga pergi, maka dia menjadi langka,bagaikan emas. ”

Dalam kesempatan lainnya Imam Syafi’I juga menulis :

وسnnnnnnnnnnnnnnnافر ففي األسnnnnnnnnnnnnnnnفار خمس فوائnnnnnnnnnnnnnnnد تغnnnnnnnnnnnnnnnرب عن األوطnnnnnnnnnnnnnnnان تكتسnnnnnnnnnnnnnnnب العالوعلnnnnnnnnnnnnnnnم وآداب وصحبnnnnnnnnnnnnnnnة مnnnnnnnnnnnnnnnاجد تفnnnnnnnnnnnnnnريج هnnnnnnnnnnnnnnnم± واكتسnnnnnnnnnnnnnnnاب معيشnnnnnnnnnnnnnnnة

وقطnnnnnnnnnnع الفيnnnnnnnnnnافي وارتكnnnnnnnnnnاب الشدائnnnnnnnnnnnد فnnnnnnnnnnان قيnnnnnnnnnnل فnnnnnnnnnnnي األسnnnnnnnnnnفار ذل وشnnnnnnnnnnدةبدار هوان بين واش وحnاسnد فموت الفتى خير له من حيnاته

“ Tinggalkan negaramu, niscaya engkau akan menjadi mulia, dan pergilah, karena bepergian itu mempunyai lima faedah .

Menghibur dari kesedihan, mendapatkan pekerjaan, ilmu dan adab, serta bertemu dengan orang-orang baik.

Jika dikatakan bahwa bepergian itu mengandung kehinaan,dan kekerasan, dan harus mlewati jalan panjang, serta penuh dengan tantangan,

Maka bagi pemuda kematian lebih baik daripada hidup di kampung dengan para pembohong dan pendengki. “

Para ulama-pun melakukan perjalanan jauh untuk menuntut ilmu, sebagaimana yang dilakukan oleh Jabir bin Abdullah yang menempuh perjalanan selama dua bulan dari Madinah menuju Mesir, hanya mencari satu hadits. Begitu juga yang dilakukan imam Syafi’I sendiri, yang berpindah dari tempat kelahirannya Palestina menuju Mekkah, kemudian dilanjutkan ke Iraq, kemudian ke Yaman, dan akhirnya ke Mesir hingga wafat beliau.

Unsur Ke-tujuh : Dekat Dengan Guru

Tidak diragukan lagi, pentingnya guru di dalam suatu proses belajar. Tanpa bimbingan guru dapat dipastikan seseorangakan gagal di dalam mencari ilmu. Diantara faedah belajar dengan guru adalah sebagai berikut :

Pertama : Efisien waktu dan tenaga.

Belajar dengan guru jauh lebih efisien dibanding belajar sendiri melalui buku. Seorang penuntut ilmu, jika tidak memahami suatu masalah, bisa langsung bertanya kepada gurunya, tanpa susah payah dengan mencari jawabannya di buku-buku yang belum tentu di dapatnya. Dia akan mengetahui selukbeluk ilmu yang dipelajarinya lewat keterangan gurunya yang sudah berpengalaman, bahkan dia akan mengerti banyak buku dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing buku tanpa harus membacanya dahulu, karena gurunya telah memberitahukan sebelumnya .

Page 7: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Kedua : Meminimalisir kesalahan.

Seorang penuntut ilmu yang belajar dengan seorang guru, maka kesalahannya akan relatif lebih sedikit jika dibanding dengan yang belajar langsung dari buku. Banyak nasehat yang diberikan para ulama dalam masalah ini, diantaranya adalah :

من كان شيخه كتابه ، كان خطؤه أكثر ن صوابه

“ Barang siapa yang gurunya buku, maka salahnya lebih banyak dari benarnya. “

Nasehat ini, walau tidak mutlak kebenarannya, paling tidak bisa memacu kita untuk selalu mendekati dan belajar kepada para guru. Ada sebuah anekdot bahwa seseorang yang belajar lewat buku tanpa mau bertanya kepada guru, suatu ketika membaca tulisan arab yang berbunyi :

حبة سوداء شفاء لكل داء

“ Habbah Sauda’ adalah obat dari segala penyakit .”

Mungkin karena salah cetak atau salah tulis, akhirnya orang tersebut membaca kalimat tersebut dengan bunyi :

حية سوداء شفاء لكل داء

“ Ular hitam adalah obat untuk segala penyakit . “

Bayangkan jika, orang tersebut benar-benar melaksanakan apa yang dibacanya, bukannya kesembuhan yang didapat, akan tetapi kematian.

Pada masa-masa sekarang, banyak buku-buku yang dicetak tanpa diteliti dahulu, sehingga banyak sekali kesalahan-kesalahan yang di dapat. Satu kalimat saja tidak tertulis, maka akibatnya akan fatal, khususnya dalam masalah hukum, jika suatu masalah dihukumi halal, Seharusnya tertulis

“ La yahrum “ yang berarti tidak haram, karena satu huruf saja hilang, yaitu (lam alif), maka tulisannya menjadi “ yahrum “, yang berarti haram, seketika juga hukum yang tadinya mubah berubah menjadi haram.

Untuk lebih jelasnya, kita akan berikan contoh yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dua orang yang buta komputer, atau GAPTEK ( gagap teknologi ) , ingin belajar dan menguasai ilmu – ilmu yang ada kaitannya dengan komputer. Yang satu belajar melalui guru dan rajin bertanya serta ikut kursus-kursus komputer, dan yang satu lagi, malas bertanya dan tidak mau mengikuti kursus-kursus, dia hanya duduk di rumah mengandalkan sebuah buku panduan tentang komputer. Tentu saja, yang belajar dengan guru akan lebih cepat bisa dan sedikit kesalahannya dibanding dengan yang belajar sendiri. Bahkan yang belajar sendiri akan banyak merusak komputer, demikian juga ilmu – ilmu yang lain.

Ketiga : Belajar bersikap hati-hati.

Belajar dengan guru akan mendidik seseorang untuk bersikap hati-hati di dalam menentukan hukum. Akhir-akhir ini banyak orang asbun ( asal bunyi ) dalam masalah agama. Dia tidak pernah belajar tentang hukum syar’I, tetapi hobinya berfatwa tentang masalah-masalah yang sama sekali tidak dikuasainya. Ini sangat berbahaya bagi dirinya sendiri dan masyarakat. (<!–[if !supportFootnotes]–>[14]<!–[endif]–>)

Dalam hal ini, Imam Syafi’I pernah berkata :

“ من تفقه من الكتب ضيع األحكام“

“ Barang siapa belajar dari buku, maka dia akan banyak mempermainkan hukum. “ (<!–[if !supportFootnotes]–

>[15]<!–[endif]–>)

Keempat : Belajar adab dan sifat dari guru.

Tidak diragukan lagi, bahwa teman bergaul sangat mempengaruhi sikap dan sifat seseorang. Dalam mahfudhat disebutkan :

ال تسأل عن المرء واسأل قرينه ، فإن القرين بالمقارن يقتدي

“ Janganlah engkau bertanya tentang seseorang kepada dirinya langsung, tapi tanyalah kepada temannya, karena seseorang akan selalu mengikuti temannya. “

Page 8: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Hal ini dikuatkan dengan suatu hadist yang menyebutkan bahwa :

وإما أن تشم منه رائحة طيبة، ومثnnل الجليس السnnوء منه، الصالح كمثل بائع المسك؛ إما أن يحذيك ، وإما أن تشتري الجليس مثليحرق ثيابك، وإما أن تشم منه رائحة كريهة ” أن كمثل نافخ الكير؛ إما

“ Perumpamaan teman yang baik, bagaikan penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya,atau kamu akan menghirup bau wangi darinya. Asdapun permitsalan teman yang jelak, bagaikan tukang las, kemungkinan bajumu terbakar, atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap . ( HR Bukhari )

Seorang penuntut ilmu yang selalu dekat dan sering bergaul dengan gurunya, niscaya dia akan terpengaruh dengan akhlaq, adat dan beberapa sifat dan sikapnya. Ini sangat penting sekali, karena akan membuat seorang penuntut ilmu untuk selalu semangat dan tidak mudah putus asa, khususnya ketika melihat gurunya yang tenang,tegar dan tabah, serta sabar, tentunya dia akan ikut terpengaruh dengan sifat-sifatnya. Hal inilah yang sering tidak dipahami oleh para penuntut ilmu. Dalam suatu hikmah disebutkan :

تشبهوا بالكرام وإن لم تكونوا مثلهم ، فإن التشيه بهم فالح

“ Dekat-dekatilah orang-orang yang baik, walaupun kamu belum bisa seperti mereka, karena dekat-dekat dengan mereka adalah suatu kesuksesan. “

Oleh karena itu, para penuntut ilmu yang selalu mendekati guru-gurunya , kemungkinan besar dikemudian hari , dia akan seperti mereka.

( III ) Urgensi Pengulangan dan Hafalan Dalam Belajar

Banyak orang mengira bahwa mengulang dan menghafal pelajaran akan membuat otak tidak berkembang dan tumpul, karena tidak dilatih untuk berpikir. Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena sejarah membuktikan bahwa hafalan dan pengulangan ternyata mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa. Hal ini telah diakui para ahli, sebut saja Negara Jepang yang terkenal dengan kemajuan teknologinya. Orang-orang besar mereka di dalam mendidik anak buahnya ternyata menggunakan teori pengulangan dan hafalan. Teori pengulangan tersebut dikenal dengan teori ( Repetitive Magec Power ) yang berarti kekuatan ajaib dalam pengulangan. Di Jepang pola ini diterapkan, di mana para instruktur mewajibkan para siswa eksekutifnya untuk mengucapkan kalimat ‘ saya juara “ seratus kali dalam sehari selama masa latihan. Dan ini dimaksudkan untuk menjaga energi agar tidak hilang. (<!–[if !supportFootnotes]–>[16]<!–[endif]–>)

Rahasia keberhasilan PT Matsushita Kotobuki Elektronik Indonesia , cabang dari PT Matsushita di Jepang yang di pimpin oleh pendirinya Konosuke Matsushita yang telah menginfakkan dari uang saku pribadinya sebanyak 291 Juta USD dan 99 Juta USD dari kas perusahaanya untuk kemanusiaan. Perusahan ini mempunyai karyawan yang berjumlah 6000 orang. Ketika apel pagi, mereka semua diwajibkan untuk selalu membaca dan mengulang-ulang tujuh prinsip, yaitu :

1. Untuk selalu berbakti kepada Negara melalui industri. 2. Untuk selalu berlaku jujur , terpercaya dan adil3. Untuk selalu bekerjasama dengan keselarasan4. Untuk selalu ramah tamah dan kesatria 5. Untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.6. Untuk selalu bersyukur dan berterimaksih. (<!–[if !supportFootnotes]–>[17]<!–[endif]–>)

Stephen R. Covey penah mengatakan tentang fungsi kebiasan dan mengulang-ulang suatu perbuatan : “ Taburlah gagasan , petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan , petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib “(<!–[if !supportFootnotes]–>[18]<!–[endif]–>)

William James, seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa apa saja yang anda lakukan 45 kali berturut-turut, maka akan menjadi kebiasaan. Menurut Doug Hooper Angka 45 tersebut sangatlah logis. Begitu juga para guru dari Timur telah menjelaskan kebiasaan dengan cara sbb : Kesinambungan suatu pemikiran atau tindakan dalam suatu jangka waktu akan menyebabkan terbentunya sebuah alur, atau saluran di dalam otak. Orang mengatakan bahwa otak itu mirip tanah liat, tempat suatu alur mudah terbentuk. Begitu hal itu terjadi, pemikiran seseorang secara alami akan terus mengalir melalui arah tersebut, sebab hal itu merupakan garis dengan perlawanan yang paling kecil. Tindakannya dilakukan mengikuti bawah sadar atau otomatis. Setelah anda keluar dari “ alur “ atau “ saluran “ lama , maka pikiran anda secara alami akan mengalir melaului saluran yang baru, sementara saluran yang lama berangsung- angsur hilang. (<!–[if !supportFootnotes]–>[19]<!–[endif]–>)

Pentingnya kebiasaan mengulang suatu pelajaran, akan terlihat jelas, ketika anda belajar menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor untuk pertama kalinya. Barangkali anda sudah tahu tentang

Page 9: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

teorinya, hanya karena anda tidak pernah mengulangnya kembali, atau tidak membiasakan diri untuk memakainya, maka anda akan terasa canggung dan asing, ketika mencobanya kembali.

Berikut ini adalah perkataan beberapa ulama tentang hafalan dan pengulangannya :

1/ Imam Zuhri dan Hasan Basri berkata : “ Ilmu itu menjadi hilang karena lupa dan tidak pernah diulang-ulang. “

2/ Abdurrahman ibnu Abi Laila berkata : “ Sesungguhnya cara menghidupkan hadist adalah dengan selalu mengulangi-ulanginya kembali. “

3/ Al-Ashma’I pernah ditanya tentang hafalannya yang kuat, padahal teman-temannya sudah lupa, beliau menjawab : “ Ya, karena saya sering mengulangi-ulanginya, sedang mereka tidak mau mengulang-ulanginya kembali. “ (<!–[if !supportFootnotes]–>[20]<!–[endif]–>)

((السبق حرف والتكرار ألف /4

“ Membaca cepat sama bagikan membaca satu huruf, sedang mengulang-ulang sama dengan membaca seribu huruf. “

�ن ، وفهم حرفين خير من حفظ سطرين )/5 ي (حفظ حرفين خير من سماع و�ق�ر�

“ Menghafal dua huruf lebih baik dari mendengar dua gendongan buku, memahami dua huruf lebih baik dari menghafal dua baris “. (<!–[if !supportFootnotes]–>[21]<!–[endif]–>)

Berapa banyak orang yang pernah menghafal Al Qur’an dan mendapatkan Ijazah sebagai sorang hafidh atau hafidHah, karena tidak diulang-ulang kembali, ditambah dengan kesibukannya pada urusan lain, akhirnya Al Qur’an kembali menjadi asing baginya, seakan-akan dia belum pernah menghafalnya sama sekali.

Diantara fungsi hafalan adalah sebagai berikut :

<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Pengetahuan yang dihafal, akan tetap berada dalam otak kita.

<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Mampu mengeluarkan hafalannya setiap saat dengan mudah.

<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Bisa memanfaatkan waktu untuk belajar ilmu lain, selainyang sudah dihafal. Hal ini sangat terlihat jelas, ketika seorang penuntut ilmu sedang menghadapi ujian. Ketika dia sudah hafal Al Qur’an umpamanya, maka waktu yang tersisa bisa untuk belajar atau menghafal pelajaran yang lain. Berapa banyak dari pelajar ketika ujian waktunya habis untuk mempersiapkan hafalan Al Qur’an atau bait-bait syi’ir, seandainya dia sudah hafal sebelumnya, tentunya akan banyak membantu dalam memahami pelajaran lain.

<!–[if !supportLists]–>4. <!–[endif]–>Manfaat hafalan juga akan terlihat dengan jelas, ketika bukunya hilang, atau lampunya tiba-tiba mati pada malam hari, atau tiba-tiba ia buta. (<!–[if !

supportFootnotes]–>[22]<!–[endif]–>)

<!–[if !supportLists]–>5. <!–[endif]–>Bisa memanfaatkan waktu dengan mengulangi hafalannya dimanapun ia berada, ketika sedang menyetir mobil, naik kendaran, sedang di atas pesawat, atau sedang menunggu orang di tengah jalan, bahkan ketika sedang berdiri dalam antrian yang panjang.

Rosulullah saw sendiri menganjurkan siapa saja yang sudah menghafal Al Qur’an agar selalu mengulangi-ulangi terus .

عقلها ” تعاهدوا هذا القرآن ، فو الذي نفس محمد بيده لهو أشد تفلتا من اإلبل في

“ Teruslah mengulangi ulang hafalan Al Qur’an, demi Dzat Yang jiwaku di tangan-Nya , hafalan Al Qur’an itu lebih mudah lepas daripada unta yang diikat. ( HR Bukhari dan Muslim )

ذهبت إنما مثل صاحب القرآن كمثل اإلبل المعلقة إن عاهد عليها أمسكها وإن أطلقها

Sesungguhnya perumpamaan orang yanghafal Al Qur’an bagaikan orang yang mempunyai unta yang terikat. Jika dia selalu menjaganya, niscaya tidak akan lari, sebaliknya jika dibiarkan, takayal unta itu akan hilang. ( HR Bukhari dan Muslim)

Page 10: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Makanan yang menguatkan hafalan :

Diantara makanan atau minuman yang bisa menguatkan hafalan adalah :

<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Madu

<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Zabib ( anggur yang sudah dikeringkan ), sebaiknya dimakan waktu pagi. (<!–[if !supportFootnotes]–>[23]<!–[endif]–>)

<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Ikan.

Prioritas Hafalan :

<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Al Qur’an . Dalam hal ini Imam Nawawi mengatakan : ““ Yang paling pertama adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para salaf tidak mengajarkan Al Hadits dan Fiqih kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran , Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih tau yang lainnya sehingga menyebabkabn hilangnya sebagian hafalan Al Quran atau hilangnya hafalan secara keseluruhan. “(<!–[if !supportFootnotes]–>[24]<!–[endif]–>)

<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Hadist

<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Matan dari setiap ilmu. Yang dimaksud matan di sini adalah buku asli yang ditulis di dalamnya point-point penting dalam setiap bidang keilmuan atau ringkasan dari setiap bidang keilmuan.

( Makalah ini masih belum sempurna dan bersambung pada volume : 2 )

Kairo, 15 April 2007 M

15 LANGKAH EFEKTIF

UNTUK MENGHAFAL AL QUR’AN

Ahmad Zain An Najah, MA

Sesuatu yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “()

( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :

Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.

Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى

“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “()

Page 11: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Adapun riwayat yang menyebutkan doa tertentu dalam sholat hajat adalah riwayat lemah, bahkan riwayat yang mungkar dan tidak bisa dijadikan sandaran. ()

Begitu juga hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang menjelaskan bahwa Rosulullah saw mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat khusus untuk meghafal Al Qur’an yang terdiri dari empat rekaat , rekaat pertama membaca Al Fatihah dan surat Yasin, rekaat kedua membaca surat Al Fatihah dan Ad Dukhan, rekaat ketiga membaca surat Al Fatihah dan Sajdah, dan rekaat keempat membaca surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu adalah hadist maudhu’ dan tidak boleh diamalkan. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadist tersebut adalah hadits dhoif . ()

Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()

Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa berdo’a seperti ini :

اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تالوته أناء الليل وأطnnراف النهnnار علىالوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .

“ Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an, dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.

Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.

Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.

Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama . ()

Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian ) :

1. Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’2. Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah3. Surat Yunus sampai Surat An Nahl4. Surat Al Isra’ sampai Al Furqan5. Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin6. Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat 7. Surat Qaf sampai Surat An Nas

Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.

Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.

Page 12: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :

a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :

ثم —— > سم / الذين —- > الزين

b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :

�ل�ى 1 �ت �ذ� اب اه�يم� / و�إ �ر� �ب �ل�مات ( البقرة : إ �ك Äه� ب ب ﴾ ) —- > )إبراهيم� 124ر�

�ت/ 2 �ن �ي و�ك �ن �ت و�ف�ي �nnا ت �nnم� ا د�م�ت� ف�يه�م� ف�ل �nnا مÅه�يد �nnه�م� ش� �ي �ت�ُ ع�ل �ن �ه�م�ك �ي ق�يب� ع�ل �ت� الnnر� �ن أ ) 116( المائدة :

�ت� �ن �تُ < ——— > ك �ن و�ك

�ع� 3 �ب �ن� يت �ح�قÄ أ �ح�قÇ أ �ل�ى ال �ه�د�ي إ �ف�م�ن� ي �ه�دÇي/ أ �م� م�ن� ال� ي �ه�د�ى ( ونس : أ ن� ي� �ال� أ )35 إ

�ه�د�ي —- > أم من ال ي

�ا 4 ر�ن� �ا أ �ن ب �ن�/ ر� �ذ�ي �س� ( فصلت :ال �ن �ج�نÇ و�اإل� �ا م�ن� ال ن �ض�ال� �ذ�ين29 أ ) —– > ال

�ار� 5 �ه�م�ا ف�ي الن ن� �ه�م�ا أ �ت �ان� ع�اق�ب �ن�/ ف�ك د�ي �nnال �م�ين� الحشnnر:خ� ال �nnاء� الَّظ ز� �nnك� ج �nnا و�ذ�ل �nnف�يه ﴾

) —– > خالد�ين فيها17

Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.

Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini – alhamdulillah – banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.

Langkah Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut. Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. ()

Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan

Page 13: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.

Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.

Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.

Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.

Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :

العين تحفظ قبل األذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .

“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()

Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.

Disana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.

Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :

إن الnnدين يسnnر ، ولن يشnnاد الnnدين أحnnد إال غلبnnه ، فسnnددوا وقnnاربوا و أبشnnروا ،واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة

“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )

Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.

Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat –sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.

Page 14: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

Langkah Ketigabelas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :

– ﴿ �و�م�ا �ه� ل �ه�ل� ب �ه� البقرة أ �ر� الل �ه�ل� 173﴾غ�ي ه�﴿ < ———— > و�م�ا أ �nnه� ب� �ر� الل �غ�ي )ل115 ، و النحل145 ، واألنعام 3المائدة

Çين ) – �ي �ب �ون� الن �ل �ق�ت �ه� و�ي �ات� الل �آي ون� ب �ف�ر� �ك �وا ي �ان �ه�م� ك ن� �أ �ك� ب بغير الحقذل 61 البقرة : (

Çين ) �ي �ب �ون� الن �ل �ق�ت �ه� و�ي بغير حقإن الذين يكفرون بآيات الل 21آل عمران : (

�ه� ) �ات� الل �آي ون� ب �ف�ر� �ك �وا ي �ان �ه�م� ك ن� �أ �ك� ب �ون� األنبياءذل �ل �ق�ت بغير حق و�ي 112آل عمرن : (

Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :

Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.

Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany. Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni

Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “, akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.

Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :

Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.

Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.

Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu

Page 15: 15 Langkah Efektif Menghafal Al Qur'An

menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.

( Bersambung pada masalah lain dalam seri ” Sukses Belajar ” volume : 3 )

( ) Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361 ( ) Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut bisa dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97 -120 ( ) Ibid, hal.21-39 ( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13 ( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6( ) Ibid. hal 12 ( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16 ( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15

 ( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66