15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

11
15 Desa di Ngawi Terendam Banjir Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Ngawi - Sedikitnya 15 desa di tiga kecamatan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terendam banjir, Kamis, 5 April 2012. “Petugas sudah siaga di posko kecamatan untuk memberikan bantuan dan melakukan evakuasi,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Eko Heru Cahyono. Belum ada laporan korban jiwa dalam bencana banjir kali ini. Namun ratusan rumah dan ratusan hektare lahan persawahan terendam banjir rata-rata setengah hingga satu meter. Sejumlah sekolah, masjid, dan musala juga terendam. Dari 15 desa yang terendam banjir, sembilan di antaranya berada di Kecamatan Kwadungan, empat desa di Kecamatan Pangkur, dan dua desa di Kecamatan Padas. Sembilan desa di Kecamatan Kwadungan yang terendam banjir antara lain Desa Simo, Sumengko, Purwosari, Tirak, Dinden, Jenangan, Kendung, Pojok, dan Waruk Kalong. Empat desa di Kecamatan Pangkur yang terendam antara lain Desa Gandri, Pleset, Ngompro, dan Waruk Tengah. Sedangkan dua desa di Kecamatan Padas yang terendam adalah Desa Bendo dan Banjaransari. Banjir berasal dari luapan Sungai Bengawan Madiun. “Air mulai meluap sejak pukul 02.00 WIB,” kata warga Desa Simo, Purnomo. Petugas BPBD sudah menyalurkan bantuan berupa makanan siap saji. “Baru dua desa yang diberi bantuan, lainnya menyusul,” kata Staf Bidang Logistik BPBD Ngawi, Novan Kriswanto. Dua desa yang sudah diberi bantuan makanan adalah Desa Tirak dan Sumengko di Kecamatan Kwadungan. “Sudah 75 paket makanan siap saji yang diberikan kepada warga korban banjir,” ujar Novan. Petugas juga menyiagakan dua perahu karet di posko Kecamatan Kwadungan yang paling parah terendam banjir.

description

INFO ONLY

Transcript of 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

Page 1: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

15 Desa di Ngawi Terendam BanjirBesar Kecil Normal

TEMPO.CO, Ngawi - Sedikitnya 15 desa di tiga kecamatan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terendam banjir, Kamis, 5 April 2012. “Petugas sudah siaga di posko kecamatan untuk memberikan bantuan dan melakukan evakuasi,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Eko Heru Cahyono.

Belum ada laporan korban jiwa dalam bencana banjir kali ini. Namun ratusan rumah dan ratusan hektare lahan persawahan terendam banjir rata-rata setengah hingga satu meter. Sejumlah sekolah, masjid, dan musala juga terendam.

Dari 15 desa yang terendam banjir, sembilan di antaranya berada di Kecamatan Kwadungan, empat desa di Kecamatan Pangkur, dan dua desa di Kecamatan Padas. Sembilan desa di Kecamatan Kwadungan yang terendam banjir antara lain Desa Simo, Sumengko, Purwosari, Tirak, Dinden, Jenangan, Kendung, Pojok, dan Waruk Kalong.

Empat desa di Kecamatan Pangkur yang terendam antara lain Desa Gandri, Pleset, Ngompro, dan Waruk Tengah. Sedangkan dua desa di Kecamatan Padas yang terendam adalah Desa Bendo dan Banjaransari.

Banjir berasal dari luapan Sungai Bengawan Madiun. “Air mulai meluap sejak pukul 02.00 WIB,” kata warga Desa Simo, Purnomo.

Petugas BPBD sudah menyalurkan bantuan berupa makanan siap saji. “Baru dua desa yang diberi bantuan, lainnya menyusul,” kata Staf Bidang Logistik BPBD Ngawi, Novan Kriswanto.

Dua desa yang sudah diberi bantuan makanan adalah Desa Tirak dan Sumengko di Kecamatan Kwadungan. “Sudah 75 paket makanan siap saji yang diberikan kepada warga korban banjir,” ujar Novan. Petugas juga menyiagakan dua perahu karet di posko Kecamatan Kwadungan yang paling parah terendam banjir.

Aliran Anak Sungai di Ngawi Perlu DiubahBesar Kecil Normal

TEMPO.CO, Ngawi - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menilai salah satu penyebab banjir di daerah tersebut karena pola aliran anak sungai yang berkelok sehingga laju air tertahan dan mudah meluap. “Pola aliran anak sungai perlu diubah agar laju air tidak tertahan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Ngawi, Eko Heru Cahyono, Minggu, 8 April 2012.

Menurut Eko, usulan untuk merubah pola aliran anak sungai itu sudah pernah disampaikan dalam rapat koordinasi awal tahun 2012. Rapat koordinasi melibatkan sejumlah instansi terkait,

Page 2: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

seperti Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Wilayah Sungai Madiun dan UPT PSDA Wilayah Sungai Bengawan Solo di bawah Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur. “Selain perlu mengubah pola aliran anak sungai, juga perlu dilakukan pengerukan sungai yang dangkal,” ujarnya.

Ihwal pengerukan dasar sungai yang mendangkal, menurut Eko, juga pernah diusulkan namun belum ada tindak lanjut dari instansi terkait.

Di Ngawi, ada tujuh kecamatan yang rawan banjir antara lain Kecamatan Mantingan, Widodaren, Kedunggalar, Pangkur, Paron, Ngawi, dan Kwadungan. Wilayah-wilayah tersebut dilewati aliran sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo.

Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Ngawi, Bambang Utoyo, di Kecamatan Kwadungan ada sekitar empat anak sungai yang tersambung dengan Bengawan Madiun. Bentuk sungainya berkelok-kelok. “Itu perlu diluruskan agar laju air tidak tertahan,” ucapnya.

Selain pola aliran anak sungai yang berkelok, alat peringatan dini atau early warning system (EWS) banjir di lima lokasi juga tidak berfungsi. Lima EWS itu berada di aliran sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang melintas di Kecamatan Pitu, Ngawi, Geneng, Kwadungan, dan Pangkur. Kelimanya sudah lama rusak dan belum diperbaiki Perusahaan Umum Jasa Tirta I dibawah DPU Pengairan Provinsi Jawa Timur.

Tiap tahun sejumlah desa dan kecamatan di Ngawi dilanda banjir. Banjir besar pernah terjadi Desember 2007 yang melanda tujuh kecamatan dengan korban tewas 14 orang akibat diterjang banjir dan kelaparan.

Banjir terbaru terjadi 5 April 2012. Sebanyak 15 desa di tiga kecamatan terendam air rata-rata setengah meter.

contoh artikel dari skripsi pengairan

“ STUDI PERBAIKAN SUNGAI MADIUN (NGAWI-KWADUNGAN) UNTUK PENGENDALIAN BANJIR DI WILAYAH KABUPATEN NGAWI “

Elly Nurhayati

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NasionalUniversitas Brawijaya

Fakultas Teknik Jurusan Pengairan

Malang2012

Page 3: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

Oleh : Desy Ayu Maharani

Abstrak :Menurut informasi dari masyarakat sekitar dan dari kejadian banjir besar yang pernah

terjadi di akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008, Sungai Madiun meluap sehingga menyebabkan genangan yang terjadi di rumah penduduk dengan ketinggian 0,3 -3 meter dengan lama genangan sampai berhari-hari tergantung surutnya muka air Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan). Sebagian besar dugaan penyebab banjir di Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan) adalah akibat adanya pertemuan antara Sungai Jerowan dan Sungai Madiun ( Ngawi-Kwadungan) yang mengalir di daerah datar (flat plane) sampai sekitar ±10 Km dihulu pertemuan degan Bengawan Solo.

Kajian ini bertujuan mengetahui profil muka air di Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan) yaitu sepanjang ±30,5 Km. Dari hasil profil muka air dengan menggunakan HEC-RAS 4.0. dapat diketahui bahwa sepanjang Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan) meluap, sehingga perlu dibangun tanggul dan parapet di sepanjang Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan).

Kata Kunci : Profil muka air

I.             Pendahuluan :Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda

penduduk serta dapat pula menimbulkan korban jiwa. Selama banjir sedang sedang berlangsung,

kegiatan dititik beratkan pada usaha pengamanan, agar air banjir senantiasa berada di dalam

sungai serta daerah-daerah penampungan sementara yang telah ditentukan dan sejauh mungkin

dihindarkan terjadinya luapan-luapan baik melalui tanggul-tanggul atau melalui sistem

pengamanan/pengendalian banjir yang dapat menjurus kepada timbulnya bencana banjir

(Sosrodarsono, S. 1985:348).

Daerah yang akan dikaji dalam studi adalah Sungai Madiun dengan ruas Ngawi-

Kwadungan yang merupakan ruas sungai bagian hilir. Kejadian banjir rutin tiap tahun

terjadiyang dirsakan oleh masyarakat di 5 (lima) wilayah kecamatan (Ngawi, Geneng, Padas,

Pangkur, dan Kwadungan), terutama masyarakat yang terkait langsung di sepanjang ruas Sungai

Madiun.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka perlu dilakukan suatu kajian (studi)

sebagai usaha untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir di Sungai Madiun

(Ngawi-Kwadungan).

II.    Metodologi Penelitian :

Page 4: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

Untuk mengkaji perbaikan sungai diperlukan suatu tahapan penelitian dengan melakukan

pengumpulan data-data teknis dan data-data deduksi. Metodologi yang digunakan mengacu pada

pendekatan deduksi, yaitu perumusan-perumusan digunakan dianggap benar sejak awal. Untuk

merencanakan perbaikan sungai pengumpulan dan penyusunan data sangat penting terutama

dilihat kondisi topografi, hidrologi dan kondisi geologi. Selain itu dalam peninjauan yang dilihat

yaitu lokasi studi yang bertempat di Kabupaten Ngawi,metode pengumpulan data dilakukan

dengan melakukan survei identifikasi dan survei inventarisasi, analisa data curah hujan,data

pengukuran topografisungai, peta daerah aliran Sungai Madiun dan langkah-langkah pengolahan

data.

III.       Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam penanganan perbaikan sungai dituntut pemahaman mengenai teknik persungaian

yang didukung oleh ilmu pengetahuan yang bersifat multi disiplin. Dengan bekal pemahaman

disiplin ilmu diatas, perencanaan dapat membuat pola penanganan perbaikan pengaturan sungai

secara teknis memenuhi persyaratan.

Penyebab timbulnya peristiwa banjir pada setiap sungai berbeda-beda demikian pula

akibat-akibat yang ditimbulkannya. Oleh karena itu pola pengendalian banjir harus ditetapkan

secara khusus untuk masing-masing sungai yang bersangkutan dan tidak dapat dibuat standar

pola pengendalian yang dapat diterapkan pada setiap sungai. Dalam proses penyusuran pola

pengendalian banjir ada beberapa petunjuk yang sangat mempengaruhi, yakni kondisi sungai

setempat. Kondisi sungai setempat yang dimaksudkan antara lain : topografi daerah aliran sungai

(DAS), tata guna lahan aliran sungai, alur sungai, lokasi genangan banjir, bangunan-bangunan di

sepanjang sungai. Selain itu analisa curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu

rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang bersangkutan,

bukan curah hujan pada suatu titik tertentu (sosrodarsono, S. 1983:27). Perubahan lokasi stasiun

hujan atau perubahan prosedur pengukuran dapat memberikan pengaruh yang cukup besar

terhadap jumlah hujan yang terukur, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan.

Stasiun sungai sebagai identifikasi yang dapat berupa nama sungai, dan nomor stasiun

dimana penampang pelintang berada. Pada studi ini titik hulu analisa adalah pada section 305

(Sungai Madiun) sedangkan titik paling hilir adaa section 00 (sungai Madiun). Sebagai data

masukan pada program HEC-RAS, maka penyiapan data fisik sungai harus diperhatikan secara

Page 5: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

telitikarena akan mempengaruhi hasilkeluaran perhitungan. Data profil sungai yang harus

diketahui adalah potongan memmanjang dan melintang, serta elevasi dasar dan lebar sungai.

Secara umum profil Sungai Madiun bagian hilir beragam dan tidak beraturan. Hal ini

dapat dilihat dari ketidakseragaman bentuk penampang sungai yang telah ada, dimana tebing-

tebing pada setiap patok yang ada mempunyai kemiringan dan tinggi yang beraneka ragam.

Dari hasil analisa profil muka air pada kondisi eksisting, dapat diketahui bahwa daerah

hulu sampai dengan hilir merupakan daerah rawan banjir. Dari data kejadian banjir dari tahun ke

tahun hampir setiap tahun terjadi banjir, sehingga perlu untuk dilakukan penanganan secara

berlanjut. Dalam studi ini perencana hanya sampai menentukan kedudukan tinggi tanggul

ataupun parapet.

Sebelum merencanakan tanggul terlebih dahulu harus diperhatikan dengan teliti situai

sungai, sehingga dalam perencanaan pembuatan tanggul terutama penempatan tanggul akan

sesuai dengan situasi sungai sesungguhnya dan juga tidak mengganggu masyarakat sekitar.

Tanggul dan parapet sungai direncanakan di sepanjang ruas sungai mulai patok 306 sampai

dengan patok 2 karena hamper semua patok mengalami limpasan sehingga memerlukan tanggul

untuk menampung debit Q5 tahun. Perencanaan bangunan menggunakan Q5th dikarenakan hasil

perhitungan untuk elevasi muka air setelah penanganan dengan Q2th adalah 12,38 m sedangkan

elevasi muka air banjir historis yang tercatat di AWLR Dungus adalah 12,3 m dan yang paling

tertinggi adalah 12,6 m. sedangkan perencanaan dipilih Q5th karena elevasi muka airnya adalah

13,14 m. sehingga perencanaan Q5thsudah dapat mengatasi debit banjir terbesar yang pernah

terjadi di Sungai Madiun. Tanggu dan parapet sungai ditempatkan pada patok-patok yang terjadi

limpasan.

Dalam perhitungan rencana anggaran biaya dan data harga satuan bahan didasarkan pada data

yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi. Adapun data-data yang diperoleh meliputi

harga upah pekerja, harga alat bantu, dan harga satuan bahan yang didasarkan pada harga daerah

setempat.

IV.       Penutup:

Kesimpulan

Pada kondisi eksisting banyak penampang Sungai Madiun (ngawi-Kwadungan)

mulai daerah hulu sudah tidak dapat menampung debit banjir yang terjadi sehingga diperlukan

Page 6: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

upaya perbaikan untuk mengendalikan luapan air sungai yang akan mengakibatkan banjir. Untuk

perencanaan digunakan debit dengan kata ulang 5 tahun. Memperhatikan deskripsi tentang banjir

yang terjadi di Kabupaten Ngawi maka alternative yang direncanakan untuk penanggulangan

banjir yang diusulkan berupa pembuatan tanggul dan parapet. Mengingat setiap tahun banjir

selalu terjadi di Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan) sehingga diperlukan aternatif yang dapat

memberikan reduksi banjir yang maksimal. Setelah dilakukan upaya pengendalian banjir seperti

pembuatan tanggul da parapet, maka kapasitas tampungan Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan)

mampu menampung debit kala ulang 5 tahun dengan tinggi jagaan 1,2 m. pemilihan kala ulang 5

tahun didasarkan dengan mempertimbangkan debit historis yang tercatat di AWLR Dungus. Dari

hasil perhitungan RAB untuk bangunan yang ada di sepanjang Sungai Madiun (Ngawi-

Kwadungan) didapat dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah adalah Rp.

192.680.996.840,00.

Saran

Dalam mendukung upaya pengendalian banjir di Sungai Madiun (Ngawi-

Kwadungan), perlu kiranya disertai upaya perlindungan dan pengendalian kawasan sungai.

Mengingat terjadinya penambahan populasi penduduk yang tinggal di kawasan pinggiran sungai,

maka diperlukan juga ketegasan juga dari aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi dan

masyarakat dalam menata pemukiman penduduk terutama bagi pemukiman yang berda di daerah

sepanjang daerah sempadab sungai, sehingga tidak terjadi penyempitan badan sungai. Sebaiknya

pemerintah daerah harus lebih tegas dalam menjalankan peraturan pemerintahan yang sudah

ditetapkan. Perlu dilakukan studi lebih lanjut dan detail mengenai perencanaan, perkuatan tebing

terutama pada ruas sungai bagian hulu, mengingat resiko terjadi longsor sangat tinggi. Walaupun

perbaikan Sungai Madiun (Ngawi-Kwadungan) sudah dilaksanakan pmbangunannya secara

teknis, tetapi akan tidak ada artinya apabila tidak diiringi keikutsertaan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu agar parbaikanSungai Madiun (Ngawi-Kwadungan) dirasakan manfaatnya harus

terdapat suatu kerjasama antara pemerintah, instansi swasta, dan masyarakat dalam memelihara

sungai tersebut.

Page 7: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir

8 Unit Alat Deteksi Dini Banjir di Ngawi Rusak

Rabu, 20 Februari 2013 20:08:39 WIB

Reporter : Rindhu Dwi Kartiko

Ngawi(beritajatim.com)-Meski saat ini banjir sudah mengacam bersamaan dengan datangnya masim penghujan, namun alat pendeteksi dini atau EWS yang tidak berfungsi masih belum diperbaiki oleh instansi terkait.

Padahal peralatan tersebut, itu memiliki fungsi cukup vital untuk mengantisipasi datangnya luapan banjir. Terlebih kabupaten yang merupakan tempat bertemunya bengawan Solo dan Bengawan Madiun.

"Dulu kita memang mendapatkan bantuan alat deteksi dini atau EWS. Tapi saat ini alat alat tersebut rusak dan belum diperbaiki. Kalau jumlahnya ada delapan unit," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat Eko Heru Cahyono, Rabu (20/2/2013).

Eko mengatakan,Ke-8 peralatan tersebut mengalami kerusakan yang bervariasi. Seperti lampu peringatan tidak menyala, sirine tidak berbunyi, dan bahkan ada yang mati total. Sehingga ketika banjir datang, warga baru tahu saat kejadian dan tidak bisa melakukan persiapan.

Dari data di BPBD ada belasan kecamatan di Kabupaten Ngawi yang masuk dalam kawasan rawan banjir. Diantaranya Kecamatan Kwadungan, Pangkur, Geneng, Ngawi, Paron, Kedunggalar, Pitu, Karanganyar, dan Mantingan. "Wilayah yang rawan banjir di wilayah sini (Kabupaten Ngawi) memang cukup banyak karena wilayah kita memang menjadi titik pertemuan bengawan Solo dan Bengawan Madiun," jelasnya.

Eko menjelaskan, secara kewenangan perbaikan atas kerusakan-kerusakan itu menjadi tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo. Pihaknya hanya sebatas melaporkan melalui kordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Dan Pertambangan setempat. Dan selanjutnya akan diteruskan ke pihak BBWS Bengawan Solo. "Kita sudah lapor dan berkordinasi dengan Dinas Pengairan (Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Dan Pertambangan). Tapi sampai sekarang belum diperbaiki karena itu merupakan tanggung jawab BBWS Solo," kata dia.

Sebelumnya, sedikitnya tiga desa di Kecamatan Kwadungan terendam banjir akibat luapan Sungai Bengawan Madiun. Selain merendam pemukiman, banjir juga menggenangi areal persawahan, Jumat (15/2/2013) lalu. Ketiga desa tersebut adalah Tirak, Simo, dan Purwosari

Page 8: 15 Desa Di Ngawi Terendam Banjir